Studi Implementasi Iso 9000 : 2000 pada Perusahaan Konstruksi di Makassar

Pamulu,
Husni.
Vol. 12 No.
3 Juli 2005

urnal
TEKNIK SIPIL

Studi Implementasi Iso 9000 : 2000
pada Perusahaan Konstruksi di Makassar
Muhammad Sapri Pamulu1)
Muhammad Salsabil Husni2)
Abstrak
Pengelolaan mutu yang sistematik dapat mengurangi biaya kegagalan produk dan jasa. Oleh karena itu
diperlukan standar untuk melakukan pekerjaan yang efisien dengan menciptakan konsistensi mutu. Peraturan
LPJK pada tahun 2004 mensyaratkan perusahaan konstruksi berkategori B (besar) untuk menerapkan sistem
manajemen mutu ISO 9000:2000. Dalam konteks tersebut studi ini bertujuan untuk menganalisa manajemen
mutu yang ada pada perusahaan konstruksi yang ada di Makassar dan mengetahui proses-proses yang dapat
diperbaiki guna memperoleh kepuasan pelanggan yang optimal dan penyempurnaan berkelanjutan. Penelitian
ini meliputi kelengkapan dan sistem manajemen mutu, dokumen mutu, sistem mutu, alat-alat mutu yang
digunakan, kegiatan mutu dalam perusahaan, dimensi mutu, budaya mutu,dan pendekatan proses dalam sistem

mutu. Dari penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil perusahaan konstruksi di Makassar sudah
mengakomodasi sistem mutu dalam perusahaannya yang ditandai dengan sebagian besar perusahaan konstruksi
telah memiliki unit kerja khusus dibidang mutu, dokumen mutu, sistem mutu dan kegiatan mutu yang menunjang
proses dari manajemen mutu. Tingkatan sistem mutu pada perusahaan yang menerapkan ISO 9000:2000
terletak pada tahapan penjaminan mutu. Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa budaya mutu dan kegiatan
mutu mempengaruhi secara signifikan proses mutu yang ada di dalam perusahaan konstruksi
Kata-kata Kunci : Mutu, sistem manajemen, ISO 9000:2000, proses, implementasi.
Abstract
Systematic quality management could reduce cost of defect of product and service. Therefore a standard is
required to do efficient work by creating quality consistency. In the year 2004, LPJK released a regulation that
large construction company or categorized as B grade have to apply system of quality management of ISO
9000:2000. Context of this study is to analyze quality management that employ in construction firms in
Makassar and to identify processes which can be improved to obtain optimal customer satisfaction and
continuous improvement. This research cover tools and system of quality management, quality document, quality
system, quality activity in company, quality dimension, culture of quality, and process approach in quality
system. Research show that construction firms in Makassar have accommodated quality system in their
business, its indicated by most of construction company have special unit on quality, quality document, system
of quality and quality activity that supporting process for quality management. Level of Quality system at
company applying ISO 9000:2000 is laid on steps of quality assurance. Spearman Correlation test show quality
cultures and activities have significantly affected quality processes within construction firms

Keywords : Quality, management system, ISO 9000:2000, process, implementation.

1. Pendahuluan

perusahaan (corporate level) maupun di proyek
(project level).

Mutu merupakan salah satu tujuan dan sekaligus
indikator kesuksesan suatu proyek konstruksi terutama
oleh pemilik proyek (owner) terhadap produk dan jasa
layanan pelaksana konstruksi (kontraktor). Dalam
konteks ini, mutu dianggap sebagai salah satu elemen
kunci dari metode dan teknik manajemen proyek
konstruksi. Sebagai konsekuensinya, sistem
manajemen mutu harus diterapkan baik di tingkat

Project Management Institute (PMI, 2000)
menyatakan bahwa manajemen mutu proyek
merupakan proses yang diperlukan untuk meyakinkan
bahwa proyek akan memenuhi harapan dan

kebutuhan, termasuk semua kegiatan dari semua
fungsi manajemen yang menentukan kebijakan, tujuan
dan
tanggung
jawab
mutu,
dan

1. Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin (TS-UNHAS)
2. Sekolah Bisnis & Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB)
Catatan : Usulan makalah dikirimkan pada 30 Mei 2005 dan dinilai oleh peer reviewer pada tanggal 06 Juni 2005 - 14 Juli
2005. Revisi penulisan dilakukan antara tanggal 29 Juli 2005 hingga 13 Agustus 2005.

Vol. 12 No. 3 Juli 2005 201

Studi Implementasi Iso 9000 : 2000 pada Perusahaan Konstruksi di Makassar

mengimplementasikannya sedemikian hingga seperti
perencanaan mutu (quality planning), penjaminan
mutu (quality assurance), pengendalian mutu (quality

control) dan penyempurnaan mutu (quality
improvement).
ISO 9000 adalah salah satu standar sistem manajemen
mutu internasional yang dapat diterapkan baik industri
manufaktur maupun jasa konstruksi untuk
penyempurnaan mutu prosedur dan produk. Adapun
tahapan yang diperlukan untuk menerapkan standar
sistem manajemen mutu ISO 9000 adalah mulai dari
tahap persiapan, tahap implementasi hingga sampai
kepada tahap sertifikasi. Sertifikasi ISO 9000 dalam
industri konstruksi telah diterima secara meluas oleh
banyak negara termasuk Indonesia, dan jumlah
sertifikat untuk perusahaan konstruksi bertambah dari
tahun ke tahun.

