CORAK REALISME SOSIALIS DALAM HIKAYAT KADIROEN KARYA SEMAOEN

CORAK REALISME SOSIALIS DALAM HIKAYAT KADIROEN KARYA SEMAOEN

Socialist-­‐Realism Pattern in Semaoen’s Hikayat Kadiroen

Suyono Suyatno

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur, Indonesia, Telepon (021) 4896558, Faksimile (021) 4750407, Pos-­‐el: suyonosuyatno@gmail.com

(Naskah Diterima Tanggal 29 Februari 2016—Direvisi Akhir Tanggal 11 April 2016—Disetujui Tanggal 11 April 2016)

Abstrak: Selama ini ada anggapan bahwa dalam sejarah sastra Indonesia corak realisme sosialis hanya ada dalam masa Lekra (1950-­‐1965), padahal novel Hikayat Kadiroen karya Semaoen yang terbit sebelumnya (1920) telah menunjukkan corak realisme sosialis. Oleh karena itu, masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah corak realisme sosialis dalam novel Hikayat Kadiroen karya Semaoen? Tujuan penelitian ini adalah mengungkap corak realisme sosialis dalam novel Hikayat Kadiroen karya Semaoen. Dengan menggunakan metode deskripsi analitis dan teori sastra Marxis penelitian ini menemukan bahwa novel Hikayat Kadiroen sarat de-­‐ ngan propaganda ideologi Marxis dan propaganda ideologi Marxis dalam karya sastra adalah ciri yang melekat pada karya sastra yang bercorak realisme sosialis. Dengan demikian, dapat disim-­‐ pulkan bahwa tahun 1920 adalah awal munculnya realisme sosialis dalam sejarah sastra Indo-­‐ nesia.

Kata-­‐Kata Kunci: Hikayat Kadiroen, propaganda Marxis, realisme sosialis

Abstract: All this time, there is a presumption that in the history of Indonesian literature, the socialist-­‐realism pattern only existed in Lekra period (1950-­‐1965), whereas Hikayat Kadiroen writ-­‐ ten by Semaoen published before (1920) had showed shades of socialist realism. Therefore, the issue that will be raised in this study is how the socialist realism pattern was described in Semaoen’s Hikayat Kadiroen? The aim of this study is to prove the shades of socialist realism in Hikayat Kadiroen. Using the analytical description method and Marxist literary theory, the study found out that Hikayat Kadiroen was full of Marxist ideology propaganda, and this Marxist ideology propaganda is the characteristic of literature with socialist realism shades. Thus, it can be concluded that 1920 was the beginning of the rise of socialist realism in the history of Indonesian literature.

Key Words: Hikayat Kadiroen, Marxist propaganda, socialist realism

PENDAHULUAN

Marxis. Ariel Heryanto (2004a) dalam Dalam konteks sejarah segala sesuatu-­‐

tulisannya yang berjudul “Komunisme” nya acapkali bergantung pada rezim

mencatat bahwa selama masa Orde Baru yang berkuasa, rezim yang memenangi

telah terjadi pembodohan massal yang persaingan dan pertarungan politik. Sa-­‐

mewujud dalam dogma “selama kemis-­‐ at rezim Orde Baru yang sangat antiko-­‐

kinan dan ketimpangan sosial merajalela munis berkuasa, segala yang berbau ko-­‐

maka komunisme akan tumbuh subur” munis diharamkan, termasuk karya-­‐kar-­‐

(hlm. 4). Namun, kenyataannya setelah ya Pramoedya Ananta Toer yang belum

komunisme tumbang di Uni Soviet (tem-­‐ tentu semuanya menyuarakan ideologi

pat

kelahiran

ideologi Marxis)

ATAVISME, Vol. 19, No. 1, Edisi Juni, 2016: 75-­‐87 kesenjangan ekonomi dan sosial yang

makin menjadi-­‐jadi akhir-­‐akhir ini justru malah menyuburkan kekuatan sosial dan ideologi yang dulu menjadi musuh komunis, seperti fanatisme agama, libe-­‐ ralisme, dan kapitalisme/imperialisme. Dalam tulisannya yang lain, “Palu Arit”, Ariel Heryanto (2004b) mengungkapkan bahwa tudingan “komunis” sering dijadi-­‐ kan senjata untuk membungkam lawan politik (hlm. 4).

Setelah rezim Orde Baru tumbang dapat dikatakan terjadi demokratisasi di

Indonesia: pilkada, pemilihan presiden langsung, otonomi daerah, lelang jabatan publik, termasuk juga di bidang sastra dan kebudayaan. Bila sebelumnya terja-­‐ di anomali argumentasi dan logika da-­‐ lam melarang karya-­‐karya sastra produk sastrawan yang dicap Marxis, tumbang-­‐ nya Orde Baru merangsang kajian ilmiah tentang ideologi dan gerakan komunis-­‐ me; bahkan, beberapa karya sastra awal abad ke-­‐20 yang memperlihatkan corak Marxisme diterbitkan dan dicetak ulang, di antaranya Hikayat Kadiroen karya Semaoen (1920), ketua Partai Komunis Indonesia yang pertama.

Artikel ini mencoba membahas no-­‐ vel Hikayat Kadiroen karya Semaoen, ka-­‐ rena berdasarkan pelacakan penulis be-­‐ lum ada kajian yang memadai terhadap novel Semaoen ini, terutama dalam kait-­‐ annya dengan realisme sosialis. Pemba-­‐ hasan yang ada umumnya berupa tulis-­‐ an atau komentar ringkas di blog-­‐blog internet. Haryanti (2011) dalam tesisnya yang membahas tiga karya Mas Marco Kartodikromo juga hanya menyatakan bahwa novel Rasa Merdika (1924) ditulis Mas Marco Kartodikromo setelah berin-­‐ teraksi dengan ideologi komunisme se-­‐ hingga novel ini sarat dengan isu per-­‐ tentangan kelas (hlm. 6), namun ia tidak mengupas aspek realisme sosialis dalam novel tersebut karena ia menggunakan pendekatan

pascakolonial

untuk

membahas tiga novel Mas Marco Kartodikromo.

