DAMPAK HERBISIDA ORGANISME NON TARGET PA
TUGAS REVIEW PESTISIDA DALAM PERTANIAN
DAMPAK HERBISIDA ORGANISME NON-TARGET TERHADAP
PRODUKSI PADI DALAM SISTEM IRIGASI BERKELANJUTAN :
KONDISI TENTANG PENGETAHUAN DAN
PROSPEK MASA DEPAN
OLEH :
ST. KHAIRIYAH
NIM G2A113002
PROGRAM STUDI AGRONOMI
PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2014
PENDAHULUAN
Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan
yang paling penting dan merupakan makanan
pokok bagi lebih dari setengah populasi
dunia, sangat penting dalam strategi
pengembangan yang akan meningkatkan
ketahanan pangan global
Di Indonesia Padi merupakan komoditas
strategis ditinjau dari aspek ekonomi, sosial,
dan politik karena tanaman pangan
terpenting yang menyangkut hajat hidup dan
kebutuhan dasar hampir seluruh rakyat
Indonesia serta menjadi prioritas dalam
menunjang program pertanian.
Strategi pembangunan pertanian, usaha
pencapaian swasembada pangan
dilakukan dengan penerapan teknologi
pertanian yang intensif berupa
pemakaian bibit unggul, pupuk buatan
dan pestisida dalam pengendalian gulma,
hama dan penyakit tanaman
Salah satu faktor yang menyebabkan
rendahnya hasil padi baik kualitas
dan kuantitas adalah gangguan
gulma.
Kehadiran gulma pada lahan sawah dapat
menimbulkan masalah penting karena dapat
berpengaruh negatif (kompetisi) terhadap
tanaman padi,
Penurunan hasil padi akibat gulma
berkisar antara 6-87 %. Data yang lebih
rinci penurunan hasil padi secara
nasional akibat gangguan gulma 15-42 %
untuk padi sawah dan padi gogo 47-87 %
(Pitoyo, 2006).
Tujuan dari penggunaan herbisida adalah
umumnya untuk mematikan beberapa jenis
tumbuhan (gulma) tanpa menggangu jenis
lain atau tanaman lain (tanaman pokok).
HERBISIDA
Herbisida selain
bermanfaat, juga
menghasilkan dampak
buruk bagi kesehatan
manusia dan
lingkungan.
Penggunaan Herbisida berlebih
tidak hanya akan
menjadikan gulma resistan
terhadap herbisida tetapi juga
dapat mempengaruhi organisme
non target yang berada dalam
ekosistem padi sawah.
.
TUJUAN
UNTUK MENGETAHUI DAMPAK
ORGANISME NON TARGET
TERHADAP PRODUKSI PADI SERTA
KONDISI TENTANG PENGETAHUAN
DAN PROSPEK MASA DEPAN
PEMBAHASAN
A. Penggunaan Herbisida pada Gulma
Dominan di Sawah Irigasi
Jenis gulma yang umumnya tumbuh pada
ekosistem padi sawah, adalah gulma yang
tahan genangan. Terdapat 33 jenis gulma
yang sering dijumpai tumbuh di pertanaman
padi sawah dengan perincian 10 jenis dari
golongan rumput, 7 jenis golongan teki dan
16 jenis golongan daun lebar.
.
Jenis herbisida yang digunakan
dalam mengendalikan gulma
padi
diantaranya
adalah
paraquat
(herbisida
kontak),
glifosat dan sulfosat (herbisida
sistemik),
propanil
(herbisida
selektif mengendalikan gulma
daun pita) dan 2,41D amina
(herbisida
selektif
mengendalikan gulma berdaun
lebar dan teki).
.
B. Dampak Herbisida pada
Organisme Tanah dan Non
Target pada Sawah Lahan
Basah
Dampak pada Mikroorganisme Non Fotosintetik
Stenotrophomonas maltophilia, yang
merupakan mikroorganisme yang hadir pada
sawah irigasi Sering kali mengalami kondisi
stres yang disebabkan oleh Aplikasi herbisida.
