P B L DBD 26

Program Puskesmas dalam Menanggulangi
Penyakit Demam Berdarah
Novy Triandani Limbong
102011095
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl.Arjuna Utara No.6,Jakarta 11510
novytriandani@yahoo.co.id

Pendahuluan
Penyakit demam berdarah (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia yang semakin luas penyebarannya dan semakin meningkat jumlah kasusnya. Di
wilayang DKI Jakarta penyakit DBD menjadi salah satu penyakit yang meresahkan manyarakat,
karena mempunyai potensi menimbulkan kematian dan Kejadian Luar Biasa (KLB). 1

Pembahasan
Epidemiologi
Letak geografis
Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama
di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30º Lintang Utara dan 40º Lintang Selatan
seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta
kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang

dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue
menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari kadang-kadang disebut demam
sendi.Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri
otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih
merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik
yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain.1
Musim

1

Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun
ditemukan kasus DBD sporadis pada musim 18 dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi
pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi
beberapa minggu setelah musim hujan. Periode epidemi yang terutama berlangsung selama
musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut
menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan
yang baik untuk masa inkubasi. 2
Frekuensi
a. Insidens
Angka insiden dirancang untuk mengukur rate pada orang sehat yang menjadi sakit

selama suatu perioede waktu tertentu, yaitu jumlah kasus baru suatu penyakit dalam suatu
populasi selama suatu periode waktu tertentu:

Insiden mengukur kemunculan penyakit, bearti kasus baru. Suatu perubahan pada insiden
bearti terdapat suatu perubahan dalam keseimbangan factor-faktor etiologi baik terjadi fliktuasi
secara alami maupun kemungkinan adnya penerapan suatu program pencegahn yang efektif.
Angka insiden digunakan untuk membuat pernyataan tntang probabilitas atau risiko penyakit.
Insiden DBD meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun 1968 menjadi
berkisar antara 6,27 per 100.000 penduduk. Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : status imun pejamu, kepadatan vector nyamuk,
transmisi virus dengue, keganasan (virulensi) virus dengue dn kondisi geografis setempat.
Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi dan 200 kota telah melaporkan adanya
kejadian luar biasa (KLB).1

Perubahan iklim yang berpengaruh terhadap kehidupan vektor, di luar faktor-faktor lain
yang mempengaruhinya.. Selain itu, faktor perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih

1

kurang dalam kegiatan. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor pertambahan jumlah

penduduk dan faktor peningkatan mobilitas penduduk yang sejalan dengan semakin membaiknya
sarana transportasi menyebabkan penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin luas. 3
b. Case Fatality Rate ( CFR )

Ukuran ini menggambarkan probabilitas kematian di kalangan kasus yang didiagnosis.
CFR untuk penyakit yang sama dapat bervariasi besarnya pada wabah yang berbeda karena
keseimbangan antara agen, pejamu dan lingkungan.CFR penyakit DBD mengalami penurunan
dari tahun ke tahun walaupun masih tetap tinggi. CFR tahun 1968 sebesar 43%, tahun 1971
sebesar 14%, tahun 1980 sebesar 4,8 % dan tahun 1999 di atas 2%. Jumlah kasus demam
berdarah dengue di Indonesia sejak januari sampai mei 2004 mencapai 64.000. Insiden rate 29,7
per 100.000 penduduk dengan kematian sebanyak 724 orang, case fatality rate 1,1 %.
Distribusi
Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang
DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini DBD lebih banyak
pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat kecenderungan kenaikan proporsi
pada kelompok dewasa, karena pada kelompok umur ini mempunyai mobilitas yang tinggi dan
sejalan dengan perkembangan transportasi yang lancar, sehingga memungkinkan untuk
tertularnya virus dengue lebih besar, dan juga karena adanya infeksi virus dengue jenis baru
yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 yang sebelumya belum pernah ada pada suatu daerah.
Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur memperlihatkan jumlah penderita

terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun (86-95%) Namun pada wabahwabah selanjutnya jumlah penderita yang digolongkan dalam usia dewasa muda meningkat. Di
Indonesia penderita DBD terbanyak pada golongan anak berumur 5-11 tahun, proporsi penderita
yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat sejak tahun 1984. 1,2
Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat

