BAB 2 PEMBAHASAN - Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di Klinik Rahmat Tahun 2014

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ASI

  Badan kesehatan dunia (World health organization) dan badan PBB yang mendanai program untuk anak – anak (united nation childern’n fund) menetapkan pemberian ASI Eksklusif pada bayi selama 6 bulan.American Academy of

  

Pediatric merekomendasikan para ibu untuk menyusui bayinya, karena tidak ada

  susu formula yang dapat menyaingi ASI, yang komposisinya dapat memenuhi kebutuhan bayi. Proses pemberian ASI akan meningkatkan hubungan emosi yang dalam antara ibu dan bayi (WHO, 2006).

  Pertumbuhan optimal, seorang bayi memerlukan semua zat gizi makro dan zat gizi mikro yang sesuai antara jumlah dengan kebutuhannya. Tak dapat dipungkiri, kebutuhan nutrisi terbaik untuk bayi berusia 0 - 6 bulan adalah ASI.

  ASI adalah makanan tunggal terbaik yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi normal untuk tumbuh dibulan – bulan pertama kehidupannya, ASI juga mengandung zat protektif berupa laktobasilus bifidus, laktoferin, lisozim, komplemen C3 dan C4, faktor antisterptokokus, antibodi, imunitas seluler, dan tidak menimbulkan alergi. MP-ASI ialah makanan pendamping ASI yang diberikan kepada bayi setelah 6 bulan. MP-ASI yang diberikan berupa makanan cair seperti susu formula, lumatan pisang dan bubur nasi yang telah dihaluskan. MP-ASI merupakan alternatif ASI jika ASI merupakan kontraindikasi atau diputuskan untuk beralih pada susu sapi yang dimodifikasi. Makanan pendamping diberikan karena ibu bayi yang bekerja sehingga ibu tidak memiliki waktu yang banyak untuk menyusui bayinya dan juga ibu bayi yang dalam keadaan sakit ( vivian 2010 ).

  2.2 Pengertian MP-ASI

  Makanan Pendamping Asi ialah makanan pendamping atau makanan peralihan yang diberikan kepada bayi setelah bayi dikatakan cukup asi untuk mencukupi kebutuhan gizi bayi.

  Makanan sapihan diberikan pada 6 bulan pertama, karena aktivitas metabolisme bayi berkembang baik pada usia 6 bulan. Sebaiknya bayi diberikan makanan pendamping dalam konsistensi cair dan lunak, sehingga baik untuk pencernaan bayi.

  2.3 Tanda Bayi Siap MPASI

  Berikut tanda bayi yang siap MPASI 1. Mampu duduk tegak walau masih harus dibantu 2. Mampu menegakkan kepala dengan baik 3.

  Tampak tertarik melihat makanan, sendok dan garpu 4. Tidak lagi memiliki “refleks menolak dengan lidah” setiap kali makanan padat disuapkan ke mulutnya

  5. Mampu menerima makanan yang disuapkan dengan sendok, yang mungkin terjadi bila bayi telah mampu menggerak-gerakkan lidahnya maju-mundur dan kekiri – kanan.

  2.4 Tahapan Pemberian MP-ASI

  MP-ASI harus dikenalkan bertahap, karena mekanisme menelan dan kemampuan mencerna bayi masih lemah. Selain itu, Anda juga perlu berhati-hati terhadap kemungkinan terjadinya reaksi simpang dari makanan, seperti alergi atau intoleransi terhadap makanan. Kenali step-by-step pengenalan makanan yang diberikan sesuai pertumbuhan anak.

  1. Mulailah dengan makanan lunak dan cair, yakni bubur atau bubur susu yang encer.

  2. Perhatikan mutu bahan makanan. Pilih makanan yang segar, karena makanan yang bermutu baik akan menjamin kualitas gizi yang baik pula.

  3. Coba berikan sayuran lebih dahulu sebelum buah-buahan. Karena, bila bayi lebih menyukai rasa manis buah, ada kecenderungan kurang menyukai rasa sayuran yang hambar.

  4. Buah-buahan yang manis, seperti papaya, pisang, jeruk, bisa disajikan dalam bentuk jus atau dicampur dengan makanan lain.

  5. Kenalkan satu per satu jenis makanan sampai ia mengenalnya dengan baik. Lakukan setiap 3-4 hari untuk satu jenis makanan, setelah itu baru ganti dengan makanan lain. Ini penting, untuk mengetahui apakah ada makanan yang menyebabkan reaksi simpang pada tubuhnya.

