DEFINISI PANCASILA YANG BENAR manjur

I. FILSAFAT
A. DEFINISI
Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang berasal
dari bahasa yunani , yaitu philosofia. Kata itu terdiri dari dua kata
yaitu philien , yang mempunyai arti cinta atau pencinta atau
mencintai dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan , hikmah,
hakikat kebenaran. Jadi secara harafia istilah filsafat adalah cinta pada
kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki.
Berfilsafat berarti menerung terhadap sesuatu secara metodik ,
sistematik , menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat sesuatu.
Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang
mengandung usaha mencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan.
Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh phythagoras
(582-496SM). Dia adalah seorang ahli pikir dan pelopor matematika
yang menganggap bahwa intisari dan hakikat dri semesta ini adalah
bilangan.

Namun

demikian,


banyak

nya

pengertian

filsafat

sebagaimana yang diketahui sekarang ini adalah sebanyak tafsiran
parafilsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk
berfilsafat yaitu :
1. Keheranan sebagai filsuf berpendapat bahwa adanya kata
heran merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan
mendorong untuk menyelidik.
2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran
manusia yang akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini
sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang
kemudian tidak disangsikan lagi.
3. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat
jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah

terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingannya.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

1

Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa
diluar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat
dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk. Selain itu, ada
pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai
pandangan hidup. Disamping itu , dikenal pula filsafat dalam arti
teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
B. PENGERTIAN
Filsafat dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan , ilmu, konsep, pemikiran
pemikiran dari para filsuf pada zaman dahulu yang lazimnya
merupakan suatu aliran atau sistem filsafat tertentu, misalnya
rasionalisme, materialisme, pragmatisme dan lain sebagainya.
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh

manusia sebagai hasil dari aktifikas berfilsafat. Jadi manusia
mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang
bersumber pada akal manusia.
Filsafat sebagai suatu proses :
1. Yaitu

bentuk

suatu

aktivitas

berfilsafat,

dalam

proses

pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu
cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.


C. OBJEK FILSAFAT
Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni
( tidak terikat langsung dengan suatu objek ) yang mendalam dan
daya pikir subjek manusia dalam memahami segala sesuatu untuk
mencari kebenaran. Berpikir aktif dalam mencari kebenaran adalah
potensi dan fungsi kepribadian manusia. Ajaran filsafat merupakan
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

2

hasil pemikiran yang sedalam dalamnya tentang kesemestaan ,
secara mendasar ( fundalmental dan hakiki). Filsafat sebagai hasil
pemikiran pemikir ( filsuf ) merupakan suatu ajaran atau sistem
nilai, Baik berwujud pandangan hidup ( filsafat hidup) maupun
sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa dan
negara.
Filsafat sebagai kegiatan olah pikir manusia menyelidik objek yang
tidak terbatas yang ditinjau dari sudut isi atau subtansi dapat
dibedakan menjadi :

1. Objek material filsafat : yaitu objek pembahasan filsafat
yang mencakup segala sesuatu baik yang bersifat material
kongkrit seperti manusia, alam, benda, binatang, dll.
Maupun sesuatu yang bersifat abstrak spiritual seperti
nilai nilai, ide ide, ideologi, moral, pandangan hidup, dan
sebagainya.
2. Objek formal filsafat : cara memandang seorang peneliti
terhadap objek material tersebut.
Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah
a.

Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi
di balik fisis yang meliputi bidang : ontologi (membicarakan
teori

sifat

dasar

dan


ragam

kenyataan),

kosmologi

(membicarakan tentang teori umum mengenai proses kenyataan
b.

dan ontropologi).
Epistemologi, adalah

c.

pengetahuan atau kebenaran.
Metodologi, ilmu membicarakan cara atau jalan untuk

d.


memperoleh pengetahuan.
Logika, membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar

pikiran-pikiran

dengan

hakikat

dapat mengambil kesimpulan yang benar.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

3

e.

Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah

f.


laku manusia tentang baik-buruk.
Estetika, membicarakan hal-hal berkaitan dengan hakikat
keindahan-kejelekan.

D. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
a. Aliran materialisme, mengajarkan bahwa hakikat realistas
kesemestaan, termasuk makhluk hidup dan manusia ialah
materi. Semua realitas ditentukan oleh materi (misalnya benda
ekonomi, makanan) dan terikat dalam hukum alam, yaitu
hukum sebab akibat (hukum kausalitas) yang bersifat objektif.
b. Aliran idealisme/ spiritualisme aliran ini mengajarkan bahwa
ide dan spirit manusia yang menentukan hidup dan pengertian
manusia.
c. Aliran realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua aliran
diatas adalah bertentangan, tidak sesuai dengan kenyataan
(tidak realistis). Oleh karena realitas adalah panduan benda
(materi dan jasmaninya ) dengan yang non materi (spiritual,
jiwa, dan rohaniah). Jadi menurut aliran ini, realitas merupaka
sintesis antara jasmaniah, rohaniah, materi dan non materi.

E. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
1. Pancasila sebagai jatidiri bangsa indonesia
Kedudukan dan fungsi pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa indonesia, sebagai pandangan hidup bangsa indonesia,
sebagai dasar filsafat negara republik indonesia, sebagai
ideologi bangsa dan negara indonesia. Seluruh kedudukan dan
fungsi pancasila itu bukanlah berdiri secara sendiri-sendiri
namun bilamana dikelompokkan maka akan kembali pada dua
kedudukan dan fungsi pancasila yaitu sebagai dasar filsafat
negara dan pandangan hidup bangsa indonesia.
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

4

Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value
system)

yang merupakan

kristalisasi


nilai-nilai

luhur

kebudayaan bangsa indonesia sepanjang sejarah, yang berakar
dari unsur-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara
keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa indonesia.
Proses terjadinya pancasila yaitu melalui suatu proses yang
disebut kausa materialisme karena nilai-nilai dalam pancasila
sudah ada dan hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam
kehidupan sehari-hari.
Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari
sepenuhnya oleh para pendiri negara republik indonesia adalah :
“ di atas dasar apakah negara indonesia didirikan “ kerika
mereka bersidang untuk pertama kali di lembaga BPUPKI.
Mereka menyadari bahwa makna hidup bangsa indonesia harus
ditemukan dalam budaya dan peradapan bangsa indonesia
sendiri yang merupakan perwujudan dan pengejawantahan
nilai-nilai yang dimiliki, diyakini dan dihayati kebenarannya

oleh masyarakat sepanjang masa dalam sejarah perkembangan
dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.
II.

DEFINISI PANCASILA
Pancasila adalah lina sika yang merupakan satu kesatuan rangkaian
nilai-nilai luhur yang berumber dari nilai-nilai budaya masyarakat
Indonesia yang sangat majemuk dan beragam dalam artian BHINEKA
TUNGGGAL IKA. Objek materi filasfat adalah mempelajari segala hakikat
sesuatu baik materal konkrit dan abstrak. Pancasila mempunyai
beberapa tujuan sebagai berikut:
 Pancasila sebagai Dasar Negara.
Mengandung pengertian bahwa Pancasila sebagai dasar mengatur
penyelenggaraan pemerintah. Kedudukan pancasila sebagai Dasar

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

5

negara mempunyai fungsi dan kedudukakn sebagai kaidah Neara
yang fundamental atau mendasar, sehingga sifatnya tetap, kuat
dan tidak dapat dirubah oleh siapaun termasuk oleh MMPR/DPR
hasil pemilihan umum.
 Pancasila sebagai Sumber Hukum Dasar Nasional.
Dalalm ilmu hukum istilah sumber hukum bearti sumber nilai-nilai
yang menjadai penyebab timbulnya aturan hukum. Jadi dapat
diartikan Pancasila sebagai Sumber Hukum Dasar Nasional, yaitu
segala aturan hukum yang berlaku di negara kita tidak boleh
bertentangan dan harus bersumber pada Pancasila.
 Pancasila sebagai Pandangan hidup Bangsa Indonesia.
Mengandung majna bahwa semua katifitas kehidupan bangsa
Indonesia sehari-hari harus sesuai dengan sila-sila daripada
Pancasila, karena Pancasila juga merupakan krtistalisasi dari nilainilai yang dimiliki dan bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia
sendiri.
 Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia.
Pada saat bangsa Indonesia bangkit untuk hdiup sendiri sebagai
bangsa yang merdeka, bangsa Indonesia telah sepakat untuk
menjadikan Pancasila sebagai Dasar Negara. Kesepakatan itu
terwujud pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan disahkannya
Pancasila sebagai Dasar Negara oleh PPKI yang mewakili seluruh
bangsa Indonesia.
 Pancasila sebagai Ideologi Negara.
Merupakan sebuah tujuan bersama Bangsa Indonesia yang
diimplementasikan dalam Pembangunan Nasional yaitu
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material
dan spiritual berdasarkan Pancasila dalam wadah Negara Kesatuan
RI yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat
dalam suasanan perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

