7 Proposal Dampak PTSL Revisi

EKSPEKTASI PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP
TERHADAP FAKTOR SOSIAL DAN EKONOMI BAGI MASYARAKAT
DESA NGASINAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG
PROVINSI JAWA TENGAH
Proposal Penelitian
Diajukan Untuk Melakukan Penelitian Dalam Rangka Penyusunan Skripsi
Pada Program Diploma IV Pertanahan

Oleh :
WAHYU ANDI KURNIAWAN
NIM. 14232869
Perpetaan

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2018

0


EKSPEKTASI PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP
TERHADAP FAKTOR SOSIAL DAN EKONOMI BAGI MASYARAKAT
DESA NGASINAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG
PROVINSI JAWA TENGAH
Proposal Penelitian
Diajukan Untuk Melakukan Penelitian Dalam Rangka Penyusunan Skripsi
Pada Program Diploma IV Pertanahan

Oleh :
WAHYU ANDI KURNIAWAN
NIM. 14232869
Perpetaan
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dosen Pembahas

:
:
:


Dr. Setiowati, M.Si.
Theresia Supriyanti, S.SiT., M.T.
Sudibyanung, S.SiT., M.Si.

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

1

PROPOSAL PENELITIAN
EKSPEKTASI PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP
TERHADAP FAKTOR SOSIAL DAN EKONOMI BAGI MASYARAKAT
DESA NGASINAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG
PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun Oleh:

Wahyu Andi Kurniawan
NIM. 14232869 / Perpetaan
Telah Dilakukan Perbaikan
Pada Tanggal 16 Maret 2018 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat untuk
Pengajuan Permohonan Izin Penelitian
Diajukan untuk Melaksanakan Penelitian dalam Rangka Penyusunan Skripsi
Pada Program Diploma IV Pertanahan
Yogyakarta,

Maret 2018

Menyetujui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Setiowati, M.Si.
Theresia Supriyanti, S.SiT., M.T.
NIP. 19620422 198903 2 002
NIP. 19750207 199503 2 002

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vi
BAB I

: PENDAHULUAN................................................................. 1

2

A. Latar Belakang.................................................................. 1
B. Perumusan Masalah.......................................................... 4
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian..................................... 5
BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA.......................................................

A. Kerangka Teoretik............................................................
1. Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.....................
2. Sertipikat Tanah.........................................................
3. Dampak Sosial Pasca Sertipikasi Tanah....................
4. Dampak Ekonomi Pasca Sertipikasi Tanah...............
5. Teori Ekspektasi.........................................................
B. Kerangka Pemikiran.........................................................
C. Hipotesis...........................................................................

6
6
6
8
10
13
15
16
17

BAB III


: METODE PENELITIAN.....................................................
A. Lokasi atau Objek Penelitian...........................................
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Data...........
1. Populasi dan Sampel..................................................
2. Teknik Pengumplan Data...........................................
C. Analisis Data....................................................................

18
18
18
18
19
23

Daftar Pustaka................................................................................................... 27

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Jenis dan Sumber Data Sekunder.................................................

20
Tabel 3.2. Jenis Informasi, Indokator, Jenis Data, Sumber Data,
Teknik Pengumpulan Data, Alat Pengumpulan Data...................... 22

3

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pemikiran.................................................
17

4

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Panduan Kuisioner Penelitian....................................................... 29

5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Hal
ini dikarenakan Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga setiap
kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar rakyat Indonesia senantiasa
membutuhkan dan melibatkan soal tanah. Sebagian masyarakat menganggap
tanah sebagai sesuatu yang sakral karena tanah itu sendiri mengandung
simbol status sosial bagi pemiliknya.
Menurut Sumardjono (2008:219) tanah sebagai sumber daya yang
langka diperlukan untuk memenuhi kegiatan industri, perdagangan, jasa, serta
kegiatan lain. Dengan terbatasnya sumber daya tanah maka diperlukan
pengaturan oleh pemerintah agar seluruh masyarakat dapat memenuhi
kebutuhan akan tanah untuk menunjang kegiatan baik sosial, ekonomi
maupun budaya.
Undang-undang Dasar Tahun 1945 Pasal 33 ayat (3) menyatakan bahwa
bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Melalui peraturan tersebut sudah semestinya semua pemanfaatan dan fungsi
bumi, air, dan kekayaan alam digunakan untuk suatu pencapaian kemakmuran
bagi rakyat Indonesia.

Mengingat arti pentingnya tanah bagi kelangsungan hidup masyarakat
maka diperlukan pengaturan dalam hal penggunaan, pemanfaatan, pemilikan
dan penguasaan akan tanah. Semua ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya permasalahan tanah. baik yang menyangkut pemilikan maupun
perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan oleh pemiliknya. Mengatasi hal
tersebut maka telah diterbitkan suatu kebijakan hukum yang mengatur bidang
pertanahan sebagai landasan hukum dalam menyelesaikan masalah-masalah
pertanahan, yaitu dikeluarkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960

1

tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang kemudian disebut dengan
UUPA.
UUPA telah mengatur mengenai tugas penting pemerintah untuk
melaksanakan pendaftaran tanah yang ada di seluruh Indonesia, pendaftaran
tanah dilakukan dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum atas
tanah yang dimiliki oleh masyarakat. Jaminan kepastian hukum ini tercantum
dalam ketentuan Pasal 19 ayat (1) UUPA, yang berbunyi :
“Untuk menjamin kepastian hukum hak dan tanah oleh Pemerintah diadakan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan

yang diatur dengan Peraturan Pemerintah”.

Jaminan kepastian hukum sebagaimana disebutkan dalam Pasal 19
UUPA meliputi: jaminan kepastian hukum mengenai orang atau badan hukum
yang menjadi pemegang hak (subyek hak atas tanah), jaminan kepastian
hukum mengenai letak, batas dan luas suatu bidang tanah (obyek hak atas
tanah), dan jaminan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanahnya.
Melalui pendaftaran tanah pemegang hak atas tanah akan menerima tanda
bukti hak atas tanahnya berupa sertipikat, sehingga dengan sertipikat itu
pemegang hak atas tanah akan terjamin eksistensi haknya sekalipun tanah itu
akan difungsikan dalam aktivitas perdagangan atau fungsi lainnya. Eksistensi
pelaksanaan pendaftaran tanah harus dilakukakan sehingga kelak makna
tanah bagi masyarakat benar-benar dapat memberikan kemakmuran yang
sebesar-besarnya sebagaimana yang diharapkan.
Menurut data Pusat Data Dan Informasi Pertanahan, Tata Ruang Dan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional jumlah bidang tanah di Negara Kesatuan
Republik Indonesia ada sekitar 126 juta bidang tanah. Dari jumlah tersebut
sebanyak 46 juta bidang tanah sudah terdaftar/bersertipikat sehingga jumlah
bidang yang belum terdaftar/bersertipikat sebanyak 80 juta bidang tanah.

