Modal Saham terhadap biaya (1)

Modal Saham
Perseroan Terbatas (PT) merupakan suatu kesatuan usaha yang dari segi hukum di
pisahkan dari pemiliknya. Karena terpisah dari dari pemiliknya maka kewajiban
pemilik terhadap perusahaannya terbatas sampai jumlah modal yang di setornya.
Selain itu bentuk perseroan memungkinkan untuk mendapatkan modal dari banyak
orang, setiap orang yang menyetor menjadi pemilik dari perseroan tadi. Karena
pemiliknya terdiri dari jumlah yang cukup banyak, maka pengelolaan perseroan
akan diserahkan kepada pihak – pihak lain yang diangkat menjadi pimpinan PT
tersebut. Dengan kata lain yang menjalankan PT adalah orang – orang yang
diangkat oleh pemilik.
Untuk mendapatkan modal, PT menerima setoran dari pemilik. Sebagai bukti
setoran dikeluarkan tanda bukti pemilikan yang berbentuk saham yang di serahkan
kepada pihak – pihak yang menyetor modal. Pemilik PT merupakan kumpilan pihak –
pihak yang mempunyai saham sehingga disebut pemegang saham. Saham yang di
keluarkan oleh PT dapat dicantumkan nama pemiliknya, disebut saham atas nama,
dapat juga tidak dicantumkan nama pemiliknya.
PEMBAHASAN
Pengertian Modal Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik

perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut.
Saham yang merupakan bukti pemilikan PT mempunyai beberapa hak sebagai
berikut :
1) Hak untuk berpartisipasi dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan yaitu
melalui hak suara dalam rapat pemegang saham.
2) Hak untuk memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk dividen yang dibagi
oleh perusahaan.
3) Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan agar proporsi
pemilikan saham masing – masing pemegang saham dapat tidak berubah.
4) Hak untuk menerima pembagian aktiva perusahaan dalam hal perusahaan
dilikuidasi.
Apabila perusaan itu mengeluarkan satu saham maka seluruh pemegang saham
mempunyai hak yang sama,tetapi bila saham yang dikeluarkan itu lebih dari satu
jenis maka yang diberikan kepada masing – masing jenis berbeda, tergantung pada
kontrak pengeluaran saham yang disetujui.
Dalam akta pendirian perusahaan disebutkan jumlah lembar saham yang akan
dikeluarkan, jumlah yang sudah disetor dan nilai nominal saham adalah nilai yang
tercantum dalam tiap – tiap lembar saham,yaitu nilai yang ditetapkan untuk masing

– masing lembar.

Jenis – Jenis Saham
Apabila perusahaan mengeluarkan satu macam saham maka saham – saham itu
disebut saham biasa (common stock). Apabila saham yang dikeluarkan itu 2
macam,yang satu adalah saham biasa dan yang lain adalah saham prioritas
(preferred stock).Berikut ini diuraikan mengenai masing – masing jenis saham
yaitu :

1.

Saham biasa

Saham biasa adalah saham yang melunasinya dilakukan dalam urutan yang paling
akhir dalam hal perusahaan dilikuidasi, sehingga risikonya adalah yang paling
besar. Karena risikonya besar, biasanya jika usaha perusahaan berjalan dengan baik
maka dividen saham biasa akan lebih besar daripada saham prioritas.
2.

Saham prioritas


Saham yang mempunyai beberapa kelebihan, biasanya dihubungkan dengan
pembagian deviden dan pembagian aktiva pada saat perusahaan dilikuidasi. Dalam
hal pembagian deviden adalah bahwa deviden yang dibagi pertama kali harus
dibagikan untuk saham prioritas, kalau ada kelebihan baru dibagikan kepada
pemegang saham biasa.
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki saham prioritasnya yaitu :
a.

Saham Prioritas Kumulatif dan tidak Kumulatif

Ø Saham prioritas kumulatif: adalah saham prioritas yang devidennya setiap tahun
harus dibayarkan kepada pemegang saham. Jika dalam suatu tahun deviden tidak
dapat dibayar, maka pada tahun-tahun berikutnya deviden yang belum dibayar
harus dilunasi lebih dulu, sehingga dapat mengadakan pembagian deviden untuk
saham biasa.
Ø Saham prioritas tidak kumulatif: deviden tahun-tahun sebelumnya yang belum
dibayar tidak perlu dilunasi pada tahun-tahun berikutnya. Jika akan membayar
deviden untuk saham biasa, kewajibannya hanya membayar deviden saham
prioritas untuk tahun tersebut.


b.

Saham prioritas berpartisipasi dan tidak berpartisipasi

Ø Saham prioritas berpartisipasi adalah : jika saham prioritas berhak atas deviden
dengan jumlah yang sama besar dengan saham biasa sesudah saham biasa
mendapat deviden sebesar persentase deviden saham prioritas.

Ø Saham prioritas tidak berpartisipasi adalah: saham prioritas akan mendapat
deviden sampai jumlah tertentu (dinyatakan dalam %) yang ditetapkan sesudah
saham biasa mendapat deviden dengan tarif yang sama dengan saham prioritas.

c.

Saham Prioritas atas aktiva dan dividen pada saat likuidas

Saham dengan preferensi seperti ini pada saat likuidas akan tetap menerima
dividen yang belum bayar, walaupun saldo laba tidak dibagi mencukupi. Sesudah
pelunasi dividennya, saham prioritas ini dilunasi. Jika saldo laba tidak dibagi tidak

mencukupi maka pelunasan dividen dan nominal saham prioritas dilakukan dari
modal yang disetor dari saham yang biasa.
Saham biasa yang pelunasannya jatuh pada urutan terakhir akan menerima jumlah
pengembalian sebesar sisa modal disetor yang masih ada. Dapat terjadi sisanya nol
sehingga saham biasa tidak memperoleh pengembalian.

d.

Saham prioritas yang dapat ditukar dengan Saham Biasa

kadang – kadang saham prioritas mempunyai preferensi dapat ditukar dengan
saham biasa pemegang saham prioritas jenis ini akan menukarkan sahamnya
dengan saham biasa dalam keadaan dividen yang dibagi untuk saham biasa tiap
tahunnya lebih besar dari pada dividen untuk saham prioritas.
Apabila keaadaan seperti yang disebutkan diatas diperkirakan akan berlangsung
terus maka lebih menguntungkan memiliki saham biasa dari pada saham prioritas
karena saham biasa mempunyai klaim yang tidak terbatas atas laba.

2.3


Pencatatan Modal Saham

Untuk dapat melakukan pencatatan modal saham dengan baik, perlu diketahui
istilah – istilah sebagai berikut :
(a)
Modal saham statuter atau modal saham yang diotorisasi yaitu : jumlah
saham yang dapat dikeluarkan sesuai dengan akte pendirian perusahaan.
(b)

Modal saham yang beredar: jumlah saham yang sudah dijual (beredar).

(c)
Modal saham belum beredar yaitu: jumlah saham yang sudah diotorisasi
tetapi belum dijual.

