Analisis Tingkat Ekonomis Penggunaan Bahan Bakar Pada Kendaraan Bermotor (Studi Eksprimen Penggunaan Premium Plus Sebagai Pengganti Pertamax) Fuazen Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Pontianak Email : zen_auliayahoo.co.id ABSTRAK - Analisis Tingkat
Analisis Tingkat Ekonomis Penggunaan Bahan Bakar
Pada Kendaraan Bermotor
(Studi Eksprimen Penggunaan Premium Plus Sebagai Pengganti Pertamax)
Fuazen
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Pontianak
Email : zen_aulia@yahoo.co.id
ABSTRAK
Bensin (gasoline) merupakan salah satu jenis bahan bakar yang digunakan
pada mesin pembakaran dalam (internal combustion engine), dimana sering kita
kenal dengan mesin yang bekerja berdasarkan siklus otto. Biasanya mesin tersebut
dilengkapi dengan busi dan karburator. Busi menghasilkan loncatan bunga api
listrik yang menyalakan campuran bahan bakar dan udara segar, karena itu motor
bensin cenderung dinamai Spark Ignition Engine.
Namun dalam kondisi lapangan ada beberapa jenis bensin yang kita temui,
dan ini memiliki tingkatan kemampuan untuk terbakar yang berbeda dan biasanya
klasifikasi tersebut diwakili dengan angka/nilai oktan (RON), misalnya Premium
ber-oktan 88, Pertamax ber-oktan 92 dan seterusnya. Semakin tinggi angka oktan,
maka harga per liternya pun umumnya lebih tinggi. Namun belum tentu bahwa jika
mengisi bensin ber-oktan tinggi pada mesin mobil/motor kita, kemudian akan
menghasilkan tenaga yang lebih tinggi serta hemat juga.
Jadi salah satu pendekatan yang paling mudah dalam memilih bahan bakar
yang tepat adalah kita kembali merujuk akan spesifikasi pabrikan dari jenis
kendaraan yang kita gunakan. Artinya kalau memang kendaraan yang kita punya
mengharuskan menggunakan bensin yang ber-oktan 88 janganlah kita menggunakan
bensin yang ber-oktan 92, demikian juga sebaliknya.
Kata Kunci: Bensin, Premium Dan Pertamax
PEMDAHULUAN
Kendaraan yang sehari-hari kita gunakan apakah mobil atau motor baiknya
diisi bensin jenis apa ya? Ada begitu banyak jenis atau pilihan bensin yang terdapat
di tempat-tempat pengisian bahan bakar kendaraan (SPBU), yaitu premium,
pertamax dan pertamax plus yang merupakan produk pertamina, dan ada juga bensin
jenis lain dari perusahaan asing seperti shell dan petronas.
Mesin mobil maupun motor memerlukan jenis bensin yang sesuai dengan
desain mesin itu sendiri agar dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan kinerja
yang optimal. Jenis bensin tersebut biasanya diwakili dengan angka/nilai oktan
(RON), misalnya premium ber-oktan 88, pertamax ber-oktan 92 dan seterusnya.
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
26
Semakin tinggi angka oktan, maka harga perliternya pun umumnya lebih tinggi.
Namun belum tentu kalau kendaraan diisi dengan bensin ber-oktan tinggi kemudian
akan menghasilkan tenaga yang lebih tinggi juga. Demikian juga sebaliknya jika diisi
bensin ber-oktan lebih rendah, karena bensin yang ber-oktan rendah lebih mudah
untuk terbakar.
Jika kita cermati spesifikasi kendaraan kita (mobil atau motor) pada brosur
yang baik, akan menampilkan informasi rasio kompresi (Compression Ratio/CR ).
Sementara rasio kompresi sangat berpengaruh terhadap bensin yang digunakan
sebagai rujukan, rasio kompresi yang tinggi haruslah menggunakan bensin yang
bernilai oktan tinggi. Karena proses pembakaran akan membutuhkan waktu yang
lama. Sebagai contoh untuk mesin mobil timor DOHC S515i dan motor bebek
Yamaha Vega-R memiliki nilai CR 9,3 : 1. Dari spesifikasi tersebut dapatlah kita
tentukan bahwa bahan bakar jenis bensin yang ideal adalah bernilai oktan 92, yaitu
bensin Pertamax. Bagaimana kalau diisi dengan bensin yang bernilai oktan lebih
rendah. Seperti kita ketahui bensin dengan oktan rendah lebih mudah terbakar,
sedangkan semakin tinggi nilai CR pada mesin artinya membutuhkan bensin bernilai
oktan tinggi. Mesin berkompresi tinggi membuat bensin cepat terbakar (akibat
tekanan yang tinggi), yang akan menjadi masalah adalah, bensin terbakar lebih awal
sebelum busi memercikkan api. Saat piston naik ke atas melakukan kompresi, bensin
menyala mendahului busi, akibatnya piston seperti dipukul dengan keras oleh
ledakan
ruang
bakar tersebut.
Kita
sering
mendengar istilah
“Ngelitik”
(pinging/knocking). Gambarannya hampir sama jika kita ibaratkan telapak tangan
kita ditusuk-tusuk paku, hal ini akan membuat piston pelan tapi pasti membuat piston
seperti permukaan bulan bahkan bisa bolong.
Pada kenyataannya banyak kita lihat atau kita sendiri sebagai pelaku pada
saat pengisian bahan bakar di SPBU, padahal kendaraan yang kita gunakan jelasjelas tergolong yang memiliki nilai CR tinggi. Jawabannya adalah factor ekonomi
lebih mendesak ketimbang dampak rusak ke depan yang akan menanti atau
kurangnya informasi mengenai pemilihan bensin ini.
Banyak cara untuk menyiasati agar bisa menggunakan bensin premium pada
mesin yang ber-CR tinggi, namun mesin tidak mengalami “Ngelitik” (pinging/knocking ), antara lain : (1) Menambahkan Octane Booster pada bensin (dimasukkan
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
27
ke dalam tangki) ; (2) Menggunakan katalis untuk menaikkan nilai oktan (biasanya
mengandung timbale, tidak ramah lingkungan) ; (3) Merubah derajat waktu
pengapian (ignition timing) ke posisi yang lebih lambat (Restard) ; (4) Menggunakan
aplikasi water-injection (agak repot untuk perawatan) ; dan lain-lain.
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk :
1.
Untuk mengetahui bahan bakar yang mana, yang lebih efesien dalam hal jumlah
pemakaian atau banyaknya bahan bakar yang di konsumsi.
2.
Dapat memberikan konstribusi kepada masyarakat tentang pemilihan bahan
bakar yang tepat dengan merujuk dari spesifikasi kendaraan serta solusi yang
mesti diambil jika terpaksa dilakukan.
METODOLOGI PENELITIAN
1.