Melihat laju pendaftaran tanah di Indonesia per tahun adalah 500.000800.000 bidang tanah per tahun maka dengan kecepatan seperti itu diperlukan
waktu 80 tahun untuk memetakan bidang tanah diseluruh wilayah di
2

Indonesia, oleh sebab itu perlu dilakukan sebuah cara untuk mempercepat
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia, salah satu caranya adalah
dengan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).
PTSL sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Agraria Dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2017 Tentang Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara
serentak bagi semua obyek pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik
Indonesia dalam satu wilayah desa/kelurahan atau nama lainnya yang
setingkat dengan itu, yang meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran
data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran
tanah untuk keperluan pendaftarannya. Melihat masih rendahnya jumlah
bidang tanah yang terdaftar, pemerintah menargetkan sertipikasi bidang tanah
diseluruh wilayah Indonesia sejumlah 5 juta bidang tanah pada tahun 2017
melalui Program PTSL. Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang memiliki
target sebesar 50.000 bidang tanah dalam Program PTSL tahun 2017. Dari
target tersebut Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang telah menyelesaikan
seluruh kegiatan dan telah diserahkan hasilnya berupa sertipikat kepada
masyarakat yang mengikuti Program PTSL.
Sertipikat sebagai produk hukum dari Program PTSL yang menjamin
kepastian hukum hak atas tanah masyarakat memiliki dampak antara lain
sosial dan ekonomi. Dampak sosial yang dapat dirasakan masyarakat antara
lain berupa rasa aman, kepastian hukum akan tanah, interaksi sosial dan
konflik batas. Sedangkan dampak ekonomi dapat berupa kemudahan kredit,
kemudahan menjual, harga tanah dan kenaikan pajak.
Wilayah Desa Ngasinan merupakan wilayah yang mengikuti Program
PTSL dengan target jumlah bidang sebesar 450 bidang tanah dimana
sertipikat hasil Program PTSL telah diterbitkan seluruhnya, oleh karena itu
calon peneliti tertarik untuk meneliti Ekspektasi Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap Terhadap Faktor Sosial dan Ekonomi Bagi Masyarakat Desa
Ngasinan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

3

B. Perumusan Masalahan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) merupakan program
strategis

pemerintah

dibidang

pertanahan

dalam

rangka

percepatan

pendaftaran tanah di Indonesia. Mengingat masih banyak tanah yang belum
terdaftar di seluruh wilayah Indonesia maka pendaftaran tanah melalui
Program PTSL pada tahun 2017 dilakukan sebanyak 5 juta bidang tanah.
Melalui Program PTSL pemerintah berharap masyarakat dapat
menikmati manfaat sertipikat yang diberikan oleh pemerintah. Manfaat yang
dapat diterima oleh masyarakat selain kepastian hukum akan tanah yang
dimiliki juga dapat berupa manfaat sosial dan ekonomi. Masyarakat akan
terbantu secara ekonomi apabila sertipikat tanah yang dimiliki digunakan
untuk mengakses permodalan.
Target pemerintah dalam melaksanakan pendaftaran tanah melalui
Program PTSL adalah sebanyak 7 juta bidang tanah pada 2018, 9 juta bidang
tanah pada 2019 dan pada tahun 2025 seluruh bidang tanah diwilayah
Indonesia sudah terdaftar. Melihat target yang cukup besar setiap tahunnya
maka diperlukan suatu kajian untuk melihat ekspektasi Program PTSL
terhadap faktor sosial dan ekonomi bagi masyarakat.
Wilayah Desa Ngasinan merupakan wilayah yang memiliki target
Program PTSL cukup besar pada tahun 2017 yaitu sebesar 450 bidang tanah
dengan penggunaan tanah pertanian dan non pertanian. Melihat target yang
besar dan penggunaan tanah yang bervariasi maka wilayah ini menarik
menjadi lokasi penelitian untuk melihat ekspektasi Program PTSL bagi
masyarakat.
Berdasarkan

uraian

diatas

maka

calon

peneliti

merumuskan

permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana ekspektasi Program PTSL 2017 terhadap faktor sosial bagi
masyarakat Desa Ngasinan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang?
2. Bagaimana ekspektasi Program PTSL 2017 terhadap faktor ekonomi bagi
masyarakat Desa Ngasinan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang?

4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ekspektasi pelaksanaan
PTSL pada tahun 2017 terhadap faktor sosial dan ekonomi bagi
masyarakat di Desa Ngasinan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang
Provinsi Jawa Tengah.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan dari segi praktis dari penelitian ini adalah sebagai bahan
masukan bagi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional khususnya Kantor Pertanahan kabupaten/kota selaku
pelaksanan Program PTSL.
b. Kegunaan dari segi akademis dari penelitian ini adalah untuk
menambah khazanah keilmuan tentang ekspektasi pelaksanaan
Program PTSL terhadap faktor sosial dan ekonomi bagi masyarakat.

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
menurut Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional Nomor 12 tahun 2017 adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali yang dilakukan secara serentak bagi semua obyek
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia dalam satu
wilayah desa/kelurahan atau nama lainnya yang setingkat dengan itu,
yang meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data
yuridis mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah untuk
keperluan pendaftarannya. Tujuan program PTSL adalah untuk percepatan
pemberian kepastian hukum dan perlindungan hukum hak atas tanah
masyarakat secara pasti, sederhana, cepat, lancar, aman, adil, merata dan
terbuka serta akuntabel, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat dan ekonomi negara, serta mengurangi dan
mencegah sengketa dan konflik pertanahan.
PTSL dilaksanakan untuk seluruh obyek pendaftaran tanah di
seluruh wilayah Republik Indonesia. Obyek PTSL adalah bidang tanah
yang sudah ada tanda batasnya maupun yang akan ditetapkan tanda
batasnya. Adapun Obyek PTSL meliputi seluruh bidang tanah tanpa
terkecuali, baik bidang tanah yang belum ada hak atas tanahnya dan yang
sudah

ada

hak

atas

tanahnya,

baik

merupakan

tanah

aset

Pemerintah/Pemerintah Daerah, tanah Badan Usaha Milik Negara/Badan
Usaha Milik Daerah, tanah desa, Tanah Negara, tanah masyarakat hukum
adat, kawasan hutan, tanah obyek landreform, tanah transmigrasi, dan
bidang tanah lainnya. Obyek PTSL adalah bidang tanah yang sudah ada
tanda batasnya maupun yang akan ditetapkan tanda batasnya dalam