6

dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
 Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa.
Bangsa Indonesia yang pluarilis dan wilayah Nusantara yang terdiri
dari berbagai pulau-pulau, maka sangat tepat apabila Pancasila
dijadikan Pemersatu Bangsa, hal ini dikarenakan Pancasila
mempunyai nilai-nilai umum dan universal sehungga
memungkinkan dapat mengkoordinir semua perikehidupan yang
berbhineka dan dapat diterima oleh semua pihak.
III.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Pancasila dalam kajian sistem filsafat, yang secara khusus Pancasila
sebagai filsafat hidup bangsa, di dalam dirinya bertolak atau
berlandaskan pada hakikat kodrat manusia. Meskipun hal ini tidak
dipikirkan oleh para tokoh pendiri negara, namun perenungannya
bagitu dalam maka dengan sendirinya dijiwai oleh hakikat manusia
dalam hidup bersama. Untuk itu perlu ditelaah secara dalam dengan
menggunakan penalaran yang runtut, apakah benar Pancasila dalam
kajian sistem filsafat yang juga berlandaskan pada hakikat kodrat
manusia. Untuk menelaah Pancasila sebafai sistem filsafat, kita harus
berangkat pada ciri-ciri yang melekat pada filsafat itu sendiri.
A. Pengertian
Sistem adalah suatu kebetulan atau keseluruhan, yang bagian dan
unsurnya saling berkaitan ( sinkron), saling berhubungan
(konektivitas), dan saling berkejasama satu sama lain untuk satu
tujuan tertentu dan merupakan keseluruhan yang utuh.
Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah kesatuan yang
saling beruhubungan untuk tujuan tertentu, dan saling berkualifikasi
yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Jadi Pancasila

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

7

dasarnya satu bagia/unit-unti yang saling berkaitan satu sama lain,
dan memiliki fungsi serta tugas masing-masing.
B. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Pancasila yang terdiri atas bagian-baguian yaitu sila-sila Pancasila
setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu asa sendiri. Fungsi
sendiri-sendiri namun secara keseluruhan merupakan suatu sistem
yang sistematis.
1. Pancasila Sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia.
Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai
dengan konteksnya. Misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara RI, sebagai ideologi
bangsa dan negara Indonesia. Seluruh kedudukan dan fungsi
Pancasila itu bukanlah berdiri secara sendiri-sendiri namun
bilamana dikelompokan maka akan kembali pada dua kedudukan
dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system)
yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa
Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-unsur
kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya
terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu bisa dilihat
dari proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang
disebut kuasa materalisme karena nilai-nilai dalam Pancasila
sudah ada dan hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam
kehidupan sehari-hari.
Satu pertanyaan yang sangat fundanental disadari
sepenuhnya oleh para pendiri negara RI adalah : “di atas dasar
apakah negara Indonesia didirikan?” ketika mereka bersidang
untuk pertana kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

