BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perilaku Suami dalam Menghadapi Perubahan Psikologis Ibu Hamil dengan Emesis Gravidarum pada Kehamilan Trimester Pertama di Klinik Bidan Loly Medan Tahun 2012

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku

1. Konsep Perilaku

  Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku misalnya Bloom membedakan antara perilaku kognitif (yang menyangkut kesadaran atau pengetahuan), afektif (emosi) dan psikomotor (tindakan/gerakan). Ki Hajar Dewantoro menyebutnya sebagai cipta (peri akal), rasa (peri rasa), dan karsa (peri tindak). Ahli-ahli lain umumnya menggunakan istilah pengetahuan, sikap dan tindakan yang sering kali disingkat dengan KAP (Knowladge, Atitude, Practise)(Makhdalena, 2000).

  Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktifitas seseorang yang merupakan gabungan dari berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal (Notoatmodjo, 2003).

  Menurut Blum (1974, dalam Wiryo 2001), derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu , lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Dari keempat faktor tersebut lingkungan merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kesehatan masyarakat karena dilingkungannya manusia mengadakan interaksi dalam proses kehidupannya baik dalam lingkungan fisik, psikologis, sosial budaya dan ekonomi, dimana kondisi ini sangat dipengaruhi oleh perilaku individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Karena perilaku mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap derajat kesehatan, maka diperlukan upaya untuk mengurangi dan menghilangkan perilaku masyarakat yang bertentangan dengan norma hidup sehat.

  Skinner (1938) adalah seorang ahi perilaku , mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon, membedakan adanya dua respon, yaitu: (Notoatmodjo, 2003) a.

  Responden response atau reflexive response, adalah respon yang ditimbulkan oleh ransangan yang disebut elisting stimuli dan menimbulkan respon yang relatif tetap. Responsen respon ini mencakup juga emosi respon. Emocional response timbul karena hal yang kurang mengenakkan responden yang berkaitan.

  b.

  Operant response atau instrumental response, adalah respon yang timbul dan berkembang di ikuti oleh perangsang yang disebut reinvoreing stimuli karena perangsang tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu perangsang yang demikian itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku tertentu yang telah dilakukan responden.

  Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat bahwa banyak alasan seseorang untuk berprilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat berbeda- beda penyebab atau latar belakangnya .

  Jenis perilaku menurut Notoatmodjo (2003), perilaku dibedakan menjadi dua yaitu: a.

  Perilaku tertutup (Cover Behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup

  (cover) . Respon atau reaksi stimulus ini masih terbatas pada perhatian, pesepsi,

  pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. b.

  Perilaku Terbuka (Overt Behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

  Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang menurut (Sunaryo, 2004), faktor tersebut terdiri dari : a.

  Faktor Genetik dan Endogen Faktor genetik atau keturunn merupakan konsepsi dasar atau model untuk kelanjutan perkembangan perilaku mahluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam individu (endogen), antara lain: b. Jenis ras, setiap ras didunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda satu dengan yang lainnya.

  c.

  Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari.

  d.

  Sifat Kepribadian, salah satu pengertian kepribadian yang ditemukan oleh ( Marami,1995) :”Keseluruhan pola, pikiran, perasaan,dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha dalam adaptasi yang terus menerus dalam hidupnya”.

  e.

  Bakat pembawa. Bakat menurut (Notoadmojo, 2003) yang mengutip pendapat (William B.Micheel, 1960) adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal tersebut.

  f.

  Intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak (Sukardi,1997) intelegensi adalah kemampuan untuk membuat kombinasi.

  g.

  Usia

  Menurut Hurlock (1996) usia dewasa dini merupakan periode peyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan dikenal dengan masa kreatif dimana individu memiliki kemampuan mental untuk mempelajari dan menyesuaikan dari situasi baru, sepeti mengingat hal-hal yang pernah dipelajari, penalaran analogis, berpikir kreatif serta belum terjadi penurunan daya ingat. Masa dewasa dini memiliki rentang usia 18 tahun sampai usia 40 tahun.

  1) Faktor Eksogen atau Faktor Dari Luar Individu

  a) Faktor lingkungan. Lingkungan menyangkut segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik fisik, biologis maupun sosial.

  b) Pendidikan. Pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu. Proses kegiatan-kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok.

  c) Agama. Merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir atau penghabisan .

  d) Sosial Ekonomi. Telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah lingkungan sosial e)

  Kebudayaan. Dikutip dari Mac Iver (1985) dalam buku Serjono Soekanto (2001) merupakan ekspresi jiwa terwujud dalam ccara-cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesusasteraan, agama rekreasi dan hiburan.