2. Tujuan dan Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada beberapa perusahaan
konstruksi di Makassar untuk mengetahui sejauh mana
penerapan konsep dan praktek-praktek standar ISO
9000 di dalam organisasi perusahaan dan batasan jarak

yang ada dalam penerapan ISO 9000 dalam
perusahaan konstruksi tersebut..
Bahasan penulisan ini terfokus pada studi penerapan
standar/sistem manajemen mutu pada perusahaanperusahaan konstruksi di Makassar dengan merujuk
kepada standar/sistem manajemen mutu ISO
9000:2000. Adapun batasan masalah dari penulisan ini
adalah sebagai berikut:






Pendekatan proses sistem manajemen mutu yang
dipakai adalah pada tingkat perusahaan bukan
pada tingkat proyek
Perusahaan Konstruksi yang menjadi target
sampel adalah perusahaan konstruksi
berkualifikasi besar (B) di kota Makassar baik
yang belum atau sudah menerapkan sistem/

standar manajemen mutu ISO 9000 : 2000.
Perusahaan dengan kualifikasi kecil (K) atau
Menengah (M) tidak dilibatkan dalam penelitian
ini.
Alat analisis yang digunakan adalah self
assessment list ISO 9000:2000 dari Australian &
New Zealand Standard (AS/NZS ISO 9004:2000)
Klausul yang dipakai adalah klusul 4 (empat) dan
klausul 5 (lima). Dimana pada klusul 4 (empat)
berisi sistem manajemen kualitas dimana pada
kalusul ini banyak menekankan pada kebutuhan
umum untuk penerapan ISO 9001 : 2000.
Sedangkan pada klausul 5 (lima) berisi tanggung
jawab manajemen dimana pada klausul ini berisi
tanggungjawab manajemen dalam mendefinisikan
kebijaksanaan, sasaran perencanaan dan sistem
manajemen kualitas yang dibutuhkan ketika

202 Jurnal Teknik Sipil


mempersiapkan umpan balik melalui peninjauan
kembali terhadap manajemen untuk merubah
peraturan dan menemukan proses yang dapat
memperbaiki ke depan.
Dalam penelitian ini digunakan metode angket atau
kuesioner. Selain itu juga diadakan interview
(wawancara) apabila terdapat data-data yang dirasa
kurang jelas. Hal ini dikarenakan pada perusahaan
konstruksi tersebut, dituntut untuk mempunyai sistem
mutu yang menjamin kepuasan pelanggan sehingga
pada akhirnya standar ISO 9000 akan diterapkan
sesuai dengan peraturan LPJK (Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi) pada tahun 2004.
Pada penelitian ini kami lebih memfokuskan pada
perusahaan konstruksi berkualifikasi B yang
berafiliasi dengan GAPENSI serta dari BUMN yang
berdomisili di wilayah Makassar. Adapun jumlah yang
terdaftar dalam Badan Usaha Anggota Gapensi Tahun
2003 golongan B sebanyak 16 perusahaan dan Badan
Usaha Milik Negara yang ada di wilayah Makassar

sebanyak 7 buah.

3. Tinjauan Pustaka
Mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung
dari suatu produk atau jasa, seperti : kinerja
(performance), kehandalan (reliability), mudah dalam
penggunaan (easy of use), estetika (esthetics), dan lain
sebagainya (Vincent Gaspersz,2001). ISO 8402
mendefinisikan mutu sebagai keseluruhan ciri dan
karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya
dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan
secara tegas maupun tersama, dan manajemen mutu
sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara
keseluruhan yang menentukan kebijakan mutu, tujuantujuan
dan
tanggung
jawab,
serta
mengimplementasikannya melalui metode
perencanaan mutu (Quality Planning), pengendalian

mutu (Quality Control), jaminan mutu (Quality
Assurance) dan peningkatan mutu (Quality
Improvement).
ISO 9001 : 2000 adalah suatu standar internasional
untuk sistem manajemen mutu yang menetapkan
persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain
dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu, yang
bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan
memberikan produk (barang dan/atau jasa) yang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan. ISO 9001:
2000 bukan merupakan standar produk, karena
tidak menyatakan persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi oleh produk (barang dan/atau jasa), tetapi
hanyalah merupakan standar sistem manajemen. ISO
9001:2000 juga terdiri dari 8 Klausul yaitu (1) Klausul
Ruang Lingkup; (2) Klausul Referensi Normatif; (3)
Klausul Istilah dan Definisi; (4) Klausul Sistem
Manajemen Mutu; (5) Klausul Tanggung Jawab

Pamulu, Husni.


Manajemen; (6) Klausul Manajemen Sumber Daya;
(7) Klausul Realisasi Produk; dan (8) Klausul
Analisis, pengukuran dan peningkatan. (Vincent
Gaspersz, 2001).
ISO 9001 : 2000 disusun berlandaskan pada 8
(delapan) prinsip manajemen mutu yang dapat
digunakan oleh manajemen senior sebagai kerangka
kerja (framework) yang membimbing organisasi
menuju peningkatan kinerja yaitu (1) Fokus
Pelanggan; (2) Kepemimpinan; (3) Keterlibatan
Orang-orang; (4); Pendekatan Proses; (5) Pendekatan
Sistem terhadap Manajemen; (6) Peningkatan Terus
Menerus; (7) Pendekatan Faktual dalam Pembuatan
Keputusan; dan (8) Hubungan Pemasok yang Saling
Menguntungkan.
Dalam menerapkan standar ISO 9000 untuk
perusahaan di dalam industri konstruksi, ada beberapa
kebutuhan yang harus dipenuhi yaitu Tanggung jawab
manajemen, Peninjauan ulang terhadap kontrak,

