Konsep pendidikan sebagai suatu sistem

TUGAS DASAR DASAR ILMU PENDIDIKAN

OLEH :

NAMA

:

SHIDIQ PRATAMA

NIM

:

14004084

JURUSAN

:

TEKNOLOGI PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGRI PADANG
2014

1. PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM
Segala sesuatu yang ada di dunia ini, dari yang besar hingga yang kecil, dari tata surya
hingga seekor semut, dapat dipandang sebagai sistem. Apabila pandangan ditujukan pada sebuah
sistem tertentu maka sistem-sistem lain di luar sistem dimaksud di pandang sebagai supra sistem.
Misalnya saja kita sedang menujukan pandangan kepada pendidikan maka sistem-sistem yang
lain di luar sistem pendidikan seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial, sistem pasar,
dan sebagainya dapat dipandang sebagai supra sistem.
Berjalannya sebuah sistem adakalanya berhubungan dengan supra sistemnya dan
adakalanya tidak berhubungan dengan supra sistemnya. Apabila berjalannya sebuah sistem
berhubungan dengan supra sistemnya maka sistem tersebut dinamakan sistem terbuka. Misalnya
sekolah, pasar, rumah sakit, manusia (orang), sapi, tanaman, dan sebagainya. Sebaliknya, jika
sebuah sistem berjalan tanpa berhubungan dengan supra sistemnya melainkan hanya
berhubungan dengan komponen-komponen yang ada di dalam sistem saja maka sistem yang
demikian disebut sebagai sistem tertutup. Misalnya jam, kipas angin, AC, dan sebagainya.
Namun demikian perlu disadari bahwa sebenarnya tidak ada sistem yang sepenuhnya terbuka
dan tidak ada pula sistem yang sepenuhnya tertutup.

Pendidikan merupakan salah satu sistem terbuka, karena pendidikan itu tidak akan dapat
berjalan dengan sendirinya tanpa berhubungan dengan sistem-sistem lain di luar sistem
pendidikan. Ciri-ciri pendidikan sebagai sebuah sistem terbuka antara lain:
1.
2.

Mengimpor energi, materi, dan informasi dari luar. Pendidikan mendatangkan pengajar, uang,
alat-alat belajar, para peserta didik, dan sebagainya dari luar lembaga pendidikan.
Memiliki pemroses. Pendidikan memproses peserta didik dalam aktivitas belajar dan

pembelajaran.
3. Menghasilkan output atau mengekspor energi, materi, dan informasi.
4. Merupakan kejadian yang berantai. Memproses peserta didik (input pendidikan) merupakan
kegiatan yang beruang-ulang dan saling berkaitan.
5. Memiliki negative entroppy, yaitu suatu usaha untuk menahan kepunahan dengan cara
membuat impor lebih besar dari pada ekspor. Dalam pendidikan hal ini dilakukan dengan cara
mengantisipasi perubahan lingkungan dan memperbaiki kerusakan.

6.


Memiliki alur informasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri.Segala informasi yang
terkait dengan pendidikan dimanfaatkan oleh penyelenggara pendidikan untuk mengambil

7.

keputusan dalam rangka mempertahankan dan memperbaiki pendidikan.
Ada kestabilan yang dinamis. Pendidikan selalu dinamis mencari yang baru, memperbaiki diri,
memajukan diri agar tidak ketinggalan zaman, bahkan berusaha mengantisipasi dan

menyongsong masa depan.
8. Memiliki deferensiasi, yakni spesialisasi-spesialisasi. Dalam organisasi pendidikan ada bagian
pengajaran, keuangan, kepegawaian, kesiswaan/ kemahasiswaan dan sebagainya. Masing-masing
bagian ini masih dapat dipilah-pilah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi.
9. Ada prinsip equifinalty, yaitu banyak jalan untuk mencapai tujuan yang sama. Para pendidik
boleh berkreasi menciptakan cara-cara baru yang lebih baik dalam usaha memajukan pendidikan.

2. KOMPONEN PENDIDIKAN
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan
berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti
bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada

dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses
kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut. Komponen-komponen
yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik minimal
terdiri dari 6 komponen, yaitu:

1. TUJUAN PENDIDIKAN
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada tujuan.
Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan
terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang
normatif dan praktis. Sebagai ilmu pengetahuan normatif , ilmu pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah; norma-norma dan atau ukuran tingkahlaku perbuatan yang sebenarnya
dilaksanakan oleh manusia. Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau
pendidik maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku perbuatan yang
didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan danpendidik
dalam suatu masyarakat (Syaifulah, 1981). Langeveld mengemukakan bahwa pandangan
hidup manusia menjiwai tingkah laku perbuatan mendidik. Tujuan umum atau tujuan

mutakhir pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu. Pandangan
hidup yang menjiwai tingkahlaku manusia akan menjiwai tingkahlaku pendidikan dan
sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan manusia.

Langeveld mengemukakan jenis-jenis tujuan pendidikan terdiri dari tujuan umum, tujuan
tak lengkap, tujuan sementara, tuuan kebetulan dan tujuan perantara. Pembagian jenis-jenis
tujuan tersebut merupakan tinjauan dari luas dan sempit tujuan yang ingin dicapai.
Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan yang terjabar
mulai dari: 1) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945) 2) Tujuan
Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional), 4) Tujuan Institusional (pada
tiap tingkat pendidikan/sekolah), 5) Tujuan kurikuler (Pada tiap-tiap bidang studi/mata
pelajran atau kuliah), dan 6) Tujuan instruksional yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan
instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Denga demikian tampak keterkaitan
antara tujuan instruksional yang dicapai guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan pada
Pancasila dan UUD 1945.

