Kasih Tak Sampai dalam Cerita Cinta Sast

Kasih Tak Sampai dalam Cerita Cinta Sastra Tiga Negara
Edy Nugraha

Sastra pada hakikatnya adalah seni yang menggunakan bahasa sebagai
mediumnya. Sebagaimana yang dikatakan sapardi (2009: 1) bahwa sastra tidak jatuh
dari langit dengan sendirinya. Dalam sastra, terdapat tema. Tema tersebut bisa sama
bisa berbeda. Untuk membandingkan suatu karya sastra dengan sastra lain, termasuk
kajian dalam sastra bandingan. Secara singkat, Henry H.H. Remak (1961: 3)
menyebutkan bahwa sastra bandingan “is the comparison of one literature with
anothers or others, the comparison of literature with other sphere on human
expression” (perbandingan karya sastra satu dengan lainnya, perbandingan dalam
ruang lain dalam ekspresi manusia).
Atas dasar sastra bandingan menurut Remak itulah yang membawa penulis
membahas perbandingan tiga karya sastra dalam tiga negara yang berbeda dan kurun
waktu yang berbeda tentang kasih tak sampai. Tiga karya sastra tersebut adalah Laila
Majnun karya Nizami, Romeo dan Juliet karya William Shakespeare, dan Sitti
Nurbaya karya Marah Rusli. Ketiga karya sastra tersebut dibandingkan untuk melihat
apa persamaan dan perbedaan yang ada. Penulis membandingkan ketiga karya sastra
ini dalam unsur intrinsik, yang menurut Wellek dan Warren (1990: 283) adalah alur,
penokohan, dan latar.


Gambaran dan Sinopsis Laila Majnun, Romeo dan Juliet, dan Sitti Nurbaya
Laila Majnun merupakan karya sastra Persia. Karya ini merupakan karya
terkenal di dunia, yang termasuk sastra Islam. Laila Majnun dibuat oleh Nizami,
seorang penyair Persia atas tugas penguasa Kaukasia, Shirvanshah, pada tahun 1188
Masehi (Turner, dalam “Pengantar” Laila Majnun, 2002: 9).
Cerita Laila Majnun berkisah tentang seorang pemuda bernama Qais bin
Sayid dan Laila. Qais merupakan anak Sayid, seorang pemimpin Kabilah Bani Amir.

1

yang jatuh cinta pada Laila. Akhirnya mereka berdua saling jatuh cinta. Namun, Qais
saking cintanya pada Laila, dia menceritakan perihal kekasihnuya itu kepada orangorang di sekelilingnya. Terdengarlah berita itu ke keluarga Laila. Karena takut
memalukan keluarga, akhirnya Laila di tahan tidak boleh keluar tenda oleh
keluarganya. Selama itu, Qais menjadi gila ‘majnun’ karena jauh dari Laila. Dia
akhirnya menyairkan puisi-puisi cintanya. Laila menikah dengan orang lain, yaitu
Ibnu Salam. Karena tidak bertemu dengan Majnun, Laila akhirnya sakit demam dan
bisul-bisul. Ketika itu pula Laila meninggal. Mengetahui berita itu, Majnun sedih
bukan main. Sering dia ke makam Laila dan akhirnya tubuhnya menjadi lemas dan
akhirnya dia meninggal di atas makam Laila.
Romeo dan Juliet merupakan drama karya William Shakespeare. Drama ini

ditulis pada tahun 1591-1595 (abad ke-16). Kisah ini dimulai dengan pertengkaran
antara Samson, Gregorio dengan Abraham dan Benvolio yang menyebabkan
pertengkaran kembai antara keluarga Montague dan Capulet. Romeo, anak Montague
jatuh cinta pada Julia pada sebuah pesta dalam keluarga Capulet.
Semakin lama, hubungan antara Romeo dan Julia semakin dekat. Akhirnya,
Romeo datang ke pendeta Lorenzo untuk menikahkan dia dengan Julia. Selang
beberapa hari setelah mereka menikah, terjadi pertengkaran lagi yang menyebabkan
Mercutio mati oleh Tybalt. Karena alasan tersebutlah, Romeo akhirnya membunun
Tybalt. Romeo menjadi tidak aman di Verona sehingga ia harus pergi meninggalkan
Julia.
Julia menjadi sedih karena Romeo, yang baru menikah dengannya jauh dari
dia. Keluarganya berkeinginan menikahkan ia dengan Paris namun Julia tidak mau.
Akhirnya ia datang ke pendeta Lorenzo dengan menceritakan isi hatinya, lebih baik
bunuh diri daripada menikah lagi dengan orang lain. Lorenzo mempunyai rencana
untuk membuat Julia seakan-akan mati, tetapi sebenarnya ia tidur. Dan pada saat
penguburannya, Romeo akan datang dengan diberitahukan rencana tersebut kepada
Romeo.
Si pengantar berita tersebut tidak berhasil menyampaikan beritanya kepada
2


