Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Kasus
Manajemen
Asuhan Keperawatan
Pada Kasus TB Paru
Ns. Chrisyen Damanik, M.Kep
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
chrisyendamanik@stikeswhs.ac.id
Layout:
1.
• Konsep Dasar TB
Paru
2.
• Manajemen Asuhan
Keperawatan
1. Konsep Dasar TB Paru
Tuberkulosis merupakan
penyakit yang disebabkan oleh
Mycobaterium tuberculosis
yang merupakan kuman aerob
yang dapat hidup terutama di
Paru atau berbagai organ
tubuh lainnya yang mempunyai
tekanan parsial oksigen yang
tinggi (Rab, 2010)
M.
Tuberculosis
M.
Africanum
M. Bovis
M. Leprae
Basil Tahan Asam
Peters, J.S., et al. (2016)
2. Epidemiologi
• Tuberkulosis di seluruh dunia
menyerang 10 juta orang dan
menyebabkan 3 juta kematian setiap
tahun. Di Negara maju, Tb jarang
terjadi, yang menyerang 1 per 10.0000
populasi.
• TB termasuk dalam 10 besar penyakit
yang menyebabkan kematian di dunia.
Data WHO menunjukkan bahwa pada
tahun 2015, Indonesia termasuk
dalam 6 besar negara dengan kasus
baru TB terbanyak.
• Proporsi Kasus Baru BTA Positif menurut
kelompok umur tahun 2012
3. Klasifikasi TB: Lokasi Anatomi penyakit
TB Ekstra Paru
TB Paru
• Melibatkan parenkim
paru atau
trakheobronchial
Melibatkan
organ
diluar
Parenkim
paru
seperti
pleura,
kelenjar
getah
bening, abdomen, saluran
genito urinari, kulit, usus,
tulang & sendi.
Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh.
Petugas medis yang sering berhubungan dengan pengidap
TB.
Manula serta anak-anak.
Faktor
Resiko
Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya
pengidap HIV, diabetes, kanker, serta orang yang kekurangan gizi.
Pengguna obat-obatan terlarang.
Orang yang kecanduan minuman keras.
Pengguna tembakau, misalnya dalam bentuk rokok. Hampir
20 persen kasus TB dipicu oleh merokok.
4. Mekanisme Penularan TB Paru
Potensi penularan pasien TB atau suspek TB
Faktor yang berisiko menular
✓TB paru atau larink
✓TB ekstra paru
✓Terdapat cavitas di paru
✓Tidak terdapat cavitas di paru
✓Batuk atau diinduksi batuk
✓Pasien tidak menutup mulut ketika
batuk
✓Sputum: BTA positif
✓Tidak
mengikuti
pengobatan
Faktor yang tidak berisiko menular
program
✓Tidak batuk atau tidak diinduksi
batuk
✓Pasien menutup mulut ketika batuk
✓Sputum :BTA negatif
✓Telah mendapat pengobatan TB
secara adekuat selama setidaknya 2‐3
minggu
5. Patofisiologi
Infeksi Primer
Infeksi Sekunder
Waktu pertama Kali terinfeksi TB.
• Infeksi sekunder TB Aktif akibat
infeksi berulang
Menyerang Apeks Paru paru atau
dekat Pleura dari lobus bawah
• Mengalami Reaktivasi ketika terjadi
resistensi
Kebanyakan TB Primer dapat sembuh dalam
periode bbrp bulan dengan membentuk
jaringan parut & kemudian lesi kalsifikasi
Infeksi TB primer reaksi allergi
terhadap basilus tuberkel atau proteinnya
6. Gejala tuberculosis Aktif
Gejala
Paru
Gejala
Umum
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Dispnea
Batuk nonprodktif atau produktif
Hemoptisis
Nyeri dada yang berupa pleuritik
Crakckles saat Auskultasi
Rasa lelah
Anokreksia
Kehilangan berat badan
Demam rendah diikuti menggigil dan berkeringat
(sering pada malam hari)
7. Diagnosis TB
Medical history
Bacteriologic
(smear,culture
dan gene
Xpert)
Physical
examination
Chest x-ray
Temuan Diagnostik
1. Uji Kulit
Tuberkulin
2. Uji
QuantiFERONTB Gold
3. Apusan &
