Komunikasi Antar Budaya di Kalangan Maha

Komunikasi Antar Budaya di Kalangan Mahasiswa Etnis
Padang dengan Etnis Lainnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA

Disusun oleh:
Dimas Pujo Prehatin
Farrah Farhana
Iqbal Farabi
Ucok Rasyid Perkasa Alam

Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Komunikasi
Antarbudaya
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
2014

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa rohmatullohi wa barokatuh.
Alhamdulillah


kami tujukan kepada Allah

SWT.

Karena

dengan

limpahan rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penelitian yang kami susun yang
berjudul Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Etnis Padang dalam Berinteraksi di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.
HAMKA ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Kami

menyadari

bahwa

tanpa


bantuan

dari

berbagai

pihak,

penelitian ini tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu, tim penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
penelitian ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan penelitian ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun.
Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum wa rohmatullohi wabarokatuh.

Jakarta, 10 Desember 2014


Tim Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Melalui komunikasi seseorang tumbuh dan belajar, menemukan pribadi
kita dan orang lain, kita bergaul, bersahabat, bermusuhan, mencintai atau mengasihi
orang lain, membenci orang lain dan sebagainya. Maka dari itu komunikasi
memegang peranan yang sangat besar terhadap kehidupan sosial seseorang.
Komunikasi terbagi kedalam beberapa bagian, yakni ada komunikasi
interpersonal, komunikasi intrapersonal, komunikasi antarbudaya dan juga
komunikasi massa. Dan yang akan kami bahas saat ini berkaitan dengan komunikasi
antarbudaya.
Dalam komunikasi antarbudaya seperti dalam proses komunikasinya, kita
berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Kita berusaha mendapatkan keuntungan
yang maksimal dari biaya yang minimum. Dalam komunikasi budaya, orang
cendrung akan berinteraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan
memberikan hasil yang positif, dan bila mendapatkan hasil yang positif maka proses
komunikasi tersebut akan terus ditingkatkan, dan ketika dalam proses komunikasi

tersebut dirasa mendapat hasil yang negatif maka pelaku komunikasi tersebut mulai
menarik diri dan mengurangi proses komunikasi.
Dalam berinteraksi konteks keberagaman kebudayaan kerap kali menemui
masalah atau hambatan-hambatan yang tidak diharapkan sebelumnya, misalnya
dalam penggunaan bahasa, lambang-lambang, nilai-nilai atau norma masyarakat dan
lain sebagainya. Hambatan-hambatan yang terjadi mungkin disebabkan karena
adanya sikap tidak saling pengertian antara satu individu dengan lainnya yang
berbeda budaya. Padahal syarat untuk terjadinya interaksi dalam masyarakat yang
berbeda budaya tentu saja harus ada saling pengertian atau pertukaran informasi atau

makna antara satu dengan yang lainnya. Diakui atau tidak perbedaan latar belakang
budaya bisa membuat kita sangat kaku dalam proses berinteraksi.
Demi mengerti bagaimana manusia terutama mahasiswa dapat berkomunikasi
dengan baik pada era multikultural seperti sekarang perlu adanya penjelasan
bagaimana dan apa faktor-faktor seperti pola komunnikasi dan cara menyesuaikan
komunnikasi yang mempengaruhi sebuah pesan yang ada dalam komunikasi
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola interaksi komunikasi yang terjadi antara mahasiswa FISIP

UHAMKA etnis Padang dengan mahasiswa FISIP UHAMKA lainnya?
2. Bagaimana mahasiswa FISIP UHAMKA etnis Padang menyesuaikan cara
berkomunikasi dengan mahasiswa FISIP UHAMKA etnis lainnya?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola komunikasi mahasiswa FISIP UHAMKA etnis
Padang dengan mahasiswa FISIP UHAMKA etnis lainnya.
2. Untuk mengetahui cara yang dilakukan mahasiswa FISIP UHAMKA etnis
Padang untuk menyesuaikan komunikasinya dengan mahasiswa FISIP
UHAMKA etnis lainnya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Keterkaitan Budaya dan Komunikasi
Stuart Hall menyatakan bahwa budaya dan Komunikasi tidak bisa
terpisahkan. Beberapa ahli menempatkan budaya sebagai salah satu faktor dalam
Komunikasi. Menurut mereka budaya-budaya saling berinteraksi dalam sebuah
momen komunikasi.
Menurut Hofstede, terdapat empat jenis budaya menurut dimensinya. Empat
jenis budaya tersebut diantaranya budaya individualis & kolektivis, uncertainty

