Vokatif Bahasa Prancis dalam Percakapan

Vokatif Bahasa Prancis dalam Percakapan Facebook
Fierenziana Getruida Junus
University of Indonesia
fierenziana@gmail.com
Abstract
In communicating, the way and the content of the conversation are two things inseparable. The
speakers should be good to package the message with considering the relationship with their interlocutor.
Wardaugh (2010: 274) states that the things should be considered in maintaining the communication are:
pronominal choice, the use of naming and address terms and the employment of politeness markers.
This article based on a research about vocative in French Facebook conversation (FFC).
According to Biber et al (1999: 1108), vocative is an expression used as the address by the participant in
the conversation. They are important in defining and maintaining sosial relationships between
participants. There are several theories of some scholars, such as Arnold Zwicky (1974), Friederike Braun
(1988) and Douglas Biber et al (1999), that are used to analyze the data,
The objective of this article is to categorize vocatives used in FFC. There are about 555 files of
FFC used as corpus. The result shows that almost all the vocative categories have been found in FFC,
with several variations of form, formation and meaning. The use of vocative in spoken conversations and
FB conversations are the same, but in FB conversation, there is another category namely “full account
name”, which also has a different function with vocative function in spoken conversations. This category
become a typical vocative category of Facebook conversation.
Keywords : address, French vocative, Facebook, full account name, hypocorism.


Pendahuluan
Dalam berkomunikasi baik cara penyampaian maupun isi percakapan menjadi dua hal yang sulit
dipisahkan. Setiap penutur harus mampu mengemas pesan yang disampaikan dengan
mempertimbangkan hubungannya dengan lawan tuturnya. Wardaugh (2010, hal. 274)
mengatakan bahwa yang harus dipertimbangkan dalam membangun komunikasi ada 3 hal yaitu :
pemilihan pronominal, penggunaan nama dan sapaan, dan penggunaan penanda kesopanan.
Vokatif yang merupakan bagian dari sapaan menjadi hal yang penting dalam membangun
percakapan dan menjaga komunikasi dengan penutur lain (Zago, 2015).
Perkembangan teknologi selama lebih dari satu dasa warsa ini, memengaruhi perkembangan
komunikasi manusia. Model komunikasi manusia berubah, dari yang sifatnya tatap muka
menjadi kegiatan yang berhadapan dengan perangkat teknologi, dari yang bersifat lisan menjadi
tulisan. Percakapan tulisan pun dikemas sedemikian rupa sehingga menghidupkan suasana
bercakap secara lisan oleh para penutur (Junus & Laksman-Huntley, 2016). Perkembangan
teknologi ini menurut Watt (2010) berdampak pada perubahan bahasa.
Sebagai salah satu media sosial yang sangat popular belakangan ini, Facebook (FB) menjadi
media komunikasi yang digunakan oleh banyak masyarakat dunia. Menurut data statistik
(http://expandedramblings.com/index.php/by-the-numbers-17-amazing-facebook-stats/) hingga
April 2016 pengguna FB mencapai 1,65 milyar pengguna aktif per bulan (Monthly Active User).
Jauh melampaui media sosial lainnya. Bahkan tercatat bahwa tersedia lebih dari 70 bahasa pada

situs tersebut (http://www.statisticbrain.com/). FB menjadi ladang penelitian bahasa yang

menarik mengingat belum banyak yang menjadikannya sebagai objek penelitian penggunaan
bahasa. Salah satu yang menarik untuk diteliti menurut penulis adalah vokatif yang sering
digunakan oleh pengguna FB dalam percakapan mereka. Penelitian yang penulis lakukan adalah
terutama mengenai bentuk dan proses pembentukan vokatif serta makna dan fungsinya.
Sumber data penelitian ini diambil dari laman FB (http: //www.facebook.com/). Analisis
dilakukan dengan menggunakan korpus data berupa 555 fail yang berisi percakapan para
pengguna FB.
Apakah Vokatif itu?
Vokatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah panggilan, ajakan atau seruan. Vokatif
menurut Karl Bühler merupakan salah satu fungsi bahasa dari tiga fungsi bahasa yang
dikemukakannya dalam organon model yaitu appelfunktion, selain fungsi bahasa ekspresif dan
fungsi bahasa referensial. Fungsi bahasa vokatif atau biasa juga disebut fungsi konatif
merupakan fungsi bahasa untuk menarik perhatian lawan tutur dan menentukan perilakunya
(Parpalea, 2011). Pembahasan mengenai vokatif sebagai salah satu fungsi bahasa merupakan
pembahasan yang sangat luas. Namun penulis mendasarkan penelitian ini pada pendapat
Schaden (2010) yang mengatakan bahwa vokatif dalam arti sempit merupakan frasa nomina
yang mengidentifkasi atau menggambarkan lawan tutur kepada siapa ujaran ditujukan.
Pada bagian berikut akan dipaparkan penelitian vokatif yang dilakukan beberapa ahli

