BAB II TINJUAN UMUM MENGENAI KEDAULATAN NEGARA A. Pengertian Kedaulatan Negara - Intervensi Rusia Atas Ukraina

BAB II TINJUAN UMUM MENGENAI KEDAULATAN NEGARA A. Pengertian Kedaulatan Negara Secara etimologi kedaulatan berasal dari bahasa Arab yakni daulat yang

  berarti kekuasaan. Dalam bahasa lain kedaulatan di kenal dengan Supremus yang artinya tertinggi, kedaulatan di Italia di kenal dengan Sovranita, yaitu “ La

  

sovranità è l'espressione della somma dei poteri di(es.

  

che può essere una persona od un organo collegiale” yang artinya bahwa

Kedaulatan adalah ekspresi dari jumlah kekuasaan pemerintahan baik legislatif, eksekutif

  

dan yudikatif. Mengakui subjek hukum internasional publik yang menjadi orang atau

badan hukum)

  dan dalam bahasa Inggris Sovereignity. Istilah kedaulatan pertama kali di kemukakan oleh Jean Bodin. Jean Bodin

  ( 1530 – 1596 ) adalah seorang filsuf Perancis, ahli hukum, ilmuwan politik dan

  

  ekonom yang lahir di Angers dan menuntut ilmu di Paris dan Toulouse odin mengemukakan kedaulatan pertama kali dalam bukunya Les Six Livres de la

9 Republique . Bodin hidup dalam masa permulaan lahir dan tumbuhnya negara-

  negara. Bodin menolak metode La Scolastique( filosofi yang dikembangkan dan

  

diajarkan di abad pertengahan di universitas, berusaha untuk mendamaikan konstribusi

  7 it.m.wikipedia.org/wiki/Sovranita pada tanggal 10 Juli 2014. pada tanggal 13 juli 2014.

  

fisafat Yunani dengan Teologi Kristen ) dan L’utopie( Representasi dari realitas yang

   ideal dan sempurna

  ) yang membentuk ulang pemikiran Politik dengan menggunakan metode sejarah, terutama sejarah konstitusi negara- negara besar Eropa. Bodin melihat dimana-mana kekuasaan sentral dan Negara makin lama makin tegas menampakan diri dalam bentuk kekuasaan raja yang tertinggi dari keadaan yang ini ia menarik kesimpulan bahwa inti dari statehood adalah kekuasaan pemerintahan yang merupakan semua potesta atau majestas yakni

   kekuasaan tertinggi.

  Bodin berpendapat konsep kunci dari negara yang keberadaanya modern yang didefenisikan oleh kedaulatan yang atribut utamanya adalah puisance de

  donner ef casser la loi , yakni kekuatan untuk memberi dan melanggar hukum.

  Negara merupakan suatu organsasi dalam masyarakat yang telah memenuhi beberapa syarat tertentu. Pengertian negara dapat di bentukan dalam

  

  arti formil dan materil yaitu: 1.

  Negara dalam arti formil di maksudkan negara ditinjau dari aspek kekuasaan, negara sebagai organisasi kekuasaan dengan suatu pemerintahan pusat.

  Karakteristik dari negara formil adalah wewenang pemerintah untk menjalankan paksaan fisik secara legal. Negara dalam arti formil adalah negara sebagai pemerintah.

  10 11 fr.m.wikipedia.org/wiki/Scolastique dikases pada tanggal 14 juli 2014.

  L’Utopie , diakses dari fr.m.wikipedia.org/wiki/Utopie diakses pada tanggal 14 Juli 2014. diakses pada

2. Negara dalam arti materiil adalah negara sebagai masyarakat ( staat – gemenschap ) atau negara sebagai persekutuan hidup.

  Dengan melihat pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa kedaulatan suatu negara adalah kekuasaan tertinggi yang dimiliki suatu negara untuk menguasai wilayah pemerintahannya dan masyarakat. Kekuasaan tersebut bersifat

   asli pemamen tungal dan tidak terbatas.

  Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang kedaulatan negara

  

  yang selanjutnya melahirkan teori kedaulatan negara di antaranya sebagai berikut:

1. Jean Bodin ( 1530 – 1595 ) Jean Bodin adalah yang pertama mengemukaan istilah kedaulatan.

  Menurut Bodin kekuasaan adalah kekuasaan yang tertinggi, yaitu kekuasaan yang tidak berasal dan tidak di bawah kekuasan lain, dalam suatu kelompok manusia merdeka harus ada suatu autoritas ( satu orang dan beberapa orang ) yang merupakan sumber hukum, tetapi di atas hukum. Dalam hubungan kedaulatan dengan negara, yaitu sebagai ciri negara, sebagai atribut negara yang membedakan negara dengan persatuan-persatuan lainya. Bodin berpendapat hakikat negara terletak pada kedaulatan.

14 Sifat-sifat kedaulatan dikemukakan oleh Bodin yaitu asli, permanen, tunggal dan tidak terbatas.

  15

  2. John Austin ( 1790 – 1859 ) John Austin adalah seseorang sarjana hukum yang besal dari Inggris.

  Dalam tahun 1832 ia menerbitkan bukunya berjudul “The Province of

  Jurisprudence Determined“ yang memaparkan kedaulatan sebagai berikut: “If a determinate human superior, not the habit of obedience a like superior, receives habitual obedience from the bulk of the society, the determinate superior is sovereign in that society and the society, includes the superior, is a society political and independent. To that determinant superior, the other members of the society are dependent. The position of its other members towards the determinate superior is a state of subjection and dependence. The mutual relation which subsists between them and superior maybe styled the relation of sovereign and subject or the relation of sovereignty and subjection”

  Dapat di analisis bahwa menurut John Austin, an Indenpendent Political Society adalah bangsa (Nation) yang bebas (merdeka) dan berdaulat.

  3. Paul Laband ( 1838 – 1918 ) Dalam bukunya Dus Staatsrecht des Deutschen Reichs (negara hukum kerajaan Jerman) Laband menyatakan bahwa tidak ada negara yang tidak berkekuasaaan tinggi.

4. George Jellinek ( 1851 – 1911 )

  Kedaulatan menurut George Jellinek adalah kekuatan yang tidak diturunkan dari sesuatu kekuatan atau kekuasaan lain yang derajatnya lebih tinggi.

  Kekuatan asli itu merupakan kekuasaan tertinggi dan diatasnya tidak ada kekuasaan lain. Negara adalah organisasi yang dilengkapi dengan sesuatu

   kekuatan Asli.

5. Hans kelsen

  Hans kelsen adalah murid George Jellinek. Kelsen berpendapat hukum sebagai Wille des states atau kehendak negara. Hukum adalah kaidah yang memerintah orang secara tertib untuk bertindak seharusnya dan sepantasnya.

B. Kedaualatan Negara Dalam Hukum Internasional

  Negara-negara yang berdaulat itu selain masing-masing merdeka, juga sama derajatnya satu dengan yang lainya. Suatu negara yang merdeka maka ia mempunyai hak-haknya, seperti yurisdiksi teritorial dan mempertahankan negaranya. Disamping hak terdapat kewajibannya yang mengikat atau

  

  berhubungan dengan Negara lain . Jean Bordin membagi kedaulatan menjadi kedaulatan dalam ( Interne Souvereiniteit ) dan kedaulatan keluar ( Externe

  Souvereiniteit ).

  Kedaulatan kedalam adalah bahwa kekuasaan negara itu ditaati dan dapat memaksakan untuk ditaati oleh rakyatnya dan kedaulatan keluar adalah bahwa Negara mampu mengadakan hubungan luar negeri dan mampu mempertahankan diri terhadap serangan yang datang dari luar. Dapat kita pahami dari bentuk kedaulatan yang dikemukakan oleh Jean Bodin tersebut bahwa menandakan hubungan luar negeri adalah suatu bentuk kedaulatan.

  Dalam pasal 1 Konvensi Montevidio tahun 1933 tentang hak dan kewajiban negara:

  The very nation of the state has these essential Componets:

  (a) a permanent population (b) a defined territory (c) government and (d) Capacity to enter into relation with other states

  Menurut Konvensi Montevidio tahun 1933 di atas Negara harus mempuyai 4 (empat) komponen essensial yaitu penghuni atau bangsa, adanya wilayah atau kekuasaan, pemerintah dan terakhir kesanggupan berhubungan dengan Negara lain. Suatu negara yang merdeka memiliki kemajuan atau kekuasaan untuk secara bebas dan eksklusif melakukan berbagai kegiatan kenegaraan sesuai dengan kepentinganya, asulkan tidak bertentangan dengan kepentingan Negara lain dan

   hukum internasional.

