SOSIO ANTROPOLOGI KESEHATAN NILAI TRADIS
BAB I
PENDAHULUAN
Kebudayaan selalu terbuka dan cair sifatnya. Kebudayaan bukanlah sesuatu
yang
statis.
Orang-orang
yang
terlibat
dalam
suatu
kebudayaan
selalu
memprosesunsur yang datang dari luar yang dianggap cocok dengan kebudayaan
mereka sekaligus juga mempertahankan unsur-unsur lama yang dianggap masih
sesuai
untuk
mereka.
perkembangan
Pembangunan–ditinjau
masyarakat–adalah
dari
metodologi
sudut
dialektika
sekaligus
prasarana
pengembangan struktur dan kebudayaanmasyarakat. Pembangunan dengan
sendirinya akan menyeret pada perubahan sosial.Masyarakat memiliki keluwesan
untuk menciptakan prasarana dan sarana baru sesuaidengan sistem nilai mereka.
Meski begitu, pembangunan menghadapi dilemanya sendiri khususnya dilema yang
dihadapi
oleh
masyarakat
berkembang
(agraris-tradisional)
menuju
proses
perubahan ke masyarakat modern-maju (industri). Dilemaitu antara tercerabut atau
musnahnya sama sekali nilai-nilai budaya tradisi untukdiganti oleh nilai-nilai baru
yang modern dan berkiblat pada nilai-nilai industri danorganisasi modern. Namun,
sebenarnya pilihan itu tidaklah tidak dapat ditawar lagi. Ada media-media yang dapat
menjembatani memperhitungkan sejak semula strategi pembangunan sebagai
proses kebudayaan.
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi
serta
memiliki
peran
penting
Pembangunan
kesehatan
meningkatkan
kualitas sumber
dalam
upaya
harus dipandang
daya
penanggulangan
sebagai
manusia.
suatu
Dalam
kemiskinan.
investasi
pengukuran
untuk
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain
pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.
Nilai
merupakan
bagian
yang
sangat
penting
di
masyarakat
dan
perkembangan kebudayaan. Suatu tindakan atau perbuatan warga masyarakat
dianggap sah apabila sesuai atau serasi dengan nilai-nilai yang berlaku atau
dijunjung tinggi oleh suatu masyarakat.Perkembangan nilai Budaya ini dapat berupa
materi abstrak, konkret maupun fisik. Secara langsung maupun tidak langsung,
budaya akan sangat berpengaruh pada perkembangan kesehatan masyarakat yang
menganut suatu budaya. Indonesia yang terdiri dari beragam etnis tentu memiliki
banyak budaya dalam masyarakatnya. Terkadang,perkembangan nilai budaya suatu
etnis dengan etnis yang lain dapat berbeda jauh. Hal ini menyebabkan suatu budaya
yang positif, dapat dianggap budaya negatif di etnis lainnya. Sehingga tidaklah
mengherankan jika permasalahan kesehatan di Indonesia begitu kompleksnya.
Hubungan
antara
budaya
tradisional
dan
kesehatan sangatlah
erat
hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana
dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka.
Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap
kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan
kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu
penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut
hubungannya dengan kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan tujuan pembangunan kesehatan?
2. Bagaimana hubungan pembangunan nilai tradisional dengan kesehatan
masyarakat?
3. Apa pengaruh kebudayaan terhadap pengobatan tradisional?
4. Bagaimana pengaruh tradisional terhadap kesehatan masyarakat?
5. Bagaimana implementasi dan pengaruh hubungan sosial budaya terhadap
kesehatan masyarakat?
1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan pengertian dan tujuan pembangunan kesehatan.
2. Mampu menjelaskan hubungan pembangunan nilai tradisional dengan
kesehatan masyarakat
3. Mampu menjelaskan pengaruh kebudayaan terhadap pengobatan tradisional.
4. Mampu menjelaskan pengaruh tradisional terhadap kesehatan masyarakat.
5. Mampu menjelaskan impelementasi dan pengaruh hubungan sosial budaya
terhadap kesehatan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi
bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta pemerintah.
Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang
memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup
sehat
sebagai
prasyarat
pembangunan
yang
berkelanjutan (sustainable
development). Untuk menjadikan masyarakat mampu hidup sehat, masyarakat
harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab
itu promosi kesehatan hendaknya dapat berjalan secara integral dengan
berbagai aktivitas pembangunan kesehatan sehingga menjadi arus utama pada
percepatan pencapaian MDGs dan mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat
semesta.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Adapun tujuan utama dari
pembangunan kesehatan yaitu :
1)
Peningkatan
kemampuan
masyarakat
untuk
menolong
dirinya
dalam bidang kesehatan.
2)
Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
3)
Peningkatan status gizi masyarakat.
4)
Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
sendiri
5) Pengembangan keluarga sehat sejahtera.
B. Hubungan Pembangunan Nilai Tradisional Dengan Kesehatan Masyarakat
Kebudayaan atau disebut juga kultur merupakan keseluruhan cara hidup
manusia sebagai warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya.
Pengetahuan
tentang
suatu
kebudayaan
tertentu
dapat
digunakan
untuk
meramalkan berbagai kepercayaan dan perilaku anggotanya. Untuk itu petugas
kesehatan perlu mempelajari kebudayaan sebagai upaya mengetahui perilaku
masyarakat di kebudayaan tersebut sehingga dapat turut berperan serta
memperbaiki status kesehatan di masyarakat tersebut.