avoidance, power distance, dan masculinity & feminity. Dimensi individualis dan
kolektivis membedakan masyarakat berdasar pemaknaan tiap anggota masyarakat
tersebut terhadap kelompok dan individu. Dimensi Uncertainty Avoidance
membedakan masyarakat dari cara pandang masyarakat tersebut terhadap perbedaan.
Dimensi power distance membedakan masyarakat dari cara pandangnya terhadap
kelas-kelas di masyarakat. Sedangkan masculinity dan feminity merupakan dimensi
yang membedakan masyarakat dari karakternya dalam menghadapi masalah yang
berpatokan pada sifat gender.

2.2. Komunikasi Antar Budaya
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”), secara
etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan
perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki
makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki
tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Jadi, Komunikasi adalah suatu
proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak
lain.
Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan


gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan
kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Diantara berbagai konteks komunikasi, terdapat konteks komunikasi antar
budaya. Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orangorang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnis, atau
sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Kebudayaan adalah cara
hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari
generasi ke generasi (Tubbs, Moss:1996).

2.3. Alih Kode dan Campur Kode Bahasa
Malmaker (1992: 61-61) membedakan campuran sistem linguistik menjadi
dua, yaitu:
a. Alih kode (code switching), yaitu beralih dari satu bahasa ke dalam bahasa
lain dalam satu ujaran atau percakapan; dan
b. Campur kode (code mixing/interference), yaitu penggunaan unsur-unsur
bahasa,dari satu bahasa melalui ujaran khusus ke dalam bahasa yang lain.
Campur kode atau interferensi mengacu pada penggunaan unsur formal kode bahasa
seperti fonem, morfem, kata, frase, kalimat dalam suatu konteks dari satu bahasa ke
dalam bahasa yang lain (Beardsmore, 1982: 40). Alih kode dan campur kode dalam
konteks dan situasi berbahasa dapat dilihat dengan jelas, juga tataran, sifat, dan

penyebabnya.

2.4. Teori yang Digunakan
Face Negotiation Theory
Face Negotiation Theory dikemukakan pertama kali oleh Stella Ting-Toomey
pada tahun 1985. Teori ini dikembangkan

sebagai cara untuk memprediksi

bagaimana seseorang akan menyempurnakan identitas mereka (facework) dalam
kebudayaan yang berbeda.
Sifat alami yang akan muncul pada tiap orang adalah bagaimana mereka
memperlihatkan identitas mereka dan bisa dianggap keberadaanya oleh orang lain.
Face, atau bisa juga disebut sebagai pencitraan diri atau rasa positif yang tertanam
dalam diri kita mengenai budaya kita saat kita dikenalkan atau berada dalam budaya
lain. Sedangkan facework merupakan perilaku komunikasi yang bertujuan untuk
melindungi pencitraan diri kita di depan orang lain.
Teori Pengelolaan Kecemasan/Ketidakpastian
Teori yang di publikasikan William Gudykunst ini memfokuskan pada
perbedaan budaya pada kelompok dan orang asing. Ia berniat bahwa teorinya dapat

digunakan pada segala situasi dimana terdapat perbedaan diantara keraguan dan
ketakutan.
Ia

menggunakan

istilah

komunikasi

efektif

kepada

proses-proses

meminimalisir ketidakmengertian. Penulis lain menggunakan istilah accuracy,
fidelity, understanding untuk hal yang sama.
Gudykunst menyakini bahwa kecemasan dan ketidakpastian adalah dasar
penyebab dari kegagalan komunikasi pada situasi antar kelompok. Terdapat dua