Romeo. Romeo melihat Julia akan dikubur, dia salah paham dan memilih cara bunuh
diri. Ketika Julia terbangun dari tidurnya, ia melihat Romeo sudah dalam keadaan
mati dan akhirnya Julia mengikuti cara Romeo untuk bunuh diri. Akibat kematian
kedua orang itulah keluarga Montague dan Capulet berdamai.
Sitti Nurbaya merupakan novel Indonesia yang diterbitkan tahun 1922 oleh
Balai Pustaka. Pengarang novel ini merupakan Marah Rusli. Novel ini berkisah
tentang Sitti Nurbaya dan Samsul Bahri. Sitti Nurbaya merupakan anak Baginda
Sulaiman. Samsul Bahri dan Sitti Nurbaya rupanya saling mencintai. Namuan,
perpisahan mereka dimulai ketika Samsul Bahri meneruskan sekolah kedokteran di
Jakarta. Sementara, Sitti Nurbaya terpaksa memilih keinginannya untuk menikah
dengan Datuk Maringgih karena ayahnya terlilit utang dengan Datuk Maringgih.
Pernikahan Sitti Nurbaya tidak bahagia. Dia ke Jakarta untuk menyusul Sitti
Nurbaya. Sitti Nurbaya dituduh mencuri uang Datuk Maringgih sehingga
mengharuskan Sitti Nurbaya dan Samsul Bahri kembali ke Padang.
Akhirnya, Sitti Nurbaya meninggal karena memakan lemang yang telah
diracuni oleh anak buah Datuk Maringgih. Samsul Bahri sedih bukan main. Akhirnya
Samsul Bahri meninggal karena perang dengan Datuk Maringgih pada masa
peperangan Indonesia.

Perbandingan Laila Majnun, Romeo dan Juliet, dan Sitti Nurbaya

Dari ketiga karya tersebut, dapat dilihat beberapa persaman dan perbedaan.
Persamaan dalam ketiga karya sastra tersebut adalah ketiga karya sastra itu berkisah
tentang kisah cinta sepasang kekasih yang tidak sampai. Tema dalam ketiga kisah itu
adalah kasih tak sampai.
Dalam Laila Majnun, Qais, yang disebut Majnun (gila), tidak bisa
menyatukan cintanya dengan Laila. Dalam Romeo dan Juliet, Romeo juga tidak bisa
menyatukan cintanya dengan Juliet, walaupun dia sebenarnya telah menikah. Namun,
keluarga Juliet menikahkannya dengan orang lain.

Sementara itu, dalam Sitti

Nurbaya, Sitti Nurbaya tidak dapat menyatukan cintanya dengan Samsul Bahri.
3

Selain itu, persamaan dari ketiga cerita tersebut adalah tokoh perempuan
menikah dengan orang lain. Laila menikah dengan Ibnu Salam. Juliet menikah
dengan Paris sedangkan Sitti Nurbaya menikah dengan Datuk Maringgih.
Dalam keterpisahannya tersebut, ada persamaan yang unik pula bahwa tokoh
laki-laki yang kasihnya tak sampai itu menjadi “penyair” cinta. Laila karena terpisah
dengan Laila menjadi suka bersyair. Syair itu bisa dilhat dalam:

“Duka di hatiku tak kau hiraukan,
Tangis di mataku tak kau pedulikan
Dari banyakjanji yang kau ucapkan,
Tak satu pun yang kau tuniakan.” (hlm. 83).
Sedangkan Romeo juga seperti itu. Namun bedanya, sebelum terpisah, Romeo
sudah suka berpuisi kepada Juliet. Puisi Romeo bisa dilihat dalam kutipan:
“Petunjuk asmara, dia mendorongku mencarimu.
Diberinya aku nasehat, kuberi ia mata.
Aku bukan mualim, tapi andaikata kau jauh,
Laksana Pantai di seberang samudra raya,
Namun untuk tujuanku ini kusabung untungku.” (hlm. 64).
Samsul Bahri pula gemar berpantun kepada Sitti Nurbaya. Hal tersebut
terdapat dalam kutipan:
“Jiwaku manis Nurbaya Sitti,
Putih Kuning emas sekati
Tempat melipur gundah di hati,
Ingin berdua sampaikan mati.” (hlm. 117).
Persamaan yang terakhir adalah di akhir cerita, kedua tokoh kasih tak sampai,
yaitu Laila denga Qais, Romeo dengan Juliet, serta Sitti Nurbaya dan Samsul Bahri
dimatikan oleh pengarang, dengan kata lain tokho-tokoh tersebut mati.

Terlepas dalam persamaan itu, ternyata ketiga cerita ini ada banyak
perbedaan. Perbedaan pertama yaitu tahun dan tempat terbitnya karya sastra ini. Laila
Majnun ditulis sekitar abad 12. Romeo Juliet ditulis pada abad 16 sedangkan
Raumanen ditulis pada abad 20. Asal cerita juga berbeda. Laila Majnun tergolong ke
dalam sastra Persia. Romeo Juliet tergolong dalam sastra Inggris sedangkan Sitti
Nurbaya merupakan sastra Indonesia.
4

Perbedaan yang pertama dalam unsur intrinsik ketiga karya sastra tersebut
adalah latar tempat. Dalam Laila Majnun, latar tempatnya adalah di kawasan arab,
yang terlihat dalam kutipan “Alkisah, pada zaman dahulu, di negeri Arab, (hlm. 12).
Dalam Romeo Juliet latar tempatnya di Venezia yang terlihat dalam kutipan “Pada
dua keluarga bangsawan yang sama megah di kota Verona yang indah, tempat cerita
ini,” sedangkan dalam Sitti Nurbaya latarnya adalah Padang, yang terdapat dalam
kutipan “Kira-kira pukul satu siang, kelihatan dua orang anak muda, bernaung di
bawah pohon ketapang yang rindang, di muka sekolah Belanda Pasar Ambacang di
Padang” (hlm. 1).
Perbedaan ketiga adalah soal penyebab bertemunya kedua pasangan kasih tak
sampai ini. Dalam Laila majnun, Majnun bertemu Laila di sebuah sekolah. Dalam
Romeo dan Juliet, Romeo bertemu Juliet di sebuah pesta ulang tahun sedangkan

dalam Sitti Nurbaya, dijelaskan bahwa sebelumnya Sitti Nurbaya telah mengenal
Samsul Bahri tanpa dijelaskan bagaimana mereka berkenalan.
Perbedaan keempat adalah penyebab tidak disetujuinya hubungan pasangan
tersebut. Laila tidak disetujui karena keluarganya dari golongan bangsawan, dan
keluarganya malu karena Majnun menebar aib dengan berkisah ke banyak orang
tentang kecintaannya pada Laila. Hal tersebut terdapat dalam kutipan “Bagi keluarga
Laila, keadaan ini tidak dapat dibiarka lagi. Tidak kehormatan Laila, tetapi juga
kehormatan seluruh kabilah dipertaruhkan … Seorang penjaga ditenpatkan di tenda
Laila untuk mencegah Qayis menemuinya” (hlm. 22).
Romeo tidak disetujui berhubungan dengan Juliet karena kedua keluarga
mereka bermusuhan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan “Meletuslah kembali
permusuhan yang sediakala, Hingga warga saling membunuh dan mati. Dari kaum
yang bermusuhan di kedua belah pihaknya lahirlah dua seojoli dirundung
malapetaka” (hlm. 7). Dalam Sitti Nurbaya, yang memisahkan cinta Samsul Bahri
dan Sitti Nurbaya adalah menikahnya Sitti Nurbaya dengan Datuk Meringgih, yang
terdapat dalam perkataan Sitti Nurbaya “Jangan dipenjarakan ayahku! Biarlah aku
jadi istri Datuk Maringgih!” (hlm. 139).
5

