LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KESEHATAN doc
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN KESEHATAN TERNAK
SANITASI DAN PEMBERIAN OBAT CACING
Dosen :
Drh. Agus Wijaya Ph d
Oleh :
Farhan Haidar
(
)
Riovan Manarihon M
(
)
Moch Rizky Pratama
(
)
Nurlita Agustina
(
)
Yaumil Ikhsan
(
)
Fathia Mahira
(
)
TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang :
Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil.Mengapa dikatakan demikian,
ruminansia atau hewan pemamah biak mempunyai ciri khusus berupa 4 lambung yang
teridiri dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dan juga mengalami proses
memamah biak atau proses pemgembalian makanan dari lambung ke mulut untuk di
mamahbiak. Beternak domba memiliki prospek yang baik karena di Indonesia
permintaan pasar akan daging domba terus meningkat dari tahun ke tahun.Hal ini
merupakan celah bagi calon pengusaha yang akan memulai bisnis dan mencapai
kesuksesan. Jika tidak di iringi dengan usaha dan manejemen pemeliharaan yang baik
maka kesuksesan itu akan sulit untuk dicapai. Banyak orang mengalami kendala
dalam berbisnis terutama dalam hal manajemen, contohnya dalam manajemen
pemeliharaan, berupa sanitasi dan pengendalian kesehahatan ternak. Sanitasi kandang
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peternak untuk kebersihan kandang dan
lingkungannya. Kegiatan ini penting karena dengan keadaan kandang serta lingkungan yang
bersih, maka kesehatan ternak maupun pemiliknya menjadi terjamin. Sanitasi erat kaitannya
kebersihan, jika suatu kandang tidak bersih maka akan menimbulkan bibit penyakit dan
menyebabkan ternak itu sakit. Penyakit endoparasit seperti cacing adalah penyakit sering
kita temui pada ternak domba. Domba yang terjangkit penyakit cacing akan kurus karena
nutrisinya ikut diserap oleh cacing sehingga pengobatan perlu dilakukan. Prinsip dan teknik
pengobatan harus diperhatikan. Teknik yang tidak baik akan menyebabkan ternak yang sakit
sembuh tapi malah lebih parah atau mati.
Tujuan :
Untuk mengetahui perbedaan antara domba lokal dan luar negeri.
Untuk mengetahui cara pemeliharaan kandang (sanitasi).
Menambah ilmu pengetahuan tentang cara budi daya domba (ovis).
1
BAB II
METODE
Sanitasi
Materi :
Alat dan bahan :
Cangkul
Sapu lidi
Selang air
Serokan
Karung
Prosedur :
Persiapkan alat yang dibutuhkan untuk sanitasi seperti : cangkul, sapu lidi, serokan,
selang air, karung.
Masuklah ke kandang dengan tidak berisik.
Pindahkan domba yang kandangnya akan dibersihkan untuk menjaga agar domba
tersebut tidak stres.
Gunakan cangkul dengan cara mengayunkan secara perlahan pada lantai dasar
kangdang sampai bersih.
Gunakan sapu untuk membersihkan kotoran-kotoran dan masukan kedalam karung.
Jika lantai kandang sudah bersih masukan kembali domba dan mulailah
membersihkan tempat pakan dengan menggunakan tangan
Taruh pakan hijauan yang cukup untuk domba.
Mulailah membersihkan kolong kandang.
Seroklah kotoran menggunakan serokan.
Masukan kedalam karung atau tampung terlebih dahulu kedalam tempat sementara.
Siram bagian permukaan kolong kandang tersebut dengan air.
Serok kembali air yang menggenang dengan serokan yang bersih.
Siram dan serok kembali sampai bersih.
Cucilah peralatan yang sudah dipakai agar tidak timbul bibit penyakit yang baru.
Pemberian Obat cacing
Alat dan bahan :
Spoid
Domba
Obat cacing(kalbazen)
Tali tambang
Prosedur :
Keluarkan domba yang telat ditentukan untuk diberi obat cacing dari kandang.
Siapkan spoid lalu isi obat cacing dengan perhitungan dosis BB dibagi 5 setelah diperoleh
hasil dalam satuan mL.
