MEMBANGUN KERJASAMA TIM YANG EFEKTIF

MEMBANGUN KERJASAMA TIM YANG EFEKTIF
Disusun oleh: Erna Indawati, S.E., M.Pd
Abstrak
Kerjasama tim jauh lebih baik dalam mencapai visi, misi, dan tujuan
organisasi, daripada bekerja secara individu.
Kerjasama tim harus difungsikan dalam institusi dan harus mendapatkan
kesempatan yang seluas-luasnya dalam situasi-situasi menentukan,
seperti ketika harus membuat keputusan dan memecahkan masalah.
Pembentukan tim ada empat tahap yang dilalui, yaitu: (1) Forming (tahap
pembentukan); (2)

Storming (tahap konflik); (3)

Norming (tahap

pembentukan norma); (4) Performing (tahap penunjukkan kinerja).
Keywords: Kerjasama tim, kinerja

A. LATAR BELAKANG
Pekerjaan yang dikerjakan besama adalah hal yang biasa dijalani
dalam kehidupan sehari-hari. Di organisasi, hal semacam ini hampir

setiap hari bisa ditemui. Namun, tidak semua usaha bisa menerapkan
konsep kerjasama tim secara benar.
Organisasi adalah suatu sistem. Masyarakat adalah sebuah sistem.
Orang yang tinggal ditengah masyarakat, tetapi merasa tidak butuh
orang lain, tidak akan bisa berjalan dengan normal. Organisasi tanpa
anggota tidak akan berjalan. Sekolah tanpa perangkat pendukung
tidak akan berjalan normal. Sekolah dengan banyak staf, tetapi tidak
ada pemimpin, tidak sempurna. Sehingga, semua unsur harus
berfungsi secara simultan menurut area perannya masing-masing.
Seorang guru memerlukan staf administrasi, staf administrasi

memerlukan siswa, seorang kepala sekolah memerlukan komite,
masyarakat memerlukan sekolah, semua membentuk sinergi untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam kehidupan operasional sehari-hari di sekolah, setiap
anggota tim harus cermat memperhatikan langkah pendahulunya. Jika
lancar,

maka


langkah

perlu

diteruskan.

Namun

jika

langkah

pendahulunya salah, maka langkah orang kedua, ketiga, dan
seterusnya harus memilih alternatif lainnya. Ada unsur learning
process atau proses belajar untuk setiap langkah yang dilalui. Proses
belajar menjadi bearti dan menarik jika dikerjakan bersama-sama oleh
semua unsur dalam organisasi. Tidak mementingkan eksistensi diri
sendiri, dengan mengganti semua yang bagus hanya karena hasil
pemikiran orang lain.
Kumpulan orang pandai belum tentu membuahkan hasil yang

cerdas. Karena dalam kerja sama tim perlu saling toleransi, terkadang
ada orang yang tidak sanggup melakukan sesuatu disuatu bidang.
Orang lain yang lebih mampu seharusnya datang membantu untuk
melakukan pekerjaannya, terutama jika orang yang tidak mampu
dating dan minta tolong. Tetapi sebaliknya yang sering terjadi di
lapangan, hanya karena kepentingan pribadi lebih tinggi dari
kepentingan bersama.
Salah satu contoh, masih banyak sekolah yang menerapkan
pengelolaan keuangan terpusat di kepala sekolah saja, atau paling
banyak berdua dengan bendahara sekolah, sehingga saling curiga
terjadi dan menganggu kinerja sekolah. Contoh lainnya, dalam
penyusunan RKS hanya kepala sekolah dan satu orang guru dan satu
orang komite saja yang menyusun, disusun tidak mengakomodasi
kepentingan bersama, sehingga ketika menjalankan RKS yang
memelukan dukungan semua pihak akan mengalami kesulitan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan gambaran diatas terdapat masalah yang tekait
dengan kerja sama tim dalam pengelolaan institusi sekolah yang
berhubungan


