LAPORAN AKHIR ANALISIS LONGSORAN INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Endapan mineral (bahan tambang) merupakan salah satu kekayaan alam
yang berpengaruh dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu upaya untuk
mengetahui kuantitas dan kualitas endapan mineral itu hendaknya selalu
diusahakan dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi, seiring dengan tahapan
eksplorasinya. Semakin lanjut tahapan eksplorasi, semakin besar pula tingkat
keyakinan akan kuantitas dan kualitas sumber daya mineral dan cadangan.
Di Indonesia, masalah yang ada adalah belum terwujudnya klasifikasi
sumber daya mineral dan cadangan yang baku sehingga berbagai pihak baik
instansi pemerintah maupun perusahaan pertambangan menggunakan klasifikasi
secara sendiri-sendiri, klasifikasi yang dianggap ,paling sesuai dengan sifat-sifat
endapan mineralnya dan kebijakasanaan yang ada di perusahaan tersebut.
Akibatnya adalah pernyataan mengenai kuantitas dan kualitas sumber daya
mineral atau cadangan sering menimbulkan kerancuan,


1.2

Maksud dan Tujuan

1.2.1

Maksud
Maksud

dari

dilakukannya

praktikum

mengenai

klasifikasi

sumberdaya dan perhitungan cadangan adalah agar praktikan dapat

mengetahui seberapa besar suatu sumberdaya mineral dan cadangannya
pada suatu daerah penelitian.
1.2.2

Tujuan

Tujuan dari dilakukannya praktikum ini antara lain :
 Praktikan mampu melakukan analisa terhadap kondisi geologi pada suatu
wilayah.
 Praktikan dapat melakukan analisa penyebaran batubara dan mengetahui
keterdapatan struktur yang berkembang pada suatu wilayah yang
mengganggu proses penyebaran cadangan tersebut.

1

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1


Definisi Longsoran

Longsor merupakan pergerakan massa batuan atau tanah menuruni
lereng karena pengaruh secara langsung dari gaya gravitasi (West, 2010).
Lereng stabil jika gaya penahan lebih besar dari gaya penggerak longsor. Tipe
longsoran berdasarkan bidang gelincirnya dapat dibedakan menjadi empat (Hoek
dan Bray, 1981), yaitu: Longsoran bidang (plane failure), Longsoran baji (wedge
failure), toppling failure dan circular failure. Longsoran bidang merupakan
longsoran yang terjadi jika massa batuan bergerak menuruni lereng sepanjang
bidang gelincir. Longsoran baji merupakan longsoran yang terjadi akibat adanya
dua diskontinuitas yang berpotongan dan longsoran terjadi di sepanjang
diskontinuitas tersebut sehingga menghasilkan bentuk membaji. Toppling failure
merupakan jenis longsoran yang terjadi jika pergerakan massa batuan tanpa
melalui bidang gelincir dan sebagian besar perjalanan materialnya berada di
udara. Circular failure merupakan jenis longsoran yang terjadi pada batuan yang
terlapukkan secara intensif, pada material lepas ataupun pada batuan dengan
diskontinuitas yang rapat dengan orientasi tidak teratur.

2.2


Klasifikasi Longsoran Batuan
Secara

umum

perpaduan

orientasi

diskontinuitas

batuan

akan

membentuk empat tipe longsoran utama pada batuan, yaitu :
 Longsoran busur(circular sliding failure)
 Longsoran planar (planar sliding failure)
 Longsoran baji(wedge sliding failure)
 Longsoran jungkiran(toppling failure)

Untuk mengetahui adanya potensi tipe longsoran pada suatu aktivitas
pemotongan lereng batuan, perlu dilakukan pemetaan orientasi diskontinuitas
yang dilakukan, baik sebelum maupun sesudah lereng batuan tersebut
tersingkap. Sementara itu, rnetode analitik untuk memprediksi potensi longsoran
batuan dan cara penanggulangannya seringkali tidak efektif (Maerz, 2000 dalam