Dalam tiap kebudayaan terdapat berbagai kepercayaan yang berkaitan dengan
kesehatan. Di pedesaan masyarakat jawa, ibu nifas tidak boleh makan yang amisamis (misalnya : Ikan) karena menurut kepercayaan akan membuat jahitan perineum
sulit sembuh dan darah nifas tidak berhenti. Menurut ilmu gizi hal tersebut tidak
dibenarkan karena justru ikan harus dikonsumsi karena mengandung protein
sehingga mempercepat pemulihan ibu nifas. Disinilah peran petugas kesehatan
untuk meluruskan anggapan tersebut.
Di daerah Langkat, Sumatera Utara ada kebudayaan yang melarang ibu nifas
untuk melakukan mobilisasi selama satu minggu sejak persalinan. Ibu nifas harus
bedrest total selama seminggu karena dianggap masih lemah dan belum mampu
beraktivitas sehingga harus istirahat di tempat tidur. Mereka juga menganggap
bahwa dengan ilmu pengetahuan saat ini bahwa dengan beraktivitas maka proses
penyembuhan setelah persalinan akan terhambat. Hal ini bertentangan dengan ilmu
pengetahuan saat ini bahwa ibu nifas harus melakukan mobilisasi dini agar cepat
pulih kondisinya. Dengan mengetahui kebudayaan di daerah tersebut, petugas
kesehatan dapat masuk perlahan-lahan untuk memberi pengertian yang benar
kepada masyarakat.
Di sisi lain ada kebudayaan yang sejalan dengan aspek kesehatan. Dalam arti
kebudayaan yang berlaku tersebut tidak bertentangan bahkan saling mendukung
dengan aspek kesehatan. Dalam hal ini petugas kesehatan harus mendukung
kebudayaan tersebut. Tetapi kadangkala rasionalisasinya tidak tepat sehingga peran
petugas kesehatan adalah meluruskan anggapan tersebut. Sebagai contoh, ada
kebudayaan yang menganjurkan ibu hamil minum air kacang hijau agar rambut
bayinya lebat. Kacang hijau sangat baik bagi kesehatan karena banyak
mengandung vitamin B yang berguna bagi metabolisme tubuh. Petugas kesehatan
mendukung kebiasaan minum air kacang hijau tetapi meluruskan anggapan bahwa
bukan membuat rambut bayi lebat tetapi karena memang air kacang hujau banyak
vitaminnya. Ada juag kebudayaan yang menganjurkan ibu menyusui untuk amakan
jagung goring (di Jawa disebut “marning”) untuk melancarkan air susu. Hal ini tidak
bertentangan dengan kesehatan. Bila ibu makan jagung goring maka dia akan
mudah haus. Karena haus dia akan minum banyak. Banyak minum inilah yang
dapat melancarkan air susu.
C. Pembangunan Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional
Masing-masing
kebudayaan
memiliki
berbagai
pengobatan
untuk
penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu kedokteran
yang menganggap bahwa penyebab penyakit adalah kuman, kemudian diberi obat
antibiotika dan obat tersebut dapat mematikan kuman penyebab penyakit. Pada
masyarakat tradisional, tidak semua penyakit itu disebabkan oleh penyebab biologis.
Kadangkala mereka menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh
jahat atau iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan sakit.
Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul akibat
guna-guna. Orang yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun untuk meminta
pertolongan. Masing-masing suku di Indonesia memiliki dukun atau tetua adat
sebagai penyembuh orang yang terkena guna-guna tersebut. Cara yang digunakan
juga berbeda-beda masing-masing suku. Begitu pula suku-suku di dunia, mereka
menggunakan
pengobatan
tradisional
masing-masing
untuk
menyembuhkan
anggota sukunya yang sakit.
Suku Azande di Afrika Tengah mempunyai kepercayaan bahwa jika anggota
sukunya jari kakinya tertusuk sewaktu sedang berjalan melalui jalan biasa dan dia
terkena penyakit tuberkulosis maka dia dianggap terkena serangan sihir. Penyakit itu
disebabkan oleh serangan tukang sihirdan korban tidak akan sembuh sampai
serangan itu berhenti.
Orang Kwakuit di bagian barat Kanada percaya bahwa penyakit dapat
disebabkan oleh dimasukkannya benda asing ke dalam tubuh dan yang terkena
dapat mencari pertolongan ke dukun. Dukun itu biasa disebut Shaman. Dengan
suatu upacara penyembuhan maka Shaman akan mengeluarkan benda asing itu
dari tubuh pasien.
D. Pengaruh Tradisional Terhadap Kesehatan Masyarakat
Tantangan berat yang masih dirasakan dalam pembangunan kesehatan di
Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup
tinggi serta penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah. Selain
masalah tersebut, masalah lain yang perlu diperhatikan yaitu berkaitan dengan
tradisi masyarakat, misalnya tingkat pengetahuan yang belum memadai terutama
pada golongan wanita, kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat
istiadat, perilaku, dan kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan
kesehatan.
Tradisi masyarakat yang merupakan hasil budi dan akal manusia yang
dilandasi oleh pengalaman, sehingga budaya masyarakat bila dikaitkan dengan
kesehatan, ada yang merugikan kesehatan dan ada pula yang menguntungkan
kesehatan. Yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan
kesehatan, yaitu semangat gotong royong dan kekeluargaan, serta sikap
musyawarah dalam mengambil keputusan.