bahasa yaitu Arnold Zwicky (1974), Friederike Braun (1988), Douglas Biber, Stig Johanson,
Geoffrey Leech, Susan Conrad dan Edward Finnegan (1999).
A. Menurut Arnold Zwicky
Dalam artikelnya Hey What’syourname! (Zwicky, 1974), Zwicky mengatakan bahwa vokatif
adalah sebuah unsur yang terpisah dalam sebuah kalimat, biasanya dipisahkan oleh intonasi dan
bukan merupakan penjelasan dari kata kerja dalam kalimat tersebut. Dalam artikelnya Zwicky
membedakan frasa nomina yang merupakan vokatif dan frasa nomina yang merupakan
referensi. Menurut Zwicky vokatif merujuk langsung pada lawan tutur. Misalnya dalam kalimat
“Jacquie, your grammar leaks”. Jacquie merupakan vokatif berbeda dengan kalimat “I’m going
to tell Jacquie that her grammar leaks” di mana Jacquie hanya berupa referensi dan merupakan
penjelasan dari verba tell.
Vokatif menurut Zwicky memiliki 2 fungsi yaitu dapat berupa panggilan ataupun sapaan.
Panggilan ditujukan untuk menarik perhatian lawan tutur, sapaan untuk membangun atau
menekankan kontak antara penutur dan lawan tutur. Keduanya dapat ditemukan dalam bentuk
selain frasa nominal dan juga dengan cara yang non-linguistik. Kita dapat menarik perhatian
seseorang dengan menggunakan kata ‘hey’ misalnya atau dengan sentuhan di bahu atau dengan
sebuah lambaian.
Zwicky membuat beberapa kategori mengenai vokatif yaitu:
1. Vokatif yang menggunakan nama diri dan kata benda yang digunakan untuk memanggil atau
yang disebutnya dengan pseudo proper name atau nama diri semu seperti Blondie (untuk

yang berambut pirang) atau Joe (untuk tentara), dll. Ada 9 kategori vokatif yang
menggunakan nama diri menurut Zwicky yaitu : (a) Gelar + nama belakang, misalnya Prof
Llewellyn; (b) Prefiks + Nama belakang misalnya Mr./Ms./Mrs/ Miss Pandit; (c) Gelar
kekeluargaan (Kintitle) + Nama depan, seperti Uncle Robert, Uncle Bob; (d) Nama depan,
seperti Margaret, Peggy ; (e) Gelar kekeluargaan + Nama belakang, misalnya Grandmother
2

Rice, Grandma Myshkin (f) Gelar + Nama depan seperti Lady Jane, Reverend Bob; (g)
Prefiks + nama depan, misalnya Mr. Albert, Miss Susan; (h) Nama depan + nama belakang,
misalnya Herbert Hanson, Herbie Hanson; (i) Nama belakang, misalnya Abercrombie.
2. Kintitle atau gelar yang menjelaskan hubungan kekeluargaan, seperti grandma, brother, dll
3. Vokatif dapat saja berupa kalimat lengkap dengan menggunakan pronominal you seperti
“You with the sweater on, move about a foot to the left!”
4. Vokatif dapat berupa ciri yang bersifat rasial atau kelompok bangsa tertentu seperti Jap
(Jepang), Niger (Nigeria), dll.
5. Vokatif dapat berupa kata sifat yang menunjukkan ciri seseorang seperti slim, skinny, dll.
6. Vokatif yang menjelaskan pekerjaan seperti waiter, driver, cabie, dll.
7. Vokatif juga dapat dibedakan dalam penggunaan kata-kata sosial tertentu yang menunjukkan
interaksi yang terjadi dalam percakapan misalnya,
nilai positif atau negative