6

pelaksanaan kegiatan PTSL. Adapun Pelaksanaan PTSL dilakukan dengan
tahapan :
a. Perencanaan dan persiapan.
b. Penetapan lokasi kegiatan PTSL.
c. Pembentukan dan penetapan Panitia Ajudikasi PTSL.
d. Penyuluhan
e. Pengumpulan Data Fisik dan Data Yuridis bidang tanah.
f. Pemeriksaan tanah.
g. Pengumuman Data Fisik dan Data Yuridis bidang tanah serta
pembuktian hak.
h. Penerbitan keputusan pemberian atau pengakuan Hak atas Tanah.
i. Pembukuan dan penerbitan Sertipikat Hak atas Tanah.
j. Penyerahan Sertipikat Hak atas Tanah.
Pelaksanaan PTSL dapat dilakukan melalui program dan anggaran
khusus PTSL, atau gabungan dari program PTSL dengan program
dan/atau kegiatan lain, yaitu:
a. Program Nasional Agraria/Program Daerah Agraria (PRONA/
PRODA).
b. Program Lintas Sektor.
c. Kegiatan dari Dana Desa.
d. Kegiatan massal swadaya masyarakat.
e. Program atau kegiatan sertipikasi massal redistribusi tanah obyek
landreform, konsolidasi tanah, dan transmigrasi.
f. Kegiatan

massal

lainnya

sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan.
Tahapan kegiatan PTSL antara lain :
a. Penyuluhan.
b. Pengumpulan Data Fisik dan Data Yuridis.
c. Pemeriksaan Tanah.
d. Pembuktian Hak dan Pengumuman Data Fisik dan Data Yuridis.
7

e. Penerbitan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah.
f. Pembukuan dan Penerbitan Sertipikat Hak Atas Tanah.
g. Pendokumentasian Data Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
h. Penyerahan Hasil Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
i. Pelaporan.
2. Sertipikat Tanah
a. Pengertian Sertipikat
Secara etimologi, sertipikat berasal dari bahasa Belanda
“Certificat” yang artinya surat bukti atau surat keterangan yang
membuktikan tentang sesuatu. Sertipikat Tanah menurut Mhd. Yamin
dan Abd. Rahim Lubis (2010:204) adalah surat yang dibuat oleh
instansi yang berwenang untuk membuktikan hak seseorang atas
sebidang tanah. Pasal 19 ayat (2) UUPA menentukan bahwa kegiatan
terakhir dari pendaftaran tanah adalah pemberian surat tanda bukti
hak. Hal ini diatur dalam huruf c yang berbunyi :
“pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat.”

Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 13 ayat (3) dan ayat (4)
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 disebutkan bahwa :
“(3) salinan buku-tanah dan surat-ukur setelah dijahit menjadi satu
bersama-sama dengan suatu kertas-sampul yang bentuknya ditetapkan
oleh Menteri Agraria, disebut sertipikat dan diberikan kepada yang
berhak.”
“(4) Sertipikat tersebut pada ayat (3) Pasal ini adalah surat-tanda bukti
hak yang dimaksud dalam Pasal 19 Undang-undang Pokok Agraria.”

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut diatas, maka yang
dimaksud dengan sertipikat adalah surat tanda bukti hak yang terdiri
dari salinan buku tanah dan surat ukur yang dijahit bersama-sama.
Pengertian sertipikat kemudian disederhanakan dalam PP No. 24
Tahun 1997 dimana bentuknya disederhanakan tidak sebagaimana

8

diatur seperti dalam PP No. 10 Tahun 1961 sehingga bentuknya lebih
luwes.
Menurut ketentuan Pasal 1 angka 20 PP No. 24 Tahun 1997,
sertipikat adalah surat tanda bukti hak sebagai mana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak
pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun, dan hak
tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah
yang bersangkutan. Menurut Herman Hermit (2009:31) sertipikat
merupakan surat tanda bukti hak atas tanah atau satuan rumah susun.
Suatu pengakuan dan penegasan dari negara terhadap penguasaan
tanah atau satuan rumah susun secara perorangan atau bersama atau
badan hukum yang namanya ditulis didalamnya dan sekaligus
menjelaskan lokasi, gambar, ukuran dan batas-batas bidang tanah atau
satuan rumah susun tersebut.
b. Manfaat Sertipikat
Penerbitan

sertipikat

sebagai

hasil

akhir

dari

kegiatan

pendaftaran tanah yang dilakukan untuk pertama kali bertujuan agar
pemegang hak atas tanah dapat dengan mudah membuktikan dirinya
sebagai pemegang hak. Dengan demikian, penerbitan sertipikat adalah
untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan.
Menurut Mhd. Yamin dan Abd. Rahim Lubis (2010:204)
sertipikat hak atas tanah berguna sebagai alat bukti dan jaminan akan
eksistensi hak itu. Lebih lanjut, kedua pakar tersebut menyatakan
bahwa sertipikat berfungsi dalam menciptakan tertib hukum
pertanahan serta membantu mengaktifkan kegiatan perekonomian
rakyat.
Adrian Sutedi (2011:57) menyatakan bahwa sertipikat sebagai
produk akhir dari pendaftaran tanah mempunyai banyak fungsi bagi
pemiliknya, yang tidak tergantikan oleh benda lain, yaitu :
1) Sertipikat hak atas tanah berfungsi sebagai alat pembuktian yang
kuat. Inilah fungsi paling utama sebagaimana disebut dalam Pasal

