Makalah politik tentang Demo Buruh Naikk

Makalah
Demo Buruh : Naikkan UMP, Turunkan BBM

Disusun Oleh :
Sonya Septyandari (0802514132)
KM14E
Tahun : 2014

Kata Pengantar
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan dan dapat menyusun makalah tentang “Demo Buruh : Naikkan UMP,
Turunkan BBM”. Guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Politik. Makalah ini
disusun dengan tujuan untuk membantu mahasiswa dalam memahami masalah politik saat ini
dengan adanya demo buruh yang terjadi di Indonesia. Akhirnya kami menyampaikan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang udah mendukung
penyusunan makalah ini. Selanjutnya kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca sehingga akan menumbuhkan rasa syukur kami kepada rahmat Allah SWT dan
dalam hal perbaikan makalah ini ke depannya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua khusunya para mahasiswa. Penyusun juga meminta maaf apabila
banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Jakarta, 21 Desember 2014

Bab 1
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada
abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem
yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah
berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18,
bersamaan dengan perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan
rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik.
Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator
perkembangan politik suatu negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam
suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica) dengan kekuasaan
negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat.
Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika
fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata
tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut
pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya
kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan
tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa
kebaikan untuk rakyat.

Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada
mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan
mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan
lembaga negara tersebut.
Semenjak kemerdekaan 17 agustus 1945, Undang Undang Dasar 1945 memberikan
penggambaran

bahwa

Indonesia


adalah

negara demokrasi.Dalam mekanisme

kepemimpinannya Presiden harus bertanggung jawab kepada MPR dimana MPR adalah
sebuah badan yang dipilih dari Rakyat. Sehingga secara hirarki seharusnya rakyat adalah
pemegang kepemimpinan negara melalui mekanisme perwakilan yang dipilih dalam pemilu.
Indonesia sempat mengalami masa demokrasi singkat pada tahun 1956 ketika untuk pertama
kalinya diselenggarakan pemilu bebas di indonesia, sampai kemudian Presiden Soekarno
menyatakan demokrasi terpimpin sebagai pilihan sistem pemerintahan. Setelah mengalami
masa Demokrasi Pancasila, sebuah demokrasi semu yang diciptakan untuk melanggengkan
kekuasaan Soeharto, Indonesia kembali masuk kedalam alam demokrasi pada tahun 1998
ketika pemerintahan junta militer Soeharto tumbang. Pemilu demokratis kedua bagi
Indonesia terselenggara pada tahun 1999 yang menempatkan Partai Demokrasi IndonesiaPerjuangan sebagai pemenang Pemilu.
Tumbangnya Orde Baru pada tanggal 21 Mei 1998, adalah momentum pergantian
kekuasaan yang sangat revolusioner dan bersejarah di negara ini. Dan pada tanggal 5 Juli
2004, terjadilah sebuah pergantian kekuasaan lewat Pemilu Presiden putaran pertama. Pemilu
ini mewarnai sejarah baru Indonesia, karena untuk pertama kali masyarakat memilih secara
langsung presidennya. Sebagai bangsa yang besar tentu kita harus banyak menggali makna

dari sejarah.
Hari Kamis, 21 Mei 1998, dalam pidatonya di Istana Negara Presiden Soeharto
akhirnya bersedia mengundurkan diri atau lebih tepatnya dengan bahasa politis ia
menyatakan “berhenti sebagai presiden Indonesia”. Momentum lengser keprabon-nya Raja
Indonesia yang telah bertahta selama 32 tahun ini tentu sangat mengejutkan berbagai pihak.
Karena sehari sebelumnya ia sudah berniat akan segera membentuk Kabinet Reformasi.
Setelah melalui saat-saat yang menegangkan, akhirnya rezim yang begitu kokoh dan
mengakar ini berhasil ditumbangkan. Gerakan mahasiswa sekali lagi menjadi kekuatan
terpenting dalam proses perubahan ini. Sebuah perubahan yang telah memakan begitu banyak

korban, baik korban harta maupun nyawa. Kontan saja mahasiswa kala itu langsung bersoraksorai, menangis gembira,

dan bersujud syukur atas keberhasilan

perjuangannya

menumbangkan rezim Orde Baru.
Setelah tumbangnya Orde Baru tibalah detik-detik terbukanya pintu reformasi yang
telah begitu lama dinanti. Secercah harapan berbaur kecemasan mengawali dibukanya jendela
demokrasi yang selama tiga dasawarsa telah ditutup oleh pengapnya otoritarianisme Orde