Dapat dikatakan, lahirnya Hikayat Kadiroen karya Semaoen ini menandai persaingan dan pertarungan ideologis antara liberalisme dan kapitalisme me-­‐ lawan Marxisme di awal abad ke-­‐20 di level global, yang terus berlanjut mele-­‐ wati dua perang dunia dan perang di-­‐ ngin, dan baru berakhir menjelang akhir abad ke-­‐20 dengan runtuhnya Uni Soviet sebagai induk ideologi Marxis. Sebagai-­‐ mana ditulis Ricklefs (2001), revolusi so-­‐ sial demokratik di Jerman pada tahun 1918 (sekitar Perang Dunia I) juga mem-­‐ mengaruhi Belanda sehingga akhirnya Belanda berjanji untuk melakukan alih kekuasaan dan reformasi sosial di Hindia Belanda sebagai wilayah jajahannya. Se-­‐ lain itu, pada tahun 1917 terjadi Revolusi Rusia yang makin memperkuat posisi kaum komunis di Rusia (hlm. 218-­‐219).

Sementara itu, pada tahun 1920-­‐an telah tumbuh upaya perjuangan dari be-­‐ berapa aliran ideologis (nasionalisme, agama, dan komunisme; ketiga aliran ideologis ini kelak di kemudian hari oleh Bung Karno diakronimkan sebagai Nasa-­‐ kom, ‘nasionalis agama komunis’) untuk membebaskan diri dari kolonial Belanda. Jika Halim Hd. (2015) berpendapat bah-­‐ wa karya-­‐karya sastra periode 1940-­‐ 1950-­‐an merupakan suatu masa yang gemilang dengan berbagai ideologi dan arus pemikiran dalam pertemuan yang dialogis (hlm. 27), sesungguhnya penda-­‐ pat Halim Hd. tersebut dapat dilengkapi juga dengan periode 1920-­‐an dengan terbitnya novel Hikayat Kadiroen karya Semaoen. Oleh karena itu, masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah ba-­‐ gaimanakah corak realisme sosialis da-­‐ lam novel Hikayat Kadiroen karya Semaoen? Pembacaan terhadap novel Hikayat Kadiroen memperlihatkan bah-­‐ wa novel ini sarat dengan propaganda Marxis. Karena propaganda Marxis se-­‐ sungguhnya merupakan ciri yang

Corak Realisme Sosialis … (Suyono Suyatno)

melekat pada suatu karya sastra yang bercorak realisme sosialis, tujuan peneli-­‐ tian ini adalah mengungkap corak realis-­‐ me sosialis dalam Hikayat Kadiroen kar-­‐ ya Semaoen. Dengan demikian, manfaat penelitian ini adalah untuk menunjuk-­‐ kan bahwa sebenarnya realisme sosialis dalam sejarah sastra Indonesia telah ada sejak awal abad ke-­‐20, sekaligus mere-­‐ visi pandangan yang menyatakan bahwa realisme sosialis dalam sastra Indonesia hanya ada pada masa Lekra (1950-­‐ 1965).

Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini, penulis menggunakan teo-­‐ ri sastra Marxis. Terry Eagleton (1991) menyatakan bahwa suatu ideologi yang berhasil pada dasarnya bergerak di ta-­‐ taran teoretis dan praktis sekaligus (hlm. 48). Oleh karena itu, ideologi tidak hanya berada dalam suatu sistem pemikiran, tetapi juga terwujud dalam kehidupan sehari-­‐hari. Oleh karena itu pula, seperti dikatakan Eagleton (1991), wacana yang bersifat politis dan ideologis umumnya melahirkan dan mengonsepkan suatu situasi dengan cara yang spesifik (hlm. 208). Dalam kaitan itu, ideologi Marxis yang muncul dalam karya sastra umum-­‐ nya berjuang untuk kaum proletar dan menunjukkan keberpihakan kepada ka-­‐ um buruh dan tani; di mata Marxis kaum proletar adalah mereka yang kalah dan tertindas dalam proses produksi dan ekonomi sehingga harus dibebaskan (Eagleton, 2002, hlm. 5). Hal tersebut merupakan doktrin realisme sosialis yang mengajarkan bahwa tugas sastra-­‐ wan adalah mendidik kaum pekerja da-­‐ lam semangat sosialisme; sastra harus tendensius, berorientasi ke partai, opti-­‐ mistik, dan heroik (Eagleton, 2002, hlm.

36). Pendapat Eagleton itu sejalan de-­‐ ngan pernyataan Pramoedya Ananta Toer (2003) bahwa estetika dalam pa-­‐ ham realisme sosialis adalah mewujud-­‐ kan masyarakat tanpa penindasan, tanpa penghisapan, tanpa kelas (hlm. 156).

Oleh karena itu, dalam paham realisme sosialis karya sastra merupakan alat per-­‐ juangan untuk menegakkan sosialisme, sebagaimana dikemukakan Eagleton (2002, hlm. 37). Dengan kata lain, seba-­‐ gaimana dinyatakan Ho Chi Minh dalam pidatonya tentang pengarang-­‐pengarang Tiongkok yang dikutip Pramoedya Ananta Toer (2003), "Orang bilang, di Ti-­‐ ongkok sana, mula-­‐mula jadilah seorang komunis, baru kemudian jadi penga-­‐ rang." (hlm. 94)

Sebagaimana dijelaskan oleh Terry Eagleton (2006), dalam teori sastra

Marxis ada beberapa hal yang pokok, yakni 1) mode produksi yang umum, 2) mode produksi dalam sastra, 3) ideologi umum, 4) ideologi kepengarangan, 5) ideologi estetik, dan 6) teks, yang semua-­‐ nya saling terkait dan bertumpu pada ideologi Marxis sebagai dasarnya (hlm. 44).