1

Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan
ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang tinggi dengan suhu yang
rendah perkembangbiakan Aedes aegypti tidak sempurna. Dalam kurun waktu 30 tahun sejak
ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta tahun 1968 angka kejadian sakit infeksi virus
dengue meningkat dari 0,05 per 100.000 penduduk menjadi 35,19 per 100.000 penduduk tahun
1998. Sampai saat ini DBD telah ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia. Meningkatnya
kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin baiknya saran
transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di
seluruh pelosok tanah air serta adanya empat tipe virus yang menyebar sepanjang tahun.2
Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu
Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara.
Pada suhu yang panas (28-32°C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes aegypti akan
tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia karena suhu udara dan kelembaban

tidak sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di
pulau Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus
sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun. 2
Faktor penyebaran
Ada tiga factor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu :
o Agent (virus dengue)
Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus Flavivirus (Arbovirus
Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae. Dikenal ada empat serotipe virus
dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Virus dengue ini memiliki masa inkubasi
yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia.
Dalam masa tersebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD. Vector utama
penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti ( di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus
di daerah pedesaan.3
Ciri-ciri nyamuk Ades aegypti adalah :


Sayap dan badan belang-belang atau bergaris putih

1




Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi,
WC, tempayan, drum, barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban
bekas, pot tanaman, tempat minum burung, dan lain-lain.



Jarak terbang 100 m



Tahan suhu panas dan kelembapan tinggi

o Reservoir adalah manusia yang sakit ( viremia)
o Host
Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor yang
mempengaruhi manusia adalah:
 Umur
Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi

virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun
baru berumur beberapa hari setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epidemi
dengue di Gorontalo kebanyakan anakanak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia,
Filipina dan Malaysia pada

awal tahun terjadi epidemi DBD penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue tersebut menyerang terutama pada anak-anak
berumur antara 5-9 tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus
DBD menyerang anak-anak di bawah 15 tahun.
 Jenis kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD
dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philippines dilaporkan
bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan
perbedaan kerentanan terhadap serangan 16 DBD antara laki-laki dan perempuan,
meskipun ditemukan angka kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan
namun perbedaan angka tersebut tidak signifikan. Singapura menyatakan bahwa
insiden DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan.

o Lingkungan (environment)

Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah:

1

 Lingkungan fisik
Letak geografis
Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara
terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30º Lintang Utara dan
40º Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan
tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue
di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon
seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan
penyakit yang disebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadangkadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam
yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan
nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan
problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun
epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara
ke negara lain.1,3
Musim
Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun

ditemukan kasus DBD sporadis pada musim 18 dingin. Di Asia Tenggara epidemi
DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan
Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan. Periode
epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya
dengan kelembaban pada musim hujan.
 Lingkungan biologis
Populasi
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus
dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah
insiden kasus DBD tersebut. Dengan semakin banyaknya manusia maka akan
semakin besar peluang nyamuk mengigit, sehingga penyebaran kasusu DBD dapat
menyebar dengan cepat dalam suatu wilayah.
Nutrisi

1

Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya
dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan
antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi
infeksi virus dengue yang berat.

 Lingkungan Sosial
Mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi
virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari
Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil
militer dan angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan
jalul penyebaran virus dengue.1,3
Cara transmisi
Demam berdarah ditularkan oleh nyamuk: Aedes aegepti. Nyamuk tersebut mendapat
virus dari orang yang dalam darahnya terdapat virus itu. Orang itu (carrier) tidak harus orang
yang sakit Demam Berdarah. Sebab, orang yang mempunyai kekebalan, tidak tampak sakit atau
bahkan sama sekali tidak sakit, walaupun dalam darahnya terdapat virus dengue. Dengan
demikian orang ini dapat menularkan penyakit kepada orang lain. Virus dengue akan berada
dalam darah manusia selama ± 1 minggu. Orang dewasa biasanya kebal terhadap virus dengue.
Tempat-tempat yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya penularan demam
berdarah ialah tempat umum (Rumah Sakit, Puskesmas, Sekolah, Hotel/tempat penginapan) yang
kebersihan lingkungannya tidakterjaga, khususnya kebersihan tempat-tempat penampungan air
(bak mandi,WC, dsb).4
Teknik pencarian kasus DHF
Dalam menentukan kebijakan yang diambil dalam proses pemberantasan DBD, harus