Pengendalian terhadap desain, Pengendalian terhadap
dokumen, Pembelian, Pengendalian terhadap proses,
Tindakan korektif, Pelatihan, dan Peninjauan ulang
dan audit.
Ada beberapa model untuk audit internal dalam
organisasi terhadap kriteria sistem manajemen mutu.
Model yang paling banyak diketahui dan paling
sering digunakan adalah model kualitas nasional dan
regional ynag mengacu kepada model terbaik di
dunia. Pendekatan audit internal dengan
menggunakan Gap Analisis ISO 9000 : 2000
merupakan cara termudah untuk mengetahui tingkat
kematangan dari sebuah sistem manajemen mutu
perusahaan dan area utama dimana perbaikan
dibutuhkan.
Memang menjadi bahan perdebatan jika prosedur
konstruksi dapat distandarisasi (seperti industri
manufaktur), diketahui bahwa produk dari konstruksi
selalu unik, setiap proses konstruksi melibatkan
tenaga kerja dan supplier yang beragam, dan
lingkungan dimana proses ini dilaksanakan sering
menjadi faktor yang menghambat (Chung,1999). Di
Indonesia kondisi ini lebih rumit lagi karena
melibatkan penggunaan tenaga kerja berpendidikan
rendah dan sifat pekerjaan cenderung merupakan
pekerjaan tangan (Prijono, 1997). Belum lagi format
standar yang ada sering membawa kepada

penerjemahan yang beragam dan penerapan,
kegunaan, serta hasil dari ISO 9000 dapat beragam di
antara berbagai perusahaan dan negara (Bubshait dan
Al-Atiq, 1999). Hal inilah yang menyebabkan
kesulitan dalam pengukuran dan pengawasan.

4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Karakteristik responden
Jumlah populasi yang dijadikan objek penelitian ini
berjumlah 23 (dua puluh tiga). Perusahaan yang terdiri
atas 7 (tujuh) perusahaan milik pemerintah (BUMN)
dan 16 (enam belas) perusahaan swasta yang
berkualifikasi besar (B) dalam daftar anggota
Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia
(GAPENSI) dalam wilayah kota Makassar. Dari hasil
distribusi kuesioner yang diadakan sebanyak 15
responden merespon positif dan mengembalikan
kuesioner sedangkan sisanya tidak dapat dihubungi
atau merespon negatif.
Perusahaan yang menjadi responden dalam penelitian
ini merupakan perusahaan yang berpengalaman
minimal 6 (enam) tahun dalam berbagai proyek
konstruksi di Sulawesi Selatan. Pengalaman kerja
lebih dari 16 tahun dimiliki oleh perusahaan yang
bersertifikasi ISO 9000 : 2000. Untuk perusahaan
yang belum memiliki sertifikat ISO 9000 : 2000 ada
sekitar 29% perusahaan yang berumur antara 6 sampai
15 tahun selebihnya berumur 16 tahun keatas.
Perusahaan yang memiliki sertifikat ISO 9000 : 2000
mempunyai nilai kontrak rata-rata 16 sampai 20
milyar keatas. Perusahaan yang mempunyai nilai
kontrak 16 sampai 20 milyar hanya sebesar 12,5%
sedangkan sisanya mempunyai nilai kontrak di atas 20
milyar. Nilai kontrak perusahaan non ISO 9000 : 2000
mengalami perubahan dari tahun ketahun meskipun
secara keseluruhan nilai kontraknya masih dibawah
perusahaan yang memiliki ISO 9000 : 2000. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki ISO
mempunyai kemudahan untuk mendapatkan nilai
kontrak yang lebih tinggi. Dari hasil interview yang
dilakukan kemudahan mendapatkan nilai kontrak yang
lebih tinggi disebabkan adanya kepercayaan dari
konsumen pengguna jasa konstruksi dimana pelanggan
merasa mempunyai sebuah jaminan bahwa proyek
akan selesai tepat pada waktunya dengan standar mutu
yang telah disepakati.