Baru. Momentum ini menjadi penanda akan dimulainya transisi demokrasi yang diharapkan
mampu menata kembali indahnya taman Indonesia. Pada hari-hari selanjutnya kata
“reformasi” meskipun tanpa ada kesepakatan tertulis menjadi jargon utama yang menjiwai
ruh para pejuang pro-demokrasi. Selang tiga tahun pasca turunnya Soeharto dari tahun 1998
sampai 2000, telah terjadi tiga kali pergantian rezim yang memunculkan nama-nama:Habibie,
Gus Dur, dan Megawati sebagai presiden Republik Indonesia. Dan duduknya ketiga presiden
baru tersebut, juga diwarnai dengan perjuangan yang sengit dan tak kalah revolusioner. Lagilagi untuk kesekian kalinya mahasiswa menjadi avant guard yang Mendobrak perubahan
tersebut.

I.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Demokrasi?
2. Mengapa terjadi Demo Buruh di Indonesia?
3. Apa dampak dari kenaikan harga BBM?
4. Bagaimana upaya pemerintah mengatasi aksi Demo Buruh?

I.3 Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan pengertian Demokrasi.
2. Menjelaskan aksi Demo Buruh yang terjadi di Indonesia.
3. Menjelaskan dampak dari kenaikan harga BBM.
4. Menjelaskan upaya pemerintah mengatasi aksi Demo Buruh.


I.4 Manfaat penelitian
Penelitian ini ditujukan kepada mahasiswa beserta dosen pembimbing untuk
mengetahui pengertian Demokrasi, mengetahui aksi Demo Buruh yang terjadi di Indonesia,
mengetahui dampak dari kenaikan harga BBM, dan mengetahui upaya pemerintah mengatasi
aksi Demo Buruh yang ada di Indonesia pada saat ini.

I.5 Metode Penelitian
Dalam penulisan makalah ini untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, saya
menggunakan metode penelitian ini adalah metode studi kepustakaan yaitu, membaca bukubuku dan kumpulan-kumpulan artikel serta sumber berita online yang berkaitan dengan
makalah ini.

I.6 Landasan Teori
Teori yang digunakan untuk penelitian ini adalah menurut Karl Marx demokrasi
digolongkan menjadi demokrasi borjuis dan demokrasi ploretal. Demokrasi yang harus

dijalankan adalah demokrasinya kaum proletar, yang mana kekuasaan tertinggi berada pada

kaum mayoritas, bukan kaum minoritas borjuis yang berada di dalam parlemen suatu Negara.
karena pemimpin politik yang duduk di pemerintahan hanya memikirkan bagaimana untuk

mengontrol kaum proletar dan mempertahankan dan membela kaum borjuis bukan
menampung aspirasi kaum buruh. Sistem demokrasi perwakilan yang diajukan oleh kaum
liberal adalah alat mempertahankan kekuasaan kelas burjuis dan karenanya bukan
sebagai wahana politik yang murni serta mampu mengartikulasikan kepentingan kaum
proletar.
Negara dianggap sebagai “panitia eksekutif kaum borjuis” dan alat yang dibuat
untuk melakukan kontrol terhadap kaum proletar. Sejauh negara masih merupakan alat
kelas borjuis, maka keberadaannya haruslah dihapuskan dan digantikan dengan suatu
model pemerintahan langsung di bawah sebuah diktator proletariat. Demokrasi borjuis
juga bukan ditujukan untuk membela apa yang disebut “kepentingan umum”, tetapi
bahwa Negara borjuis secara jelas mewakili sebuah alat untuk mempertahankan
kepentingan capital melawan kelas pekerja. Disini hanya kaum borjuis yang memiliki
hak untuk memilih. Hanya borjuis yang dapat dengan bebas menolak mempekerjakan
pekerja. Hal itu memperjelas bahwa Negara yang dianggap demokratik diatas kelaskelas kaum borjuis. Menurut Marx seharusnya demokrasi haruslah berada sepenuhnya pada

kediktatoran kaum proletar/buruh.