2

3

Endartyanto 2007). Oleh karena itu, penggunaan desain empiris dan klasifikasi
massa batuan menjadi penting (Franklin, 1996 dalam Endartyanto 2007).
Berdasarkan proses longsornya, longsoran batuan dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu : longsoran bidang (plane failure), longsoran baji
(wedge failure), longsoran guling (toppling failure) dan longsoran busur (circular
failure).
 Longsoran Bidang
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi
disepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut
dapat berupa rekahan, sesar maupun bidang perlapisan batuan. Syaratsyarat terjadinya longsoran bidang adalah :

 Bidang

luncur

mempunyai

arah

sejajar

atau

hampir

sejajar

(maksimum 200) dengan arah lereng.
 Jejak bagian bawah bidang lemah yang menjadi bidang luncur harus
muncul di muka lereng, dengan kata lain kemiringan bidang gelincir
lebih kecil dari kemiringan lereng.

 Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser dalamnya
 Terdapat bidang bebas pada kedua sisi longsoran
 Longsoran Baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari
satu bidang lemah yang saling berpotongan. Sudut perpotongan antara
bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam
batuannya tetapi lebih kecil dari kemiringan lereng.

4

Sumber:google.com/longsoranbaji

Gambar 2.1
Longsoran Baji

 Longsoran Guling

Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah
kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang lemahnya.
Hoek & Bray (1981), telah membuat grafik yang dapat memberikan

gambaran kapan terjadinya longsoran tersebut (Gambar 2.3). Dari
gambar tersebut dapat diartikan : Jika  >  dan b/h < Tan , maka
balok akan meluncur dan mengguling. Jika  <  dan b/h > Tan ,
maka balok akan langsung mengguling.

5

Sumber:google.com/longsoranguling

Gambar 2.2
Longsoran Guling

 Longsoran Busur
Longsoran busur adalah yang paling umum terjadi di alam, terutama pada
batuan yang lunak (tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur
hanya terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan
mempunyai bidang-bidang lemah (rekahan) yang sangat rapat dan tidak
dapat dikenali lagi kedudukannya. Pada longsoran bidang dan baji,
kelongsoran dipengaruhi oleh struktur bidang perlapisan dan kekar yang
membagi tubuh batuan kedalam massa diskontinuitas. Pada tanah pola

strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir bebas mencari posisi yang
paling kecil hambatannya. Longsoran busur akan terjadi jika partikel
individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil dan tidak
saling mengikat. Oleh karena itu batuan yang telah lapuk cenderung
bersifat seperti tanah. Tanda pertama suatu longsoran busur biasanya
berupa suatu rekahan tarik permukaan atas atau muka lereng, kadangkadang disertai dengan menurunnya sebagian permukaan atas lereng

6

yang berada disamping rekahan. Penurunan ini menandakan adanya
gerakan lereng yang pada akhirnya akan terjadi kelongsoran lereng,
hanya

dapat

dilakukan

apabila

belum


terjadi

gerakan

lereng

tersebut.Longsoran jenis ini sering terjadi di alam, terutama pada material
tanah atau batuan yang lunak. Untuk longsoran pada batuan dapat terjadi
bila batuan mempunyai pelapukan yang tinggi dan mempunyai spasi
kekar yang rapat, sehingga batuan tersebut akan mempunyai sifat seperti
tanah.

Sumber:google.com/longsoranbusur

Gambar 2.3
Longsoran Busur

7


BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Tugas
Dalam praktikum kali ini praktikan di beri tugas untuk menentukan tonase

dari cadangan batubara tiap seam yang ada pada suatu wilayah berdasarkan
peta tang telah diberikan dengan cara membuat peta sebaran cadangan. Selain
itu dalam praktikum kali ini menentukan faktor keamanan dengan menentukan
FK yang stabil.

3.2

Pembahasan
Dalam praktikum kali ini pembuatan tugas analisis longsoran hal yang

pertama yang harus dibuat adalah pembuatan penampang dari data log bor yang
telah diberikan. Pe,buatan penampang yang dikerjakan adalah penampang
nomor 18, dengan koordinat titik bor 1 yaitu 108945 (Easting) 226354 (Northing),
dan koordinat titik bor 2 dengan koordinat 108724 (Easting) 226382 (Northing),
serta koordinat titik bor 3 dengan koordinat 108640 (Easting) 226416 (Northing).
Sebelum titik bor di plot tentukan skala pada peta, maka didapatkan hasil :

100

Skala = 2.7 = 1 : 37
Dalam pembahasan mengenai perhitungan yang didapat bertujuan untuk
menentukan faktor keamanan yang didapat dengan minimal FK yakni 1,3 .
Apabila FK yang didapat tidak sesuai dengan minimal FK 1,3, maka solusinya FK
harus diubah hingga FK yang didapat minimum dengan FK 1,3.