Tabel 1. Nilai kontrak

Tahun
Tahun
2002
Tahun
2003

0-3 M

Perusahaan Non ISO
4-9 M 10-15 M 16-20 M >20 M

0-3 M

Perusahaan Non ISO
4-9 M 10-15 M 16-20 M >20 M

0,0%

0,0%

0,0%

12,5%

87,5%

12,5%

25,0%

25,0%

12,5%

25,0%

0,0%

0,0%

0,0%

12,5%

87,5%

14,3%

0,0%

28,6%

28,6%

28,6%

Vol. 12 No. 3 Juli 2005 203

Studi Implementasi Iso 9000 : 2000 pada Perusahaan Konstruksi di Makassar

Seperti yang diketahui bahwa bahwa ISO 9000 : 2000
mempunyai beberapa kelengkapan sistem yang
mendukung dari ISO 9000 : 2000 itu sendiri, berupa
unit kerja dokumen-dokumen mutu dan sistem mutu
yang digunakan. Dari hasil kuesioner yang diedarkan
maka dihasilkan gambaran bahwa responden yang
memiliki unit yang khusus menangani mutu hanya
93,3% dan sisanya sebesar 6,7% tidak memiliki unit
khusus yang menangani mutu. Untuk perusahaan yang
bersertifikat ISO 9000 : 2000 mempunyai unit kerja
mutu yang menangani manajemen mutu dalam
perusahaan tersebut sedangkan pada perusahaan yang
tidak bersertifikat ISO 9000 : 2000 hanya 85,7% yang
mempunyai unit kerja mutu dan sisanya belum
memiliki unit kerja khusus untuk menangani mutu.
Fakta ini menunjukkan bahwa sistem mutu sudah
diakomodasi dalam struktur organisasi pada
perusahaan kostruksi di Makassar. Dengan terdapatnya
unit mutu diperusahaan maka pengelolaan mutu akan
menjadi suatu kegiatan berstruktur dan sistematis.
Untuk dokumen mutu yang digunakan ada tiga yaitu
(1) Pedoman Mutu (Quality Control); (2) Prosedur
Sistem Mutu; dan (3) Instruksi Kerja.
Kelengkapan dokumen mutu ini kurang dimiliki oleh
perusahaan yang tidak menerapkan ISO 9000 : 2000.
Responden yang tidak memiliki ISO 9000 : 2000
sebanyak 62,5% hanya menggunakan sebuah dokumen
mutu dan 12,5% sama sekali tidak mempunyai sistem
mutu. Hanya 25% responden non ISO 9000 : 2000
yang menggunakan ketiga dokumen mutu dalam
menerapkan sistem mutunya. Dari hasil interview yang
dilakukan, responden non ISO 9000 : 2000 yang
memiliki ketiga dokumen mutu adalah perusahaan
konstruksi yang berada pada tahap sertifikasi standar
sistem manajemen mutu ISO 9000 : 2000.

pada perusahaan konstruksi khususnya yang
berkualifikasi B di Makassar yang digambarkan pada
Tabel 3.
Tabel di atas menunjukkan bahwa alat mutu yang
paling banyak digunakan adalah Cheklist dengan total
nilai 65 dan alat mutu yang paling jarang digunakan
adalah diagram sebab-akibat dimana nilai totalnya
hanya sebesar 47. Dari hasil interview yang kami
lakukan, perusahaan konstruksi memilih menggunakan
Checklist dikarenakan kemudahan dan keterbiasaan
dalam menggunakan alat tersebut. Temuan ini juga
senada dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Abdulaziz A. Bubshait dan Tawfiq H. Al-Atiq
(1999).
Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa kegiatan
mutu yang paling sering dilaksanakan adalah sistem
mutu dengan nilai total 69 dan audit dengan nilai total
yang tidak banyak selisihnya yaitu 68. Kebalikan dari
kegiatan tersebut evaluasi metode konstruksi
merupakan kegiatan yang menurut para responden
yang terendah yang biasa dilakukan oleh perusahaan
konstruksi melalui hasil yang kami dapatkan dari
responden dengan nilai total sebesar 63. Hal ini
menandakan bahwa perusahaan konstruksi yang
berkualifikasi B dimakassar telah memperhatikan
peningkatan mutu dari barang/jasa yang dihasilkan
dengan cara memperbaiki proses kinerja dari
perusahaan sebagaimana juga dinyatakan oleh Chini
Tabel 3. Intensitas alat mutu
No.
1
2

Item
Checklist/lembar periksa
Inspeksi/pemeriksaan/
pengujian
Flowchart/diagram alir
Diagram kontrol/peta
kendali
Sampling statistik
Histogram
Diagram pareto
Diagram sebab akibat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perusahaan yang bersertifikat ISO 9000:2000
seharusnya dilengkapi dengan dokumen instruksi
kerja, sedangkan perusahaan yang belum mengantongi
ISO 9000:2000 masih harus menambah dokumen
mutunya berupa pedoman mutu dan instruksi kerja
untuk dapat memenuhi standar sistem manajemen
mutu berbasis ISO 9000. Salah satu pendekatan dalam
pengelolaan proses adalah menyediakan panduan kerja
yang jelas.

Tabel 4. Intensitas
perusahaan

Dari hasil kuesioner yang diedarkan maka diperoleh
informasi penggunaan alat mutu yang biasa digunakan

No.

Tabel 2. Jumlah dokumen mutu

Jumlah
dokumen
3 dokumen
2 dokumen
1 dokumen
tidak ada

Perusahaan
ISO
85.71%
14.29%
0.00%
0.00%

204 Jurnal Teknik Sipil

Perusahaan
Non ISO
25.00%
0.00%
62.50%
12.50%

3
4
5
6
7
8

35

Non
ISO
30

34

29

63

36

25

61

34

27

61

30
31
31
29

21
20
20
18

51
51
51
47

ISO

kegiatan

mutu

Total
65

dalam

1 Sistem mutu
2 Audit
3 Ekspedisi
Pelatihan mutu terhadap
4
karyawan

37
35
34

Non
ISO
32
33
33

34

32

66

5 Evaluasi desain

35

31

66

33

30

63

6

Item

Evaluasi metode
konstruksi

ISO

Total
69
68
67

Pamulu, Husni.