9

19 ayat (2) huruf c UUPA. Seseorang atau badan hukum akan
mudah membuktikan dirinya sebagai pemegang hak atas suatu
bidang tanah. Apabila telah jelas namanya tercantum dalam
sertipikat itu.
2) Sertipikat hak atas tanah memberikan kepercayaan bagi pihak
bank/kreditor

untuk

memberikan

pinjaman

uang

kepada

pemiliknya. Dengan demikian, pemegang hak atas tanah akan
lebih mudah mengembangkan usahanya karena kebutuhan akan
modal mudah diperoleh.
3) Bagi pemerintah, adanya sertipikat hak atas tanah juga sangat
menguntungkan walaupun kegunaan itu kebanyakan tidak
langsung. Data pendaftaran tanah ini biasanya nanti akan
diperlukan

oleh

pemerintah

untuk

perencanaan

kegiatan

pembangunan misalnya pengembangan kota, pemasangan pipapipa irigasi, kabel telepon, penarikan pajak bumi dan bangunan,
dan lain sebagainya.
3. Dampak Sosial Pasca Sertipikasi Tanah
Fardani (2012:6) menyatakan bahwa dampak sosial adalah sebuah
bentuk akibat atau pengaruh yang terjadi karena adanya sesuatu hal.
Pengaruh yang dimaksud adalah akibat yang terjadi pada masyarakat, baik
karena suatu kejadian itu mempengaruhi masyarakat atau hal lainnya
didalam masyarakat. Dampak sosial muncul ketika terdapat aktifitas
proyek, program atau kebijaksanaan yang diterapkan pada suatu
masyarakat. untuk intervensi ini mempengaruhi keseimbangan pada suatu
sistem masyarakat, pengaruh tersebut bisa positif maupun negatif.
Dampak sosial pasca sertipikasi tanah adalah suatu perubahan yang
terjadi pasca sertipikasi tanah terhadap kondisi sosial masyarakat
penerima sertipikat hak atas tanah baik bersifat positif maupun bersifat
negatif. Untuk dapat melihat suatu dampak yang terjadi, maka diperlukan
pembanding acuan. Salah satu acuan adalah keadaan sebelum terjadinya

10

perubahan. Maka dampak sosial dapat dimaknai sebagai perbedaan antara
kondisi sebelum program sertipikasi tanah dan setelah program sertipikasi
tanah.
Sugiyanto dkk (2008:64) menjelaskan bahwa legalisasi aset
mempunyai pengaruh terhadap kondisi sosial masyarakat peserta
pensertipikatan. Kondisi sosial tersebut dilihat dari kondisi sebelum dan
sesudah dilakukannya pensertipikatan. Kondisi sosial tersebut dapat
dilihat dari manfaat sertipikat tanah sebagai bukti kepemilikan yang
paling kuat, memberi rasa aman, konflik batas tanah, interaksi sosial serta
kondisi perubahan penggunaan/pemanfaatan tanah. Kondisi sosial
manfaat sertipikat pada masyarakat tersebut dapat dijelakan sebagai
berikut :
a. Menjamin Keamanan (Security) Hak Atas Tanah
Eliana (2013:8) menjelaskan bahwa secara fisikal, legalisasi aset
bertujuan utama untuk memberikan keamanan penguasaan dan
pemilikan tanah atau aset tertentu sesuai hukum yang berlaku. Secara
konseptual, legalisasi aset bertujuan untuk menginklusi tanah-tanah
yang dikuasai oleh masyarakat yang belum memiliki bukti hukum
berupa sertipikasi kedalam hukum yang diakui Negara. Adanya
sertipikasi tanah akan memberikan jaminan keamanan penggunaan
tanah bagi pemiliknya. Ketiadaan bukti formal sering menyebabkan
tanah menjadi tidak produktif, karena seringkali untuk memanfaatkan
tanah secara maksimal. Adanya sertipikasi tanah juga akan
memberikan keamanan masyarakat apabila tanah tersebut akan
disewakan, dipercayakan penggarapannya kepada orang lain serta
melindungi

masyarakat

yang

tanahnya

akan

diambil

untuk

kepentingan proyek pembangunan.
Adrian Sutedi (2011:2) menjelaskan pemilikan sertipikat hak
atas tanah dapat memberikan rasa tenang dan tenteram karena
dilindungi dari tindakan sewenang-wenang oleh siapa pun. Seseorang
dengan mudah akan dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang

11

hak atas tanah bila telah jelas tercantum namanya di dalam sertipikat
hak atas tanah. Semua keterangan yang tercantum di dalam sertipikat
itu mempunyai kekuatan hukum dan harus diterima oleh hakim
sepanjang tidak ada bukti lain yang membuktikan sebaliknya. Maka
dari itu dengan legalisasi aset dapat menghindarkan dari gangguan
dengan pihak lain.
b. Mengurangi Sengketa
Sertipikasi tanah juga akan mengurangi sengketa yang terjadi
karena kepastian objek haknya jelas yaitu kepastian mengenai letak,
luas dan batas-batas tanah yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan
tanah yang akan dilakukan pengukuran, ditetapkan terlebih dahulu
letak,

batas-batas

dan

penempatan

tanda

batas

berdasarkan

kesepakatan para pihak yang berkepentingan dengan penunjukan batas
oleh pemegang hak atas tanah yang berbatasan (Kontradiktur
Delimitasi).
c. Interaksi Sosial
Dalam hal interaksi sosial yang tercipta pasca sertipikasi tanah,
De Soto (dalam Eliana, 2013:7) mengungkapkan bahwa efek dari
sistem formal hukum properti adalah membuat orang semakin
akuntabel. Hal ini karena legal representativeness dari properti atau
kegiatan yang dimilikinya membuat seseorang dipercaya jika menjalin
kerjasama dengan orang lain. Selain hal tersebut, sistem properti juga
bisa membantu membentuk jaringan antar orang-orang secara luas,
tidak hanya terbatas pada tetangga atau orang yang dikenal.
d. Peralihan Hak Atas Tanah
Pasca sertipikasi tanah, memberikan kemudahan kepada
masyarakat untuk mengalihkan hak atas tanahnya yang sudah
mempunyai kekuatan bukti hak kuat. Menurut De Soto (dalam Eliana,
2013:7) bahwa efek dari sistem formal hukum properti (sertipikasi
tanah) adalah setiap transaksi yang dilakukan, orang bisa lebih
terlindungi, karena sistem formal hukum properti merekam setiap