  Phillip Allot mengemukakan bahwa Sovereignity is not a fact but a theory. Artinya kedaulatan adalah konsep yang samar sehingga bisa saja tumbuh dari

   waktu ke waktu dikarenakan perubahan konstelasi politik internasional.

  Sehingga kedaulatan harga diri suatu bangsa atau (the pride of nations) tergantung pada perkembangan suatu negara. Perkembangan teknologi perang, interdependensi dalam kehidupan antarnegara, dan menguatnya globalisasi membawa berbagai implikasi yang menjadikan kedaulatan negara semakin rawan

  

  untuk di pertahankan. Sehingga semakin baik suatu Negara menjalankan dan mempertahankan kedaulatanya maka semakin tinggilah harga diri negara tersebut.

  Negara yang berdaulat adalah negara yang mampu membuat suatu keputusan akhir tanpa dipengaruhi pihak atau otoritas lain, dan memperjuangkan 18 Jawahir Thantowi, Hukum Internasional Kontemporer, Refika Aditama, Jakarta, 2006, hlm. 69. 19 Phillip Allof, New Order For a New World , Oxford : Oxford University Press, 2001, hlm. 57.

  haknya utnuk memnentukan keputusan akhir tanpa harus mematuhi kehendak

  

  otoritas lain. Sehingga kedaulatan negara berdasarkan atas jangkauan dan konsep suatu negara.

1. Kedaulatan Berdasarkan Jangkauan (Scope)

  Kedaulatan mencakup independesi dan supremasi, dua aspek tersebut sering disebut sebagai kedaulatan eksternal dan kedaulatan internal. Dalam praktik internasional kedua kedaulatan baik eksternal dan internal tidak melalui perjuangan yang mudah.

  Kedaulatan eksternal (Independensi) adalah hak atau kewenangan eksklusif bagi setiap negara untuk secara bebas menentukan hubungan internasional dengan berbagai negara atau kelompok lain tanpa ada halangan, rintangan, kekangan dan tekanan dari pihak manapun juga. Selain jurisdiksi dan pengakuan negara lain yang sederajat, kedaulatan eksternal haruslah memiliki prinsip non-intervention yang ditegaskan dengan rumusan Internasional

  

Commission on Intervention and State Sovereignity (ICISS) , yaitu “the concept is

normally used to encompass all matters in which state is permitted by

international law to decide and act without intervensions from other

  

state. ” Kedaulatan eksternal disebut juga independensi negara yang berarti setiap

negara sama kedudukannya dalam interaksi internasional dengan negara lainnya.

  Dalam kedaulatan internasional, harus ada sumber-sumber hukum seperti

  Constitution, Statutes, Regulations, dan Customs yaitu: 21 Christopher M. Roy, Sovereignity, Intervention and the Law : Journal of International

  1. Constitution adalah dasar suatu negara, baik written law dan unwritten law yang mengatur secara mengikut bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam masyarakat.

  2. Statutes adalah statuta atau undang-undang.

  3. Regulations adalah peraturan-peraturan yang pembuatannya dari badan legislatif kepada badan eksekutif.

  4. Customs adalah kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat.Kedaulatan internasional diatas disebut sebagai supremasi negara.

  2. Kedaualatan Berdasarkan Wilayah Apabila seorang berada di wilayah tertentu, maka orang tersebut harus tunduk pada hukum wilayah tersebut, hal ini dikenal dalam bahasa Romawi yang terkenal “qui in territorio meo est, etiam meus subditus est.” Secara geografis, kedaulatan mencakup tiga wilayah yaitu wilayah tanah, wilayah laut dan wilayah udara di suatu negara.

  C.

  

Beberapa Praktik Pelanggaran Kedaulaan Suatu Negara Dalam Hukum

Internasional

1. Intervensi yang dilakukan oleh Amerika Serikat.

  Selama Perang Teluk I, Saddam dan Irak mendapat bantuan ekonomi dan militer besar-besaran dari Amerika Serikat serta Uni Soviet, Perancis dan Inggris.