dan Valdez (2003) tetapi harus meningkatkan kegiatan
mutu pada bagian evaluasi metode konstruksi.
Dari tabel di atas terlihat bahwa ketepatan waktu
merupakan karateristik yang paling banyak dipilih
oleh para responden sebagai karateristik yang sangat
penting dengan nilai total 68. Ketepatan waktu adalah
kemampuan perusahaan konstruksi untuk menepati
jadwal baik dari segi waktu kontrak dimulai, masuk
waktu tunggu sampai masa pekerjaan serta
penyelesaian kontrak. Kehandalan dan kesesuaian
menempati urutan kedua dari peringkat variabel
karateristik mutu berdasarkan hasil kuesioner yang
dilakukan dengan total nilai 66. Hal ini dikarenakan
responden menganggap tingkat akurasi terhadap
kesesuaian terhadap pelayanan dan spesifikasi yang
telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan
pelanggan harus dipenuhi selanjutnya seperti
responsiveness/tanggapan, ketelitian, kelengkapan,
konsistensi, estetika dan serviceability mempunyai
nilai total sebesar 62 diikuti oleh aksebilitas/
kemudahan dengan jumlah total yang sama sedangkan
daya tahan dan perceived quality memiliki nilai total
yang sama pula sebesar 60. Dengan nilai total 59 yang
merupakan nilai total terendah kebangaan dan fitur
menepati urutan terakhir.
Fitur adalah karateristik yang melengkapi fungsi dasar
fasilitas berkaitan dengan tambahan pada performance/
fungsi dasar dan pengembangannya. Dari hasil
interview yang dilakukan terhadap responden fitur
menempati urutan terakhir dikarenakan pelanggan
perusahaan konstruksi di Makassar biasanya terfokus
pada kebutuhan dasar dan menganggap fitur hanya
sebagai pelengkap saja.
Untuk perusahaan yang menerapkan standar sistem
mutu ISO 9000 : 2000 karyawan dan staf mempunyai
kebanggaan yang lebih tinggi dalam menjalankan
sistem mutu guna mendapatkan kepuasan pelanggan
yang lebih tinggi lagi. Kebanggaan yang ada pada
perusahaan yang tidak menerapkan standar sistem
mutu ISO 9000 : 2000 kurang dimiliki oleh para
karyawan dan staf . Hal ini menandakan bahwa standar
sistem mutu ISO 9000 : 2000 meningkatkan
kepercayaan karyawan dan staf dalam menjalankan
sistem mutu yang ada.
Dari nilai skor yang ada menandakan bahwa
perusahaan konstruksi telah menyadari bahwa pada
umumnya pelanggan menginginkan produk yang
memiliki karateristik yang lebih cepat dan lebih baik.
Pada industri jasa, ketepatan waktu pelayanan dan
akurasinya merupakan faktor yang penting yang
diinginkan oleh pelanggan (Vincent Gaspersz,1997).
Pada perusahaan konstruksi budaya mutu merupakan
suatu kegiatan yang harus dikembangkan untuk
mendukung proses mutu atau mempertahankan sistem

mutu yang ada perusahaan. Adapun budaya mutu yang
paling tinggi nilai totalnya berdasarkan hasil kuesioner
adalah kepemimpinan sebagai suatu kegiatan dari
perubahan budaya yang sangat penting dengan
mendapatkan nilai total sebesar 66. Dengan nilai total
sebesar 62 menepatkan pemberdayaan karyawan dan
perbaikan terus menerus sebagai pilihan terendah.
Khusus untuk perusahaan yang menerapkan standar
sistem mutu ISO 9000 : 2000 kepemimpinan
menempati urutan tertinggi pada budaya mutu pada
perusahaan yang ada. Pemberdayaan karyawan dan
fokus pelanggan menempati urutan kedua dengan nilai
total 36. Nilai terendah sebesar 34 dimiliki oleh
pengembangan kemitraan yang menempati urutan
terakhir.
Kepemimpinan dan pemberdayaan karyawan
merupakan salah satu bagian dari tanggung jawab
manajemen dan merupakan faktor yang paling mudah
untuk diimplementasikan oleh perusahaan konstruksi
di Indonesia (Setiawan, Setyanto, 2004).
Pemberdayaan karyawan pada perusahaan yang tidak
menerapkan sistem mutu ISO 9000 : 2000 menempati
Tabel 6. Budaya mutu
No.
Item
1 Kepemimpinan
2 Pengembangan parnetship/
kemitraan
3 Informasi dan analisis
4 Fokus pelanggan
5 Pemberdayaan karyawan
6 Perbaikan terus menerus

Non
ISO ISO Total
37

29

66

34
35
36
36
35

31
30
28
26
27

65
65
64
62
62

Tabel 5. Karateristik mutu

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Item
Ketepatan waktu
Kehandalan
Comformance/kesesuaian
Kelengkapan
Ketelitian
Responnsiveness/
tanggapan
Aestetics/estetika
Performance/kinerja
Konsistensi
Serviceability
Aksebilitas dan kemudahan
Daya tahan
Perceived quality
Feature/fitur
Coutesy/kebanggaan

Non
ISO ISO Total
36 32 68
35 31 66
36 30 66
35 30 65
35 30 65
34
34
34
35
34
33
33
30
33
34