Bahan Dan Alat
1.1. Spesifikasi Mesin
Mesin motor yang digunakan adalah mesin motor Yamaha tipe Vega R
dengan spesifikasi sebagai berikut :
Tabel 1
Spesifikasi Mesin Yamaha Vega R. (Ref. Yamaha Motor)
BAGIAN
KETERANGAN
Dimensi/Ukuran :
Panjang keseluruhan
1.900 mm
Leber keseluruhan
675 mm
Tinggi keseluruhan
1.030 mm
Tinggi tempat duduk
760 mm
Jarak sumbu roda
1.195 mm
Jarak terendah ke tanah
145 mm
Berat :
Tanpa oli dan bensin
Rem cakaram 95 kg, rem tromol 94 kg
Dengan bensin dan oli
Rem cakram 105 kg, rem tromol 99 kg
Kemampuan berbelok
1.850 mm
Mesin
4 langkah SOHO pendingin udara
Model
3so/4D7 (rem cakaram) dan 3p9 (rem tromol)
Susunan cylinder
Cylinder tunggal 10 terhadap horizontal
Kapasitas cylinder
110,3 cc
Diameter x langkah
51,0 x 54,0 mm
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
28
Perbandingan kompresi
9,3 : 1
System starter
Kick starter, dan motor starter
Sistem pelumasan
Wet sump dengan pompa trochoid
Renggang katup :
Katup masuk
0,05 - 0,010 mm
Katup buang
0,08 - 0,13 mm
Tipe minyak pelumas :
YAMALUBE (4 api service SJ, SAE 20W-40)
Kapasitas total
1.000 cc
Kapasitasa penggantian berkala
800 cc
Saringan udara
Paper / tipe kering
Bahan bakar :
Tipe
Bensin UNLEADED (bahan bakar tanpa timbal)
Kapasitas tangki bensin
4,2 liter
Cadangan
1,2 liter
Karburator :
Tipe
VM i7 SH
Pabrik pembuat
MIKUNI
Busi
C 6 HSA (NGK) W20FS-U(DENSO)
Celah elektroda busi
0,6 - 0,7 mm
Kopling :
Tipe
Kopling ganda, basah, sepatu sentrifugal, plat majemuk
Tranmisi
Sistim reduksi primer
Roda gigi lurus / spurs gas
Perbandingan reduksi primer
67/18(3,722)
Sistim reduksi sckunder
Rantai
Perbandinga reduksi sekunder
35/15 (2,333)
Tipe transmisi
Return, 4 tingkat keeepatan
Sistem pengoperasian
Dengan kaki kiri
Perbandingan gigi transmisi :
Gigi I
38/12 (3,167)
Gigi II
33/17 (1,941)
Gigi III
29/21 (1,381)
Gigi IV
23/21 (1,095)
Rangka :
Tipe
Pipa baja, under bound
Sudut kemiringan garpu depan (caster)
26,2
Jarak kemiringan garpu depan (trail)
73 mm
Ban :
Dengan ban dalam (tube)
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
29
Ukuran ban depan
70/90-17-38P
Ukuran ban belakang
80/90-17-44P
Rem :
Tipe rem depan
Cakram dan tromol, diopersaikan tangan kanan
Tipe rem belakang
Tromolo, dioperasikan kaki kanan
Suspensi :
Depan
Garpu telescopic
Belakang
Lengan ayun
Peredam kejut :
Depan
Pegas, berperedam oli
Belakang
Pegas, berperedam oli
Gerak main roda
Depan
95,0
Belakang
77 mm
Kelistrikan :
Sistim pengapian
CDI
Sistim pembangkit listrik
Magnet roda gaya
Tipe battery / kapasitas battery
GM 5Z-3B atau YB-5L-B / 12V 5 AH
Lampu :
Bohlam lampu / lampu pijar
Lampu depan
12V32/32 1buah
Lampu belakang/rem
12V 5W/21 W 1buah
Lampu belok / sein
12V IOW x 4 buah
Lampu-lampu indikator :
Lampu meter
12V 1,7W x 2
Lampu netral
12V 3.4W xl
Lampu posisi gear
12V 1,7W x 4
Lampu sinyal belok/sein
12V 3,4W x I
Lampu petunjuk lampu jauh
12V 3,4 xl
1.2. Spesifikasi Bahan Bakar
Adapun spesifikasi bahan bakar pertamax plus clan spesifikasi bahan
bakar premium adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Spesifikasi Bahan Bakar Pertamax Plus (Ref. Pertamina)
No.
SIFAT
SATUAN
BATASAN
MIN
MAX
METODE TEST
ASTM
1
Angka oktana riset
RON
95.0
D2699
2
Stabilitas oksidasi (periode
induksi)
Menit
360
D525
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
LAIN
30
3
Kandungan belerang
% m/m
0.1
D2622/D1266
4
Kandungan timbal (pb)
Gr/liter
0.0013
D3237/D5059
5
Kandungan aromatik
% VfV
50.0
D1319
6
Distilasi
D86
70
10% vol penguapan
o
C
50 % vol. Penguapan
C
180
°C
205
% V/V
2.0
Titik didih ahir
7
Tekanan uap ahir pads 37,°C
8
Geta purwa
110
o
90 % vol. penguapan
residu
77
a
KP
45
60
Mg/100 ml
D381
780
D1298/D4052
9
Densyti
Kg/m
10
Korosi bilah tembaga
Menit
No. 1
D130
Negatif
0,0020
D3227
11
Uj i doctor atau belerang
mercaptan
% mm
12
Kandungan senyawa oksigenat
% v/v
13
Warna
Kandungan pewama
15
Fuel injektion cleanlines II
16
Intake valve sticking
17
Intake valve cleanlines
Method 1: 4 valve avg atau
Method 2: BMW Test, atau
Method 3: Ford 2.3 L
Gr/100 ltr
Visual
dilapporkan
% Flow loss
5
Pass/ fail
Pass
D86
avg,mg/valv
e
avg,mg/valv
e
avgmg1valv
e
Combustion chamber
deposite
Method 1 atau
Method 2
1P 30
Dicampurkan
10
Merah
14
18
715
D323
4.0
CEC F-05-A93
50
100
D5500
90
D6201
D86
%
140
Mg/mesin
D6201
3500
CEF F-20-98
Keterangan:
Seluruh batasan spesifikasi pertamax = pertamax plus ; kecuali angka oktane riset
minimum 92
Tabel 3
Spesifikasi bahan bakar Premium. (Ref. Pertamina)
No.
