Manual panduan pengelolaan madu hutan Te

BAB V PEMASARAN 27

Pemasaran 27 Organisasi Pendamping

Distributor 28 Promosi 29 Tata aturan promosi

Pembelian Produk Madu Hutan APMTN

Tata aturan pembelian

Pengembangan Jaringan Pasar

Tata aturan logo

LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Formulir Pemeriksaan Internal Pertama

Lampiran 2. Formulir Pemeriksaan Internal Kedua

Lampiran 3. Evaluasi tahunan kualitas madu hutan menurut ICS

Rekomendasi Persetujuan Inspektor

KATA SAMBUTAN

Progra m TFCA-Sum ate ra , Yayasa n KEHATI

Tingginya tekanan perambahan terhadap hutan alam terutama di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo membuat keseimbangan ekosistem lingkungan dengan kehidupan manusia semakin terancam, termasuk punahnya budaya kearifan lokal yang selama ini menjadi pedoman masyarakat setempat sebagai pelaku utama terdepan dalam menjaga kelestarian hutan. Sejarah lokal sangat erat kaitannya antara masyarakat lokal dengan keberadaan hutan (tanah adat) sebagai ruang yang menjadi sumber ekonomi masyarakat lokal serta pemanfaatan keanekaragaman hayati yang dikelola secara lestari. Salah satu pemanfaatan keanekaragaman hayati oleh masyarakat secara tradisional adalah madu alami.

Madu bagi masyarakat Tesso Nilo secara sejarah dan budaya telah menjadi bagian yang tak terpisahkan. Madu juga memiliki hubungan erat dengan kearifan tradisional di Tesso Nilo dalam menjaga kelestarian hutan. Di Tesso Nilo, madu alam banyak terdapat dalam berbagai jenis pohon Sialang, sehingga pemanfaatan madu alami di Tesso Nilo membutuhkan sebanyak mungkin keberadaan pohon Sialang dan tumbuhan lain sebagai sumber pakan bagi lebah madu. Di sisi lain, permintaan pasar terhadap madu alam, termasuk madu alam dari Tesso Nilo terus meningkat, sehingga pengelolaan madu alami secara lestari merupakan suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan pengelolaan madu alam di Tesso Nilo secara lestari, diperlukan suatu panduan yang mudah difahami dan mudah dilakukan oleh masyarakat setempat. Untuk itulah Konsorsium Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo dengan dukungan dari Program TFCA-Sumatera menyusun Buku Manual atau Panduan Pengelolaan Madu Hutan Tesso Secara Lestari. Buku ini memuat informasi tentang proses dan sistem pengelolaan serta pemanenan lebah madu hutan secara lestari oleh kelompok petani madu Tesso Nilo. Kami berharap apa yang dilakukan oleh para petani madu di Tesso Nilo Untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan pengelolaan madu alam di Tesso Nilo secara lestari, diperlukan suatu panduan yang mudah difahami dan mudah dilakukan oleh masyarakat setempat. Untuk itulah Konsorsium Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo dengan dukungan dari Program TFCA-Sumatera menyusun Buku Manual atau Panduan Pengelolaan Madu Hutan Tesso Secara Lestari. Buku ini memuat informasi tentang proses dan sistem pengelolaan serta pemanenan lebah madu hutan secara lestari oleh kelompok petani madu Tesso Nilo. Kami berharap apa yang dilakukan oleh para petani madu di Tesso Nilo

Program TFCA-Sumatera menyediakan dukungan bagi program konservasi hutan tropis pulau Sumatera yang mengarusutamakan pemberdayaan masyarakat setempat baik secara kelembagaan maupun ekonomi. Dukungan pemberdayaan ekonomi diutamakan pada pemanfaatan keanekaragaman hayati secara lestari dan pemafaatan hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan, termasuk madu alami yang banyak terdapat di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo.

Pemanfaatan madu alami yang dikelola secara lestari diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tesso Nilo, yang secara langsung atau tak langsung akan berdampak nyata pada konservasi hutan yang juga menjadi habitat Gajah Sumatera tersebut.

Akhir kata, kami ucapkan selamat dan terima kasih kepada tim penulis dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Buku ini akan memberikan manfaat bukan hanya bagi petani madu di Tesso Nilo tetapi bagi masyarakat secara luas yang mengelola madu hutan. Semoga..

Jakarta 21 Februari 2013

Samedi, Phd Direktur Program TFCA-Sumatera Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia, KEHATI

Madu Hutan Tesso Nilo

Sebuah Upaya untuk Petani Kecil dan Keberlanjutan Lingkungan

Keika mendapat undangan dari WWF Riau pada bulan Oktober tahun 2009 untuk memfasilitasi pelaihan sistem kontrol internal (ICS) kepada petani-petani Madu di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo, terbayang dalam benak beberapa pertanyaan yang cukup menganggu, diantaranya adalah bagaimana kesulitan petani-petani madu tersebut untuk dapat terus memanen madu dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. Belum lagi, kesulitan mereka untuk beradaptasi dengan tuntutan pasar untuk dapat membukikan bahwa madu hutan yang dihasilkan adalah benar-benar telah memenuhi standar kualitas yang diinginkan.

Namun setelah berinteraksi selama 4 hari pelaihan; 14-17 Oktober 2009, pertanyaan- pertanyaan tersebut dapat terjawab dengan semangat dan kemauan dari petani-petani tersebut untuk pertama meningkatkan kualitas mutu madu yang mereka hasilkan dalam rangka memenuhi permintaan pasar atau konsumen dan kedua mengubah pola kebiasaan dari idak melakukan pencatatan menjadi mencatat semua proses serta menghindari pemanenan dan pasca panen madu yang dapat mengancam kelestarian lingkungan kawasan Taman Nasional Tesso Nilo yang hakekatnya adalah juga untuk keberlanjutan mata pencaharian mereka dalam mengelola madu hutan.

Panduan ini, menjadi sangat pening paling idak untuk dua hal. Pertama sebagai panduan bagi petani-petani madu anggota kelompok dalam menjalankan sistem kendali mutu produk madunya dan kedua sebagai bahan informasi bagi parapihak; mulai dari petani non anggota, pihak Taman Nasional Tesso Nilo, pemerintah daerah dan pusat serta khususnya konsumen madu untuk memahami betapa sesungguhnya upaya-upaya petani kecil dalam hal ini petani madu hutan Tesso Nilo telah berupaya untuk menjaga kelestarian hutan di sekitar kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dengan menerapkan sistem kendali internal (ICS) yang tentunya idaklah mudah bagi mereka.

Harapannya, upaya ini mendapat penghargaan yang layak dari para pihak yang berinteraksi dengan Asosiasi Petani madu Hutan Tesso Nilo (APMTN) ini. Kelestarian hutan dan Harapannya, upaya ini mendapat penghargaan yang layak dari para pihak yang berinteraksi dengan Asosiasi Petani madu Hutan Tesso Nilo (APMTN) ini. Kelestarian hutan dan

Bogor, 17 Desember 2011

Rasdi Wangsa Aliansi Organis Indonesia (AOI)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan madu hutan untuk konsumsi atau pengobatan telah dilakukan ribuan tahun yang lalu oleh berbagai bangsa di dunia termasuk Indonesia (Nusantara waktu itu). Catatan sejarah mengenai madu hutan di Indonesia terjadi sejak dahulu terutama saat perdagangan rempah-rempah dan madu hutan oleh pedagang-pedagang nusantara dan asia. Kerajaan Sriwijaya abad ke 9 Masehi, telah memanfaatkan madu sebagai komoditas utama dari komoditas lain misalnya rempah-rempah, hasil pertanian dan perkebunan seperi getah karet. Bagi masyarakat Indonesia, India, Filipina dan Nepal telah menggunakan madu sebagai bagian pengobatan di masa-masa itu.