31
30
29
28
28
29
27
30
26
25

65
65
63
63
62
62
60
60
59
59

Vol. 12 No. 3 Juli 2005 205

Studi Implementasi Iso 9000 : 2000 pada Perusahaan Konstruksi di Makassar

urutan terakhir pada budaya mutu yang ada pada
perusahaan tersebut. Hal ini menandakan
diperlukannya peningkatan kepemimpinan dan
pemberdayaan karyawan pada perusahaan tersebut.
Karyawan adalah pelaku manajemen yang seharusnya
dilibatkan dalam evaluasi. Dengan demikian seluruh
karyawan pada jenjang orgainisasi merasa ikut
bertanggung jawab terhadap proses dan kinerja yang
dihasilkan serta secara sadar turut menjalankan siklus
manajemen-PDCA secara utuh dan proporsional.
Efektif tidaknya implementasi ISO 9001 : 20000
sangat tergantung pada kemampuan pemimpin untuk
mempengaruhi dan memotivasi karyawan agar mau
mengikuti sistem yang dibangun. Kebiasaan yang
dipraktekkan oleh atasan akan dilakukan juga oleh
bawahan karena itu pemimpin senantiasa dituntut
untuk menjadi model dalam sikap dan prilaku. Kadar
komitmen mutu pada atasan dapat terlihat oleh
bawahan karena itu jangan menyalahkan bawahan
kalau mereka meniru model atau contoh yang tidak
baik yang dilakukan oleh atasan.
Audit internal merupakan cara untuk mengavaluasi
hasil atau menilai keefektivitasan dan efisienan
perusahaan serta menandakan seberapa matang sistem
mutu yang dipunyai perusahaan tersebut. Pendekatan
audit internal dengan menggunakan Gap Analisis ISO
9000 : 2000 merupakan cara termudah untuk
mengetahui tingkat kematangan dari sebuah sistem
manajemen mutu perusahaan dan area utama dimana
perbaikan dibutuhkan. Pendekatan proses dengan self
assessment ISO 9004 untuk setiap klausulnya
mempunyai skala dari 1 (tidak ada sistem formal)
sampai dengan 5 (terbaik dalam prestasi). Berikut ini
adalah tabel variable dan skala self assessment dan
perbaikan apa yang harus ditempuh dalam tiap tahapan
skala tersebut (AS/NZS ISO 9004 : 2000, 2001).

Dengan menggunakan skala tersebut diperoleh hasil
audit sebagaimana disajikan pada table 8. Klausul
yang diukur adalah klausul 4 (Sistem manajemen
mutu) dan klausul 5 (Tanggung jawab manajemen).
Hal ini dikarenakan klausul tersebut merupakan
klausul yang harus dipenuhi dalam awal penerapan
ISO 9001 : 2000.
Angka total dan mean yang terdapat pada table 8
merupakan jumlah dan rata-rata dari akumulasi pilihan
dari seluruh perusahaan yang menjadi responden
penelitian. Dengan jumlah responden sebanyak 15
perusahaan maka nilai total akan berjumlah minimal
15 sampai maksimal 40. Nilai mean menunjukkan
tingkat kinerja kematangan mutu berdasarkan skala 1 –
5 yang diadopsi dari standar mutu AS/NZS ISO 9004 :
2000 dengan makna skala sebagaimana yang disajikan
dalam table 7 di atas. Skala 1 menandakan kematangan
mutu yang buruk, sampai skala 4 yang menyatakan
tingkat kematangan terbaik dalam kinerja mutu.
Dari Tabel 8 terlihat bahwa pengidentifikasian
kebutuhan dan harapan pelanggan merupakan hal yang
paling mudah dipenuhi, dengan nilai mean yang
dicapai sebesar 4.3 (rentang skala 1 – 5), dan nilai total
64 (rentang jumlah 15 – 75). Hal ini menandakan
bahwa perusahaan konstruksi di Makassar sudah
mencapai tingkat kematangan mutu yang meningkat
secara berkesinambungan, dimana pendekatan proses
sudah dipakai yang berujung kepada hasil yang baik.
Pendekatan proses dengan cara peningkatan yang
berkesinambungan pada sistem mutu merupakan
pendekatan proses yang digunakan oleh standar sistem
mutu ISO 9000 : 2000 guna memperbaiki proses
manajemen mutu yang ada dalam perusahaan (AS/NZS
ISO 9004 : 2000, Quality management sistem
Guidelines for performance improvements,2001).
Dari hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa
kematangan sistem mutu yang dimiliki oleh

Tabel 7. Penjelasan skala self assessment

Skala

Tingkat kematangan

1

Tidak ada pendekatan resmi

2

Pendekatan reaktif

3

Pendekatan sistem formal yang stabil

4

Peningkatan berkesinambungan

5

Terbaik dalam performa

206 Jurnal Teknik Sipil

Keterangan
Tidak ada bukti pendekatan sistematis, yang jelas,
hasil yang tak dapat diramalkan
Pemecahan masalah berdasarakan pendekatan
sistematis tetapi data yang tersedia minimum dan
sudah memungkinkan untuk perbaikan
Berdasarakan pendekatan proses yang sistematis,
merupakan langkah awal yang sistematis.
Tersedianya data mengenai kesesuaian produk
dengan sasaran hasil dan bukti dari kecenderungan
perbaiakan
Menggunakan pendekatan proses, hasil yang baik
dan menopang kecenderungan peningkatan
Peningkatan proses yang betul-betul terintegrasi
dan terbaik menurut hasil benchmark (titik acuan
prestasi) yang dilakukan

Pamulu, Husni.