Handling domba terlebih dahulu.
Buka mulut domba dan masukan ibu jari kedalam mulut kiri domba sampat tembus di bagian
kanan mulut domba.
Masukan obat cacing pada bagian sisi kiri atau kanan jangan masukan ditengah karena bisa
saja masuk dan meracuni paru-paru.
Setelah selesai masukan lagi domba atau biarkan diladang exercise.
HASIL DAN PEMBAHASAAN
Teknik/tata cara sanitasi
Sanitasi kandang adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peternak untuk kebersihan
kandang dan lingkungannya Berbicara tentang sanitasi tentu kita berbiacara tentang
kebersihan .Sanitasi adalah salah satu cara yang dilakukan agar ternak tidak terkena
hama atau penyakit untuk mencapai produksi yang optimal. Salah satunya dengan
cara pembersihan kandang yang rutin. Pembersihan kandang yang rutin bertujuan
agar hama dan penyakit bisa ditekan dengan prilaku sanitasi meskipun kita tau bahwa
untuk menekan hama dan penyakit bisa dilakukan dengan antiboitik dan antibakteri.
Namun, jika kebersihan kandang dan ternak yang tidak terkontrol akan penyebabkan
bibit-bibit baru maka antibiotik dan antibakteri akan percuma atau hanya membuang
uang saja. Secara umum pengendalian hama dan penyakitt yang terjadi pada domba
dapat dilakukan dengan:
1. Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.
2. Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.
3. Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium
dan mangannya.
4. Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang baru
dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.
5. Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang
terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.
6. Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.
7. Tatalaksana kandang diatur dengan baik.
8. Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
Tabel sanitasi
Alat dan
bahan
Cangkul
Sapu lidi
Media
Keterangan
Lantai/permukaan kandang
Lantai
Serokan
Bagian bawah kandang
Selang air
Bagian bawah kandang
Lakukan dengan perlahan
Bersihkan secara
menyeluhur
Keruk kotoran dan
masukan ke gerobak lalu
buang
Siram bagian bawah
kandang
Pengendalian kesehatan yang buruk akan menyebabkan kematian pada ternak. Ternak sakit akan
menyebabkam kerugian bisnis karena ternak tersebut akan menurun tingkat produksinya terlebih jika
penyakit yang menjangkit adalah jenis penyakit menular. Dalam beternak domba penyakit cacing
sering ditemui mengingat hewan ruminansia membutuhkan pakan hijauan/ berserat. Siklus hidup
cacing erat kaitannya dengan rumput. Beberapa cacing menyimpan menaiki bagian atas daun pada
rumput. Hal tersebut terjadi pada saat rumput masih basah dan berembun. Rumput yang basah dan
berembun kemungkinan terdapat larva karena pada saat itu cacing naik keatas daun dan menyimpan
larva mereka. Pengetahuan yang kuran bagi peternak/pegawai yang tidak tahu menyebabkan
rumput yang diberikan terdapat cacing. Jika sudah terjangkit maka pengobatanlah yang harus
dilakukan. Namun jika peternak rutin dalam memberika obat cacing angka morbiditas dan mortalitas
ternak sakit akibat cacing bisa diminimalisir. Teknik pemberian obat sebenarnya banyak tetapi kami
akan membahas tentang teknik pemberian obat parental dan non parental/per oral/sublingual
Teknik Pengobatan Parenteral
Dalam dunia kedokteran, obat dapat disuntikkan ke dalam hampir seluruh organ atau bagian tubuh,
termasuk sendi, ruang cairan sendi, tulang punggung bahkan dalam kondisi gawat dapat disuntikkan
dalam jantung. Lain halnya dalam dunia perunggasan, teknik injeksi yang biasanya diaplikasikan
adalah suntikan intramuskuler dan subkutan.
Suntikan intramuskuler
Injeksi intramuskuler dilakukan dengan memasukkan obat ke dalam otot (daging). Obat
tersebut selanjutnya akan terabsorpsi ke pembuluh darah yang terdapat pada otot. Tempat
penyuntikkan sebaiknya sejauh mungkin dari syaraf-syaraf utama atau pembuluh darah utama.