Sekarang madu menjadi komoditas yang pening dan bervariaif, selain dikonsumsi secara langsung, madu juga telah dikembangkan dengan berbagai macam produk makanan lainnya seperi bahan campuran makanan dan minuman. Selain itu, madu dapat digunakan untuk produk bukan makanan seperi sabun. Sarang madu dapat digunakan untuk pembuatan produk kerajinan lilin madu. Di beberapa tempat di Indonesia, madu adalah komoditas unggulan yang memberikan peningkatan ekonomi masyarakat. Madu juga menjadi bagian dari idenitas sosial masyarakat adat di Indonesia.

Kawasan hutan Tesso Nilo di Provinsi Riau merupakan salah satu lokasi penghasil madu hutan. Sekitar 400 hingga 500 pohon Sialang, tempat lebah hutan bersarang terdapat

di wilayah Tesso Nilo. Ini merupakan jumlah yang signiikan dari sisi ekonomi kepada masyarakat petani madu di sekitar Tesso Nilo. Hasil survei yang dilakukan oleh WWF tahun 2009-2010 menunjukkan bahwa potensi madu di kawasan hutan Tesso Nilo sebesar 73 ton/ tahun. Kendala terbesar saat ini adalah rusaknya hutan dan penebangan pohon Sialang. Rusaknya hutan sekitar pohon Sialang di Tesso Nilo menyebabkan kekhawairan banyak petani madu hutan karena mereka akan kehilangan mata pencaharian serta warisan anak cucu mereka terancam.

Sekitar tahun 2004, petani madu mulai berpikiran untuk melakukan pengelolaan madu secara lestari. Pandangan ini juga didukung oleh masyarakat lainnya dan lembaga yang peduli terhadap kelestarian madu Tesso Nilo. Pengelolaan madu secara lestari dilakukan melalui peningkatan mutu produk madu serta memperhaikan kelestarian lingkungan. Dengan demikian jika syarat di atas dipenuhi diharapkan akan ada peningkatan nilai jual madu.

Apa yang dimaksud pengelolaan madu hutan secara lestari?

Pengelolaan madu hutan secara lestari adalah cara melakukan pengelolaan madu hutan dengan mengutamakan perlindungan lebah madu dan habitatnya, pengolahan dan pengemasan secara lestari. Untuk menjamin keberlanjutan kehidupan lebah madu hutan diperlukan perlindungan pohon sialang sebagai tempat lebah membuat sarang. Kualitas madu sangat tergantung pada tumbuhan yang ada disekitar pohon sialang sebagai sumber pakan atau nektar dari lebah. Jika habitat pohon sialang berada pada tanaman monokultur (sawit maupun akasia) maka kualitas dari madu tersebut akan menurun oleh karena residu pesisida dan herbisida yang diberikan kepada tanaman kebun tersebut. Disamping hal tersebut di atas, pohon sialang idak dapat hidup sendiri, arinya harus ada kepungan pohon yang lain sebagai pelindung dan menyediakan pakan oleh lebah penghasil madu.

Proses pemanenan dengan hanya mengambil kepala sarang yang berisi madu dan menyisakan madu untuk sumber makanan anak lebah yang ada dalam sarang, juga merupakan hal yang pening dan harus dilakukan oleh petani madu. Hal ini terkait dengan kelangsungan hidup koloni lebah untuk keberlanjutan dan keseimbangan alam. Pengambilan sarang lebah hanya kepada kepala sarang mempersingkat jarak pemanenan yang dulunya diatas lima bulan, sekarang dapat dilakukan dalam waktu iga bulan sekali.

Dalam prakteknya, hanya sedikit petani madu menerapkan proses panen secara lestari dan beberapa saja yang menerapkan proses pengolahan dan pengemasan yang diperbaharui mengikui permintaan konsumen yang semakin kriis. Mulai tahun 2009 sampai saat ini, Dalam prakteknya, hanya sedikit petani madu menerapkan proses panen secara lestari dan beberapa saja yang menerapkan proses pengolahan dan pengemasan yang diperbaharui mengikui permintaan konsumen yang semakin kriis. Mulai tahun 2009 sampai saat ini,

Pendataan oleh WWF-Indonesia di 16 desa di sekitar kawasan hutan Tesso Nilo mencatat sedikitnya 490 pohon Sialang. Seiap pohon rata-rata memiliki 10 - 50 sarang yang dapat menghasilkan madu hutan sebanyak 80 – 500 kg. Sehingga potensi madu hutan yang dapat dihasilkan dari ke-16 desa tersebut berkisar 7.500 – 25.000 kg dalam satu kali masa panen.

Semakin populernya madu hutan di kalangan masyarakat turut berperan dalam peningkatan pemanfaatan hasil hutan non kayu oleh masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang menjadi sentra penghasil madu hutan terbesar di Riau. Terdapat 22 desa sebagai daerah penghasil madu hutan di sekitar TNTN

Apa maksud dan tujuan Panduan Manual?

Besarnya potensi madu di Tesso Nilo menjadi sumber mata pencaharian masyarakat yang pening. Hal ini tentunya memberikan keuntungan bagi masyarakat. Namun pencurian madu bahkan penebangan pohon Sialang oleh masyarakat dan perusahaan dapat mengancam usaha petani madu. Kepeningan lainnya adalah konsumen yang semakin kriis yang menginginkan produk madu yang sehat dan bersih (higienis) dan ramah lingkungan

menyebabkan kebutuhan dalam pengelolaan madu hutan harus dilakukan secara lestari. Pengelolaan madu hutan secara lestari bertujuan untuk mempertahankan hutan yang masih menyebabkan kebutuhan dalam pengelolaan madu hutan harus dilakukan secara lestari. Pengelolaan madu hutan secara lestari bertujuan untuk mempertahankan hutan yang masih

Dari hasil penilaian untuk seriikasi, kualitas madu yang dihasilkan petani madu Tesso Nilo masih rendah sehingga kurang bisa bersaing di pasar. Hal ini disebabkan oleh proses pemanenan dan pengemasan. Mekanisme ICS (Internal Control System atau Sistem Pengontrolan Internal) yang diperkenalkan oleh LSM terutama WWF -Indonesia dan Aliansi Organis Indonesia (AOI) sangat membantu menaikkan kualitas madu hutan Tesso Nilo. Terbentuknya Asosiasi Petani madu Hutan Tesso Nilo (APMTN) dengan didukung oleh WWF- Indonesia adalah melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas madu melalui proses panen lestari dan hiegienis dengan menerapkan mekanisme ICS tersebut.