sopan atau tidak sopan
tingkat keformalan, dari yang cukup formal hingga yang bersifat casual
menyangkut penilaian diri terhadap lawan tutur : superior atau inferior ataupun setara
tingkat keintiman dari yang sangat dekat hingga yang sangat berjarak
8. Berdasarkan ciri atau identitas lawan tutur :
Jenis kelamin, seperti son, daughter, dll.
Usia, seperti grandma,young man, dll
Pekerjaan seperti, doc, cabbie, dll
Karakter fisik seperti skinny, carot-top, dll
Karakter pribadi, seperti creep, dope, dll
Hubungan keluarga father, uncle, dll
Status pernikahan Miss Fonda, Mrs Hayden.
9. Berdasarkan kelompok dari lawan tutur (klas sosial, sub kultur dan dialek), misalnya Mary,
Grace, Ella yang digunakan dalam komunitas gay.
Menurut Zwicky vokatif dalam bahasa Inggris hampir tidak pernah netral, vokatif
mengekspresikan atau menunjukkan kesopanan, formalitas, status, keintiman atau peran
hubungan dan juga menjelaskan siapa pembicara.
B. Friederike Braun
Dalam bukunya yang berjudul Terms of Address Braun (1988) tidak menyebut secara eksplisit
tentang vokatif. Ia lebih banyak membahas mengenai address atau kata sapaan dan berbagai hal

mengenai sapaan tersebut. Dalam bukunya Braun membagi bentuk sapaan dalam tiga kategori
gramatikal yaitu pronomina, verba dan nomina. Kata sapaan berupa pronomina terbagi menjadi
sapaan yang sopan bentuk V (V form) dan yang familiar atau akrab yaitu bentuk T (T form).
Sementara untuk verba adalah semua bentuk sapaan yang sudah ada dalam verba sebuah kalimat.
Kasus ini hanya dapat terjadi pada bahasa tertentu seperti bahasa Prancis. Ketika seseorang
mengucapkan “Vas y” ‘pergilah’ maka akan diketahui bahwa penutur menggunakan sapaan tu
kepada lawan tuturnya dengan adanya konjugasi verba aller untuk orang kedua tunggal tu yaitu
vas. Sedangkan untuk nomina, Braun mengklasifikasikannya dalam beberapa kategori, dari
pembagian inilah penulis mengambil kategori nominal ini sebagai vokatif merujuk kepada
berbagai teori yang sudah penulis bahas di atas ataupun yang akan penulis bahas berikutnya.
Pembagian kategori yang penulis masukan dalam kategori vokatif adalah :
3

(1) Nama yang berupa sapaan dalam bentuk nomina yang ada dalam semua jenis bahasa. Dapat
berupa nama diri, bergantung budaya masing-masing;
(2) Kinship term atau sapaan berupa hubungan kekerabatan yang digunakan oleh dan untuk
mereka yang memiliki hubungan darah. Ketika sapaan ini digunakan untuk menyapa
seseorang yang tidak mempunyai hubungan darah dengan penutur ini disebut dengan
hubungan kekerabatan fiktif.
(3) Dalam banyak bahasa ada bentuk-bentuk sapaan yang sama dengan dalam bahasa Inggris

seperti Mr/Mrs, atau bahasa Jerman Herr/Frau, Polandia pan/pani, etc. Semua ini merupakan
bentuk umum yang tidak harus dilihat sebagai gelar khusus.
(4) Gelar merupakan sesuatu yang diberikan atau dicapai dengan prestasi (dokter, mayor) atau
yang diwariskan (seperti duke, count).
(5) Nomina abstrak yaitu bentuk sapaan yang merujuk pada kualitas abstrak dari lawan tutur
seperti (Your Excelency, Your Grace, etc.)
(6) Sapaan dengan menggunakan jenis pekerjaan misalnya pelayan, supir, dsb. Terkadang
dikombinasikan dengan Mr/Mrs bergantung aturan sapaan penghormatan yang berlaku.
(7) Kata-kata khusus untuk hubungan tertentu digunakan sebagai bentuk sapaan dalam berbagai
bahasa. Seperti bahasa Turki arkadas ‘teman’, Jerman college ‘kolega’, Arab dჳa:ri
‘tetangga’.
(8) Ungkapan kasih sayang digunakan untuk menyapa anak kecil atau orang kepada siapa
seseorang merasa dekat, hampir sering yang digunakan merupakan nomina yang dapat
digunakan sebagai bentuk sapaan..
(9) Beberapa bentuk sapaan menentukan lawan bicara sebagai ayah, saudara laki-laki, istri, atau
saudara perempuan dari seseorang yang lain lewat ungkapan hubugan lawan bicara kepada
orang lain. Misalnya dalam bahasa Arab abu Ali ‘ayahnya Ali’, bint Ahmed ‘anak
perempuan Ahmed’, dsb. Atau menggunakan bentuk seperti ‘Ayah Ali’ untuk menghindari
penggunaan nama diri lawan bicara.
Perbedaan antara Zwicky dan Braun adalah dalam hal gelar. Bagi Braun gelar adalah sesuatu