1
2
SIFAT
Angka oktana riset
Stabilitas oksidasi (periode
induksi)
SATUAN
BATASAN
MIN
METODE TEST
MAX
ASTM
RON
88
D2699
Menit
240
D525
3
Kandungan belerang NO
% massa
0.2
D 2622/D1266
4
Kandungan timbal (pb)
Gr/liter
0.3
D3237/D5059
5
Distilasi
LAIN
D86
10% Vol penguapan
o
50 % vol. Penguapan
o
90 %vol. Penguapan
o
180
Titik didih akhir
o
215
C
C
C
C
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
74
88
125
31
6
Residu
Tekanan uap reid pads 37,8
°C
Geta purwa
8
Korosi bilah tembaga 3 jam 8
o
C
Uji doctor atau belerang
mercaptan
Kandungan senyawa
oksigenat
Warna
10
11
2.0
Psi
9.0
mg/100
ml
7
9
% V/v
12
Kandungan pewama
13
Odour
4.0
Menit
No.1
% massa
Negatif
0.0020
% vol
D323
D381
D130
D 3227
IP 30
I
Dicampurkan
kuning
Visual
Gr/100
AG
marketable
1.3. Alat-Alat Yang Di Perlukan
Tabel 4
Alat-Alat Pendukung
No.
2.
NAMA ALAT
MERK
JUMLAH
1 unit
1
Tachometer
2
CO meter
-
3
Gelas ukur
-
1 buah
4
1 buah
1 unit
Stopwacth
-
5
Termometer
-
1 buah
6
Slang minyak
-
1 meter
7
Bahan bakar pertamax plus
pertamina
5 liter
8
Bahan bakar Premium
pertamina
5 liter
9
Mesin Yamaha Vega R
Yamaha
I unit
10
Kunci Pass ukuran 10 mm
-
1 buah
11
Kunci Pass usuran 12 mm
-
1 buah
12
Obeng
-
1 buah
13
Tang
-
1 buah
Metode
Dalam penelitian ini akan didapat data-data yang meliputi konsumsi bahan
bakar dengan jarak tempuh kendaran yang dalam hal dengan pendekatan dari putaran
mesin yang digunakan, serta gas buang dari kendaraan tersebut. Setiap jenis bahan
bakar bensin (premium, premium plus dan pertamax,) diperlakukan sama dengan
pengujian dilakukan minimal masing-masing 3 ( tiga ) kali pengujian.
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
32
3.
Hasil Pengujian
Tabel 5
Pengujian dengan Menggunakan Bahan Bakar Premium
Konsumsi baban bakar (cc)
No
Putaran
(RPM)
I
Waktu
(menit)
II
III
IV
V
Rata-Rata
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
1
1250
5
11
0,2
12
0,2
10
0,2
11
0,2
11
0,2
11
0,2
2
1500
5
22
0,2
22
0,2
21
0,2
20
0,2
21
0,2
21,2
0,2
3
1750
5
25
0,2
24
0,2
23
0,2
24
0,2
20
0,2
23,2
0,2
4
2000
5
30
0,2
28
0,2
29
0,2
32
0,2
32
0,2
30,2
0,2
5
2500
5
32
0,2
31
0,2
34
0,2
33
0,2
33
0,2
32,6
0,2
6
3000
5
40
0,2
38
0,2
39
0,2
40
0,2
40
0,2
39,4
0,2
Tabel 6
Pengujian dengan Menggunakan Bahan Bakar Pertamax Plus
Konsumsi bahan bakar (cc)
Putaran
(RPM)
Waktu
(menit)
1
1250
2
No
I
II
III
IV
V
Rata-Rata
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
5
10
0,1
II
0,1
13
0,1
12
0,1
12
0,1
11,6
0,1
1500
5
20
0,1
21
0,1
22
0,1
19
0,1
19
0,1
20.2
0,1
3
1750
5
22
0,1
22
0,1
20
0,1
20
0,1
18
0,1
20,4
0,1
4
2000
5
25
0,1
25
0,1
26
0,1
26
0,1
28
0,1
26
0,1
5
2500
5
30
0,1
30
0,1
32
0,1
32
0,1
31
0,1
31
0,1
6
3000
5
40
0,1
38
0,1
38
0,1
38
0,1
39
0,1
38,6
0,1
ANALISA DATA
1.
Perhitungan Rata-Rata Pemakaian Bahan Bakar Pertamaxplus
Dari data pada tabel spesifikasi bahan bakar pertamax plus (Ref. Pertamina)
maka dapat di lakukan perhitungan sebagai berikut:
No.
Putaran Mesin
(Rpm)
1
2
3
4
1250
1500
1750
2000
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
Kons. Bahan Bakar
(cc)
11,6
20,2
20,4
26
33
5
6
Rata-rata
31
38
2500
3000
24,6
Tabel 7
Rata-rata Pemakaian Bahan Bakar Pertamaxplus pada Setiap Pengujian dan
Rata-rata Total dari Seluruh Pengujian
Konsumsi bahan bakar (cc)
No
Waktu
(Rpm)
(Menit)
I
II
III
IV
Rata-Rata
V
BB
CO
(%)
BB
CO
(%)
BB
CO
(%)
BB
CO
(%)
BB
CO
(%)
BB
CO
(%)
1
1250
5
10
0,1
11
0,1
13
0,1
12
0,1
12
0,1
11,6
0,1
2
1500
5
20
0,1
21
0,1
22
0,1
19
0,1
19
0,1
20.2
0,1
5
5
0,1
22
0,1
20
0,1
20
0,1
18
0,1
20,4
0,1
4
1750
2000
22
25
0,1
25
0,1
26
0,1
26
0,1
28
0,1
26
0,1
5
2500
5
30
0,1
30
0,1
32
0,1
32
0,1
31
0,1
31
0,1
6
3000
5
40
0,1
38
0,1
38
0,1
38
0,1
39
0,1
38,6
0,1
3
2.
Putaran
Perhitungan Rata-Rata Pemakaian Bahan Bakar Premium
Dari data pada tabel spesifikasi bahan bakar Premium. (Ref. Pertamina) maka
dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :
Putaran Mesin
(Rpm)
No.
1
2
3
4
5
6
Rata-rata
Kons. Bahan Bakar
(cc)
11
21,2
23,2
30,2
32,6
39,4
1250
1500
1750
2000
2500
3000
26,3
Tabel 8
Rata-rata Pemakaian Bahan Bakar Premium pada Setiap, Pengujian dan Ratarata Total dari Seluruh Pengujian.
Konsumsi bahan bakar (cc)
No
Putaran
Waktu
(Rpm)
(Menit)
I
BB
1
2
3
4
5
6
1250
1500
1750
2000
2500
3000
5
5
5
5
5
5
11
22
25
30
32
40
II
CO
(%)
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
BB
12
22
24
28
31
38
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
III
CO
(%)
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
BB
10
21
23
29
34
39
IV
CO
(%)
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
BB
11
20
24
32
33
40
Rata-Rata
V
CO
(%)
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
BB
11
21
20
32
33
40
CO
(%)
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
BB
11
21,2
23,2
30,2
32,6
39,4
CO
(%)
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
34
3.