B. Domain Perilaku

  Bloom (1908), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni : a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotorik (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni pengetahuan(knowledge), sikap (attitude), tindakan (practice) (Notoatmodjo, 2003) 1.

  Knowladge (Pengetahuan) Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.

  Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) didalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehinggayang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif. Pada umumnya adalah tepat kalau mengatakan pengetahuan hanya merupakan pengalaman “sadar” (Bachtiar. A, 2005).

  Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, penciuman dan pendengaran, asa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinnga.

  Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovet behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

  Menurut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan: a.

  Tahu (know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari atau rangsangan yang paling rendah. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan sebagainya.

  Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

  b.

   Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar benar.

  Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh: menyimpulkan, meramalkan dan sebagaimana terhadap objek yang dipelajari.

  c.

  Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

  d.

   Analisis (analysis)

  Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat ilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.

  e.

  Sintesis (synthesis)

  Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.

  f.

  Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan utnuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada.

2. Sikap(attitude)

  Sikap adalah suatu kecenderungan bertindak kearah atau menolak suatu faktor lingkungan. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup ( Borgadus, 1931, dalam Mueler 2004).

  Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo,2003).

  Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, dan apa yang harus dihindari. Sikap relatif lebih menetap dan mengandung aspek edukatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan (Notoatmodjo,2003).

  Sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu kepercayaan atau keyakinan , ide dan konsep terhadap suatu objek ; kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek dan kecenderungan untuk bertindak, ketiga komponen ini secara bersama- sama membentuk sikap yang utuh ( Alport, 1993 dalam Taylor 2000).

  Menurut Sunaryo (2004) sikap adalah kecenderungan bertindak dari individu, berupa respons tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu. Secara nyata sikap menunjukkan adanya keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut membuat respons atau berprilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.

  Sikap memiliki tiga komponen yang membentuk struktur sikap dan ketiganya saling menunjang yaitu: komponen kognitif ( berisi kepercayaan individu), komponen afektif ( berisi dimensi emosional subjektif individu, terhadap objek sikap, baik yang positif (rasa senang) maupun negative (rasa tidak senang) dan komponen konatif (disebut juga komponen perilaku) yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya (Saifuddin, 1995 dalam Taylor 2000)

  Dari sisi lain, yaitu sisi lain psikologi umum, sikap merupakan ukuran besarnya pengaruh atas pengalaman yang spesifik terjadi harapan-harapan, atau dengan kata lain, hal-hal yang pernah dialami akan mempunyai suatu arti dan nilai tertentu.Dalam arti inilah didefinisikan oleh Rochracher bahwa sikap mempunyai pengaruh memilih dan mengemudikan kejadian-kejadian dengan sadar.

3. Tindakan (practice)

  Tindakan adalah aturan yang dilakukan, melakukan/mengadakan aturan-aturan untuk mengatasi sesuatu atau perbuatan. Adanya hubungan yang erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengertian sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak. Beberapa tingkatan dari tindakan/praktek, yaitu: Persepsi,respon terpimpin, mekanisme adaptasi (Notoatmodjo,2003).

  Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

  Respon terpimpin dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar atau sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

  Mekanisme apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia telah mencapai praktek tingkat tiga, adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

  Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk menjadikan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support).

  Praktek atau tindakan ini mempunyai beberapa tingkatan antara lain, a. persepsi (perception) merupakan mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil, b. respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh, c. mekanisme (mechanism) diartikan apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, d. adopsi (adoption) adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

  Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

C. Emesis gravidarum

1. Definisi

  Mual dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering terdapat pada kehamilan trimester pertama. Mual bisanya terjadi pada pagi hari , tetapi dapat timbul pula setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi enam minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih dari sepuluh minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala ini menjadi lebih berat (Wiknjosastro.2007).

  Mual dan muntah (emesis gravidarum) merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan dapat menyebabkan stress yang dikaitkan dengan kehamilan dan merupakan sebuah gejala fisiologis dan sebuah masalah yang sering kali membuat ibu hamil merasa tidak berdaya mengatasinya ( Tiran. 2004).