yang diberikan atas pencapaian ataupun warisan. Namun Zwicky bahkan menganggap panggilan
yang berhubungan dengan hubungan kekerabatan sebai gelar (kintitle). Selain itu Braun
menambahkan beberapa kategori yang tidak disebutkan oleh Zwicky karena kasus yang dibahas
oleh Zwicky hanya kasus bahasa Inggris sementara kasus yang diteliti oleh Braun mencakup
bahasa lain selain bahasa Inggris sehingga banyak fenomena lain yang muncul.
C. Menurut Douglas Biber dkk
Vokatif, menurut Biber dkk, merupakan bagian dari bentuk sapaan. Vokatif penting dalam
menentukan dan membangun hunbungan antara partisipan dalam percakapan. Ada tiga fungsi
vokatif menurut Biber dkk (1999) yaitu : (a) menarik perhatian orang; (b) mengidentifikasikan
seseorang sebagai lawan tutur; (c) membangun dan memertahankan hubungan sosial. Posisi
vokatif dalam ujaran menentukan fungsi apa yang dijalankan oleh vokatif tersebut. Jika vokatif
berada pada awal ujaran maka fungsi (a) dan (b) yang sedang dijalankannya. Sementara jika
vokatif terletak pada akhir ujaran maka fungsi yang dijalankannya adalah fungsi (b) dan (c).
Biber dkk membuat kategori vokatif yang merepresentasikan hubungan para partisipan dalam
percakapan dari yang sangat familiar atau intim sampai pada yang paling berjarak dan respektif,
sebagai berikut :
1.
Endearment atau ungkapan kasih sayang seperti baby, (my) darling, (my) dear, dll
4


2.

Family terms atau penggunaan istilah hubungan kekeluargaan. Seperti mummy, mum,
mom, ma, dad,dll
3.
Familiarizers atau panggilan untuk membangun hubungan yang akrab, seperti guy,
bud, man, dll.
4.
Familiarized first name atau proses mengakrabkan nama depan seperti Marj, Paulie,
Jackie, dll.
5.
First name in full atau dengan menggunakan nama depan secara lengkap, seperti
Marjorie, Paul, Jason, dll
6.
Title and surname atau gelar dan nama belakang, misalnya Mrs. John dan Mr Graham.
7.
Honorifics atau panggilan hormat seperti, sir dan madam
8.
Others, lainnya termasuk julukan atau nickname seprti, boy, red dog, lazy, dll
Dibandingkan dengan pemaparan yang dilakukan Zwicky dan Braun, vokatif yang dirumuskan

Biber dkk sedikit lebih sederhana namun hampir mencakup semua yang diungkapkan kedua ahli
sebelumnya. Tiga karya mereka membuat pengategorian yang kurang lebih saling beririsan,
meskipun dalam penyebutan ada perbedaan. Perbedaan yang paling mencolok dari ketiganya
adalah penyebutan gelar. Biber menyebut Mr/Mrs sebagai gelar, sedangkan Braun tidak
menganggapnya sebagai gelar melainkan sebagai sebutan yang umum, sementara Zwicky
menyebutnya sebagai prefiks. Dalam hal ini penulis lebih setuju dengan Braun yang mengatakan
bahwa gelar adalah sesuatu yang diperoleh lewat prestasi ataupun diwariskan, sementara untuk
Mr/Mrs atau yang sejenis dengan itu penulis sepakat dengan Zwicky yang menyebutnya sebagai
prefiks.
Vokatif dalam Facebook
Dalam mengidentifikasi vokatif yang ada dalam percakapan Facebook berbahasa Prancis,
penulis menggunakan istilah yang dikemukakan oleh ketiga literatur di atas. Penetapan istilah
yang digunakan berikut didasarkan pada kesesuaian atau ketepatan penjelasannya dengan data
yang ditemukan dalam penelitian. Nama pemilik akun FB dalam data akan disingkat menjadi
inisial untuk menjaga kerahasiaan identitas pemilik akun, kecuali dalam kasus dimana
penyebutan nama tersebut sulit dihindari untuk kepentingan analisis.
A. Terms of endearment atau sapaan yang memperlihatkan rasa kasih sayang, biasanya
digunakan untuk orang yang sudah sangat akrab. Biasanya menandai ikatan kedekatan dan
perasaan antara anggota keluarga yang dekat, pasangan seksual ataupun orang yang disukai
(Biber, 1999). Dalam korpus ditemukan ada 14 vokatif yang dikategorikan lagi menjadi