diadakan penyelidikan epidemiologi (PE) yang tergabung dalam Proses Penanggulangan Fokus
terlebih dahulu. Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pencarian penderita DBD atau
tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita
dan rumah/bangunan sekitar, termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang-kurangnya
100 meter.4

1

Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Petugas Puskesmas memperkenalkan diri dan selanjutnya melakukan wawancara dengan
keluarga, untuk mengetahui ada tidaknya penderita DBD lainnya (sudah ada konfirmasi
dari rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya), dan penderita demam saat itu
dalam kurun waktu 1 minggu sebelumnya.
b. Bila ditemukan penderita demam tanpa sebab yang jelas, dilakukan pemeriksaan kulit
(petekie) melalui uji tourniquet.
Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air (TPA) dan tempat-tempat
lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti baik di dalam maupun
di luar rumah/bangunan.4
Program puskesmas

Puskesmas
Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.5
Dengan lain perkataan Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung-jawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
o Wilayah Puskesmas
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor
kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya
merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.
Puskesmas merupakan perangkat pemerintah Daerah Tingkat II sehingga pembagian
wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati KDH, dengan saran teknis dari Kepala
Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten/Kodya yang telah disetujui oleh Kepala
Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi.

1

Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap
Puskesmas.Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu
ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas Keliling.Khusus untuk Kota Besar dengan jumlah penduduk
satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi satu Kelurahan.Puskesmas di
Ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih,merupakan
“Puskesmas Pembina” yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan
dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
o Pelayanan Kesehatan Menyeluruh
Pelayanan Kesehatan yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan:
o kuratif (pengobatan)
o preventif (upaya pencegahan)
o promotif (peningkatan kesehatan)
o rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
Sebelum ada Puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam satu Kecamatan terdiri dari Balai
Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan,
Pemberantasan Penyakit Menular dan lain sebagainya.Usaha-usaha tersebut masing-masing
bekerja sendiri dan langsung melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II.Petugas Balai
Pengobatan tidak tahu menahu apa yang terjadi di BKIA, begitu juga petuga BKIA tidak
mengetahui apa yang dilakukan oleh Petugas Hygiene Sanitasi dan sebaliknya.Dengan adanya
sistem pelayanan kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskes mas), maka berbagai
kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan bersama di bawah satu koordina dan satu pimpinan.
a. Kegiatan Pokok Puskesmas
Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda, maka kegiatan
pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah Puskesmas akan berbeda pula. Namun demikian
kegiatan pokok Puskesmas yang seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut :5

1

1. KIA
2. Keluarga Berencana
3. Usaha Peningkatan Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat KarenaaKecelakaan
7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8. Kesehatan Sekolah
9. Kesehatan Olah Raga
10. Perawatan Kesehatan Masyarakat
11. Kesehatan Kerja
12. Kesehatan Gigi dan Mulut
13. Kesehatan Jiwa
14. Kesehatan Mata
15. Laboratorium Sederhana
16. Pencatatan dan Pelaporan dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan
17. Kesehatan Usia Lanjut
18. Pembinaan Pengobatan Tradisional
Pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan
masyarakat terkecil. Dengan perkataan lain kegiatan pokok Puskesmas diajukan untuk
kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat wilayah kerjanya.Setiap
kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa.
b. Fungsi Puskesmas
1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina Peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
wilayah kerjanya.