(Reche dan Fiuza, 2005).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
campuran quinclorac dan bensulfuronmetil (BSM) menginduksi aktivitas
antioksidan enzim superoxide dismutase
dan katalase dari S. maltophilia,
sehingga menunjukkan stres oksidatif
yang disebabkan herbisida. BSM tidak
mempengaruhi jumlah bakteri, baik
yang berada dalam, atas dan tanah
permukaan sawah, namun potensi
nitrifikasi secara signifikan ditekan
Dampak pada Mikroorganisme Fotosintetik
1. Dampak pada Mikro Alga
Hasil penelitian juga menunjukkan
keberadaan residu pestisida dapat
menyuburkan ganggang. Dengan suburnya
ganggang, dapat mengakibatkan cahaya
matahari sulit untuk masuk. Ini
mengakibatkan hewan-hewan atau
fitoplankton tidak mendapat cahaya. Jika
fitoplankton tidak mendapat cahaya, maka
tidak akan dapat berfotosintesis dan tidak
dapat menghasilkan makanan untuk hewanhewan air lainnya.
2.
Dampak
Cyanobacteria
pada
Di alam Cyanobakteria juga banyak
terdapat di persawahan yang tergenang.
Jenis-jenis Cyanobakteria yang ada di air
sawah antara lain Anabaena, Scytonema,
Tolypothrix, Fischerella, Halosiphon,
Mastigocladus, Stigonema, Westiellopsis,
Campylonema dan Microchaete. .
Cyanobakteria
,
Berperan :
Sebagai produsen bagi organisme
lain seperti zooplankton, ikan kecil
atau
udang
kecil
karena
kemampuannya
melakukan
fotosintesis.
Menfiksasi nitrogen
Menyekresikan
(mengeluarkan
vitamin B 12), auxin dan asam
askorbat yang dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman padi.
Simbiosis antara Cyanobakteria
dan
tumbuhan
seperti
pada
anabaena juga akan meningkatkan
kesuburan tanah
Hasil
penelitian
menunjukkan
Konsentrasi tinggi bensulfuron-metil
(8-10
ppm)
menghambat
pertumbuhan dan fotosintesis lebih
dari 50% pada Anabaena variabilis
dan Nostoc komune yang di isolasi;
aktivitas nitrogenase menurun 9498% pada A. variabilis dan oleh 8586% pada
N. komune setelah
Inkubasi 24 jam dengan 10 ppm dan
20 ppm pemberian herbisida (Kim dan
Lee, 2006).
Ahluwalia et al. (2002) membuktikan bahwa
penggabungan dosis yang relatif tinggi (> 5
μg.mL-1)
dari
Diquat
pada
Nostoc
muscorum dan Cylindrospermum sp. bisa
sangat beracun, sehingga mengurangi
klorofil
mereka,
juga
menurunkan
pertumbuhan yang berpuncak lisis pada
sel.
Konsentrasi tertinggi yang diuji (15 μg.mL1) telah ditemukan menjadi algicidal untuk
kedua cyanobacteria. Pada konsentrasi ini,
menunjukkan bahwa paraquat ditambah
pada medium kultur yang mengandung
Cylindrospermum sp. juga memiliki efek
algicidal (Kaur et al., 2002).
Dampak
Invertebrata
pada
Invertebrata merupakan hewan yang tidak
memiliki tulang belakang dan berperan
sebagai penyeimbang dalam ekosistem.
Herbisida
bertanggung
jawab
pada
pengurangan umum jumlah invertebrata
dalam lanskap pertanian (Stoate et al.,
2009).
Populasi copepoda, cladocerans dan
ostracods berfluktuasi selama musim
tanam
padi
dalam
menanggapi
penggenangan,
bidang
drainase,
pembajakan
dan
praktek
lainnya
(Tarazona dan Dohmen, 2007).
Dalam sebuah studi yang dilakukan
oleh Uno et al. (2001), karakteristik
akumulatif residu dalam organ
kedua moluska kerang, Corbicula
Leana dan Anodonta woodiana, yang
diperiksa selama musim tanam padi
menunjukkan bahwa tiobenkarb
terakumulasi dalam C. Leana dan A.
woodiana pada tingkat yang sangat
tinggi. Karena itu invertebrata juga
berperan dalam indikator biologis
untuk mengetahui tingkat
pencemaran perairan.