Penerapan ICS telah berlangsung hampir 2 tahun sejak dimulai tahun 2009 dan berdampak pada peningkatan kualitas madu dan harga madu. Untuk penerapan ICS secara terpadu dan berkelanjutan, APMTN membutuhkan sebuah MANUAL PANDUAN. Panduan manual ini bertujuan untuk membantu APMTN dan kelompok petani dampingannya dalam mengelola usaha madu secara lestari dan juga sebagai bahan acuan standar bagi masyarakat umum dalam penerapan pengelolaan madu hutan secara lestari.

Ruang lingkup Panduan Manual

Ruang lingkup dari panduan manual ini adalah sebagai bahan acuan APMTN (Asosiasi Petani Madu Tesso Nilo) dan anggotanya dalam menghasilkan produk madu yang berkualitas dan berkeberlanjutan. Panduan manual ini juga menjadi bahan acuan posisi APMTN dalam kerjasama dengan para pihak untuk pengelolaan madu di kawasan Tesso Nilo secara higienis dan lestari.

Gambar bagian tubuh Lebah Apis Dorsata

Daftar Istilah dan Singkatan

APMTN : Asosiasi Petani Madu Hutan Tesso Nilo TNTN

: Taman Nasional Tesso Nilo

WWF-Indonesia : World Wide Fund for Nature merupakan organisasi konservasi

di Indonesia

Aliansi Organis Indonesia (AOI) : Organisasi masyarakat sipil yang mempromosi pertanian organik dan perdagangan berkeadilan di Indonesia Pohon Sialang

: Pohon yang dihinggapi koloni lebah hutan dan bersarang

didahannya

Hak Ulayat : Hak secara bersama masyarakat adat dalam kepemilikan

kawasan hutan

FMTN : Forum Masyarakat Tesso Nilo (organisasi masyarakat dari empat kabupaten yang berada di sekitar Tesso Nilo) BTNTN

: Balai Taman Nasional Tesso Nilo

Lebah : Penamaan tawon madu hutan dari jenis Apis Dorsata Kepala Lambuk

: Bagian dari sarang lebah yang berisi madu Cik Asam

: Bagian yang terdapat di sarang lebah dengan ciri khas rasa

asam

Tunam : Kulit kayu jangkang yang diikat jadi satu yang menghasilkan bara api jika dibakar. Alat ini digunakan untuk mengusir lebah dari sarangnya.

Tali binik : Tali yang digunakan untuk menurunkan madu dari atas

pohon Sialang.

Tali kalang dahan : Tali yang digunakan untuk mengikat imba di dahan pohon

yang akan dipanen madunya.

Tombai : Nyanyian atau puji – pujian untuk permohonan keselamatan yang disenandungkan keika akan memanjat pohon Sialang. Lie

: Kayu yang diikatkan sejajar ke batang Sialang yang digunakan untuk membantu pemanjat memanjat pohon Sialang Lantak

: Kayu dan bambu yang dimasukkan/ditanamkan ke batang

pohon Sialang

Tuki : Kayu yang dipasang di pangkal pohon yang digunakan untuk

naik

Sungkit : Anak kayu yang diikatkan di lie yang digunakan untuk tangga

untuk memanjat pohon Sialang

Dahan Jambang : Dahan pertama yang didapai keika memanjat pohon Sialang Pucuk Payung

: Dahan yang terdapat paling atas dari pohon Sialang Pisau kalang dahan

: Pisau yang terbuat dari kayu yang digunakan untuk memotong bagian kepala madu di atas pohon Sialang. Di beberapa tempat dikenal dengan isilah lain seperi sudip (di Kabupaten Pelalawan), sudik (di Kabupaten Kampar)

BAB II ORGANISASI DAN KERJASAMA

Pengorganisasian adalah hal yang pening dalam pengelolaan sebuah kegiatan karena di dalam sebuah organisasi, kegiatan akan berlangsung secara sistemais, memiliki rencana yang dapat dihitung target, sasaran dan kemampuan dari orang-orang yang melakukan kegiatan tersebut. Dalam pengelolaan madu hutan secara lestari, organisasi sangat diperlukan terutama dalam menjamin standar kualitas madu hutan dari sisi kealamiahannya, kualitas atau idak terkontaminasi senyawa kimia berbahaya dan menjamin keberlangsungan stok madu hutan dalam jangka panjang. Dalam Internal Control System/ICS (Sistem Pengontrolan Internal), standar pengorganisasian dilakukan melalui Asosiasi Petani Madu Hutan.

APMTN ( Asosiasi Petani Madu Tesso Nilo) adalah organisasi para petani madu di sekitar hutan Tesso Nilo. Hingga kini, organisasi ini telah 1,5 tahun mengaplikasikan tata aturan standar ICS dalam pengelolaan madu hutan lestari. Fungsi dari asosiasi ini selain menjamin standar kualitas madu dari petani dan menjamin keberlanjutan stok madu adalah mengembangkan dan membina hubungan imbal balik dengan petani dan memperkuat jaringan kerja antara anggota asosiasi yang berfungsi menjaga kualitas dan ketersediaan produk. Asosiasi ini juga berperan mendorong terciptanya pasar yang baik untuk menyerap produk-produk madu hutan yang telah dikontrol oleh asosiasi. Mekanisme ini akan menjamin kualitas produk hingga ke tangan konsumen atau pembeli. Pola hubungan antara asosiasi dengan petani adalah pola hubungan PENGUMPUL dan PETANI. Asosiasi berindak sebagai APMTN ( Asosiasi Petani Madu Tesso Nilo) adalah organisasi para petani madu di sekitar hutan Tesso Nilo. Hingga kini, organisasi ini telah 1,5 tahun mengaplikasikan tata aturan standar ICS dalam pengelolaan madu hutan lestari. Fungsi dari asosiasi ini selain menjamin standar kualitas madu dari petani dan menjamin keberlanjutan stok madu adalah mengembangkan dan membina hubungan imbal balik dengan petani dan memperkuat jaringan kerja antara anggota asosiasi yang berfungsi menjaga kualitas dan ketersediaan produk. Asosiasi ini juga berperan mendorong terciptanya pasar yang baik untuk menyerap produk-produk madu hutan yang telah dikontrol oleh asosiasi. Mekanisme ini akan menjamin kualitas produk hingga ke tangan konsumen atau pembeli. Pola hubungan antara asosiasi dengan petani adalah pola hubungan PENGUMPUL dan PETANI. Asosiasi berindak sebagai

PENGUMPUL PETANI

Pemilik Asosiasi Petani

Pohon Sialang Madu Hutan

Pemanjat Pohon Sialang

KELOMPOK PETANI

Tabel 2.1. Pola Hubungan Asosiasi Petani Madu Hutan dengan Petani Madu Hutan

Hubungan Asosiasi Petani Madu Hutan dengan Petani Madu Hutan sebagai berikut:

1. Petani sebagai anggota asosiasi dan asosiasi sebagai pembina petani.

2. Asosiasi memiliki tanggungjawab untuk memasarkan madu dari petani dan membeli madu sesuai harga yang telah disepakai bersama dan petani mematuhi aturan-aturan yang dibuat bersama asosiasi

3. Asosiasi memberikan pengetahuan dan pengarahan tentang cara pengelolaan madu secara lestari sehat dan alami terutama dalam menjamin kualitas dan keberlanjutan madu hutan untuk jangka panjang

4. Asosiasi menyediakan perlengkapan yang diperlukan petani

5. Petani harus memahami kuota pembelian yang ditentukan oleh asosiasi

6. Asosiasi membuat kesepakatan harga dengan petani

Struktur Asosiasi dan Kelompok Tani Asosiasi Petani Madu Hutan

Struktur organisasi asosiasi petani madu terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara yang berindak sebagai pengurus. Asosiasi mengkoordinir para petani madu hutan dalam suatu wadah yaitu kelompok-kelompok tani madu hutan yang telah mengikui standar ICS dalam pengelolaan madu hutan lestari.