(d)
Treasury stock yaitu : modal saham yang sudah dijual dan sekarang dibeli
kembali oleh perusahaan.
(e)
Modal saham dipesan: jumlah saham yang disisihkan karena sudah

dipesan untuk dibeli.

v Penjualan secara Tunai
Saham yang dijual secara tunai akan dicatat dengan mendebit akun (rekening) kas
dan mengkredit rekening (akun) modal saham. Selisih harga jual saham (perdana)
dengan nilai nominalnya akan dicatat dengan mengkredit rekening agio saham atau
mendebit rekening disagio saham. Jurnal untuk mencatat penjualan saham perdana
adalah :
Kas

Rp.xxxx

Disagio Saham

Rp.xxxx

Modal Saham

Rp.xxxx


Atau

Kas

Rp.xxxx
Modal Saham
Agio Saham

Rp.xxxx
Rp.xxxx

v Penjualan Melalui Pesanan
saham dilakukan melalui pesanan, yaitu dengan cara dibayar sebagian dan sisanya
akan dilunasi kemudian. Jumlah harga yang belum dilunasi dicatat senagai piutang
pesanan saham,dan jumlah nominal saham yang dipesan dikreditkan kerekening
modal saham di pesan. Apabila harga jual saham tidak sama dengan nilai
nominalnya, selisihnya dicatat dalam rekening agio saham atau disagio saham pada
waktu pesanan itu diterima.
Untuk pemesanan yang sudah melunasi harga saham maka sahamnya dikeluarkan.
Pengeluaran saham ini di catat dengan mendebit rekening modal saham dipesan

dan mengkredit modal saham. Jurnal untuk mencatat penjualan saham.

Kas

Rp.xxxx

Piutang pesanan saham

Rp.xxxx

Disagio saham

Rp.xxxx

Modal saham dipesan

Rp.xxxx

Atau
Kas


Rp.xxxx

Piutang pesanan saham

Rp.xxxx

Modal saham dipesan
Agio saham

Rp.xxxx
Rp.xxxx

Jurnal untuk mencatat penerimaan piutang :

Kas

Rp.xxxx
Piutang pesanan saham


Rp.xxxx

Jurnal untuk mencatat penyerahan saham :

Modal saham dipesan
Modal saham biasa/prioritas
2.4

Rp.xxxx
Rp.xxxx

Pembatalan Pesanan Saham

Saham yang sudah di pesan, jumlah lembarnya disisihkan tersendiri dan akan di
serahkan kepada pemesan bila harga jual sham sudah dilunasi. Apabila terjadi
pemesanan tidak dapat melunasi kekurangan pembayarannya maka perusahaan
dapat mengambil salah satu jalan sebagai berikut :

(a)

Uang yang sudah diterima dikembalikan kepada pemesan

Jurnalnya :
Modal saham dipesan

Rp.xxxx

Agio saham biasa/prioritas

Rp.xxxx

Kas

Rp.xxxx

Piutang pesanan saham

Rp.xxxx

(b) Uang yang sudah diterima dikembalikan pada pemesan sesudah dikurangi
biaya atau kerugian penjualan kembali saham – saham tersebut.

Jurnalnya :
Modal saham dipesan

Rp.xxxx

Agio saham biasa/prioritas

Rp.xxxx

Kas

Rp.xxxx

Piutang pesanan saham

Rp.xxxx

Utang pada pemesan

Rp.xxxx

Kas

(c)

Rp.xxxx

Utang yang sudah diterima dianggap hilang (tidak dikembalikan)

Jurnalnya :

Modal saham dipesan
Agio saham

Rp.xxxx
Rp.xxxx

-

Modal dari pembatalan pesanan saham

Rp.xxxx

Piutang pesanan saham

Rp.xxxx

(d) Mengeluarkan saham yang nilainya sama dengan jumlah uang yang sudah
diterima
Jurnalnya :

Modal Saham dipesan

Rp.xxxx

Agio Saham

Rp.xxxx

Modal Saham
Piutang pesanan saham

2.5

Rp.xxxx
Rp.xxxx

Penjualan Saham secara Lumpsum

Penjualan saham bisa dilakukan dengan cara penjualan per unit saham. Unit saham
ini terdiri daribeberapa jenis saham. Apabila penjualan dilakukan dengan cara
seperti ini maka penerimaan dari penjualan akan dibagikan untuk setiap jenis
saham tersebut. Metode yang dapat digunakan adalah :
Ø Metode Intelektual
Ø Metode Proporsional
Bila harga pasar kedua jenis saham diketahui maka perhitungannya menggunakan
metode Proporsional. Namun apabila hanya harga salah satu jenis saham saja yang
di ketahui maka di gunakan metode Intelektual.

2.6

Pertukaran Saham dengan Aktiva selain Kas

kadang – kadang modal saham dikeluarkan dengan menerima aktiva (selain dari
kas). Dalam keadaan seperti ini besarnya jumlah yang akan di catat dalam rekening
modal rekening aktiva didasarkan pada yang lebih muda ditentukan dari :
(a)

Harga pasar saham yang di keluarkan

(b) Nilai wajar aktiva tang diterima

PSAK No.21 paragraf 13 (f) menyatakan bahwa saham dicatat berdasarkan nilai
wajar aktiva bukan kas yang diterima (butir b). Apabila kedua penilaian diatas tidak
dapat ditentukan,biaasanya dilakukan terhadap aktiva yang diterima. Penilaian ini
bisa juga dilakukan oleh pimpinan perusahaan. Kecendrungan yang sering terjadi
jika penilaian dilakukan oleh pimpinan perusahaan aadalah menghindari adanya
disagio saham,sehingga aktiva dan modal saham akan dicatat terlalu besar maka
modal saham itu disebut “watered”. Tetapi jika dicatat terlalu kecil maka neraca
yang disusun mengandung “cadangan rahasia”.

Contoh :
PT Risa Fadila menerbitkan 10.000 lembar saham nominal Rp.1.000,00 per lembar
dan ditukar dengan sebuah gedung.
maka:

1.
Apabila harga pasar saham tidak diketahui,tetapi harga pasar gedung
diketahui sebesar Rp 15.000.000,00,maka jurnal yang dibuat adalah :

Gedung

Rp.15.000.000,00

Modal saham

Rp.10.000.000,00

Agio saham

Rp. 5.000.000,00

2.
Apabila harga pasar gedung tidak di ketahui tetapi harga pasar saham
diketahui sebesar Rp.14.000.000,00,maka jurnalnya adalah :

Gedung

Rp.14.000.000,00

Modal saham

Rp.10.000.000,00

Agio saham

Rp. 4.000.000,00

3.
Apabila harga pasar saham dan bangunan keduanya tidak di ketahui dan
pimpinan perusahaan menetapkan harga perolehaan bangunan sebesar
Rp.12.500.000,00,maka jurnalnya adalah :

Gedung

2.7

Rp.12.500.000,00

Modal saham

Rp.10.000.000,00

Agio saham

Rp. 2.500.000,00

Bonus yang berupa Saham

Agar penjualan obligasi atau saham prioritas bisa menarik pembeli,kadang – kadang
diberikan sahm biasa sebagai bonus. Misalnya dalam penjualan 10 lembar saham
prioritas nominal @ Rp.1.000,00 diberi bonus 1 lembar saham biasa,nominal
Rp.1.000,00. Harga pasar saham prioritas tanpa bonus = Rp.950,00 per lembar.
Jurnal untuk mencatat transaksi diatas adalah sebagai berikut :

Kas

Rp.10.000,00

Disagio saham prioritas

Rp.

500,00

Disagio saham biasa

Rp.

500,00

Modal saham prioritas

Rp.10.000,00

Modal saham biasa

Rp. 1.000,00

Disagio saham prioritas dan saham biasa di hitung sebagai berikut :

Nilai nominal saham prioritas (10 lembar)

Rp.10.000,00

Harga pasar saham prioritas (10 lembar)

Rp. 9.500,00

Disagio saham prioritas

Rp.