Kultur AcidFast Bacillus
• Uji Mantoux
• Menggunakan tuberculin purified protein
derivate (PPD)
• Pemeriksaan darah yang digunakan untuk
menentukan bagaimana system imunitas
bereaksi terhadap M. tuberculosis
• 3 Spesimen Sputum diambil pada 3 pagi
berturutan
• Apusan AFB sputum tidak terlalu sensitive,
tetapi hasil positif dari apusan AFB sputum
akan mengkonfirmasi penyakit aktif
Klasifikasi Reaksi Positif uji-Kulit Tuberkulin
Reaksi indurasi ≥ 5 mm
positif pada:
Reaksi indurasi ≥
positif pada:
mm
Orang yang diduga memiliki
penyakit TB
Imigran Baru dari Negra dengan Orang tanpa faktor resiko TB
prevalensi TB tinggi
yang diketahui
Orang yang terinfeksi HIV
Pengguna obat IV
Kontak Baru dengan TB Infeksius
Penduduk atau pekerja pada
area yang sangat padat dan
Orang dengan perubahan fibrotic beresiko tinggi
pada rontgen dada yang
konsistensi dengan TB
sebelumnya
Penerima Transplantasi organ
Orang yang menerima terapi
imunosupressan
Anak < 4 tahun, atau anak/
re,aja yang terpapar orang
dewasa yang beresiko tingggi
Reaksi indurasi ≥ 5 mm
positif pada:
KLASIFIKASI BERDASARKAN RIWAYAT PENGOBATAN SEBELUMNYA
Pasien baru TB
Adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB
sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan
(< dari 28 dosis)
Pasien yang pernah diobati TB
Adalah pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan / lebih
(≥ 28 dosis).
Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
8. Pengobatan
TUJUAN
PENGOBATAN
TB
Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta
kualitas hidup
Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak
buruk selanjutnya
Mencegah terjadinya kekambuhan TB
Menurunkan penularan TB
Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan obat
PRINSIP PENGOBATAN TB
➢ Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam
pengobatan TB
➢ Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling efisien
untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB
Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip :
✓ Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi
✓ Di berikan dalam dosis yang tepat
✓ Ditelan secara teratur dan diawasi secara lansung oleh PMO (Pengawas
Menelan Obat) sampai selesai pengobatan
✓ Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan
Tahapan Pengobatan TB
Tahap Awal
• Penobatan diberikan setiap hari
• Efektif menurunkan jumlah kuman yang ada
• Pada pasien baru diberikan selama 2 bulan
• Daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan 2 minggu
Tahapan Lanjutan
• Membunuh sisa kuman yang masih ada
• Mencegah terjadinya kekambuhan
Golongan dan Jenis
Golongan
pertama
1
obat
Obat
lini
Isoniazid (H
1. Pyrazinamide (Z)
Ethambutol (E) 2. Rifampicin (R)
3. Streptomycin (S)
Golongan 2 obat suntik/ 1. Kanamycin (Km)
suntikan lini kedua
1. Amikacin (Am)
2. Capreomycin (Cm)
Golongan
3
Floroquinolone
1. Moxifloxacin (Mfx)
golongan 1. Ofloxacin (Ofx)
2. Levofloxacin (Lfx)
Golongan 5 obat yang 1. Clofazimine (Cfz)
belum terbukti efikasinya 2. Linezolid (Lzd)
dan tidak direkomendasikan 3. Amoxilin Clavulanate
Who
(AmxClv)
1. Thioacetazone (Thz)
2. Clarithromycin (Clr)
3. Imipenem (Ipm)
Paduan OAT yang digunakan
Kategori 1
• Fase intensif 2HREZ / fase pemeliharaan 4RH (WHO).
• Fase intensif 2HREZ/fase pemeliharaan 4R3H3 (Indonesia).