Visi dari asosiasi adalah terciptanya keseimbangan antara kelestarian hutan Tesso Nilo dan kesejahteraan petani madu hutan di sekitar kawasan Taman Nasional Tesso Nilo.

Misi asosiasi adalah meningkatkan kualitas dan potensi ekonomi produk madu hutan Tesso Nilo beserta hutan kepungan sialang melalui usaha-usaha yang memperhaikan kelestarian hutan, lebah hutan serta keselamatan dan kesehatan petani yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup petani madu hutan.

Struktur organisasi asosiasi APMTN (Asosiasi Petani Madu Tesso Nilo) adalah sebagai berikut;

Ketua Kelompok

Sekretaris

Bendahara

Anggota A

Anggota B

Anggota C

Tabel 2.2. Struktur organisasi Asosiasi Petani Madu Hutan Tesso Nilo

TUGAS DAN FUNGSI DARI PENGURUS ASOSIASI: Ketua Asosiasi

1. Memberikan pengarahan tentang pengelolaan panen lestari

2. Mengkoordinir seiap anggota kelompok dalam hal penerapan panen lestari

3. Menyampaikan hasil yang didapat jika ada pelaihan dari luar kepada anggota petani madu

4. Mengkoordinir organisasi

5. Memasikan kualitas produk madu sesuai ICS dan aturan yang dibuat bersama

6. Mengkoordinir kerjasama dengan organisasi pendamping

Sekretaris

1. Mendokumentasikan semua data dan informasi petani anggota

2. Mencatat hasil pembelian dan penjualan madu tahunan

3. Mendampingi proses panen madu

Bendahara:

1. Mencatat kas masuk dan kas keluar

2. Membayar pembelian madu dari petani

3. Mencatat hasil penjualan madu dan tanda terima uang

4. Mencatat aset asosiasi. Bagian Pengolahan dan Gudang (jika diperlukan)

Kelompok Tani Madu Hutan

Kelompok tani madu hutan memiliki struktur organisasi yang terdiri dari ketua kelompok, inspektor dan bendahara. Ketua kelompok dipilih oleh anggota-anggota kelompok yang tergabung dalam kelompok tani tersebut. Keberadaan kelompok tani madu hutan bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan kualitas madu serta menjaga kelestarian pohon Sialang dan kepungan hutannya agar idak punah.

Struktur organisasi kelompok tani adalah sebagai berikut;

Ketua Kelompok

Bendahara

Inspektor

Komisi Persetujuan

Anggota A

Anggota B

Anggota C

Pemilik/ Pemanjat

Tabel 2.3. Struktur Organisasi Kelompok Tani Madu Hutan Tesso Nilo

TUGAS DAN FUNGSI: Ketua Kelompok Tani

1. Mengatur waktu panen

2. Mempersiapkan peralatan ( peralatan dikumpulkan di rumah ketua )

3. Mengkoordinir anggota dalam perlindungan dan pemanenan sesuai kuota yang disepakai

Inspektor

1. Memeriksa dan melakukan survei Sialang yang akan dipanen

2. Memeriksa proses panen dan pasca panen

3. Mengisi Formulir Inspeksi Sialang dan Pasca Panen serta diserahkan ke pengurus asosiasi (Komisi Persetujuan)

4. Menentukan jumlah dan hasil yang didapat seiap kali panen

Komisi Persetujuan

1. Mempelajari Formulir Inspeksi Sialang dan Pasca panen yang dibuat oleh inspektor

2. Melakukan pertemuan/rapat untuk memutuskan status petani anggota apakah telah memenuhi standar kualitas kelompok atau belum.

3. Mengirimkan hasil pertemuan atau rapat tentang status madu anggota kepada ketua kelompok dan bagian pembelian sebagai acuan untuk melakukan pembelian madu

Bendahara

1. Mencatat seiap kas masuk dan kas keluar

2. Pengelolaan kas untuk kepeningan kelompok

Organisasi luar dan mekanisme kerjasama

Organisasi luar adalah organisasi atau insitusi di luar asosiasi dan petani. Organisasi luar ini melipui perusahaan, pemerintah baik itu pusat maupun daerah, LSM, forum masyarakat serta individu-individu. Organisasi luar ini dapat berindak sebagai distributor dan pemasaran produk madu hutan Tesso Nilo untuk kategori perusahaan. Sedangkan untuk yang lain dapat diposisikan sebagai pendamping, memberi bantuan (dana maupun teknis), promosi dan pemasaran produk. Otoritas pengumpul adalah asosiasi dan otoritas pemanenan atau hasil produk adalah petani sehingga organisasi luar dalam kerjasama idak berindak sebagai pengumpul hasil dari petani madu hutan.

Pola hubungan antara organisasi luar dengan asosiasi dan petani adalah sebagai berikut;

Pendamping , bantuan promosi dan pemasaran

Kelompok Petani

Organisasi Pendukung

Tabel 2.4. Pola hubungan organisasi luar dengan asosiasi (pengumpul) dan petani

Lingkup kegiatan organisasi luar yang ingin bekerjasama dengan asosiasi dan petani;

1. Memberikan pendampingan kepada asosiasi.

2. Memberikan bantuan permodalan dan peralatan.

3. Memasarkan produk dari asosiasi.

4. Memberikan pelaihan kepada asosiasi dan anggota

5. Membeli produk dari asosiasi Mekanisme kerjasama organisasi luar dengan asosiasi adalah sbb;

1. Adanya kontrak kerjasama penjualan dan pembelian madu asosiasi.

2. Organisasi luar menyepakai harga yang ditentukan asosiasi.

3. Menyepakai kerjasama lainnya sesuai kesepakatan bersama atau sesuai prinsip-prinsip kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

BAB III STANDAR PENGELOLAAN MADU LESTARI

Perlindungan Sialang dan Kepungannya

Upaya perlindungan memfokuskan pada lebah madu dan habitatnya. Lebah madu hutan Tesso Nilo (Apis dorsata) memiliki populasi yang cukup melimpah di Tesso Nilo. Kriteria kelimpahan lebah madu adalah dari faktor makanan dan tempat inggal atau habitat. Makanan didapat dari beraneka ragam terutama nektar dari tumbuh-tumbuhan yang berbunga di hutan Tesso Nilo. Apabila tumbuh-tumbuhan hutan yang berbunga ini dapat dipertahankan maka lebah madu hutan dapat dipertahankan keberadaannya. Namun apabila hutan habis, lebah madu hutan akan menurun jumlahnya bahkan punah, tegakan pohon Sialang juga punah sehingga lebah madu idak bertengger lagi. Hal ini akan menyebabkan produksi madu menurun drasis dan memaikan ekonomi masyarakat petani madu. Tempat inggal lebah madu adalah di pohon-pohon inggi dan terlihat dominan dengan anak cabang pohon yang cenderung horizontal. Pohon Sialang dijadikan sebagai tempat inggal lebah untuk berkembang biak dan bersarang. Tempat lainnya untuk mencari makan adalah tumbuh-tumbuhan di sekitar pohon Sialang tersebut yang disebut kepungan Sialang.