500,00

Harga jual saham prioritas plus bonus

Rp.10.000,00

Harga pasar saham prioritas tanpa bonus

Rp. 9.500,00

Nilai ssaham biasa

Rp.

500,00

Nilai nominal saham biasa

Rp. 1.000,00

Disagio saham biasa

Rp.

2.8

500,00

Perlakuan terhadap Agio atau Disagio Saham yang Dijual

Dalam hal penjualan saham dengan harga di atas atau di bawah nilai nominal,maka
selisih itu akan dicatat didalam rekening giro atau disagio saham. Rekening (akun)
agio saham dipakai untuk mencatat kelebihan harga di atas nilai nominalnya
sedang rekening disagio saham dipakai untuk mencatat kekurangan harga dari nilai
nominal saham. Rekening – rekening agio atau disagio saham adalah rekening yang
menunjukan modal yang disetor dari pemegang saham,oleh karena itu selama
saham – saham tersebut masih beredar maka rekening itu juga akan nampak dalam
neraca. Didalam neraca rekening agio saham merupakan pengurangan terhadap
rekening modal saham. Apabila saham yang beredar ditarik,maka rekening agio dan
disagio saham yang berhubungan dengan saham tersebut dibatalkan.

2.9

Pungutan Tambahan atas Saham (Assessments)

Dalam suatu keadaan tertentu perusahaan bisa mengadakan pungutan tambahan
kepada para pemegang saham. Pencatatn terhadap pungutan tambahan ini
tergantung pada harga jual saham – saham tersebut. Apabila saham – saham itu
dulu dujual dibawah nominal (dengan disagio) maka pungutan tambahan yang
dikenakan kepada para pemegang saham di catat sebagai berikut :

Kas

Rp.xxxx
Disagio saham

Rp.xxxx

Rekening giro saham akan di kredit maksimum sebesar disagio yang timbul dari
penjualan saham. Jika pungutan lebih besar dari pada disagio maka selisihnya akan
dikreditkan kerekening modal pungutan tambahan. Tetapi apabila penjualan saham
dulunya tidak dibawah nominal maka pungutan tadi semuanya akan dikreditkan
kerekening modal pungutan tambahan.
2.10

Pengeluaran Saham untuk membeli (Akuisisi) Perusahaan

Sebuah PT bisa membeli (akuisisi) perusahaan lain dan di gabungkan (merger)
menjadi satu. Pembelian ini dapat dibayar dengan saham dari PT tersebut. Jumlah
saham akan dipakai untuk pembayaran tergantung pada harga pasar saham
tersebut dan juga harga pasar dari aktiva perusahaan yang dibeli.
Kadang – kadang perusahaan yang diakuisisi dinilai lebih tinggi dari pada harga
pasar aktivanya,hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal,antara lain kemampuan
perusahaan itu dalam memperoleh laba. Selisih harga pasar aktiva yang diakuisisi
dengan jumlah harga pembelian yang disetujui dicatat sebagai goodwill.
Kadang – kadang perusahaan – perusahaan perseorangan bergabung untuk
membentuk suatu PT. Masing – masing perusahaan akan menerima saham dari PT
tersebut sebagai ganti aktiva yang diserahkan kepada PT baru. Bisa juga sebuah
perusahaan perseorangan berganti bentuk menjadi PT. Apabila perusahaan yang
lama itu berbentuk firma maka para anggota firma tersebut akan menerima saham
dari PT yang baru sebanding dengan modal masing – masing anggota. Dalam
keadaan ini ada 2 cara pencatatan yang dapat dilakukan :
1.

Buku – buku perusahaan lama diperlanjutkan sebagai buku perusahaan baru.

2.
Buku – buku perusahaan lama ditutup dan dibuat buku baru untuk perusahaan
baru.

Laba Tidak Dibagi
Laba tidak dibagi merupakan modal yang berasal dari perusahaan yaitu kumpulan
laba dan rugi sampai saat tertentu sesudah dikurangi dividen yang dibagi dan
jumlah yang dipindahkan ke rekening modal. Laba rugi ini dapat berasal dari laba
rugi usaha, laba rugi kegiatan yang tidak rutin seperti laba penjualan aktiva tetap,
dan koreksi terhadap laba tahun-tahun yang lalu. Apabila rekening laba tidak dibagi
menunjukan saldo debit maka disebut defisit.
Laba tidak dibagi dapat digunakan untuk beberapa tujuan sebagai berikut:
-

Pembagian dividen

-

Pembelian treasury stock

-

Pembatasan laba tidak dibagi untuk tujuan-tujuan tertentu (appropriations)

-

Rekapitalisasi

-

Penyerapan kerugian

Pencatatan laba tidak dibagi hendaknya dipisahkan dari modal setor agar dapat
diketahui sumber masing-masing modal. Walaupun laba tidak dibagi itu sebagian
jumlahnya sudah dibatasi penggunaannya, tetapi keduanya tetap termasuk dalam
jumlahlaba tidak dibagi. Dalam neraca jumlah laba tidak dibagi terdiri dari 2
golongan rekening yaitu lada tidak dibagi yang masih bebas dan laba tidak dibagi
yang sudah tujuan penggunaan.

2.2 Dividen
Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang sebanding dengan
jumlah lembar yang dimiliki. Dividen biasanya dibagiakan dengan interval waktu
yang tetap namun kadang-kadang diadakan pembagian dividen tambahan pada
waktu yang bukan biasanya. Apabila dividen yang dibagikan itu berbentuk selain
uang tunai maka akan dicatat dengan judul yang sesuai. Jika digunakan istilah
dividen saja, maka yang dimaksudkan adalah dividen kas. Pembagian dividen pada
para pemegang saham dapat berakibat sebagai berikut:
Pembagian aktiva PT dan penurunan dalam jumlah modal PT seperti dalam
hal dibiden kas, aktiva selain kas, atau dividen likuidasi.
Timbulnya suatu utang dan suatu penurunan dalam jumlah modal PT seperti
dalam hal dividen utang atau dividen kas yang sudah diumumkan tetapi belum
dibayar.
Tidak ada perubahan dalam aktiva, utang atau jumlah modal PT, tetapi
hanya menimbulkan perubahan komposisi masing-masing elemen dalam modal PT
seperti dalam hal dividen saham.

Dividen yang dibagi oleh perusahaan bisa mempunyai beberapa bentuk sebagai
berikut:
1.

Dividen kas

Dividen yang paling umum dibagikan oleh PT adalah dividen dalam bentuk kas.
Yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat

pengumuman adanya dividen kas ialah apakah jumlah uang kas yang ada
mencukupi untuk pmbagian dividen tersebut.
Contoh:
Misalnya PT Rsa Fadila pada tanggal 20 desember 2005 mengumumkan pembagian
dividen sebesar Rp 1.000,00 untuk setiap lembar saham biasa dan akan dibayar
tanggal 20 januari 2006 pada pemegang saham yang terdaftar pada tanggal 10
januari 2006. Saham biasa yang beredar sebanyak 1.000 lembar. Jurnal yang dibuat
PT Risa Fadila untuk mencatat bagian dividen diatas adalah:
Tanggal pengumuman (20 desember 2005)
Laba tidak dibagi
Utang dividen kas

Rp 1.000.000,00
Rp 1.000.000,00

Tanggal pembayaran (20 januari 2006)
Utang dividen kas
Kas

Rp 1.000.000,00
Rp 1.000.000,00

Dalam neraca yang disusun pada tanggal 31 desember 2005, utang dividen kas
dilaporkan dalam kelompok utang lancar karena akan segera dilunasi.