dengan

kinerja

sekolah,

maka

dari

sejumlah

permasalahan yang perlu dikaji, diantaranya;
1. Membangun tim kerja yang efektif

C. PEMBAHASAN
1. Kerja Sama Tim
Untuk memudahkan mengerjakan suatu pekerjaan manusia
bekerjasama dengan individu lainnya. Dalam sektor pendidikan,

kerjasama tim telah dikembangkan sebagai unit dasar dari proses
belajar mengajar maupun mengelola sekolah. Salah satu contohnya
dalam memghadapi proses akreditasi sekolah, Kepala Sekolah dan
warga sekolah lainnya

bekerja

secara bersama-sama untuk

menyiapkan kelengkapan instrumen akreditasi.
Dengan kerjasama tim yang baik semua persyaratan akan tesedia
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Kerjasama tim harus
difungsikan dalam institusi dan harus mendapatkan kesempatan
yang seluas-luasnya dalam situasi-situasi menentukan, seperti ketika
harus membuat keputusan dan memecahkan masalah. Ivancevich
dkk

mendefinisikan tim: “Teams are special type of task group,

consisting of two or more individuals responsible for the achievement

of a goal or objective”. Tim merupakan tipe khusus dari kelompok
kerja, terdiri dari dua atau lebih individu yang bertanggung jawab
untuk pencapaian suatu tujuan. Sedangkan Stephen P. Robbins
mengemukakan “A group whose individual efforts result in a
performance that is greater than the sum of the individual inputs”.
Sebuah kelompok dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya

memberikan kinerja yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan kinerja yang diberikan oleh individu. Dari pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa tim dan kelompok memiliki konsep
yang sama. Dengan demikian tim dan kelompok adalah individu
yang melakukan pekerjaan bersama untuk menghasilkan kinerja
lebih besar dibandingkan dengan bekerja secara individu.
Tim dapat membuat perubahan yang lebih cepat dibandingkan
dengan bekerja secara individu, karena individu-individu yang
menjadi anggota tim saling melengkapi keahlian dan proses serta
hasil dari pencapaian tujuan tim merupakan tanggung jawab
bersama
Richard L Daft memberikan pengertian tim bersifat umum yaitu, “A
unit of two or more people who interact and coordinate their work to

accomplish a shared goal or purpose”. Suatu unit yang terdiri dari
dua atau lebih individu yang berinteraksi dan berkoordinasi dalam
mengerjakan tugasnya demi mencapai suatu tujuan bersama. Selain
berinteraksi

mereka

yang

tergabung

dalam

tim

juga

mengkoordinasikan pekerjaan mereka untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya secara bersama-sama.
Dalam sebuah tim individu, yang tergabung merupakan satu

kesatuan, sehingga terjadi interaksi dan saling mempengaruhi dalam
mencapai tujuan organisasi.
Colquitt dkk memberikan pengertian tim yang lebih khusus, yaitu;
“A team consists of two or more people who work interdependently
over some time period to accomplish common goals related to some
task-oriented purpose”. Sebua tim terdiri dari dua atau lebih individu
yang bekerja secara bersama-sama dalam periode waktu tertentu
demi mencapai tujuan bersama yang terkait dengan sejumlah tujuan

berorientasi tugas. Dalam sebuah tim ada ketergantungan antar
individu dalam mencapai tujuan bersama dan dibatasi oleh waktu.
Dalam sebuah tim dibutuhkan pula keahlian yang beraneka ragam
untuk saling melengkapi kebutuhan informasi dan data, serta
komitmen dalam proses mencapai tujuan bersama. Pengertian ini
serupa dengan yang disampaikan oleh Moorhead dan Griffin,
Kreitner dan Kinicky, serta Batteman dan Snell dalam bukunya yang
menggunakan pengertian Katzenbach dan Smith untuk menjelaskan
konsep tim.
Pendapat para ahli di atas diperkuat oleh Greenberg dan Baron,
yang menyatakan bahwa, “Teams whose members are concerned