Tabel 3.1
Perhitungan bench 1 (1)
No
Slice

ɣ
(ton/m3
)

Z (m)

b (m)

Ф

1

29.453

7.4

14.8

32.3

2

29.453

7.4

14.8

32.3

3

29.453

3.7

14.8

32.3

tan Ф

0.6321
7
0.6321
7
0.6321
7

c
(ton/m2
)

U

ru

19.247

0

0

19.247

0

0

19.247

0

0

w (ɣZb)
3225.692
6
3225.692
6
1612.846
3

α
30
37
44

sec α

sinα

1.1547005
4
1.2521356
6
1.3901635
9

tan α

0.5
0.60181502
3
0.69465837

0.5773502
7
0.7535540
5
0.9656887
7

1.7964734
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Tabel 3.2
Perhitungan bench 1 (2)
w.sinα

c.b

w(1-ru)
tanФ

2+3

1

2

3

4

1612.84628
1941.27024
1120.37717

284.8556
284.8556
284.8556

2039.19819
2039.19819
1019.59909

2324.05379
2324.05379
1304.45469

4674.4937

854.567

5097.9955

5

6

sec α / (1+tanФ.tanα/ F)
1
0.863196633 0.814277691
0.84594333 0.811551835 0.797317125
0.84811371 0.806853151 0.789975866
0.86319663 0.814277691 0.794504737
Jumlah

F=
1966.017798
1971.061883
1126.0009
5063.080581

4x5
F=
1886.090115
1875.170122
1062.188355
4823.448592

F=
1853.007884
1835.946403
1036.395433
4725.34972

1.083129

1.031865

1.010879

FK
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

8

Karena nilai FK tidak sesuai dengan FK yang disarankan, maka dilakukan perubahan slope pada pit dengan hasil perhitungan
sebagai berikut :
Tabel 3.3
Perhitungan bench 1 yang direkomendasikan (1)
No
Slic
e

ɣ
(ton/m3
)

Z (m)

b (m)

Ф

1

29.453

7.4

14.8

32.3

2

29.453

7.4

14.8

32.3

3

29.453

3.7

14.8

32.3

tan Ф

0.6321
7
0.6321
7
0.6321
7

c
(ton/m2
)

u

ru

19.247

0

0

19.247

0

0

19.247

0

0

w (ɣZb)
3225.692
6
3225.692
6
1612.846
3

α
20
30
40

sec α

sinα

tan α

1.0641777
7
1.1547005
4
1.3054072
9

0.34202014
3

0.3639702
3
0.5773502
7
0.8390996
3

0.5
0.64278761

1.4848078
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Tabel 3.4
Perhitungan bench 1 yang direkomendasikan (2)
w.sinα

c.b

w(1-ru)
tanФ

2+3

1

2

3

4

1103.2518
3
1612.8462
8
1036.7176
1

284.855
6
284.855
6
284.855
6

2039.1981
9
2039.1981
9
1019.5990
9

2324.0537
9
2324.0537
9
1304.4546
9

3752.8157

854.567

5097.9955

5

6

sec α / (1+tanФ.tanα/ F)
0.85295273
0.80485981
1
8
7
0.8651201
0.83809371
0.82758787
7
1
1
0.8459433
0.80866566
0.79444
3
3
0.8529527
0.80485981
0.78683204
4
7

4x5

Jumlah

F=

F=

F=

2010.58580
7
1966.01779
8
1112.63820
2
5089.24180
7

1947.77486
3
1879.38249
6
1049.90316
6
4877.06052
6

1923.35872
6
1846.32129
1
1026.38674
8
4796.06676
5

9

FK

1.3561129

1.2995737

1.2779915

Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Maka desain tambang dengan α 20, 30, dan 40 mendapatkan nilai FK yang sesuai dengan ketentuan, sehingga pada pit
kemungkinan terjadi longsoran akan kecil.
Tabel 3.5
Perhitungan bench 2 (1)
No Slice