Istilah realisme sosialis pertama kali muncul di Uni Soviet pada sekitar awal abad XX dengan pelopornya Maxim Gorki. Selepas dari penjara (karena me-­‐ nentang pemerintah dalam peristiwa "Minggu Berdarah" 22 Januari 1905), Maxim Gorki menjadi salah seorang pe-­‐ ngelola penerbitan koran Bolsjewik (Hi-­‐ dup Baru) yang langsung berada di ba-­‐ wah kendali Lenin. Di masa itulah Lenin melihat pentingnya kekuatan kultural, terutama sastra, dalam perjuangan me-­‐ negakkan sosialisme. Pada saat itu pula Lenin merumuskan hubungan antara sastra dan politik, dan dinyatakan bahwa kesastraan merupakan bagian kepen-­‐ tingan umum kaum proletar dalam sis-­‐ tem sosial-­‐demokratik yang digerakkan oleh kelas pekerja. Kesastraan merupa-­‐ kan wilayah garapan partai gabungan sosial-­‐demokratik yang terorganisasi dan terencana (Toer, 2003, hlm. 16-­‐17).

Realisme sosialis dapat dikatakan merupakan praktik sosialisme dalam bi-­‐ dang sastra. Dapat pula dikatakan, realis-­‐ me sosialis merupakan satu upaya di

ATAVISME, Vol. 19, No. 1, Edisi Juni, 2016: 75-­‐87 bidang sastra untuk memenangkan sosi-­‐

borjuis) sebagai tema sentral perjuangan alisme sehingga memiliki corak politik

ideologis. Dapat dikatakan bahwa Lekra yang lebih tegas dan militan. Metode re-­‐

terutama bertumpu dan berbasis pada alisme sosialis merupakan bagian integ-­‐

kaum buruh dan tani, yang dalam pe-­‐ ral mesin perjuangan sosialisme dalam

ngertian ini adalah kelas pekerja seka-­‐ melawan

imperialisme-­‐kolonialisme, ligus kaum proletar, yang dalam logika dan penindasan atas rakyat pekerja, yai-­‐

Marxisme merupakan kelas tertindas tu buruh dan tani.

(oleh imperialisme dan kaum borjuis) Maxim Gorki sebagai bapak realis-­‐

sehingga perlu dibebaskan. me sosialis menyatakan bahwa realisme sosialis membentuk kepribadian yang

METODE

mengarah kepada sosialisme dan menja-­‐ Karya sastra, karena merupakan hasil uhi individualisme. Realisme sosialis ti-­‐

imajinasi dan kreativitas, mengandung dak hanya melukiskan manusia sebagai-­‐

banyak dimensi. Untuk itu, perlu pemba-­‐ mana keadaan yang sebenarnya, tetapi

tasan dengan memanfaatkan teori dan juga bagaimana keadaan yang seharus-­‐

metode yang telah dikerangkakan sebe-­‐ nya dan keadaan yang semestinya di ma-­‐

lumnya (Ratna, 2010, hlm. 85). Peneli-­‐ sa depan (Hardjana [Dinuth, 1997, hlm.

tian ini merupakan studi kepustakaan 303]).

sehingga dilakukan kajian kepustakaan Realisme sosialis ditetapkan sebagai

yang terkait dengan objek penelitian. Un-­‐ formulasi estetika Marxisme-­‐Leninisme

tuk pemilihan dan penentuan sampel, yang harus berlaku untuk sastra, seni,

penelitian ini menggunakan metode pur-­‐ dan budaya di Rusia dan negara-­‐negara

posive sampling, yakni menentukan sam-­‐ komunis lain. Dalam Kongres Pengarang

pel berdasarkan tujuan penelitian. Tuju-­‐ Rusia tahun 1934 dihasilkan rumusan

an penelitian ini, sebagaimana dikemu-­‐ resmi tentang realisme sosialis (yang

kakan di pendahuluan, adalah mengung-­‐ memperjelas definisi sebelumnya yang

kap corak realisme sosialis dalam novel diberikan oleh Maxim Gorki), yakni bah-­‐

Hikayat Kadiroen. Oleh karena itu, data wa realisme sosialis merupakan metode

untuk penelitian ini adalah novel Hikayat dasar sastra dan kritik sastra Rusia. Re-­‐

Kadiroen karya Semaoen (1920). Dengan alisme sosialis dalam garis artistiknya

pertimbangan sebagian teks dalam novel berfungsi memberikan pendidikan dan

Hikayat Kadiroen edisi 1920 mengalami pelatihan ideologis kepada kaum buruh

kerusakan dan tidak terbaca, untuk sum-­‐ dalam semangat sosialisme (Hardjana

ber data penelitian ini digunakan novel dalam Dinuth, 1997, hlm. 303).

Hikayat Kadiroen karya Semaoen Di Indonesia metode realisme sosia-­‐

(2000). Sementara itu, untuk penafsiran lis direalisasikan oleh Lekra (Lembaga

dan penganalisisan data, penelitian ini Kebudayaan Rakyat) yang berdiri pada

menggunakan metode deskripsi analitis akhir tahun 1950, dengan pendirinya

yang menggabungkan close reading D.N. Aidit, M.S. Ashar, A.S. Dharta dan

(pembacaan secara cermat dan kritis) Nyoto (Cribb, R. and Kahin, A., 2004, hlm.

dan analisis isi atau konten yang ber-­‐ 240-­‐241). Sebagai organisasi kebudaya-­‐

manfaat untuk mendeteksi adanya pro-­‐ an, Lekra berinduk pada PKI (Partai Ko-­‐

paganda atau ideologi yang ditampilkan munis Indonesia). Sebagai partai yang

dalam karya. Hasil pembacaan, penafsir-­‐ berkiblat pada komunisme dan Marxis-­‐

an, dan penganalisisan data kemudian me, PKI dan organ-­‐organ yang bernaung

dideskripsikan dalam suatu paparan. di bawahnya mengangkat isu pertenta-­‐ ngan kelas (antara kelas proletar dan