  6. Seiring bertambahnya usia, kenalkan makanan dengan tekstur yang lebih padat dan tambahkan porsinya sesuai kondisi bayi. Di atas usia 6 bulan, anak bisa diberi nasi tim saring lengkap gizi. Di usia 9-12 bulan, ia dapat diberi makanan yang dicincang yang lebih kasar.

  7. Untuk telur, jika ada riwayat alergi dalam keluarga atau bayi menunjukkan reaksi alergi, tunda pemberian sampai ia berusia 1 tahun. Sementara bila alergi susu sapi, tunda hingga usia 2 tahun dan makanan laut serta kacang- kacangan tunda hingga usia 3 tahun.

  8. Ada baiknya bayi Anda juga diberi biskuit khusus bayi. Selain kemampuannya mengunyah, biskuit ini juga merangsang pertumbuhan giginya. Bahkan, biskuit ini bisa sebagai pengganti bubur susu dengan dihaluskan dengan cara mencampurnya dengan ASI atau susu formula.

2.5 Jenis – Jenis MP-ASI

  Ada beberapa kebutuhan bayi dan jenis contoh makanan pendamping ASI yang bisa diberikan kepada bayi, di antaranya:

  1. Bubur Bayi. Ketika pertama kali memberikan makanan pengganti ASI atau MPASI jenis ini disarankan bubur bayi yang terbuat dari makanan jenis beras atau sereal. Misalnya bubur oatmeal yang kaya akan serat, vitamin, mineral dan sangat baik untuk kesehatan bayi.

  2. Bubur Susu. Makanan pendamping bayi pada periode selanjutnya bisa ditambah dengan memasukkan makanan yang mengandung karbohidrat kemudian dicampur dengan susu. Bubur susu ini bisa ditambahkan ubi, jagung atau kentang. Setelah itu, pada tahap selanjutnya, mulailah memasukkan sayuran maupun buah dan ini diberikan secara bertahap pula.

  3. Biskuit Bayi. Pada umumnya bayi usia 7 bulan sudah bisa memegang dan memakan biskuit. Pada saat inilah bayi belajar mengunyah serta mengemut. Selain itu juga dapat membantu dalam proses pertumbuhan gigi sang bayi.

4. Nasi Tim Saring

  Dengan bertambahnya usia bayi, maka makanan yang diasup bayi juga akan meningkat. Setelah bubur susu, sebaiknya bayi mulai dikenalkan dengan makanan yang berbentuk bubur atau nasi tim saring. Makanan ini terdiri dari beras, lauk pauk (hewani atau nabati), dan sayur. Pemberiannya pun bergantian antara bubur susu dan tim saring. “Pada frekuensi awal, bubur susu diberikan 1-2 kali sehari. Namun ketika usia bayi 7 bulan, mengalami peningkatan, dimana bubur susunya 2x, sedangkan tim saringnya diberikan satu kali sehari. Ketika usia 8 bulan, bubur susu diberikan hanya sekali, tim saringnya menjadi dua kali dengan isi yang lebih beragam. Begitu usia bayi 9-10 bulan, baru diberikan tim saring sebanyak 3 kali.

  5. Nasi Lembek Sesudah semua tahapan tersebut, baru anak diberikan nasi putih biasa.

  Disarankan nasinya masih berupa nasi yang lembek. Namun, ada juga anak yang tidak bermasalah diberikan nasi biasa. Jadi, bergantung kemampuan masing-masing anak, sebab usia lebih dari 8 bulan, anak sudah tumbuh gigi, otomatis lebih pandai mengunyah.

  6. Satu Macam Sayur Dulu Pemberian sayur untuk anak pun sangat disarankan. Sayur yang baik adalah mengandung vitamin dan mineral, biasanya terdapat pada sayuran berwarna hijau atau orange (bayam, kacang, buncis, wortel). Tapi, bukan berarti sayuran berwarna lain tidak bergizi, hanya saja kandungannya lebih rendah. Tahapannya mulai dari 1 macam sayur, jangan langsung 3 macam. Sebab anak bisa diare. Bayi harus harus beradaptasi dulu dengan makanan barunya.