12

kegiatan ekonomi yang muncul dari properti tertentu. Hal ini karena
perbuatan hukum pada setiap hak atas tanah yang terjadi baik
peralihan, hapusnya, maupun pembebanan dengan hak-hak lain harus
didaftarkan.
Menurut Urip Santoso (2010:64) Ada dua bentuk peralihan hak
atas tanah yaitu: (1) Beralih artinya berpindahnya hak atas tanah dari
pemegangnya kepada pihak lain karena suatu peristiwa hukum
misalnya pewarisan karena meninggal dunia; (2) Dialihkan artinya
berpindahnya hak atas tanah dari pemegang hak atas tanah kepada
pihak lain karena suatu perbuatan hukum misalnya jual beli, hibah,
tukar menukar, inbreng, lelang.
4. Dampak Ekonomi Pasca Sertipikasi Tanah
Dampak ekonomi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pengaruh suatu penyelenggaraan kegiatan terhadap perekonomian. Selain
itu dampak ekonomi juga dijelaskan oleh Cohen (dalam Dwi, 2015:21)
terdiri dari dampak terhadap pendapatan, dampak terhadap aktivitas
ekonomi dan dampak terhadap pengeluaran. Sehingga dampak ekonomi
dijelaskan sebagai akibat dari suatu perubahan yang terjadi dilingkungan.
Dari pengertian tersebut dampak ekonomi pasca sertipikasi tanah adalah
pengaruh sertipikasi tanah terhadap keadaan perekonomian masyarakat
penerima sertipikat hak atas tanah.
Sugiyanto dkk (2008:64) menjelaskan bahwa legalisasi aset
mempunyai pengaruh terhadap kondisi ekonomi masyarakat peserta
pensertipikatan. Dampak ekonomi tersebut dapat dilihat dari akses kredit,
kemudahan menjual, meningkatkan harga tanah, dan meningkatkan pajak.
Sedangkan Menurut Tim Peneliti Smeru (2002), bahwa legalisasi aset
mempunyai dampak ekonomi yaitu akses kredit mudah, kemudahan
dalam hal jual beli, harga tanah meningkat serta peningkatan pajak dan
iuran desa.

13

Deininger and Feder (dalam Eliana 2013:3) menyebutkan manfaat
yang sekaligus juga merupakan kekurangan dari legalisasi aset, yaitu:
a. Terbukanya akses yang lebih luas serta insentif lain bagi pemilik
tanah yang dilegalisasi.
b. Berkurangnya biaya untuk konservasi aset, karena aset dijadikan alat
produksi yang menghasilkan keuntungan.
c. Meningkatkan keamanan (security) hak atas tanah.
d. Menumbuhkan investasi atas asset yang dilegalisasi.
e. Meningkatkan kemungkinan lebih mudahnya aset dialihkan baik
melalui jual beli, waris, maupun proses perdata lainnya.
f. Memungkinkan aset dijadikan jaminan untuk menambah modal atau
kapital.
Hernando De Soto (dalam Eliana 2013:3) menjelaskan dalam
bukunya The Mistery of Capital bahwa tanah-tanah di banyak negara
berkembang seperti Indonesia adalah tanah-tanah yang mati dan tidak
produktif, dikarenakan banyak dari tanah yang dikuasai masyarakat tidak
memiliki bukti kepemilikan secara formal. De soto percaya bahwa potensi
kapital dari properti di negara-negara dunia ketiga belum teridentifikasi
atau tergali secara maksimal. Sehingga manfaat yang sebenarnya dari
properti (tanah) tidak hanya berupa manfaat fisik secara langsung, namun
yang terpenting adalah manfaat yang bisa didapatkan dari “nilai
potensial” yang terkandung dalam properti itu sendiri. Dengan sertipikasi
tanah, tanah yang tadinya hanya dimanfaatkan secara terbatas fisiknya
dapat dimanfaatkan pula secara non-fisik.
Tanah yang tadinya hanya dimanfaatkan secara fisik yaitu dengan
cara mengelola tanah yang dimiliki sebatas untuk pertanian, pekarangan,
perumahan, maupun sebagai tempat usaha akan tetapi juga dapat
dimanfaatkan secara non fisik. Pemanfaatan tanah secara non-fisik yaitu
karena sertipikat HAT memudahkan asset tanah yang dimiliki masyarakat
untuk masuk kedalam sistem ekonomi secara lebih luas misalnya sebagai
agunan di bank/lembaga keuangan untuk mendapatkan modal sehingga

14

dapat melakukan proses produksi secara lebih luas. Selaras dengan
pemikiran De Soto, maka sertipikasi tanah yang memberikan penguatan
hak kepada masyarakat diharapkan akan membuka akses terhadap modal.
Terbukanya akses diharapkan dapat menciptakan pembentukan modal
bagi masyarakat untuk usaha yang mereka tekuni.
5. Teori Ekspektasi
Menurut kamus psikologi ekspektasi adalah kecondongan yang
dipelajari dimana suatu organisme dapat memperkirakan situasi tertentu
akan timbul dengan memberi respon terhadap suatu stimulus (Kartono,
1987:160). Jadi ekspektasi adalah perkiraan individu yang muncul dari
hubungan antara usaha dan hasil yang hendak dicapai, dimana hasil dari
usaha tersebut mempunyai nilai tersendiri bagi individu tersebut.
Menurut Siagian (2004:179) inti dari teori harapan adalah bahwa
kuatnya kecenderungan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu
tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti
oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik dari hasil itu bagi yang
bersangkutan. Teori harapan menekankan pada yang realistik dan rasional.
Ekspektasi merupakan sesuatu yang ada dalam diri individu yang
terjadi karena adanya keinginan untuk mencapai hasil sesuai dengan
tujuan. Ekspektasi merupakan salah satu penggerak yang mendasari
seseorang untuk melaksanakan suatu tindakan. Karena dengan adanya
usaha yang keras tersebut, maka hasil yang didapat akan sesuai dengan
tujuan. Dalam teori ekspektasi ini disebutkan bahwa seseorang akan
memaksimalkan dan meminimalkan segala yang menghalangi pencapaian
hasil maksimal.
Ekspektasi dalam pelaksanaan Program PTSL merupakan harapan
yang ingin dicapai setelah pelaksanaan PTSL dimana hasil dari
pelaksanaan PTSL berupa sertipikat yang diberikan kepada masyarakat
sebagai peserta Program PTSL. Ekspektasi masyarakat terhadap hasil
pelaksanaan Program PTSL tahun 2017 dapat dikaitkan dengan faktor