1. Peraturan Adat

Secara tradisional masyarakat Tesso Nilo telah mengupayakan perlindungan Sialang. Salah satu upaya perlindungan tersebut adalah pengenaan denda adat bagi yang menumbang atau menebang pohon Sialang. Di masa kini, ada dua mekanisme perlindungan pohon Sialang yaitu perlindungan secara adat dan secara formal sebagai tata aturan negara. Perlindungan secara adat masih terlihat sampai saat ini, misalnya pada tahun 2006 di Kabupaten Kuantan Singingi, ada satu perusahaan yang didenda lewat aturan adat yakni membayar uang denda dan satu ekor kerbau akibat menebang pohon Sialang di salah satu blok konsesinya.

Beberapa tata aturan adat masih berlaku diantaranya pembagian hasil madu dari sengketa kepemilikan pohon Sialang yang diisilahkan dengan nama “pancung ale”. Sistem pembagiannya adalah: 2 % dari hasil madu, 1 % untuk adat, 1% untuk desa. Seiap kepungan Sialang dikuasai oleh ninik mamak/ pemangku adat setempat, apabila terjadi persengketaan

maka ninik mamak akan mencari jalan penyelesaiannya. Seandainya Sialang dirusak, anak kemenakan ataupun pihak lain diberikan sanksi menurut adat yang berlaku di daerah setempat yang disebut keluang nan bakobo onge nan batanjung. Denda adat yang berlaku salah satunya adalah berupa :

§ Satu ekor kerbau + memberi makan orang satu kampung § Kain puih/ kain kafan sepanjang batang Sialang (dari pangkal kayu sampai ke ujung kayu

Sialang)

2. Peraturan Negara

Perlindungan Sialang dapat dilakukan dengan pembuatan Peraturan Desa atau Perdes sebagai peraturan dari unit terkecil masyarakat yaitu desa. Peraturan desa sebenarnya menjembatani peraturan adat karena peraturan desa disebut sebagai unit terkecil peraturan negara yang secara legal formal diakui oleh negara. Di atas peraturan desa dapat didorong pula ke arah Peraturan Bupai atau Perbup maupun Perda. Peraturan Bupai tentang perlindungan Sialang yang telah ada saat ini adalah Perbup atau Peraturan Bupai Kuantan Singingi.Adanya Perdes dan Perbup ini mendorong masyarakat selain masyarakat petani madu untuk ikut menjaga dan melindungi Sialang dan kepungannya di wilayah itu.

APMTN (Asosiasi Petani Madu Tesso Nilo) telah mendorong adanya peraturan negara tentang perlindungan Sialang melalui berbagai langkah sebagai berikut;

a. Melakukan sosialiasi kepada pemilik Sialang dan pemanjat tentang peningnya perlindungan Sialang APMTN berdiskusi dengan pihak adat dan pemerintah desa untuk membuat regulasi perlindungan Sialang

b. Mendorong lahirnya Perdes (Peraturan Desa)

c. Mendorong ditegakkan atau dijalankannya aturan adat

d. Mendorong lahirnya Perbub atau Perda yang mengatur perlindungan pohon Sialang dan hutan kepungannya.

Rehabilitasi Sialang dan Kepungannya

Upaya rehabilitasi Sialang dan hutan kepungannya sangat pening untuk tujuan perlindungan Sialang dan hutan kepungannya. Rehabilitasi juga menjaga keberlanjutan kehidupan lebah madu dan meningkatkan kualitas dari madu lebah itu sendiri. Beberapa jenis tumbuhan yang menjadi rujukan rehabilitasi tumbuhan yang berbunga dan mengandung nektar yang pening sebagai makanan madu dan berbagai jenis pohon penaung lainnya. Penanaman pohon yang dikategorikan Sialang juga diperbanyak.

Beberapa pohon Sialang yang dapat ditanam:

1. Imbo keluang (Kruing)

2. Sulu batang

3. Cempedak air

4. Rengas

5. Kedondong Hutan

6. Pudu Beberapa jenis tumbuhan yang pening sebagai kepungan Sialang karena keberadaannya di

sekitar pohon Sialang dan memiliki bunga yang melimpah adalah sebagai berikut;

12. tanaman lokal lainnya

Standar sebelum Pemanenan

Sebelum pemanenan, kelompok tani dapat melakukan survei pohon Sialang yang dimilki kelompok. Formulir pengisian seperi di lampiran 1 diisi oleh kelompok tani. Formulir ini ditanda tangani oleh ketua kelompok tani dan inspektor (lihat Lampiran 1). Beberapa hal yang pening diperhaikan sebelum pemanenan atau survei adalah memberikan kode atau tanda pada pohon Sialang yang akan dipanen atau tanda pohon Sialang yang dimiliki petani pemilik dan sebagai anggota kelompok. Tanda atau kode tersebut bersifat permanen atau Sebelum pemanenan, kelompok tani dapat melakukan survei pohon Sialang yang dimilki kelompok. Formulir pengisian seperi di lampiran 1 diisi oleh kelompok tani. Formulir ini ditanda tangani oleh ketua kelompok tani dan inspektor (lihat Lampiran 1). Beberapa hal yang pening diperhaikan sebelum pemanenan atau survei adalah memberikan kode atau tanda pada pohon Sialang yang akan dipanen atau tanda pohon Sialang yang dimiliki petani pemilik dan sebagai anggota kelompok. Tanda atau kode tersebut bersifat permanen atau

Tahapan sebelum pemanenan dan alat-alat standar pemanenan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Tahapan sebelum pemanenan madu hutan

1. Survei Sialang § Survei dilakukan hanya pada Sialang yang dimiliki oleh kelompok

§ Harus memberikan kode/tanda pada pohon sialang yang ditemui dan mengisi formulir yang disediakan oleh APMTN

§ Memasang pelindung seng pada pohon Sialang yang akan dipanen

2. Menentukan lokasi panen § Dilarang memanen sarang yang masih muda

§ Harus membuat sketsa peta lokasi pohon Sialang yang akan dipanen

3. Mempersiapkan peralatan panjat : a. Tunam

1 buah

b. Ember

2 buah

c. Timba

1 buah

d. Jerigen 2 buah: Terbuat dari plasik berwarna puih e. Corong

1 buah: Terbuat dari plasik dan dalam f. Kain tenda

keadaan bersih

g. Ketapel

1 set

h. Tali tunam

1 buah

i. Tali imba

1 set

j. Tali pengaman

1 set

k. Baju lengan panjang

1 set

l. Celana panjang 3 lapis untuk pemanjat dan penyambut m. Sarung tangan karet

3 lapis untuk pemanjat dan penyambut n. Sarung tangan panjat

2 lapis untuk pemanjat dan penyambut o. Kaos kaki

2 pasang untuk pengolah p. Sebo

3 lapis untuk pemanjat dan penyambut q. Parang

1 untuk pemanjat dan penyambut r.