primarily with using the organization’s resources to effectively create
its results”. Tim dimana anggotanya fokus kepada penggunaan
sumberdaya organisasi demi mendapatkan hasil yang diinginkan
secara efektif. Dalam mencapai tujuan bersama tim menggunakan
sumber daya yang dimiliki secara efektif, sehingga lebih efisien
ketika suatu pekerjaan dilakukan secara bersama daripada secara
individu.
2. Tahapan Pengembangan Tim
Dalam prosesnya tim akan berkembang dalam mencapai tujuan
bersama. Untuk mengembangkan sebuah tim, berdasarkan teori
pengembangan tim yang paling dikenal, maka tim harus melalui
empat tahapan, yaitu: (1) Forming (tahap pembentukan); (2)
Storming (tahap konflik); (3) Norming (tahap pembentukan norma);
(4) Performing (tahap penunjukkan kinerja).
Tim mungkin jauh lebih efektif daripada bekerja secara individu
dalam konteks di mana keputusan yang kompleks perlu dilakukan,
terutama ketika tim yang dirancang dengan karakteristik tertentu
serta pemikiran. Tim digunakan karena mereka masuk akal bagi

organisasi


tertentu.

Manfaat

yang

didapat

oleh

organisasi

diantaranya meliputi peningkatan kinerja, manfaat karyawan, dan
mengurangi biaya. Agar tim menjadi lebih efektif, mereka harus
mampu mengatasi beberapa masalah dan disfungsi dalam kelompok
yang biasa ditemui, diantaranya; pelanggaran norma dan ketidak
jelasan peran para anggota tim, perubahan yang berisiko dan
kemalasan sosial.
3. Karakteristik Tim Yang Efektif

Adapun karakteristik kerjasama tim yang efektif adalah sebagai
berikut;
1.

Tujuan yang jelas : Visi, misi, tujuan, atau tugas tim telah
didefinisikan dan telah diterima oleh semua anggota tim. Memiliki
sebuah rencana kerja.

2. Informalitas : Iklim cenderung informal, nyaman, dan santai. Tidak
ada tanda-tanda ketegangan atau tanda-tandan kebosanan.
3. Partisipasi : Ada banyak diskusi, dan semua orang didorong untuk
berpartisipasi
4. Mendengarkan : Para anggota menggunakan teknik mendengarkan
secara efektif seperti mempertanyakan, parafrase dan meringkasnya
agar keluar ide.
5. Adab ketidaksepakatan : Ada ketidaksepakatan, tetapi tim merasa
nyaman dengan ini dan tidak menunjukkan tanda-tanda menghindari,
merapikannya, atau menekan konflik.
6. Konsensus keputusan

:

untuk keputusan-keputusan

penting,

tujuannya adalah substansial, namun tidak harus dengan suara bulat

kesepakatan melalui diskusi terbuka tentang semua ide-ide,
menghindari pemungutan suara formal, atau mudah kompromi
7. Komunikasi terbuka :Anggota tim bebas untuk mengungkapkan
perasaan mereka mengenai tugas pada kelompok operasi. Ada
beberapa agenda tersembunyi dan komunikasi yang terjadi di luar
pertemuan.
8. Kejelasan peran dan tugas kerja : Ada ekspektasi yang jelas tentang
peran yang dimainkan oleh setiap anggota tim. Ketika tindakan
diambil, kejelasan tugas yang dibuat, diterima, dan dilaksanakan.
Tugas kerja cukup didistribusikan di antara anggota tim.
9. Berbagi kepemimpinan : Meskipun tim memiliki pemimpin formal,
fungsi kepemimpinan bergeser, dari waktu ke waktu tergantung pada
keadaan, kebutuhan kelompok, dan keterampilan para anggota.
Pemimpin

formal

model

perilaku

yang

sesuai

membantu

menciptakan norma-norma positif.
10.