Tabel 8. Pendekatan proses

Nomor

Variabel

1

Pengidentifikasian kebutuhan dan
harapan pelanggan
Kepemimpinanan, keterlibatan dan
komitmen manajemen puncak
Dokumen guna mendukung operasi
yang efektif dan efisien
Pengidentifikasin kebutuhan masyarakat
bagi perusahaan
Tanggung jawab diinformasikan kepada
semua orang dalam perusahaan
Pengevaluasian informasi guna
meningkatakan efisiensi dan efiktivitas
dari proses perusahaan
Kebijakan yang mendorong kearah
perbaikan dan keinginan terhadap
peningkatan
Pertimbangan terhadap undang-undang
dan aturan yang berlaku
Kebijakan terhadap harapan dan
kebutuhan pelanggan dan berbagai
pihak yang berkepentingan.
Ketersediaan sumber daya yang diperlukan dalam memenuhi sasaran hasil
Penetapan parnertship (kerjasama) dan
keuntungannya
Penerapan pendekatan proses guna
menghasilkan peningkatan dalam
pencapaian mutu
Penyebaran sasaran hasil kedalam
proses manajemen guna mengukur
kontribusi individu terhadap prestasi
Kebijakan mutu dalam visi kedepan
Mengemukakan kebutuhan dan
pemenuhan kewajiban dalam peningkatan pencapaian
Penerjemahan kebijakan mutu kedalam
hasil yang terukur.
Ketersediaan masukan informasi yang
sah guna peninjauan ulang manajemen
Faktor lain yang mempengaruhi sasaran
hasil

2
3
4
5
6

7

8
9

10
11
12

13

14
15

16
17
18

perusahaan konstruksi di Makassar hampir mencapai
standar sistem mutu ISO 9001: 2000. Hal ini terlihat
dari adanya prinsip fokus pelanggan yang ditunjang
oleh proses-proses yang ada dalam sistem mutu tetapi
perusahaan perlu meningkatkan proses guna
mengidentifikasi faktor lain yang mempengaruhi
sasaran hasil. Kelemahan dalam hal ini membuat
perusahaan yang ada di Makassar mengalami
hambatan guna memperoleh informasi yang
bermanfaat dalam memenuhi sasaran hasil dalam
mencapai kepuasan pelanggan.

ISO
Total Mean

Non ISO
Total
Mean

total
Total Mean

33

4.1

31

4.4

64

4.3

34

4.3

28

4.0

62

4.1

35

4.4

26

3.7

61

4.1

32

4.0

29

4.1

61

4.1

31

3.9

30

4.3

61

4.1

30

3.8

31

4.4

61

4.1

32

4.0

27

3.9

59

3.9

32

4.0

27

3.9

59

3.9

32

4.0

26

3.7

58

3.9

32

4.0

26

3.7

58

3.9

29

3.6

29

4.1

58

3.9

30

3.8

26

3.7

56

3.7

32

4.0

23

3.3

55

3.7

33

4.1

23

3.3

56

3.7

30

3.8

25

3.6

55

3.7

32

4.0

22

3.1

54

3.6

31

3.9

23

3.3

54

3.6

29

3.6

23

3.3

52

3.5

Pada perusahaan konstruksi di Makassar yang sudah
menerapkan standar sistem mutu ISO 9000 : 2000
kematangan proses yang paling tinggi terlihat pada
penyediaan dokumen guna mendukung operasi efektif
dan efisien serta diikuti oleh kepemimpinan,
keterlibatan dan komitmen manajemen puncak
terhadap sistem mutu yang diterapkan. Faktor lain
yang mempengaruhi sasaran hasil perlu ditingkatkan
kematangan prosesnya karena dalam pelaksanaan
sistem mutu proses ini dapat mempengaruhi kinerja
dari proses yang lain. Kelemahan pada hal ini

Vol. 12 No. 3 Juli 2005 207

Studi Implementasi Iso 9000 : 2000 pada Perusahaan Konstruksi di Makassar

membuat responden yang menerapkan ISO 9000 :
2000 kurang memperhatikan faktor yang mendukung
sasaran hasil terutama pada proses penetapan
partnership dan keuntungan yang diperoleh dari
kerjasama tersebut.

mutu yang ada diharapkan setiap tahapan dalam
perusahaan penyedia jasa konstruksi akan
menghasilkan output yang bermutu untuk proses
selanjutnya hingga produk/jasa sampai ditangan
pelanggan atau pengguna jasa konstruksi.

Masih banyak proses yang perlu ditingkatkan bagi
perusahaan yang belum mendapatkan sertifikasi ISO
9000 : 2000 guna mendapatkan kematangan sistem
mutu yang ada pada tahap sertifikasi ISO 9000 : 2000,
khususnya dalam bidang penerjemahan kebijakan
mutu kedalam sasaran hasil yang terukur.

5. Kesimpulan dan Saran

Dalam Studi juga dilakukan uji inferensi untuk
mencari hubungan antara (1) Kematangan proses mutu
dengan budaya mutu; (2) Kematangan proses mutu
dengan kegiatan mutu; dan (3) Kematangan proses
mutu dengan usia perusahaan. Dari hasil perhitungan
diperoleh uji korelasi yang diringkaskan dalam Tabel
9.
Dari hasil uji korelasi yang dilakukan terlihat dengan
jelas bahwa budaya mutu dan kegiatan mutu
mempengaruhi proses mutu yang ada di dalam
perusahaan konstruksi. Semakin tinggi budaya mutu
dan kegiatan mutu yang ada di perusahan maka akan
semakin matang proses mutu yang dimiliki oleh
perusahaan konstruksi tersebut. Hal ini dikarenakan
sasaran hasil yang ada harus diterjemahkan oleh proses
mutu kedalam budaya mutu dan kegiatan mutu di
dalam perusahaan. Tanpa adanya budaya mutu dan
kegiatan mutu yang mendukung proses mutu maka
sasaran hasil tidak akan tercapai dan terukur dengan
jelas. Berbeda dengan kedua hal di atas untuk usia
perusahaan konstruksi tidak mempengaruhi
kematangan proses mutu yang ada di dalam
perusahaan tersebut, dan tidak berarti semakin tua usia
perusahaan semakin tinggi pula nilai kematangan
proses yang dimiliki. Kematangan proses mutu yang
ada ditunjang oleh kemampuan perusahaan dalam
mematangkan kegiatan mutu dan budaya mutu yang
ada dalam perusahaan dan biasanya membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk mendapatkannya.
Standar sistem mutu ISO 9001: 2000 sendiri
menekankan kematangan proses mutu guna
mendapatkan mutu produk/jasa dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan. Dengan kematangan proses
Tabel 9. Hubungan nilai Rs dengan T