1

Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:
a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri.
b. Memberikan

petunjuk

kepada

masyarakat

tentang

bagaimana

menggali

dan

menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak
menimbulkan ketergantungan.
d. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
e. Bekerjasama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program
Puskesmas.
c. Kedudukan:
1. Kedudukan secara administratif:
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II dan bertanggung-jawab
langsung baik teknis maupun administratif kepada Kepala Dinas kesehatan Dati II.
2. Kedudukan dalam hirarki pelayanan kesehatan:
Dalam urutan hirarkhi pelayanan kesehatan, sesuai SKN maka Puskesmas berkedudukan
pada Tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pertama.
d. Program berdasarkan asas bantuan
Disamping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti
tersebut di atas Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program
kesehatan tertentu oleh Pemerintah Pusat. Dalam hal demikian, baik petunjuk
pelaksanaan teknis maupun perbekalan akan diberikan.
e. Upaya Kesehatan Darurat
Keadaan darurat mengenai kesehatan mungkin saja dapat terjadi, misalnya
karenaatimbulnya wabah penyakit menular atau bencana alam. Kejadian-kejadian
semacam ini mungkin memerlukan penundaan atau pengurangan kegiatan-kegiatan lain
sampai keadaan darurat dapat diatasi.

1

f. Jangkauan Pelayanan Kesehatan
Sesuai dengan keadaan geografi, luas wilayah sarana perhubungan dan kepadatan
penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah
mendapatkan pelayanan Puskesmas.Agar jangkauan pelayanan Puskesmas lebih merata
dan meluas, Puskesmas perlu ditunjang dengan Puskesmas Pembantu, penempatan bidan
di desa-desa yang belum terjangkau oleh pelayanan yang ada, dan Puskesmas Keliling.
Disamping itu penggerakan peran serta masyarakat untuk mengelola Posyandu dan
membina Dasa Wisma akan dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan.5
g. Memelihara Citra Pelayanan Puskesmas yang Baik :
Agar masyarakat menghargai pelayanan Puskesmas, maka Puskesmas perlu
memelihara citra yang baik sebagai berikut:
1. Kebersihan gedung serta jamban Puskesmas.
2. Senyum dan sikap ramah dari setiap petugas Puskesmas.
3. Pemberian pelayanan dengan mutu yang sebaik-baiknya.
4. Kerjasama yang baik dengan pamong setempat dan petugas sektor lain.
5. Selalu menepati janji pelayanan yang telah disepakati bersama.
Promosi Kesehatan
Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PNS (pemberantasan sarang nyamuk),
penyuluhan tentang informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui
jalur informasi yang ada :
a. Penyuluhan kelompok : PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelmpok agama, guru,
murid di sekolah, pengelola tempat umum/instansi.
b. Penyuluhan

perorangan

:

kepada

ibu-ibu

pengunjung

posyandu,

kepada

penderita/keluarganya di puskesmas
c. Kunjungan rumah oleh kader/petugas puskesmas.
d. Penyuluhan melalu media massa : TV, radio dan lain-lain (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I,
Pusat)

1

Manajemen program DHF
Demam Berdarah ( Dengue Haemorrhagic Fever )
1. Pengertian
Demam berdarah (Dengue Haemorrhagic Fever = DHF) ialah suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui nyamuk Aedes aegepti. Penyakit ini terutama
menyerang anak-anak dan dapat menyebabkan kematian.6
2. Tanda-tanda dan gejala
a) Hari ke-1

: (1) Mula-mula timbul panas mendadak (suhu badan 38°- 40°)
(2) Badan lemah dan lesu

b) Hari ke-2 atau ke-3 : (3) Perut (ulu hati) terasa nyeri
(4) Petechiae (bintik-bintik merah di kulit) pada muka, lengan,
paha, perut atau dada. Kadang-kadang bintik-bintik merah ini
hanya sedikit sehingga sering perlu pemeriksaan yang teliti.
Bintik-bintik

merah

ini

mirip

dengan

bekas

gigitan

nyamuk.Untuk membedakannya ranggangkan kulit: bila
hilang, bukan demam berdarah. Untuk melihat adanya
petechiae lakukan pemeriksaan dengan tourniquet (rumpel
leede) test. Test positif setelah pemeriksaan tourniquet
(rumpel leede) keluar petechiae di tangan.
(5) Kadang-kadang terjadi perdarahan hidung (mimisan),
mulut atau gusi dan muntah darah atau berak darah. Tandatanda dan gejala di atas disebabkan karena pecahnya
pembuluh darah kapiler yang terjadi di semua organ tubuh.
c) Hari ke-4 s/d 7:

(6) penyakit menjadi parah, penderita gelisah,berkeringat banyak,
ujung-ujung tangan dan kaki dingin (pre shock).
(7) Bila keadaan (pre-shock) ini berlanjut, maka penderita
dapat mengalami shock (lemah tak berdaya,denyut nadi cepat
atau sukar diraba), atau disebut

dengan Dengue shock

Syndrome (DSS), dan bila tidak segera ditolong dapat

1

meninggal. Keadaan pre-shock dan shock ini disebabkan oleh
adanya gangguan pada pembuluh darah kapiler yang
mengakibatkan merembesnya plasma darah keluar dari
pembuluh darah dan perdarahan.6

d) Pemeriksaan laboratorium :
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan :
(1) Thrombocytopenia (100.000/mm3 atau kurang). Biasanya baru terjadi pada hari ke3 atau ke-4. Dalam praktek untuk pasien-pasien luar, perhitungan kwalitatif dari
sediaan darah perifer dapat dilakukan. Pada orang normal 4 - 1 0 thrombocyt/LP
(dengan rata-rata 10/LP) menunjukkan jumlah thrombosit yang cukup. Rata-rata
kurang dari 2-3/LP dianggap rendah (kurang dari 100.000).
(2) Hemo konsentrasi
Ht meningkat 20% atau lebih dari nilai sebelumnya. Biasanya terjadi pada hari ke 3
atau 4. Contoh: Ht waktu datang pertama kali = 30% , Ht pada pemeriksaan
berikutnya = 38 % , Nilai Ht meningkat = 38 - 30 x 100% = 26% Bila tidak
tersedia alat haematokrit/centrifuge dapat digunakan perhitungan Hmt ini dengan
hemoglobinometer Sahli.6
3. Diagnosa
Adanya 2 atau 3 kriteria klinik yang pertama disertai adanya thrombocytopenia sudah
cukup untuk menegakkan diagnosa Demam Berdarah secara klinik. Bila kriteria tersebut
belum/tidak dipenuhi disebut sebagai suspect Demam Berdarah. Diagnosa pasti dilakukan
dengan pemeriksaan serologis spesimen akut dan konvalescen.6
4. Akibat Infeksi Virus Dengue
Seseorang yang digigit nyamuk Aedes aegepti yang infektif (mengandung virus dengue)
dapat berakibat sebagai berikut:
a) Tidak sakit (karena kebal)

1

a) Demam ringan yang sulit dibedakan dengan penyakit infeksi lain (Fever Unknown Origin
= FUO)
b) Demam dengue (demam lima hari = Dengue Fever = DF)
c) Demam berdarah (DB) -> DSS -> meninggal.6
5. Pemberantasan vektor
Tujuan pemberantasan demam berdarah dengue adalah penurunan angka kematian (Case
Fatality Rate) dan insidens demam berdarah dengue serendah mungkin. Selain itu juga
membatasi penyerbar-luasan penyakit
Perlindungan perseorangan:
(1)Pemberantasan vektor jangka panjang (pencegahan)
- Satu cara pokok untuk pemberantasan vektor jangka panjang ialah usaha peniadaan
sarang nyamuk,
- Vas bunga dikosongkan tiap minggu.
- Menguras bak mandi seminggu sekali yaitu dengan menggosok dinding bagian dalam
dari bak mandi tersebut.
- Tempat-tempat persediaan air agar dikosongkan lebih dahulu kubelum diisi kembali.
Maksudnya agar larva-larva dapat disingkirkan.
(2) Dalam usaha jangka panjang untuk daerah dengan vektor tinggi dan riwayat wabah
DHF maka kegiatan Puskesmas lebih lanjut yaitu:
- Abatesasi untuk membunuh larva dan nyamuk
- Fogging dengan malathion atau fonitrothion.
(3) Pemberantasan vektor dalam keadaan wabah. Kegiatan Puskesmas adalah membantu :
1. Tim Propinsi/Dati II untuk kurvai larva dan nyamuk.
2. Membantu penyiapan rumah penduduk untuk di-fogging.6

6. Pelaksanaan Survei Jentik (pemeriksaan Jentik)
Survei jentik dilakukan dengan cara kubagai berikut :

1

-

Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada
tidaknya jentik.