  Tetapi bantuan itu semata-mata karena khawatir terhadap ancaman revolusi Islam

  Perkembangan konflik antara Irak dan Kuwait menjadi awal konflik antara Irak dan Amerika Serikat. Dukungan Amerika Serikat terhadap Irak berbalik ketika Irak berbalik ketika irak menganggu kepentingan Amerika Serikat. Pada 17 Januari 1991 tentara multinasional yang dipelopori Amerika Serikat melakukan penyerangan terhadap Arab Saudi yang berbatasan dengan Irak. Setelah Perang Teluk II yang menghancurkan infrastruktur Irak, Amerika Serikat semakin bernafsu melakukan penyerangan terhadap Irak.

  Pada 16 Desember 1998, Amerika Serikat di dukung Inggris melancarkan serangan udara 4 hari atas Irak. Serangan ini ditujukan kepada perlengkapan militer dan industri Irak. Serangan dilakukan karena Saddam telah mengusir Tim Pemeriksa Nuklir PBB, United Nations Special Commission (UNSCOM).

  Bertahun-tahun Amerika Serikat melakukan intervensi dan invasi terhadap Irak dengan berbagai alasan, mulai dari terorisme dan membantu warga Irak membangun pemerintahan baru yang demokratis serta memusnahkan senjata

  

  pemusnah masal yang dimiliki Irak. Beberapa alasan yang didengungkan Amerika tersebut dinilai tidak terbukti sampai sekarang bahkan sejumlah pejabat Irak semacam deputi PM Tareq Aziz dan wakil Presiden Taha Yasin Ramadhan secara terang-terangan menuduh AS ingin menguasai sumur-sumur minyak Irak yang merupakan terbesar kedua setelah Arab Saudi.

  Intervensi militer di Libya dimulai pada

  ketika pasukan dari Amerika Serikat dan juga banyak bangsa melakukan intervensi militer di

  

  larangan terbang di wilayah udara Libya dibentuk ole

  Pemerintah Vietnam Selatan pada awalnya hanya meminta pihak Amerika Serikat mengirimkan penasihat militer, namun diikuti dengan pengiriman beberapa batalyon dan diisi angkatan bersenjata. Peristiwa ini terjadi pada tahun

  

  1965-1966, pengiriman ini adalah untuk memberantas National Front for the Liberation of South Vietnam yang berada di wilayah Vietnam Utara.

  Haiti menyelenggarakan pemilihan umum bebasnya yang pertama, sesaat optimisme bermekaran sampai Amerika Serikat melakukan Intervensi. Hal yang sama juga terjadi pada Bulgaria dan Albania, bahkan Amerika Serikat menggulingkan pemerintahan kedua negara tersebut.

2. Intervensi Australia Terhadap Indonesia

  Australia mengakui melanggar kedaulatan Indonesia pada Desember 2013 dan Januari 2014 sebanyak 6 kali. Pemerintah Australia mengakui angkatan lautnya telah melanggar kedaulatan wilayah Indonesia sebagai kebijakan untuk

  

  menghentikan kapal pencari suaka. Militer Australia juga mengonfirmasi ada ketidakjelasan instruksi dari komandan Angkatan Laut Australia terkait batas 12 mil laut di luar kepulauan Indonesia. 25 diakses pada 24 November 2014.

  Earl L. Tilford, What the Air Force did in Vietnam and Why, Maxwell Air Force Base : Ketegangan hubungan diplomatik Indonesia dan Australia memang sering terjadi, yang terbaru dan paling memicu ketegangan dan sempat mengancam hubungan antara Indonesia dan Australia adalah penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia. Dokumen rahasia ini dibocorkan oleh Edward

27 Snowden yang kemudian dikutip oleh ABC ( Australian Broadcasting

  

Corporation ) pada 2013 dan The Guardian. Di Indonesia sendiri, terjadi

  demostrasi di jalanan mengecam Australia dan meminta presiden Susilo Bambang Yudhyono untuk memutus hubungan dengan Australia, Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa bahkan menarik pulang Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema kembali ke Indonesia.

  27