Pisau baja

1 untuk pemanjat

s. Peluru imah

1 untuk pengolah

t. Tali pancing

4 buah

u. Tali nilon untuk sambungan

1 rol

v. Tali pancing untuk ketapel

1 tukal

w. Kain saring

Saat Pemanenan (Panen malam hari)

Proses panen dimulai dari pemanjat sampai di lokasi pohon Sialang. Ada beberapa standar cara pemanenan madu Sialang yang lestari dimulai dari berdoa dan melantunkan nyanyi-nyanyian sebelum pemanjatan untuk minta restu dari Yang Maha Kuasa. Kemudian memanjat dengan cara pemanjatan dan penggunaan tali panjat dan dilanjutkan dengan pengambilan sarang lebah madu yang lestari tanpa merusak atau menghilangkan koloni lebah di pohon Sialang. Dalam kegiatan pemanenan, inspektor mengikui kegiatan pemanenan dan formulir isian saat pemanenan diisi oleh inspektor (Lampiran 2). Inspektor juga dapat langsung mengisi formulir isian pasca panen saat madu hutan telah diambil dan penirisan madu di lokasi pohon Sialang dimulai atau pada saat penirisan di lokasi khusus untuk penirisan. Form isian pasca panen dapat dilihat dalam lampiran 3.

Tahapan – tahapan saat pemanenan dapat dilihat dalam tabel 2. di bawah ini;

Tabel 2. Tahapan saat pemanenan madu hutan

1. Menembakkan ketapel pada dahan yang kuat

2. § Menaikan tali madu (ditarik dengan tali nilon) § Mengikat tali madu dengan tali pengaman § Menurunkan tali madu § Menaikkan tali pengaman

3. Memakai baju (untuk pemanjat dan penyambut ) dan membakar tunam

4. Memasang tali pemanjat susuai cara yang bisa dipakai

5. Pemanjat menuju pohon Sialang, kemudian ditarik oleh penyambut dan pengolah

6. Mengikatkan tali pengaman di dahan terdekat dari pemanjat dimana jaraknya idak boleh kurang dari 5 meter

7. Pemanjat menyapu sarang dengan tunam dengan perlahan-lahan agar idak merusak sarang lebah

8. Pemanjat memotong sarang madu tapi idak memotong anak sarang sehingga menyisakan madu untuk anak lebah

9. Pemanjat memasukan madu ke imba kemudian ditarik turun secara hai-hai

10. Madu disambut dan dikeluarkan dari imba oleh penyambut dan diserahkan ke petugas pengolahan

Peralatan yang digunakan dalam pemanenan seperi pisau stainless steel dan jerigen atau alat imba untuk menampung madu harus bersih.

Pasca Pemanenan

Proses pasca panen menentukan kualitas madu hutan. Beberapa upaya pada pasca pemanenan dimulai dari penyiapan tempat yang harus higienis (bersih dan sehat), penyaringan yang bersih dan sehat dengan kain saring yang bersih, penggunaan galon atau jerigen yang juga bersih, penggunaan pisau iris yang ani karat, penggunaan masker atau baju pelindung dan tutup kepala saat melakukan penirisan dan pemrosesan, sampai proses penyimpanan madu hutan agar idak terkontaminasi atau terpapar sinar matahari. Tahapan- tahapan pasca pemanenan dapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 3. Tahapan pasca pemanenan madu Sialang dan tambahan proses pengemasan menurut APMTN dan WWF- Indonesia

Pengolahan § Menyiapkan tenda dan tempat yang bersih § Menyiapkan kain saring dan corong ke galon jerigen. Kain

saring dan corong ditempatkan di lubang jerigen dalam kondisi bersih (saringan khusus dari nilon dengan beberapa mess (ukuran)

§ Dengan menggunakan sarung tangan, madu diiris dengan pisau baja ani karat (pisau bersih), kemudian diiriskan dengan saringan. Sisa sarang lebah dimasukkan ke dalam wadah untuk

dimanfaatkan menjadi lilin § Jerigen ditutup rapat setelah pengolahan penirisan selesai

Penyimpanan § Jerigen berisi madu disimpan jauh dari bensin dan minyak, aman dari jangkauan anak – anak dan terhindar dari semut § Kondisi tempat penyimpanan harus bersih

§ Dilarang merokok di tempat penyimpanan madu § Penyimpanan madu dihindarkan dari sinar matahari langsung.

Madu ditutup rapat selama penyimpanan dan idak boleh sering dibuka.

Secara umum Pohon Sialang dapat dikenali dengan mudah keika dibandingkan dengan pohon-pohon

lain disekitarnya, karena pohon sialang memiliki keinggian rata-rata 50 m dan batangnya berdiameter 2 m.

Pemanenan siang hari

Di beberapa lokasi di Tesso Nilo, pemanenan dilakukan di siang hari. Sedikit berbeda dengan panen yang dilaksanakan di malam hari terutama saat bulan idak muncul sama sekali. Alat pelindung pada malam hari saat bulan idak muncul atau keadaan gelap gulita, pemakaian masker pelindung dapat diabaikan. Tetapi saat bulan ada, penggunaan masker pelindung

adalah kewajiban. Pada siang hari yang terang benderang, penggunaan masker pelindung, penutup badan yang

tebal menutupi seluruh tubuh pemanjat adalah keharusan. Hal ini juga berlaku bagi orang yang berada di bawahnya atau orang-orang yang membantu pemanenan dan berada di lokasi pohon Sialang yang dipanen sampai radius 50 m. Penggunaan masker atau pelindung ini untuk menghindarkan diri dari sengatan lebah dan akibat fatal yang diimbulkan sengatan atau serangan lebah tersebut.

Tahapan-tahapan pemanenan siang hari adalah sebagai berikut;

Sebelum pemanenan

No. Tahapan

Aturan

1. Survei Sialang § Survei dilakukan hanya pada Sialang yang dimiliki oleh kelompok

§ Memberikan kode/tanda pada pohon Sialang

yang ditemui

2. Menentukan lokasi panen § Dilarang memanen sarang yang masih muda

dengan ciri:

1. Sarang madu masih ipis

2. Warna hitam § Madu yang siap panen:

1. Sarang madu telah tebal

2. Lobang tempat madu pada sarang sudah tertutup penuh

§ Membuat sketsa peta lokasi pohon Sialang

yang akan dipanen

No. Tahapan

Aturan

3. Mempersiapkan alat untuk § Menggunakan pakaian lengkap : panen

1. Baju tangan panjang tebal; 2 lapis

2. Sarung tangan karet ;2 lapis

3. Sebo atau topeng; 1 buah

4. Celana panjang; 2 lapis

5. Kaos kaki; 2 lapis § Membawa alat panjat yang bersih, seperi :

1. Pisau ani karat (Stainless steel)

2. Parang

3. Tali imba § Membawa perlengkapan panen :

1. Ember

2. Jerigen puih

Saat panen

4. Pemananen § Pemanjat mengunakan pakaian lengkap § Pemanjat membawa tali dan 1 buah ember § Setelah pemanjat sampai di sarang,

menyapukan tunam di sarang untuk mengusir lebah

§ Mengambil hanya kepala sarang madu dan meninggalkan anakan lebah § Memasukkan sarang madu ke ember

§ Madu diturunkan dengan perlahan

Pasca panen

5. Pengolahan § Membuat salur/ tempat penyaringan madu § Letakkan sarang madu di atas salur § Diamkan satu jam diatas salur hingga madu

berheni menetes. Sisa sarang dimasukakan kedalam wadah untuk dimanfaatkan menjadi lilin.