ɣ
(ton/m3)

1
2
3

29.453
29.453
29.453

Z (m)

18.5
25.9
48.1

b (m)

Ф

tan Ф

c
(ton/m2)

u

ru

w (ɣZb)

α

sec α

sinα

tan α

33.3
33.3
33.3

32.3
32.3
32.3

0.63217
0.63217
0.63217

19.247
19.247
19.247

3.7
18.5
3.7

0.00679048
0.024251713
0.002611723

18144.5207
25402.3289
47175.7537

17
32
45

1.04569176
1.1791784
1.41421356

0.292371705
0.529919264
0.707106781

0.30573068
0.62486935
1

1.5293978
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Tabel 3.5
Perhitungan bench 2 (2)
w.sinα

c.b

w(1-ru)
tanФ

2+3

1

2

3

4

5304.9444
3
13461.183
4
33358.295
3

640.925
1
640.925
1
640.925
1

11392.599
7
15669.235
1
29745.383
4

12033.524
8
16310.160
2
30386.308
5

5

6

sec α / (1+tanФ.tanα/ F)
0.86646017
0.81765113
1
7
2
0.8763209
0.85497807
0.84577012
1
2
5
0.8452734
0.80992653
0.79506451
2
1
1
0.8664601
0.81765113
0.79756757
8
2
4

4x5
F=

F=

F=

10545.2293
6
13786.5448
8
26328.5261
9

10288.3998
1
13210.0314
5
24845.3995
1

10177.5957
6
12967.6295
3
24235.1343
2

10

52124.423

1922.78

Jumlah

56807.218

FK

50660.3004
3

48343.8307
6

47380.3596
1

0.971911

0.9274698

0.9089858

Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Pada perhitungan ini didapatkan nilai FK yang belum sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan, maka dilakukan
perubahan pada pit dengan menambah segmen dari 3 menjadi 5.

Tabel 3.6
Perhitungan bench 2 yang direkomendasikan (1)
No
Slic
e

ɣ
(ton/m3
)

Z (m)

b (m)

Ф

1

29.453

25.9

40.7

32.3

2

29.453

33.3

40.7

32.3

3

29.453

25.9

40.7

32.3

4

29.453

7.4

40.7

32.3

5

29.453

40.7

32.3

0

tan Ф

0.6321
7
0.6321
7
0.6321
7
0.6321
7
0.6321
7

c
(ton/m2
)
19.247
19.247
19.247
19.247
19.247

u

ru
0

0
18.5
14.8
7.4

0.0188624
4
0.0194013
7
0.0339524

0

3.7

w (ɣZb)
31047.290
9
39917.945
4
31047.290
9
8870.6545
4
0

α
10
17
22
33

40

sec α

sinα

tan α

1.0154266
1
1.0456917
6
1.0785347
4
1.1923632
9

0.17364817
8
0.29237170
5
0.37460659
3
0.54463903
5

0.1763269
8
0.3057306
8
0.4040262
3
0.6494075
9

1.305407
3

0.6427876
2.0280531

0.839099
6

Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Tabel 3.7
Perhitungan bench 2 yang direkomendasikan (2)
w.sinα

c.b

w(1-ru)
tanФ

2+3

5

6

11

1

2

3

4

5391.3054
8
11670.877
8
11630.519
9
4831.3047
3

19627.282
5
24759.082
3
19246.486
4
5417.3969
2

20410.635
4
25542.435
2
20029.839
3
6200.7498
2

0

783.352
9
783.352
9
783.352
9
783.352
9
783.352
9

0

783.3529

33524.008

3133.41

69050.248

sec α / (1+tanФ.tanα/ F)
0.82587822
0.81951291
1
4
4
0.9135894
0.89467216
0.89384654
5
2
0.8763209
0.84738398
0.84613763
1
8
6
0.8591063

0.8237715

0.82226289

0.8453249
2
0.8258782
2

0.79645228
7
0.81951291
4

0.79440351
4
0.81923125
7
Jumlah

FK

4x5
F=

F=

F=

18646.9411
1
22383.3700
5
17207.7610
7
5241.64834
8
646.954101
9
64126.6746
9

18260.8273
4
21644.2506
4
16500.0107
4
4938.60137
7
61985.6579
2

18243.9758
7
21612.4157
7
16469.7935
2
4925.89744
8
641.747181
1
61893.8297
9

1.9128582

1.8489931

1.8462539

641.967818

Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan 5 segmen sangat berbeda dengan menggunakan 3 segmen karena kondisi pit
akan lebih stabil, sehingga kemungkinan terjadi longsoran akan kecil.