a. Menggunakan nama hewan. Panggilan dengan menggunakan kata yang merujuk pada
nama hewan ini dilakukan untuk menyatakan rasa sayang penutur kepada lawan tutur.
Misalnya poule ‘ayam betina’ atau biche ‘rusa betina’ yang juga ditambahkan sufiks
-ette yang memberi makna diminutif menjadi poulette ‘ayam betina kecil’ atau bichette
‘rusa betina kecil’. Bahkan untuk biche silaba awal direduplikasi menjadi bibiche.
Vokatif lain yang digunakan adalah loup ‘serigala’dan loulou. Menurut kamus daring
NRTL secara etimologis loulou berasal dari reduplikasi kata loup yang kemudian
menjadi sebutan untuk sejenis anjing kecil. Vokatif ini digunakan juga bersama dengan
posesif untuk orang pertama tunggal, yaitu ma poule, ma poulette, ma biche, ma
bichette, ma bibiche, mon loup, mon loulou, dan ma puce. Ma poule, ma poulette (1)
digunakan hanya untuk lawan tutur perempuan dan lebih sering dilakukan oleh penutur
5

perempuan. Sedangkan mon loup dan mon loulou (2), ma biche (3), dan ma puce (4)
ditujukan baik kepada laki-laki maupun perempuan dan digunakan oleh baik penutur
laki-laki maupun perempuan.
(1) VQ (pr) : a toi ossi poulette....
PS (pr) : merci ma poule....
(2) PAM (lk) : Une porte de plus qui se ferme...[…]
EC (pr) : courage mon loulou[...]
(3) OC (lk) : Bh moi j'ai pas retrouvé ..
CB (pr) : Ça viendra ma biche, […]
(4) AT (lk) : je vais le defenser lol
et vous me manquer
SFA (pr) : tu viens quand tu veux ma puce

‘Kau juga, sayang’
‘Terimakasih, sayangku’
‘Satu pintu lagi tertutup ‘
‘Semangat, sayangku’
‘Saya tidak menemukannya’
‘Segera datang, sayangku’
‘Saya akan membelanya lol
saya merindukan kalian’
‘datanglah kapan kau mau
sayangku’

b. Menggunakan kata benda abstrak seperti amour ‘cinta’, amoureux ‘pencinta’, dan
cheri/e ’sayang’. Lebih sering ditambahkan dengan posesif orang pertama tunggal.
Vokatif ini digunakan baik oleh penutur perempuan maupun laki-laki kepada lawan
tutur laki-laki dan perempuan.Biasanya digunakan bersama posesif untuk orang
pertama. Seperti berikut :
(5) TD (lk) : Mon amour je t' !
LTTD (pr) : Je t'aime aussi mon amour
(6) CR
: trop belle ma Cherie
(7) AE
: Au top mon amoureux

‘Sayangku, aku mencintaimu’
‘Aku mencintaimu juga, sayangku’
‘Cantik sekali, sayangku’
‘Keren, sayangku’

c. Kata benda lain yang digunakan adalah coeur ‘jantung’ dan bébé ‘bayi’ beserta
variannya berupa abreviasi yaitu bb ataupun penambahan posesif untuk orang pertama
tunggal. Digunakan oleh penutur baik laki-laki maupun perempuan kepada lawan tutur
baik laki-laki maupun perempuan
(8) DP
(9) LP
CD

