PENENTUAN STATUS MUTU AIR DENGAN MENGGUN

PENENTUAN STATUS MUTU AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE STORET
DAN INDEKS PENCEMARAN
A. Pendahuluan
Secara alamiah air tidak pernah dijumpai dalam keadaan betul-betul murni. Ketika
uap air mengembun diudara dan jatuh di permukaan bumi, air tersebut telah dipengaruhi oleh
partikel-partikel yang terkandung di udara. Kemudian air bergerak mengalir menuju ke
berbagai tempat yang lebih rendah letaknya dan melarutkan berbagai jenis batuan yang
dilalui atau zat organic lainnya. Dengan demikian kualitas air secara alamiah akan berbeda
pada setiap ruang dan waktu yang berlainan. Sumber air secara luas telah dimanfaatkan untuk
keperluan air rumah tangga, pertanian, industri, perikanan, pembangkit tenaga listrik dan
lain-lain. Pemanfaatan sumber air selain harus memenuhi kuantitas dan kualitasnya juga
harus memenuhi criteria kualitas air sesuai pemanfaatannya (Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah, 2002). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifkasi mutu air ditetapkan
menjadi

(empat) kelas yaitu: Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

baku air minum, dan peruntukan yang lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut; kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut; kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi persawahan, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; dan kelas empat, air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut (PP 82 2001).
.
B. Tujuan

1. Menghitung status mutu air dengan menggunakan metode STORET
2. Menghitung mutu air dengan menggunakan metode Indeks Pencemaran
3. Menganalisis status mutu air dari hasil perhitungan metode storet dan Indeks
Pencemaran
C. Alat dan Bahan

1. Data Hasil Penentuan Status Mutu Air Metode STORET
2. Data Hasil Penentuan Status Mutu Air Metode Indeks Pencemaran
1

D. Dasar Teori

A. KUALITAS AIR

Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air untuk dipergunakan bagi pemenuhan
tertentu kehidupan manusia, seperti untuk air minum, mengairi tanaman, minuman ternak
dan sebagainya (Arsyad, 1989). Salah satu potensi sumber daya air yang strategis dan banyak
dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas pembangunan adalah air sungai. Air sungai merupakan
sumberdaya alam yang potensial menerima beban pencemaran limbah kegiatan manusia
seperti: kegiatan industri, pertanian, peternakan dan rumah tangga. Akibat menurunnya
kualitas air, kuantitas air yang memenuhi kualitas menjadi berkurang. Mengingat sungai
merupakan sumberdaya air yang penting untuk menunjang pembangunan ekonomi dan
kesejahteraan manusia, maka fungsi sungai sebgai sumberdaya air harus dilestarikan agar
dapat menunjang pembangunan secara berkelanjutan.
Menurut Direktorat Pengendali Masalah Air (1975) dalam Wardhani (2002),
pencemaran air merupakan segala pengotoran atau penambahan organisme atau zat-zat lain
ke dalam air, sehingga mencapai tingkat yang mengganggu penggunaan dan pemanfaatan
serta kelestarian perairan tersebut. Masalah pencemaran air berhubungan erat dengan kualitas
air. Data kualitas air dibutuhkan dalam manajemen sungai sebagai dasar untuk penentuan
karakteristik fisik dan kimia sungai.
Sungai memiliki kualitas air yang selalu berubah dari waktu ke waktu (dinamis).
Perubahan ini dapat disebabkan oleh musim, jenis dan jumlah limbah yang masuk serta debit.

Menurut Alaerts dan Santika (1984) dalam Wardhani (2002), terdapat sumber pencemar yang
diakibatkan oleh perubahan sesuatu faktor dalam sungai. Misalnya pada musim hujan, air
hujan mengadakan pengotoran dan akan terjadi pengenceran (konsentrasi pencemar yang
mungkin ada dapat berkurang). Tetapi ada faktor lain yang berubah yaitu akibat kecepatan
aliran dalam sungai atau saluran bertambah. Endapan pada dasar sungai dapat tergerus dan
2

terbawa oleh aliran sungai sehingga kekeruhan naik secara drastis dan endapan sungai yang
sudah membusuk pada dasar sungai tersebut bercampur dengan air yang segar pada lapisan
atas. Dalam hal ini pencemaran akan terjadi tergantung dari mampu tidaknya efek
penggelontoran air mengimbangi efek bertambahnya kekeruhan dan endapan organis yang
tergerus tadi.
Menurut Mantiri (1994) dalam Wardhani (2002), masuknya limah ke dalam badan air
seperti sungai, danau ataupun laut akan menurunkan kualitas air serta mengubah kondisi
ekologi perairan. Pengaruh pencemaran air limbah terhadap kualitas air dapat dilihat dari
sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik antara lain adalah peningkatan kekeruhan,
padatan tersuspensi, air menjadi berbau dan berwarna. Sedangkan sifat kimia dan biologi
adalah meningkatnya kandungan nutrien dan logam-logam dan bakteri.
Beberapa akibat pencemaran sungai, terutama oleh industri dan pemukiman
menurut Klein (1972) dalam Wardhani (2002) adalah sebagai berikut :

1.

Bahan organik yang dapat terfermentasi akan terurai. Karena proses penguraiannya

membutuhkan oksigen, maka jika bahan organik yang terdapat diperairan jumlahnya
berlebihan akan terjadi deoksigenasi yang dapat menyebabkan kematian ikan.
2.

Padatan tersuspensi akan mengendap di dasar sungai sehingga menyebabkan

pendangkalan serta merusak berbagai organisme akuatik.
3. Bahan-bahan korosif (asam dan basa) dan bahan-bahan beracun (sianida, fenol, Zn, Cu)
menyebabkan kematian ikan, bakteri serta organisme akuatik lain.
4.

Beberapa jenis pencemaran industri mengakibatkan peningkatan turbiditas, perubahan

warna, timbulnya busa, perubahan suhu dan radioaktivitas.
5.


Bahan-bahan yang menimbulkan rasa dan bau, kesadahan yang tinggi, bahan-bahan

beracun serta berbagai logam berat menyebabkan air sungai tidak dapat digunakan sebagai air
baku untuk air minum.

3

6. Ketidakseimbangan ekologi mengakibatkan melimpahnya beberapa spesies tertentu yang
semakin menurunkan kualitas perairan.
Sutrisno (1987), Air sangat dibutuhkan oleh semua makhluk di dunia, khususnya
sebagai air minum. Air juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap penggunanya,
hal ini disebabkan karena :
1. Adanya kemampuan air untuk melarutkan bahan-bahan padat, gas dan bahan cair lainnya,
sehingga semua air alam mengandung mineral dan zat-zat lain dalam larutan yang diperoleh
dari udara dan tanah. Kandungan bahan atau zat dalam air dengan konsentrasi tertentu dapat
menimbulkan efek gangguan kesehatan untuk pemakainya.
2.

Air sebagai faktor utama dalam penularan berbagai penyakit. Dalam hubungannya


dengan kebutuhan manusia akan air minum, dan efek yang akan ditimbulkannya maka, perlu
ditetapkan standar kualitas air minum.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan, tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas
air minum dikatakan bahwa standar persyaratan kualitas air minum perlu ditetapkan dengan
pertimbangan sebagai berikut :
1. Air minum yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai peranan penting dalam rangka
pemeliharaan, perlindungan dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat.
2. Perlu mencegah adanya penyediaan dan pembagian air minum untuk umum yang tidak
memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Pada saat ini, ada beberapa jenis standar kualitas air minum baik yang bersifat
nasional maupun internasional. Kualitas air yang bersifat nasional hanya berlaku untuk
negara yang menetapkan standar, sedangkan yang bersifat internasional berlaku pada negara
yang belum memiliki standar kualitas air tersendiri. Namun standar internasional ini dapat
digunakan di negara man saja dengan menyesuaikan kondisi dan situasi negara yang
bersangkutan (Sutrisno, 1987).

4

Tabel 1. Standar kualitas air yang dapat digunakan untuk air minum
No


Parameter

Satuan

Maksimum
dianjurkan
1
TDS
mg/l
2
DHL
mg/l
3
DO
mg/l
4 Alkalinitas mg/l
5
Nitrat
mg/l

6
PH
mg/l
6
7
BOD
mg/l
8
COD
mg/l
Sumber : PPRI No : 82 Tahun 2001

Maksimum
diperbolehkan
1000
8
20
9
2
10


B. MUTU AIR
Mutu air adalah suatu kondisi kualitas air yang diukur atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Status mutu air dapat mengindikasikan keadaan air dalam kondisi tercemar
atau bebas dari pencemaran dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mtu
yang ditetapkan.
Beberapa komponen dan standar baku pada air bersih meliputi berbagai aspek baik
fisik, kimia, maupun bakteriologis. Beberapa aspek yang dinilai sebagai acuan standar baku
air tersebut meliputi unsur-unsur antara lain :
1. Suhu. Kenaikan suhu menimbulkan beberapa akibat antara lain menurunnya jumlah
oksigen terlarut dalam air, meningkatkan kecepatan reaksi kimia serta terganggunya
kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui,
ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati.
2. pH. Nilai pH air yang normal antara 6 – 8, sedangkan pH air terpolusi misalnya air
buangan, berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya.
3. Warna, bau dan rasa. Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya
polusi. Warna air dibedakan atas dua macam yaitu warna sejati (true colour) yang
disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, dan warna semu (apparent colour), yang selain
disebabkan adanya bahan terlarut juga karena adanya bahan tersuspensi, termasuk di

antaranya yang bersifat koloid. Bau air tergantung dari sumber airnya. Timbulnya bau
5

pada air secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu indikator terjadinya tingkat
pencemaran air yang cukup tinggi. Air yang normal sebenarnya tidak mempunyai
rasa. Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut), hal itu berarti telah terjadi
pelarutan garam.
4. Kesadahan. Standar kesadahan total adalah 500 mg/l, jika melebihi akan dapat
menimbulkan beberapa resiko seperti : a) mengurangi efektivitas sabun, b)
terbentuknya lapisan kerak pada alat dapur, c) kemungkinan terjadi ledakan pada
boiler, d) sumbatan pada pipa air.
5. Besi (Fe). Dalam jumlah kecil zat besi dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan selsel darah merah. Kandungan zat besi di dalam air yang melebihi batas akan
menimbulkan gangguan. Standar kualitas ditetapkan 0,1 – 1.0 mg/l.
6. Mangaan (Mn). Tubuh manusia membutuhkan mangaan rata-rata 10 mg/l sehari
yang dapat dipenuhi dari makanan. Mangaan bersifat toksik terhadap organ
pernafasan. Standar kualitas ditetapkan 0,05 – 0,5 mg/l dalam air.
7. Nitrit (NO2) dan Nitrat (NO3). Jumlah nitrat yang besar dalam tubuh cenderung
berubah menjadi nitrit dan dapat membentuk methaemoglobine sehingga dapat
menghambat perjalanan oksigen dalam tubuh, hal ini dapat menyebabkan penyakit
blue baby. Nitrit ádalah zat yang bersifat racun sehingga kehadiran bahan ini dalam

air minum tidak diperbolehkan.
8. Cadmium (Cd). Cadmium merupakan zat beracun yang bersifat akumulasi dalam
jaringan tubuh sehingga dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan lambung,
kerapuhan tulang, mengurangi hemoglobin darah dan pigmentasi gigi. Selain itu
cadmium juga bersifat karsinogenik.
9. Timbal (Pb). Timbal sangat berbahaya bagi kesehatan karena cenderung terakumulasi
dalam tubuh, serta meracuni jaringan syaraf.
10. Kekeruhan. Kekeruhan dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain karena
adanya bahan yang tidak terlarut seperti debu, tanah liat, bahan organik atau
inorganik, dan mikroorganisme air. Akibatnya air menjadi kotor dan tidak jernih

6

sehingga bakteri pathogen dapat berlindung di dalam atau di sekitar bahan penyebab
kekeruhan.
11. Bakteri coli. Organisme pathogen di perairan merupakan indikasi adanya pencemaran
air. Oleh karena itu organisme pathogen di perairan harus diketahui. Mengingat tidak
mungkin mengindikasikan berbagai macam organisme pathogen, maka pengukuran
pengukurannya menggunakan bakteri-coli sebagai indikator organisme. Standar Coli
pada air bersih ditetapkan sebesar 10 coli/100 ml air.

C. STANDAR BAKU MUTU AIR

Air Minum -> KepMenKes No. 907/MENKES/SK/VII/2002
No Parameter

Satuan

Persyaratan

Teknik Pengujian

1. Bau

-

tidak berbau

Organoleptik

2. Rasa

-

normal

Organoleptik

3. Warna

TCU

maks.15

4. Total Padatan Terlarut
(TDS)

mg/l

maks. 1000

5. Kekeruhan

NTU

maks. 5

FISIKA

6. Suhu

o

C

Spektrofotometri
Gravimetri
Spektrofotometri

Suhu udara  3 C Termometer
o

KIMIA
7. Besi (Fe)

mg/l

maks 0.3

AAS

8. Kesadahan sebagai
CaCO3

mg/l

maks. 500

Titrimetri

9. Klorida (Cl)

mg/l

maks 250

Argentometri

10. Mangan (Mn)

mg/l

maks 0.1

AAS

-

6.5 - 8.5

pH meter

12. Seng (Zn)

mg/l

maks. 8

AAS

13. Sulfat (SO4)

mg/l

maks 250

Spektrofotometri

14. Tembaga (Cu)

mg/l

maks. 1

AAS

15. Klorin (Cl2)

mg/l

maks. 5

Titrimetri

16. Amonium (NH4)

mg/l

maks 0.15

Spektrofotometri
(Nesler)

17. Arsen (As)

mg/l

maks. 0.01

AAS

18. Fluorida (F)

mg/l

maks 1.5

Spektrofotometri

19. Krom heksavalen (Cr6+)

mg/l

maks 0.05

AAS

11. pH

KIMIA ANORGANIK

7

20. Kadnium (Cd)

mg/l

maks. 0.003

AAS

21. Nitrat (NO3)

mg/l

maks 50

Spektrofotometri
(Brusin)

22. Nitrit (NO2)

mg/l

maks 3

Spektrofotometri (NED)

23. Sianida (CN)

mg/l

maks 0.07

Destilasi

24. Timbal (Pb)

mg/l

maks. 0.01

AAS

25. Raksa (Hg)

mg/l

maks 0.001

AAS

APM/100ml

negatif

MPN

negatif

MPN

MIKROBIOLOGI
24. E. Coli
25. Total Bakteri Koliform

APM/100ml

Air Sumur  Permenkes No. 416/Men. Kes/Per./IX/1990
No.

Parameter

Satuan

Standar

-

-

2. Jumlah Zat Padat Terlarut

mg/l

1.500

3. Kekeruhan

NTU

25

-

-

Teknik Pengujian

A. FISIKA
1. Bau

4. Rasa
o

5. Suhu

C

6. Warna

Organoleptik
Gravimetri
Spektrofotometri
Organoleptik

Suhu udara  1- Temometer
30C

TCU

50

Spektrofotometri

1. Air Raksa (Hg)

mg/l

0.001

AAS

2. Arsen

(As)

mg/l

0.05

AAS

3. Besi

(Fe)

mg/l

1.0

AAS

4. Fluorida

(F)

mg/l

1.5

Spektrofotometri

5. Kadmium (Cd)

mg/l

0.005

6. Kesadahan sebagai CaCO3

mg/l

500

Titrimetri

7. Klorida (Cl-)

mg/l

600

Argentometri

8. Kromium, valensi 6 (Cr6+)

mg/l

0.05

AAS

9. Mangan (Mn)

mg/l

0.5

AAS

10. Nitrat (NO3)

mg/l

10

Spektrofotometri
(Brusin)