8

majna hidup bagi bangsa Indonesia harus ditemukan dalam
budaya dan peradaban bangsa Indonesia sendiri yang merupakan
perwujudan dan pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki,
diyakini, dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang
masa dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan bangsa
sejak lahirnya. Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan
gagasan-gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang
dianggap baik.
Jadi nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan
dari sumber nilai utama yaitu :
a. Nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak,
dan abadi dari Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin
dalam inti kesamaan ajaran-jaran agama dalm kitab suci.
b. Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan
intisari dari nilai-nilai yang luhur budaya masyarakat (inti
kesatuan adat0istiadat yang baik) yang tersebar di
seluruh nusantara.
2. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Pancasila yang teridir atas lima sila pada hakikatnya
merupakan suatu sistem filsafat. Pengertiuan sistem adalah suatu
kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan usatu kesatuan yang utuh. Lazimnya sistem memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Suatu kesatuan bagian-bagian
b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. Kesemuanya dimaksudkan utnuk emncapai suatu tujuan
bersaa (tujuan sistem)
e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

9

Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas
sendiri sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun demikian secara
keseluruhan adalah suatu kesatuan yang sistematis dengan tujuan
(bersama) suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.
3. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan peradaban, dalam arti, setiap sila merupakan unsur
(bagian yang mutlak) dari kesatuan Pancasila. Oleh karena itu,
Pancasila merupakan suatu kesatuan yag majemuk tunggal,
dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri
terlepas dari sila-sila lainnya. Di samping itu, di antara sila satu dan
lainnya tidak saling bertentangan.
Kesatuan sila-sila yang bersifat organuis tersebut pada
hakikatnya secara filisofis bersumber pada hakikat dasar ontologis
manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila
yaitu manusia “monopluralis” yang memiliki unsur-unsur susunan
atau landasan filsafat Pancasila sebagai berikut :
a. Kodrat jasmani-rohani.
Dua unsur susunan kodrat ini besar pengaruhnya
terhadap pola hidup manusia. Jika manusia hanya
mementingkan segi kejiwaan termasuk juga
kerokhaniannya tanpa memperhatikan raganya, maka
orang tersebut aka sulit untuk mencapai kebahagiaan
jasmani atau kebahagiaan duniawi, demikian juga
sebaliknya.
b. Sifat kodrat individu-makhluk sosial.
Manusia pada hakikatnya adalah bersifat indicidu dan
bersifat sosial. Menurut Abdul Kadir Besar, bahwa
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

10

manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu
sekaligus makhluk sosial. Sifat ini dapat dilihat dan
dirasakan dalam diri manusia, bahwa pada suatu saat
sifat individunya lebih besar dan dominan, dapat juga
suatu saat sosialnya yang lebih besar dan dominan. Sifat
kodrat ini tidak lepas dari manusia, tidak bisa dihilangkan
oleh manusia. Sifat kodrat ini merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan satu sama lain dan merupakan
satu kesatuan utuh.
Untuk itu masyarakat yang diidealkan oleh Pancasila
adalah masyarakat yang penuh kebahagiaan, didsarkan
atas hubungan manusia dengan masyarakatnya yang
selaras, serasi, dan seimbang, yaitu masyaraka yang
diwarnai oleh kebarsamaan, kekeluargaan, dan gotong
royong.
c. Kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri sendirimakhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia pada hakekatnya adalah berkedudukan
sebagai pribadi mandiri dan juga sebagai makhluk Tuhan.
Dua unsur ini memperlihatkan bahwa manusia sebagai
makhluk pribadi yang berdiri sendiri dapat berkreasi dan
bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri dan
menyadari sebagai makhluk Tuhan. Hal ini tidak dapat
diingkari oleh manusia, karena dalam kenyataannya
manusia harus bertanggung jawab terhadap diri sendiri
dan juga pada Tuhan. Dalam kaitannya dengan pola
hidup manusia, dua unsur kedudukan kodrat inijuga
turut andil memperngaruhi.
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

11

4. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis dan Berbentuk Piramidal
Hirarkhis dan priamidal mempunyai pengertian yang sangat
matematis yang digunakan untuk mengambarkan hubungan silasila Pancasila dalam hal urut-urtuan luas (kuantitas) dan juga
dalam hal isi sifatnya. Dengan demikian, dasar susunan sila-sila
Pancasila mempunyai ikatan yang kuat pada setiap silanya
sehingga secara keseluruhan Pancasila merupakan suatu
keseluruhan yang bulat. Secara ontologis hakikat Pancasila
mendasarkan setiap silanya pada landasan, yaitu : Tuhan,
Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus
selalu berkaitan dnegan sifat dan hakikat negara Indonesia.
Konsekuensi dari sistem filsafat tersebut, Pancasila
mempunyai susunan yang berbentuk hiarkis piramidal. Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dan Sila Keadilan Sosial
sebagai puncak piramida. Bentuk susunan hirarki piramidal
tersebut memperlihatkan “Adanya kesatuan bertingkat dari tiap
silanya”. Rumusan Pancasila yang bentuk susunannya hirarki