I.7 Sistematika Penyajian
Makalah ini terbagi menjadi 3 bab. Bab I merupakan bagian pendahuluan yang terdiri
dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, landasan teori, dan sistematika penyajian. Bab II merupakan bagian analisis dari
penelitian ini. Bab III merupakan bab penutup dari kesimpulan dan saran.

Bab 2
Analisis
2.1 Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah sebuah sistem sosial yang muncul dari suatu proses sejarah
manusia yang membawa dirinya kedalam sebuah kelompok dan mengatur pembagian
kekuasaan didalamnya.

2.2 Mengapa terjadi Demo Buruh di Indonesia
Para buruh menuntut agar Presiden Joko Widodo membatalkan kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM) bersubsidi dan juga meminta semua gubernur menaikan upah kerja
dengan merevisi upah minimum provinsi dan kota. Di Jakarta, saat ini upah minimum
ditetapkan sebesar Rp 2,4 juta. Angka ini dianggap tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup
para pekerja apalagi setelah kenaikan harga BBM. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja
Indonesia Said Iqbal, Rabu mengatakan 60 komponen hidup layak (KHL) yang masih
digunakan oleh seluruh Dewan Pengupahan seluruh Indonesia sudah sangat tidak memadai.
60 Komponen hidup layak tambahnya baik secara kualitas maupun kuantitas sudah tidak lagi
menjamin dan memadai nilai kebutuhan hidup saat ini. Semua nilai upah minimum lanjutnya

sudah di atas 60 item KHL. Untuk itu, menurut Said, para buruh meminta 60 KHL itu
ditingkatkan menjadi 84 item KHL. Hal ini sangat penting dilakukan lanjutnya mengingat
tahun 2015, Indonesia akan memasuki ekonomi ASEAN atau pasar bebas ASEAN. "Apa
tujuan pasar bebas ASEAN adalah kesejahteraan, di samping perdagangan. Oleh karena itu,
karena orientasinya kesejahteraan dari sisi buruh, sedangkan orientasi perdagangan dari sisi
pemerintah dan pengusahan. Buruh berpandangan ketika masyarakat ekonomi ASEAN
terjadi, berapa upah minimum di Manila, Kuala Lumpung, Bangkok dan berapa di Jakarta.
Hari ini Jakarta baru Rp 2,4 juta. Manila sudah Rp 3,6 juta. Bangkok sudah Rp 3,2 juta,
Kuala Lumpur sudah 2,94 juta," papar Said Iqbal. Said Iqbal menambahkan, kondisi buruh
sekarang ini sangat memprihatinkan ditambah dengan adanya kenaikan harga BBM.Said
Iqbal juga menyatakan bahwa aksi ini sebagai pemanasan. Nantinya akan ada mogok
nasional jilid II yang akan dilakukan oleh sekitar dua juta buruh pada awal Januari 2015.
Tuntutan para buruh tambahnya juga masih sama. "(Upah) Rp 2,4 juta di Jakarta misalnya,
untuk sewa rumah Rp700 ribu, untuk transportasi, sosial, ke pabrik mungkin Rp600 ribu, itu

aja sudah Rp1,3 juta. Makan sehari tarolah di warteg satu kali Rp 10.000 sebulan sudah
Rp900 ribu. Ini aja sudah Rp 2,2 juta. Sisa (cuma) 200 ribu. 200 ribu orang bertahan hidup di
Jakarta untuk sebulan apakah realistis? Padahal daya beli kita sudah nomor 10 di dunia," ujar
Said lagi. Sementara itu, Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia Bidang Ketenagakerjaan
Benny Sutrisno mengatakan kenaikan upah buruh juga harus dilihat dari kemampuan