Corak Realisme Sosialis … (Suyono Suyatno)

HASIL DAN PEMBAHASAN

akhirnya menduduki posisi wedana dan Perlu dikemukakan, pada bab hasil dan

wakil patih. Beberapa kali Kadiroen me-­‐ pembahasan ini pertama-­‐tama ditampil-­‐

nyamar untuk mengetahui kesulitan hi-­‐ kan beberapa ciri yang menjadi corak re-­‐

dup rakyat di lapis paling bawah, ia juga alisme sosialis yang terbaca dalam novel

memerintahkan jajaran di bawahnya un-­‐ Hikayat Kadiroen karya Semaoen, seperti

tuk lebih meningkatkan kesejahteraan ajakan menuju kekuasaan Marxis, per-­‐

rakyat. Namun, upayanya tersebut ba-­‐ tentangan kelas, dan keberpihakan kepa-­‐

nyak menemui hambatan dan sulit dire-­‐

da buruh dan tani. Dalam bab ini juga di-­‐ alisasikan. Dalam Hikayat Kadiroen tampilkan bahasan tentang Kadiroen:

(Semaoen, 2000, hlm. 144) dilukiskan Tokoh Hero Kaum Proletar. Sosok

betapa Kadiroen terpukau dengan pida-­‐ Kadiroen—protagonis novel ini—diba-­‐

to Tjitro, ketua dan juru propaganda Par-­‐ has lebih mendalam karena melalui pro-­‐

tai Komunis. Secara tekstual muncul ka-­‐ tagonis Kadiroen itulah propaganda

limat-­‐kalimat persuasif yang bernada Marxis dibangun dalam novel Semaoen

propaganda, misalnya ditulis saat men-­‐ ini, yakni dengan cara menghadirkan so-­‐

dengarkan pidato propaganda itu hati sok Kadiroen sebagai tokoh hero bagi

Kadiroen seperti melihat cahaya bintang kaum proletar.

yang sangat baik, dan malamnya ia tidak Terakhir, dalam bab ini juga dike-­‐

bisa tidur karena memikirkan isi pidato mukakan tentang sosok Semaoen untuk

itu.

memudahkan menemukan kesejajaran Selanjutnya, juga dinyatakan bahwa antara riwayat ideologis Semaoen dan

usaha Kadiroen untuk memuliakan dera-­‐ propaganda ideologis yang muncul da-­‐

jat rakyat selalu gagal karena mengikuti lam novel Hikayat Kadiroen. Sebagaima-­‐

cara kuno yang tidak sesuai lagi dengan na telah dikemukakan dalam bab sebe-­‐

zaman seperti tampak pada kutipan be-­‐ lumnya, dalam paham realisme sosialis

rikut.

karya sastra hanya merupakan alat per-­‐ juangan untuk menegakkan sosialisme

Ia tahu bahwa usahanya itu adalah me-­‐

(Eagleton, 2002, hlm. 37). Terry Eagleton

ngikuti cara kuno. Sedangkan, keadaan

(2006) juga menjelaskan bahwa ideologi

rakyat sekarang sudah berubah. Jadi,

kepengarangan merupakan salah satu

nyatalah jalan yang diusahakannya, ke-­‐

hal yang pokok dalam teori sastra Marxis tinggalan dan tidak sesuai dengan za-­‐

man lagi ... Memang, usaha Kadiroen bi-­‐

(hlm. 44).

sa menaikkan pangkatnya sendiri, teta-­‐ pi buat rakyat hampir tidak berguna.

Partai Komunis sebagai Kiblat Ideolo-­‐

Sungguh Kadiroen merasa tertarik be-­‐

gis

tul dengan gerakan Partai Komunis itu

Bagian awal novel Hikayat Kadiroen

…’ (Semaoen, 2000, hlm. 144)

mengisahkan betapa buruknya birokrasi kolonial memberikan pelayanan kepada

Kutipan tersebut mengimplikasikan rakyat. Jajaran birokrasi saat itu cende-­‐

beberapa hal. Pertama, ideologi apapun rung mengistimewakan orang-­‐orang ka-­‐

di luar ideologi komunis dianggap gagal ya dan mengabaikan kaum miskin.

dan tidak mampu mengangkat serta Kadiroen yang masuk ke dalam birokrasi

memperbaiki taraf hidup rakyat. Kedua, kolonial tersebut dan meniti karier dari

ideologi selain komunis dipandang kuno bawah berusaha keras membenahi situ-­‐

dan tidak sesuai dengan perkembangan asi itu demi memberikan pelayanan

zaman. Hal ini berarti bahwa ideologi ko-­‐ maksimal kepada seluruh rakyat. Karier

munis dipandang sebagai ideologi “masa Kadiroen menanjak cepat hingga

depan”. Terkait dengan itu, dalam karya-­‐

ATAVISME, Vol. 19, No. 1, Edisi Juni, 2016: 75-­‐87 karya yang bercorak realisme sosialis se-­‐

ring digunakan terminologi “zaman ba-­‐ ru” karena ideologi di luar komunis di-­‐ anggap telah usang dan merupakan wa-­‐ risan masa lalu yang harus ditinggalkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bah-­‐ wa dalam karya sastra yang bercorak re-­‐ alisme sosialis, partai ataupun ideologi komunis merupakan kiblat ideologis. Hal ini sejalan dengan ajakan untuk menuju kekuasaan yang bercorak Marxis, seba-­‐ gaimana dikemukakan pada subbab se-­‐ lanjutnya.