No
Slic
e

ɣ
(ton/m3)

Z (m)

b (m)

Ф

tan Ф

1

29.453

22.2

77.7

32.3

0.63217

2

29.453

37

77.7

32.3

0.63217

3

29.453

29.6

77.7

32.3

0.63217

Tabel 3.8
Perhitungan bench keseluruhan (1)
c
(ton/m2
u
ru
w (ɣZb)
)
0.01131746
50804.657
19.247
7.4
6
8
0.02376667
84674.429
19.247
25.9
9
7
0.00212202
67739.543
19.247
1.85
5
8

α
14
28
40

sec α

sinα

1.0306136
3
1.1325700
5
1.3054072
9

0.24192189
6
0.46947156
3
0.64278761

tan α
0.249328
0.5317094
3
0.8390996
3

1.3541811

12

Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Tabel 3.9
Perhitungan bench keseluruhan (2)
w.sinα

c.b

w(1-ru)
tanФ

2+3

1

2

3

4

12290.759
1
39752.236
8
43542.139
4

1495.49
2
1495.49
2
1495.49
2

31753.884
2

33249.376
1
53752.238
9

95585.135

4486.48

126742.92

52256.747
42732.290
1

44227.782

5

6

sec α / (1+tanФ.tanα/ F)
0.85295273
0.80485981
1
8
7
0.8902877
0.86183696
0.86986902
1
7
0.8476478
0.81241318
0.79891854
5
3
7
0.8529527
0.80485981
0.78683204
4
7

4x5

Jumlah

FK

F=

F=

F=

29601.5108
5
45562.9696
5
37724.2077
5
112888.688
2

28922.6021
7
43669.0274
7
35597.1645
5
108188.794
2

28655.5414
3

1.1810277

1.1318579

1.1131337

42943.6606
34799.8359
6
106399.038

Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Dari hasil perhitungan didapatkan nilai FK yang tidak sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan, maka pembuatan pit
dirubah kembali dari yang asalnya 3 segmen menjadi 5 segmen.

No
Slice
1

ɣ
(ton/m3
)
29.453

Z (m)

b (m)

Ф

0

55.5

32.3

Tabel 3.10
Perhitungan bench keseluruhan 5 segmen (1)
c
tan Ф
(ton/m2
u
ru
w (ɣZb)
)
0
0
0.6321 19.247
7.4

α

sec α

sinα

tan α

0

1

0

0

13

2

29.453

14.8

55.5

32.3

3

29.453

29.6

55.5

32.3

4

29.453

44.4

55.5

32.3

5

29.453

37

55.5

32.3

7
0.6321
7
0.6321
7
0.6321
7
0.6321
7

19.247

25.9

0.0594167

19.247

44.4

0.0509286

19.247

37

0.0282936
7

19.247

0

0

24192.69
4
48385.38
8
72578.08
3
60481.73
6

8
23
36

43

1.0098275
7
1.0863603
8
1.2360679
8

0.13917310
1
0.39073112
8
0.58778525
2

0.1405408
3
0.4244748
2
0.7265425
3

1.367327
5

0.6819984

0.932515
1

1.7996878
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Tabel 3.11
Perhitungan bench keseluruhan 5 segmen (2)
w.sinα