Perbandingan pemakaian/konsumsi bahan bakar pertamaxplus dan bahan
bakar Premium dalam persen (%)
3.1. Pemakaian/Konsumsi Bahan Bakar Pertamaxplus Dalam Persen (%).
Diketahui putaran maksimal yang di gunakan dalam proses pengujian
bahan bakar pertamaxplus adalah 3000 Rpm, dan jumlah bahan bakar yang
di konsumsi adalah 38,6 cc, maka pada putaran 3000 Rpm = 38,6 cc = 100
%. Jadi presentase pemakaian bahan bakar pada setiap putaran adalah
sebagai berikut :
No.
Putaran
(Rpm)
1
2
3
4
5
1250
1500
1750
2000
2500
Kons. Bahan
Bakar
(cc)
Prosent. Pemakaian Bahan Bakar
(%)
30,05
52,3
52,8
67,3
11,6
20,2
20,4
26
31
80,3
3.2. Pemakaian/Konsumsi Bahan Bakar Premium Dalam Persen (%)
Diketahui putaran maksimal yang digunakan dalam proses pengujian
bahan bakar premium adalah 3000 Rpm, dan jumlah bahan bakar yang
dikonsumsi adalah 39,4 cc, maka pada putaran 3000 Rpm = 39,4 cc =
100%. Jadi presentase pemakaian bahan bakar pada setiap putaran adalah
sebagai
berikut :
No.
Putaran
(Rpm)
1
2
3
4
5
1250
1500
1750
2000
2500
Kons. Bahan
Bakar
(cc)
Prosent. Pemakaian Bahan Bakar
(%)
11
27,9
21,2
23,2
30,2
32,6
53,8
58,8
76,6
82,7
Maka perbandingan pemakaian bahan bakar pertamaxplus dan bahan bakar
premium dalam persen (%) dapat di hitung sebagai berikut :
Diketahui :
Jumlah Pemakaian / konsunsi bahan bakar pertamaxplus pada putaran 3000 Rpm
= 38,6 cc = 100 Jumlah Pemakaian konsunsi bahan bakar premium pada putaran
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
35
3000 Rpm 39,4 cc = 100 %. Jadi perbandingan jumlah pemakaian antara bahan
bakar pertamaxplus dan Premium adalah :
38,6
x 100 % = 97,9695435 % = 98 %
39,4
Maka :
100% - 98% = 2%.
Maka berdasarkan perhitungan di atas pada putaran 3000 Rpm jumlah konsumsi
bahan bakar pertamaxplus lebih hemat 2 % apabila di bandingkan dengan bahan
bakar Premium.
4.
Perbandingan
jumlah
pemakaian
bahan
bakar
pada
keseluruhan
perlakuan pengujian dalam persen ( % )
Putaran ( Rpm )
Bahan Bakar
Pertamaxplus
Premium
%
1250
1500
1750
2000
2500
3000
-5,4
+5,4
+4,71
-4,71
+12,1
-12,1
+14
-14
+5
-5
+2
-2
Keterangan:
( + ) Jumlah pemakaian bahan bakar yang lebih sedikit
( - ) Jumlah pemakaian bahan bakar yang lebih banyak
Gambar 1. Grafik Kurva Perbandingan Jumlah Pemakaian Bahan Bakar
Pertamaxplus dan Bahan Bakar Premium dalam Persen ( % )
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
36
KESIMPULAN
Dari analisa data yang telah dilakukan maka didapat :
1.
Perbandingan rata-rata, jumlah pemakaian/konsumsi bahan bakar premium dan
bahan bakar pertamaxplus pada setiap perlakauan pengujian/putaran.
Konsumsi Bahan Bakar (cc)
Premium
Pertamaxplus
No.
Putaran Mesin
(Rpm)
Waktu
(menit)
Selisih
(cc)
1
1250
5
11
11,6
• 0,6
2
1500
5
21,1
20,2
1,0
3
1750
5
23,2
20,4
2,2
4
2000
5
30,2
26
4,2
5
2500
5
32,6
31
1,6
6
3000
5
39,4
38,6
1,2
Keterangan :
•
= Jumlah pemakaian bahan bakar di atas jumlah premium
= Jumlah pemakaian bahan bakar di bawah premium
Gambar 2. Grafik Kurva Rata-rata Pemakaian/Konsumsi Bahan Bakar
Pertamaxplus dan Bahan Bakar Premium
2.
Perbedaan Kandungan Gas Buang (Karbon)
Kandungan karbon dari kedua jenis bahan bakar tersebut jelas sangat berbeda
hal ini disebabkan karena perbedaan dari zat- zat yang terkandung di dalam
bahan bakar itu sendiri, seperti : kandungan timbal, kandungan belerang dan
kandungan zat-zat yang lain (Iihat tabel spesifikasi bahan bakar perfamaxplus
dan bahan bakar premium halaman 47-49 dan halaman 49-50).
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
37
No.
1
2
3
4
5
6
Tabel 9
Perbedaan Kandungan Gas Buang (Karbon)
Bahan Bakar
Putaran
Waktu
Pertamaxplus
Premium
(Rpm)
(menit)
CO2 (%)
CO2 (%)
1250
5
0,1
0,2
1500
5
0,1
0,2
1750
5
0,1
0,2
2000
5
0,1
0,2
2500
5
0,1
0,2
3000
5
0,1
0,2
DAFTAR PUSTAKA
1. Dajan, Anto. “Pengantar Metode Statistik”, Cetakan 11, LP3ES, Jakarta,
1986.
2. BPM. arends/H. Berenschot, “Motor Bensin”, Erlangga, Jakarta, 1996.
3. Buku Petunjuk, Untuk Pemilik Vega R, Yamaha Motor Co. ltd, edisi
pertama, 2006.
4. Daryanto, “Teknik Otomotif”, Bumi Aksara, Jakarta, 2002.
5. Karyanto, E. “Pedoman Reparasi Motor Bensin”, CV Pedoman Ilmu Jaya,
Jakarta, 1994.
6. Yogaswara, Eka, “Motor Bakar Torak”, Armico, Bandung, 2005.
7. Daryanto. Teknik Otomotif, Bumi Aksara, Jakarta, 2002
8. Pertamina,Spesifikasi Pertamax Plus (SK Ditjen Migas No. 40/34/DJM/2002,
2002,
9. 2007, Spesifikasi Premium (SK Ditjen Migas No. 108 K/72/DDjm/1997.
10. Porto Folio. Bahan Bakar Cair, Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
Depok, 2001.
11. Arismunandar, wiaranto, Penggerak Mula Motor Bakar Torak, ITB,
Bandung,1998.