  Morning sickness adalah suatu kondisi yang bisa muncul mulai minggu ke-4 dan

  berakhir pada minggu ke-14 sampai ke-16 minggu masa kehamilan. Rasa pusing dan mual ini dapat terjadi kapan saja, baik siang maupun malam hari. Gejala ini berkaitan dengan kedudukan plasenta atau rendahnya kadar gula darah ketika perut sedang kosong pada malam hari (Ana. 2010).

  Mual dan muntah (Morning sickness) adalah hal yang terjadi dalam bulan-bulan awal kehamilan (biasanya hanya pada saat bangun dari tidur) sering dijumpai dan biasanya ringan (Farrer. 2001).

2. Etiologi

  Mual dan muntah disebabkan peningkatan hormon yang mengalir dalam darah. Hormon human Chorionic Gonadotropin, diproduksi untuk menjaga persediaan estrogen dan progesterone dalam mempertahankan kehamilan. Hormon ini berada dalam air kencing dan menandakan kehamilan. Pembentukan hCG muncul bersamaan dengan rasa mual, berangsur-angsur menghilang 12-14 minggu. Hormon ini juga menyebabkan penurunan drastis kadar gula dalam darah, yang dapat menyebabkan rasa lapar dan sakit secara tiba-tiba (Stoppard. 2009).

  Masalah psikologis juga merupakan faktor predisposisi beberapa wanita mengalami mual dan muntah dalam kehamilan dan akan memperburuk gejala yang sudah ada atau mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala normal. Kecemasan berdasarkan pengalaman melahirkan sebelumnya, terutama kecemasan akan datangnya mual dan muntah (Tiran.2008).

  Menurut Wiknjosastro faktor predisposisi dan faktor-faktor lain penyebab mual dan muntah adalah: a.

  Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida , mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang perann penting karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.

  b.

  Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik c. Alergi

  Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik. d.

  Faktor psikologi Memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab terhadap ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagi ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian dari kesukaran hidup e. Usia

  Salah satu faktor predisposisi yang menyebabkan emesis gravidarum yaitu usia, beberapa peneliti menemukan bahwa wanita yang lebih tua semakin cenderung mengalami keluhan mual dan muntah, sedangkan penelitian lainnya menemukan wanita-wanita muda lebih cenderung mengalami morning sickness(Wesson.2002)

  Menurut Indra (2009) bahwa usia dan fisik wanita mempengaruhi proses kehamilan dan persalinannya, dijelaskan sebagai berikut: 1)

  Hamil kurang dari 20 Tahun Rahim dan panggul sering kali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa, dengan kata lain kondisi fisik belum 100% siap, di usia ini secara biologis belum optimal, emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami goncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian selama kehamilan. Angka kematian ibu dan janin 4-6kali lipat lebih tinggi dibanding wanita yang hamil dan bersalin di usia 20-an.

  2) Hamil di Usia 20-an (Kondisi fisik prima)

  Rahim sudah mampu memberi perlindungan atau kondisi maksimal untuk kehamilan. Umumnya secara mental calon ibu juga sudah siap, ini berdampak pada perilaku ibu dimana ia menjaga dan merawat kehamilannya secara hati-hati

  3) Hamil di Usia 30 hingga 35 Tahun

  Mengingat kemajuan teknologi saat ini, direntang usia ini ibu masih boleh hamil asal kondisi tubuh, kesehatan dan asupan nutrisi betul-betul terjaga.

  4) Hamil di Usia lebih dari 35 Tahun

  Kesehatan ibu sudah menurun, kehamilan tergolong beresiko tinggi. Itu sebabnya tidak dianjurkan menjalani kehamilan di usia ini.

  Banyak wanita yang melaporkan adanya hubungan antara gangguan kehamilan yang mereka alami dengan kelelahan. Salah satu gejala kelelahan umum adalah munculnya perasaan letih, suatu perasaan kelelahan akan teratasi jika dilakukan istirahat, kelelahan merupakan suatu kondisi dimana seluiruh fungsi tubuh dalam bekerja sudah tidak maksimal lagi (Wesson.2002).

  Kerja adalah sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan, atau pengeluaran energi untuk kegiatan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu ( Notoatmodjo. 2007).

  Menurut Wesson (2002) ibu hamil yang bekerja pada outlet makanan siap saji paling cenderung mengalami mual dan muntah.

3. Patofisiologi

  Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan (Wiknjosastro. 2007).