Ajakan Menuju Kekuasaan Marxis

Tjitro, yang dalam Hikayat Kadiroen di-­‐ representasikan sebagai ketua dan juru propaganda Partai Komunis, dalam pida-­‐ tonya menjelaskan bahwa kaum buruh dan tani menjadi korban kaum bermo-­‐ dal: kaum bermodal yang jumlahnya se-­‐ dikit karena modal dan kekayaannya menguasai kaum buruh dan tani yang jumlahnya jauh lebih banyak. Untuk itu, kaum buruh dan tani harus bersatu un-­‐ tuk merebut kekuasaan (Semaoen, 2000, hlm. 119-­‐121). Dalam pidatonya, Tjitro menyatakan bahwa hanya ideologi ko-­‐ munis yang bisa mengatasi penindasan dan pemerasan oleh kaum kapitalis, yak-­‐ ni dengan meniadakan sistem perda-­‐ gangan yang bersifat liberal dan kapi-­‐ talistis, yang dianggap hanya mengun-­‐ tungkan segelintir orang dan merugikan rakyat kebanyakan (Semaoen, 2000, hlm. 132). Selanjutnya, perhatikan kutip-­‐ an berikut.

Jadi, aturan pergaulan hidup yang ber-­‐ dasarkan paham komunis ada perbeda-­‐ an besar dengan aturan sekarang ini yang kita sebut sebagai aturan hidup kapitalis. Ya, malahan boleh dikatakan kebalikannya. Sebab itu komunisme di-­‐ katakan revolusioner dan membalik-­‐ balikkan keadaan.’ (Semaoen, 2000, hlm. 132).

Pidato Tjitro itu mengontraskan ideologi kapitalisme dan komunisme. Kapitalisme dipandang hanya memeras dan menindas rakyat, sementara komu-­‐ nisme disebut bisa membalikkan situasi untuk lahirnya “sama rasa sama rata” yang bebas dari penindasan dan peme-­‐ rasan.

Selanjutnya, dengan mengacu pada konsep pertentangan kelas, Tjitro mene-­‐ gaskan bahwa komunisme adalah satu-­‐ satunya jalan yang mampu memuliakan derajat rakyat, yakni dengan pemben-­‐ tukan komune-­‐komune yang lazim di ne-­‐ gara komunis, misal komune petani, ko-­‐ mune nelayan, dan komune pengrajin. Dengan komune-­‐komune yang dikelola secara komunal itu diasumsikan kelas bawah yang semula tidak berdaya menghadapi kekuatan modal kaum kapitalis yang luar biasa itu dapat mengatasi penindasan yang dilakukan oleh kaum kapitalis. Dengan cara men-­‐ ciptakan komune itu juga diasumsikan kelas proletar lebih bisa menghimpun modal secara komunal untuk meng-­‐ hadapi kekuatan modal besar yang dimi-­‐ liki kaum kapitalis (Semaoen, 2000, hlm. 142).

Pertentangan Kelas

Dalam sejarahnya, ideologi Marxis lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme yang dipandang hanya menindas dan merugikan kaum buruh, pekerja, dan ta-­‐ ni. Karena itu, dalam karya sastra yang bercorak Marxis pada umumnya selalu hadir pertentangan kelas, yakni antara kelas yang bermodal dan berkuasa yang identik sebagai penindas, dan kelas pro-­‐ letar yang umumnya terdiri atas kaum buruh dan tani yang identik sebagai pi-­‐ hak yang tertindas, korban keserakahan pemodal dan penguasa.

Dalam novel Hikayat Kadiroen per-­‐ tentangan kelas hampir mewarnai kese-­‐ luruhan novel ini. Pada bagian awal no-­‐ vel, pembaca telah disodori bagaimana

Corak Realisme Sosialis … (Suyono Suyatno)

birokrasi kolonial, yang merepresentasi-­‐ berdaya dan tertindas oleh kekuatan ka-­‐ kan kapitalisme dan imperialisme di ne-­‐

um kapitalis. Implikasi selanjutnya ada-­‐ gara asalnya (Belanda), lebih berpihak

lah mengacu pada Revolusi Industri di dan melayani kaum kaya serta menga-­‐

Eropa pada abad pertengahan yang me-­‐ baikan dan merendahkan kaum miskin.

lahirkan kapitalisme dan imperialisme, Dalam hal ini, kaum kaya identik dengan

yang pada akhirnya melahirkan Marxis-­‐ kaum borjuis dan kaum miskin identik

me sebagai respons terhadap kapitalis-­‐ dengan kaum proletar. Di tengah situasi

me yang karena industrialisasi dan ke-­‐ birokrasi kolonial yang lebih berpihak

majuan teknologi telah memarjinalkan kepada kaum borjuis itu hadirlah sosok

kaum buruh dan pekerja. Kadiroen yang selalu membela kaum miskin.

Keberpihakan kepada Buruh dan Ta-­‐

Tjitro, ketua dan juru propaganda

ni

Partai Komunis, dalam pidatonya juga Kaidah umum Marxisme adalah pembe-­‐ mengangkat masalah pertentangan ke-­‐

laan dan keberpihakan kepada kaum las, yakni mereka yang bermodal dan

proletar, yang dibayangkan sebagai ka-­‐ memiliki pabrik, maskapai kereta api

um tertindas, yang biasanya terdiri atas dan mobil, toko, dan sebagainya; sedang-­‐

kaum buruh dan tani. Dua kelompok ini, kan yang lain adalah mereka yang “me-­‐

yakni buruh dan tani, pada umumnya di-­‐ ngabdikan” tenaganya kepada kaum pe-­‐

citrakan sebagai korban keserakahan ka-­‐ modal sebagai buruh seperti pada kutip-­‐

pitalisme. Kaum Marxis memandang re-­‐ an berikut ini.

volusi industri di Eropa sebagai awal ka-­‐ pitalisme dan imperialisme yang menin-­‐