penyebab dari mis-interpretasi yang berhubungan erat, kemudian melihat itu sebagai
perbedaan pada ketidakpastian yang bersifat kognitif dan kecemasan yang bersifat
afeksi- suatu emosi.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pada penelitian ini kami menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti
mencoba menginterpretasikan apa saja yang dinyatakan oleh sasaran penelitian
berdasarkan pikiran dan perasaan penelitian itu sendiri. Jadi desain penelitian dari
awal

sampai akhir tidak menggunakan upaya kuantifikasi atau perhitungan-

perhitungan statistik seperti lazimnya dalam penelitian kuantitatif.
Kami menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini karena
pendekatan tersebut sangan cocok digunakan dalam meneliti subjek penelitian secara
akurat berdasarkan pengalaman serta pola perilaku yang subjek terima atau lakukan
dalam ranah komunikasinya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif. Dengan metode ini kami selaku peneliti mencoba menyajikan data
penelitian melalui uraian-uraian, verifikasi, dan sumber-sumber data penelitian
menjadi rangkaian kalimat yang utuh.
Metode penelitian deskriptif kualitatif dipilih karena penulis mengidentifikasi
serta mendeskripsikan masalah-masalah yang berkenaan dengan pola serta masalah
komunikasi yang dihadapi mahasiswa FISIP UHAMKA etnis Padang.

3.2. Informan penelitian
Informan pokok
Pada penelitian ini informan pokoknya adalah mahasiswa/i Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Poltik Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA etnis Padang
yang sekaligus menjadi obyek penelitian.
Informan Pokok
Nama

: Hamidanisa

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Semester

: 3 (tiga)

Informan Pendukung
Pada penelitian ini, peneliti juga memilih mahasiswa/i Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Poltik Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA sebagai informan kunci
namun bukanlah menjadi objek dalam penelitian ini.
Informan Pendukung
Nama

: Rahmat Junaedi

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Semester

: 3 (tiga)

3.3. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi serta wawancara.
Penulis terlebih dahulu mengobservasi dengan mengamati situasi dan keadaan
lingkungan, kemudian melakukan wawancara kepada objek penelitian untuk
mendapatkan informasi yang relevan.
Observasi partisipasi akan dilakukan sepanjang, pada saat, dan sebelum
proses penelitian berlangsung di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA dengan cara wawancara bertahap. Selanjutnya
mengobservasi situasi dan keadaan. Melalui teknik ini peneliti akan mendapatkan
data tentang pola serta masalah komunikasi yang dialami objek penelitian. Setelah
hasilnya ditranskripsi selanjutnya dengan mewawancarai objek penelitian untuk
memperjelas apa pola serta masalah komunikasi yang dialami objek penelitian.

3.4 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Dari wawancara yang kami lakukan dengan kedua objek penelitian kami,
kami dapat mendeskripsikan hasil dari penelitian kami mengenai “Pola Komunikasi
Antarbudaya Mahasiswa Etnis Padang dalam Berinteraksi di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA” di mana menurut
informan yang telah kami wawancarai bahwa mereka dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan mereka berkomunikasi dengan mahasiswa FISIP UHAMKA etnis
lainnya.
Melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti, terlihat bahwa mahasiswa
etnis Padang berhasil menghadapi situasi yang tidak dapat dipahami sehingga
mereka dapat bersikap toleran terhadap segala perbedaan dan situasi itu. Konsep
efektivitas komunikasi juga meliputi adanya keterbukaan dalam suatu proses
komunikasi antarbudaya.
Secara ringkas, objek penelitian menuturkan bahwa ada pola komunikasi
yang mereka lakukan demi mengurangi dan mencegah hambatan dalam
berkomunikasi dengan etnis lainnya didasarkan pada cara mereka menelaah
informasi komunikasi.