-

Untuk memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar, seperti : bak
mandi, tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan
(penglihatan) pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira 1 (satu)
menitauntuk memastikan keberadaan jentik.

-

Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti: vas
bunga/pot, tanaman air/botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu
dipindahkan ke tempat lain.

-

Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh, biasanya
digunakan senter.

Adapun metode kurvey jentik secara visual dapat dilakukan kubagai berikut :
Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat
genangan air tanpa mengambil jentiknya. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan
jentik Aedes aegypti biasanya menggunakan persamaan house index kubagai berikut :

Kegiatan PE dilakukan dalam radius 100 meter dari lokasi tempat tinggal penderita.Bila
penderita adalah siswa sekolah atau pekerja, maka PE selain dilakukan di rumah juga dilakukan
di sekolah/tempat kerja penderita oleh puskesmas.Hasil PE segera dilaporkan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,untuk tindak lanjut lapangan dikoordinasikan dengan
Kades/Lurah.
Bila hasil PE positif (Ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lainnya dan atau ≥ 3 orang
tersangka DBD, dan ditemukan jentik (≥5%), dilakukan penanggulangan fokus, melakukan
pengasapan (fogging), penyuluhan, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan larvasidaki
selektif), sedangkan bila hasilnya negatif dilakukan penyuluhan, PSN dan larvasidaki selektif.

1

Berikut adalah bagan penyelidikan epidemiologi yang tergabung dalam penanggulangan
fokus penanggulangan penderita DBD di lapangan :

Dalam penentuan kebijakan dari hasil pelaksanaan penyelidikan epidemiologi, maka
disediakan fasilitas pencarian kasus lewat metode case based reasoning. Silahkan masukkan
nilai-nilai dari indikator penyelidikan epidemiologi yang ada, maka anda akan dihubungkan
dengan kasus-kasus yang serupa yang dapat dijadikan patokan kebijakan pemberantasan demam
berdarah (DBD). Nilai indikator yang anda masukkan mempunyai batasan daerah penyelidikan
epidemiologis yaitu dalam sekop kelurahan/desa. 6
7. Angka Bebas Jentik (ABJ)
Merupakan salah satu indicator keberhasilan program pemberantasan vector penular
DBD. Angka Bebas Jentik sebagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakan PSN3M menunjukan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD. Rata-rata ABJ yang
dibawah 95% menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD di
lingkunagnnya masing-masing belum optimal.

1

8.Pemberantasan Sarang Nyamuk
Pencegahannya dilakukan melalui jalur 3M yaitu dengan cara :
o

Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama, guru,
murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi.

o

Penyuluhan

perorangan:

Kepada

ibu-ibu

pengunjung

Posyandu,kepada

penderita/keluarganya di Puskesmas,kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas
o

Penyuluhan melalui media massa: TV, radio(oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan pusat).
Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama kubelum musim penularan
(musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat.
Kegiatan PSN oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam kegiatan di
wilayah dalam rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota. 6

9. Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan
a) Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita demam
berdarah dengue menggunakan formulir:
- W1/laporan KLB dan wabah
- W2/laporan mingguan wabah
- SP2TP: LB Viaporan bulanan data kesakitan dan LB 2/laporan bulanan data
kematian.
Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3/laporan bulanan
kegiatan Puskesmas (SP2TP).
b) Penderita demam berdarah/suspect demam berdarah perlu diambil specimen darahnya
(akut dan konvalesens)auntuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim bersama-sama
ke Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Dati II setempat.6
10. Pertolongan pada penderita
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan kapiler dan sebagai akibat perdarahan.Pasien DD dapat
berobat jalan sedangkan pakien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD
dengan komplikasi perlu perawatan intensif.6