12. MALEEV, V.L,Operasi Dan Pemeliharaan Mesin Disel, Penerjemah:
Bambang Priambodo, Erlangga, Jakarta, 1995.
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
38
Pada Kendaraan Bermotor
(Studi Eksprimen Penggunaan Premium Plus Sebagai Pengganti Pertamax)
Fuazen
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Pontianak
Email : zen_aulia@yahoo.co.id
ABSTRAK
Bensin (gasoline) merupakan salah satu jenis bahan bakar yang digunakan
pada mesin pembakaran dalam (internal combustion engine), dimana sering kita
kenal dengan mesin yang bekerja berdasarkan siklus otto. Biasanya mesin tersebut
dilengkapi dengan busi dan karburator. Busi menghasilkan loncatan bunga api
listrik yang menyalakan campuran bahan bakar dan udara segar, karena itu motor
bensin cenderung dinamai Spark Ignition Engine.
Namun dalam kondisi lapangan ada beberapa jenis bensin yang kita temui,
dan ini memiliki tingkatan kemampuan untuk terbakar yang berbeda dan biasanya
klasifikasi tersebut diwakili dengan angka/nilai oktan (RON), misalnya Premium
ber-oktan 88, Pertamax ber-oktan 92 dan seterusnya. Semakin tinggi angka oktan,
maka harga per liternya pun umumnya lebih tinggi. Namun belum tentu bahwa jika
mengisi bensin ber-oktan tinggi pada mesin mobil/motor kita, kemudian akan
menghasilkan tenaga yang lebih tinggi serta hemat juga.
Jadi salah satu pendekatan yang paling mudah dalam memilih bahan bakar
yang tepat adalah kita kembali merujuk akan spesifikasi pabrikan dari jenis
kendaraan yang kita gunakan. Artinya kalau memang kendaraan yang kita punya
mengharuskan menggunakan bensin yang ber-oktan 88 janganlah kita menggunakan
bensin yang ber-oktan 92, demikian juga sebaliknya.
Kata Kunci: Bensin, Premium Dan Pertamax
PEMDAHULUAN
Kendaraan yang sehari-hari kita gunakan apakah mobil atau motor baiknya
diisi bensin jenis apa ya? Ada begitu banyak jenis atau pilihan bensin yang terdapat
di tempat-tempat pengisian bahan bakar kendaraan (SPBU), yaitu premium,
pertamax dan pertamax plus yang merupakan produk pertamina, dan ada juga bensin
jenis lain dari perusahaan asing seperti shell dan petronas.
Mesin mobil maupun motor memerlukan jenis bensin yang sesuai dengan
desain mesin itu sendiri agar dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan kinerja
yang optimal. Jenis bensin tersebut biasanya diwakili dengan angka/nilai oktan
(RON), misalnya premium ber-oktan 88, pertamax ber-oktan 92 dan seterusnya.
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
26
Semakin tinggi angka oktan, maka harga perliternya pun umumnya lebih tinggi.
Namun belum tentu kalau kendaraan diisi dengan bensin ber-oktan tinggi kemudian
akan menghasilkan tenaga yang lebih tinggi juga. Demikian juga sebaliknya jika diisi
bensin ber-oktan lebih rendah, karena bensin yang ber-oktan rendah lebih mudah
untuk terbakar.
Jika kita cermati spesifikasi kendaraan kita (mobil atau motor) pada brosur
yang baik, akan menampilkan informasi rasio kompresi (Compression Ratio/CR ).
Sementara rasio kompresi sangat berpengaruh terhadap bensin yang digunakan
sebagai rujukan, rasio kompresi yang tinggi haruslah menggunakan bensin yang
bernilai oktan tinggi. Karena proses pembakaran akan membutuhkan waktu yang
lama. Sebagai contoh untuk mesin mobil timor DOHC S515i dan motor bebek
Yamaha Vega-R memiliki nilai CR 9,3 : 1. Dari spesifikasi tersebut dapatlah kita
tentukan bahwa bahan bakar jenis bensin yang ideal adalah bernilai oktan 92, yaitu
bensin Pertamax. Bagaimana kalau diisi dengan bensin yang bernilai oktan lebih
rendah. Seperti kita ketahui bensin dengan oktan rendah lebih mudah terbakar,
sedangkan semakin tinggi nilai CR pada mesin artinya membutuhkan bensin bernilai
oktan tinggi. Mesin berkompresi tinggi membuat bensin cepat terbakar (akibat
tekanan yang tinggi), yang akan menjadi masalah adalah, bensin terbakar lebih awal
sebelum busi memercikkan api. Saat piston naik ke atas melakukan kompresi, bensin
menyala mendahului busi, akibatnya piston seperti dipukul dengan keras oleh
ledakan
ruang
bakar tersebut.
Kita
sering
mendengar istilah
“Ngelitik”
(pinging/knocking). Gambarannya hampir sama jika kita ibaratkan telapak tangan
kita ditusuk-tusuk paku, hal ini akan membuat piston pelan tapi pasti membuat piston
seperti permukaan bulan bahkan bisa bolong.
Pada kenyataannya banyak kita lihat atau kita sendiri sebagai pelaku pada
saat pengisian bahan bakar di SPBU, padahal kendaraan yang kita gunakan jelasjelas tergolong yang memiliki nilai CR tinggi. Jawabannya adalah factor ekonomi
lebih mendesak ketimbang dampak rusak ke depan yang akan menanti atau
kurangnya informasi mengenai pemilihan bensin ini.
Banyak cara untuk menyiasati agar bisa menggunakan bensin premium pada
mesin yang ber-CR tinggi, namun mesin tidak mengalami “Ngelitik” (pinging/knocking ), antara lain : (1) Menambahkan Octane Booster pada bensin (dimasukkan
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
27
ke dalam tangki) ; (2) Menggunakan katalis untuk menaikkan nilai oktan (biasanya
mengandung timbale, tidak ramah lingkungan) ; (3) Merubah derajat waktu
pengapian (ignition timing) ke posisi yang lebih lambat (Restard) ; (4) Menggunakan
aplikasi water-injection (agak repot untuk perawatan) ; dan lain-lain.
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk :
1.
Untuk mengetahui bahan bakar yang mana, yang lebih efesien dalam hal jumlah
pemakaian atau banyaknya bahan bakar yang di konsumsi.
2.
Dapat memberikan konstribusi kepada masyarakat tentang pemilihan bahan
bakar yang tepat dengan merujuk dari spesifikasi kendaraan serta solusi yang
mesti diambil jika terpaksa dilakukan.
METODOLOGI PENELITIAN
1.