2.

Dividen aktiva selain kas (property dividends)

Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang
dimiliki oleh PT, barang dagang atau aktiva-aktiva lain. Pemegang saham akan
mencatat dividen yang diterimanya ini sebesar pasar aktiva tersebut. Akan tetapi
PT yang membagi property dividends akan mencatat dividen ini sebesar nilai buku
aktiva yang dibagikan.
Contoh:
PT Bahtera mempunyai 10.000 lembar saham PT XYZ, dengan harga perolehan
sebesar Rp 1.100.000,00. Saham PT Bahtera yang beredar sebanyak 10.000 lembar.
Pada tanggal 15 desember 2005 diumumkan pembagian property dividends dimana
setiap lembar saham PT Bahtera akan menerima 1 lembar saham PT XYZ,
pembagiannya pada tanggal 15 januari 2006 sebesar Rp 125,00 per lembar. Jurnal
yang dibuat oleh PT Bahtera adalah
15 desember 2005
Laba tidak dibagi

Rp 1.100.000,00

Utang dividen saham PT XYZ

Rp 1.100.000,00

15 januari 2006
Utang dividen saham PT XYZ
Investasi dalam saham PT XYZ
3.

Rp 1.100.000,00
Rp 1.100.000,00

Dividen utang (scrip dividends)

Utang dividen timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk
pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Oleh karena itu PT akan
mengeluarkan scrip dividends yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu
diwaktu yang akan datang. Scrip dividends ini mungkin berbunga, mungkin juga
tidak.
Contoh:
PT ABC mengumumkan pembagian scrip dividends sebesar Rp 1.000.000,00 bunga
10% jatuh tempo 3 bulan kemudian. Jurnal yang dibuat PT ABC sebagai berikut.
Laba tidak dibagi
Utang dividen scrip

Rp 100.000,00
Rp 100.000,00

Ketika jatuh tempo scrip dan bunganya dilunasi dengan jurnal:
Utang dividen scrip

Rp 100.000,00

Biaya bunga

RP 2.500,00

Kas

Rp 102.500,00

Perhitungan :
Biaya bunga= 3/12 x 10% x Rp 100.000,00 = Rp 2.500,00

4.

Dividen likuidasi

Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal.
Dividen likuidasi ini dapat dicatat dengan mendebit rekening pengemba\lian modal
yang dalam neraca dilaporkan sebagai pengurang modal saham. Dalam perusahaan
yang memiliki wasting assets yang tidak akan diganti, bisa membagi dividen
likuidasi secara periodik. Biasanya modal yang dikembalikan adalah sebesar deplesi
yang diperhitungkan untuk pertiode tersebut. Apabila perusahaan membagi saham
likuidasi, maka para pemegang saham harus diberitahu mengenai berapa jumlah

pembagian laba dan berapa yang merupakan pengembalian modal, sehingga para
pemegang saham dapat mengurangi rekening investasinya.

5.

Dividen saham

Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipunggut pembayaran
kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya.
Dividen saham dapat dibagikan sebagai berikut:
o Dividen saham berupa saham yang jenisnya sama, misalnya dividen saham
biasa untuk pemegang saham biasa, atau dividen saham prioritas untuk pemegang
saham prioritas, disebut dividen saham biasa.
o Divden saham berupa saham yang jenisnya berbeda, misalnyta dividen saham
prioritas untuk pemegang saham biasa atau dividen saham biasa untuk pemegang
saham prioritas, disebut dividen saham spesial (khusus).
Ada beberapa keadaan atau alasan-alasan yang membenarkan pembagian dividen
saham, antara lain:
Keinginan pimpinan perusahaan untuk menahan laba secara tetap yaitu
dengan mengkapitalisasi sebagian laba tidak bidagi. Akibat adanya dividen saham
ialah menaikan jumlah modal setor yaitu dengan cara membebani rekening laba
tidak dibagi dan dikreditkan ke rekening modal saham.
Untuk dapat membagi dividen tanpa pembagian aktiva yang diperlukan
untuk modal kerja atau ekspansi.
Untuk menaikan jumlah lembar saham yang beredar, sehingga harga
pasarnya akan menurun. Akibatnya yang lain adalah untuk mendorong
perdagangan saham.
Yang perlu diketahui bahwa dividen saham ini berbeda dengan pemecahan saham.
Karena dalam pemecahan saham tidak ada perubahan struktur modal. Tetapi dalam
dividen saham terjadi perubahan struktur modal, walaupun jumlah modal
keseluruhan tidak berubah. Dalam dividen saham, nilai nominal per lembar tidak
berubah, tetapi dalam pemecahan saham nilai nominal sahanya berubah. Sebagai
ilustrasi pembagian dividen saham, diberikan contoh sebagai berikut:
Modal PT ADA adalah sebagai berikut:
Modal saham prioritas, nominal Rp 2.000,00 beredar 5.000 lembar
10.000.000,00

Rp

Modal saham biasa, nominal Rp 1.000,00 beredar 10.000 lembar
10.000.000,00
Agio saham prioritas

RP
Rp 1.000.000,00

Agio saham biasa

Rp 1.500.000,00

Laba tidak dibagi

Rp 15.000.000,00

Jumlah

Rp 37.500.000,00

Harga pasar per lembar:
Saham prioritas
Saham biasa

= Rp 2.500,00
= Rp 1.100,00

Untuk mencatat dividen saham, terdapat beberapa harga yang dapat digunakan
yaitu dicatat sebesar harga pasar pada saat saham dibagi, dicatat sebesar nilai
nominasi saham, dan dicatat sebesar harga jual sahamnya dulu sehingga jumlah
agio atau disagionya sama.
Contoh:
Diumumkan pembagian dividen saham sebesar 10% untuk pemegang saham biasa.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat dividen sebagai berikut:
Laba tidak dibagi
Utang dividen saham biasa
Agio saham biasa

Rp 1.100.000,00
Rp 1.000.000,00
Rp 100.000,00

Pada tanggal pengeluaran:
Utang dividen saham biasa
Modal saham biasa

Rp 1.000.000,00
Rp 1.000.000,00

Pembagian dividen pada para pemegang saham dapat berakibat sebagai berikut:
Pembagian aktiva PT dan penurunan dalam jumlah modal PT seperti dalam
hal dibiden kas, aktiva selain kas, atau dividen likuidasi.

Timbulnya suatu utang dan suatu penurunan dalam jumlah modal PT seperti
dalam hal dividen utang atau dividen kas yang sudah diumumkan tetapi belum
dibayar.
Tidak ada perubahan dalam aktiva, utang atau jumlah modal PT, tetapi
hanya menimbulkan perubahan komposisi masing-masing elemen dalam modal PT
seperti dalam hal dividen saham.

2.3 Akumulasi Dividen dari Saham Prioritas
Dividen saham prioritas yang berakumulasi, sebelum secara resmi diumumkan
belum merupakan PT tetapi supaya jelas, didalam neraca diminta untuk melaporkan
adanya akumulasi dividen tersebut. Cara melaporkan dalam neraca bisa :
a.