1

Evaluasi program DHF dengan pendekatan sistem

1. Masukan (input)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari untur
tenaga (man), dana (money), sarana (material), dan metoda (method) yang merupakan
variable dalam melaksanakan evaluasi program pemberantasan Demam Berdarah
Dengue.
2. Proses (process)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari unsur
perencanaan (planning), organisasi (organization),

pelaksanaan (activities), dan

pengawasan (controlling) yang merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi
program Demam Berdarah Dengue
3. Keluaran (output)
Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam
system dari kegiatan pemberantasan DBD
4. Dampak (impact)
Akibat yang ditimbulkan oleh keluaran dalam pemberantasan DBD
5. Umpan Balik (feed back)
Kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari system dan sekaligus
sebagai masukan dalam program pemberantasan DBD
6. Lingkungan (environment)
Dunia luar yang tidak dikelola oleh system tetapi mempunyai pengaruh terhadap
system.

1

Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari Puskesmas yaitu mendukung tercapainya pembangunan
kesehatan nasional maka Puskesmas memegang peranan penting dalam suksesnya program
pemberantasan penyakit menular (P2M) yang merupakan salah satu Upaya Kesehatan Wajib
Puskesmas.
Pada Program Puskesmas dalam Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue,
penting bagi para petugas puskesmas untuk melakukan pendekatan system dan menbandingkan
antara cakupan dengan target yang telah ditetapkan. Pemberantasan DBD dibandingkan dengan
target variable yang dinilai: jumlah penderita DBD, pemeriksaan jentik berkala, kegiatan
penyuluhan DBD, pemberantasan vector yaitu: kegiatan fogging, abatisasi dan gerakan 3M/
gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Untuk itu masyarakat harus mempunyai

pengetahuan dan sikap yang baik tentang penyakit DBD dan PSN DBD.
Tujuan dari program penelitian puskesmas ini untuk mengetahui pelaksanaan PSN DBD
sehingga dapat diketahui permasalahan yang ada untuk dapat meningkatkan ABJ dan untuk
menurunkan angka kesakitan DBD.

Daftar Pustaka
1. Widoyono. Demam berdarah dengue. Penyakit tropis, epidemiologi, penularan,
pencegahan dan pemberantasan. Erlangga.Jakarta. 2008.h.59

1

2. Bustan M N. Ukuran Epidemiologi. Pengantar epidemiologi.Cetakan ke-2. Rineka
Cipta;Jakarta.2006.h 75
3. Depertemen Kesehatan RI. Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana
pelayanan kesehatan. Depertemen Kesehatan; Jakarta.2005.h.1
4. Departemen Kesehatan RI. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue oleh
jumantik. Edisi ke-3 Jakarta. Departemen Kesehatan;2007.h.7
5. Azwar Azrul. Management Puskesmas. Keputusan Mentri Kesehatan Repuplik Indonesia
tantang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.Departeman Kesehatan RI,Jakarta
2004.h. 20-31
6. Richie. Evaluasi Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Puskesmas
Kelurahan Jelambar Baru Periode Agustus 2007 sampai dengan Juli 2008. Kepaniteraan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
Jakarta 2008.

1

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

FRAKSIONASI DAN KETERSEDIAAN P PADA TANAH LATOSOL YANG DITANAMI JAGUNG AKIBAT INOKULASI JAMUR MIKORIZA ARBUSKULAR DAN BAKTERI PELARUT FOSFAT (Pseudomonas spp.)

2 31 9

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

IMPROVING CLASS VIII B STUDENTS’ READING COMPREHENSION ACHIEVEMENT BY USING THINK-PAIR-SHARE TECHNIQUE AT MTs. AL-HIDAYAH BONDOYUDO LUMAJANG IN THE 2012/2013 ACADEMIC YEAR

0 46 12

2. TPM KOTA IPA PAKET B

21 153 17

Matematika Kelas 6 Lusia Tri Astuti P Sunardi 2009

13 252 156

MatematikaIPS B

0 28 12

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

THE DEVELOPMENT OF THE INTERACTIVIE LEARNING MEDIA OF UNIFROMLY ACCELERATED MOTION (GLBB) IN CLASS X BASED-GENERIC SCIENCE SKILLS USING FLASH ANIMATION OF SENIOR HIGH SCHOOL IN WEST LAMPUNG REGENCY PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATERI GERAK L

0 35 131