Pembangunan dalam suatu negara selain berdampak positif juga menimbulkan
hal-hal negatif seperti timbulnya daerah kumuh (slum area) di perkotaan akibat
pesatnya urbanisasi, polusi karena pesatnya perkembangan industri, banyak ibuibu karier yang tidak dapat mengasuh dan memberikan ASI secara optimal
kepada anaknya, masalah kesehatan jiwa yang menonjol dan penyalahgunaan
obat. Perkembangan penduduk dan pembangunan akan menghasilkan berbagai
macam sampah yang dapat mengganggu kesehatan.
E. Implementasi Hubungan Sosial-Budaya Tradisonal dan Pengaruhnya
Nilai-nilai budaya banyak ditemukan pada tradisi-tradisi yang turun-temurun
mempengaruhi pola pikir dan cara pandang kita dalam melakukan sesuatu,
begitu juga pengaruhnya dengan kesehatan masyarakat. Berikut beberapa
contoh yang dapat dijadikan pembanding seberapa besar pengaruh sosial
budaya dalam praktik kesehatan masyarakat.
a.
Pengaruh social budaya pada saat kehamilan
1) Enggannya ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada bidan di
puskesmas atau sarana kesehatan lainnya. Mereka lebih senang
memeriksakan kehamilannya dengan dukun kampung karena dianggap
sudah terpercaya dan turun-temurun dilakukan. Padahal, dukun
kampung
tersebut
tidak
memiliki
pengetahuan
standar
dalam
pelayanan kehamilan yang normal.
2) Pada saat hamil, ibu hamil dilarang makan ikan, telur atau makanan
bergizi lainnya karena dipercaya akan menimbulkan bau amis saat
melahirkan. Hal ini sebenarnya tidak perlu dilakukan karena berbahaya
bagi kesehatan ibu dan dapat mengakibatkan ibu kekurangan asupan
gizi akan protein yang terkandung pada ikan.
b.
Pengaruh sosial pada masa kelahiran
1) Pemberian kunyit atau bahan dapur lain pada tali pusar yang sudah
dipercaya turun-temurun. Kemudian, menekan tali pusar tersebut
dengan logam. Hal ini tidak boleh dilakukan karena sebenarnya akan
mengakibatkan iritasi dan infeksi kuman pada tali pusar bayi baru lahir.
2) Apabila
proses
persalinan
yang
ditolong
dukun
kampung
menyebabkan kematian ibu atau anak. Maka hal itu dianggap wajar
karena dipercaya ibu hamil telah melanggar pantangan yang diberikan
oleh si dukun.
3) Plasenta bayi baru lahir,setelah di cuci hendak nya di injak dulu oleh
kakaknya jika bayi tsb memiliki kakak. Jika mempercayai mitos
tersebut jika tidak terpenuhi malah akan timbul beban pada keluarga,
jadi sebaik nya tidak dilakukan.
4) Plasenta bayi di beri sisir,gula merah, kelapa,pensil,kertas,dan
kembang tujuh rupa kemudian di masukkan ke dalam kendi baru
dikuburkan. Jika mempercayai mitos tersebut ,jika tidak terpenuhi
malah akan timbul beban pada keluarga.
dilakukan.
Jadi sebaik nya tidak
5) Pusar bayi yang puput di simpan dan jika bayi sudah besar,pusat
tersebut bisa jadi obat untuk bayi,caranya tali pusat di rendam dan di
minum kan kepada si bayi. Mitos seperti ini malah merugikan karna jika
sampai terminum oleh bayi maka akan membiarkan mikroorganisme
yang ada di plasenta akan masuk ke tubuh bayi.
6) Wanita- wanita Hausa yang tinggal di sekitar Zaria Nigeria utara,
secara tradisi memakan garam kurang selama priode nifas, untuk
meningkatkan produksi air susunya. Merka juga menganggap bahwa
hawa dingin adalah penyebab penyakit. Oleh sebab itu mereka
memanasi tubuhnya paling kurang selama 40 hari setelah melahirkan.
Diet garam yang berlebihan dan hawa panas, merupakan penyebab
timbulnya kegagalan jantung. Faktor budaya disini adalah kebiasaan
makan garam yang berlebihan dan memanasi tubuh adalah faktor
pencetus terjadinya kegagalan jantung.
c.
Pengaruh sosial budaya terhadap pelayanan kesehatan
1) Pengobatan
tradisional
biasanya
mengunakan
cara-cara
menyakitkan seperti mengiris-iris bagian tubuh atau dengan
memanasi penderita,akan tidak puas hanya dengan memberikan pil
untuk diminum. Hal tersebut diatas bisa menjadi suatu penghalang
dalam memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan berjalannya
waktu mereka akan berfikir dan menerima.