Mereka menyesuaikannya dengan pola komunikasi yang

dilakukan pada lawan bicaranya. Ketika objek penelitian bertemu mahasiswa etnis
lainnya, maka mereka akan menggunakan bahasa Indonesia ataupun bahasa
pergaulan sehari-hari untuk mengurangi kesalahan informasi. Sedangkan saat objek
penelitian bertemu sesama mahasiswa etnis padang lainnya, mereka masih tetap
menggunakan bahasa pergaulan sehari-hari atau bahasa Indonesia dengan sedikit
ditambah atau ditimpali dengan bahasa Padang.

4.2. Pembahasan
Dalam penelitian ini ditemukan pola serta cara mahasiswa etnis Padang
berkomunikasi dengan mahasiswa etnis lainnya di Universitas Muhammadiyah Prof.
Dr. HAMKA.
Pola yang mereka gunakan ketika berkomunikasi didasari pada lawan
komuikasinya didasarkan pada cara mereka menelaah informasi komunikasi.
Mereka menyesuaikannya dengan pola komunikasi yang dilakukan pada lawan
bicaranya.
Objek penelitian kami menuturkan bahwa tidak adanya hambatan dalam
berkomunikasi dengan etnis lainnya. Ketika mahasiswa etnis Padang bertemu
mahasiswa etnis lainnya di lingkungan kampus UHAMKA, maka mereka akan
menggunakan bahasa Indonesia ataupun bahasa pergaulan sehari-hari untuk
mengurangi kesalahan informasi. Sedangkan saat mahasiswa etnis Padang bertemu
sesama mahasiswa etnis padang lainnya, mereka masih tetap menggunakan bahasa
pergaulan sehari-hari atau bahasa Indonesia dengan sedikit ditambah atau ditimpali
dengan bahasa Padang.
Lalu yang terakhir adalah cara mahasiswa etnis Padang menyesuaikan
komunikasinya antara lain dengan mengetahui pola-pola

penafsiran pesan dari

budaya yang berlainan agar tidak terjebak dalam stereotip, menggabungkan
komponen emosional atau motivasional budaya, dan berusaha untuk mengatasi atau
mengatur ketegangan atau kecemasan yang dapat terjadi pada banyak pertemuan
antarbudaya.
Mahasiswa etnis Padang juga memperlakukan mahasiswa yang berbeda etnis
dengan mereka sebagaimana apa adanya, bahkan mereka menyesuaikan diri dengan
apa yang mereka butuhkan. Dalam menciptakan efektivitas komunikasi antarbudaya,
yang lebih penting adalah motivasi antarpribadi yang ada di balik hubungan sosial itu
sehingga mampu memberikan atribusi bagi pengembangan hubungan sosial dan
kepuasan hubungan antarpribadi.

BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang kami lakukan dapat diketahui bahwa mahasiswa
Padang di FISIP UHAMKA memiliki cara berkomunikasi dan cara menyesuaikan
komunikasinya dengan lingkungan kampus yang khusus digunakan dalam
berkomunikasi dengan mahasiswa etnis lainnya. Cara berkomunikasi tersebut
dilakukan demi mengurangi ketidak pastian dalam menerima informasi dan juga
menghindari kesalahan komunikasi.efektivitas komunikasi antarbudaya didahului
oleh hubungan antarbudaya.
Hubungan antarbudaya bukan terjadi sekilas tetapi terus menerus sehingga
kualitas berubah dan mengalami kemajuan kearah kualitas hubungan yang baik dan
semakin baik.
Hubungan antarbudaya yang terjadi antar mahasiswa etnis Padang dengan
mahasiswa etnis lainnya pun berlangsung secara terus-menerus dan terus mengalami
banyak kemajuan kearah kualitas yang lebih baik dengan adanya motivasi ingin
diterima di lingkungan baru serta kemampuan adaptasi, toleransi dan keterbukaan
dalam komunikasi antarbudaya dikalangan mahasiswa etnis Padang dengan etnis
lainnya di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditya.
Bakti.Tubbs, Stewart L., Sylvia Moss. 2004. Human Communication, KonteksKonteks Komunikasi. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, deddy. 2010. Ilmu Komunikasi. Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan IlmuSosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Purwosito, Andrik. 2003 . Komunikasi multikultural. Surakarta : Muhammadiyah