Catatan kaki (footnote)

b.
Laba tidak dibagi yang tidak dibatasi dikurangi dengan jumlah dividen yang
belum dibayar dengan cara sebagai berikut :
Laba tidak dibagi:
Jumlah dividen saham preperen yang belum dibayar
Yang tidak dibatasi

Rp100.000,00

Rp500.000,00

Jumlah

Rp600.000,00

Dividen untuk saham tanpa nilai nominal
Jika saham yang beredar tanpa nominal, maka dividen yang akan dibagikan harus
dinyatakan dalam rupiah dan bukan dalam persentase. Apabila perusahaan ingin
mentransfer laba tidak dibagi ke modal saham, tidak perlu mengumumkan dividen
saham tetapi cukup dengan membuat jurnal sebagai berikut:
Laba tidak dibagi
Modal saham

Rpxx
Rpxx

2.4 Pembatasan Laba Tidak Dibagi
Seperti yang telah disebutkan dimuka, laba tidakdibagi itu berasal dari kumpulan
laba rugi perusahaan baik yang rutin, tidak rutin atauyang merupakan koreksi laba
tahun-tahun sebelumnya. Dividen yang dibagikan dibebankan ke rekening laba

tidak dibagi. Dari waktu ke waktu dapat dilakukan pembatasan terhadap laba tidal
dibagi dengan maksud untuk menjaga agar tidak semua saldo tidak dibagi diminta
sebagai dividen. Pembatasan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1.
Dengan membuat jurnal untuk mencatat pembatasan laba tidak
dibagi,sehingga jumlah laba yang tidak dibagi terdiri dari dua rekening yaitu
rekening laba yang tidak dibagi yang masih bebas dan laba tidak dibagi yang
dibatasi.
2.

Tidak membuat jurnal pembatasab laba tidak dibagi.

Dalam cara ini pembatasan-pembatasan yang dilaporkan dalam neraca dalam suatu
keterangan atau catatan kaki. Ada beberapa sebab yang mengakibatkan terjadinya
pembatasan laba tidak dibagi sebagai berikut:
1.
Untuk mematuhi peraturan (undang-undang). Biasanya undang-undang
seperti ini dimaksudkan agar tidak terjadi penurunan modal sampai dibawah jumlah
modal yang disetor. Contohnya adalah pembatasan untuk pembelian treasury stock.
2.
Untuk memenuhi perjanjian utang seperti dalam hal pengeluaran obligasi
dimana debitur harus membentuk dana pelunasan obligasi dan membatasi laba
tidak dibagi.
3.
Merupakan tindakan pimpinan perusahaan yang disesuaikan dengan rencana
keuangan perusahaan.
4.
Merupakan tindakan pimpinan perusahaan untuk menjaga kemungkinan
timbulnya kerugian di waktu yan akan datang.
Penjelasan sebab no 1 diatas dapat dilihat bab yang dimuka yaitu dalam
pembahasan mengenai treasury stock. Berikut ini dibahas ketiga sebab yang lain.

a.
Pembatasan laba tidak dibagi untuk memenuhi perjanjian utang
panjang
Agar pengeluaran obligasi dapat lebih menarik kreditur, biasanya dengan perjanjian
yang mewajibkan perusahaan untuk membuat dana pelunasan obligasi yang
disimpan oleh pihak ke tiga. Dana ini bisa merupakan setoran peridik dengan
jumlah tertentu, atau mungkin juga jumlahnya tidak sama. Untuk mengimbangi
adanya dana pelunasan obligasi, biasanya laba tidak dibagi juga diminta untuk
dibatasi penggunaannya. Pembatasan laba tidak dibagi dibuat dalam jurnal yang
sama dengan jumlah dana pelunasan obligasi. Bila obligasi yang beredar itu
merupakan obligasi berseri, jumlah pembatasan laba tidak dibagi tidak harus sama
dengan jumlah dana pelunasan obligasi. Pembatasan laba tidak dibagi ini dibuat
selama obligasi masih beredar, sesudah obligasi yang beredar itu dilunasi,

pembatasan yang sudah dilakukan dihapuskan dan dikembalikan ke rekening laba
tidak dibagi. Jurnal yang dibuat untuk mambatasi laba tidak dibagi adalah sebagai
berikut:

Laba tidak di bagi

Rpxx

Laba tidak dibagi untuk pelunasan obligasi

Rpxx

Sesudah obligasi dilunasi pembatasan laba tidak dibagi dihapuskan dengan jurnal
sebagai berikut:
Laba tidak dibagi untuk pelunasan obligasi
Laba tidak dibagi

Rpxx
Rpxx

Pembatasan laba tidak dibagi dapat juga dilakukan tanpa jurnal seperti diatas,
tetapi dengan memberi keterangan untuk menunjukan jumlah yang dibatasi
penggunaannya.

b.

Pembatasan laba tidak dibagi untuk perencanaan keuangan

Perusahaan yang mempunyai rencana untuk memperluas kegiatannya, dapat
membatasi laba tidak dibagi supaya tetap bisa ditahan dalam perusahaan. Sesudah
ekspansi dilakukan berarti tujuan pembatasan laba tidk dibagi itu sudah tercapai
maka laba tidak dibagi yang dibatasi dahapuskan dan dikembalikan ke rekening
laba tidak dibagi. Pembatasan laba tidak dibagi untuk tujuan perluasan dapat
ditunjukan dalam rekening-rekening sebagai berikut:
·

Laba tidak dibagi untuk investasi pabrik

·

Laba tidak dibagi untuk modal kerja

·

Laba tidak dibagi untuk pembelian mesin

Sesudah tujuan pembatasan ini tercapai, rekening yang dibatasi dikembalikan ke
rekening laba tidak dibagi, berarti jumlahnya dapat diminta sebagai dividen. Untuk
manjaga agar jumlah tersebut dapat tetap menjadi modal perusahaan maka
perusahaan dapat membagi dividen saham.

c.
Pembatasan laba tidak dibagi untuk kemungkinan timbulnya
kerugian di masa yang akan datang
Untuk menjaga kemungkinan timbulnya kerugian di masa yang akan dtang
pimpinan perusahaan dapat membatasi laba tidak dibagi dan mencatatnya dalam
rekening-rekening sebagai berikut:
Ø Laba tidak dibagi untuk ketidakpuasan
Ø Laba tidak dibagi untuk kemungkinan turunnya harga persediaan
Ø Laba tidak dibagi untuk kemungkinan kerugian dalam sengketa hukum
Ø Laba tidak dibagi untuk asuransi diri

Seperti dalam tujuan pembatasan yang lain, pembatasan untuk kemungkinan
kerugian dimasa yang akan datang ini dapat dikerjakan dengan membuat jurnal
atau dengan memberi keterangan tanpa jurnal.

2.5 Pengukuran-Pengukuran Yang Dihitung Dari Laporan Keuangan PT
Dari laporan PT dapat dilakukan beberapa perhitungan yang dipakai sebagai alat
pengukuran terhadap kemampuan perusahaan yaitu:
1.

Nilai buku per lembar saham

2.

Pendapatan per lembar saham

1.