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

12

piramidal ini adalah sebagai berikut :

S

i

S

i

S

i

S

i

S

i

l

l

l

l

l

a

V

a

I

a

I

a

I

a

I

:

d

V

i

:

I

I

I

:

d

:

:

i

i

d

d

m

l

l

i

i

l

e

p

i

l

i

i

u

p

p

ti

d

i

m

j

w

j

i

d

n

i

i

d

n

a

j

d

n

a

i

n

a

d

d

a

d

ti

n

d

ti

u

a

ti

u

u

i

d

u

p

p

l

ti

a

i

j

i

i

w

o

a

w

i

j

i

h

e

s

s

w

e

o

i

a

n

l

i

a

w

e

i

l

i

i

l

a

s

l

i

h

s

a

1

a

,

1

i

s

d

i

l

a

l

a

i

1

l

a

1

2

d

a

n

k

,

2

,

a

,

n

,

,

j

,

a

d

e

n

2

d

3

m

e

1

3

2

m

e

,

l

i

3

a

i

m

u

a

d

4

n

p

w

,

n

i

ti

s

a

e

s

e

n

l

r

e

t

i

r

a

p

u

t

ti

a

m

d

m

e

a

e

n

n

n

j

i

m

j

w

i

e

w

a

n

a

i

j

i

s

i

s

l

a

i

i

l

w

a

a

k

i

k

e

s

e

3

i

l

a

4

,

5

d

4

,

a

n

5

5

4

Dengan melihat tata urutan sila-sila Pancasila yang
membentuk susunan hirarkis piramidal di atas, dan sila
Ketuahanan Yang Maha Esa sebagai basisnya maka dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Sekelompok manusia yang merupakan bagian dari umat
manusia seluruhnya mempunyai sifat khusus berKetuhanan Ynag Maha Esa.
b. Sekelompok manusia yang ber-Ketuuhanan Yang Maha
Esa saling mencintai dan menghargai sesama manusia
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

13

maupun sesama makhluk Tuhan, saling menghormati
sesuai dengan hak dan harkat martabatnya.
c. Sekelompok manusia yang ber-Ketuhanan Yang Maha
Esa saling mencintai dan menghargai sesama manusia,
yang berbeda suku, adat istiadat, mempunyai persamaan
cita-cita suatu kesatuan bangsa sebagai bangsa
Indonesia.
d. Sekelompok manusia sebagai bangsa Indonesia berKetuhanan Ynag Maha Esa yang saling mencintai dan
menghargai sesama manusia meskipun berbeda suku
dan adat, namun demikian dalam penyelenggaraan
negara diatur secara kekeluargaan atau kerakyatan
dengan melalui lembaga-lembaga Permusyawaratan
Perwakilan.
e. Sekelompok manusia sebagai bangsa Indonesia yang berKetuhanan Yang Maha Esa saling mencintai dan
menghargai sesama manusia meskipun berbeda suku
dan adat yan dalam penyelenggaraan negara diatur
secara kerayatan serta bercita-cita membentuk suatu
masyarakat yang berkeadilan sosial untuk seluruh rakyat
Indonesia.
Ada juga yang berpendapat bahwa untuk susunan Pancasila
hirarki piramidal itu sila pertama ditempatkan di atas sebagai titik
pusatnya dan memancar ke bawah. Sedangkan sila kelima
merupakan pancaran terakhir sebagai tujuan. Dilihat dari sudut
pandang logika, susunan yang demikian ini mempunyai
perbandingan terbalik antara besarnya isi dan luas cakupan
pengertiannya. Artinya meski kecil atau sedikit isinya makin besar
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