Kasus baru
• Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis
• Pasien TB paru terdiagnosis klinis
• Pasien TB ekstra paru
Paduan Obat
Kategori II
Fase intensif 2(HREZ)S / (HRSE) fase pemeliharaan
5(HR)3E3)
Kasus ulangan
• Pasien kambuh
• Pasien Gagal pengobatan kategori 1
• Pasien yang putus berobat
Efek Samping OAT Lini Pertama
Pengendalian TB Paru
DOTS
(Directly
Observed
Treatment
Short-course)
• Sheff, B., Hayes, DD. 2005
“Connecting the DOTS to
treat pulmonary TB” Nursing
2005, 35, 24-25
Manajemen
Asuhan
Keperawatan
1. Pengkajian
Pada Infeksi Primer
• Kemungkinan Asimtomatik setelah periode inkubasi 4-8
minggu
• Kelemahan dan keletihan
• Anoreksia, penurunan BB
• Demam derajat rendah
• Berkeringat malam hari
Pada infeksi yang beraktivasi
• Nyeri dada
• Batuk produktif dengan sputum yang mengandung darah,
atau mukopurulen, atau berwarna darah
• Demam derajat rendah
Temuan Saat Pemeriksaan Fisik
Bunyi pekak di
Crackle
area yang sakit
krepitasi
Bunyi napas
bronkial
Masalah keperawatan yang sering muncul
• Resiko Infeksi
• Ketidakefektifan bersihan jalan napas
• Gangguan Pertukaran Gas
• Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
• Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan Tubuh
• Adaptasi yang tidak efektif
• Adaptasi Keluarga yang terganggu
• Kurang pengetahuan tentang terapi
• Ketidakpatuhan
• Gangguan pola Tidur (Black & Hawks, 2013)
Tujuan Keperawatan:
• Faktor Resiko Infeksi dapat terkontrol
• Jalan napas efektif
• Status pernapasan: pertukaran gas baik
• Manajemen Kesehatan Baik
• Kebutuhan Nutrisi sesuai kebutuhan Tubuh
• Adaptasi yang efektif
• Adaptasi Keluarga baik
• PePasien memahami regimen terapi
• Koping baik
• Pola Tidur tidak mengalami gangguan (Black & Hawks, 2013)
1. Resiko Infeksi dibuktikan dengan…. Faktor Resiko
NOC
NIC
• Kontrol Resiko: Proses Infeksi
Independen
❖ Mengidentifikasi Intervensi untuk
mencegah atau mengurangi risiko
penyebaran infeksi
❖ Mendemontrasikan Teknik dan
memulai perubahan gaya hidup
untuk meningkatkan keamanan
lingkungan
• Tinjau Patologi Penyakit
• Identifikasi orang lain yang beresiko
• Instruksikan klien untuk batuk, bersin dan
mengeluarkan secret
• Pantau suhu tubuh, sesuai indikasi
• Identifikasi factor resiko individual untuk
reaktivasi tuberculosis
kolaboratif
• Beri agen anti-infeksi, sesuai indikasi
• Pantau studi laboratorium
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
NIC
NOC
• Status pernapasan: Patensi
jalan Napas
Mempertahankan patensi jalan napas
Mengeluarkan secret tanpa
bantuanmendemontrasikan perilaku
untuk meningkatkan atau
mempertahankan bersihan jalan napas
Berpartisipasi dalam regimen terapi,
dalam tingkat kemampuan dan situasi
Mengidentifikasi kemungkinan
komplikasi
• Manajemen jalan napas
Independen
• Kaji fungsi pernapasan
• Catat kemampuan untuk mengeluarkan
mucus dan melakukan batuk secara efektif
• Letakkan klien dalam posisi semifowler
atau fowler tinggi
• Bersihkan sekresi dari mulut dan trakea
kolaboratif
• Lembabkan oksigen yang diinspirasi
• Beri medikasi, sesuai indikasi, mis: agen
mukolitik
3. Gangguan Pertukaran Gas
NIC
NOC
• Status pernapasan: Pertukran
Gas
Melaporkan tidak terjadi dyspnea
atau dyspnea berkurang
Mendemontrasikan peningkatan
ventilasi dan oksigenasi jaringan yang
adekuat dengan GDA berada dalam
rentang normal
Terbebas dari distress pernapasan
• Pemantauan Pernapasa
Independen
•
•
•
•
Kaji Dispnea
Evaluasi perubahan dalam tingkat mental
Catat sianosis atau perubahan warna kulit
Tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas
kolaboratif
• Pantau GDA serial
• Berikan Oksigen tambahan sesuai
kebutuhan
4. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
NIC
NOC
• Manajemen Kesehatan diri:
Penyakit Kronis
Mengungkapkan Memahami proses
penyakit, prognosis dan
pencegahannya
Memulai perubahan perilaku atau
gaya hidup
Mengidentifikasi gejala yang
memerlukan evaluasi dan intervensi
• Fasilitas Pembelajaran
Independen
• Kaji kemampuan klien untuk belajar:
Tk ketakutan, kekhawatiran, dan
keletihan
• Beri instruksi dan informasi tertulis
spesifik, seperti jadwal medikasi
• Dorong kalian dan orang dekat untuk
mengungkapkan ketakutan dan
kekhawatiran
Penyuluhan Kesehatan
Asuhan Keperawatan
Pada Kasus TB Paru
Ns. Chrisyen Damanik, M.Kep
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
chrisyendamanik@stikeswhs.ac.id
Layout:
1.