Nilai buku per lembar saham (book value per share)

Yang dimaksud nilai buku saham adalah jumlah rupiah yang menjadi milik tiap-tiap
lembar saham dalam modal PT. nilai buku ini jumlah yang akan dibayarkankepada
para pemegang saha pada waktu pembubaran (likuidasi) PT, jika aktiva dapat dijual
sebesar nilai bukunya. Apabila saham yang beredar itu hanya satu macam, yaitu
saham biasa maka nilai buku per lembar saham dihitung sebagai berikut:

Jumlah PT
Nilai buku per lembar saham =

jumlah lembar saham yang beredar

Sebagai ilustrasi, berikut ini contoh modal dari PT Risa Fadila.
Modal saham , nominal Rp1000,00 1000 lembar beredar

Rp1.000.00,00

Agio saham

Rp 550.000,00

Laba tidak dibagi

Rp 575.000,00

Jumlah

Rp2.125.000,00

Nilai buku per lembar = Rp2.125.00,00 = Rp2.125,00
1000 lembar

Apabila ada modal saham dipesan, maka jumlahnya ditambahkan pada modal dan
jumlah lembarnya ditambahkan pada jumlah lembar yang beredar. Jika ada treasury
stock, maka jumlahnya dikurangkan pada modal dan jumlah lembarnya dikurangkan
pada jumlah lembar yang beredar.
Misalnya: modal PT Bahtera sebagai berikut:
Modal saham, nominal Rp1000,00 beredar 1000 lembar
Dibeli sebagi treasury stock 100 lembar

Rp1.000.000,00

Modal saham dipesan 300 lembar

Rp 300.000,00

Agio saham

Rp 425.000,00

Laba tidak dibagi: dibatasi
Tidak dibatasi

Rp350.000,00
Rp450.000,00
Rp 800.000,00

Rp2.525.000,00
(-) treasury stock, sebesar harga beli

Rp 125.000,00
Rp2.400.000,00

Nilai buku per lembar saham =
100 lembar + 300 lembar - 100 lembar
= Rp2000.00

Rp2.400.000,00

Apabila saham yang beredar itu terdiri dari saham biasa dan prioritas, maka
pertama kali harus dihitung dulu bagian modal yang menjadi milik saham prioritas.
Sisa modal yang ada menjadi bagian saham biasa. Nilai buku per lembar saham
prioritas adalah bagian modal saham prioritas dibagi dengan jumlah lembar saham
prioritas yang beredar. Nilai buku per lembar saham biasa adalah bagian modal
saham biasa dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. menghitung
bagian modal yang menjadi milik saham prioritas perlu dipertimbangkan hal – hal
berikut :
1.
Nilai likuidasi yaitu jumlah yang akan dibayarkan kepada pemegang saham
prioritas pada saat perusahaan dilikuidasi. Nilai ini bisa dibawah nominal, sama
dengan nominal atau lebih besar dari nominal.
2.
Hak dividen. Saham prioritas mungkin mempunyai hak – hak tertentu,
misalnya hak atas laba tidak dibagi sesuai dengan perjanjian tentang dividen.
Dalam keadaan seperti ini, maka laba tidak dibagi sebesar jumlah yang sesuai
dengan perjanjian akan dihubungkan dengan saham prioritas. Kadang – kadang
saham prioritas itu bersifat kumulatif atau berpartisipasi, jika keadaannya seperti ini
maka harus dihitung berapa besarnya laba tidak dibagi yang harus diperhitungkan
terhadap saham prioritas.
Sebagian ilustrasi perhitungan nilai buku saham prioritas dan biasa, berikut ini
diberikan beberapa contoh, yang dasarnya adalah modal PT ADA per 31 Desember
2005 sebagai berikut :
Modal saham biasa, 10.000 lembar, nominal @ Rp 500,00
5.000.000,00
Laba tidak dibagi

Rp
Rp 750.000,00
Rp 6.750.000,00

Contoh 1:
Dividen saham prioritas yang belum dibayar adalah mulai 1 juli 2005. Nilai
likuidasi saham prioritas Rp 1.100,00. Saham prioritas berhak atas dividen yang
belum diterima. Nilai buku saham pada tanggal 31 Desember 2005 dihitung sebagai
berikut :
Jumlah modal

Rp 6.750.000,00

Modal untuk saham prioritas :
Nilai likuidasi

: Rp 1.100,00 x 1.000 lembar

Nilai dviden : 6/ 12 x 10% x Rp 1.000.000,00 = Rp

= Rp 1.100.000,00
50.000,00

Rp

1.150.000,00

Modal untuk saham biasa

=Rp 5.600.000,00

Nilai buku per lembar :
Prioritas

= Rp 1.150.000,00 : 1.000 lembar

= Rp 1.150,00

Biasa

= Rp 5.600.000,00 : 10.000 lembar

= Rp

560,00

Contoh 2:
Nilai likuidasi saham prioritas Rp 1.100,00. Saham prioritas adalah kumulatif
dan dividen yang belum dibayar adalah sejak tahun 2001. Perhitungan nilai buku
saham sebagai berikut :
Jumlah modal

Rp 6.750.000,00

Modal untuk saham prioritas :
Nlai likuidasi = Rp 1.100,00 x 1.000 lembar
1.100.000,00

= Rp

Dividen = 5 tahun x 10% x Rp 1.000.000,00
Rp
Modal untuk saham biasa

=Rp 500.000,00
1.600.000,00

Rp 5.150.000,00

Nilai buku saham per lembar :
Prioritas

= Rp 1.600.000,00 : 1.000 lembar

= Rp 1.600,00

Biasa

= Rp 5.150.000,00 : 10.000 lembar

= Rp

515,00

Contoh 3:
Nilai likuidasi saham prioritas Rp 1.000,00. Saham prioritas adalah kumulaif
dan dividen yang belum dibayar adalah sejak tahun 1998. Dividen selama 8 tahun
ini tetap diperhitungkan walaupun akan mengurangi modal untuk saham biasa
sampai dibawah nilai nominalnya. Perhitungan nialai buku saham sebagai berikut :
Jumlah modal

Rp 6.750.000,00

Modal untuk saham prioritas :
Nilai likuidasi = Rp 1.000,00 x 1.000 lembar = Rp 1.000.000,00

Dividen (98 s.d 05) =
8 tahun x 10% x Rp 1.000.000

= Rp 800.000,00

Rp 1.800.000,00
Modal untuk saham

Rp 4.950.000,00

Nilai buku saham per lembar :
Prioritas

= Rp 1.800.000,00 : 1.000 lembar

= Rp 1.800,00

Biasa

= Rp 4.900.000,00 : 10.000 lembar

= Rp

495,00

Contoh 4 :
Misalnya nilai likuidasi saham prioritas Rp 1.000,00. Dividen saham prioritas
½ tahun pertama tahun 2005 sudah dibayar. Saham prioritas berpartisipasi penuh
dengan saham biasa, sesudah saham biasa menerima dividen dengan persentase
yang sama dengan saham prioritasi. Laba tidak dibagi yang menjadi bagian saham
prioritas dan saham biasa dihitung sebagai berikut :
Jumlah
Prioritas

Biasa

Saldo laba tidak dibagi

Rp 750.000,00

Dividen prioritas = 6/12 x 10%x Rp 1.000.000,00 =

50.000,00

Rp 50.000,00

Rp 700.000,00
Dividen saham biasa 10% x Rp 5.000.000,00 =
Rp 500.000,00

500.000,00
Rp 200.000,00

Saldo dibagikan ke prioritas dan biasa dengan tarif

3,33% ( = 200.000 x 100% ) =
166.666,00

200.000,00

33.333,00

0,00

Rp 83.333,00

600.000
Rp
Rp 666.666,00

Nilai buku dihitung sebagai berikut

Rp6.750.000,00

Jumlah modal
Modal untuk prioritas :
Nilai likuidasi = 1.000 x Rp 1.000,00 = Rp 1.000.000,00
Dividen dan laba tidak dibagi