Selain itu, hendaknya dipilih otot dengan suplai pembuluh darah dan kontraksi (pergerakan) otot
yang banyak. Aplikasi ini harus dilakukan dengan hati-hati dengan memperhatikan titik tempat
jarum ditusukkan dan di mana obat ditempatkan. Jika terjadi kesalahan maka bisa
mengakibatkan terjadinya paralisis akibat rusaknya syaraf, abses, kista, emboli, hematom
maupun terkelupasnya kulit. Produk yang diberikan secara intramuskuler antara lain Gentamin,
Vet Strep atau Injeksi Vitamin B Kompleks.
Suntikan subkutan
Sedikit berbeda dengan suntikan intramuskuler, lokasi penyuntikan subkutan berada di
bawah permukaan kulit (di antara daging/otot dengan kulit).
Obat yang diaplikasikan dengan suntikan subkutan adalah obat yang tidak mengiritasi
jaringan kulit. Setelah obat disuntikkan ke bawah kulit, obat akan berdifusi di cairan antar sel
kulit, kemudian terabsorpsi ke pembuluh darah. Efek pengobatan dengan teknik ini relatif lebih
lambat (efek depo atau sustained effect) jika dibandingkan dengan suntikan intramuskuler.
Volume obat yang disuntikan dengan teknik ini relatif lebih kecil daripada jumlah obat yang
diberikan secara intramuskuler. Obat-obat yang bisa mengiritasi sebaiknya tidak diberikan
dengan suntikan subkutan karena dapat memicu timbulnya rasa sakit, lecet atau abses dan rasa
nyeri.
Intravena (IV)
Penyuntikan intravena adalah penyuntikan yang berbahaya sehingga pelaksanaannya
harus hati-hati dan terus-menerus memperhatikan denyut jantungnya. Lokasi penyuntikan
biasanya di vena jugularis yang terletak didaerah pangkal leher. Pemberian intravena (IV)
tidak mengalami absorpsi tetapi langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik, sehingga kadar
obat dalam darah diperoleh secara capat, tepat, dan dapat disesuaikan langsung dengan
respon penderita. Kerugiannya adalah mudah tercapai efek toksik karena kadar obat yang
tinggi segera mencapai darah dan jaringan, dan obat tidak dapat ditarik kembali.
Hangatkan hewan uji di bawah lampu panas atau alat pemanas lainnya, pastikan untuk tidak
terlalu panas pada binatang. Suhu tidak boleh melebihi 85-90 ° Fahrenheit pada tingk
at binatang. Lepaskan hewan uji dari sumber panas harus segera setiap perubahan dalam
tingkat respirasi atau air liur berlebihan dapat diamati. Alat pemanas lainnya, seperti
handwarmers sekali pakai, dapat digunakan sebagai pengganti lampu yang panas.
Prep ekor dengan 70% etanol. Memulai usaha suntikan di tengah atau sedikit bagian
distal ekor. Dengan ekor ketegangan di bawah, masukkan jarum, bevel up, kira-kira sejajar
dengan vena dan masukkan jarum minimal 3 mm ke dalam pembuluh darah. Dalam proses
penyuntikan jangan sekali-kali memasukkan udara karean akan menyebabakan vena rusak
atau tidak stabil. Menyuntikkan materi yang lambat, gerakan fluida. Anda harus dapat melihat
vena jarum pucat jika diposisikan dengan benar. Jika ada pembengkakan di tempat suntikan
atau injeksi terjadi perlawanan, keluarkan jarum dan Masukkan kembali itu sedikit di atas
awal injeksi. Pemberian secara injeksi intravena menghasilkan efek yang tercepat, karena
obat langsung masuk ke dalam sirkulasi. Efek lebih lambat diperoleh dengan injeksi
intramuskular, dan lebih lambat lagi dengan injeksi subkutan karena obat harus melintasi
banyak membran sel sebelum tiba dalam peredaran darah.