15

sosial dan ekonomi sebagaimana yang telah dijelaskan oleh penelitian
yang dilakukan Sugiyanto dkk. pada tahun 2008 dan penelitian yang
dilakukan oleh Tim SMERU pada tahun 2002.
Dalam penelitian ini, ekspektasi program PTSL terhadap faktor
sosial yang akan diteliti meliputi memiliki kepastian hukum atas tanah
yang dimiliki, sertipikat memberi rasa aman, mencegah konflik tanah,
interaksi sosial serta kondisi perubahan penggunaan/pemanfaatan tanah.
Kemudian ekspektasi program PTSL terhadap faktor ekonomi yang akan
diteliti meliputi akses kredit, kemudahan menjual, meningkatkan harga
tanah, dan meningkatkan pajak.
B. Kerangka Pemikiran
Pelaksanaan pendaftaran tanah merupakan amanah dari UndangUndang Nomor 5 tahun 1960 dengan tujuan pemerintah memberikan
kepastian hukum hak-hak atas tanah yang dimiliki oleh masyarkat. Masih
rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mendaftarkan
tanahnya membuat pemerintah menggulirkan keijakan nasional berupa
kegiatan pendaftaran tanah sebanyak 5 juta bidang tanah melalui Program
PTSL pada tahun 2017.
Dengan dilaksanakannya pendaftaran tanah melalui PTSL maka
diharapkan masyarakat dapat memiliki kepastian hukum atas tanahnya
dengan diberikannya sertipikat tanah. Selain itu dengan adanya sertipikat
tanah tersebut diharapkan masyarakat dapat menggunakan dengan baik
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
sehingga memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial serta dapat
mengurangi konflik kepemilikan tanah.
Sertipikat Hak Atas Tanah
Apabila digambarkan dalam sebuah diagram maka kerangka konseptual
Ekspektasi
dari penelitian ini adalah sebagai
berikutMasyarakat
:

Faktor Sosial :

Faktor Ekonomi :

Kepastian hukum.

Akses kredit.

Rasa aman.

Kemudahan menjual.

Mencegah konflik tanah.

Meningkatkan harga tanah.

Interaksi sosial.

Meningkatkan pajak.

Kondisi perubahan penggunaan /
pemanfaatan tanah.

16

Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Menurut Siregar (2016) hipotesis merupakan jawaban atau dugaan
sementara yang harus diuji kebenarannya melalui teknik pengujian hipotesis.
Berdasarkan kerangka teoritik dan kerangka konseptual maka peneliti
mengungkapkan hipotesis sebagai berikut :
1. Sertipikat Hak Atas Tanah hasil Program PTSL memberikan ekspektasi
terhadap faktor sosial berupa kepastian hukum, rasa aman, mencegah
konflik

tanah,

interaksi

sosial

dan

kondisi

perubahan

penggunaan/pemanfaatan tanah.
2. Sertipikat Hak Atas Tanah Program PTSL memberikan ekspektasi
terhadap faktor ekonomi berupa peningkatan akses kredit, kemudahan
menjual, meningkatkan harga tanah, meningkatkan pajak.

BAB III

17

METODE PENELITIAN
A. Lokasi Atau Objek Penelitian
Lokasi pada penelitian ini adalah wilayah Desa Ngasinan Kecamatan
Susukan Kabupaten Semarang. Desa Ngasinan merupakan wilayah yang
memiliki target Program PTSL cukup besar pada tahun 2017 yaitu sebesar
450 bidang tanah. Dengan target yang besar maka wilayah ini menarik
menjadi lokasi penelitian untuk melihat ekspektasi PTSL terhadap faktor
sosial dan ekonomi bagi masyarakat.
Berdasarkan karakteristik dari objek penelitiannya, penelitian ini
termasuk dalam jenis penelitian survey. Penelitian survey yaitu jenis
penelitian yang mendasarkan pada cara survey sebagai pendekatan utama
dalam pengumpulan data. Penelitian terhadap obyek kajian dilakukan melalui
survey yang meliputi wawancara, pengamatan di lapangan dan studi
dokumentasi.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Data
1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan dari satuan-satuan elementer yang
mempunyai karakteristik dasar yang sama atau dianggap sama (Yunus,
2010: 260). Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi dalam
penelitian ini adalah masyarakat penerima sertipikat hasil Program PTSL
2017 di Desa Ngasinan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.
Dari keseluruhan populasi tersebut maka peneliti hanya akan
mengkaji sebagian dari anggota populasi sehingga penelitian ini
termasuk dalam jenis penelitian sampling. Adapun hakikat dari penelitian
sampling

ini

adalah

meneliti

sebagian

dari

satuan-satuan

elementer/anggota populasi saja, namun mempunyai tujuan yang sama
dengan penelitian sensus yaitu untuk mengenali karakter populasi secara
keseluruhan (Yunus, 2010).

18

Teknik sampling yang dipilih dalam penelitian ini adalah teknik
Simple Random Sampling. Teknik tersebut dipilih karena populasi yang
akan diteliti termasuk dalam populasi yang homogen sehingga setiap
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.
Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan
rumus Slovin yaitu :

n=

N
1+ N ∝2

Keterangan :
n

= ukuran sampel

N

= ukuran populasi

α

= ketelitian yang diharapkan
Berdasarkan rumus Slovin dengan ketelitian yang diharapkan

sebesar 95% maka dari 450 populasi masyarakat penerima sertipikat hak
atas tanah dari Program PTSL tahun 2017 di Desa Ngasinan jumlah
sampel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebesar 211,7 orang
sehingga dibulatkan menjadi 212 orang sampel penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan 3 (tiga)
cara berdasarkan permasalahan dan tujuan yang akan dicapai, meliputi :
a. Wawancara
Wawancara

dalam

penelitian

yang

dilakukan

dengan

menggunakan panduan wawancara/kuisioner yang bertujuan untuk
memperoleh data mengenai variabel penelitian. Variabel dalam
penelitian ini antara lain:
1) Faktor sosial, berupa memiliki kepastian hukum atas tanah yang
dimiliki, sertipikat memberi rasa aman, mencegah konflik tanah,

19

interaksi sosial dan kondisi perubahan penggunaan/pemanfaatan
tanah.
2) Faktor ekonomi, berupa akses kredit, tanah bersertipikat mudah
dijual, harga tanah meningkat, dan peningkatan pajak.
b. Observasi Lapang
Observasi merupakan teknik pengumpulan data melalui
pengamatan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Observasi
dilakukan bersamaan dengan kegiatan wawancara dengan sampel
penelitian. Adapun hal yang diamati adalah kegiatan perekonomian
serta jenis usaha yang dilakukan oleh masyarakat Desa Ngasinan.
Selain mengamati kegiatan perekonomian, peneliti juga mengamati
kehidupan sosial budaya masyarakat setempat.
c. Studi Dokumen
Studi dokumen diperlukan untuk memperoleh informasi yang
telah didokumentasikan yang mana studi dokumen ini terkait dengan
data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data yang
diperoleh dari Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang, Kantor Desa
Ngasinan, dan hasil penelitian yang terkait. Sumber data sekunder
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel. 3.1. Jenis dan Sumber Data Sekunder
No.
1.

Laporan

Jenis Data
Pelaksanaan

Sumber Data

Program PTSL di Desa
2.