  7. Bakat Alergi: Tunda Telur Begitu anak makan bubur boleh mulai diberikan telur. Tapi harus diperhatikan untuk anak-anak yang punya bakat alergi, disarankan untuk memperlambat pemberian telur, yaitu pada usia lebih dari setahun atau lebih bagus saat usia 2 tahun. Selain itu, pemberian telur sebaiknya dimulai dari kuning telur terlebih dahulu, karena alergen biasanya berasal dari protein yakni putih telurnya, sementara kuning telur banyak mengandung lemak dan vitamin.

  8. Ikan: Menjelang Satu Tahun Pada dasarnya, makanan yang diberikan untuk bayi adalah makanan yang sehat, yang terdiri atas beras, lauk-pauk (hewani dan nabati), buah-buahan dan tambahan susu. Sama halnya dengan memberikan makanan padat, lauk-pauk pun harus diberikan secara bertahap. Mulai dari daging ayam yang dihaluskan, lalu diselingi dengan daging sapi, sampai ketika usianya mendekati satu tahun, si kecil sudah boleh diberi ikan.

2.6 Keuntungan ASI dibandingkan MP-ASI 1.

  Enzim lisozim melisiskan dinding sel bakteri 2. Laktoferin mengikat zat besi yang diperlukan untuk replikasi escherichia colli dan bakteri lain.

  3. Interferon yang terkandung dalam ASI adalah agen antivirus.

  4. ASI dapat menurunkan resiko dan keparahan penyakit.

  5. Bagi psikologi, ASI dapat membantu ibu dan bayi menjalin keintiman dan hubungan kasih sayang dengan bayinya.

  6. ASI steril dan tidak butuh biaya.

7. Asi tidak memerlukan persiapan seperti susu formula 8.

  Pemberian ASI dini dapat mengurangi perdarahan pascalahir karena pelepasan oksitoksin mengkontraksikan pembuluh darah uterus (Setyowati, 1999).

2.7 Keuntungan MP-ASI dibandingkan ASI 1.

  Vitamin K yang terdapat pada susu formula lebih banyak, yang diperlukan untuk mencegah penyakit perdarahan pada bayi baru lahir.

2. MP-ASI sebagai alternatif ASI apabila terdapat kontraindikasi ASI.

  3. Ibu yang menderita TB aktif yang tidak diobati, bruselosis, atau yang baru terkena sifilis tetap dapat memberikan susu kepada bayi tanpa menularkan pada bayinya.

  4. Bagi ibu yang menyusui tidak akan kesulitan memulai dan smempertahankan posisi menyusui yang dapat menyebabkan kekecewaan emosional bagi ibu (Setyowati, 1999).

2.8 Fisiologi Defikasi

  Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rektum mencapai 18 mmHg , apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani internus dan eksternus melemas dan isi feses terdorong keluar. Ketika feses masuk rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal aferen menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltik dalam kolon desendens, sigmoid, rektum, dan mendorong feses ke arah anus. Ketika gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal penghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar berelaksasi secara volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu rektum teregang. Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai, defekasi volunter dapat dicapai dengan secara volunter melemaskan sfingter eksternus dan mengontraksikan otot-otot abdomen (mengejan). Defekasi merupakan suatu refleks spinal yang dengan sadar dapat dihambat dengan menjaga sfingter eksternus tetap berkontraksi atau melemaskan sfingter dan megontraksikan otot abdomen. Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai refl eks defekasi, sehingga diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis (segmen sakral medulla spinalis ). Bila ujung saraf dalam rektum terangsang, sinyal akan dihantarkan ke medulla spinalis, kemudian secara refleks kembali ke kolon desendens, sigmoid, rektum, dan anus melalui serabut parasimpatis pelvikus. Sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat gelombang peristaltik dan merelaksasi sfingter ani internus sehingga mengubah refleks defekasi intrinsik menjadi proses defekasi yang kuat. Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain, seperti mengambil napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen mendorong isi feses dari kolon turun ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik keluar cincin anus mengeluarkan feses ( Brough, 2008).

2.9 Pengertian Konstipasi

  Sembelit antara orang awam dan medis berbeda. Orang awam mengatakan sembelit adalah frekuensi buang air besar yang jarang. Ada juga yang menyebutkan anaknya sembelit karena tinjanya keras sehingga sulit/sakit dikeluarkan. Ada lagi yang berpendapat, sembelit adalah volume tinja yang besar.

  Kamus kedokteran Webster menyebutkan sembelit adalah suatu keadaan dimana frekuensi buang air besar yang b erkurang disertai tinja yang keras dan adanya statis tinja dalam usus besar (Ali, dkk: 2009) Konstipasi ialah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna. Bisa juga didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari atau lebih (Nanny, 2010).