• Konsep Dasar TB
Paru
2.
• Manajemen Asuhan
Keperawatan
1. Konsep Dasar TB Paru
Tuberkulosis merupakan
penyakit yang disebabkan oleh
Mycobaterium tuberculosis
yang merupakan kuman aerob
yang dapat hidup terutama di
Paru atau berbagai organ
tubuh lainnya yang mempunyai
tekanan parsial oksigen yang
tinggi (Rab, 2010)
M.
Tuberculosis
M.
Africanum
M. Bovis
M. Leprae
Basil Tahan Asam
Peters, J.S., et al. (2016)
2. Epidemiologi
• Tuberkulosis di seluruh dunia
menyerang 10 juta orang dan
menyebabkan 3 juta kematian setiap
tahun. Di Negara maju, Tb jarang
terjadi, yang menyerang 1 per 10.0000
populasi.
• TB termasuk dalam 10 besar penyakit
yang menyebabkan kematian di dunia.
Data WHO menunjukkan bahwa pada
tahun 2015, Indonesia termasuk
dalam 6 besar negara dengan kasus
baru TB terbanyak.
• Proporsi Kasus Baru BTA Positif menurut
kelompok umur tahun 2012
3. Klasifikasi TB: Lokasi Anatomi penyakit
TB Ekstra Paru
TB Paru
• Melibatkan parenkim
paru atau
trakheobronchial
Melibatkan
organ
diluar
Parenkim
paru
seperti
pleura,
kelenjar
getah
bening, abdomen, saluran
genito urinari, kulit, usus,
tulang & sendi.
Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh.
Petugas medis yang sering berhubungan dengan pengidap
TB.
Manula serta anak-anak.
Faktor
Resiko
Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya
pengidap HIV, diabetes, kanker, serta orang yang kekurangan gizi.
Pengguna obat-obatan terlarang.
Orang yang kecanduan minuman keras.
Pengguna tembakau, misalnya dalam bentuk rokok. Hampir
20 persen kasus TB dipicu oleh merokok.
4. Mekanisme Penularan TB Paru
Potensi penularan pasien TB atau suspek TB
Faktor yang berisiko menular
✓TB paru atau larink
✓TB ekstra paru
✓Terdapat cavitas di paru
✓Tidak terdapat cavitas di paru
✓Batuk atau diinduksi batuk
✓Pasien tidak menutup mulut ketika
batuk
✓Sputum: BTA positif
✓Tidak
mengikuti
pengobatan
Faktor yang tidak berisiko menular
program
✓Tidak batuk atau tidak diinduksi
batuk
✓Pasien menutup mulut ketika batuk
✓Sputum :BTA negatif
✓Telah mendapat pengobatan TB
secara adekuat selama setidaknya 2‐3
minggu
5. Patofisiologi
Infeksi Primer
Infeksi Sekunder
Waktu pertama Kali terinfeksi TB.
• Infeksi sekunder TB Aktif akibat
infeksi berulang
Menyerang Apeks Paru paru atau
dekat Pleura dari lobus bawah
• Mengalami Reaktivasi ketika terjadi
resistensi
Kebanyakan TB Primer dapat sembuh dalam
periode bbrp bulan dengan membentuk
jaringan parut & kemudian lesi kalsifikasi
Infeksi TB primer reaksi allergi
terhadap basilus tuberkel atau proteinnya
6. Gejala tuberculosis Aktif
Gejala
Paru
Gejala
Umum
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Dispnea
Batuk nonprodktif atau produktif
Hemoptisis
Nyeri dada yang berupa pleuritik
Crakckles saat Auskultasi
Rasa lelah
Anokreksia
Kehilangan berat badan
Demam rendah diikuti menggigil dan berkeringat
(sering pada malam hari)
7. Diagnosis TB
Medical history
Bacteriologic
(smear,culture
dan gene
Xpert)
Physical
examination
Chest x-ray
Temuan Diagnostik
1. Uji Kulit
Tuberkulin
2. Uji
QuantiFERONTB Gold
3. Apusan &
Kultur AcidFast Bacillus
• Uji Mantoux
• Menggunakan tuberculin purified protein
derivate (PPD)
• Pemeriksaan darah yang digunakan untuk
