Chapter II Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akuntabilitas
2.1.1 Pengertian Akuntabilitas

9

Akuntabilitas

berasal

(mempertanggungjawabkan),

dari

bahasa

bentuk

Latin,

kata

yaitu
dasar

accomptare
computare

(memperhitungkan) yang juga berasal dari kata putare (mengadakan
perhitungan)(www.wikipedia.org).Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), akuntabilitas berarti keadaan untuk bertanggungjawab.
Dari asal kata tersebut, akuntabilitas timbul karena adanya pemberian
tanggungjawab kepada orang atau pihak tertentu untuk menjalankan tugasnya
dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
Deklarasi Tokyo (1985) menetapkan pengertian akuntabilitas sebagai
kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan
untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan
dengannya

untuk


dapat

menjawab

hal-hal

yang

menyangkut

pertanggungjawaban fiskal, manajerial dan program.
Ini berarti terdapat penilaian terhadap apa yang dikerjakan oleh individu atau
penguasa yang menerima tanggunggjawab tersebut.
Akuntabilitas menurut Tim Studi Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintahan-BPKP

adalah

kewajiban


untuk

menyampaikan

pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan
tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada
pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban.
Selanjutnya Ulum (2008) mendefinisikan akuntabilitas sebagai suatu
pertanggungjawaban oleh pihak-pihak yang diberi kepercayaan oleh
masyarakat/individu dimana nantinya terdapat keberhasilan atau kegagalan di

10

dalam pelaksanaan tugasnya tersebut dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Dari kedua pengertian tersebut, tersirat bahwa pihak yang diberikan
kepercayaan


atau

tanggungjawab

tersebut

harus

memberi

laporan

pertanggungjawaban atas tugas yang telah dipercayakan kepadanya dengan
mengungkapkan segala sesuatu yang dilakukan baik yang mencerminkan
keberhasilan atau kegagalan. Artinya laporan pertanggungjawaban tersebut
bukan sekedar laporan atas pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, tetapi termasuk juga kinerja dari pelaksanaannya yang mampu
menjawab

pertanyaan


mendasar

tentang

apa

yang

harus

dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini si penerima tanggungjawab harus
dapat melaporkan keberhasilan yang telah dicapai dan juga mengungkapkan
dalam laporannya semua kegagalan yang terjadi.
Dalam

konteks

pemerintahan,


akuntabilitas

mempunyai

arti

pertanggungjawaban yang merupakan salah satu ciri terapan good
governance atau pengelolaan pemerintahan yang baik.
Artinya akuntabilitas menunjukkan apakah pelayanan yang dilakukan oleh
pemerintah sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan apakah
pelayanan publik tersebut mengakomodasikan kebutuhan rakyat yang
sesungguhnya.
Akuntabilitas mensyaratkan agar pemerintah memberikan laporan dan
pertanggungjawaban mengenai penguasaan atas dana–dana publik dan
penggunaannya sesuai peruntukan.

11

Dengan akuntabilitas, pihak yang menerima tanggungjawab harus transparan
dan terbuka menjawab setiap pertanyaan mengenai segala sesuatu yang

berkaitan dengan implementasi tanggungjawab tersebut.

2.1.2 Jenis Akuntabilitas
Ada berbagai pandangan tentang jenis-jenis akuntabilitas, antara lain
yang dinyatakan oleh Sirajudin H. Salleh dan Aslam Iqbal (1997) dalam
Mohamad (2004) yaitu akuntabilitas internal dan akuntabilitas eksternal. Dari
sisi internal seseorang, akuntabilitas berarti pertanggungjawaban individu
tersebut kepada Tuhan.Akuntabilitas ini disebut sebagai akuntabilitas spiritual
dimana segala sesuatu yang dilakukan hanya diketahui oleh dia sendiri dan
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.Akuntabilitas ini sulit untuk diukur,
karena didasarkan pada hubungan seseorang dengan Tuhan. Namun apabila
dilakukan dengan benar, akan memberi pengaruh yang besar pada pencapaian
kinerja seseorang.
Berbeda dengan akuntabilitas internal, akuntabilitas eksternal lebih
mudah diukur karena tersedianya norma dan standar yang jelas. Banyak
pendapat yang membagi-bagikan akuntabilitas ini menjadi beberapa bagian,
antara lain menurut Mario D. Yango (1991) dalam Mohamad (2004). Mario
membagi akuntabilitas eksternal menjadi:
a. Akuntabilitas tradisional atau akuntabilitas reguler, yang bertujuan untuk
mempertahankan efisiensi dalam pelaksanaan administrasi publik.

b. Akuntansi manajerial, yang menekankan peran manajer atau pengawas
dan mengharapkan agar pejabat dan pegawai tidak hanya mengerjakan

12

peraturan-peraturan yang ada tetapi juga menetapkan perencanaan dan
penganggaran untuk memberikan pelayanan yang terbaik.
c. Akuntabilitas program, fokus pada pencapaian hasil operasi pemerintah.
d. Akuntabilitas proses, menekankan pada informasi tentang tingkat
pencapaian kesejahteraan sosial atas pelaksanaan kebijakan dan aktivitas
organisasi. Akuntabilitas ini memerlukan pertimbangan masalah etika
dan moral dari setiap kebijakan pemerintah, pelaksanaannya serta
dampak yang ditimbulkan.

2.2 Kinerja
Dalam suatu organisasi atau perusahaan perlu dilakukan penilaian
terhadap kinerja, baik itu kinerja individu maupun kinerja kelompok
individu.Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan kinerja
sebagai:sesuatu yang dicapai; prestasi yang diperlihatkan; kemampuan kerja.
Kinerja


menurutBastian

(2006:274)

adalah

gambaran

pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Menurut Mangkunegara (2001),kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas

dan

kuantitas


yang

dicapai

oleh

seseorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Namun menurut Wibowo (2007), kinerja tidak hanya
menunjukkan hasil kerja tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung.
Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara
mengerjakannya.

13

Jadi dari kinerja suatu organisasi atau perusahaan dapat dilihat berhasil atau
tidaknya tujuan yang telah ditetapkan dengan membandingkan apa yang telah
direncanakan dengan apa yang dicapai dalam periode tertentu.
Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan

kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapain hasil suatu
instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi serta
mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional yang
diambil.Dengan adanya informasi mengenai kinerja tersebut dapat dijadikan
suatu alat bagi organisasi untuk menilai dan melihat perkembangan yang
dicapai dalam jangka waktu tertentu dan mengambil tindakan yang
dibutuhkan untuk pengerjaan tugas berikutnya.

2.3 Akuntabilitas Kinerja
Berdasarkan Deklarasi Tokyo tahun 1985, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya,

bahwa

akuntabilitas

tidak

hanya

merupakan

pertanggungjawaban keuangan saja, melainkan kewajiban-kewajiban dari
individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumbersumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab
hal-hal yang menyangkut pertanggungjawaban fiskal, manajerial dan
program. Jadi akuntabilitas tidak hanya terbatas pada bidang keuangan saja,
melainkan kinerja secara keseluruhan.Menurut Jack A.Brinzius dan Michael
D.Campbell (1991) dalam Mohamad (2004:28), akuntabilitas kinerja

14

merupakan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan program dan
mengukur hasilnya atau hasil dibandingkan dengan standarnya.
Pengertian akuntabilitas kinerja dalam Inpres Nomor 7 Tahun
1999adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan

keberhasilan/kegagalan

pelaksanaan

misi

organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.
Menurut BPKP, akuntabilitas kinerja adalah
perwujudan
kewajiban
suatu
instansi
pemerintah
untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program
dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam
rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target
kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah
yang disusun secara periodik.
Namun pemerintah yang berkinerja tidak hanya dilihat dari program yang
sudah dikerjakan melainkan bagaimana program tersebut bermanfaat bagi
masyarakat.

2.4 Partisipasi Penyusunan Anggaran
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam mengelola suatu
perusahaan/organisasi adalah

anggaran. Penyusunan anggaran melibatkan

pihak-pihak berkepentingan yang ada di dalam perusahaan.
Menurut Garrison, Noreen dan Brewer (2007:4), anggaran adalah rencana
terperinci tentang pemerolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan
sumber daya lainnya selama periode waktu tertentu. Anggaran yang dibuat

15

menunjukkan rencana masa depan yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif
yang formal.
Menurut Yuwono (2006:65), anggaran sektor publik memiliki fungsi
sebagai berikut:
a. Anggaran sebagai alat perencanaan
Anggaran sebagai alat perncanaan digunakan untuk melakukan
beberapa hal berikut:
1. Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan
visi dan misi yang ditetapkan.
2. Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai
tujuan

organisasi

serta

merencanakan

alternatif

sumber

pembiayaannya.
3. Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang
telah disusun.
4. Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.
b. Anggaran sebagai alat pengendalian
Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas
pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang
dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.Anggaran
sektor publik digunakan untuk meyakinkan bahwa pemerintah
mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi kewajibannya dan
untuk memberi informasi serta meyakinkan legislatif bahwa
pemerintah bekerja secara efisien, tanpa ada korupsi dan pemborosan.
c. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal

16

Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan pemerintah untuk
menstabilkan

ekonomi

dan

mendorong

pertumbuhan

ekonomi.Anggaran dapat digunakan untuk mendorong, memfasilitasi
dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
d. Anggaran sebagai alat politik
Anggaran sebagai alat politik merupakan bentuk komitmen eksekutif
dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk
kepentingan tertentu. Mereka harus sadar sepenuhnya bahwa
kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui dapat
menjatuhkan kepemimpinannya atau paling tidak menurunkan
kredibilitas pemerintah.
e. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi
Setiap unit pemerintah terlibat dalam proses penyusunan anggaran.
Anggaran digunakan sebagai alat koordinasi antarbagian dalam
pemerintahan yang dapat mendeteksi terjadinya inkonsisten suatu unit
kerja dalam pencapaian tujuan organisasi.Sebagai alat komunikasi,
anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk
dilaksanakan.
f. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja
Anggaran merupakan alat yang efektif dalam penilaian kinerja.Kinerja
dinilai berdasarkan berapa yang berhasil dicapai dikaitkan dengan
anggaran yang telah ditetapkan.
g. Anggaran sebagai alat motivasi

17

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer
dan stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif dan efisien dalam
mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Pihak-pihak yang terlibat dapat berpartisipasi dengan memberikan
rekomendasi, merevisi angka-angka dalam anggaran bila diperlukan dan
menyetujui ataupun tidak menyetujui apa yang direncanakan. Partisipasi
dalam penyusunan anggaran merupakan proses pengambilan keputusan
bersama oleh dua bagian atau lebih, dimana keputusan tersebut akan memiliki
dampak masa depan terhadap organisasi. Menurut Mulyadi (2001) dalam
Dewi (2014), partisipasi penyusunan anggaran berarti keikutsertaan operating
managers dalam memutuskan bersama dengan komite anggaran mengenai
rangkaian kegiatan di masa yang akan ditempuh oleh operating managers
tersebut dalam pencapaian sasaran anggaran. Birskyte (2013) dalam
penelitian yang dilakukan di Lithuania menyimpulkan bahwa partisipasi
masyarakat dalam proses penganggaran memberikan keuntungan dalam
pencapaian tujuan, antara lain alokasi dana lebih efektif dari anggaran yang di
alokasikan.
Pengertian partisipasi dalam penganggaran secara lebih terperinci
disampaikan oleh Milani (1975) dalam Herminingsih (2009) yaitu:
1. Seberapa jauh anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para manajer
2. Alasan-alasan para atasan pada waktu anggaran dalam proses revisi
3. Frekuensi menyatakan inisiatif, memberikan usulan dan atau pendapat
tentang anggaran kepada atasan tanpa diminta

18

4. Seberapa jauh manajer merasa mempunyai pengaruh dalam anggaran final
5. Kepentingan manajer dalam kontribusinya pada anggaran
6. Frekuensi anggaran didiskusikan oleh para atasan pada waktu anggaran
disusun
Menurut Milani (1975) bahwa faktor utama yang membedakan antara
partisipasi penyusunan anggaran dengan non partisipasi adalah tingkat
keterlibatan dan pengaruh bawahan terhadap pembuatan keputusan dalam
proses penyusunan anggaran.

2.5 Sistem Pelaporan
Sistem pelaporan merupakan laporan yang menggambarkan sistem
pertanggungjawaban dari bawahan (pimpinan unit anggaran) kepada atasan
(kepala bagian anggaran) (Abdulah, 2005 dalam Wahyuni, Raja Adri dan
Enni Savitri, 2014).Sistem pelaporan yang baik diperlukan agar dapat
memantau

dan

mengimplementasikan

mengendalikan
anggaran

yang

kinerja
telah

manajerial
ditetapkan.

dalam

Pemerintah

berkewajiban untuk memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya
yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan. Laporan yang baik adalah laporan yang disusun secara jujur,
objektif dan transparan.

2.6 Penelitian Terdahulu

19

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa
peneliti untuk mengetahui adanya hubungan antara partisipasi penyusunan
anggaran dan sistem pelaporan terhadap akuntabiltas kinerja.
Penelitian yang terkait dengan variabel partisipasi penyusunan anggaran dan
sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja, telah dilakukan oleh Pratiwi
(2014), yang meneliti sekolah di kota Semarang. Penelitian ini menggunakan
alat analisis regresi dengan terlebih dahulu mengkonversikan skala ordinal ke
skala interval melalui interval berurutan.Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 50 orang yang terkait dalam partisipasi penyusunan anggaran dan
sistem pelaporan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan
anggaran dan sistem pelaporan berpengaruh signifikan positif terhadap
akuntabilitas kinerja.
Peneliti lainnya yang terkait dengan variabel sistem pelaporan terhadap
akuntabilitas kinerja dilakukan oleh Yuwono (2014), yang meneliti instansi
pemerintahan di Kota Semarang.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 57 orang dengan hasilnya yang menunjukkan bahwa sistem
pelaporan tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah.
Penelitian selanjutnya yang terkait dengan partisipasi penyusunan anggaran
dilakukan oleh Erpina (2014) pada instansi pemerintah Kabupaten Rokan
Hulu.Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang
menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran tidak berpengaruh
positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

20

Peneliti
1. Pratiwi
(2014)

2. Yuwono
(2014)

3. Erpina
(2014)

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Variabel
Judul
Penelitian
Pengaruh Partisipasi Variabel
Penyusunan
independen:
Anggaran dan
partisipasi
Sistem Pelaporan
penyusunan
terhadap
anggaran dan
Akuntabilitas
sistem pelaporan
Kinerja Sekolah
SMP dan SMA
Variabel dependen:
Negeri Kota
akuntabilitas
Semarang (Studi
kinerja
pada SMP dan SMA
Negeri Kota
Semarang)
Pengaruh Kejelasan
Sasaran Anggaran,
Pengendalian
Akuntansi dan
Sistem Pelaporan
terhadap
Akuntabilitas
Kinerja Instansi
Pemerintahan di
Kota Semarang
Pengaruh Partisipasi
Penyusunan

Variabel
independen:
kejelasan sasaran
anggaran,
pengendalian
akuntansi dan
sistem pelaporan
Variabel dependen:
akuntabilitas
kinerja
Variabel
independen:

Hasil Penelitian
Partisipasi penyusunan
anggaran dan sistem
pelaporan berpengaruh
signifikan positif
terhadap akuntabilitas
kinerja sekolah SMP dan
SMA negeri Kota
Semarang

Secara parsial kejelasan
sasaran
anggaranberpengaruh
terhadap akuntabilitas
kinerjasedangkan
pengendalian akuntansi
dan sistem pelaporan
tidak berpengaruh
terhadap akuntabilitas
kinerja
Partisipasi penyusunan
anggaran dan kejelasan

21

Anggaran dan
Kejelasan Sasaran
Anggaran terhadap
Akuntabilitas
Kinerja Instansi
Pemerintah
Kabupaten Rokan
Hulu

partisipasi
penyusunan
anggaran dan
kejelasan sasaran
anggaran

sasaran anggaran tidak
berpengaruh positif
terhadap akuntabilitas
kinerja instansi
pemerintah Kabupaten
Rokan Hulu

Variabel dependen:
akuntabilitas
kinerja

2.7 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual digunakan untuk mempermudah memahami
gambaran penelitian secara kasar terutama melalui hubungan bermacam
variabel

yang

diteliti.

Adapun

kerangka

konseptual

penelitian

ini

digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Partisipasi Penyusunan
Anggaran
(X1)

Akuntabilitas Kinerja
(Y)

Sistem Pelaporan
(X2)

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa penelitian ini menggunakan
dua variabel independen, yaitu partisipasi penyusunan anggaran dan sistem

22

pelaporan

yang

diperkirakan

akan

berpengaruh

terhadap

variabel

dependennya, yaitu akuntabilitas kinerja.
Partisipasi penyusunan anggaran sangat diperlukan sebagai harapan
manajemen lapisan bawah dapat mengkomunikasikan segala kegiatan yang
berhubungan dengan anggaran kepada masyarakat. Dengan diikutsertakan
wakil kepala sekolah dan guru, diharapkan akuntabilitas kinerja akan lebih
efektif dan efisien. Keikutsertaan mereka akan menambah ide-ide dan
gagasan untuk dipertimbangkan dalam pelaksanaan proses penyusunan
anggaran, sehingga menjadi motivasi yang baik bagi para pegawai negeri
sipil untuk mencapai tujuan dalam proses penyusunan anggaran dan
meningkatkan akuntabilitas kinerja sekolah.
Sistem pelaporan merupakan laporan yang menggambarkan sistem
pertanggungjawaban dari bawahan kepada atasan.Sistem pelaporan yang baik
dapat memantau dan mengendalikan kinerja manajerial sekolah dalam
menginplementasikan anggaran yang telah ditetapkan.Hal ini menunjukkan
bahwa jika pihak sekolah tidak memilki sistem pelaporan yang baik maka
akuntabilitas kinerja sekolah tersebut juga tidak baik.
Interaksi partisipasi penyusunan anggaran dengan akuntabilitas kinerja
berpengaruh positif dimana jika semakin tinggi partisipasi penyusunan
anggaran pegawai negeri sipil dalam proses penyusunan anggaran maka
semakin tinggi pula akuntabilitas kinerja sekolah dengan alasan keikutsertaan
pegawai

negeri

sipil

tersebut

dalam

penyusunan

anggaran

dapat

meningkatkan pengetahuan mereka tentang anggaran sehingga dapat menjadi
perpanjangan informasi kepada masyarakat yaitu siswa dan orangtua siswa

23

sekolah tersebut. Sehingga semakin tinggi partisipasi penyusunan dalam
penyusunan anggaran, maka semakin tinggi akuntabilitas kinerja sekolah.
Interaksi sistem pelaporan dengan akuntabilitas kinerja berpengaruh
positif dimana jika semakin tinggi sistem pelaporan, maka semakin tinggi
pula akuntabilitas kinerja sekolah.Alasannya akuntabilitas kinerja merupakan
prinsip pertanggungjawaban yang memerlukan laporan kinerja yang disusun
secara periodik sehingga pihak sekolah harus membuat sistem pelaporan yang
baik untuk mengevaluasi akuntabilitas kinerja sekolah tersebut.Oleh sebab itu
semakin tinggi sistem pelaporan maka semakin tinggi akuntabilitas kinerja
sekolah.
Berdasarkan penjelasan tersebut, pengaruh partisipasi penyusunan
anggaran

dan

sistem

pelaporan

diasumsikan

mampu

meningkatkan

akuntabiltas kinerja sekolah.Jika partisipasi penyusunan anggaran dan sistem
pelaporan tinggi maka semakin tinggi pula akuntabilitas kinerja sekolah.

2.8 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual yang didukung dengan teori dan hasil
penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Partisipasi penyusunan anggaran dan sistem pelaporan berpengaruh
terhadap akuntabilitas kinerja Sekolah Menengah Kejuruan di Kota
Medan.

24

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24