c.b

w(1-ru)
tanФ

2+3

1

2

3

4

0
3366.9722
7
18905.677
4
42660.326
6

41248.444
106181.42

1068.20
9
1068.20
9
1068.20
9
1068.20
9
1068.20
9

0

1068.2085

14385.268
2
29030.170
2
44583.790
4

15453.476
7
30098.378
7
45651.998
9
39303.174
5

4272.83

87999.229

38234.966

5
1

6

sec α / (1+tanФ.tanα/ F)
0.86021863
0.86021863

1
0.927429
0.8565201
8
0.8470273
6
0.8602186
3

F=

4x5
F=

F=

1

1

1068.2085

1068.2085

1068.2085

0.91529307
4
0.82805260
4

0.91529307
4
0.82805260
4

0.80581492

0.80581492

0.86021863

0.86021863

14332.0025
4
25779.8686
9
38668.4921
8
33809.3229
1
113657.894
8

14144.4602
2
24923.0408
8
36787.0618
4
33809.3229
1
110732.094
4

14144.4602
2
24923.0408
8
36787.0618
4
33809.3229
1
110732.094
4

1.0704123

1.0428575

1.0428575

Jumlah

FK
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

14

Dari hasil pehitungan ulang model pit dengan menggunakan 5 segmen, masih didapatkan nilai FK yang tidak sesuai dengan
ketentuan yang sudah ditetapkan maka treatment selanjutnya adalah merubah slope pada pit untuk mendapatkan nilai yang tepat.
Tabel 3.12
Perhitungan bench keseluruhan yang direkomendasikan (1)
No
Slic
e

ɣ
(ton/m3)

Z (m)

b (m)

Ф

1

29.453

22.2

77.7

32.3

2

29.453

37

77.7

32.3

3

29.453

29.6

77.7

32.3

tan Ф

0.6321
7
0.6321
7
0.6321
7

c
(ton/m2)

u

ru

w (ɣZb)

α

sec α

sinα

19.247

7.4

0.011317466

50804.6578

15

1.03527618

0.258819045

19.247

25.9

0.023766679

84674.4297

25

1.10337792

0.422618262

19.247

1.85

0.002122025

67739.5438

30

1.15470054

0.5

tan α

1.1814373
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Tabel 3.13
Perhitungan bench keseluruhan yang direkomendasikan (2)
w.sinα

c.b

w(1-ru)
tanФ

2+3

1

2

3

4

13149.213
35784.9603
33869.7719

1495.492
1495.492
1495.492

31753.8842
52256.747
42732.2901

33249.3761
53752.2389
44227.782

82803.945

4486.48

126742.92

5

6

sec α / (1+tanФ.tanα/ F)
1
0.845943329 0.806662656
0.88531267 0.862558696 0.855607784
0.85216914 0.818243178 0.808074506
0.84594333 0.806662656 0.79499434
Jumlah

F=
29436.09393
45805.99913
37414.19716
112656.2902

4x5
F=
28679.53847
43982.40277
35676.90009
108338.8413

F=
28448.42499
43435.8139
35160.83637
107045.0753

1.3605184

1.3083778

1.2927533

FK

15

0.2679491
9
0.4663076
6
0.5773502
7

Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Dari hasil perubahan slope pada pit didapatkan nilai FK yang sesuai dengan ketentuan yaitu sebesar 1.3, sehingga pada pit
ini terjadinya longsoran akan sangat kecil.
Berikut merupakan hasil penghitungan jumlah tonase yang berada di daerah perhitungan.
Tabel 3.14
Perhitungan Total Jumlah Tonase

BOR 1

BOR 2

BOR 3

Teb
Teb
Teba
al
Volume
Tonase
al
Volume
Tonase
l
Volume
Tonase
1,52 867735,644 1128056,33 3,55 2021306,93 2627699,01
7
6
8
7
4
4 2,19 1244493,164 1617841,113
3,65 2078701,36 2702311,77
746127,636 0,96
8
7
8 1,01 573944,336
8
1 546099,5118 709929,3653
1,04 594970,019 773461,025 0,62 353458,789 459496,425 0,59
7
6
5
2
1
8
1 335842,6758 436595,4786
0,64 367665,332 477964,931
3,45
7
1
7
9 1965617,285 2555302,471
6,96 3958511,13 5146064,47
6
3
3
Jumlah Tonase = 10227858,55
Jumlah Tonase = 3833323,077
Jumlah Tonase = 5319668,428
TOTAL JUMLAH TONASE = 19380850,05
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

16

17

18

Berikut merupakan log bor yang dibuat menggunakan log plot :