14

luas cakupannya, sebaliknya makin besar isinya tetapi makin kecil
atau sedikit cakupannya.
Dari penjelasan di atas, mengenai perbandingan luas
cakupan pengertian sila-sila Pancasila, nampaklah bahwa luas
himpunan sila 1 meliputi sila 2 dan meliputi juga sila 3, 4, 5.
Sebaliknya sila 3, 4, dan 5 termasuk dalam sila 2 dan termasuk juga
dalam sila 1. Hal ini dapat dilihat dalam diagram Vent di bawah :

S1

S2
S 3, 4, 5

5. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling
Mengisi Dan Saling Mengkualifkasi.
Kesatuan sila-sila Pancasila yang menjemuk tunggal, hirarki
piramidal juga memiliki sifat saking mengisi dan saling
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

15

mengkualifikasi. Hal itu dimaksudkan bahwa setiap sila terkandung
nila keempat sila lainnya dengan kata lain dalam setiap sila
Pancasila senantiasa dikualifikasikan oleh keempat sila lainnya.
C. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patutu
diperhatikan yaitu filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu
pandangan, keduannya sangat berguna untuk memahami Pancasila.
Di sisi lain, kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah
hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga
meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologi dan dasar
aksiologis sila-sila Pancasila.
1. Aspek Ontologi
Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya
keberadaan atau eksistensi. Sementara Aristoteles menyebutkan
sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan disamakan
artinya dengan metafisika. Jadi ontologi adalahbidang filsafat
yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan keberadaan),
sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada, termasuk ada alam,
manusia, metafisika, dan kesemestaan atau kosmologi.
Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki
hakikat mutlak monopluralis, oleh karenanya disebut juga sebagai
dasar antropologis.
2. Aspek Epistemologi
Epistemologi adalah bidang atau cabang filsafat yang
menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu
pengetahuan. Pengetahuan manusia sebagai hasil pengalaman
dan pemikiran, membentuk budaya. Pancasila sebagai suatu
sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem pengetahuan.
Dalam kehudapn sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

16

dasar bagi Bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam
seesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna
hidup serta sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk
menyelesaikan maslaah yang dihadapi dalam hidup dan
kehidupan.
Pancasila dalam pengertian seperti itu telah menjadi suatu
sistem cita-cita atau keyakinan (belief system) sehingga telah
menjelma menjadi ideologi yang mengandung 3 unsur yaitu :
a. Logos (rasionalitas atau penalaran)
b. Pathos (penghayatan)
c. Ethos (kesusilaan)
3. Aspek Aksiologi
Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau
ilmu/teori. Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat yang
menyelidiki :
a. Tingkah laku moral yang berwujud etika
b. Ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan
c. Sosio politik yang berwujud ideologi
Kehidupan manusia sebagai makhluk subyek budaya,
pencipta dan penegak nilai, berarti manusia secara sadar
mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi nilai
merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan demikian,
aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai,
sumber nilai, jenis nilai dan hakikat nilai, termasuk estetika,
etika, ketuhanan dan agama.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikemukakan pula
bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya yang bersifat
material saja tetapi juga sesuatu yang bersifat
nonmaterial/rohaniah.
D. Nilai-Nilai Pancasila Menjadi Dasar Dan Arah Keseimbangan Antara
Hak dan Kewajiban
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