  Makanan yang tidak tercerna dalam perut menyebabkan iritasi ( makanan yang berlebihan dan berasa tajam) menyebabkan muntah saat hamil tetapi kebanyakan muntah saat kehamilan disebabkan karena urat syaraf yang tertekan dan bahwa muntah saat kehamilan disebabkan karena urat syaraf yang tertekan dan bahwa muntahyang selanjutnya disebabkan karena berkembangnya rahim dan tekanan kepala janin yang mengganggu gerakan peristaltik dan cenderung berhenti sebelum makan sampai pada tempatnya (Wesson. 2002).

4. Tanda dan Gejala Emesis gravidarum

  Tanda – tanda emesis gravidarum ( Rose & Neil, 2007) berupa: a.

  Rasa mual, bahkan dapat sampai muntah Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali sehari, biasanya terjadi di pagi hari tetapi dapat pula terjadi setia saaat.

  b.

  Nafsu makan berkurang c. Mudah lelah d.

  Emosi yang cenderung tidak stabil Keadaan ini merupakan sesuatu yang normal, tetapi dapat berubah menjadi tidak normal apabila mual dan muntah terjadi terus-menerus dan mengganggu keseimbangan gizi, cairan, dan elektrolit tubuh. Ibu hamil yang mengalami

  emesis gravidarum yang berkelanjutan dapat terkena dehidrasi sehingga

  menimbulkan gangguan pada kehamilannya yaitu ibu mengalami dehidrasi, terganggunya keseimbangan elektrolit, perdarahan gastrointestinal (robekan pada selaput lender esophagus dan lambung), ablasia retina dan kematian ibu, sedangkan janin akan mengalami gangguan dan hingga kematian janin.

5. Penanganan

  Wanita dapat mengatasi mual dan muntah dengan cara sederhana, diantaranya: a.

  Ubah kebiasaan makan. Makan dalam jumlah sedikit tetapi sering, jangan makan dalam jumlah atau porsi besar karena akan menambah mual. Tetap berusaha maka ketika perut terasa enak, dianjurkan 5-6 kali sehari untuk mencegah perut kosong dan mempertahankan kestabilan kadar gula darah.

  b.

  Makan-makanan yang tinggi karbohidrat dan protein dapat membantu mengatasi rasa mual. Banyak mengkonsumsi buah, sayuran dan makanan yang tinggi karbohidrat seperti roti, kentang, dan biskuit.

  c.

  Sewaktu bangun tidur di pagi hari, jangan langsung terburu-buru terbangun.

  Cobalah duduk sebentar dan baru perlahan berdiri untuk bangun. Bila merasa sangat mual ketika bangun tidur pagi, siapkan cemilan atau biskuit di dekat tempat tidur, dan dapat memakannya terlebih dahulu sebelum mencoba bangun.

  d.

  Hindari makanan dan bau-bauan yang merangsang mual dan menggangu keinginan makan.

  e.

  Hindari makanan yang berlemak, berminyak, dan pedas, karena akan memperburuk rasa mual.

  f.

  Minumlah cairan yang cukup selama muntahuntuk mengganti cairan yang dikeluarkan dan mencegah dehidrasi.

  g.

  Minumlah air putih, susu rendah lemak atau jus buah. Hindari minuman yang mengandung kafein karena akan memperburuk rasa mual, h.

  Tingkatkan asupan makanan yang kaya vitamin (beras, pisang, sereal, alpukad) atau dapat berkonsultasi dengan dokter untuk mendapat vitamin B6 yang efektif untuk mengurangi rasa mual pada ibu hamil. i.

  Biasanya orang menggunakan jahe untuk mengurangi rasa mual. j.

  Istirahat dan rileks sangat membantu mengatasi mual dan muntah, karena rasa stress hanya akan memperburuk rasa mual. Beristirahatlah yang cukup dan santai, sambil mendengarkan musik atau membaca. k.

  Cermati pemakaian obat-obatan anti mual. Obat-obatan tersedia untuk mengatasi rasa mual dan muntah yang berat, tetapi obat-obatan ini dapat menembus plasenta dan tingkat keamanan untuk bayi masih belum dapat dipastikan. Tetapi bila mual dan muntah sangat hebat dan mengancam kesehatan ibu, pengobatan baru akan diberikan. Selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan (Ratna.2009).