=

83.333,00

Modal untuk saham prioritas
1.083.000,00

Modal untuk saham biasa
Rp 5.666.666,00

Nilai buku saham per lembar =
Prioritas = Rp 1.083.333,00 : 1.000 lembar = Rp 1.083,33
Biasa

= Rp 5.666.666,00 : 10.000 lembar = Rp

566,67

2.6 Laba Perlembar Saham (Earnings Per Share/ Eps)
Yang dimaksud dengan laba per lembar saham adalah jumlah pendapatan
yang diperoleh dalam suatu periode untuk tiap lembar saham yang beredar.
Informasi mengenai laba perlembar saham dapat digunakan oleh pimpinan
perusahaan untuk menentukan dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga
berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Apabila
dividen yang dibayarkan pada setiap lembar saham dibandingkan dengan
pendapatan perlembar saham dalam periode yang sama, maka akan diperoleh
persentase pembayaran (pay out percentage/ devidend payout ratio)
Perhitungan laba per lembar saham diatur dalam SAK No. 56 yang
menyatakan ada dua macam laba per lembar saham yaitu :
1.
Laba per saham dasar (LSP dasar) adalah jumlah laba paada suatu periode
yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar dalam periode pelaporan.

2.
Laba per saham dilusian (LPS dilusian) adalah jumlah laba suatu periode yang
tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan efek
lain yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa yang
sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode pelaporan.

a.

Laba per Saham Dasar

Laba per saham dasar dihitung dengan memnagi laba atau rugi yang tersedia
bagi pemegang saham biasa ( laba bersih residual ) dengan jumlah rata – rata
tertimbang saham biasa yang beredar dalam suatu periode. Laba bersih residual
adalah laba bersih (setelah dikurangi beban pajak, pos luar biasa dan hak
pemegang saham minoritas) dikurangi dengan dividen saham utama yang
meliputi :
1.
Dividen saham utama (prioritas) bukan kumulatif yang di umumkan pada
periode yang bersangkutan.
2.
Dividen saham utama (prioritas) kumulatif yang terkumulasi pada periode
yang bersangkutan, baik dividen tersebut sudah atau belum diumumkan.
Rumus LPS dasar adalah :

Laba per saham dasar =

laba bersih – dividen sahm prioritas

Rata – rata tertimbang saham yang beredar
Apabila terdapat transaksi yang mengubah jumlah saham biasa, maka jumlah
rata – rata tertimbang saham biasa harus disesuikan. Contoh transaksi yang
mengubah jumlah saham biasa adalah :
1.

Pembagian divedin saham biasa dan saham bonus

2.
Penerbitan hak memesan lebih dulu (right issue) untuk pemegang saham
lama.
3.

Pemecahan saham (stock splits)

4.

Penggabungan saham.

Contoh 1:
PT Maju mempunyai modal saham biasa yang beredar dalam tahun 2005
sebanyak 1.000 lembar. Pendapatan bersih dalam tahun 2005 sebesar Rp

1.500.000,00. Semua saham sudah beredar sejak awal tahun 2005 dan tidak ada
saham prioritas. Pendapatan per lembar saham RT Maju untuk tahun 2005 sebesar :
Rp 1.500.000,00 – 0 = Rp 1.500,00
1.000 lembar

Contoh 2:
PT Baru mempunyai modal sebagai berikut : saham biasa (beredar) sebanyak
1.500 lembar. Saham prioritas, nominal Rp 1.000,00 per lembar, beredar sebanyak
500 lembar. Dividen saham prioritas sebesar 10%. Pendapatan bersih tahun 2005
sebesar Rp 2.000.000,00. Perincian mengenai saham biasa adalah sebagai berikut :
1 Januari 2005, beredar 1.000 lembar. 1 Juli 2005, emisi baru sebanyak 500 lembar.
Untuk dapat menghitung laba per lembar saham, pertama kali perlu dihitung
rata – rata tertimbang saham biasa yang beredar. Perhitungan sebagai berikut :

Jumlah

Laba Peredaran

Bobot

Rata – rata

Saham

(Bulan)

(Weight)

Tertimbang

1.000

6

6/12 = 1/2

500

1.500

6

6/12 = 1/2

750

Jumlah rata – rata tertimbang

Laba per lembar saham dasar

1.250

= Rp 2.000.000,00 – 50.000*)
1.250
= Rp 156,00.

*) Dividen saham prioritas = 500 lembar x Rp 1.000,00 x 10% = Rp 50.000,00.

b.

Laba per Saham Dilusian

Menurut SAK No. 56, dalam menghitung laba per saham dilusian, laba bersih
residual dan jumlah rata – rata tertimbang saham biasa beredar harus disesuaikan
dengan memperhitungkan dampak dari semua efek berpotensi saham biasa yang
dilutif. Yang dimaksud dilution (dilutif) adalah pengurangan terhadap EPS yang
diakibatkan oleh anggapan bahwa convertible securities sudah ditukarkan atau
options dan warrants sudah digunakan atau saham – saham lain sudah dikeluarkan
untuk memenuhi persyaratan – persyaratan tertenttu. Adapun contoh efek
berpotensi saham biasa adalah :
1.
Efek utang (debt security) atau instrumen ekuitas selain saham biasa yang
dapat ditukar dengan saham biasa.
2.
Waran atau opsi saham, yaitu instrumen keuangan yang memberikan hak
kepada pemiliknya untuk membeli saham biasa dengan harga tertentu dan dalam
periode (jangka waktu) tertentu.
3.
Kebijakan kepegawaian yang memberikan hak kepada karyawan untuk
menerima saham biasa sebagai bagian dari remunerasi atau hak untuk membeli
saham dengan syarat tertentu.
4.
Saham yang akan diterbitkan saat terpenuhinya kondisi – kondisi tertentu
yang dimuat dalam suatu perjanjian, seperti kontrak pembelian usaha atau aktiva
lain.
Perhitungan laba per saham dilusian pada dasarnya sama dengan perhitungan LPS
dasar . perbedaannya terletak pada hal–hal berikut :
1.
Laba bersih yang diperhitungkan adalah laba bersih residual ditambah dividen
dan bunga (dihitung setelah pajak) dan disesuaikan dengan perubahan penghasilan
dan beban yang disebabkan konversi efek berpotensi saham biasa.
2.
Jumlah rata–rata saham biasa yang beredar ditambah rata–rata, tertimbang
saham biasa yang akan beredar dengan asumsi semua efek berpotensi saham biasa
yang dilutif dikonversikan menjadi saham biasa.
Anggaran (Budgeting)
BAB I
PENDAHULUAN
Penyusunan anggaran merupakan proses pembuatan rencana kerja dalam rangka
waktu satu tahun, yang dinyatakan dalam satuan moneter. Penyusunan anggaran
sering diartikan sebagai perencanaan laba (profit planning). Untuk jangka waktu
tertentu, misalnya lima sampai sepuluh tahun, manajemen puncak menetapkan
kearah mana perusahaan akan dijalankan dan menyusun semacam blue print
(program kerja) tentang kondisi yang akan dicapai perusahaan dalam jangka
panjang. Manajemen mengalokasikan sumber daya yang ada untuk setiap program