perusahaannya, karena apabila perusahaan tidak mampu menaikan upah sesuai tuntutan
buruh, maka banyak perusahaan akan tutup. Akibat yang dirugikan dari penutupan ini,
menurutnya juga para buruh. "Saya kira buruh butuh pengusaha. Pengusaha butuh buruh.
Perjuangan buruh di mana-mana selalu minta upahnya naik, tetapi perhitungannya jangan
hanya dari makro ekonomi. Sisi mikro juga kita harus hitung. Tidak semua sektor itu mampu
bisa bertahan dengan upah minimum yang diminta buruh," ungkap Benny. Dari pihak
pemerintah, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Hanif Dhakiri menyatakan pemerintah
akan mengkaji masalah pengupahan buruh ini. Pemerintah mengindikasi salah satu penyebab
timbulnya perselisihan dalam pelaksanaan penetapan upah minimum yang terjadi belakangan
ini adalah penetapannya yang tidak sesuai prosedur yang diatur dalam peraturan perundangundangan. Untuk itu diperlukan pembenahan baik mekanisme dan tata kerja di dewan
pengupahan. Demikian disampaikan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin
Iskandar di Jakarta, Jumat (3/2). "Mekanisme dan tata kerja dewan pengupahan harus
dibenahi sehingga mampu mengakomodir kepentingan pekerja dan pengusaha. Selain itu para
pekerja dan pengusaha pun harus sepakat mengikuti hasil keputusan dewan pengupahan
secara konsisten," kata Muhaimin. Muhaimin melanjutkan untuk mencegah terulangnya
permasalahan pengupahan di tahun-tahun mendatang, penetapan upah minimum harus sesuai
dengan prosedur yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dan berpatokan pada
keputusan Dewan pengupahan daerah. "Dibutuhkan komitmen dari seluruh pemangku
kepentingan untuk tidak merevisi penetapan upah minimum karena sebelumnya telah
dibicarakan melalui dewan pengupahan, yang didalamnya terdapat unsur pemerintah, pekerja

dan pengusaha," tegas Muhaimin. Sementara terkait penetapan upah minimum sektoral, harus
ada kesepakatan terlebih dahulu antara asosiasi perusahaan dengan serikat pekerja/serikat
buruh. "Gubernur yang akan menetapkan upah minimum sektoral harus mempunyai
kesepakatan terlebih dahulu dengan asosiasi perusahaan dan serikat pekerjanya,"

2.3 Dampak Kenaikan Harga BBM
Kebijakan penaikan harga BBM bersubsidi akan menimbulkan berbagai dampak,
baik bagi pemerintah, pengusaha maupun seluruh masyarakat Indonesia. Pro dan kontra
terhadap rencana Pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi masih bergulir. Sinyal
kenaikan harga BBM bersubsidi secara terbatas dan terukur telah cukup lama disampaikan
pihak Pemerintah.
Dampak langsung kenaikan harga BBM :
1. Naiknya harga-harga barang kebutuhan pokok dan berbagai bahan kebutuhan lainnya.
2. Naiknya ongkos transportasi (kendaraan pribadi).
3. Naiknya harga suku cadang.
4. Naiknya tarif angkutan umum.
5. Naiknya jumlah orang miskin.
6. Naiknya jumlah anak putus sekolah.
7. Turunnya daya beli masyarakat.
8. Turunnya pemenuhan gizi masyarakat.
9. Bertambahnya jumlah anak rawan gizi.
10. Bertambahnya jumlah UKM yang gulung tikar.
11. Bertambahnya jumlah orang yang stress.