2. PENDIDIK
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat beberapa jenis
pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada
pendidik di sekolah saja. Ditinjau dari lembaga pendidikan muncullah beberapa individu yang
tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai
pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun
nonformal sebagai pendidik dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut yang

termasuk kategori pendidik adalah sebagai berikut :
a. Orang Dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang dewasa,
sebagaimana dikemukakan oleh syaifullah yaitu, manusia yang memiliki pandangan hidup
yang pasti dan tetap, manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu
termasuk cita-cita untuk mendidik.
b. Orang Tua

Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati dalam lingkungan
keluarga. Artinya orang tua sebagai pendidik utama dan yang pertama yang berlandaskan
pada hubungan cinta kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka.
Kedudukan orang tua sebagai pendidik sudah berlangsung lama, bahkan sebelum ada orang
yang memikirkantentang pendidikan.
c. Guru/Pendidik di Sekolah
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara langsung maupun tidak langsung mendapat
tugas dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan
guru sebagai pendidik harus memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi
maupun persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait
dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional.
Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang

berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan maupun cara penyampainnya dan
memiliki filsafat pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.
d. Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam
mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin
keagamaan sebagai pendidik tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat
kerokhanian manusia, yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.

3. PESERTA DIDIK
Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja
memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengasumsikan
peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik
dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa. Mendasarkan pada pemikiran
tersebut di atas maka pembahasan peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal tersebut di
atas.
Persoalan yang berhubungan dengan peserta didik terkait dengan sifat atau sikap anak didik
dikemukakan oleh Langeveld sebagai berikut: “Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk
kecil, oleh sebab itu anak memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbdeda dengan sifat

hakikat kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan pertolongan

dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah. Sifat hakikat manusia dalam pendidikan ia
mengemukakan anak didik harus diakui sebagai makhluk individu dualitas, sosialitas dan
moralitas. Manusia sebagai mahluk yang harus dididik dan mendidik”.
Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah Amstrong 1981 mengemukakan beberapa
persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan dalam pendidikan. Persoalan tersebut
mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat peserta didik? bagaimanakah tingkat
kemampuan anak didik? hambatan-hambatan apakah yang dirasakan oleh anak didik
disekolah? dan bagaimanakah penguasaan bahasa anak di sekolah? Berdasarkan persoalan
tersebut perlu diciptakan pendidikan yang memperhatikan perbedaan individual, perhatian
khusus pada anak yang memiliki kelainan, dan penanaman sikap dan tangggung jawab pada
anak dididk.

4. MATERI
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai
tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/materi yang biasanya disebut
kurikulum dalam pendidikan formal.Macam-macam pendidikan tersebut terdiri dari
pendidikan agama, pendidikan social, pendidikan keterampilan, pendidikan jasmani dll.

5. METODE , MEDIA DAN ALAT PENDIDIKAN
Pengertian Metode Pendidikan secara bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta dan

hodos. Meta berarti ”melalui.” Sedangkan hodos berarti ”jalan atau cara”, bila ditambah logi
sehingga menjadi metodologi berarti “ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus
dilalui untuk mencapai tujuan”, oleh karena kata logi yang berasal dari kata Yunani (Greek)
logos berarti “akal” atau “ilmu”. Secara umum metode adalah cara untuk mencapai sebuah
tujuan dengan jalan yang sudah ditentukan, dalam metode pendidikan dapat diartikan sebagai
cara.

Proses belajar-mengajar yang baik adalah jika anak berinteraksi dengan pendidik, yaitu
orangtua dan guru. Maka pendidik harus pandai menciptakan situasi yang nyaman,
membangkitkan semangat belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan metode
pengajaran yang tepat. Jika tipe belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya (auditif),
maka anak diajarkan dengan mendengarkan kaset yang diselingi dengan menunjukkan
gambarnya (demonstrasi). dapat juga dengan memutarkan video agar anak dapat melihat
(visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan harapan, tujuan pembelajaran akan lebih
mudah tercapai. Berikut ini beberapa metode pengajaran yang dapat Anda pilih antara lain :
untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai kurikulum yang ditentukan.
B. Alat Pendidikan
Secara umum, alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dalam praktek pendidikan, istilah alat pendidikan sering diidentikkan dengan
media pendidikan, walaupun sebenarnya pengertian alat lebih luas dari pada media. Media

pendidikan adalah ”alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan
efektifitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan
dan pengajaran di sekolah.
Dalam dunia pendidikan terdapat bermacam alat pendidikan sebagai sarana untuk mencapai
tujuan, Ahmad D. Marimba membagi alat pendidikan ke dalam tiga bagian :
1. Alat-alat yang memberikan perlengkapan berupa kecakapan berbuat dan pengertian
hafalan. Alat-alat ini dapat pula disebut alat-alat pembiasaan.
2. Alat-alat untuk memberi pengertian, membentuk sikap, minat dan cara berfikir.
3. Alat-alat yang membawa ke arah keheningan batin, kepercayaan dan pengarahan diri
sepenuhnya kepada-Nya.
Dalam memilih alat pendidikan manakah yang baik dan sesuai, haruslah memperhatikan
empat syarat yang berikut :
a. Tujuan apakah yang hendak dicapai dengan alat itu,
b.

Siapa (pendidik) yang menggunakan alat itu,

c. Anak (si terdidik) yang mana yang dikenai alat itu,
d.


Bagaimana menggunakan alat itu,

Alat-alat pendidikan yang sangat penting ialah
a.

Pembiasaan dan pengawasan

b.

Perintah dan larangan

c.

Ganjaran dan hukuman.

6. LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini
didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak
membatasi pendidikan pada sekolah saja. Dalam artian yang sederhana lingkungan
pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling anak didik dan komponen-komponen
pendidikan yang lain.