‘Saudara-­‐saudara tahu, dalam situasi

das dan mematikan rakyat, terutama ka-­‐

serba ramai begini, mulai timbul dua

um buruh dan tani. Pandangan ini dalam

golongan manusia. Yaitu pertama, golo-­‐

novel Hikayat Kadiroen disuarakan oleh

ngan yang memiliki pabrik-­‐pabrik,

Tjitro, ketua sekaligus juru propaganda

maskapai-­‐maskapai kereta api dan mo-­‐

Partai Komunis dalam suatu rapat

bil, toko-­‐toko dan sebagainya. Yang ke-­‐

umum: bahwa Revolusi Industri di Ero-­‐

dua adalah golongan kaum buruh dari berbagai macam bangsa atau mereka

pa telah mengakibatkan perubahan be-­‐

yang bekerja di perusahaan golongan

sar di seluruh dunia, termasuk di Hindia,

pertama.’ (Semaoen, 2000, hlm. 114)

karena hadirnya mesin yang mampu memproduksi dalam jumlah banyak de-­‐

Tjitro menyatakan bahwa kaum bu-­‐ ngan kualitas yang lebih bagus. Ongkos ruh itu semulaadalah petani, pembatik,

produksi juga menjadi lebih murah penenun, dan pedagang kecil yang

sehingga pada akhirnya mematikan daya terdesak oleh kekuatan modal yang me-­‐

saing barang-­‐barang yang diproduksi ngoperasikan pabrik-­‐pabrik, mesin-­‐me-­‐

dengan menggunakan tenaga manusia, sin, dan perdagangan besar sehingga

seperti kain tenun, perabot rumah akhirnya kehilangan pekerjaan dan

tangga, dan lain-­‐lain. Karena itu, peker-­‐ “menjual tenaga” ke pemilik modal un-­‐

jaan yang semula dilakukan dengan te-­‐ tuk mendapatkan nafkah (Semaoen,

naga manusia, seperti menenun, mem-­‐ 2000, hlm. 114).

batik, membuat gula Jawa akhirnya me-­‐ Pidato Tjitro itu mengimplikasikan

ngalami kemunduran karena kalah ber-­‐ adanya kelas borjuis dan kelas proletar.

saing dengan barang-­‐barang produksi Kelas borjuis adalah mereka yang ber-­‐

pabrik (Semaoen, 2000, hlm. 111-­‐112). modal atau kaum kapitalis, sedangkan

Kemajuan dunia industri, sebagai-­‐ kelas proletar adalah mereka yang tidak

mana dalam paparan di atas, pada

ATAVISME, Vol. 19, No. 1, Edisi Juni, 2016: 75-­‐87 akhirnya mendesak mundur kaum bu-­‐

pengaduan seorang petani bernama ruh dan tani. Buruh dan tani kehilangan

Soeket yang kehilangan seekor kerbau, pekerjaan karena tenaga mereka telah

sementara rekan-­‐rekan Kadiroen de-­‐ dapat digantikan oleh mesin. Sementara

ngan jabatan dan pangkat yang lebih itu, jumlah pencari kerja makin banyak

tinggi justru tidak menggubris pengadu-­‐ sehingga pada akhirnya kaum buruh

an Soeket karena dianggap hanya se-­‐ berada pada posisi tersubordinasi oleh

orang petani kecil yang tidak memiliki kekuatan modal: mereka bersedia diba-­‐

pengaruh apa pun. Penamaan petani ke-­‐ yar murah asal mendapatkan pekerjaan

cil di novel ini dengan nama Soeket (ba-­‐ (Semaoen, 2000, hlm. 114-­‐115).

hasa Jawa, ‘rumput’) tampaknya juga Kehidupan kaum buruh dan tani ju-­‐

mengimplikasikan suatu makna simbo-­‐

ga digambarkan makin terjepit oleh ke-­‐ lik: rakyat kecil di lapis paling bawah, se-­‐ kuatan kaum pemodal yang berkolabo-­‐

bagaimana rumput, biasanya hanya diin-­‐ rasi satu sama lain untuk memperkuat

jak oleh kekuasaan tanpa bisa melawan. posisi

Implikasi simbolik tersebut berkorelasi (Semaoen, 2000, hlm. 116-­‐120). Kaum

kaum pemodal

tersebut

dengan narasi di bagian awal novel Hika-­‐ buruh dan tani terpaksa membeli ba-­‐

yat Kadiroen, yang memaparkan bagai-­‐ rang-­‐barang kebutuhan hidup dengan

mana buruknya birokrasi kolonial dalam harga mahal. Oleh karena itu, Tjitro da-­‐

melayani dan menyikapi keluhan dan lam pidatonya menyerukan pembentuk-­‐

penderitaan di kalangan rakyat sehingga an komune bagi kaum buruh dan rakyat

rakyat pada akhirnya apatis dan menjadi untuk bisa menghimpun kekuatan dan

korban: birokrasi yang digaji untuk me-­‐ kekuasaan dalam menghadapi kaum pe-­‐

layani rakyat malah memosisikan diri-­‐ modal sebagaimana tampak pada kutip-­‐

nya sebagai raja yang harus dilayani di an berikut.

hadapan rakyat. Rakyat hanya diam da-­‐ lam ketakutan, kehilangan hak dan ke-­‐

Bagaimana kaum buruh dan rakyat bi-­‐

merdekaannya, serta menjadi miskin

sa menang ialah dengan jalan mencari

berkepanjangan seperti tampak pada

kekuatan dan kekuasaan juga. Dengan

kutipan berikut.