  Obstipasi yaitu sulit Buang Air Besar, berasal dari bahasa latin yakni, Ob berarti in the way yang artinya” perjalanan” dan Stipare berarti to compress “menekan”. Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah dimana biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus yaitu adanya obstruksi usus ( Brough, 2008).

  Secara umum konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya. Konstipasi merupakan suatu keluhan, bukan panyakit. Konstipasi sulit didefinisikan secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat vairasi yang berlainan antara individu. Konstipasi sering diartikan sebagi kurangnya frekuensi buang air besar (BAB), biasanya kurang dari 3 kali per minggu dengan feses yang kecil – kecil dan keras, serta kadangkala disertai kesulitan sampai rasa sakit saat BAB. Batasan dari konstipasi klinis yang sesungguhnya adalah ditemukannya sejumlah besar feses memenuhi ampula rektum pada colok dubur, dan atau timbunan feses pada kolon, rektum, atau keduanya yang tampak pada foto polos perut. Menurut definisi, konstipasi adalah kesulitan buang air besar selama dua minggu atau lebih. Tetapi, pada bayi yang mengkonsumsi susu formula, buang air besar yang keras 2 – 4 hari sekali sudah dianggap konstipasi. Lain halnya pada bayi yang mengkonsumsi ASI, walaupun buang air besarnya 2 – 5 hari sekali (asal konsistensi tinjanya lembek), tidak dianggap konstipasi (Maryunani, 2010).

  Pengobatan konstipasi dapat dilakukan dengan pengubahan pola makan, obat pencahar (laxatif), terapi serat, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir jarang dilakukan. Konstipasi Konstipasi juga merupakan kelainan pada sistem pencernaan dimana seorang manusia mengalami pengerasan feses yang sulit untuk dibuang, yang dapat menyebabkan kesakitan hebat pada penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makanadalah keluhan pencernaan yang paling umum. Gejala akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain, karena bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda. Munculnya rasa mulas bukan suatu tanda, begitu pula mulas yang tak tentu juga tidak menuju ke suatu gejala.

  Konstipasi sering terjadi pada anak-anak dan orang tua, dan lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria. Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya ialah dimana konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal ( widjingsih, 2008) sembelit atau susah buang air besar (konstipasi) merupakan salah satu gangguan yang sering terjadi pada bayi. Gejala umumnya selain susah buang air besar, adalah tinja keras, rasa nyeri di daerah anus dan bahkan keluarnya darah segar akibat terjadinya luka pada anus.

  Secara umum konstipasi dikaitkan dengan kesulitan buang air besar selama dua minggu atau lebih. Pada bayi, jika frekuensi BAB 2-4 hari sekali, maka sudah dimasukkan ke dalam kategori konstipasi. Kondisi ini biasanya dialami oleh bayi yang mengkonsumsi susu formula. Untuk bayi yang mengkonsumsi walaupun frekuensi BAB 2-5 hari sekali tidak dianggap konstipasi (asalkan konsistensi tinja lembek).

  Penyebab konstipasi beragam. Namun beberapa hal yang sering menyebabkan kesulitan BAB pada bayi adalah:

  1. Kurangnya asupan (intake) cairan sehingga timbul dehidrasi 2.

  Kadar zat besi yang tinggi dalam susu formula 3. Konsentrasi susu formula yang terlalu kental 4. Kandungan lemak nabati (misal kepala sawit) 5. Perubahan pola makan, misalnya saat bayi diperkenalkan dengan makanan padat pertamanya

  6. Pola makan tidak seimbang pada bayi yang sudah mengkonsumsi makanan padat, seperti terlalu banyak lemak dan karbohidrat, kurang banyak konsumsi makanan yang mengandung serat. Untuk mencegah dan mengatasi kesulitan BAB pada bayi, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan:

  1. Bayi 0 – 6 bulan. Jika kondisi memungkinkan, sebaiknya hanya diberikan

  ASI Eksklusif. ASI sangat jarang menyebabkan konstipasi karena zat yang

  terkandung di dalamnya lebih mudah dicerna. Bayi yang mendapatkan

  ASI mempunyai beberapa jenis bakteri di usus besarnya yang membantu mengurai protein susu yang sulit dicerna dan mempunyai kadar hormon motilin (hormon yang membantu pergerakan usus) lebih tinggi.