Ngasinan
Peta Pendaftaran yang
memuat bidang tanah hasil

Kantor Pertanahan Kabupaten
Semarang

Program PTSL di Desa
3.

Ngasinan
Daftar
usulan

peserta

Kantor Desa Ngasinan

program PTSL
20

4.
5
6.

Data jumlah penduduk
Laporan Monografi Desa
Peta Desa Ngasinan

Sumber : Data diolah peneliti, 2018

Berdasarkan tabel diatas studi dokumen dilakukan dengan
mengumpulkan data laporan pelaksanaan Program PTSL di Desa
Ngasinan, Kecamatan Susukan tahun 2017 dan Peta Pendaftaran
yang memuat bidang tanah hasil Program PTSL tahun 2017 di Desa
Ngasinan yang diperoleh dari Kantor Pertanahan Kabupaten
Semarang; Daftar usulan peserta program PTSL, data jumlah
penduduk, laporan monografi desa dan Peta Desa Ngasinan yang
diperoleh dari Kantor Desa Ngasinan;
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat disajikan dalam tabel
berikut :

21

Tabel 3.2. Jenis Informasi, Indikator, Jenis Data, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Alat Pengumpulan Data
No
1.

2.

Jenis Informasi

Indikator

Data

Ekspektasi

Persepsi

Program PTSL

variabel faktor sosial ekonomi

masyarakat

terhadap

PTSL

di

Desa

Ngasinan

PTSL
b. Peta

hasil

Program PTSL
c. Daftar usulan peserta

Gambaran Umum a. Letak
Desa Ngasinan

pendaftaran

geografis

dan

administrasi
b. Penggunaan Tanah
c. Kependudukan
d. Kegiatan Perekonomian

Teknik

Alat

Pengumpulan

Pengumpulan

Data

Data

Wawancara

Kuisioner

Kantor Pertanahan

Studi

Alat tulis dan

Kabupaten Semarang

Dokumen

Laptop

Studi

Alat tulis dan

Dokumen

Laptop

Studi

Alat tulis dan

Dokumen

Laptop

Sumber Data
Masyarakat

Primer

sertipikat pasca Program PTSL
Gambaran umum a. Laporan pelaksanaan Program
pelaksanaan

4.

Jenis

peserta

Program PTSL tahun
2017 di Desa Ngasinan

Sekunder

Sekunder

Kantor Desa Ngasinan

Sekunder

Kantor Desa Ngasinan

batas

Sumber : Data diolah peneliti, 2018

22

C. Analisis Data
Berdasarkan analisisnya penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
Metode Penelitian Kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono
(2012:8) yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan
data

menggunakan

instrumen

penelitian,

analisis

data

bersifat

kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert.
Menurut Sugiyono (2012) skala likert ialah skala yang dapat dipergunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang suatu fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan. Dalam penelitian ini maka skala likert
digunakan untuk mengukur persepsi masyarakat terhadap variabel faktor
sosial berupa memiliki kepastian hukum atas tanah yang dimiliki, sertipikat
memberi rasa aman, mencegah konflik tanah, interaksi sosial dan kondisi
perubahan

penggunaan/pemanfaatan

tanah.

Serta

mengukur

persepsi

masyarakat terhadap variabel faktor ekonomi berupa akses kredit, tanah
bersertipikat mudah dijual, harga tanah meningkat, dan peningkatan pajak.
Dalam pengumpulan data dengan menggunakan instrumen quisioner
maka hasil dalam pengumpulan data tersebut harus memenuhi dua syarat
yaitu validitas dan reliabilitas. Untuk menguji hasil pengumpulan data dari
variabel faktor sosial dan ekonomi maka uji validitas yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan program SPSS versi 20. Menurut
Riduwan (2009:80) untuk menghitung validitas alat ukur secara manual
digunakan rumus Korelasi Pearson Produsct Moment (PPM) yaitu sebagai
berikut :

23

r xy =

n ∑ XY −( ∑ X ) −( ∑ Y )

√ {n ∑ X −(∑ X ) ² }{{n ∑ Y ²−(∑ Y ) ² }}
2

Keterangan :
rhitung

= koefisien korelasi

∑Xi

= jumlah skor item

∑Yi

= jumlah skor total

n

= jumlah responden

Kriteria hitung : bila rhitung > rtabel maka valid
Selain harus valid, suatu alat ukur juga harus reliable (andal). Suatu alat
ukur dikatakan reliable apabila alat ukur tersebut memberikan hasil yang
tetap selama variabel yang di ukur tidak berubah. Uji reabilitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Cronbach, yaitu koefisien reliabilitas
disebut koefisien alpha. Penggunaan Cronbach dikarenakan dalam penelitian
ini instrumen yang digunakan sebagai alat ukur terdiri atas beberapa sub
pertanyaan, jika alat ukur terdiri atas beberapa bagian rumus alpha tersebut
dapat diterapkan menjadi :
∑ V subtests
V test
n
α=
¿
n−1

1−

)

Keterangan :
n

: Jumlah item pertanyaan yang diuji

V subtest : Varian skor tiap-tiap item


V test

: Jumlah
: Varian nilai total
Rumus ini

digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang

skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian. Pada uji
24

reliabilitas Alpha Cronbach, jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas
mencukupi, sementara jika alpha > 0,8 artinya seluruh item reliabel dan
seluruh tes konsisten karena memiliki reliabilitas yang kuat. Adapula yang
memaknai hasil uji reliabilitas Alpha Cronbach sebagai berikut :
a. Jika alpha 0,0 – 0,20 maka reliabilitas sangat rendah
b. Jika alpha antara 0,20 – 0,39 maka reliabilitas rendah
c. Jika alpha antara 0,40 – 0,59 maka reliabilitas cukup
d. Jika alpha antara 0,60 – 0, 79 maka reliabilitas tinggi
e. Jika alpha antara 0,80 – 1,00 maka reliabilitas sangat tinggi
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik
desktiptif. Menurut Sugiyono (2012) statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Untuk menguji hipotesis berupa Sertipikat Hak Atas Tanah hasil Program
PTSL memberikan ekspektasi terhadap faktor sosial ekonomi maka dilakukan
pengumpulan data dari masyarakat terhadap variabel yang akan diteliti
dengan menggunakan kuisioner. Pada masing-masing pertanyaan dalam
kuisioner terdapat lima alternative jawaban yang mengacu pada teknik skala
Likert, yaitu: Sangat Setuju (SS) diberi nilai 5, Setuju (S) diberi nilai 4, Tidak
Tahu (TT) diberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, Sangat Tidak Setuju
(STS) diberi nilai 1. Slaka Likert digunakan oleh peneliti karena ingin
mengetahui persepsi masyarakat terhadap hipotesis penelitian yang telah
ditetapkan.
Setelah kuisioner dikumpulkan maka selanjutnya peneliti mengukur
validitas dan reliabilitas hasil pengumpulan data dari kuisioner yang ada.
Pengelolaan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20. Agar data yang
diperoleh dari hasil penelitian mudah dibaca dan dipahami serta dianalisis,
maka data tersebut disusun dalam bentuk skor dan persentase.