Bahan Dan Alat
1.1. Spesifikasi Mesin
Mesin motor yang digunakan adalah mesin motor Yamaha tipe Vega R
dengan spesifikasi sebagai berikut :
Tabel 1
Spesifikasi Mesin Yamaha Vega R. (Ref. Yamaha Motor)
BAGIAN
KETERANGAN
Dimensi/Ukuran :
Panjang keseluruhan
1.900 mm
Leber keseluruhan
675 mm
Tinggi keseluruhan
1.030 mm
Tinggi tempat duduk
760 mm
Jarak sumbu roda
1.195 mm
Jarak terendah ke tanah
145 mm
Berat :
Tanpa oli dan bensin
Rem cakaram 95 kg, rem tromol 94 kg
Dengan bensin dan oli
Rem cakram 105 kg, rem tromol 99 kg
Kemampuan berbelok
1.850 mm
Mesin
4 langkah SOHO pendingin udara
Model
3so/4D7 (rem cakaram) dan 3p9 (rem tromol)
Susunan cylinder
Cylinder tunggal 10 terhadap horizontal
Kapasitas cylinder
110,3 cc
Diameter x langkah
51,0 x 54,0 mm
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
28
Perbandingan kompresi
9,3 : 1
System starter
Kick starter, dan motor starter
Sistem pelumasan
Wet sump dengan pompa trochoid
Renggang katup :
Katup masuk
0,05 - 0,010 mm
Katup buang
0,08 - 0,13 mm
Tipe minyak pelumas :
YAMALUBE (4 api service SJ, SAE 20W-40)
Kapasitas total
1.000 cc
Kapasitasa penggantian berkala
800 cc
Saringan udara
Paper / tipe kering
Bahan bakar :
Tipe
Bensin UNLEADED (bahan bakar tanpa timbal)
Kapasitas tangki bensin
4,2 liter
Cadangan
1,2 liter
Karburator :
Tipe
VM i7 SH
Pabrik pembuat
MIKUNI
Busi
C 6 HSA (NGK) W20FS-U(DENSO)
Celah elektroda busi
0,6 - 0,7 mm
Kopling :
Tipe
Kopling ganda, basah, sepatu sentrifugal, plat majemuk
Tranmisi
Sistim reduksi primer
Roda gigi lurus / spurs gas
Perbandingan reduksi primer
67/18(3,722)
Sistim reduksi sckunder
Rantai
Perbandinga reduksi sekunder
35/15 (2,333)
Tipe transmisi
Return, 4 tingkat keeepatan
Sistem pengoperasian
Dengan kaki kiri
Perbandingan gigi transmisi :
Gigi I
38/12 (3,167)
Gigi II
33/17 (1,941)
Gigi III
29/21 (1,381)
Gigi IV
23/21 (1,095)
Rangka :
Tipe
Pipa baja, under bound
Sudut kemiringan garpu depan (caster)
26,2
Jarak kemiringan garpu depan (trail)
73 mm
Ban :
Dengan ban dalam (tube)
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
29
Ukuran ban depan
70/90-17-38P
Ukuran ban belakang
80/90-17-44P
Rem :
Tipe rem depan
Cakram dan tromol, diopersaikan tangan kanan
Tipe rem belakang
Tromolo, dioperasikan kaki kanan
Suspensi :
Depan
Garpu telescopic
Belakang
Lengan ayun
Peredam kejut :
Depan
Pegas, berperedam oli
Belakang
Pegas, berperedam oli
Gerak main roda
Depan
95,0
Belakang
77 mm
Kelistrikan :
Sistim pengapian
CDI
Sistim pembangkit listrik
Magnet roda gaya
Tipe battery / kapasitas battery
GM 5Z-3B atau YB-5L-B / 12V 5 AH
Lampu :
Bohlam lampu / lampu pijar
Lampu depan
12V32/32 1buah
Lampu belakang/rem
12V 5W/21 W 1buah
Lampu belok / sein
12V IOW x 4 buah
Lampu-lampu indikator :
Lampu meter
12V 1,7W x 2
Lampu netral
12V 3.4W xl
Lampu posisi gear
12V 1,7W x 4
Lampu sinyal belok/sein
12V 3,4W x I
Lampu petunjuk lampu jauh
12V 3,4 xl
1.2. Spesifikasi Bahan Bakar
Adapun spesifikasi bahan bakar pertamax plus clan spesifikasi bahan
bakar premium adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Spesifikasi Bahan Bakar Pertamax Plus (Ref. Pertamina)
No.
SIFAT
SATUAN
BATASAN
MIN
MAX
METODE TEST
ASTM
1
Angka oktana riset
RON
95.0
D2699
2
Stabilitas oksidasi (periode
induksi)
Menit
360
D525
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
LAIN
30
3
Kandungan belerang
% m/m
0.1
D2622/D1266
4
Kandungan timbal (pb)
Gr/liter
0.0013
D3237/D5059
5
Kandungan aromatik
% VfV
50.0
D1319
6
Distilasi
D86
70
10% vol penguapan
o
C
50 % vol. Penguapan
C
180
°C
205
% V/V
2.0
Titik didih ahir
7
Tekanan uap ahir pads 37,°C
8
Geta purwa
110
o
90 % vol. penguapan
residu
77
a
KP
45
60
Mg/100 ml
D381
780
D1298/D4052
9
Densyti
Kg/m
10
Korosi bilah tembaga
Menit
No. 1
D130
Negatif
0,0020
D3227
11
Uj i doctor atau belerang
mercaptan
% mm
12
Kandungan senyawa oksigenat
% v/v
13
Warna
Kandungan pewama
15
Fuel injektion cleanlines II
16
Intake valve sticking
17
Intake valve cleanlines
Method 1: 4 valve avg atau
Method 2: BMW Test, atau
Method 3: Ford 2.3 L
Gr/100 ltr
Visual
dilapporkan
% Flow loss
5
Pass/ fail
Pass
D86
avg,mg/valv
e
avg,mg/valv
e
avgmg1valv
e
Combustion chamber
deposite
Method 1 atau
Method 2
1P 30
Dicampurkan
10
Merah
14
18
715
D323
4.0
CEC F-05-A93
50
100
D5500
90
D6201
D86
%
140
Mg/mesin
D6201
3500
CEF F-20-98
Keterangan:
Seluruh batasan spesifikasi pertamax = pertamax plus ; kecuali angka oktane riset
minimum 92
Tabel 3
Spesifikasi bahan bakar Premium. (Ref. Pertamina)
No.