6. Penyimpanan § Disimpan didalam jerigen dan ditutup rapat

Pengemasan secara higienis dan perlengkapannya

Setelah semua tahapan di atas selesai, dilakukan pengemasan madu hutan. Tujuan dari pengemasan adalah agar produk madu diterima pasar. Pengemasan madu dilakukan asosiasi dan kelompok tani. Pengemasan madu curah dilakukan oleh kelompok tani sesuai standar yang diberikan dari asosiasi dan atas nama pengumpul yakni asosiasi. Pengemasan madu hutan dalam botolan dan berlogo dilakukan oleh asosiasi dan sentra-sentra yang ditunjuk oleh asosiasi.

Standarisasi pengemasan madu hutan yang dipasarkan yaitu madu curah dan dalam kemasan botol adalah sebagai berikut;

Pengemasan madu curah:

1. Pekerja harus menggunakan masker, sarung tangan dan celana panjang

2. Madu diendapkan dalam tong yang terbuat dari bahan stainless steel selama 48 jam untuk mengurangi buih yang terdapat pada madu

3. Tempat pengendapan madu harus tertutup

4. Madu dimasukkan ke dalam jerigen baru yang telah dibersihkan dengan air panas serta dilapisi plasik bagian dalamnya.

5. Setelah madu dimasukkan kedalam jerigen, jerigen tersebut dilapisi karung yang bersih.

6. Karung tersebut dijahit dengan rapih

7. Seiap jerigen yang dilapisi karung diberi label APMTN

8. Madu siap dijual ke pasar/ pembeli

Pengemasan madu botol:

1. Pekerja harus menggunakan masker, sarung tangan dan pakaian laboratorium

2. Tempat pengendapan madu harus tertutup

3. Madu dimasukkan ke baki /wadah dengan ukuran 2 kilogram

4. Madu dimasukkan kedalam tempat pengurangan kadar air sesuai kebutuhan

5. Setelah dikurangi kadar air, madu dimasukkan lagi kedalam tong stainless steel dan diendapkan kembali selama 48 jam

6. Sebelum dimasukkan ke botol, botol terlebih dahulu dibersihkan dengan air panas atau botol – botol tersebut direbus dengan suhu 100°C

7. Botol dijemur sampai kering

8. Botol dibersihkan menggunakan kain bersih atau issu

9. Botol diisi madu sesuai ukuran

10. Botol diberi segel dan label serta mencantumkan masa kadaluarsa produk

11. Madu botol siap dipasarkan

Standar keselamatan kerja

Standar keselamatan kerja adalah hal pening dalam proses pemanenan dan pasca pemanenan madu hutan. Tujuan dari standar keselamatan kerja adalah untuk menghindari resiko kecelakaan kerja saat pemanenan madu. Hal-hal yang perlu diperhaikan untuk keselamatan kerja adalah standar alat panjat dan perlindungan diri saat pemanenan dan pemanjatan pohon, standar alat untuk tamu, evakuasi saat terjadi kecelakaan dan asuransi kecelakaan.

1. Alat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh pekerja saat memanjat adalah sebagai berikut:

a. Berdoa untuk meminta keselamatan

b. Pakaian lengkap dan tertutup sesuai standar pemanjatan

c. Sebo / pelindung muka dan kepala

d. Helm

e. Tali panjat berbahan polyeilen dengan panjang 100 m dengan diameter 17-18 mm

f. Tali imba berbahan polyeilen dengan panjang 100 m untuk madu dengan diameter 8 mm

g. Tali panjat untuk mengikatkan badan di pohon

2. Untuk keselamatan tamu

a. Pakaian harus lengkap dan tertutup serta aman dari serangan lebah

b. Harus mengikui aturan pemanenan

c. Jikalau idak mau mengikui syarat di atas lebih baik idak ikut pemanenan.

3. Evakuasi saat terjadi kecelakaan dan asuransi kecelakaan

a. Bila terjadi kecelakaan, pedamping atau kelompok tani yang mendampingi pemanjat atau korban dapat melakukan kontak langsung ke balai pengobatan atau rumah sakit terdekat atau dibantu koordinasi oleh asosiasi.

b. Asosiasi dapat menetapkan pemberian asuransi kecelakaan kepada kelompok tani sesuai kesepakatan.

Penyelesaian konlik dan ancamannya

Sengketa atau konlik pengelolaan madu hutan adalah hal yang dapat terjadi dalam implementasinya. Dalam pengelolaan madu hutan lestari, resolusi konlik atau penyelesaian sengketa adalah hal yang sangat pening. Beberapa kategori konlik yang terjadi adalah klaim kepemilikan, pencurian madu hutan dan klaim oleh perusahaan. Beberapa langkah dapat dilakukan dalam penyelesaian konlik. Misalnya dengan musyawarah dan mufakat (atau disebut rembukan) antara kedua belah pihak yang bersengketa dengan penyelesaian sebagai berikut:

1. Melakukan pemanenan bersama-sama dan bagi hasil setelah pemanenan yang disepakai bersama.

2. Apabila kasusnya idak dapat diselesaikan dengan pemanenan bersama-sama dan bagi hasil, maka akan diserahkan kepada perbainan atau ninik mamak. Ninik mamak akan menentukan secara adil kepemilikan Sialang tersebut. Dalam penyelesaian ini akan ada pihak yang dikalahkan.

3. Pada kasus pencurian madu, tersangkanya harus didapatkan terlebih dahulu. Musyawarah dan mufakat akan dilakukan antara pemilik dengan tersangka pencurian. Jika kasus tersebut idak dapat diselesaikan secara musyawarah atau mufakat maka tersangka dapat diadukan ke kepolisian sebagai kasus hukum.

4. Peneyelesaian konlik dengan perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan komunikasi dengan pihak perusahaan dimana di dalam wilayah kerjanya terdapat pohon sialang milik masyarakat. Komunikasi untuk mendapatkan iik temu penyelesaian sengketa atau konlik dengan jalan;

a. Bersama pihak perusahaan melakukan perlindungan bersama Sialang dan kepungannya.

b. Hasil panen seluruhnya menjadi milik petani dan perusahaan idak bisa intervensi secara negaif standar pemanenan madu Sialang.

c. Pihak perusahaan dapat membantu masyarakat petani dalam pengembangan pengelolaan madu hutan lestari sebagai bagian tanggung jawab sosial perusahaan.

d. Perusahaan dapat melakukan pendataan pemilik Sialang di wilayahnya dengan koordinasi dengan masyarakat petani dan asosiasi.