Perbedaan yang terakhir yaitu penyebab meninggalnya kedua pasangan kasih

tak sampai tersebut. Laila meninggal karena sakit dan Majnun meninggal juga karena
sakit mengetahui berita meninggalnya Laila. Romeo meninggal akibat dia bunuh diri
karena mengetahui Juliet berbaring seperti orang meninggal padahal Juliet meminum
racun mati suri dan tidak mati sebenarnya. Melihat Romeo mati, akhirnya Juliet juga
bunuh diri. Dalam Sitti Nurbaya, di akhir cerita Sitti Nurbaya mati memakan Lemang
yang sebelumnya diracun oleh anak buah Datuk Maringgih sementara Samsul Bahri
meninggal karena perang dengan Datuk Maringgih.

Persamaan dan Perbedaan tersebut dapat diringkas dalam tabel berikut ini.

No Intrinsik

Laila Majnun

Romeo dan Juliet

1
2

Tema

Tokoh

Kasih Tak Sampai
Qais dan Laila

Kasih Tak Sampai
Romeo dan Juliet

3

Latar Tempat

Arab

4.1 Alur
dan
peristiwa:
Penyebab
bertemu
4.2 Bersenandung

ketika berkasih
dan terpisah
4.3 Alasan
dipisahkan
4.4 Tokoh
perempuan
menikah
dengan orang
lain
4.5 Sebab
meninggal
tokoh

Sitti Nurbaya

Iya, Majnun

Kasih Tak Sampai
Sitti Nurbaya dan
Samsul Bahri

Venezia Italia
Jakarta
dan
Bandung
Di Pesta ulang Sudah
bertemu
tahun
begitu saja dalam
cerita
tanpa
penyebab
Iya, Romeo
Iya, Samsul Bahri

Memalukan
keluarga Laila
Laila
menikah
dengan Ibnu Salam

Permusuhan
keluarga
Juliet
menikah
dengan Paris

Laila: Sakit
Majnun; Sakit

Romeo:
Bunuh Sitti
Nurbaya:
Diri
diracun
Juliet: Bunuh Diri Samsul
Bachri:
tewas
ketika
perang

Di sekolah

Pernikahan dengan
Datuk Maringgih
Sitti
Nurbaya
menikah dengan
Datuk Maringgih

6

4.6 Akhir cerita

Kedua
meninggal

tokoh Kedua
meninggal

tokoh Kedua
meninggal

tokoh

Keterangan:
Persamaan

Perbedaan

Jika ditelisik dari kepengarangan, tidak ada keterpengaruhan pengarang
maupun karya antara satu karya dengan karya lain. Ketiga karya sastra tersebut
walaupun berbeda latar dan tempat penerbitan, yaitu abad 12, abad 16, dan abad 20,
serta antara sastra Persia, sastra Inggris, dan sastra Indonesia, membuktikan bahwa
tema kasih tak sampai sudah ada sejak zaman dahulu hingga masa kini. Hal ini
membuktikan bahwa ada universalitas tema dalam suatu karya sastra, yaitu cinta,
khususnya cerita cinta kasih tak sampai.

Sumber Rujukan
Damono, Sapardi Djoko. 2009. Sosiologi Sastra: Pengantar Ringkas. Ciputat:
Editum.
Nizami. 2002. Laila Majnun (adaptasi prosa oleh Colin Turner dan diterjemahkan
oleh Dede Aditya Kazwar). Bandung: Penerbit Oase.
Rusli, Marah. 2008. Sitti Nurbaya (Cetakan Keempat Puluh Empat). Jakarta: Balai
Pustaka.
Shakespeare, William. 2009. Romeo dan Juliet (terj. Trisno Sumardjo). Jakarta:
Dunia Pustaka Jaya.
Hermak, Henry H.H. 1961. “Comparative Literature, Its Definition and Function”
dalam Comparative Literature: Metthod and Perspective (editor Newton P.
Stalknecht dan Horst Frenz). Carbondale: Southern Illnois University Press.

7

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan, terj. Melani Budianta.
Jakarta: Gramedia.

8