1
2
SIFAT
Angka oktana riset
Stabilitas oksidasi (periode
induksi)
SATUAN
BATASAN
MIN
METODE TEST
MAX
ASTM
RON
88
D2699
Menit
240
D525
3
Kandungan belerang NO
% massa
0.2
D 2622/D1266
4
Kandungan timbal (pb)
Gr/liter
0.3
D3237/D5059
5
Distilasi
LAIN
D86
10% Vol penguapan
o
50 % vol. Penguapan
o
90 %vol. Penguapan
o
180
Titik didih akhir
o
215
C
C
C
C
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
74
88
125
31
6
Residu
Tekanan uap reid pads 37,8
°C
Geta purwa
8
Korosi bilah tembaga 3 jam 8
o
C
Uji doctor atau belerang
mercaptan
Kandungan senyawa
oksigenat
Warna
10
11
2.0
Psi
9.0
mg/100
ml
7
9
% V/v
12
Kandungan pewama
13
Odour
4.0
Menit
No.1
% massa
Negatif
0.0020
% vol
D323
D381
D130
D 3227
IP 30
I
Dicampurkan
kuning
Visual
Gr/100
AG
marketable
1.3. Alat-Alat Yang Di Perlukan
Tabel 4
Alat-Alat Pendukung
No.
2.
NAMA ALAT
MERK
JUMLAH
1 unit
1
Tachometer
2
CO meter
-
3
Gelas ukur
-
1 buah
4
1 buah
1 unit
Stopwacth
-
5
Termometer
-
1 buah
6
Slang minyak
-
1 meter
7
Bahan bakar pertamax plus
pertamina
5 liter
8
Bahan bakar Premium
pertamina
5 liter
9
Mesin Yamaha Vega R
Yamaha
I unit
10
Kunci Pass ukuran 10 mm
-
1 buah
11
Kunci Pass usuran 12 mm
-
1 buah
12
Obeng
-
1 buah
13
Tang
-
1 buah
Metode
Dalam penelitian ini akan didapat data-data yang meliputi konsumsi bahan
bakar dengan jarak tempuh kendaran yang dalam hal dengan pendekatan dari putaran
mesin yang digunakan, serta gas buang dari kendaraan tersebut. Setiap jenis bahan
bakar bensin (premium, premium plus dan pertamax,) diperlakukan sama dengan
pengujian dilakukan minimal masing-masing 3 ( tiga ) kali pengujian.
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
32
3.
Hasil Pengujian
Tabel 5
Pengujian dengan Menggunakan Bahan Bakar Premium
Konsumsi baban bakar (cc)
No
Putaran
(RPM)
I
Waktu
(menit)
II
III
IV
V
Rata-Rata
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
1
1250
5
11
0,2
12
0,2
10
0,2
11
0,2
11
0,2
11
0,2
2
1500
5
22
0,2
22
0,2
21
0,2
20
0,2
21
0,2
21,2
0,2
3
1750
5
25
0,2
24
0,2
23
0,2
24
0,2
20
0,2
23,2
0,2
4
2000
5
30
0,2
28
0,2
29
0,2
32
0,2
32
0,2
30,2
0,2
5
2500
5
32
0,2
31
0,2
34
0,2
33
0,2
33
0,2
32,6
0,2
6
3000
5
40
0,2
38
0,2
39
0,2
40
0,2
40
0,2
39,4
0,2
Tabel 6
Pengujian dengan Menggunakan Bahan Bakar Pertamax Plus
Konsumsi bahan bakar (cc)
Putaran
(RPM)
Waktu
(menit)
1
1250
2
No
I
II
III
IV
V
Rata-Rata
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
BB
(%)
CO
5
10
0,1
II
0,1
13
0,1
12
0,1
12
0,1
11,6
0,1
1500
5
20
0,1
21
0,1
22
0,1
19
0,1
19
0,1
20.2
0,1
3
1750
5
22
0,1
22
0,1
20
0,1
20
0,1
18
0,1
20,4
0,1
4
2000
5
25
0,1
25
0,1
26
0,1
26
0,1
28
0,1
26
0,1
5
2500
5
30
0,1
30
0,1
32
0,1
32
0,1
31
0,1
31
0,1
6
3000
5
40
0,1
38
0,1
38
0,1
38
0,1
39
0,1
38,6
0,1
ANALISA DATA
1.
Perhitungan Rata-Rata Pemakaian Bahan Bakar Pertamaxplus
Dari data pada tabel spesifikasi bahan bakar pertamax plus (Ref. Pertamina)
maka dapat di lakukan perhitungan sebagai berikut:
No.
Putaran Mesin
(Rpm)
1
2
3
4
1250
1500
1750
2000
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
Kons. Bahan Bakar
(cc)
11,6
20,2
20,4
26
33
5
6
Rata-rata
31
38
2500
3000
24,6
Tabel 7
Rata-rata Pemakaian Bahan Bakar Pertamaxplus pada Setiap Pengujian dan
Rata-rata Total dari Seluruh Pengujian
Konsumsi bahan bakar (cc)
No
Waktu
(Rpm)
(Menit)
I
II
III
IV
Rata-Rata
V
BB
CO
(%)
BB
CO
(%)
BB
CO
(%)
BB
CO
(%)
BB
CO
(%)
BB
CO
(%)
1
1250
5
10
0,1
11
0,1
13
0,1
12
0,1
12
0,1
11,6
0,1
2
1500
5
20
0,1
21
0,1
22
0,1
19
0,1
19
0,1
20.2
0,1
5
5
0,1
22
0,1
20
0,1
20
0,1
18
0,1
20,4
0,1
4
1750
2000
22
25
0,1
25
0,1
26
0,1
26
0,1
28
0,1
26
0,1
5
2500
5
30
0,1
30
0,1
32
0,1
32
0,1
31
0,1
31
0,1
6
3000
5
40
0,1
38
0,1
38
0,1
38
0,1
39
0,1
38,6
0,1
3
2.
Putaran
Perhitungan Rata-Rata Pemakaian Bahan Bakar Premium
Dari data pada tabel spesifikasi bahan bakar Premium. (Ref. Pertamina) maka
dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :
Putaran Mesin
(Rpm)
No.
1
2
3
4
5
6
Rata-rata
Kons. Bahan Bakar
(cc)
11
21,2
23,2
30,2
32,6
39,4
1250
1500
1750
2000
2500
3000
26,3
Tabel 8
Rata-rata Pemakaian Bahan Bakar Premium pada Setiap, Pengujian dan Ratarata Total dari Seluruh Pengujian.
Konsumsi bahan bakar (cc)
No
Putaran
Waktu
(Rpm)
(Menit)
I
BB
1
2
3
4
5
6
1250
1500
1750
2000
2500
3000
5
5
5
5
5
5
11
22
25
30
32
40
II
CO
(%)
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
BB
12
22
24
28
31
38
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
III
CO
(%)
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
BB
10
21
23
29
34
39
IV
CO
(%)
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
BB
11
20
24
32
33
40
Rata-Rata
V
CO
(%)
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
BB
11
21
20
32
33
40
CO
(%)
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
BB
11
21,2
23,2
30,2
32,6
39,4
CO
(%)
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
34
3.