kepintaran, kekuasaan dan kekuatan,

itulah mereka mendapatkan jalan ke-­‐ ‘Itulah watak Tuan Asisten Wedono menangan. Bagaimana mereka bisa ku-­‐

yang busuk ketika harus menerima pe-­‐ at dan berkuasa yaitu dengan rukun

ngaduan rakyat kecil. Asisten wedono bersatu atau mendirikan perkumpulan

semacam itu memang tidak mau tahu … (Semaoen, 2000, hlm. 121)

bahwa dia dibayar oleh Gupermen un-­‐ tuk melayani keperluan orang kecil

Kadiroen: Tokoh Hero Kaum Proletar

juga. Ia merasa dirinya seakan raja di

Hikayat Kadiroen—sebagai novel yang

hadapan rakyat kecil. Agar si kecil te-­‐

merepresentasikan dan mempropagan-­‐

rus-­‐menerus takut kepadanya. Dengan

dakan ideologi Marxis—menampilkan

cara menindas semacam itu, ia berusa-­‐

sosok Kadiroen sebagai pahlawan pem-­‐

ha agar rakyat kecil tidak gampang-­‐

bela kaum proletar. Dalam novel ini,

gampang mengadukan perkara yang di-­‐

Kadiroen senantiasa digambarkan seba-­‐

hadapinya ...

gai tokoh yang memperjuangkan dan

... Sungguh, para priyayi yang buas itu

berusaha keras memperbaiki nasib rak-­‐ memang tidak berusaha membantu pe-­‐

merintah bagaimana meningkatkan ta-­‐

yat kecil di tingkat akar rumput. Di awal

raf hidup rakyat … ’(Semaoen, 2000,

novel ini, Kadiroen yang masih menjabat

hlm. 13)

sebagai mantri polisi dikisahkan meres-­‐

pon dengan penuh kesungguhan

Corak Realisme Sosialis … (Suyono Suyatno)

Dari paparan tersebut terlihat bah-­‐ sebagai sosok hero yang membela dan wa Kadiroen dalam posisi melawan arus

berjuang untuk kaum proletar. kecenderungan birokrasi kolonial pada

Puncak kepahlawanan dan keberpi-­‐ umumnya. Jika birokrasi kolonial dilu-­‐

hakan Kadiroen pada rakyat yang tertin-­‐ kiskan menempatkan diri di atas rakyat

das dan tidak berdaya dalam novel Hika-­‐ dan enggan melayani rakyat, Kadiroen

yat Kadiroen ini dapat dikatakan terletak justru berada di posisi sebaliknya: ia ter-­‐

pada jalinan asmara antara Kadiroen jun langsung ke rakyat, berusaha mende-­‐

dan Ardinah. Kadiroen yang jatuh cinta ngarkan keluh-­‐kesah rakyat, dan ber-­‐

pada Ardinah pada pandang pertama usaha meningkatkan taraf hidup rakyat.

ternyata harus menghadapi kenyataan Penokohan Kadiroen yang seperti itu

bahwa Ardinah telah bersuami, istri mu-­‐ adalah dalam rangka peng-­‐hero-­‐an so-­‐

da Lurah Kromo-­‐nenggolo. Dari awal sok Kadiroen dalam novel ini.

pertemuan dan perkenalannya dengan Buruknya birokrasi kolonial dalam

Ardinah, Kadiroen mengetahui bahwa novel Semaoen ini terlihat dari sikap bi-­‐

Ardinah ingin melepaskan diri dari rokrasi yang lebih berpihak dan lebih

Kromo-­‐nenggolo karena tidak ingin me-­‐ melayani kepentingan kaum elit daripa-­‐

nyakiti hati istri pertama Kromo-­‐

da kepentingan rakyat. Seorang harta-­‐ nenggolo. Lewat proses yang panjang wan (yang kebetulan seorang adminis-­‐

dan berliku-­‐liku Kadiroen akhirnya ber-­‐ trator) lebih diperhatikan ketika menga-­‐

hasil melepaskan Ardinah dari ikatan dukan kehilangan seekor ayam, semen-­‐

pernikahannya dengan Kromo-­‐nenggolo, tara seorang petani miskin semacam

dan Kadiroen juga berhasil mewujudkan Soeket yang kehilangan kerbau—yang

cintanya pada Ardinah dengan meni-­‐ nilainya lebih dari setengah harta keka-­‐

kahinya.

yaannya—hampir-­‐hampir tidak diper-­‐ Ardinah adalah representasi wong hatikan oleh Asisten Wedono karena ba-­‐

cilik yang tak berdaya: ia terpaksa dika-­‐ ginya mengurus perkara orang kecil ti-­‐

winkan dengan Lurah Kromo-­‐nenggolo dak akan mendatangkan keuntungan

sebagai istri muda dan tidak berdaya (Semaoen, 2000, hlm. 25). Jadi, birokrasi

menolaknya karena kondisi keluarganya kolonial berusaha memperkaya diri sen-­‐

yang teramat miskin dan terbelit utang. diri dengan mengorbankan rakyat kecil.

Sementara itu, Kadiroen adalah repre-­‐ Di tengah situasi yang demikian itu di-­‐

sentasi priyayi. Oleh karena itu, tekad munculkanlah sosok Kadiroen sebagai

Kadiroen untuk menikahi Ardinah dapat protagonis yang membela dan berpihak

dipandang sebagai upaya pembebasan kepada rakyat sehingga ia menjadi sosok

dan “pemuliaan” wong cilik dari cengke-­‐ hero.

raman kekuasaan politis, budaya, dan Hal lain yang meng-­‐hero-­‐kan

uang (Ardinah menjadi istri muda Lurah Kadiroen dalam novel Semaoen ini ada-­‐

Kromo-­‐nenggolo karena belitan kemis-­‐ lah keberpihakannya pada rakyat dalam

kinan yang menimpa keluarganya, status hal pajak. Sebagai pegawai Gupermen, ia

lurah yang menempatkan Kromo-­‐ dilukiskan berusaha keras meningkat-­‐

nenggolo di atas angin, dan legitimasi kan taraf kesejahteraan rakyat yang ti-­‐

agama yang mengizinkan laki-­‐laki beris-­‐ dak mampu membayar pajak dengan si-­‐

tri lebih dari satu). Di pihak lain, Kromo-­‐ ang malam tanpa mengenal lelah ia ber-­‐

nenggolo adalah representasi penindas usaha memperbaiki penghasilan rakyat

rakyat dan penindas perempuan (dalam itu (Semaoen, 2000, hlm. 88-­‐89). De-­‐

hal ini Ardinah dan sang istri tua sebagai ngan demikian, lagi-­‐lagi Kadiroen tampil

korbannya). Sebagaimana karakter biro-­‐ krasi kolonial dalam novel Semaoen ini,

ATAVISME, Vol. 19, No. 1, Edisi Juni, 2016: 75-­‐87 Kromo-­‐nenggolo dilukiskan sebagai se-­‐