  2. Bayi di atas 6 bulan. Masukkan sayur dan buah-buahan ke dalam menu makanannya. Serat yang terkandung di dalam bahan tersebut membantu melunakkan dan memperlancar buang air besar. Sajikan makanan tersebut dalam bentuk jus beraneka rasa. Namun hindari pemberian pisang atau wortel untuk sementara waktu.

  3. Untuk bayi yang mendapatformula, periksa kembali takaran pengencerannya dan zat yang terkandung di dalam susunya. Ganti dengan susu merk lain yang lebih cocok, jika perlu.

  4. Lakukan pemijatan pada bagian perut bayi dengan perlahan menggunakan baby oil. Pijatan dimulai dari pusat ke arah luar, dengan gerakan melingkar searah jarum jam.

  5. Baringkan bayi, pegang kedua kakinya dan lakukan gerakan mengayuh sepeda.

  6. Memandikan bayi dengan air hangat dapat membuat bayi lebih rileks sehingga tinja lebih mudah keluar.

  Jika sembelit berlanjut, bawalah bayi ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan. Kesulitan BAB bisa merupakan gejala dari penyakit tertentu seperti Morbus

  

Hirschsprung (kelumpuhan sebagian segmen usus), fibrosis kistik, atau

hipotiroidisme.

  2.10 Gejala Klinis Pada anamnesis, didapatkan riwayat berkurangmya frekuensi defekasi.

  Dengan terjadinya retensi feses, gejala dan tanda lain konstipasi berangsur muncul seperti nyeri dan distensi abdomen, yang sering hilang setelah defekasi. Riwayat feses yang keras dan/ feses yang sangat besar yang mungkin menyumbat saluran toilet. “Kecepirit” (enkopresis) di antara feses yang keras sering salah didiagnosis sebagai diare. Anak yang mengalami konstipasi biasanya mengalami anoreksia dan kurangnya kenaikan berat badan, yang akan membaik jika konstipasinya diobati. Berbagai posisi tubuh, menyilangkan kedua kaki, menarik kaki kanan dan kiri secara bergantian ke depan dan belakang (seperti berdansa) merupakan manuver menahan feses dan kadang kala perilaku tersebut menyerupai kejang. Inkontinensia urin dan infeksi saluran kemih seringkali berkaitan dengan konstipasi pada anak. Jika feses berada lama di rektum, lebih banyak bakteri berkolonisasi di perineum sehingga akan meningkatkan risiko infeksi saluaran kemih ( Brough, 2008).

  2.11 Gejala Lain Konstipasi

  Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas dalam perut. Tinja yang dikeluarkan terlihat keras Kering dan berbentuk bulatan kecil Ada darah pada tinja Bayi rewel dan mengerang kesakitan Penurunan nafsu makan pada bayi.

2.11 Jenis Obstipasi 1.

  obstruksi total Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur didapatkan rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.

1. Obstipasi obstruksi parsial.

  Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi totalis (Widjingsih, 2008).

  2.13 Penyebab Konstipasi

  Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya dalam dinding usus. Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum. Ada kelainan dalam sistem metabolisme tubuh yang disebabkan oleh: 1.

  Kelainan pada persarafan segmen usus yaitu hiscprung 2. Gangguan persarafan usus besar paling bawah 3. Gangguan perkembangan neurologis 4. Kelainan sistem endokrin.

  2.14 Manifestasi Klinis

  Penderita yang mengalami konstipasi biasanya merasa defekasinya menjadi sulit dan nyeri, tinja keras, mengejan pada saat defekasi, perasaan kurang puas setelah defekasi, defekasi hanya 3x atau kurang dalam seminggu. Keluhan lain yang bisa timbul adalah perasaan kembung, kurang enak, dan malas Penderita dapat juga tanpa keluhan sama sekali, atau mempunyai keluhan lain seperti : perut kembung, nyeri waktu defekasi, “rectal bleeding” (perdarahan rektum), diare

  “spurious ” (sedikit-sedikit), dan nyeri pinggang bagian bawah. Penderita biasanya

  mengeluh beberapa hari tak dapat defekasi dan kalau defekasi selalu susah. Tinja yang keluar keras dan kehitam-hitaman. Perut selalu dirasa penuh serta dirasa mendesak keatas, kembung, berbunyi,mual-mual. Rasa mulas di perut kiri pada daerah sigmoid dan kolon desendens. Keluhan lain yang sering dirasakan ialah mulut rasa pahit, lidah kering, kepala pusing, nafsu makan menurun. Bilamana konstipasi berlangsung lama, maka keluhan tersebut diatas makin bertambah berat, bahkan sampai timbulnya gejala obstruksi intestinal (Widjingsih, 2008).