Hubungan

eksternal

:Tim

menghabiskan

waktu

untuk

mengembangkan hubungan di luar, memobilisasi sumber daya, dan
membangun kredibilitas dengan pemain di luar organisasi.
11. Keragaman Gaya : Tim memiliki spektrum yang luas dari berbagai
tipe anggota yang menekankan perhatian pada tugas, penetapan
tujuan, fokus pada proses, dan pertanyaan tentang bagaimana tim
berfungsi.

12. Penilaian diri : Secara berkala, tim berhenti untuk memeriksa
seberapa baik fungsi yang telah dilaksanakan dan apa yang dapat
mengganggu efektivitas.
Efektivitas organisasi sebagian besar tergantung pada aktifitas
dan interaksi yang terjadi dalam tim ketika mereka melakukan tugas
yang berkaitan dengan tujuan bersama.
D. PEMECAHAN MASALAH
Dalam institusi sekolah masih ada keluhan kalau pada pembuatan
rencana kerja sekolah hanya kepala sekolah saja yang menyusun,
dan nantinya disampaikan ke kepala komite. Sehingga banyak
stakeholder yang tidak paham apa rencana kerja sekolah yang harus
dilaksanakan.
Untuk melakuka penyusunan rencana kerja diperlukan tim kerja
yang solid. Dalam pembentukan tim diperlukan waktu, ada beberapa
tahap yang harus dilewati. Berdasarkan teori pengembangan tim
yang paling dikenal, maka tim harus melalui empat tahapan, yaitu:
(1)

Forming

(tahap

pembentukan),

para

anggota

berusaha

menyesuaikan diri dengan mencoba memahami aturan-aturan
yang ada. Pada tahap ini dibuat aturan-aturan dasar untuk
perilaku apa yang dapat diterima, dan ditandai oleh adanya
ketidakpastian dan sering kali kebingungan mengenai sasaran,
struktur dan kepemimpinan kelompok. Sehingga aturan sudah
harus ada dan diterapkan;
(2) Storming (tahap konflik), anggota berkomitmen bersama untuk
memberikan ide-ide mereka ke tim. Untuk itu perkembangan
tim sering ditandai dengan banyaknya konflik, dimana muncul
kompetisi antar anggota agar ide mereka yang digunakan dan
mendapatkan penugasan yang diharapkan, serta perselisihan

pendapat

mengenai

perilaku-perilaku

terkait

tugas

dan

tanggung jawab seseorang, diperlukan komitmen bersama
untuk tetap bekerja secara tim;
(3) Norming (tahap pembentukan norma), anggota mulai menyadari
bahwa mereka perlu bekerjasama untuk mencapai tujuan tim,
sehinga mereka mulai bekerja sama. Pada tahap ini pertukaran
informasi

secara

terbuka

kerap

terjadi,

demikian

pula

penerimaan atas perbedaan pendapat, serta usaha pencapaian
sasaran yang telah disetujui bersama;
(4) Performing (tahap penunjukkan kinerja), anggota merasa
nyaman bekerja dengan peran mereka, dan tim membuat
kemajuan untuk mencapai tujuan. Masing-masing anggota tim
sudah menemukan karakteristik masing-masing anggotanya,
dan saling mendukung untuk menutupi kekurangan dan
mensinergikannya dengan kelebihan antar anggota.
Semua anggota tim harus dapat memahami tahapan-tahapan
pembentukan tim, sehingga dapat diperoleh tim yang solid dan
tangguh. Tanpa pengelolaan yang tepat dalam setiap tahapan akan
sulit diperoleh. Perbedaan pendapat pada saat storming bila dikelola
dengan baik akan meningkatkan kinerja tim, karena banyaknya ide
yang diberikan oleh setiap anggota, dari ide-ide tersebut semua pasti
untuk meningkatan kinerja sekolah. Sehingga diperlukan kepala
sekolah sebagai katalisator dan penengah.
Visi, misi, tujuan, atau tugas tim yang telah didefinisikan dan
diterima oleh semua anggota tim yang diimplentasikan dalam sebuah
rencana kerja, diperlukan untuk membangun kerjasama tim untuk
meningkatkan

kinerja

sekolah.