2) Contoh lain dari Papua Nugini dan Nigeria. ”pigbel” sejenis penyakit
berat yang dapat menimbulkan kematian disebabkan oleh kuman
clodistrium perfringens type C. Penduduk papua Nugini yang tinggal
didaratan tinggi biasanya sedikit makan daging. Oleh sebab itu,
cenderung untuk menderita kekurangan enzim protetase dalam
usus. Bila suatu perayaan tradisional diadakan, mereka makan
daging babi dalam jumlah banyak tapi tungku tempat masaknya
tidak cukup panas untuk memasak daging dengan baik sehingga
kuman clostridia masih dapat berkembang. Makanan pokok mereka
adalah kentang, mengandung tripsin inhibitor, oleh sebab itu racun
dari kuman yang seharusnya terurai oleh tripsin, menjadi terlindung.
Tripsin inhibitor juga dihasilkan oleh cacing ascaris yang banyak
terdapat pada penduduk tersebut. Kuman dapat juga berkembang
dalam daging yang kurang dicernakan, dan secara bebas
mengeluarkan racunnya.
3) Bentuk pengobatan yang di berikan biasanya hanya berdasarkan
anggapan mereka sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul.
Kalau mereka menganggap penyakit itu disebabkan oleh hal-hal
yang supernatural atau magis, maka digunakan pengobatan secara
tradisional.
Pengobatan
modern
dipilih
bila
meraka
duga
penyebabnya adalah fator ilmiah. Ini dapat merupakan sumber
konflik bagi tenaga kesehatan, bila ternyata pengobatan yang
mereka pilih berlawana denganpemikiran secara medis.
4) Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan
kejang-kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu
gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di
Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun
atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring
tanpa membawa ke pelayanan kesehatan.
5) Banyak masyarakat pedalaman tidak mempercayai kemampuan
petugas kesehatan karena kurangnya informasi yang mereka
dapatkan di tempat terpencil. Mereka lebih senang melakukan
ritual-ritual khusus saat terserang penyakit daripada datang ke unit
kesehatan terdekat.
6) Masih banyaknya masyarakat yang enggan melakukan pencegahan
kehamilan
atau
pelayanan
Keluarga
Berencana
karena
bertentangan dengan budaya ataupun kepercayaan yang dianut.
Sehingga mereka cenderung memilih memiliki anak banyak. Hal ini
sebenarnya
merugikan
karena
dapat
menimbulkan
ledakan
penduduk dan ketidakseimbangan jumlah populasi masyarakat di
Indonesia dengan kesempatan kerja yang tersedia.
7) Masih minimnya kepedulian masyarakat tentang pemahaman
konsep sehat sakit. Mereka menganggap sakit adalah keadaan jika
sama ssekali tidak dapat melakukan aktifitas. Bahkan mereka tidak
senang mencegah penyakit melainkan hanya bersifat pengobatan
sehingga seringkali baru dilakukan pengobatan saat kondisinya
parah sehingga tingkat kesembuhannya sangat kecil.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1. Setiap individu harus memahami nilai dan kebernilaian dirinya,sehingga dia
akan menempatkan diri secara bijak dalam pergaulan hidup serta akan
mengakui dan bijak terhadap keberadaan nilai dan kebernilaian orang lain
dalam pergaulan bermasyarakat.
2. Pandangan
nilai masyarakat akan perkembangan Nilai-Nilai Budaya
terhadap Individu, Keluarga dan Masyarakat maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1) Nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang
namun tidak menghakimi apakah perilaku itu salah atau benar. Nilai pada
individu akan mengikuti perkembangan dan perubahan yang ada pada
masyarakat. Selama nilai-nilai itu mengalami perubahan yang masih
relative positif maka tidak berdampak buruk bagi integritas individu itu
sendiri dan begitu pula sebaliknya.
2) Nilai dan masyarakat memiliki kaitan yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan. Masyarakat akan terkoyak bila nilai-nilai kebersamaan telah
lenyap dari amasyarakat itu. Perkembangan nilai dalam suatu masyrakat
sangat dipengaruhi oleh warga masyarakat atau bangsa yang memiliki nilai
itu sendiri.
3)
Nilai merupakan bagian yang sangat penting di masyarakat dan
perkembangan kebudayaan. Suatu tindakan atau perbuatan warga
masyarakat dianggap sah apabila sesuai atau serasi dengan nilai-nilai
yang berlaku atau dijunjung tinggi oleh suatu masyarakat.
4) Kebudayaan disebut juga kultur merupakan keseluruhan cara hidup
manusia sebagai warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya.
Pengetahuan tentang suatu kebudayaan tertentu dapat digunakan untuk
meramalkan berbagai kepercayaan dan perilaku anggotanya. Untuk itu
petugas kesehatan perlu mempelajari kebudayaan sebagai upaya
mengetahui perilaku masyarakat di kebudayaan tersebut sehingga dapat
turut berperan serta memperbaiki status kesehatan di masyarakat tersebut.
3.2. SARAN
Nilai-nilai tradisional positif yang sekarang ada dalam masyarakat seharusnya
kita lestarikan dan kita lakukan setiap nilainya dan jangan membawa nilai-nilai
budaya yang berdampak negative kedalam suatu masyarakat, karena dari situlah
berkembangnya nilai budaya terhadap individu dan keluarga atau sebaliknya.
TUGAS
SOSIO ANTROPOLOGI KESEHATAN
NILAI TRADISIONAL MENDORONG PEMBANGUNAN KESEHATAN
Disusun Oleh:
Dinda Dwi Kusuma (J1A114076)
Noviani Munsir (J1A114086)
Yusuf Budiman (J1A114178)
Ridha Mulyani (J1A114049)
Dina Andriani (J1A114075)
Wa Sarina (J1A114072)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
2015
PENDAHULUAN
Kebudayaan selalu terbuka dan cair sifatnya. Kebudayaan bukanlah sesuatu
yang
statis.