DAFTAR PUSTAKA
http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/pengobatan-a-vaksinasi/pengobatan-caraparenteral/2-pengobatan-a-vaksinasi/268-pengobatan-secara-parenteral
http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/sanitasi-kandang
PENGENDALIAN KESEHATAN TERNAK
SANITASI DAN PEMBERIAN OBAT CACING
Dosen :
Drh. Agus Wijaya Ph d
Oleh :
Farhan Haidar
(
)
Riovan Manarihon M
(
)
Moch Rizky Pratama
(
)
Nurlita Agustina
(
)
Yaumil Ikhsan
(
)
Fathia Mahira
(
)
TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang :
Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil.Mengapa dikatakan demikian,
ruminansia atau hewan pemamah biak mempunyai ciri khusus berupa 4 lambung yang
teridiri dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dan juga mengalami proses
memamah biak atau proses pemgembalian makanan dari lambung ke mulut untuk di
mamahbiak. Beternak domba memiliki prospek yang baik karena di Indonesia
permintaan pasar akan daging domba terus meningkat dari tahun ke tahun.Hal ini
merupakan celah bagi calon pengusaha yang akan memulai bisnis dan mencapai
kesuksesan. Jika tidak di iringi dengan usaha dan manejemen pemeliharaan yang baik
maka kesuksesan itu akan sulit untuk dicapai. Banyak orang mengalami kendala
dalam berbisnis terutama dalam hal manajemen, contohnya dalam manajemen
pemeliharaan, berupa sanitasi dan pengendalian kesehahatan ternak. Sanitasi kandang
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peternak untuk kebersihan kandang dan
lingkungannya. Kegiatan ini penting karena dengan keadaan kandang serta lingkungan yang
bersih, maka kesehatan ternak maupun pemiliknya menjadi terjamin. Sanitasi erat kaitannya
kebersihan, jika suatu kandang tidak bersih maka akan menimbulkan bibit penyakit dan
menyebabkan ternak itu sakit. Penyakit endoparasit seperti cacing adalah penyakit sering
kita temui pada ternak domba. Domba yang terjangkit penyakit cacing akan kurus karena
nutrisinya ikut diserap oleh cacing sehingga pengobatan perlu dilakukan. Prinsip dan teknik
pengobatan harus diperhatikan. Teknik yang tidak baik akan menyebabkan ternak yang sakit
sembuh tapi malah lebih parah atau mati.
Tujuan :
Untuk mengetahui perbedaan antara domba lokal dan luar negeri.
Untuk mengetahui cara pemeliharaan kandang (sanitasi).
Menambah ilmu pengetahuan tentang cara budi daya domba (ovis).
1
BAB II
METODE
Sanitasi
Materi :
Alat dan bahan :
Cangkul
Sapu lidi
Selang air
Serokan
Karung
Prosedur :
Persiapkan alat yang dibutuhkan untuk sanitasi seperti : cangkul, sapu lidi, serokan,
selang air, karung.
Masuklah ke kandang dengan tidak berisik.
Pindahkan domba yang kandangnya akan dibersihkan untuk menjaga agar domba
tersebut tidak stres.
Gunakan cangkul dengan cara mengayunkan secara perlahan pada lantai dasar
kangdang sampai bersih.
Gunakan sapu untuk membersihkan kotoran-kotoran dan masukan kedalam karung.
Jika lantai kandang sudah bersih masukan kembali domba dan mulailah
membersihkan tempat pakan dengan menggunakan tangan
Taruh pakan hijauan yang cukup untuk domba.
Mulailah membersihkan kolong kandang.
Seroklah kotoran menggunakan serokan.
Masukan kedalam karung atau tampung terlebih dahulu kedalam tempat sementara.
Siram bagian permukaan kolong kandang tersebut dengan air.
Serok kembali air yang menggenang dengan serokan yang bersih.
Siram dan serok kembali sampai bersih.
Cucilah peralatan yang sudah dipakai agar tidak timbul bibit penyakit yang baru.
Pemberian Obat cacing
Alat dan bahan :
Spoid
Domba
Obat cacing(kalbazen)
Tali tambang
Prosedur :
Keluarkan domba yang telat ditentukan untuk diberi obat cacing dari kandang.
Siapkan spoid lalu isi obat cacing dengan perhitungan dosis BB dibagi 5 setelah diperoleh
hasil dalam satuan mL.