2.4 Upaya pemerintah mengatasi aksi Demo Buruh
Masalah perburuhan ini sebenarnya terjadi karena kebebasan kepemilikan dan
kebebasan bekerja yang menjadi pilar sistem kapitalisme. Dengan kebebasan ini, seorang
pengusaha yang senantiasa berorientasi keuntungan dianggap sah mengeksploitasi tenaga
buruh. Dengan kebebasan ini pula, kaum buruh diberi ruang kebebasan mengekspresikan
tuntutannya akan peningkatan kesejahteraan dengan memanfaatkan serikat pekerja,
melakukan sejumlah intimidasi bahkan tindakan anarkis sekalipun.
Sedangkan dasar yang memicu konflik buruh dan pengusaha sendiri, disebabkan oleh
kesalahan tolok ukur yang digunakan untuk menentukan gaji buruh, yaitu living cost (biaya
hidup) terendah. Living cost inilah yang digunakan untuk menentukan kelayakan gaji buruh.
Maka tidak heran namanya Upah Minimum. Dengan kata lain, para buruh tidak mendapatkan

gaji mereka yang sesungguhnya, karena mereka hanya mendapatkan sesuatu yang minimum
sekedar untuk mempertahankan hidup mereka. Konsekuensinya kemudian adalah terjadilah
eksploitasi yang dilakukan oleh para pemilik perusahaan terhadap kaum buruh. Dampak dari
eksploitasi inilah yang kemudian memicu lahirnya gagasan Sosialisme tentang perlunya
pembatasan waktu kerja, upah buruh, jaminan sosial, dan sebagainya.
Seharusnya negara menata dua aspek dengan tatanan regulasi sedemikian sehingga tidak
muncul masalah perburuhan. Pertama, aspek mikro terkait kontrak kerja antara buruh dan
pengusaha. Dengannya akan terjawab bukan hanya besaran upah, namun juga masalah
kepastian kerja (PHK) dan besarnya pesangon. Kedua, aspek makro menyangkut hak setiap
orang, termasuk buruh untuk memperoleh kesejahteraan. Penyelesaian aspek ini, akan
menempatkan buruh dan pengusaha pada posisi tawar yang semestinya.
Solusi Persoalan Mikro Perburuhan, bisa diatasi dengan memperbaiki hubungan kontrak
kerja antara pekerja dan pengusaha. Transaksi kontrak tersebut sah menururt jika memenuhi
persyaratan dan ketentuan yang jelas mengenai : (a) Bentuk dan jenis pekerjaan, (b) Masa
Kerja, (c) Upah Kerja dan (d) Tenaga yang dicurahkan saat bekerja. Jika keempat masalah
tersebut jelas dan disepakati maka kedua belah pihak terikat dan harus memenuhi apa yang
tercantum dalam kesepakatan tersebut.
Intinya penentuan upah buruh adalah kesepakatan antara buruh dengan pengusaha
dengan menjadikan manfaat tenaga sebagai patokan penentuannya. Beban kebutuhan hidup,
biaya kesehatan dan tanggungan lain buruh tidak menjadi faktor penentu upah. Tidak ada
unsur eksploitasi terhadap buruh karena semua hal sudah saling diketahui. Juga tidak akan
membebani penguasa karena menanggung beban biaya yang tidak memberikan pengaruh ke
produksi semisal asuransi kesehatan, tunjangan pendidikan dan dana pensiun.
Sedangkan

aspek

makro,

prinsipnya setiap

orang

berhak

mendapatkan

kesejahteraan. Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan dan papan, ditanggungkan kepada setiap individu masyarakat. Baik
dipenuhi langsung atau melalui ayah, wali dan ahli waris. Kedua, terkait kebutuhan biaya
pendidikan, layanan kesehatan dan keamanan menjadi tanggung jawab negara untuk
menyediakannya bagi setiap warga negara. Negara tidak membebani rakyat untuk
menanggung sendiri biaya pendidikan, kesehatan dan kemanannya, apalagi dengan biaya
yang melambung tinggi. Selain itu negara juga memiliki tanggung jawab menyediakan