  Adapun hal-hal yang harus dihindari agar tidak terjadi emesis gravidarum ( Wesson. 2002) yaitu:

  a) Menghindari masak atau mengkonsumsi makanan yang berminyak atau digoreng karena akan lebih sulit untuk dicerna dan sering menyebabkan mual bagi wanita hamil. Sebagian wanita tidak tahan dengan bau saat memasak tetapi senang makan makanan yang dimasak, sebagian lainnya hanya dapat mentolerir makanan yang tidak dimasak seperti buah-buahan, sayur-sayuran, sereal dan roti isi.

  b) Menghindari minuman yang mengandung kafein seperti kopi, cola, teh, semua minuman yang membuat merasa mual. c) Menghindari sikat gigi begitu selesai makan

  Bagi beberapa ibu hamil menyikat gigi menjadi hal yang menjadi suatu masalah karena hanya dengan memasukkan sikat gigi dalam mulut membuat mereka muntah, sehingga pilih waktu yang tepat untuk menggosok gigi.

  d) Menghindari gerakan-gerakan yang tiba-tiba, khususnya setelah bangun tidur, dengan memperlama waktu bangun akan dapat membantu.

e) Menghindari bau-bau yang tidak enak atau sangat menyengat.

  Bau menyengat seperti air buangan, tempat sampah, kotoran hewan, asap pembuangan pabrik, asap rokok biasanya dapat menimbulkan rasa mual dan muntah.

  f. Menghindari berpakaian yang ketat atau pakaian dengan ikat pinggang ketat.

  Pakaian yang terlalu ketat dapat memberikan tekanan yang tidak nyaman pada perut dan dapat memperburuk rasa mual. Pakaian longgar atau ikat pinggang elastis dapat membantu,

  

D. Perubahan Psikologi dengan emesis Gravidarum pada Kehamilan Trimester

Pertama

1. Definisi

  Kehamilan trimester pertama adalah seluruh periode zigot dan embrionik dan dua minggu pertama periode janin dari total 10 minggu kehidupan setelah fertilisasi, berada pada 12 minggu pertama kehamilan dihitung dari masa menstruasi terakhir (Varney. 2006).

  Periode antepartum dibagi menjadi tiga trimester, Pada umumnya trimester pertama secara umum dipertimbangkan berlangsung pada minggu ke-1 hingga ke-12 minggu, trimester kedua pada minggu ke-13 hingga ke-27, dan trimester ketiga pada minggu ke- 28 hingga ke-40 (Varney. 2006).

  a.

  Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan kehamilannya (ketidakstabilan emosi dan suasana hati) b. Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan kesedihan. Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.

  c.

  Ibu akan mencari tanda-tanda kepastian kehamilannya. Hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.

  d.

  Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau malah mungkin dirahasiakan e.

  Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada tiap wanita, tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan (Sulistyawati. 2009).

Dokumen yang terkait

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Terhdap Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Bandar Khalifah Medan Tahun 2014

58 322 70

Perilaku Suami dalam Menghadapi Perubahan Psikologis Ibu Hamil dengan Emesis Gravidarum pada Kehamilan Trimester Pertama di Klinik Bidan Loly Medan Tahun 2012

0 65 69

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di Klinik Rahmat Tahun 2014

3 79 57

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Emesis Gravidarum Pada Kehamilan Trimester Pertama Di Klinik Kasih ibu Delitua 2008

14 146 64

Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Perubahan Fisik dan Psikologis Pada Masa Kehamilan di Klinik Siti Khadijah Tahun 2008

3 40 63

Prevalensi Penggunaan Obat Anti-Emetik dan Prevalensi Terjadinya Efek Samping pada Ibu Hamil Trimester I dalam Mengatasi Emesis Gravidarum di RSU Yosua Lubuk Pakam

2 79 64

Hubungan Pengetetahuan Ibu Hamil dengan Kecemasan Menghadapi Kehamilan di Klinik Bersalin Hadijah Medan Tahun 2013

3 82 55

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - Perilaku Suami Dalam Merawat Ibu Masa Nifas di Klinik Niar Medan Amplas Tahun 2012

0 1 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan Trimester Pertama 1. Pengertian - Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Terhdap Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Bandar Khalifah Medan Tahun 2014

0 0 13

Perilaku Suami dalam Menghadapi Perubahan Psikologis Ibu Hamil dengan Emesis Gravidarum pada Kehamilan Trimester Pertama di Klinik Bidan Loly Medan Tahun 2012

0 0 12