Ancaman dari satwa liar

Ada dua jenis satwa liar yang menjadi ancaman produk madu hutan yaitu elang dan beruang. Elang umumnya dari jenis Sikep Madu. Penyelesaian ancaman cukup mudah dan secara tradisional efekif dan idak mengganggu populasi satwa liar tersebut yaitu:

1. Untuk menghindari elang dapat dilakukan dengan menggunakan botol air kecil atau plasik yang diisi air yang digantungkan di pucuk pohon Sialang terutama dekat sarang madu hutan. Upaya ini dimaksudkan agar elang idak dapat hinggap di dahan tersebut dan mengambil madu hutan karena efek pantulan cahaya sinar dari botol air.

2. Untuk menghindari beruang dapat dilakukan dengan menempelkan seng di sekeliling pangkal pohon Sialang. Hal ini dimaksudkan agar beruang madu kesulitan memanjat pohon Sialang.

Kategori konlik:

a. Klaim kepemilikan

b. Pencurian

c. Klaim oleh perusahaan.

Langkah-langkah penyelesaian konlik:

a. Penyelesaian internal

b. Penyelesaian oleh adat

c. Penyelesaian oleh desa dan adat

d. Penyelesaian masalah hukum.

BAB IV PERMODALAN

Tata Cara Mendapatkan Modal

Dalam upaya pengembangan usaha madu yang dilakukan oleh APMTN diperlukan permodalan untuk menunjang jalannya usaha. Untuk itu diperlukan cara-cara agar APMTN mendapatkan permodalan. Sebenarnya usaha AMPTN dapat dikategorikan ke dalam UKM karena skala ataupun besaran usaha ini masuk dalam kategori usaha kecil-menengah.

Dalam rangka memberikan kemudahan dalam masalah modal usaha bagi UKM, pemerintah telah mengeluarkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan fasilitas penjaminan kredit dari Pemerintah. Skema Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah skema kredit/ pembiayaan yang khusus diperuntukkan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi yang usahanya layak namun idak mempunyai agunan yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan Perbankan. Tujuan diluncurkannya Program KUR adalah meningkatkan perekonomian, pengentasan kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja dengan mempermudah akses penambahan modal usaha dan modal kerja bagi UMKM.

Peluncuran Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan upaya pemerintah dalam mendorong perbankan menyalurkan kredit pembiayaan kepada UMKM dan koperasi. Hal ini dimaksudkan memberikan kemudahan bagi pengusaha kecil memperoleh modal usaha dengan aman dan idak memberatkan. Peluncuran tersebut merupakan indaklanjut dari Peluncuran Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan upaya pemerintah dalam mendorong perbankan menyalurkan kredit pembiayaan kepada UMKM dan koperasi. Hal ini dimaksudkan memberikan kemudahan bagi pengusaha kecil memperoleh modal usaha dengan aman dan idak memberatkan. Peluncuran tersebut merupakan indaklanjut dari

• Bank pelaksana KUR

Ada enam bank yang ditunjuk sebagai pelaksana Kredit Usaha Rakyat (KUR) yaitu :

1. Bank BRI

2. Bank Mandiri

3. Bank BNI

4. Bank BTN

5. Bank Bukopin

6. Bank Syariah Mandiri

• Cara Mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Pada prinsipnya seiap UMKM dan Koperasi yang memerlukan modal usaha atau modal kerja dapat mengakses Kredit Usaha Rakyat ini. Syarat dan ketentuan dibuat semudah mungkin agar dapat diakses oleh semua kalangan UMKM.

1. UMKM dan koperasi yang membutuhkan kredit sebagai modal usaha atau modal kerja dapat menghubungi kantor cabang /kantor cabang pembantu bank pelaksana terdekat

2. Memenuhi persyaratan dokumentasi sesuai dengan yang ditetapkan bank pelaksana.

3. Mengajukan surat permohonan kredit/ pembiayaan

4. Bank pelaksana akan melakukan penilaian kelayakan

5. Bank pelaksana berwenang memberikan persetujuan atau penolakan permohonan kredit modal usaha tersebut.

Selain adanya dana permodalan UMKM yang dikucurkan pemerintah seperi yang disebutkan di atas, masih banyak lagi sumber permodalan yang dapat diakses oleh APMTN untuk mengembangkan usahanya, antara lain Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Dana Ventura, Kredit Tanpa Anggunan (KTA) dan lain sebagainya. Ininya adalah jika organisasi APMTN bisa menjalankan dengan baik dan benar sebagai unit usaha maka akan banyak lembaga permodalan yang akan membantu untuk pengembangan usaha.

Tata Cara Pengelolaan Modal Usaha

Pengelolaan modal difokuskan untuk pembelian madu dan modal peralatan. Pembelian madu kepada petani umumnya dilakukan secara langsung dan dibayar di muka sehingga dibutuhkan modal untuk pembelian madu dari masyarakat petani. Setelah madu dibayar oleh distributor atau pembeli, modal tersebut dikembalikan atau diangsur secara kredit sehingga dana pinjaman pihak lain misalnya bank dapat dijadikan modal usaha kembali. Modal peralatan juga menjadi hal yang pening misalnya modal untuk sewa tempat, pembelian alat misalnya alat pengurang kadar air, peralatan pemrosesan dan pengemasan.

Arus Pengelolaan Keuangan Arus pengelolaan keuangan berhubungan dengan modal usaha. Asosiasi harus sistemais dan

cermat dalam melakukan pengelolaan keuangan terutama modal usaha yang dipinjamkan dari pihak lain misalnya donatur. Modal yang dipinjam dari donatur dapat dikembalikan saat pembayaran dilakukan oleh pembeli, tetapi umumnya akan idak prakis karena asosiasi akan selalu mengajukan pinjaman dengan persyaratan saat penjualan madu hutan. Tetapi pinjaman kepada pihak lain atau bank dapat dilakukan dengan pengembalian secara kredit atau angsuran maka modal usaha dapat diputar untuk penggunaan modal usaha saat pembelian madu berikutnya dari kelompok tani dan penjualan kepada pihak lain. Modal usaha dapat digunakan untuk pembelian alat-alat untuk memperbesar usaha asosiasi tetapi dengan perhitungan yang matang dan jeli karena harus memperhaikan angsuran atau kredit secara berkala.

Pembelian Madu

Melengkapi formulir yang dipakai untuk pembelian madu kemudian pengambilan uang di bank (melampirkan formuir pembelian madu dalam laporan keuangan)

Tata cara penjualan dan pembelian madu • Mengisi kwitansi penjualan dan peniipan barang untuk sistem konsinyasi, kemudian

menerima uang dari pembeli/distributor (dilengkapi kwitansi tanda terima) • Uang dikelola oleh bendahara atau yang ditunjuk (kasus tertentu) • Semua buki pembelian, penjualan dan pengambilan uang harus dilampirkan dalam

laporan keuangan. • Pengambilan uang harus melalui persetujuan ketua dan salah satu pengurus yang ditunjuk • Membuat laporan buku kas • Pengurus menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada anggota

BAB V PEMASARAN

Pemasaran

Tujuan dari pemasaran atau markeing adalah mendorong hasil atau produk madu hutan terjual ke pembeli. Asosiasi dapat mendorong penjualan tersebut dengan strategi pemasaran yang disepakai bersama. Strategi pemasaran asosiasi dibagi menjadi dua bagian yaitu pertama, strategi internal dan kedua, melalui organisasi pendamping atau organisasi luar.

Dalam strategi internal, untuk meningkatkan pemasaran bisa dilakukan upaya - upaya sebagai berikut :