17

Apabila memahami nilai-nilai dari sila-sila Pancasila akan
terkandung beberapa hubungan manusia melahirkan keseimbangan
antara hak dan kewajiban antar hubungan tersebut, yaitu :
1. Hubungan Vertikal
Adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa
sebagai penjelmaan dari nilai-nilai Ketuahanan Yang mhaa Esa.
Dalam hubungannya dengan itu, manusia memiliki kewajiban
untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhkan atau
menghentukan larangan-Nya, sedangkan hak yang diterima
manusia adalah rahmat yang tidak terhingga yang diberikan dan
pembalasan amal perbuatan di akhirat nanti.
2. Hubungan Horisontal
Adalah hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam
fungsinya sebagai warga masyarakat, warga bangsa maupun warga
negara. Hubungan itu melahirkan hak dan kewajiban yang
seimbang.
3. Hubungan Alamiah
Adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang
meliputi hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam dengan segala
kekayaannya. Seluruh alam dengan segala isinya adalah untuk
kebutuhan manusia. Manusia berkewajiban untuk melestarikan.
E. Dasar Axiologis (Hakikat, Nilai, Kriteria) Sila-Sila Pancasila
Bidang Adiologis adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna
nilai, seumber nilai, jenis dan tingkatan nilai serta hakikat nilai seperti
alamiah dan jasmaniah, tanha subur, udara bersih, air bersih, cahaya
dan panas cahaya matahari.
1. Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat digolongkan menjadi 4
tingkatan :
a. Nilai kebenaran, bersumber dari akal, rasio, budi atau cipta
manusia
b. Nila keindahan, bersumber pada perasaan manusia
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

18

c. Nilai kebaikan, berumber pada unsur kehendak manusia
d. Nilai religius, merupakan nilai keharmonian tertinggi dan
bersifat mutlak
2. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat memiliki beberapa nilai yaitu Nilai
Obyektif dan Subyektif
Nilai-nilai sistem filsafat Pancasila adalah sebagai berikut (Objektif)
:
a. Rumusan dari sila-sila Pancasila menunjukkan adanya sifat-sifat
yang umum, universal dan abstrak. Karena pada hakikatnya
Pancasila adalah nilai.
b. Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang. Artinya
keberlakuannya sejak jaman dahulu, masa kini, dan masa yang
akan datang, untuk bangsa Indonesia boleh jadi untuk Negara
lain yang secara esksplisit tampak dalam adat istiadat,
kebudayaan, tata hidup kenegaraan dan tata hidup beragama
c. Pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945
memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental, sehingga merupakan suatuu sumber hukum
positif di Indonesia.
Nilai-nilai sistem filsafat Pancasila adalah sebagai berikut
(Subyektif) :
a. Nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia itu sendiri,
deologi Pancasila berbeda dengan ideologi lain karena isi
Pancasila diambil dari nilai budaya bangda dan religi yang telah
merekat erat sehingga jiwa Pancasila adalah jiwa bangsa
Indonesia sendiri. Sedangkan ideologi lain (liberalis, sosialis,
komunis , dsb) merupakan hasil dari pemikiran filsafat orang.
b. Nilai Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia, menjadi
pedoman bangsa untuk mengatur aspek kehidupan berbangsa
dan bernegara sekaligus menjadi cermin jari diri bangsa yang
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

19

diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, keadilan,
kebaikan, dan kebijaksanaan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
c. Pancasila merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati
nurani bangsa Indonesia, karena bersumber dari kepribadian
bangsa.
F. Pendekatan yang Digunakan
Pendekatan yang digunakan oleh Pancasila dengan filsafat
menggunakan 2 pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan induktif Pancasila , ialah karena Pancasila lahir,
tumbuh, dan berkembang dari persada nusantara kita sendiri yang
berupa adat istiadat, tradisi, budaya, dan keagamaan bangsa kita
sendiri, maka kemudian berkembang menjadi adat nasional atau
budaya nasional.
2. Pendekatan deduktif Pancasila, yaitu Pancasila sebagai pemersatu
seluruh kehidupan Bangsa Indonesia yang beraneka ragam corak
budayanya.
G. Intisari Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa makna dasar Pancasila
sebagai sistem filsafat adalah dasar mutlak dalam berpikir dan
berkarya sesuai dengan pediman tentungan dengan saling
mengaitkan antara sila yang satu dengan yang lainnya. Dengan
kesemua sila-sila tersebut saling mencakup, bukan hanya di nilai satu
persatu. Semua unsur (5 sila) tersebut memiliki fungsi atau makna
dan tugas masing-masing memiliki tujuan tertentu.
a. Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
Merupakan kenyataan objektif yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat. Pancasila memberi petunjuk mencapai
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

20

Semua aturan kehiodupan hukum kegiatan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara berpedoman pada Pancasila. Karena
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum bangsa
dan negara RI.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT-KELOMPOK 3

21