2.15 Pemerikasaan Penunjang

  Pemeriksaan penunjang sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis konstipasi dan mencari penyebabnya. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain: 1. pengukuran kadar tiroksin dan

  

Thyroid Stimulating Hormon (TSH) untuk menyingkirkan hipotiroid,

2. tes serologi (antiend-omysial/ antigliadin antibody) untuk menyingkirkan Celiac disease,

  3. pemeriksaan foto polos abdomen untuk melihat kaliber kolon dan massa tinja dalam kolon (pemeriksaan ini dilakukan bila pemeriksaan colok dubur tidak dapat dilakukan atau pada pemeriksaan colok dubur tidak teraba adanya distensi rektum oleh massa tinja),

  4. barium enema untuk screening penyakit Hirchsprung,

  5. manometri anorektal untuk mendiagnosis Hirschprung disease atau akalasia anal, dengan karakteristik tidak ada relaksasi sfi ngter ani interna pada rektum yang distensi (pemeriksaan ini juga dapat memberikan informasi sensasi rektum, sfi ngter ani pada saat intirahat dan sewaktu defekasi, apakah normal atau anismus), 6. biopsi rektum untuk mendiagnosis Hirschprung disease, 7.

   pemeriksaan transit marker radioopaque untuk mendiagnosis inersia

  kolon atau abnormalitas transit pada kolon, 8. manometer kolon untuk menilai motilitas kolon, 9. pemeriksaan lain untuk mencari penyebab organik lain adalah ultrasonografi abdomen (Anik, 2010).

2.16 Pengertian Bayi

  Bayi adalah makhluk yang hadir ke dunia dengan sebuah mekanisme bawaan untuk menyenangkan orang lain, dan hanya meminta balasan berupa kondisi lingkungan yang tepat, yang memungkinkan bertumbuhkembangnya "benih sifat pengasih" yang secara alami telah ada dalam dirinya. Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setelah terlahir dari rahim seorang ibu. Pada masa ini, perkembangan otak dan fisik bayi selalu menjadi perhatian utama, terutama pada bayi yang terlahir prematur maupun bayi yang terlahir cukup bulan namun memiliki berat badan rendah. Baik ibu maupun bapak dan orang-orang terdekat si bayi juga harus selalu mengawasi serta memberikan perawatan yang terbaik bagi bayi sampai bayi berumur 1 tahun. (Dalai, 2010)

Dokumen yang terkait

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Terhdap Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Bandar Khalifah Medan Tahun 2014

58 322 70

Perilaku Suami dalam Menghadapi Perubahan Psikologis Ibu Hamil dengan Emesis Gravidarum pada Kehamilan Trimester Pertama di Klinik Bidan Loly Medan Tahun 2012

0 65 69

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di Klinik Rahmat Tahun 2014

3 79 57

Pengalaman Ibu Hamil Yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum Pada Trimester I Di RSUD DR. PIRNGADI Kota Medan Tahun 2011

0 75 65

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Emesis Gravidarum Pada Kehamilan Trimester Pertama Di Klinik Kasih ibu Delitua 2008

14 146 64

Prevalensi Penggunaan Obat Anti-Emetik dan Prevalensi Terjadinya Efek Samping pada Ibu Hamil Trimester I dalam Mengatasi Emesis Gravidarum di RSU Yosua Lubuk Pakam

2 79 64

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Antara Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Pada Anak Di Desa Tigabolon Kecamatan Sidamanik Tahun 2014

0 0 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan Trimester Pertama 1. Pengertian - Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Terhdap Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Bandar Khalifah Medan Tahun 2014

0 0 13

Perilaku Suami dalam Menghadapi Perubahan Psikologis Ibu Hamil dengan Emesis Gravidarum pada Kehamilan Trimester Pertama di Klinik Bidan Loly Medan Tahun 2012

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perilaku Suami dalam Menghadapi Perubahan Psikologis Ibu Hamil dengan Emesis Gravidarum pada Kehamilan Trimester Pertama di Klinik Bidan Loly Medan Tahun 2012

0 0 18