11. Nitrit (NO2)

mg/l

1.0

Spektrofotometri
(Nesler)

B. KIMIA
a. Kimia Anorganik

AAS

8

12. pH

-

6.5-9.0

13. Selenium (Se)

mg/l

0.01

14. Seng

mg/l

15

AAS

15. Sianida (CN)

mg/l

0.1

Destilasi

16. Sulfat (SO4)

mg/l

400

Spektrofotometri

17. Timbal (Pb)

mg/l

0.05

AAS

1. Detergent

mg/l

0.50

Spektrofotometri

2. Zat Organik

mg/l

10.00

Gravimetri

3. Pestisida Gol. Organo Fosfat

mg/l

0.00

-

4. Pestisida Gol. Organo Klorida

mg/l

0.00

-

5. Pestisida
Karbamat

mg/l

0.00

-

Per 100 ml

50

(Zn)

pH meter
-

b. Kimia Organik

Gol.

Organo

C. MIKROBIOLOGIK
1. MPN (Golongan Coliform)

MPN

D. Metode Storet

Metode Storet merupakan salah satu metoda untuk penentuan status mutu air yang
umum digunakan. Dengan metoda Storet ini dapat diketahui parameter-parameter yang telah
memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip metoda Storet adalah
membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan
peruntukan guna menentukan status mutu air. Apabila hasil pengukuran mutu air memenuhi
baku mutu airnya yaitu bila hasil pengukuran < baku mutu, maka diberi nilai 0, apabila hasil
pengukuran tidak memenuhi baku mutu air yaitu bila hasil pengukuran > baku mutu air, maka
diberi skor:
Tabel 11. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air

Penggunaan metode STORET dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data kulaitas dan debit air secara peridoik ( time series).
9

2. Bandingkan data hasil pengukuran kualitas air dengan nilai baku mutu sesuai dengan
kelas air.
3. Jika hasil pengukuran memnuhi nilai baku mutu air maka diberi skor 0.
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air, maka diberi skor : lihat
Tabel.1
5. Jumlah Negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari
jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.
6. Jika dalam perhtiungan, tidak ditemukan nilai ambang batas suatu parameter yang
diukur, maka parameter tersebut tidak perlu dihitung.
E. Metode Indeks Pencemaran
Merupakan ukuran relatif tingkat pencemaran terhadap parameter kualitas air yang
diijinkan. Indeks pencemaran ini ditentukan untuk suatu peruntukan kemudian dapat
dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh bagian atau sebagian dari badan
sungai.


Indeks pencemaran dapat di definisikan sebagai berikut:
Jika Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku

mutu untuk peruntukan air (j) dan Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang
diperoleh dari hasil analisis sample air pada suatu lokasi pengambilan sample air dari suatu
alur sungai, maka Pij adalah indeks pencemaran bagi peruntukan (j).


Setiap nilai Ci/Lij menunjukkan pencemaran relative yang diakibatkan oleh
parameter kualitas air.



Nilai Ci/Lij = 1 adalah nilai kritik karena nilai ini dapat diharapkan untuk
dipenuhi bagi suatu baku mutu peruntukan air.



Jika Ci/Lij >1 untuk suatu parameter maka konsentrasi parameter ini harus
dikurangi atau disisihkan apabila badan air digunakan untuk peruntukan (j),
jika parameter ini adalah parameter yang bermakna bagi peruntukan maka
pengolahan mutlak harus dilakukan bagi air ini.



Pada model ini digunakan berbagai parameter kualitas air sehingga pada
penggunaanya diperlukan rata-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan nilai
Ci/Lij.

2

√( Cij / Lij)M +( Ci /Lij )

R

10




Pij = m

Nilai m adalah factor penyeimbang yang dievaluasi pada nilai kritik. Pada niali kritik
Pij, (Ci/Lij)R dan (ci/Lij)M bernilai 1 maka m adalah bernilai 1/V2



Dengan demikian maka:
Pij

=2

Evaluasi terhadap nilai Pij:
0 Pij1, memenuhi baku mutu
1