yang disusunnya. Untuk menjamin terlaksananya program tersebut, manajemen
menyusun anggaran yang berisi rencana kerja tahunan dan taksiran nilai sumber
daya yang diperlukan untuk pelaksanaan rencana kerja tahunan dan taksiran nilai
sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan rencana kerja tersebut. Anggaran
menjamin pelaksanaan rencana kerja dengan biaya yang sesuai dengan yang
direncanakan dalam anggaran. Dengan demikian penyusunan anggaran
dimaksudkan untuk memberikan jaminan pencapaian blue print tentang program
jangka panjang dengan biaya sesuai dengan yang dianggarkan sebelumnya.
Dengan anggaran, manajemen mengarahkan jalannya perusahaan kesuatu kondisi
tertentu. Proses penyusunan anggaran merupakan proses penyusunan rencana
jangka pendek, yang dalam perusahaan berorientasi laba, pemilihan rencana
didasarkan atas dampak rencana kerja tersebut terhadap laba. Oleh karena itu
sering sekali proses penyusunan anggaran sering sekali disebut sebagai
penyusunan rencana laba jangka pendek (short-run profit planning). Setelah suatu
rencana kerja dipilih untuk mencapai sasaran anggaran, manajer yang berperan
untuk melaksanakan rencana kerja tersebut memerlukan sumber daya, untuk
memungkinkannya mencapai sasaran anggaran. Dalam pembahasan artikel ini
hanya dibahas tentan anggaran, hubungannya dengan manajemen, perusahaan,
akuntansi dan anggaran yang bersifat operasional. Untuk lebih jelasnya akan
dijelaskan lebih rinci di bab II Pembahasan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Ruang Lingkup Anggaran
1. Pengertian Anggaran
Seringkali Anggaran dikaitkan dengan fungsi-fungsi dasar
manajemen yang meliputi fungsi perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Jadi
bila
anggaran dihubungkan fungsi dasar manajemen maka anggaran meliputi fungsi
perencanaan, mengarahkan, mengorganisasi dan mengawasi setiap satuan dan
bidang-bidang organisasional didalam badan usaha.
Dari definisi di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
• Bahwa anggaran harus bersifat formal artinya anggaran disusun dengan sengaja
dan bersungguh-sungguh dalam bentuk tertulis dan teliti.
• Bahwa anggaran harus bersifat sistematis artinya anggaran disusun dengan
berurutan dan berdasarkan logika.
• Bahwa setiap manajer dihadapkan pada suatu tanggungjawab untuk mengambil
keputusan sehingga anggaran merupakan hasil pengambilan keputusan yang
berdasarkan asumsi tertentu.
• Untuk keputusan yang diambil oleh manajer tersebut, merupakan pelaksanaan
fungsi manajer dari segi perencanaan, pengorganisasian, mengarahkan dan
pengawasan.

2. Fungsi Anggaran
Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk membantu
manajemen dalam pelaksanaan, fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan
juga sebagai pedoman kerja dalam menjalankan perusahaan untuk tujuan yang
telah ditetapkan.
a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen dan fungsi ini merupakan
dasar pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Sebelum perusahaan
melakukan operasinya, pimpinan dari perusahaan tersebut harus lebih dahulu
merumuskan kegiatan-kegiatan apa yang akan dilaksanakan di masa datang dan
hasil yang akan dicapai dari kegiatan-kegiatan tersebut, serta bagaimana
melaksanakannya. Dengan adanya rencana tersebut, maka aktifitas akan dapat
terlaksana dengan baik.
b. Fungsi Pengawasan
Anggaran merupakan salah satu cara mengadakan pengawasan dalam perusahaan.
Pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja dan tindakan perbaikan apabila
perlu. Aspek pengawasan yaitu dengan membandingkan antara prestasi dengan
yang dianggarkan, apakah dapat ditemukan efisiensi atau apakah para manajer
pelaksana telah bekerja dengan baik dalam mengelola perusahaan.
c. Fungsi Koordinasi
Fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap
individu atau bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa untuk menciptakan adanya koordinasi diperlukan
perencanaan yang baik, yang dapat menunjukkan keselarasan rencana antara satu
bagian dengan bagian lainnya. Anggaran yang berfungsi sebagai perencanaan
harus dapat menyesuaikan rencana yang dibuat untuk berbagai bagian dalam
perusahaan, sehingga rencana kegiatan yang satu akan selaras dengan lainnya.
Untuk itu anggaran dapat dipakai sebagai alat koordinasi untuk seluruh bagian yang
ada dalam perusahaan, karena semua kegiatan yang saling berkaitan antara satu
bagian dengan bagian lainnya sudah diatur dengan baik.
d. Anggaran Sebagai Pedoman Kerja
Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun sistematis dan dinyatakan
dalam unit moneter. Lazimnya penyusunan anggaran berdasarkan pengalaman
masa lalu dan taksir-taksiran pada masa yang akan datang, maka ini dapat menjadi
pedoman kerja bagi setiap bagian dalam perusahaan untuk menjalankan
kegiatannya.
3. Hubungan Anggaran Dengan Akuntansi
Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, fungsinya adalah menyediakan data
kuntitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari satuan usaha ekonomi
yang digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, dalam hal inilah alternatif
dari suatu keadaan. Untuk menyediakan data, maka setiap transaksi perlu digolong-

golongkan, diringkas dan kemudian disajikan dalam bentuk laporan. Dengan
demikian jika dihubungkan dengan anggaran, data akuntansi merupakan salah satu
sumber utama, hal ini disebabkan akuntansi menyediakan data historis dan actual
yang bersifat keuangan yang memenuhi tujuan analisa dalam pengembangan
rencana-rencana perusahaan. Selanjutnya penyesuaian anggaran harus disesuaikan
dengan sistem akuntansi yang terdapat dalam perusahaan tersebut, terutama
penggolongan transaksi-transaksi dalam perkiraan-perkiraan. Penggolongan
transaksi-transaksi dalam perkiraan-perkiraan untuk anggaran harus sama dengan
yang ada pada laporan keuangan, dengan maksud agar dapat diperbandingkan
sehingga dapat diketahui penyimpangan yang terjadi.
4. Hubungan Anggaran dengan Manajemen
Secara sederhana, manajemen diartikan sebagai suatu ilmu dan seni untuk
mengadakan perencanaan (planning), mengadakan pengorganisasian (organizing),
mengadakan pengarahan dan pembimbingan (directing), mengadakan
pengkoordinasian (coordinating) serta mengadakan pengawasan (controling)
terhadap orang-orang dan barang-barang, untuk mencapai tujuan tertentu yang
telah ditetapkan. Jika fungsi anggaran dibandingkan dengan fungsi-fungsi
manajemen tersebut, nampaklah bahwa anggaran mempunyai kaitan yang sangat
erat dengan manajemen. Dengan demikian, anggaran adalah alat manajemen
untuk
membantu menjalankan fungsi-fungsinya. Hubungan yang lain antara anggaran
dengan manajemen adalah dalam membantu manajemen dalam mengelola
perusahaan. Manajemen harus mengambil keputusan-keputusan yang paling
menguntungkan perusahaan, seperti memilih barang-barang atau jasa yang akan
diproduksi dan dijual, memilih atau menyeleksi langganan, menentukan tingkat
harga, metoda-metoda produksi, metoda-metoda distribusi, termin penjualan.
Dalam kaitan dan hubungan antara anggaran dan management yang sangat
erat dalam hal penyusunan perencanaan. Dalam hal ini anggaran bermanfaat untuk
membantu manajemen meneliti, mempelajari masalah-masalah yang berhubun