Dampak pada Vertebrata
1. Dampak pada Ikan
Ikan dan biota akuatik lainnya dapat
mengalami efek buruk dari perairan
yang
terkontaminasi
herbisida.
Aliran permukaan yang membawa
pestisida hingga sungai membawa
dampak yang mematikan bagi
kehidupan di perairan, dan dapat
membunuh ikan dalam jumlah besar
Beberapa herbisida mengandung tembaga
sulfit yang beracun bagi ikan dan hewan air
lainnya. Penerapan herbisida pada perairan
dapat mematikan tanaman air yang menjadi
makanan dan penunjang habitat ikan,
menyebabkan berkurangnya populasi ikan.
Pestisida dapat terakumulasi di perairan
dalam jangka panjang dan mampu
membunuh zooplankton sumber makanan
utama ikan kecil. Beberapa ikan memakan
serangga; kematian serangga akibat
pestisida dapat menyebabkan ikan kesulitan
mendapatkan makanan.
2.
Dampak
Amfibi
pada
• Kecebong bermetamorfosis dalam
bentuk yg lebih kecil
• Menurunkan kemampuan
menangkap mangsa dan
menghindar dari predator
• Bahan aktif endosulfan : terdapat
keanehan pada pertumbuhan
kecebong
• Bahan aktif atrazin : perubahan
kodok jantan menjadi hemafrodit,
• Menurunkan kemampuan
bereproduksi
PENUTUP
Pertanian modern
telah membawa
kemajuan
pesat
bagi
pembangunan
pertanian. Di satu sisi, revolusi hijau diakui
bermanfaat
bagi
kehidupan
manusia
namun di sisi lain terungkap bahwa sistem
pertanian
modern
telah
membawa
konsekuensi-konsekuensi negatif terhadap
lingkungan.
Penggunaan pupuk buatan,
pestisida serta praktek-praktek pertanian
modern lainnya yang dilakukan tidak bijak,
ternyata memiliki andil besar
terhadap
kerusakan lingkungan.
Masalah lingkungan saat ini tentang residu
herbisida di lapangan yang terakumulasi
dalam air, tanah dan bahan makanan
mungkin tidak akan lenyap di tahun-tahun
mendatang.
Sebagai hasil dari ketergantungan berat
pada herbisida Beberapa spesies gulma
berkembang
dan
menjadi
resisten
terhadap
herbisida,
termasuk
gulma
rumput yang paling merusak, Echinochloa
spp.
Oleh karena itu, dalam program
pengelolaan gulma di masa depan,
Gressel dan Valverde (2009)
merekomendasikan
penggunaan kultivar padi
transgenik tahan herbisida
untuk mengendalikan gulma
yang telah berevolusi dan
menjadi resisten terhadap
herbisida.
Beberapa
organisme
yang
telah
berevolusi dalam kolam alami dekat
sawah sekarang digunakan sebagai
agen
pengendali
biologis
dalam
budidaya padi, seperti misalnya di
Jepang, di mana masalah gulma
tahunan yang merajalela di sawah telah
kendalikan
oleh
beberapa
spesies
kecebong udang (Triops spp.) di
permukaan tanah dengan mencabut
akar bibit gulma, menciptakan air keruh
dan mengkonsumsi tunas gulma
(Williams, 2006).
Hasil penelitian Xuan et al.,
yang dilakukan di Fakultas
Pertanian, Universitas Miyazaki,
Jepang, penggunaan
daun Ageratum dengan dosis 2
ton/ha dapat menekan sampai
75% gulma pada tanaman padi
seperti Aeschynomene
indica,Monochoria
vaginalis dan Echinochloa
crusgalli var. Formosensis Ohwi.
Kemampuan Ageratumsebagai allelopathy
diidentifikasi karena adanya 3 phenolic acid
yaitu gallic acid, coumalic acid dan
protocatechuic acid, yang dapat
menghambat pertumbuhan beberapa
gulma pada tanaman padi.
Selain itu penggunaan
daun Ageratum dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil panen padi sampai
22% lebih baik dibandingkan kontrol, dan
14% dibanding dengan penggunaan
herbisida. Hal tersebut diduga karena
penambahan daun Ageratum meningkatkan
kandungan nitrogen dalam tanah yang
sangat diperlukan bagi pertumbuhan padi
TERIMA KASIH
DAMPAK HERBISIDA ORGANISME NON-TARGET TERHADAP
PRODUKSI PADI DALAM SISTEM IRIGASI BERKELANJUTAN :
KONDISI TENTANG PENGETAHUAN DAN
PROSPEK MASA DEPAN
OLEH :
ST. KHAIRIYAH
NIM G2A113002
PROGRAM STUDI AGRONOMI
PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2014
PENDAHULUAN
Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan
yang paling penting dan merupakan makanan
pokok bagi lebih dari setengah populasi
dunia, sangat penting dalam strategi
pengembangan yang akan meningkatkan
ketahanan pangan global
Di Indonesia Padi merupakan komoditas
strategis ditinjau dari aspek ekonomi, sosial,
dan politik karena tanaman pangan
terpenting yang menyangkut hajat hidup dan
kebutuhan dasar hampir seluruh rakyat
Indonesia serta menjadi prioritas dalam
menunjang program pertanian.
Strategi pembangunan pertanian, usaha
pencapaian swasembada pangan
dilakukan dengan penerapan teknologi
pertanian yang intensif berupa
pemakaian bibit unggul, pupuk buatan
dan pestisida dalam pengendalian gulma,
hama dan penyakit tanaman
Salah satu faktor yang menyebabkan
rendahnya hasil padi baik kualitas
dan kuantitas adalah gangguan
gulma.
Kehadiran gulma pada lahan sawah dapat
menimbulkan masalah penting karena dapat
berpengaruh negatif (kompetisi) terhadap
tanaman padi,
Penurunan hasil padi akibat gulma
berkisar antara 6-87 %. Data yang lebih
rinci penurunan hasil padi secara
nasional akibat gangguan gulma 15-42 %
untuk padi sawah dan padi gogo 47-87 %
(Pitoyo, 2006).
Tujuan dari penggunaan herbisida adalah
umumnya untuk mematikan beberapa jenis
tumbuhan (gulma) tanpa menggangu jenis
lain atau tanaman lain (tanaman pokok).
HERBISIDA
Herbisida selain
bermanfaat, juga
menghasilkan dampak
buruk bagi kesehatan
manusia dan
lingkungan.
Penggunaan Herbisida berlebih
tidak hanya akan
menjadikan gulma resistan
terhadap herbisida tetapi juga
dapat mempengaruhi organisme
non target yang berada dalam
ekosistem padi sawah.
.
TUJUAN
UNTUK MENGETAHUI DAMPAK
ORGANISME NON TARGET
TERHADAP PRODUKSI PADI SERTA
KONDISI TENTANG PENGETAHUAN
DAN PROSPEK MASA DEPAN
PEMBAHASAN
A. Penggunaan Herbisida pada Gulma
Dominan di Sawah Irigasi
Jenis gulma yang umumnya tumbuh pada
ekosistem padi sawah, adalah gulma yang
tahan genangan. Terdapat 33 jenis gulma
yang sering dijumpai tumbuh di pertanaman
padi sawah dengan perincian 10 jenis dari
golongan rumput, 7 jenis golongan teki dan
16 jenis golongan daun lebar.
.
Jenis herbisida yang digunakan
dalam mengendalikan gulma
padi
diantaranya
adalah
paraquat
(herbisida
kontak),
glifosat dan sulfosat (herbisida
sistemik),
propanil
(herbisida
selektif mengendalikan gulma
daun pita) dan 2,41D amina
(herbisida
selektif
mengendalikan gulma berdaun
lebar dan teki).
.
B. Dampak Herbisida pada
Organisme Tanah dan Non
Target pada Sawah Lahan
Basah
Dampak pada Mikroorganisme Non Fotosintetik
Stenotrophomonas maltophilia, yang
merupakan mikroorganisme yang hadir pada
sawah irigasi Sering kali mengalami kondisi
stres yang disebabkan oleh Aplikasi herbisida.
(Reche dan Fiuza, 2005).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
campuran quinclorac dan bensulfuronmetil (BSM) menginduksi aktivitas
antioksidan enzim superoxide dismutase
dan katalase dari S. maltophilia,
sehingga menunjukkan stres oksidatif
yang disebabkan herbisida. BSM tidak
mempengaruhi jumlah bakteri, baik
yang berada dalam, atas dan tanah
permukaan sawah, namun potensi
nitrifikasi secara signifikan ditekan
Dampak pada Mikroorganisme Fotosintetik
1. Dampak pada Mikro Alga
Hasil penelitian juga menunjukkan
keberadaan residu pestisida dapat
menyuburkan ganggang. Dengan suburnya
ganggang, dapat mengakibatkan cahaya
matahari sulit untuk masuk. Ini
mengakibatkan hewan-hewan atau
fitoplankton tidak mendapat cahaya. Jika
fitoplankton tidak mendapat cahaya, maka
tidak akan dapat berfotosintesis dan tidak
dapat menghasilkan makanan untuk hewanhewan air lainnya.
2.
Dampak
Cyanobacteria
pada
Di alam Cyanobakteria juga banyak
terdapat di persawahan yang tergenang.
Jenis-jenis Cyanobakteria yang ada di air
sawah antara lain Anabaena, Scytonema,
Tolypothrix, Fischerella, Halosiphon,
Mastigocladus, Stigonema, Westiellopsis,
Campylonema dan Microchaete. .
Cyanobakteria
,
Berperan :
Sebagai produsen bagi organisme
lain seperti zooplankton, ikan kecil
atau
udang
kecil
karena
kemampuannya
melakukan
fotosintesis.
Menfiksasi nitrogen
Menyekresikan
(mengeluarkan
vitamin B 12), auxin dan asam
askorbat yang dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman padi.
Simbiosis antara Cyanobakteria
dan
tumbuhan
seperti
pada
anabaena juga akan meningkatkan
kesuburan tanah
Hasil
penelitian
menunjukkan
Konsentrasi tinggi bensulfuron-metil
(8-10
ppm)
menghambat
pertumbuhan dan fotosintesis lebih
dari 50% pada Anabaena variabilis
dan Nostoc komune yang di isolasi;
aktivitas nitrogenase menurun 9498% pada A. variabilis dan oleh 8586% pada
N. komune setelah
Inkubasi 24 jam dengan 10 ppm dan
20 ppm pemberian herbisida (Kim dan
Lee, 2006).
Ahluwalia et al. (2002) membuktikan bahwa
penggabungan dosis yang relatif tinggi (> 5
μg.mL-1)
dari
Diquat
pada
Nostoc
muscorum dan Cylindrospermum sp. bisa
sangat beracun, sehingga mengurangi
klorofil
mereka,
juga
menurunkan
pertumbuhan yang berpuncak lisis pada
sel.
Konsentrasi tertinggi yang diuji (15 μg.mL1) telah ditemukan menjadi algicidal untuk
kedua cyanobacteria. Pada konsentrasi ini,
menunjukkan bahwa paraquat ditambah
pada medium kultur yang mengandung
Cylindrospermum sp. juga memiliki efek
algicidal (Kaur et al., 2002).
Dampak
Invertebrata
pada
Invertebrata merupakan hewan yang tidak
memiliki tulang belakang dan berperan
sebagai penyeimbang dalam ekosistem.
Herbisida
bertanggung
jawab
pada
pengurangan umum jumlah invertebrata
dalam lanskap pertanian (Stoate et al.,
2009).
Populasi copepoda, cladocerans dan
ostracods berfluktuasi selama musim
tanam
padi
dalam
menanggapi
penggenangan,
bidang
drainase,
pembajakan
dan
praktek
lainnya
(Tarazona dan Dohmen, 2007).
Dalam sebuah studi yang dilakukan
oleh Uno et al. (2001), karakteristik
akumulatif residu dalam organ
kedua moluska kerang, Corbicula
Leana dan Anodonta woodiana, yang
diperiksa selama musim tanam padi
menunjukkan bahwa tiobenkarb
terakumulasi dalam C. Leana dan A.
woodiana pada tingkat yang sangat
tinggi. Karena itu invertebrata juga
berperan dalam indikator biologis
untuk mengetahui tingkat
pencemaran perairan.
Dampak pada Vertebrata
1. Dampak pada Ikan
Ikan dan biota akuatik lainnya dapat
mengalami efek buruk dari perairan
yang
terkontaminasi
herbisida.
Aliran permukaan yang membawa
pestisida hingga sungai membawa
dampak yang mematikan bagi
kehidupan di perairan, dan dapat
membunuh ikan dalam jumlah besar
Beberapa herbisida mengandung tembaga
sulfit yang beracun bagi ikan dan hewan air
lainnya. Penerapan herbisida pada perairan
dapat mematikan tanaman air yang menjadi
makanan dan penunjang habitat ikan,
menyebabkan berkurangnya populasi ikan.
Pestisida dapat terakumulasi di perairan
dalam jangka panjang dan mampu
membunuh zooplankton sumber makanan
utama ikan kecil. Beberapa ikan memakan
serangga; kematian serangga akibat
pestisida dapat menyebabkan ikan kesulitan
mendapatkan makanan.
2.
Dampak
Amfibi
pada
• Kecebong bermetamorfosis dalam
bentuk yg lebih kecil
• Menurunkan kemampuan
menangkap mangsa dan
menghindar dari predator
• Bahan aktif endosulfan : terdapat
keanehan pada pertumbuhan
kecebong
• Bahan aktif atrazin : perubahan
kodok jantan menjadi hemafrodit,
• Menurunkan kemampuan
bereproduksi
PENUTUP
Pertanian modern
telah membawa
kemajuan
pesat
bagi
pembangunan
pertanian. Di satu sisi, revolusi hijau diakui
bermanfaat
bagi
kehidupan
manusia
namun di sisi lain terungkap bahwa sistem
pertanian
modern
telah
membawa
konsekuensi-konsekuensi negatif terhadap
lingkungan.
Penggunaan pupuk buatan,
pestisida serta praktek-praktek pertanian
modern lainnya yang dilakukan tidak bijak,
ternyata memiliki andil besar
terhadap
kerusakan lingkungan.
Masalah lingkungan saat ini tentang residu
herbisida di lapangan yang terakumulasi
dalam air, tanah dan bahan makanan
mungkin tidak akan lenyap di tahun-tahun
mendatang.
Sebagai hasil dari ketergantungan berat
pada herbisida Beberapa spesies gulma
berkembang
dan
menjadi
resisten
terhadap
herbisida,
termasuk
gulma
rumput yang paling merusak, Echinochloa
spp.
Oleh karena itu, dalam program
pengelolaan gulma di masa depan,
Gressel dan Valverde (2009)
merekomendasikan
penggunaan kultivar padi
transgenik tahan herbisida
untuk mengendalikan gulma
yang telah berevolusi dan
menjadi resisten terhadap
herbisida.
Beberapa
organisme
yang
telah
berevolusi dalam kolam alami dekat
sawah sekarang digunakan sebagai
agen
pengendali
biologis
dalam
budidaya padi, seperti misalnya di
Jepang, di mana masalah gulma
tahunan yang merajalela di sawah telah
kendalikan
oleh
beberapa
spesies
kecebong udang (Triops spp.) di
permukaan tanah dengan mencabut
akar bibit gulma, menciptakan air keruh
dan mengkonsumsi tunas gulma
(Williams, 2006).
Hasil penelitian Xuan et al.,
yang dilakukan di Fakultas
Pertanian, Universitas Miyazaki,
Jepang, penggunaan
daun Ageratum dengan dosis 2
ton/ha dapat menekan sampai
75% gulma pada tanaman padi
seperti Aeschynomene
indica,Monochoria
vaginalis dan Echinochloa
crusgalli var. Formosensis Ohwi.
Kemampuan Ageratumsebagai allelopathy
diidentifikasi karena adanya 3 phenolic acid
yaitu gallic acid, coumalic acid dan
protocatechuic acid, yang dapat
menghambat pertumbuhan beberapa
gulma pada tanaman padi.
Selain itu penggunaan
daun Ageratum dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil panen padi sampai
22% lebih baik dibandingkan kontrol, dan
14% dibanding dengan penggunaan
herbisida. Hal tersebut diduga karena
penambahan daun Ageratum meningkatkan
kandungan nitrogen dalam tanah yang
sangat diperlukan bagi pertumbuhan padi
TERIMA KASIH