Sumber : Pembuatan Software LogPlot

Gambar 3.1
Log Bor DLG_001 Bagian 1

19

Sumber : Pembuatan Software LogPlot

Gambar 3.2
Log Bor DLG_001 Bagian 2

20

Sumber : Pembuatan Software LogPlot

Gambar 3.3
Log Bor DLG_002 Bagian 1

21

Sumber : Pembuatan Software LogPlot

Gambar 3.4
Log Bor DLG_002 Bagian 2

22

Sumber : Pembuatan Software LogPlot

Gambar 3.5
Log Bor DLG_003

BAB IV
ANALISA

Dari praktikum kali ini hal yang dapat dianalisa yakni mengenai bentuk
lapisan batuan pada penampang dari data logplot hasil pengeboran section C ke
C”. Dalam menentukan faktor keamanan pada suatu pit dilakukan dengan
metode grafis untuk menyelesaikan permasalahan mengenai bagaimana
menentukan design lereng yang sesuai dengan faktor keamanan yang sudah
ditentukan yaitu sebesar 1,3. Pada perhitungan nilai FK seharusnya digunakan
lapisan batuan yang mendominasi pada pit dalam kasus ini lapisan batuan yang
mendominasi adalah claystone dengan tebal 44.295 m, sudut geser dalam
14.280, density 163.32 ton/m3, kohesi sebesar 19.247 ton/m2. Namun karena nilai
FK pada lapisan batuan ini tidak sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan
maka digunakan lapisan batuan yang memiliki sudut geser dalam tertinggi dalam
kasus ini adalah lapisan sandstone yang memiliki sudut geser dalam 32.30.
Digunakan nya sudut geser dalam tertinggi agar pada saat pendesainan lereng
perencana tambang dapat memperkirakan kekuatan lereng yang terbesar,
setelah dilakukan perhitungan maka benar dengan menggunakan sudut geser
dalam tertinggi FK yang dihasilkan mendekati FK yang sudah ditentukan, maka
apabila lereng dapat menahan batuan dengan sudut geser dalam tertinggi tidak
akan terjadi longsoran apabila sudut geser dalam pada sandstone lebih rendah.

23

BAB V
KESIMPULAN

Kestabilan lereng timbunan baik yang ditempatkan di dalam pit (inpit)
maupun di luar pit (outpit) menjadi salah satu faktor penting dalam proses suatu
kegiatan penambangan terbuka pada tambang batubara. Disamping itu,
parameter desain yang menyangkut geometri lereng timbunan untuk kebutuhan
data dalam pembuatan desain tambang menjadi hal yang sangat penting karena
setiap gejala ketidakstabilan yang berupa longsoran dinding tambang tentunya
dapat mengganggu aktivitas penambangan secara keseluruhan.
Untuk mengetahui adanya potensi tipe longsoran pada suatu aktivitas
pemotongan lereng batuan, perlu dilakukan pemetaan orientasi diskontinuitas
yang dilakukan, baik sebelum maupun sesudah lereng batuan tersebut
tersingkap. Sementara itu, rnetode analitik untuk memprediksi potensi longsoran
batuan dan cara penanggulangannya seringkali tidak efektif. Oleh karena itu,
penggunaan desain empiris dan klasifikasi massa batuan menjadi penting.

24

DAFTAR PUSTAKA

Affan, 2011, ” Analisa Kestabilan Lereng”. http://afanmining10.blogspot.com/
2012/11/analisa-kesetabilanlereng.html. Diakses

tanggal 18 Mei 2015

(online).
Ilham,

2012,

”Analisa

Longsoran”.http://duniatambang2012

.blogspot.

com/201204_01_archive.html. Diakses tanggal 19 Mei 2015 (online).
Mahmud, Ghozali, 2012, ” Analisis Kestabilan Lereng Batuan”. http://thegol
denjubilee.

blogspot.

Com

/2012

/03

/analisis-kestabilan-lereng-

batuan.html. Diakses tanggal 19 Mei 2015 (online).
Zakaria, 2013, ”Hoek Bray”. http://infotambang.com/diagram-hoek-bray-p1346159.htm. Diakses tanggal 19 Mei 2015 (online).

25