Orang-orang
yang
terlibat
dalam
suatu
kebudayaan
selalu
memprosesunsur yang datang dari luar yang dianggap cocok dengan kebudayaan
mereka sekaligus juga mempertahankan unsur-unsur lama yang dianggap masih
sesuai
untuk
mereka.
perkembangan
Pembangunan–ditinjau
masyarakat–adalah
dari
metodologi
sudut
dialektika
sekaligus
prasarana
pengembangan struktur dan kebudayaanmasyarakat. Pembangunan dengan
sendirinya akan menyeret pada perubahan sosial.Masyarakat memiliki keluwesan
untuk menciptakan prasarana dan sarana baru sesuaidengan sistem nilai mereka.
Meski begitu, pembangunan menghadapi dilemanya sendiri khususnya dilema yang
dihadapi
oleh
masyarakat
berkembang
(agraris-tradisional)
menuju
proses
perubahan ke masyarakat modern-maju (industri). Dilemaitu antara tercerabut atau
musnahnya sama sekali nilai-nilai budaya tradisi untukdiganti oleh nilai-nilai baru
yang modern dan berkiblat pada nilai-nilai industri danorganisasi modern. Namun,
sebenarnya pilihan itu tidaklah tidak dapat ditawar lagi. Ada media-media yang dapat
menjembatani memperhitungkan sejak semula strategi pembangunan sebagai
proses kebudayaan.
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi
serta
memiliki
peran
penting
Pembangunan
kesehatan
meningkatkan
kualitas sumber
dalam
upaya
harus dipandang
daya
penanggulangan
sebagai
manusia.
suatu
Dalam
kemiskinan.
investasi
pengukuran
untuk
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain
pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.
Nilai
merupakan
bagian
yang
sangat
penting
di
masyarakat
dan
perkembangan kebudayaan. Suatu tindakan atau perbuatan warga masyarakat
dianggap sah apabila sesuai atau serasi dengan nilai-nilai yang berlaku atau
dijunjung tinggi oleh suatu masyarakat.Perkembangan nilai Budaya ini dapat berupa
materi abstrak, konkret maupun fisik. Secara langsung maupun tidak langsung,
budaya akan sangat berpengaruh pada perkembangan kesehatan masyarakat yang
menganut suatu budaya. Indonesia yang terdiri dari beragam etnis tentu memiliki
banyak budaya dalam masyarakatnya. Terkadang,perkembangan nilai budaya suatu
etnis dengan etnis yang lain dapat berbeda jauh. Hal ini menyebabkan suatu budaya
yang positif, dapat dianggap budaya negatif di etnis lainnya. Sehingga tidaklah
mengherankan jika permasalahan kesehatan di Indonesia begitu kompleksnya.
Hubungan
antara
budaya
tradisional
dan
kesehatan sangatlah
erat
hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana
dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka.
Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap
kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan
kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu
penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut
hubungannya dengan kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan tujuan pembangunan kesehatan?
2. Bagaimana hubungan pembangunan nilai tradisional dengan kesehatan
masyarakat?
3. Apa pengaruh kebudayaan terhadap pengobatan tradisional?
4. Bagaimana pengaruh tradisional terhadap kesehatan masyarakat?
5. Bagaimana implementasi dan pengaruh hubungan sosial budaya terhadap
kesehatan masyarakat?
1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan pengertian dan tujuan pembangunan kesehatan.
2. Mampu menjelaskan hubungan pembangunan nilai tradisional dengan
kesehatan masyarakat
3. Mampu menjelaskan pengaruh kebudayaan terhadap pengobatan tradisional.
4. Mampu menjelaskan pengaruh tradisional terhadap kesehatan masyarakat.
5. Mampu menjelaskan impelementasi dan pengaruh hubungan sosial budaya
terhadap kesehatan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi
bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta pemerintah.
Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang
memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup
sehat
sebagai
prasyarat
pembangunan
yang
berkelanjutan (sustainable
development). Untuk menjadikan masyarakat mampu hidup sehat, masyarakat
harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab
itu promosi kesehatan hendaknya dapat berjalan secara integral dengan
berbagai aktivitas pembangunan kesehatan sehingga menjadi arus utama pada
percepatan pencapaian MDGs dan mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat
semesta.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Adapun tujuan utama dari
pembangunan kesehatan yaitu :
1)
Peningkatan
kemampuan
masyarakat
untuk
menolong
dirinya
dalam bidang kesehatan.
2)
Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
3)
Peningkatan status gizi masyarakat.
4)
Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
sendiri
5) Pengembangan keluarga sehat sejahtera.
B. Hubungan Pembangunan Nilai Tradisional Dengan Kesehatan Masyarakat
Kebudayaan atau disebut juga kultur merupakan keseluruhan cara hidup
manusia sebagai warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya.
Pengetahuan
tentang
suatu
kebudayaan
tertentu
dapat
digunakan
untuk
meramalkan berbagai kepercayaan dan perilaku anggotanya. Untuk itu petugas
kesehatan perlu mempelajari kebudayaan sebagai upaya mengetahui perilaku
masyarakat di kebudayaan tersebut sehingga dapat turut berperan serta
memperbaiki status kesehatan di masyarakat tersebut.