Tidak

adanya

tanda-tanda

ketengangan, ada banyak diskusi dan semua anggota turut
berpartisipasi.

Dalam

proses

diskusi

anggota

menggunakan

teknik

menedengarkan yang efektif seperti mempertanyakan, paraphrase
dan meringkasnya agar keluar ide. Apabila tidak sepakat tim tetap
merasa nyaman tidak ada tanda-tanda menekan konflik. Keputusan
yang diambil tidak harus dengan suara bulat, tetapi ada konsesnsus
bersama untuk menerapkannya.
Komunikasi terbuka diperlukan untuk menjelaskan kejelasan
peran dan tugas kerja, tidak ada intimidasi secara verbal maupun
tindakan. Ada ekspektasi yang jelas tentang peran yang dimainkan
oleh setiap anggota tim. Ketika tindakan diambil, kejelasan tugas
yang dibuat, diterima, dan dilaksanakan. Tugas kerja cukup
didistribusikan di antara anggota tim. Meskipun tim memiliki
pemimpin formal, fungsi kepemimpinan bergeser, dari waktu ke
waktu

tergantung

pada

keadaan,

kebutuhan

kelompok,

dan

keterampilan para anggota. Pemimpin formal model perilaku yang
sesuai membantu menciptakan norma-norma positif.
Anggota tim menghabiskan waktu untuk

mengembangkan

hubungan di luar, memobilisasi sumber daya, dan membangun
kredibilitas dengan pemain di luar organisasi. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kinerja tim. Karena tim terdiri dari berbagai tipe
anggota yang menekankan perhatian pada tugas, tujuan, dan fokus
pada

proses

yangb

berbeda-beda,

sehingga

harus

saling

melengkapi.
Secara berkala, tim berhenti untuk memeriksa seberapa baik
fungsi yang telah dilaksanakan dan apa yang dapat mengganggu
efektivitas.

E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dalam pengelolaan sebuah organisasi dalam hal ini sekolah perlu
dibentuk kerjasama tim yang solid dan tangguh. Kerja sama tim
jauh lebih baik dilakukan daripada bekerja secara individu.
Dalam pembentukan tim ada empat tahap yang dilalui, yaitu: (1)
Forming (tahap pembentukan); (2) Storming (tahap konflik); (3)
Norming (tahap pembentukan norma); (4) Performing (tahap
penunjukkan kinerja). Masing-masing tahap memiliki karakteristik.
Kerjasama tim yang efektif dapat meningkatkan kinerja lembaga.
Saran
Kerjasama tim yang baik diperlukan oleh setiap lembaga, sehingga
semua anggota tim sadar dalam perannya masing-masing, agar tim
yang solid dapat terwujud dan kinerja lembaga akan meningkat.
F. DAFTAR PUSTAKA
Bateman, Thomas S. dan Scott A. Snell. Management: Leading and
Collaborating in the Competitive World 8th Ed. New York:
McGraw-Hill, 2009.

Colquitt, Jason A., Jeffery A. Lepine and Michael J. Wesson.
Organizational Behavior: Improving Performance and
Commitment in the Workplace. New York: McGraw-Hill,
2009.
Daft, Richard L. The Leadership Experience 4th Ed. USA:
Thomson-South Western, 2008
Greenberg, Jerald and Robert A. Baron. Behavior
Organizations. New Jersey: Pearson, 2008.

in

Ivancevich, John M., Robert Konopaske and Michael T. Matteson.
Organizational Behavior and Management 8th Ed. New
York: McGraw-Hill, 2008.
Ivancevich, John M., et.al., Organizations : Behavior, Structure
and Process 12th Ed. New York: McGraw-Hill, 2006.
Robbins, Stephen and Timothy A. Judge. Organizational Behavior 13th
Ed. New Jersey: Pearson Education,Inc., 2009.