25

Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis data dari penelitian ini
adalah :
1. Pengujian Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa kuisioner harus diuji validitas dan
reliabilitasnya sebelum dibawa ke lokasi penelitian. Hal ini dilakukan
untuk melihat variabel-variabel yang ada pada instrumen penelitian telah
tepat dan handal sehingga siap untuk diberikan kepada sampel penelitian.
Pengujian dilakukan kepada masyarakat pemilik sertipikat di Desa
Banyuraden Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman dengan jumlah
sampel adalah 11 orang.
2. Pengumpulan data penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada
sampel masyarakat penerima Sertipikat Hak Atas Tanah hasil Program
PTSL tahun 2017. Kuisioner diberikan kepada 212 sampel dan dari
keseluruhan sampel akan dihitung skor hasil pengisian kuisioner.
3. Analisis data dan penarikan kesimpulan
Analsis data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Product
and Service Solution (SPSS) versi 20. Program SPSS digunakan dalam
rangka memudahkan untuk menghitung hasil skoring pada kuisioner.
Hasil penghitungan pada program SPSS akan dijadikan acuan dalam
mengambil kesimpulan penelitian.

26

DAFTAR PUSTAKA
Buku Referensi
Dwi P., Rahmat. 2015. Dampak Sosial Ekonomi Dan Lingkungan Penambangan
Batubara Ilegal Di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung
Kabupaten Muara Enim. Skripsi. Palembang : Universitas Sriwijaya.
Effendie, Bachtiar. 1993. Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturanperaturan Pelaksanaannya. Bandung : Alumni
Fardani, Andi. 2012. Dampak Sosial Keberadaan PT. Vale Indonesia Tbk
Terhadap Kehidupan Masyarakat (Studi Kasus Sorowako Kecamatan
Nuha Kabupaten Luwu Timur). Skripsi. Makassar : Universitas
Hasanuddin
Hermit, Herman. 2009. Teknik Penaksiran Harga Tanah. Perkotaan. Bandung :
Mandar Maju
Irawan, Soerojo. 2003. Kepastian Hukum Pendaftaran Hak Atas Tanah Di
Indonesia cet. Pertama. Surabaya : Karyaloka
Kartono, Dali Gulo. 1987. Kamus Psikologi. Bandung: CV Pionir Jaya.
Mertokusumo, Sudikno. 2010. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta :
Liberty
Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung :
Alfabeta.
Santoso, Urip. 2010. Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah. Jakarta:
Kencana
Siagian, Sondang. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi
Aksara
Sidipurwanty, Eliana dkk. 2013. Penelitian Pemanfaatan Tanah Pasca Legalisasi
Aset Dan Efektivitasnya Bagi Keberlanjutan Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan
Pertanahan Nasional
Siregar, Syofian. 2016. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Kota Depok : PT.
Raja Grafindo Persada.
SMERU. 2002. Evaluasi Dampak Pendaftaran Secara Sistematik Melalui PAP.
Jurnal. Laporan Penelitian. Jakarta : Bappenas

27

Sugiyanto dkk. 2008. Analisis Dampak Pendaftaran Tanah Sistematik Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kota Depok. Jurnal Manajemen
dan Agribisnis, Vol. 5 (2) : 64-72
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sumardjono, Maria S.W. 2008. Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan
Budaya. Jakarta : Kompas
Sutedi, Adrian. 2011. Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Cet. 2.
Jakarta : Sinar Grafika
Yamin, Muhammad dan Abd. Rahim Lubis. 2010. Hukum Pendaftaran Tanah.
Bandung : CV. Mandar Maju
Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Peraturan Perundang-undangan
Indonesia. Undang-Undang Dasar. UUD 1945
________. UndangUndang Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. UU
Nomor 5 Tahun 1960 LN Nomor 104 Tahun 1960, TLN Nomor 2043.
________. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pendaftaran
Tanah. PP Nomor 10 Tahun 1961
________. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pendaftaran
Tanah. PP Nomor 24 Tahun 1997
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
PMA/BPN Nomor 12 Tahun 2017

28

Lampiran 1
PANDUAN KUISIONER PENELITIAN
EKSPEKTASI PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP
TERHADAP FAKTOR SOSIAL DAN EKONOMI BAGI MASYARAKAT
DESA NGASINAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG
PROVINSI JAWA TENGAH
A. Identitas Responden :
1. Nama

:...............................................................................

2. Umur

:...............................................................................

3. Jenis kelamin :...............................................................................
4. Alamat

:...............................................................................

B. Petunjuk
Responden memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan
dengan memilih salah satu pilihan jawaban yang tersedia. Hanya satu
jawaban saja yang dimungkinkan untuk setiap pertanyaan.
Pada masing-masing pertanyaan terdapat lima alternative jawaban yang
mengacu pada teknik skala Likert, yaitu: Sangat Setuju (SS) = 5 Setuju (S) =
4 Tidak Tahu (TT) = 3 Tidak Setuju (TS) = 2 Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
PERTANYAAN KUISIONER
A. Jenis Penggunaan Tanah
1. Jenis penggunaan tanah milik responden yang mengikuti Program PTSL :
a. Pertanian
b. Non pertanian
B. Faktor Sosial sertipikat hasil Program PTSL :
1. Dengan memiliki sertipikat maka akan terjamin secara hukum
a. Sangat setuju
b. Setuju

29

c. Tidak tahu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
Alasan :
(Variabel Jaminan Kepastian Hukum)
2. Dengan memiliki sertipikat maka akan merasa lebih aman dalam
mengelola tanah
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak tahu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
Alasan :
(Variabel Rasa Aman)
3. Dengan memiliki sertipikat maka akan mencegah konflik tanah
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak tahu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
Alasan :
(Variabel Mencegah Konflik Tanah)
4. Dengan memiliki sertipikat maka lebih mudah dalam menyewakan tanah
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak tahu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
Alasan :
(Variabel Interaksi sosial)