Dalam tiap kebudayaan terdapat berbagai kepercayaan yang berkaitan dengan
kesehatan. Di pedesaan masyarakat jawa, ibu nifas tidak boleh makan yang amisamis (misalnya : Ikan) karena menurut kepercayaan akan membuat jahitan perineum
sulit sembuh dan darah nifas tidak berhenti. Menurut ilmu gizi hal tersebut tidak
dibenarkan karena justru ikan harus dikonsumsi karena mengandung protein
sehingga mempercepat pemulihan ibu nifas. Disinilah peran petugas kesehatan
untuk meluruskan anggapan tersebut.
Di daerah Langkat, Sumatera Utara ada kebudayaan yang melarang ibu nifas
untuk melakukan mobilisasi selama satu minggu sejak persalinan. Ibu nifas harus
bedrest total selama seminggu karena dianggap masih lemah dan belum mampu
beraktivitas sehingga harus istirahat di tempat tidur. Mereka juga menganggap
bahwa dengan ilmu pengetahuan saat ini bahwa dengan beraktivitas maka proses
penyembuhan setelah persalinan akan terhambat. Hal ini bertentangan dengan ilmu
pengetahuan saat ini bahwa ibu nifas harus melakukan mobilisasi dini agar cepat
pulih kondisinya. Dengan mengetahui kebudayaan di daerah tersebut, petugas
kesehatan dapat masuk perlahan-lahan untuk memberi pengertian yang benar
kepada masyarakat.
Di sisi lain ada kebudayaan yang sejalan dengan aspek kesehatan. Dalam arti
kebudayaan yang berlaku tersebut tidak bertentangan bahkan saling mendukung
dengan aspek kesehatan. Dalam hal ini petugas kesehatan harus mendukung
kebudayaan tersebut. Tetapi kadangkala rasionalisasinya tidak tepat sehingga peran
petugas kesehatan adalah meluruskan anggapan tersebut. Sebagai contoh, ada
kebudayaan yang menganjurkan ibu hamil minum air kacang hijau agar rambut
bayinya lebat. Kacang hijau sangat baik bagi kesehatan karena banyak
mengandung vitamin B yang berguna bagi metabolisme tubuh. Petugas kesehatan
mendukung kebiasaan minum air kacang hijau tetapi meluruskan anggapan bahwa
bukan membuat rambut bayi lebat tetapi karena memang air kacang hujau banyak
vitaminnya. Ada juag kebudayaan yang menganjurkan ibu menyusui untuk amakan
jagung goring (di Jawa disebut “marning”) untuk melancarkan air susu. Hal ini tidak
bertentangan dengan kesehatan. Bila ibu makan jagung goring maka dia akan
mudah haus. Karena haus dia akan minum banyak. Banyak minum inilah yang
dapat melancarkan air susu.
C. Pembangunan Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional
Masing-masing
kebudayaan
memiliki
berbagai
pengobatan
untuk
penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu kedokteran
yang menganggap bahwa penyebab penyakit adalah kuman, kemudian diberi obat
antibiotika dan obat tersebut dapat mematikan kuman penyebab penyakit. Pada
masyarakat tradisional, tidak semua penyakit itu disebabkan oleh penyebab biologis.
Kadangkala mereka menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh
jahat atau iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan sakit.
Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul akibat
guna-guna. Orang yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun untuk meminta
pertolongan. Masing-masing suku di Indonesia memiliki dukun atau tetua adat
sebagai penyembuh orang yang terkena guna-guna tersebut. Cara yang digunakan
juga berbeda-beda masing-masing suku. Begitu pula suku-suku di dunia, mereka
menggunakan
pengobatan
tradisional
masing-masing
untuk
menyembuhkan
anggota sukunya yang sakit.
Suku Azande di Afrika Tengah mempunyai kepercayaan bahwa jika anggota
sukunya jari kakinya tertusuk sewaktu sedang berjalan melalui jalan biasa dan dia
terkena penyakit tuberkulosis maka dia dianggap terkena serangan sihir. Penyakit itu
disebabkan oleh serangan tukang sihirdan korban tidak akan sembuh sampai
serangan itu berhenti.
Orang Kwakuit di bagian barat Kanada percaya bahwa penyakit dapat
disebabkan oleh dimasukkannya benda asing ke dalam tubuh dan yang terkena
dapat mencari pertolongan ke dukun. Dukun itu biasa disebut Shaman. Dengan
suatu upacara penyembuhan maka Shaman akan mengeluarkan benda asing itu
dari tubuh pasien.
D. Pengaruh Tradisional Terhadap Kesehatan Masyarakat
Tantangan berat yang masih dirasakan dalam pembangunan kesehatan di
Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup
tinggi serta penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah. Selain
masalah tersebut, masalah lain yang perlu diperhatikan yaitu berkaitan dengan
tradisi masyarakat, misalnya tingkat pengetahuan yang belum memadai terutama
pada golongan wanita, kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat
istiadat, perilaku, dan kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan
kesehatan.
Tradisi masyarakat yang merupakan hasil budi dan akal manusia yang
dilandasi oleh pengalaman, sehingga budaya masyarakat bila dikaitkan dengan
kesehatan, ada yang merugikan kesehatan dan ada pula yang menguntungkan
kesehatan. Yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan
kesehatan, yaitu semangat gotong royong dan kekeluargaan, serta sikap
musyawarah dalam mengambil keputusan.