Handling domba terlebih dahulu.
Buka mulut domba dan masukan ibu jari kedalam mulut kiri domba sampat tembus di bagian
kanan mulut domba.
Masukan obat cacing pada bagian sisi kiri atau kanan jangan masukan ditengah karena bisa
saja masuk dan meracuni paru-paru.
Setelah selesai masukan lagi domba atau biarkan diladang exercise.
HASIL DAN PEMBAHASAAN
Teknik/tata cara sanitasi
Sanitasi kandang adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peternak untuk kebersihan
kandang dan lingkungannya Berbicara tentang sanitasi tentu kita berbiacara tentang
kebersihan .Sanitasi adalah salah satu cara yang dilakukan agar ternak tidak terkena
hama atau penyakit untuk mencapai produksi yang optimal. Salah satunya dengan
cara pembersihan kandang yang rutin. Pembersihan kandang yang rutin bertujuan
agar hama dan penyakit bisa ditekan dengan prilaku sanitasi meskipun kita tau bahwa
untuk menekan hama dan penyakit bisa dilakukan dengan antiboitik dan antibakteri.
Namun, jika kebersihan kandang dan ternak yang tidak terkontrol akan penyebabkan
bibit-bibit baru maka antibiotik dan antibakteri akan percuma atau hanya membuang
uang saja. Secara umum pengendalian hama dan penyakitt yang terjadi pada domba
dapat dilakukan dengan:
1. Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.
2. Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.
3. Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium
dan mangannya.
4. Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang baru
dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.
5. Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang
terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.
6. Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.
7. Tatalaksana kandang diatur dengan baik.
8. Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
Tabel sanitasi
Alat dan
bahan
Cangkul
Sapu lidi
Media
Keterangan
Lantai/permukaan kandang
Lantai
Serokan
Bagian bawah kandang
Selang air
Bagian bawah kandang
Lakukan dengan perlahan
Bersihkan secara
menyeluhur
Keruk kotoran dan
masukan ke gerobak lalu
buang
Siram bagian bawah
kandang
Pengendalian kesehatan yang buruk akan menyebabkan kematian pada ternak. Ternak sakit akan
menyebabkam kerugian bisnis karena ternak tersebut akan menurun tingkat produksinya terlebih jika
penyakit yang menjangkit adalah jenis penyakit menular. Dalam beternak domba penyakit cacing
sering ditemui mengingat hewan ruminansia membutuhkan pakan hijauan/ berserat. Siklus hidup
cacing erat kaitannya dengan rumput. Beberapa cacing menyimpan menaiki bagian atas daun pada
rumput. Hal tersebut terjadi pada saat rumput masih basah dan berembun. Rumput yang basah dan
berembun kemungkinan terdapat larva karena pada saat itu cacing naik keatas daun dan menyimpan
larva mereka. Pengetahuan yang kuran bagi peternak/pegawai yang tidak tahu menyebabkan
rumput yang diberikan terdapat cacing. Jika sudah terjangkit maka pengobatanlah yang harus
dilakukan. Namun jika peternak rutin dalam memberika obat cacing angka morbiditas dan mortalitas
ternak sakit akibat cacing bisa diminimalisir. Teknik pemberian obat sebenarnya banyak tetapi kami
akan membahas tentang teknik pemberian obat parental dan non parental/per oral/sublingual
Teknik Pengobatan Parenteral
Dalam dunia kedokteran, obat dapat disuntikkan ke dalam hampir seluruh organ atau bagian tubuh,
termasuk sendi, ruang cairan sendi, tulang punggung bahkan dalam kondisi gawat dapat disuntikkan
dalam jantung. Lain halnya dalam dunia perunggasan, teknik injeksi yang biasanya diaplikasikan
adalah suntikan intramuskuler dan subkutan.
Suntikan intramuskuler
Injeksi intramuskuler dilakukan dengan memasukkan obat ke dalam otot (daging). Obat
tersebut selanjutnya akan terabsorpsi ke pembuluh darah yang terdapat pada otot. Tempat
penyuntikkan sebaiknya sejauh mungkin dari syaraf-syaraf utama atau pembuluh darah utama.