Berikut ini adalah sekadar riwayat orang lurah yang sering memeras rakyat

Semaoen untuk melihat perjalanan ideo-­‐ dengan meminta imbalan yang tinggi ke-­‐

loginya (Ricklefs, 2001, hlm. 217-­‐220). pada penduduk yang memerlukan per-­‐

Semaoen lahir di Curahmalang, keca-­‐ tolongannya, meskipun sesungguhnya

matan Sumobito, Jombang, Jawa Timur merupakan kewajiban seorang lurah un-­‐

sekitar tahun 1899 dari keluarga tuk menolong warganya (Semaoen,

Prawiroatmodjo, seorang pegawai ren-­‐ 2000, hlm. 223).

dah di jawatan kereta api. Ia berhasil me-­‐ Di sisi lain, terdapat idealisasi yang

nempuh pendidikan di Tweede Klas berlebihan terhadap tokoh Ardinah,

yang diperuntukkan bagi bumiputra dan yang dilukiskan tetap sebagai seorang

memperoleh pendidikan tambahan ba-­‐ gadis suci dan perawan selama menjadi

hasa Belanda dengan mengikuti kursus istri muda Lurah Kromo-­‐nenggolo

sore hari.

(Semaoen, 2000, hlm. 222-­‐223) sehingga Kemunculan Semaoen di panggung terasa tidak wajar dan menyerupai to-­‐

politik pergerakan berawal di usia belia, koh Sita dalam wiracarita Ramayana

yakni 14 tahun. Saat itu, tahun 1914, ia yang dilukiskan tetap suci dan tidak ter-­‐

bergabung dengan Sarekat Islam (SI), noda selama dalam dekapan Rahwana.

dan setahun kemudian bertemu Ketidakwajaran dalam menghadirkan

Sneevliet yang mengajaknya bergabung tokoh Ardinah ini makin menguatkan

ke dalam Indische Sociaal-­‐Democratis-­‐ aroma propaganda novel Hikayat

che Vereeniging (organisasi sosial demo-­‐ Kadiroen.

krat Hindia) dan serikat buruh kereta Pesan propaganda dari hadirnya so-­‐

api dan trem (VSTP) Surabaya. Ia kemu-­‐ sok Kadiroen sebagai tokoh hero bagi

dian berpindah ke Semarang karena di-­‐ kaum proletar adalah penyodoran alter-­‐

angkat sebagai propagandis VSTP yang natif sistem kekuasaan lain yang ber-­‐

digaji. Dalam novel Hikayat Kadiroen, corak Marxis, yang lebih berpihak kepa-­‐

sosok ketua dan juru propaganda Partai

da rakyat dengan prinsip “sama rasa sa-­‐ Komunis diperankan oleh Tjitro ma rata”. Sosok Kadiroen sesungguhnya

(Semaoen, 2000, hlm. 102-­‐103). Di Se-­‐ berada di lapis priyayi namun berjuang

marang ia juga menjadi redaktur surat dan berpihak pada kaum proletar, se-­‐

kabar VSTP berbahasa Melayu, dan Sinar mentara di sisi lain birokrasi dan sistem

Djawa-­‐Sinar Hindia (koran Sarekat Islam kekuasaan kolonial (yang direpresenta-­‐

di Semarang). Semaoen merupakan figur sikan lurah, pamong praja, polisi, dan se-­‐

termuda dalam organisasi, sekaligus terusnya) malah menindas dan memeras

seorang jurnalis andal dan cerdas yang rakyat.

sering menyerang kebijakan-­‐kebijakan kolonial. Sosok jurnalis ini dalam novel

Semaoen

Hikayat Kadiroen diperankan oleh prota-­‐ Hikayat Kadiroen karya Semaoen diter-­‐

gonis Kadiroen (Semaoen, 2000, hlm. bitkan oleh Kantor PKI (Partai Komunis

153), yang tertarik untuk bergabung de-­‐ Indonesia) Semarang pada tahun 1920.

ngan Partai Komunis setelah mende-­‐ Semaoen adalah ketua umum pertama

ngarkan pidato propaganda Tjitro. PKI. Sebagai ketua umum partai yang

Tahun 1918 Semaoen menjadi ang-­‐ berideologi Marxis, novel yang ditulisnya

gota dewan pimpinan Sarekat Islam (SI) ini—Hikayat Kadiroen—mempropagan-­‐

di Semarang, yang banyak terlibat de-­‐ dakan ideologi yang diyakini dan diper-­‐

ngan pemogokan buruh. Bersama-­‐sama juangkannya itu.

dengan Alimin dan Darsono, Semaoen mewujudkan cita-­‐cita Sneevliet untuk

Corak Realisme Sosialis … (Suyono Suyatno)

memperbesar dan memperkuat gerakan propagandanya antara lain juga meng-­‐ komunis di Hindia Belanda. Sikap dan

angkat pengalaman Eropa pada saat Re-­‐ prinsip komunisme yang dianut

volusi Industri, yang melahirkan kapital-­‐ Semaoen membuat renggang hubungan-­‐

isme/imperialisme (Semaoen,2000, hlm. nya dengan anggota SI lainnya. Pada

111-­‐112).

akhirnya Sarekat Islam terbelah menjadi dua, yakni Sarekat Islam Putih yang te-­‐