menentukan bagaimana system imunitas
bereaksi terhadap M. tuberculosis
• 3 Spesimen Sputum diambil pada 3 pagi
berturutan
• Apusan AFB sputum tidak terlalu sensitive,
tetapi hasil positif dari apusan AFB sputum
akan mengkonfirmasi penyakit aktif
Klasifikasi Reaksi Positif uji-Kulit Tuberkulin
Reaksi indurasi ≥ 5 mm
positif pada:
Reaksi indurasi ≥
positif pada:
mm
Orang yang diduga memiliki
penyakit TB
Imigran Baru dari Negra dengan Orang tanpa faktor resiko TB
prevalensi TB tinggi
yang diketahui
Orang yang terinfeksi HIV
Pengguna obat IV
Kontak Baru dengan TB Infeksius
Penduduk atau pekerja pada
area yang sangat padat dan
Orang dengan perubahan fibrotic beresiko tinggi
pada rontgen dada yang
konsistensi dengan TB
sebelumnya
Penerima Transplantasi organ
Orang yang menerima terapi
imunosupressan
Anak < 4 tahun, atau anak/
re,aja yang terpapar orang
dewasa yang beresiko tingggi
Reaksi indurasi ≥ 5 mm
positif pada:
KLASIFIKASI BERDASARKAN RIWAYAT PENGOBATAN SEBELUMNYA
Pasien baru TB
Adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB
sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan
(< dari 28 dosis)
Pasien yang pernah diobati TB
Adalah pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan / lebih
(≥ 28 dosis).
Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
8. Pengobatan
TUJUAN
PENGOBATAN
TB
Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta
kualitas hidup
Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak
buruk selanjutnya
Mencegah terjadinya kekambuhan TB
Menurunkan penularan TB
Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan obat
PRINSIP PENGOBATAN TB
➢ Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam
pengobatan TB
➢ Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling efisien
untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB
Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip :
✓ Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi
✓ Di berikan dalam dosis yang tepat
✓ Ditelan secara teratur dan diawasi secara lansung oleh PMO (Pengawas
Menelan Obat) sampai selesai pengobatan
✓ Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan
Tahapan Pengobatan TB
Tahap Awal
• Penobatan diberikan setiap hari
• Efektif menurunkan jumlah kuman yang ada
• Pada pasien baru diberikan selama 2 bulan
• Daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan 2 minggu
Tahapan Lanjutan
• Membunuh sisa kuman yang masih ada
• Mencegah terjadinya kekambuhan
Golongan dan Jenis
Golongan
pertama
1
obat
Obat
lini
Isoniazid (H
1. Pyrazinamide (Z)
Ethambutol (E) 2. Rifampicin (R)
3. Streptomycin (S)
Golongan 2 obat suntik/ 1. Kanamycin (Km)
suntikan lini kedua
1. Amikacin (Am)
2. Capreomycin (Cm)
Golongan
3
Floroquinolone
1. Moxifloxacin (Mfx)
golongan 1. Ofloxacin (Ofx)
2. Levofloxacin (Lfx)
Golongan 5 obat yang 1. Clofazimine (Cfz)
belum terbukti efikasinya 2. Linezolid (Lzd)
dan tidak direkomendasikan 3. Amoxilin Clavulanate
Who
(AmxClv)
1. Thioacetazone (Thz)
2. Clarithromycin (Clr)
3. Imipenem (Ipm)
Paduan OAT yang digunakan
Kategori 1
• Fase intensif 2HREZ / fase pemeliharaan 4RH (WHO).
• Fase intensif 2HREZ/fase pemeliharaan 4R3H3 (Indonesia).
Kasus baru
• Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis
• Pasien TB paru terdiagnosis klinis
• Pasien TB ekstra paru
Paduan Obat
Kategori II
Fase intensif 2(HREZ)S / (HRSE) fase pemeliharaan
5(HR)3E3)
Kasus ulangan
• Pasien kambuh
• Pasien Gagal pengobatan kategori 1
• Pasien yang putus berobat
Efek Samping OAT Lini Pertama
Pengendalian TB Paru
DOTS
(Directly
Observed
Treatment
Short-course)
• Sheff, B., Hayes, DD. 2005
“Connecting the DOTS to
treat pulmonary TB” Nursing
2005, 35, 24-25
Manajemen
Asuhan
Keperawatan
1. Pengkajian
Pada Infeksi Primer
• Kemungkinan Asimtomatik setelah periode inkubasi 4-8
minggu
• Kelemahan dan keletihan
• Anoreksia, penurunan BB
• Demam derajat rendah
• Berkeringat malam hari
Pada infeksi yang beraktivasi
• Nyeri dada
• Batuk produktif dengan sputum yang mengandung darah,
atau mukopurulen, atau berwarna darah
• Demam derajat rendah
Temuan Saat Pemeriksaan Fisik
Bunyi pekak di
Crackle
area yang sakit
krepitasi
Bunyi napas
bronkial
Masalah keperawatan yang sering muncul
• Resiko Infeksi
• Ketidakefektifan bersihan jalan napas
• Gangguan Pertukaran Gas
• Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
• Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan Tubuh
• Adaptasi yang tidak efektif
• Adaptasi Keluarga yang terganggu
• Kurang pengetahuan tentang terapi
• Ketidakpatuhan
• Gangguan pola Tidur (Black & Hawks, 2013)
Tujuan Keperawatan:
• Faktor Resiko Infeksi dapat terkontrol
• Jalan napas efektif
• Status pernapasan: pertukaran gas baik
• Manajemen Kesehatan Baik
• Kebutuhan Nutrisi sesuai kebutuhan Tubuh
• Adaptasi yang efektif
• Adaptasi Keluarga baik
• PePasien memahami regimen terapi
• Koping baik
• Pola Tidur tidak mengalami gangguan (Black & Hawks, 2013)
1. Resiko Infeksi dibuktikan dengan…. Faktor Resiko
NOC
NIC
• Kontrol Resiko: Proses Infeksi
Independen
❖ Mengidentifikasi Intervensi untuk
mencegah atau mengurangi risiko
penyebaran infeksi
❖ Mendemontrasikan Teknik dan
memulai perubahan gaya hidup
untuk meningkatkan keamanan
lingkungan
• Tinjau Patologi Penyakit
• Identifikasi orang lain yang beresiko
• Instruksikan klien untuk batuk, bersin dan
mengeluarkan secret
• Pantau suhu tubuh, sesuai indikasi
• Identifikasi factor resiko individual untuk
reaktivasi tuberculosis
kolaboratif
• Beri agen anti-infeksi, sesuai indikasi
• Pantau studi laboratorium
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
NIC
NOC
• Status pernapasan: Patensi
jalan Napas
Mempertahankan patensi jalan napas
Mengeluarkan secret tanpa
bantuanmendemontrasikan perilaku
untuk meningkatkan atau
mempertahankan bersihan jalan napas
Berpartisipasi dalam regimen terapi,
dalam tingkat kemampuan dan situasi
Mengidentifikasi kemungkinan
komplikasi
• Manajemen jalan napas
Independen
• Kaji fungsi pernapasan
• Catat kemampuan untuk mengeluarkan
mucus dan melakukan batuk secara efektif
• Letakkan klien dalam posisi semifowler
atau fowler tinggi
• Bersihkan sekresi dari mulut dan trakea
kolaboratif
• Lembabkan oksigen yang diinspirasi
• Beri medikasi, sesuai indikasi, mis: agen
mukolitik
3. Gangguan Pertukaran Gas
NIC
NOC
• Status pernapasan: Pertukran
Gas
Melaporkan tidak terjadi dyspnea
atau dyspnea berkurang
Mendemontrasikan peningkatan
ventilasi dan oksigenasi jaringan yang
adekuat dengan GDA berada dalam
rentang normal
Terbebas dari distress pernapasan
• Pemantauan Pernapasa
Independen
•
•
•
•
Kaji Dispnea
Evaluasi perubahan dalam tingkat mental
Catat sianosis atau perubahan warna kulit
Tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas
kolaboratif
• Pantau GDA serial
• Berikan Oksigen tambahan sesuai
kebutuhan
4. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
NIC
NOC
• Manajemen Kesehatan diri:
Penyakit Kronis
Mengungkapkan Memahami proses
penyakit, prognosis dan
pencegahannya
Memulai perubahan perilaku atau
gaya hidup
Mengidentifikasi gejala yang
memerlukan evaluasi dan intervensi
• Fasilitas Pembelajaran
Independen
• Kaji kemampuan klien untuk belajar:
Tk ketakutan, kekhawatiran, dan
keletihan
• Beri instruksi dan informasi tertulis
spesifik, seperti jadwal medikasi
• Dorong kalian dan orang dekat untuk
mengungkapkan ketakutan dan
kekhawatiran
Penyuluhan Kesehatan