Hubungan

rs

t

Signifikansi

budaya mutu dengan kematangan
0,6 3,07 Cukup
proses mutu
kegiatan manajemen mutu dengan
0,6 2,98 Cukup
kematangan proses mutu
usia perusahaan dengan kematangan
0,4 1,65 Kurang
proses mutu

208 Jurnal Teknik Sipil

5.1 Kesimpulan
Permasalahan konstruksi di kota Makassar
khususnya perusahaan yang memiliki kualifikasi
besar (B) sudah mengakomodasi sistem mutu dalam
struktur organisasinya. Hal ini ditandai dengan
dimilikinya unit kerja khusus di bidang mutu,
dokumen-dokumen mutu, sistem mutu, kegiatankegiatan mutu yang menunjang proses dari
manajemen mutu. Hanya sebagian kecil dari
responden yang tidak memiliki kelengkapan di
bidang unit mutu dan dokumen-dokumen mutu.
Dari pendekatan proses yang dilakukan terhadap
responden pada pemenuhan klausul yang ada dapat
diketahui bahwa identifikasi kebutuhan dan harapan
pelanggan merupakan proses yang mempunyai
kematangan tertinggi disusul oleh kepemimpinan,
keterlibatan, dan komitmen manajemen puncak serta
dokumentasi yang mendukung operasi yang efektif
dan efisien. Hal ini sesuai dengan hasil uji spearman
yang membuktikan bahwa terdapat hubungan linear
antara kematangan proses dengan budaya mutu yang
kuat. Merujuk pada variabel-variabel audit dalam
standar panduan mutu (AS/NZS ISO 9004 : 2000,
Quality management sistem Guidelines for
Performance Iimprovements, 2001) tampak bahwa
perusahaan konstruksi di Makassar sudah mencapai
peningkatan yang berkesinambungan
pada
kematangan prosesnya.
Dari hasil uji korelasi Spearman yang dilakukan
terlihat dengan jelas bahwa budaya mutu dan
kegiatan mutu mempengaruhi proses mutu yang ada
di dalam perusahaan konstruksi. Sedangkan usia
perusahaan konstruksi tidak mempengaruhi
kematangan proses mutu yang ada di dalam
perusahaan-perusahaan tersebut.
5.2 Saran-saran
Dari hasil penelitian, terlihat bahwa perusahaan
konstruksi klasifikasi B di Makassar yang belum
memperoleh sertifikasi standar sistem mutu ISO
9000: 2000 masih harus meningkatkan sistem
manajemen mutu yang ada
untuk memenuhi
kelengkapan sistem yang mendukung ISO 9001 :
2000 yaitu unit kerja khusus di bidang mutu,
dokumen-dokumen mutu dan sistem manajemen
mutu yang digunakan.

Pamulu, Husni.

Mengingat penelitian ini masih terbatas pada
kontraktor golongan besar, maka diperlukan studi
lanjut yang lebih komprehensif yang mencakup semua
klasifikasi perusahaan konstruksi.

Daftar Pustaka
AS/NZS ISO 9001:2000, 2000, “Quality Management
Systems - Requirements”, ISO, Australia/New
Zealand.
AS/NZS ISO 19011:2003, 2003, “Guidelines for
Quality and/for Environmental Management
Systems Auditing”, ISO, Australia/New
Zealand.
AS/NZS ISO 9000:2000, 2000, “Quality Management
Systems – Fundamentals and Vocabulary”,
ISO, Australia/New Zealand.
AS/NZS ISO 9004:2000, 2000, “Quality Management
Systems–Guidelines for Performance
Improvements”, ISO, Australia/New Zealand.
Abubshait, A.A., Al Atiq. A, T.H., 1999, “ISO 9000
Quality Standard in Construction”, Journal of
Management.
Chung, C., 1999, “Understanding Quality Assurance
in Constrution (A practical guide to ISO 9000
for Contractors”, E & FN Spon, Sydney.
Gaspersz, Vincent, 2001, “ISO 9001:2000 and
Continual Quality Improvement”, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gaspersz, Vincent, 2001, “ISO Total Quality
Management”, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Gaspersz, Vincent, 1997, “Membangun Tujuh
Kebiasaan Kualitas dalam Praktek Bisnis
Global”, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Project Management Institute, 2000, “A Guide to The
Project Management Body of Knowledge”,
Newtown Square, Pennsylvania USA.
Wiryodinigrat, Prijono, 1997, “ISO 9000 untuk
Kontraktor”, PT. Gramedia, Jakarta, 1997.
Setyanto dan Setiawan, 2004, “Evaluation on The
Implementation of Management Responsibility
in ISO 9001: 2000 By Contractors in
Indonesia”, The Ninth East Asia-Pacific
Conference on Structural Engineering and
Construction.

Vol. 12 No. 3 Juli 2005 209

Studi Implementasi Iso 9000 : 2000 pada Perusahaan Konstruksi di Makassar

210 Jurnal Teknik Sipil

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24