Pembangunan dalam suatu negara selain berdampak positif juga menimbulkan
hal-hal negatif seperti timbulnya daerah kumuh (slum area) di perkotaan akibat
pesatnya urbanisasi, polusi karena pesatnya perkembangan industri, banyak ibuibu karier yang tidak dapat mengasuh dan memberikan ASI secara optimal
kepada anaknya, masalah kesehatan jiwa yang menonjol dan penyalahgunaan
obat. Perkembangan penduduk dan pembangunan akan menghasilkan berbagai
macam sampah yang dapat mengganggu kesehatan.
E. Implementasi Hubungan Sosial-Budaya Tradisonal dan Pengaruhnya
Nilai-nilai budaya banyak ditemukan pada tradisi-tradisi yang turun-temurun
mempengaruhi pola pikir dan cara pandang kita dalam melakukan sesuatu,
begitu juga pengaruhnya dengan kesehatan masyarakat. Berikut beberapa
contoh yang dapat dijadikan pembanding seberapa besar pengaruh sosial
budaya dalam praktik kesehatan masyarakat.
a.
Pengaruh social budaya pada saat kehamilan
1) Enggannya ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada bidan di
puskesmas atau sarana kesehatan lainnya. Mereka lebih senang
memeriksakan kehamilannya dengan dukun kampung karena dianggap
sudah terpercaya dan turun-temurun dilakukan. Padahal, dukun
kampung
tersebut
tidak
memiliki
pengetahuan
standar
dalam
pelayanan kehamilan yang normal.
2) Pada saat hamil, ibu hamil dilarang makan ikan, telur atau makanan
bergizi lainnya karena dipercaya akan menimbulkan bau amis saat
melahirkan. Hal ini sebenarnya tidak perlu dilakukan karena berbahaya
bagi kesehatan ibu dan dapat mengakibatkan ibu kekurangan asupan
gizi akan protein yang terkandung pada ikan.
b.
Pengaruh sosial pada masa kelahiran
1) Pemberian kunyit atau bahan dapur lain pada tali pusar yang sudah
dipercaya turun-temurun. Kemudian, menekan tali pusar tersebut
dengan logam. Hal ini tidak boleh dilakukan karena sebenarnya akan
mengakibatkan iritasi dan infeksi kuman pada tali pusar bayi baru lahir.
2) Apabila
proses
persalinan
yang
ditolong
dukun
kampung
menyebabkan kematian ibu atau anak. Maka hal itu dianggap wajar
karena dipercaya ibu hamil telah melanggar pantangan yang diberikan
oleh si dukun.
3) Plasenta bayi baru lahir,setelah di cuci hendak nya di injak dulu oleh
kakaknya jika bayi tsb memiliki kakak. Jika mempercayai mitos
tersebut jika tidak terpenuhi malah akan timbul beban pada keluarga,
jadi sebaik nya tidak dilakukan.
4) Plasenta bayi di beri sisir,gula merah, kelapa,pensil,kertas,dan
kembang tujuh rupa kemudian di masukkan ke dalam kendi baru
dikuburkan. Jika mempercayai mitos tersebut ,jika tidak terpenuhi
malah akan timbul beban pada keluarga.
dilakukan.
Jadi sebaik nya tidak
5) Pusar bayi yang puput di simpan dan jika bayi sudah besar,pusat
tersebut bisa jadi obat untuk bayi,caranya tali pusat di rendam dan di
minum kan kepada si bayi. Mitos seperti ini malah merugikan karna jika
sampai terminum oleh bayi maka akan membiarkan mikroorganisme
yang ada di plasenta akan masuk ke tubuh bayi.
6) Wanita- wanita Hausa yang tinggal di sekitar Zaria Nigeria utara,
secara tradisi memakan garam kurang selama priode nifas, untuk
meningkatkan produksi air susunya. Merka juga menganggap bahwa
hawa dingin adalah penyebab penyakit. Oleh sebab itu mereka
memanasi tubuhnya paling kurang selama 40 hari setelah melahirkan.
Diet garam yang berlebihan dan hawa panas, merupakan penyebab
timbulnya kegagalan jantung. Faktor budaya disini adalah kebiasaan
makan garam yang berlebihan dan memanasi tubuh adalah faktor
pencetus terjadinya kegagalan jantung.
c.
Pengaruh sosial budaya terhadap pelayanan kesehatan
1) Pengobatan
tradisional
biasanya
mengunakan
cara-cara
menyakitkan seperti mengiris-iris bagian tubuh atau dengan
memanasi penderita,akan tidak puas hanya dengan memberikan pil
untuk diminum. Hal tersebut diatas bisa menjadi suatu penghalang
dalam memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan berjalannya
waktu mereka akan berfikir dan menerima.
2) Contoh lain dari Papua Nugini dan Nigeria. ”pigbel” sejenis penyakit
berat yang dapat menimbulkan kematian disebabkan oleh kuman
clodistrium perfringens type C. Penduduk papua Nugini yang tinggal
didaratan tinggi biasanya sedikit makan daging. Oleh sebab itu,
cenderung untuk menderita kekurangan enzim protetase dalam
usus. Bila suatu perayaan tradisional diadakan, mereka makan
daging babi dalam jumlah banyak tapi tungku tempat masaknya
tidak cukup panas untuk memasak daging dengan baik sehingga
kuman clostridia masih dapat berkembang. Makanan pokok mereka
adalah kentang, mengandung tripsin inhibitor, oleh sebab itu racun
dari kuman yang seharusnya terurai oleh tripsin, menjadi terlindung.