Selain itu, hendaknya dipilih otot dengan suplai pembuluh darah dan kontraksi (pergerakan) otot
yang banyak. Aplikasi ini harus dilakukan dengan hati-hati dengan memperhatikan titik tempat
jarum ditusukkan dan di mana obat ditempatkan. Jika terjadi kesalahan maka bisa
mengakibatkan terjadinya paralisis akibat rusaknya syaraf, abses, kista, emboli, hematom
maupun terkelupasnya kulit. Produk yang diberikan secara intramuskuler antara lain Gentamin,
Vet Strep atau Injeksi Vitamin B Kompleks.
Suntikan subkutan
Sedikit berbeda dengan suntikan intramuskuler, lokasi penyuntikan subkutan berada di
bawah permukaan kulit (di antara daging/otot dengan kulit).
Obat yang diaplikasikan dengan suntikan subkutan adalah obat yang tidak mengiritasi
jaringan kulit. Setelah obat disuntikkan ke bawah kulit, obat akan berdifusi di cairan antar sel
kulit, kemudian terabsorpsi ke pembuluh darah. Efek pengobatan dengan teknik ini relatif lebih
lambat (efek depo atau sustained effect) jika dibandingkan dengan suntikan intramuskuler.
Volume obat yang disuntikan dengan teknik ini relatif lebih kecil daripada jumlah obat yang
diberikan secara intramuskuler. Obat-obat yang bisa mengiritasi sebaiknya tidak diberikan
dengan suntikan subkutan karena dapat memicu timbulnya rasa sakit, lecet atau abses dan rasa
nyeri.
Intravena (IV)
Penyuntikan intravena adalah penyuntikan yang berbahaya sehingga pelaksanaannya
harus hati-hati dan terus-menerus memperhatikan denyut jantungnya. Lokasi penyuntikan
biasanya di vena jugularis yang terletak didaerah pangkal leher. Pemberian intravena (IV)
tidak mengalami absorpsi tetapi langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik, sehingga kadar
obat dalam darah diperoleh secara capat, tepat, dan dapat disesuaikan langsung dengan
respon penderita. Kerugiannya adalah mudah tercapai efek toksik karena kadar obat yang
tinggi segera mencapai darah dan jaringan, dan obat tidak dapat ditarik kembali.
Hangatkan hewan uji di bawah lampu panas atau alat pemanas lainnya, pastikan untuk tidak
terlalu panas pada binatang. Suhu tidak boleh melebihi 85-90 ° Fahrenheit pada tingk
at binatang. Lepaskan hewan uji dari sumber panas harus segera setiap perubahan dalam
tingkat respirasi atau air liur berlebihan dapat diamati. Alat pemanas lainnya, seperti
handwarmers sekali pakai, dapat digunakan sebagai pengganti lampu yang panas.
Prep ekor dengan 70% etanol. Memulai usaha suntikan di tengah atau sedikit bagian
distal ekor. Dengan ekor ketegangan di bawah, masukkan jarum, bevel up, kira-kira sejajar
dengan vena dan masukkan jarum minimal 3 mm ke dalam pembuluh darah. Dalam proses
penyuntikan jangan sekali-kali memasukkan udara karean akan menyebabakan vena rusak
atau tidak stabil. Menyuntikkan materi yang lambat, gerakan fluida. Anda harus dapat melihat
vena jarum pucat jika diposisikan dengan benar. Jika ada pembengkakan di tempat suntikan
atau injeksi terjadi perlawanan, keluarkan jarum dan Masukkan kembali itu sedikit di atas
awal injeksi. Pemberian secara injeksi intravena menghasilkan efek yang tercepat, karena
obat langsung masuk ke dalam sirkulasi. Efek lebih lambat diperoleh dengan injeksi
intramuskular, dan lebih lambat lagi dengan injeksi subkutan karena obat harus melintasi
banyak membran sel sebelum tiba dalam peredaran darah.
DAFTAR PUSTAKA
http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/pengobatan-a-vaksinasi/pengobatan-caraparenteral/2-pengobatan-a-vaksinasi/268-pengobatan-secara-parenteral
http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/sanitasi-kandang