berbagai fasilitas yang memudahkan setiap orang untuk berusaha (bekerja). Mulai dari
kemudahan permodalan, keahlian dan regulasi yang mendukung.
Dengan demikian, berbagai solusi yang dilakukan saat ini, jika tetap menggunakan
model solusi ala sistem Kapitalis, pada dasarnya bukanlah solusi. Tetapi, sekedar “obat
penghilang rasa sakit”. Penyakitnya sendiri tidak hilang, apalagi sembuh. Karena sumber
penyakitnya tidak pernah diselesaikan. Karena itu, masalah perburuhan ini akan selalu
muncul dan muncul, seperti lingkaran “setan”, karena tidak pernah diselesaikan.
Jika memang benar-benar masalah perburuan ini ingin selesai dan kesejahteraan
buruh secara khusus, serta kesejahteraan setiap warga negara secara umum ingin diwujutkan,
maka tidak ada jalan lain kecuali harus kembali kepada penyelesaian mulia, yakni,
penyelesaian dengan aturan yang berasal dari Sang Pencipta manusia, yang diterapkan oleh
sistem Khilafah. Karena, konsep dan solusi sebagaimana di atas benar-benar telah teruji,
ketika diterapkan oleh Negara Khilafah. Hal yang sama pasti akan terulang kembali, jika
dalam waktu dekat Khilafah berdiri.

Bab 3
Kesimpulan

Para buruh menuntut agar Presiden Joko Widodo membatalkan kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM) bersubsidi dan juga meminta semua gubernur menaikan upah kerja
dengan merevisi upah minimum provinsi dan kota. Di Jakarta, saat ini upah minimum
ditetapkan sebesar Rp 2,4 juta. Angka ini dianggap tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup
para pekerja apalagi setelah kenaikan harga BBM. Kondisi buruh sekarang ini sangat
memprihatinkan ditambah dengan adanya kenaikan harga BBM. Kenaikan upah buruh juga
harus dilihat dari kemampuan perusahaannya, karena apabila perusahaan tidak mampu
menaikan upah sesuai tuntutan buruh, maka banyak perusahaan akan tutup. Dibutuhkan
komitmen dari seluruh pemangku kepentingan untuk tidak merevisi penetapan upah
minimum karena sebelumnya telah dibicarakan melalui dewan pengupahan, yang didalamnya
terdapat unsur pemerintah, pekerja dan pengusaha. Seperti yang dikatakan Karl Marx negara
dianggap sebagai “panitia eksekutif kaum borjuis” dan alat yang dibuat untuk
melakukan kontrol terhadap kaum proletar. Sejauh negara masih merupakan alat kelas
borjuis, maka keberadaannya haruslah dihapuskan dan digantikan dengan suatu model
pemerintahan langsung di bawah sebuah diktator proletariat. Demokrasi borjuis juga
bukan ditujukan untuk membela apa yang disebut “kepentingan umum”, tetapi bahwa
Negara borjuis secara jelas mewakili sebuah alat untuk mempertahankan kepentingan
capital melawan kelas pekerja. Disini hanya kaum borjuis yang memiliki hak untuk
memilih. Hanya borjuis yang dapat dengan bebas menolak mempekerjakan pekerja. Hal
itu memperjelas bahwa Negara yang dianggap demokratik diatas kelas-kelas kaum
borjuis. Menurut Marx seharusnya demokrasi haruslah berada sepenuhnya pada kediktatoran

kaum proletar/buruh.

Daftar Pustaka
Budiardjo, Miriam. 2008. “Dasar-dasar Ilmu Politik”. Gramedia : Jakarta
Mandel, Ernest. 2006. ”Tesis-tesis Pokok Marxisme”. Resist Book : Yogyakarta
http://news.detik.com/read/2014/12/10/122335/2773127/10/demo-buruh-menyebar-mulaidari-hi-tugu-tani-balai-kota-pulomas-hingga-istana
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/12/10/16562151/
Demo.Buruh.di.Depan.Istana.Negara.Jalan.Medan.Merdeka.Utara.Tutup
http://pamongreaders.com/berita-344-solusi-mengatasi-problem-buruh.html
http://books.google.co.id/books?
id=_dZ247rCydIC&pg=PA50&hl=id&source=gbs_toc_r&cad=3#v=onepage&q&f=false