Tripsin inhibitor juga dihasilkan oleh cacing ascaris yang banyak
terdapat pada penduduk tersebut. Kuman dapat juga berkembang
dalam daging yang kurang dicernakan, dan secara bebas
mengeluarkan racunnya.
3) Bentuk pengobatan yang di berikan biasanya hanya berdasarkan
anggapan mereka sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul.
Kalau mereka menganggap penyakit itu disebabkan oleh hal-hal
yang supernatural atau magis, maka digunakan pengobatan secara
tradisional.
Pengobatan
modern
dipilih
bila
meraka
duga
penyebabnya adalah fator ilmiah. Ini dapat merupakan sumber
konflik bagi tenaga kesehatan, bila ternyata pengobatan yang
mereka pilih berlawana denganpemikiran secara medis.
4) Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan
kejang-kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu
gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di
Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun
atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring
tanpa membawa ke pelayanan kesehatan.
5) Banyak masyarakat pedalaman tidak mempercayai kemampuan
petugas kesehatan karena kurangnya informasi yang mereka
dapatkan di tempat terpencil. Mereka lebih senang melakukan
ritual-ritual khusus saat terserang penyakit daripada datang ke unit
kesehatan terdekat.
6) Masih banyaknya masyarakat yang enggan melakukan pencegahan
kehamilan
atau
pelayanan
Keluarga
Berencana
karena
bertentangan dengan budaya ataupun kepercayaan yang dianut.
Sehingga mereka cenderung memilih memiliki anak banyak. Hal ini
sebenarnya
merugikan
karena
dapat
menimbulkan
ledakan
penduduk dan ketidakseimbangan jumlah populasi masyarakat di
Indonesia dengan kesempatan kerja yang tersedia.
7) Masih minimnya kepedulian masyarakat tentang pemahaman
konsep sehat sakit. Mereka menganggap sakit adalah keadaan jika
sama ssekali tidak dapat melakukan aktifitas. Bahkan mereka tidak
senang mencegah penyakit melainkan hanya bersifat pengobatan
sehingga seringkali baru dilakukan pengobatan saat kondisinya
parah sehingga tingkat kesembuhannya sangat kecil.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1. Setiap individu harus memahami nilai dan kebernilaian dirinya,sehingga dia
akan menempatkan diri secara bijak dalam pergaulan hidup serta akan
mengakui dan bijak terhadap keberadaan nilai dan kebernilaian orang lain
dalam pergaulan bermasyarakat.
2. Pandangan
nilai masyarakat akan perkembangan Nilai-Nilai Budaya
terhadap Individu, Keluarga dan Masyarakat maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1) Nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang
namun tidak menghakimi apakah perilaku itu salah atau benar. Nilai pada
individu akan mengikuti perkembangan dan perubahan yang ada pada
masyarakat. Selama nilai-nilai itu mengalami perubahan yang masih
relative positif maka tidak berdampak buruk bagi integritas individu itu
sendiri dan begitu pula sebaliknya.
2) Nilai dan masyarakat memiliki kaitan yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan. Masyarakat akan terkoyak bila nilai-nilai kebersamaan telah
lenyap dari amasyarakat itu. Perkembangan nilai dalam suatu masyrakat
sangat dipengaruhi oleh warga masyarakat atau bangsa yang memiliki nilai
itu sendiri.
3)
Nilai merupakan bagian yang sangat penting di masyarakat dan
perkembangan kebudayaan. Suatu tindakan atau perbuatan warga
masyarakat dianggap sah apabila sesuai atau serasi dengan nilai-nilai
yang berlaku atau dijunjung tinggi oleh suatu masyarakat.
4) Kebudayaan disebut juga kultur merupakan keseluruhan cara hidup
manusia sebagai warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya.
Pengetahuan tentang suatu kebudayaan tertentu dapat digunakan untuk
meramalkan berbagai kepercayaan dan perilaku anggotanya. Untuk itu
petugas kesehatan perlu mempelajari kebudayaan sebagai upaya
mengetahui perilaku masyarakat di kebudayaan tersebut sehingga dapat
turut berperan serta memperbaiki status kesehatan di masyarakat tersebut.
3.2. SARAN
Nilai-nilai tradisional positif yang sekarang ada dalam masyarakat seharusnya
kita lestarikan dan kita lakukan setiap nilainya dan jangan membawa nilai-nilai
budaya yang berdampak negative kedalam suatu masyarakat, karena dari situlah
berkembangnya nilai budaya terhadap individu dan keluarga atau sebaliknya.
TUGAS
SOSIO ANTROPOLOGI KESEHATAN
NILAI TRADISIONAL MENDORONG PEMBANGUNAN KESEHATAN
Disusun Oleh:
Dinda Dwi Kusuma (J1A114076)
Noviani Munsir (J1A114086)
Yusuf Budiman (J1A114178)
Ridha Mulyani (J1A114049)
Dina Andriani (J1A114075)
Wa Sarina (J1A114072)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
2015