Secara umum yang dimaksud dengan instrum
Secara umum yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang memenuhi
persyaratan akademis, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur
atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang penelitian, instrumen diartikan
sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel penelitian untuk kebutuhan
penelitian, sedangkan dalam bidang pendidikan instrumen digunakan untuk mengukur prestasi
belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil
belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan
keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.
Pada dasarnya instrumen dapat dibagi dua yaitu tes dan non tes. Berdasarkan bentuk atau
jenisnya, tes dibedakan menjadi tes uraian dan obyektif, sedangkan nontes terdiri dari observasi,
wawancara (interview), angket (questionaire), pemeriksaan document (documentary analysis),
dan sosiometri. Instrumen yang berbentuk test bersifat performansi maksimum sedang instrumen
nontes bersifat performansi tipikal.
Instrumen hasil belajar bentuk tes uraian memiliki banyak keunggulan seperti mudah disusun,
tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi dan mampu mendorong siswa untuk
berani mengemukakan pendapat serta menyusun jawaban dalam bentuk kalimat. Namun
perdebatan di kalangan guru dan bahkan dikalangan orang tua, adalah memandang bahwa tes
uraian sering tidak adil. Bahkan ada pandangan bahwa cara pemberian skor tes uraian cukup
dilihat dari panjang pendeknya tes uraian.
Di lain pihak, penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas
jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes dalam menilai hasil dan proses belajar.
Padahal ada aspek-aspek yang tidak bisa terukur secara “realtime” dengan hanya menggunakan
test, seperti pada mata pelajaran matematika. Pada tes siswa dapat menjawab dengan tepat saat
diberi pertanyaan tentang langkah-langkah melukis sudut menggunakan jangka tanpa busur,
tetapi waktu diminta melukis secara langsung di kertas atau papan tulis ternyata cara
menggunakan jangka saja mereka tidak bisa. Jadi dengan menggunakan nontes guru bisa menilai
siswa secara komprehensif, bukan hanya dari aspek kognitif saja, tapi juga afektif dan
psikomotornya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka diperlukan suatu
langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan baik tes uraian maupun nontes. Hal ini
juga dapat digunakan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga hasil ukurnya dapat
mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing
individu peserta tes setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran.
persyaratan akademis, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur
atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang penelitian, instrumen diartikan
sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel penelitian untuk kebutuhan
penelitian, sedangkan dalam bidang pendidikan instrumen digunakan untuk mengukur prestasi
belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil
belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan
keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.
Pada dasarnya instrumen dapat dibagi dua yaitu tes dan non tes. Berdasarkan bentuk atau
jenisnya, tes dibedakan menjadi tes uraian dan obyektif, sedangkan nontes terdiri dari observasi,
wawancara (interview), angket (questionaire), pemeriksaan document (documentary analysis),
dan sosiometri. Instrumen yang berbentuk test bersifat performansi maksimum sedang instrumen
nontes bersifat performansi tipikal.
Instrumen hasil belajar bentuk tes uraian memiliki banyak keunggulan seperti mudah disusun,
tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi dan mampu mendorong siswa untuk
berani mengemukakan pendapat serta menyusun jawaban dalam bentuk kalimat. Namun
perdebatan di kalangan guru dan bahkan dikalangan orang tua, adalah memandang bahwa tes
uraian sering tidak adil. Bahkan ada pandangan bahwa cara pemberian skor tes uraian cukup
dilihat dari panjang pendeknya tes uraian.
Di lain pihak, penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas
jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes dalam menilai hasil dan proses belajar.
Padahal ada aspek-aspek yang tidak bisa terukur secara “realtime” dengan hanya menggunakan
test, seperti pada mata pelajaran matematika. Pada tes siswa dapat menjawab dengan tepat saat
diberi pertanyaan tentang langkah-langkah melukis sudut menggunakan jangka tanpa busur,
tetapi waktu diminta melukis secara langsung di kertas atau papan tulis ternyata cara
menggunakan jangka saja mereka tidak bisa. Jadi dengan menggunakan nontes guru bisa menilai
siswa secara komprehensif, bukan hanya dari aspek kognitif saja, tapi juga afektif dan
psikomotornya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka diperlukan suatu
langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan baik tes uraian maupun nontes. Hal ini
juga dapat digunakan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga hasil ukurnya dapat
mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing
individu peserta tes setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran.