Konsep Kerukunan dalam al Quran

MAKALAH
KAJIAN AYAT-AYAT TENTANG
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
Disusun untuk memenuhi tugas :
Mata Kuliah
: Studi Hadits Integratif
Dosen Pengampu
: Prof. DR. Nashruddin
Baidan
DR. Makrum Khalil, M,Ag

Disusun oleh :
IRFANDI : 2051113011

PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN HUKUM KELUARGA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2013

Kajian Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama


A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Kajian tentang kerukunan hidup, khususnya antar umat
beragama merupakan kajian yang menarik, dikarenakan agama
adalah elan paling vital dalam kehidupan manusia. Mengkaji
agama, secara tidak langsung juga mengkaji manusia itu sendiri,
sebaliknya, mengkaji tentang manusia juga meniscayakan untuk
mengkaji agama mereka.
Kerukunan hidup beragama adalah salah satu tujuan dasar
dari Islam, sebagai bagian dari pengejawantahan hafdz al-din,
yang merupakan salah satu maqashid syari’ah. Kerukunan hidup
beragama juga erat kaitannya dengan hifdz al-nafs, karena
hilangnya kesadaran akan pentingnya menjaga kerukunan dan
kedamaian dalam beragama berpotensi menimbulkan konflik
yang mengancam keselamatan jiwa manusia.
Al-Quran yang kita yakini sebagai kitab suci yang lengkap
telah memberikan petunjuk kepada kita, tentang bagaimana
seharusnya bersikap dan bertindak di tengah-tengah kehidupan
umat beragama, baik antar sesama pemeluk agama maupun

antar pemeluk agama yang berlainan. Makalah ini akan mengkaji
ayat-ayat yang berkaitan dengan kerukunan hidup beragama.
Untuk memahami konsep al-Quran tentang kerukunan hidup
beragam, tentu tidak cukup hanya dengan memahami satu dua
ayat, karena dikhawatirkan akan menimbulkan penafsiran yang
parsial dan tidak utuh. Disini pemakalah akan membahas ayatayat yang berkaitan dengan topik, diantaranya Yunus: 99, alBaqarah: 62, al-Baqarah: 120, al-Maidah: 48 dan al-Mumtahanah:
7-9. Harapannya, kita dapat memahami persoalan ini secara
lebih luas dan komprehensif, dan pada stadium selanjutnya
pemahaman yang kita dapatkan dapat menuntun kita untuk
bersikap lebih arif dan toleran dalam beragama. Amien.
STUDI ALQURAN INTEGRATIF
1

Kajian Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan di atas, maka makalah ini akan
membahas tentang:
a. Ayat-ayat
b. Asbab Nuzul

c. Penjelasan ayat
d. Petunjuk ayat
B. PEMBAHASAN
1. Ayat-Ayat yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama
Sesuai dengan silabi matakuliah Studi Islam Integratif,
dalam makalah ini ada beberapa ayat yang akan dibahas. Dalam
memahami ayat-ayat tersebut, pemakalah membahasnya secara
analitis-tematik
antara

(tahlili-maudhu’i),

kaidah-kaidah

tafsir

dengan

klasik


mengintegrasikan

dengan

pendekatan

kebahasaan (linguistik), dalam hal ini pemakalah menggunakan
analisis semantik untuk memahami term-term kunci dalam ayatayat yang akan ditafsirkan.
AYAT PERTAMA
      
      
  
Artinya: Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman
semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah
kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya ? (QS: Yunus 99)
Penjelasan ayat
Maksud dari ayat ini adalah, Allah, tidak ingin memaksa
manusia untuk beriman kepada-Nya, bahkan Dia Swt memberi
kebebasan dan ikhtiar kepada mereka mau menerima kebenaran

atau tidak. Sudah barang tentu apa saja yang dipilih oleh
manusia,

maka

ia

harus

menanggung

STUDI ALQURAN INTEGRATIF
2

konsekuensi

dan

Kajian Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama


akibatnya. Sekalipun Allah Swt telah menunjukkan jalan yang
lurus kepada manusia, akan tetapi manusia itu bebas dan
merdeka memilih jalannya sendiri. Dari sanalah Nabi Saw tidak
perlu memaksa manusia untuk beriman, dan tidak pula harus
sedih terhadap orang-orang kafir, lantaran mereka tidak mau
beriman.

Lafadz



dalam

ayat

ini

berfaidah

lil-imtina’,


(Ketidakmungkinan), yang berarti sebuah penegasan dari Allah,
bahwa tidak mungkin seluruh manusia beriman, dan itu memang
sudah menjadi kehendak Allah. Menurut Syafi’i Maarif, 1 ayat ini
menunjukkan bahwa setiap paksaan untuk beriman, halus
apalagi kasar, sepenuhnya melanggar ketentuan Allah.
Petunjuk Ayat
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman kepada Allah berdasarkan pilihan memiliki nilai setelah
sebelumnya mengadakan pengkajian dan perenungan, bukan
semata-mata berdasarkan pemaksaan. Karena iman yang
sedemikian ini bukanlah iman yang sebenarnya.
2. Nabi Muhammad Saw dalam rangka memberi petunjuk dan
hidayah

kepada

manusia,

atas


dasar

keprihatinan

dan

kecemasan beliau. Karena itu Allah Swt menenangkan NabiNya tersebut.
3. Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak boleh memaksakan
orang lain untuk mengikuti agama kita, apalagi pemikiran kita.
Karena konsep dasar dalam beragama adalah ‘Setiap orang
mempertanggungjawabkan perbuatannya masing-masing’.
AYAT KEDUA

1 Ahmad Syafi’i Ma’arif, Tafsir surat Yunus ayat 99,
www.infoanda.com/followlink.php?lh=VFYGAQQEBQJU, diakses pada 7 Desember 2013

STUDI ALQURAN INTEGRATIF
3


Kajian Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama









    
      
    
Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang
Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin siapa saja
diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari
kemudian dan beramal saleh mereka akan menerima pahala
dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS :al-Baqarah 62)
Asbab Nuzul

Dikemukakan Ibnu Abi Hatim dari Salman al-Farisi: “Saya
bertanya kepada Rasulullah saw tentang para pemeluk agama
yang pernah saya anut. Dia pun menerangkan sholat dan ibadah
mereka. Lalu turunlah ayat ini”2
Diriwayatkan Ibnu Jarir dari Mujahid bahwa Salman al-Farisi
bertanya kepada Nabi saw tentang orang-orang Nasrani dan
pendapat

beliau

tentang

amal

mereka.

Beliau

menjawab:


“Mereka tidak mati dalam keadaan Islam” Salman berkata: “Bumi
terasa gelap bagiku dan aku pun mengingat kesungguhan
mereka” Lalu turunlah ayat ini. Setelah itu Rasulullah saw
memanggil Salman seraya bersabda: “Ayat ini turun utuk para
sahabatmu”. Beliau kemudian bersabda: “Barangsiapa yang mati
dalam agama Isa sebelum mendengar aku, maka dia mati dalam
kebaikan. Barangsiapa telah mendengar aku dan mengimaniku
maka dia celaka.3

Penjelasan Ayat
2 al-Suyuti, al-Durr al-Mantsur fi Tafsir al-Ma’tsur (Beirut: Dar al-Fikr, 1990), vol. 1,
hlm. 143;
3 Ibid.

STUDI ALQURAN INTEGRATIF
4

Kajian Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama

(‫)الذين أمنو‬. Setidaknya ada tiga penafsiran mengenai siapa
yang dimaksud dengan alladzina amanu. Pertama, Menurut alBaghawi, mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Isa
as. yang hidup sebelum diutusnya Rasulullah saw. Pada saat
yang sama mereka berlepas diri dari kebatilan agama Yahudi dan
Nasrani.

Di

antara

mereka

ada

yang

sampai

menjumpai

Rasulullah saw dan mengikuti beliau, ada pula yang tidak
sempat.4 Kedua, orang-orang munafik yang mengaku beriman.
Penafsiran itu dikemukakan Sufyan al-Tsauri, al-Zamakhsyari, dan
al-Nasafi.5 Ketiga,

orang-orang

yang

beriman

kepada

Nabi

Muhammad saw secara benar. Di antara yang berpendapat
demikian adalah al-Qurthubi, al-Thabari, al-Syawkani, dan alJazairi.6
(‫ ) الههذين هههادوا‬merujuk kepada pemeluk agama Yahudi,
sementara ‫ النصارى‬merupakan bentuk jamak dari kata Nashrani.
Mereka adalah para pengikut Nabi Isa as. Disebut Nasrani karena
di antara mereka yang menjadi pengikut setianya “al-hawariyyin”
pernah

menyanggupi

permintaan

Isa

as

untuk

menjadi

ansharaLlah. Allah Swt mengabadikan jawaban mereka: Nahnu
ansharuLlah (kami adalah penolong-penolong agama Allah) (QS
Ali Imron: 52, al-Shaff: 14). Ada pula yang mengaitkan sebutan
Nashrani dengan nama daerah kelahiran Isa yang dikenal dengan
Nashirah (Nazareth).
Mengenai makana ‫الصابئين‬, Para mufassir berbeda pendapat
mengenai siapa yang dimaksud dengan al-Shabiin. Menurut
Wahab bin Munabbih, mereka adalah kaum yang mengetahui
keesaan Allah, tidak memiliki syariah yang diamalkan, dan tidak
4Al-Baghawi, Ma’alim al-Tanzil, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1993), vol I hlm.
46

5 al-Zamakhsyari, Tafsir al-Kasysyaf, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995), vol.
1 hlm. 148
6 al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Quran, vol. 1(Beirut: Dar al-Kutub al-?Ilmiyyah,
tt), 432

STUDI ALQURAN INTEGRATIF
5

Kajian Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama

membicarakan kekufuran. Menurut Ibn Katsir, mereka adalah
kaum penyembah Malaikat, memegang kepada kitab Zabur dan
mereka mempunyai aturan (agama) yang tetap untuk diikutinya,
dan sebagian ulama’ berkata mereka adalah orang-orang yang
tidak bisa sampai da’wahnya Nabi. 7 Sementara menurut
Mujahid, Ibnu Abi Najih, Atha’, dan Sa’id bin Jubair menyatakan
bahwa mereka adalah kaum antara Majusi, Yahudi, dan Nasrani.
Sementara Abu Aliyah, Rabi’ bin Anas, al-Sudi, dan al-Dhuhak
berpendapat bahwa mereka salah satu firqah dari Ahli Kitab yang
membaca Zabur. Pendapat ini juga didukung Abdurrahman alSa’di. Walhasil memang tidak ada kesamaan tentang siapa
mereka. Namun dari berbagai pendapat tersebut, setidaknya
didapatkan gambaran bahwa mereka adalah suatu kaum yang
memeluk agama tertentu.8
Petunjuk Ayat
1. Bagi kelompok pluralis, ayat ini menunjukkan bahwa semua
agama asal disertai dengan pengamalan yang baik (‘amila
shalihan) maka akan mendapatkan ganjarannya di sisi Allah.
Salah seorang mufassir yang menafsirkan demikian adalah
Hamka. Menurut Hamka, ayat ini merupakan janji yang adil
dari Tuhan kepada seluruh manusia, tidak pandang dalam
agama yang mana mereka hidup, atau merk apa yang
diletakkan kepada diri mereka, namun mereka masing-masing
akan mendapat ganjaran atau pahala di sisi Tuhan, sepadan
dengan iman dan amal shalih yang telah mereka kerjakan itu.
‘Dan tidak ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka
akan berdukacita’.9

7 Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-‘Adzim, (Beirut: Dar al-Fikr, tth) Juz.I halaman 105;
8 Rokhmat S. Labib, Kajian Lintas Agama: Tafsir Surat al-Baqarah ayat 62, diakses
pada 7 Desember 2013
9 Hamka, Tafsir al Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), hlm. 211

STUDI ALQURAN INTEGRATIF
6

Kajian Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama

2. Menurut sebagian mufassir lain, ayat ini tidak bisa dijadikan
dalil

pluralisme

agama,

dikarenakan

pada

akhir

ayat

disebutkan Man amana billah wa al-yaum al-akhir, sedang
iman kepada Allah mensyaratkan iman kepada seluruh Rasulrasulnya dan kitab-kitabnya, termasuk Nabi Muhammad SAW
dan

al-Quran

menunjukkan

al-Karim.
bahwa

Dengan

pemeluk

demikian,

agama

apapun

ayat

ini

(yahudi,

nashrani dan shabiin) harus mengimani kepada Rasulullah
Muhammad SAW dan kitab suci al-Quran.

AYAT KETIGA
      
       





    
        
 
Artinya: Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang
kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang
benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan
mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah
tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (al-Baqarah
120)
Asbab Nuzul
Diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi yang bersumber dari Ibnu
Abbas: Bahwa kaum Yahudi Madinah dan kaum Nashara Najran
mengharap agar Nabi Saw shalat menghadap kiblat mereka.
Ketika Allah SWT membelokkan kiblat itu ke ka’bah, mereka
merasa berkeberatan. Mereka berkomplot dan berusaha agar
Nabi Saw menyetujui kiblat sesuai dengan agama mereka. Maka
turunlah ayat ini (Al-Baqarah ayat 120) yang menegaskan bahwa

STUDI ALQURAN INTEGRATIF
7

Kajian Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama

orang-orang Yahudi dan orang-orang Nashara tidak akan senang
kepada Nabi Muhammad walaupun keinginannya dikabulkan.10
Penjelasan ayat
(‫“ )لن ترضى عنك اليهود ول النصارى‬Ridha” adalah kelapangan dada
untuk menerima sesuatu. Ridha juga adalah suasana hati yang
senang.11 Penggunaan "lan" terhadap orang Yahudi, dan kata "la"
terhadap orang Nasrani, Menurut pakar-pakar bahasa Al-Qur'an,
antara lain Az-Zarkasyi dalam bukunya Al-Burhan, kata "lan"
digunakan untuk menafikan sesuatu di masa datang, dan
penafian tersebut lebih kuat dari "la" yang digunakan untuk
menafikan sesuatu, tanpa mengisyaratkan masa penafian itu,
sehingga boleh saja ia terbatas untuk masa lampau, kini, atau
masa datang. Ayat di atas, secara tegas menyatakan bahwa
selama seseorang itu Yahudi maka ia pasti tidak akan rela
terhadap

umat

Islam

hingga

umat

Islam

mengikuti

agama/tatacara mereka. Dalam arti, menyetujui sikap dan
tindakan serta arah yang mereka tuju.12
(‫)حتى تتبع ملتهم‬. Menurut Quraish Shihab, yang dimaksud dengan
“hingga engkau mengikuti agama mereka”

adalah kinayah,

yakni tidak menyebutkan secara tegas apa yang dimaksud tetapi
menyebut sesuatu yang mengantarkan kepada yang dimaksud.
Redaksi

ini

menggambarkan

keputusasaan

menyangkut

kemungkinan ahli kitab memeluk agama Islam, bukan

10 Jalaluddin al-Suyuthi, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul, terj. M. Abdul Mujib AS,
(Tanpa kota: Dar al-Ihya’, 1986), hlm. 41

11 Muhammad Ali al-Shabuni. Shafwah al-Tafasir: Tafsir li al-Qur’an al-Karim.
(Jakarta: Dar alKutub al-Islamiyyah, 1999) Jilid 1, hlm. 90
12 Quraish Shihab, Wawasan al-Quran: Tafsir Mawdhu’i atasPelbagai Persoalan
Umat (Jakarta: Mizan, 1996) hlm. 349
STUDI ALQURAN INTEGRATIF
8

Kajian Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama

berarti bahwa kaum Yahudi dan Nashrani menghendaki agar
Nabi Muhammad SAW memeluk agama mereka.13
Petunjuk ayat
1. Ayat ini menunjukkan bahwa kaum Yahudi, sampai kapanpun
tidak akan pernah berlapang dada (ridha) jika umat Muslim
belum mengikuti cara mereka. Kaum Yahudi akan selalu
berniat tidak baik terhadap umat Islam
2. Sedang kaum Nashrani, pada saat tertentu mereka akan
bersikap seperti kaum Yahudi, akan tetapi pada saat yang lain
tidak. Dengan kata lain, permusuhan kaum Yahudi terhadap
umat Islam melebihi permusuhan kaum Nashrani terhadap
umat Islam.
AYAT KELIMA




     
     
      
       
     
     





     
     
Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya,
Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara
mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara
kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya
Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian295

13Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), Jilid I hlm. 294-

STUDI ALQURAN INTEGRATIF
9

Kajian Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama

Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.
hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan
itu (QS al-Maidah 48)
Penjelasan ayat
‫وانزلنا اليك الكتاب بالحق مصدقا لما بين يديه ومهيمنا عليه‬
Ayat

ini menyinggung

kedudukan

tinggi al-Quran

sebagai

pembenar kitab-kitab samawi, (mushaddiqan lima baina yadaih)
juga

menyebutnya

sebagai

penjaga

kitab-kitab

tersebut

(muhaiminan ‘alaih). Dengan menekankan terhadap dasar-dasar
ajaran

para nabi

terdahulu, al-Quran

juga

sepenuhnya

memelihara keaslian ajaran itu dan menyempurnakannya.
‫ولو شاء الله لجعلكم امة واحدة‬،‫لكل جعلنا منكم شرعة و منهاجا‬
Menyikapi

adanya

banyak

agama,

ada

pertanyaan

mengapa Allah Swt tidak menetapkan sebuah agama dan syariat
yang satu untuk semua masyarakat sepanjang sejarah, sehingga
hal

ini

tidak

pertanyaan

akan

ini,

menimbulkan

ayat

ini

perselisihan?

menegaskan,

Menjawab

Allah Swt

mampu

menjadikan semua masyarakat sebagai umat yang satu, serta
mengikuti satu agama, Tapi hal ini tidak sesuai dengan prinsip
penyempurnaan dan pendidikan manusia secara bertahap.
Sebab, dengan berkembangnya pemikiran umat manusia, maka
banyak hakikat yang harus semakin diperjelas dan metode yang
lebih baik dan sempurna juga harus dipaparkan untuk kehidupan
manusia.
Petunjuk ayat:
1. Al-Quran

bila

dibandingkan

dengan kitab-kitab samawi

terdahulu memiliki kemuliaan dan keistimewaan.
2. Bahaya yang mengancam para tokoh masyarakat ialah
ketidakpedulian

terhadap

hakikat

STUDI ALQURAN INTEGRATIF
10

ilahi

demi

menarik

Kajian Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama

simpati manusia, serta menuruti keinginan mereka yang
tidak pada tempatnya.
3. Salah

satu

dari

sarana

cobaan

Allah

ialah

adanya

perbedaan agama di sepanjang sejarah, sehingga dapat
memperjelas

siapa

gerangan

yang

bisa

menerima kebenaran, serta siapa yang ekstrim dan keras
kepala.

AYAT KEENAM
      
     
     
 
      
      
     
     


 


     
     
   
Artinya: Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang
antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara
mereka. dan Allah adalah Maha Kuasa. dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang {7} Allah tidak melarang
kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang Berlaku adil {8} Sesungguhnya Allah hanya
melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang
memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari
negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan
Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka
Itulah orang-orang yang zalim{9} (QS al-Mumtahanah: 7 sd 9)
Penjelasan ayat

STUDI ALQURAN INTEGRATIF
11

Kajian Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama

Quraish Shihab14 menjelaskan, bahwa Ayat di atas secara
tegas menyebutkan nama Allah Yang Maha Kuasa dengan
menyatakan: Allah yang
tegas terhadap

orang

memerintahkan
kafir-walaupun

kamu

kekuarga

bersikap
kamu tidak

melarang kamu menjalin hubungan dan berbuat baik terhadap
orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama tidak
pula memerangi kamu karena agama tidak pula mengusir kamu
dari negri kamu. Kalau demikian, jika dalam interaksi sosial
mereka berada dipihak yang benar, sedang salah seorang dari
kamu berada di pihak yang salah, maka kamu harus membela
dan memenangkan mereka.
Firman-Nya: lam

yuqatilukum

(tidak

menggunakan bentuk

mudhari/present

sebagai

“memerangi

bermakna

memerangi

kamu”,

sedang

memerangi kamu)

tense.

secara

Ini

dipahami

factual

kata fi yang

berarti

sedang
dalam

mengandung isyarat bahwa ketika itu mitra bicara bagaikan
berada dalam wadah tersebut sehingga tidak ada dari mereka
yang keuar dari wadah itu. Dengan kata fi ad-din (dalam
agama) tidak masuklah peperangan yang disebabkan karena
kepentingan duniawi yang tidak ada hubungannya dengan
agama, tidak termasuk pula siapapun yang tidak termasuk
factual memerangi umat islam.
Kata tabarruhum termbil
berarti kebajikan

yang

luas.

dari
Salah

kata birr
satu

nama

yang
Allah

swt

adalah al-Bar. Ini karena demikian luas kebajikan-Nya. Dataran
yang

terhampar

dipersada

bumi

ini

dimnamai bar karena

luasnya. Dengan karena penggunaan kata tersebut oleh ayat
diatas, tercermin izin untuk melakukan aneka kebajikan bagi non
muslim, selama tidak membawa dampak negative bagi umat
islam. Kata tuqitshu terambil dari kata qisth yang berarti adil.
14 Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera hati, 2000), jilid XXV hlm.
345

STUDI ALQURAN INTEGRATIF
12

Kajian Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama

Bisa juga diphami dalam arti bagian. Pakar tafsir dan hokum Ibn’
Arabi memahaminya demikian dan atas dasar itu menurutnya
ayat di atas menyatakan: “Tidak melarang kamu member
(se)bagian dari harta kamu kepada mereka.”

Al-Biqa’i

memahami penggunaan kata ilaihim / kepada mereka yang
dirangkaikan dengan kata tuqsithu itu sebagai isyarat bawha hal
yang diperintahkan ini hendaknya dihantar hingga sampai
kepada

mereka.

Hal

itu



tulis

ulama

itu

lebih

jauh



mengisyaratkan bahwa sikap yang diperintahkan ini termasuk
bagian dari hubungan yang diperintahkan, dan bahwa itu tidak
akan berdampak negative bagi umat islam – walau mereka
memaksakan diri mengirimnya dari jauh, karena memang Allah
suka kelemahlembutan dalam segala hal dan member imbalan
atasnya dan apa yang tidak diberikan-Nya melalui hal-hal lain. 15
Sayyid Quthub berkomentar ketika menafsirkan ayat
diatas bahwa islam adalah agama yang damai, serta akidah
cinta. Ia suatu system yang bertujuan menangi seluruh alam
dengan naungannya yang berupa kedamaian. Tidak ada yang
meghalangi arah tersebut kecuali tindakan agresi musuh-musuhNya dan musuh-musuh penganut agama ini. Adapu jika mereka
itu bersikap damai, maka islam sama sekali tidak berminat untuk
melakukan permusuhan dan tidak juga berusaha melakukannya.
Walaupun dalam keadaan bermusuhan, islam tetap memelihara
dalam jiwa factor-faktor keharmonisan hubungan yakni kejujuran
tingkah laku perlakuan yang adil menanti datangnya waktu
dimana

lawan-lawannya

dapat

menerima

kebajikan

yang

ditawarkannya sehingga mereka bergabung dibawah panjipanjinya. Islam sama sekali tidak berputus asa mananti hari
dimana hati manusia akan menjadi jernih dan mengarah kea rah
yang lurus itu.
15 Ibid.

STUDI ALQURAN INTEGRATIF
13

Kajian Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama

Dalam ayat ini, Allah SWT menerangkan bahwa Dia tidak
melarang orang-orang yang beriman berbuat baik, mengadakan
hubungan persaudaraan, tolong-menolong dan hantu-membantu
dengan orang-orang kafir selama mereka tidak mempunyai niat
menghancurkan Islam dan kaum muslimin, tidak mengusir dari
negeri-negeri mereka dan tidak pula berteman akrab dengan
orang-orang

yang

hendak

diterangkan

bahwa

Allah

muslimin

mengusir
SWT

bertolong-tolongan

itu.

hanyalah

dengan

Dalam

ayat

ini

melarang

kaum

orang-orang

yang

menghambat atau menghalangi manusia di jalan Allah, dan
memurtadkan kaum muslimin sehingga ia berpindah kepada
agama lain, yang memerangi, mengusir dan membantu pengusir
kaum

muslimin

dari

negeri

mereka.

Dengan

orang

yang

semacam itu Allah melarang dengan sangat kaum muslimin
berteman dengan mereka. Pada akhir ayat ini Allah SWT
mengancam kaum muslimin yang menjadikan musuh-musuh
mereka sebagai teman bertolong-tolongan dengan mereka, jika
mereka melanggar larangan Allah ini, maka mereka adalah
orang-orang yang zalim.16
Petunjuk ayat
1. Allah menghendaki, idealnya antara sesama pemeluk agama
saling mengasihi dan menyayangi
2. Permusuhan

dengan

pemeluk

agama

lain

hanya

diperkenankan jika mereka memerangi kaum Muslim dalam
persoalan agama atau mengeluarkan kaum Muslim dari
negerinya

C. PENUTUP
16 Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2000),

STUDI ALQURAN INTEGRATIF
14

Kajian Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama

Kesimpulan
1. Konsep dasar al-Quran dalam kehidupan beragama adalah
damai, saling menghormati dan tidak boleh saling memaksakan
kehendak.
2. Iman kepada Allah hendaknya didasari atas kesadaran yang tulus
dari dalam, bukan karena paksaan dari orang lain.
3. Perbedaan umat manusia dalam beragama adalah merupakan
sunnatullah yang tidak bisa diganggu gugat, karenanya kita tidak
perlu susah dan sedih dengan keadaan tersebut, apalagi sampai
melahirkan sikap yang destruktif
4. Meski

telah

menggariskan

konsep

dasarnya,

alQuran

memperingatkan bahaya permusuhan yang dihembuskan oleh
kaum Yahudi, bahwa kaum Yahudi, sampai kapanpun tidak akan
pernah berlapang dada (ridha) jika umat Muslim belum mengikuti
cara mereka. Kaum Yahudi akan selalu berniat tidak baik
terhadap umat Islam. Sedang kaum Nashrani, pada saat tertentu
mereka akan bersikap seperti kaum Yahudi, akan tetapi pada
saat yang lain tidak. Dengan kata lain, permusuhan kaum Yahudi
terhadap umat Islam melebihi permusuhan kaum Nashrani
terhadap umat Islam.
5. Menurut kelompok pluralis semua agama asal disertai dengan
pengamalan

yang

baik

(‘amila

shalihan)

maka

akan

mendapatkan ganjarannya di sisi Allah, tidak pandang dalam
agama yang mana mereka hidup, atau merk apa yang diletakkan
kepada

diri

mereka,

namun

mereka

masing-masing

akan

mendapat ganjaran atau pahala di sisi Tuhan, sepadan dengan
iman dan amal shalih yang telah mereka kerjakan itu.
6. Menurut sebagian mufassir lain, pandangan kaum pluralis
tersebut

tidak

benar,

dikarenakan

iman

kepada

Allah

mensyaratkan iman kepada seluruh Rasul-rasulnya dan kitabkitabnya, termasuk Nabi Muhammad SAW dan al-Quran al-Karim.
STUDI ALQURAN INTEGRATIF
15

Kajian Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syafi’i Ma’arif, Tafsir surat Yunus ayat 99,
www.infoanda.com/followlink.php?lh=VFYGAQQEBQJU, diakses pada
7 Desember 2013
al-Suyuti, al-Durr al-Mantsur fi Tafsir al-Ma’tsur (Beirut: Dar alFikr, 1990)
Al-Baghawi, Ma’alim al-Tanzil, (Beirut: Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyyah, 1993), vol I
al-Zamakhsyari, Tafsir al-Kasysyaf, (Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyyah, 1995), vol. 1 hlm. 148
Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Quran, vol. 1(Beirut: Dar alKutub al-?Ilmiyyah, tt),
Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-‘Adzim, (Beirut: Dar al-Fikr, tth)
Juz.I

STUDI ALQURAN INTEGRATIF
16

Kajian Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama

Rokhmat S. Labib, Kajian Lintas Agama: Tafsir Surat alBaqarah ayat 62, diakses pada 7 Desember 2013
Hamka, Tafsir al Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982),
Jalaluddin al-Suyuthi, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul, terj. M.
Abdul Mujib AS, (Tanpa kota: Dar al-Ihya’, 1986)
Muhammad Ali al-Shabuni. Shafwah al-Tafasir: Tafsir li alQur’an al-Karim. (Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 1999) Jilid 1
Quraish Shihab, Wawasan al-Quran: Tafsir Mawdhu’i
atasPelbagai Persoalan Umat (Jakarta: Mizan, 1996)
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2000)

STUDI ALQURAN INTEGRATIF
17