Perbandingan pemakaian/konsumsi bahan bakar pertamaxplus dan bahan
bakar Premium dalam persen (%)
3.1. Pemakaian/Konsumsi Bahan Bakar Pertamaxplus Dalam Persen (%).
Diketahui putaran maksimal yang di gunakan dalam proses pengujian
bahan bakar pertamaxplus adalah 3000 Rpm, dan jumlah bahan bakar yang
di konsumsi adalah 38,6 cc, maka pada putaran 3000 Rpm = 38,6 cc = 100
%. Jadi presentase pemakaian bahan bakar pada setiap putaran adalah
sebagai berikut :
No.
Putaran
(Rpm)
1
2
3
4
5
1250
1500
1750
2000
2500
Kons. Bahan
Bakar
(cc)
Prosent. Pemakaian Bahan Bakar
(%)
30,05
52,3
52,8
67,3
11,6
20,2
20,4
26
31
80,3
3.2. Pemakaian/Konsumsi Bahan Bakar Premium Dalam Persen (%)
Diketahui putaran maksimal yang digunakan dalam proses pengujian
bahan bakar premium adalah 3000 Rpm, dan jumlah bahan bakar yang
dikonsumsi adalah 39,4 cc, maka pada putaran 3000 Rpm = 39,4 cc =
100%. Jadi presentase pemakaian bahan bakar pada setiap putaran adalah
sebagai
berikut :
No.
Putaran
(Rpm)
1
2
3
4
5
1250
1500
1750
2000
2500
Kons. Bahan
Bakar
(cc)
Prosent. Pemakaian Bahan Bakar
(%)
11
27,9
21,2
23,2
30,2
32,6
53,8
58,8
76,6
82,7
Maka perbandingan pemakaian bahan bakar pertamaxplus dan bahan bakar
premium dalam persen (%) dapat di hitung sebagai berikut :
Diketahui :
Jumlah Pemakaian / konsunsi bahan bakar pertamaxplus pada putaran 3000 Rpm
= 38,6 cc = 100 Jumlah Pemakaian konsunsi bahan bakar premium pada putaran
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
35
3000 Rpm 39,4 cc = 100 %. Jadi perbandingan jumlah pemakaian antara bahan
bakar pertamaxplus dan Premium adalah :
38,6
x 100 % = 97,9695435 % = 98 %
39,4
Maka :
100% - 98% = 2%.
Maka berdasarkan perhitungan di atas pada putaran 3000 Rpm jumlah konsumsi
bahan bakar pertamaxplus lebih hemat 2 % apabila di bandingkan dengan bahan
bakar Premium.
4.
Perbandingan
jumlah
pemakaian
bahan
bakar
pada
keseluruhan
perlakuan pengujian dalam persen ( % )
Putaran ( Rpm )
Bahan Bakar
Pertamaxplus
Premium
%
1250
1500
1750
2000
2500
3000
-5,4
+5,4
+4,71
-4,71
+12,1
-12,1
+14
-14
+5
-5
+2
-2
Keterangan:
( + ) Jumlah pemakaian bahan bakar yang lebih sedikit
( - ) Jumlah pemakaian bahan bakar yang lebih banyak
Gambar 1. Grafik Kurva Perbandingan Jumlah Pemakaian Bahan Bakar
Pertamaxplus dan Bahan Bakar Premium dalam Persen ( % )
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
36
KESIMPULAN
Dari analisa data yang telah dilakukan maka didapat :
1.
Perbandingan rata-rata, jumlah pemakaian/konsumsi bahan bakar premium dan
bahan bakar pertamaxplus pada setiap perlakauan pengujian/putaran.
Konsumsi Bahan Bakar (cc)
Premium
Pertamaxplus
No.
Putaran Mesin
(Rpm)
Waktu
(menit)
Selisih
(cc)
1
1250
5
11
11,6
• 0,6
2
1500
5
21,1
20,2
1,0
3
1750
5
23,2
20,4
2,2
4
2000
5
30,2
26
4,2
5
2500
5
32,6
31
1,6
6
3000
5
39,4
38,6
1,2
Keterangan :
•
= Jumlah pemakaian bahan bakar di atas jumlah premium
= Jumlah pemakaian bahan bakar di bawah premium
Gambar 2. Grafik Kurva Rata-rata Pemakaian/Konsumsi Bahan Bakar
Pertamaxplus dan Bahan Bakar Premium
2.
Perbedaan Kandungan Gas Buang (Karbon)
Kandungan karbon dari kedua jenis bahan bakar tersebut jelas sangat berbeda
hal ini disebabkan karena perbedaan dari zat- zat yang terkandung di dalam
bahan bakar itu sendiri, seperti : kandungan timbal, kandungan belerang dan
kandungan zat-zat yang lain (Iihat tabel spesifikasi bahan bakar perfamaxplus
dan bahan bakar premium halaman 47-49 dan halaman 49-50).
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
37
No.
1
2
3
4
5
6
Tabel 9
Perbedaan Kandungan Gas Buang (Karbon)
Bahan Bakar
Putaran
Waktu
Pertamaxplus
Premium
(Rpm)
(menit)
CO2 (%)
CO2 (%)
1250
5
0,1
0,2
1500
5
0,1
0,2
1750
5
0,1
0,2
2000
5
0,1
0,2
2500
5
0,1
0,2
3000
5
0,1
0,2
DAFTAR PUSTAKA
1. Dajan, Anto. “Pengantar Metode Statistik”, Cetakan 11, LP3ES, Jakarta,
1986.
2. BPM. arends/H. Berenschot, “Motor Bensin”, Erlangga, Jakarta, 1996.
3. Buku Petunjuk, Untuk Pemilik Vega R, Yamaha Motor Co. ltd, edisi
pertama, 2006.
4. Daryanto, “Teknik Otomotif”, Bumi Aksara, Jakarta, 2002.
5. Karyanto, E. “Pedoman Reparasi Motor Bensin”, CV Pedoman Ilmu Jaya,
Jakarta, 1994.
6. Yogaswara, Eka, “Motor Bakar Torak”, Armico, Bandung, 2005.
7. Daryanto. Teknik Otomotif, Bumi Aksara, Jakarta, 2002
8. Pertamina,Spesifikasi Pertamax Plus (SK Ditjen Migas No. 40/34/DJM/2002,
2002,
9. 2007, Spesifikasi Premium (SK Ditjen Migas No. 108 K/72/DDjm/1997.
10. Porto Folio. Bahan Bakar Cair, Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
Depok, 2001.
11. Arismunandar, wiaranto, Penggerak Mula Motor Bakar Torak, ITB,
Bandung,1998.
12. MALEEV, V.L,Operasi Dan Pemeliharaan Mesin Disel, Penerjemah:
Bambang Priambodo, Erlangga, Jakarta, 1995.
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik UNMUH Pontianak
38