: Moi aussi je t'aime pour toujour
mon coeur
: Pv bébé
: Ok bébé

‘Saya juga mencintaimu selamanya,
sayangku
‘Jalur pribadi, sayang’
‘ok, sayang’

d. Menggunakan kata yang merujuk hubungan keluarga seperti nenette dan pepette.
Menurut kamus daring Reverso, nenette dalam bahasa yang familiar berarti fille ’anak
perempuan’ atau femme ‘perempuan dewasa’. Menurut kamus daring CNRTL(Centre
National de Ressources Textuelles et Lexicales) kata nenette merujuk pada dua
kemungkinan. Yang pertama berasal dari kata comprenette, yang merujuk pada ‘kepala’,
sementara kemungkinan kedua adalah berasal dari kata nene yang merupakan bahasa
kanak-kanak untuk memanggil ibu ataupun pengasuh mereka. Jika dilihat kedua
kemungkinan tersebut, maka menurut penulis kemungkinan kedualah yang paling
mendekati. Kata tersebut berasal dari kata nene yang kemudian diberi sufiks –ette yang
memberi makna diminutif. Sementara untuk kata pepette, menurut kamus daring
Reverso berasal dari pépée yang berasal dari reduplikasi hasil penggalan silaba akhir
6

(apokop) kata poupée ‘boneka’. Kata tersebut kemudian mendapatkan sufiks –ette
menjadi pepette yang memberikan makna diminutif. Vokatif nenette dan pepette ini
ditujukan kepada anak perempuan atau perempuan yang lebih muda dari penutur.
Keduanya juga digunakan dengan posesif untuk orang pertama tunggal, seperti dalam
kalimat berikut :
(10) ST (pr)
JA (pr)
(11) CT (pr)
LTTD(pr)

: Trop belle ma nenette
: Merci moi aussi
: trop belle aussi ma pepette
: Merci tata

‘cantik sekali, sayang ‘
‘terima kasih, saya juga’
‘cantik sekali, sayang’
‘terima kasih, tante’

Dalam pembentukan vokatif untuk menunjukkan rasa sayang, yang sering terjadi adalah
hypocorism atau pembentukan panggilan dengan mengikuti cara anak-anak mengucapkan.
Seperti yang terjadi pada beberapa contoh di atas misalnya nenette, pepette, bibiche, dst.
B. Istilah kekerabatan, vokatif ini digunakan oleh penutur yang memiliki hubungan keluarga
atau kekerabatan dengan lawan tutur. Dalam data ditemukan 21 jenis vokatif untuk kategori
ini. Yaitu mama ‘ibu’, papa ‘ayah’, fille ‘anak perempuan, fils ‘anak laki-laki’, frère
‘saudara laki-laki’, sœur ‘saudara perempuan’, gars ‘anak laki-laki’, mamie ‘nenek’, tonton
‘paman’, tata ‘bibik’, cousin ‘sepupu laki-laki’, cousine ‘sepupu perempuan’, mari ‘suami’,
neveu ‘keponakan laki-laki’, dan nice ‘keponakan perempuan’. Dengan varian lain seperti
untuk frère terdapat varian seperti petit frère, frero, dan frr atau soso sebagai varian dari
sœur. Varian lain yaitu dengan menggunakan posesif untuk orang pertama tunggal seperti
mon frère, mon petit frère, mon frero, mon frr, mon neveu, mon gars, dan mon mari
‘suamiku’. Yang menarik dari data ini adalah bahwa vokatif untuk mamie ‘nenek’
ditemukan sementara untuk papie ‘kakek’ tidak ditemukan, hal ini mungkin disebabkan
kurangnya lelaki usia lanjut yang menggunakan facebook atau mereka tidak berinteraksi
dengan cucu mereka di media sosial seperti FB.
C. Familiarizer atau istilah pergaulan yaitu vokatif yang digunakan untuk mengakrabkan
hubungan antara penutur dan lawan tutur. Kata yang digunakan ada yang merupakan katakata yang digunakan dalam hubungan keluarga atau kekerabatan. Seperti frère ‘saudara lakilaki’, sœur ‘saudara perempuan’ atau dengan varian masing-masing seperti fréro, frr, atau
soso. Kata lain yang digunakan adalah kata yang menunjukkan hubungan antara penutur dan
lawanan tutur seperti ami/e, amie, copain,, copine dan variannya coco, camarade yang
semuanya bermakna ‘teman’. Kata lain yang bermakna kurang lebih sama adalah pote
‘sobat’ yang merupakan penggalan dari kata poteau ‘tiang’atau bisa juga merujuk pada
betis. Kata ini merupakan argot yang digunakan sebagai panggilan pada pergaulan anak
muda. Coco, camarade dan pote digunakan oleh penutur baik laki-laki maupun perempuan
kepada lawan tutur baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu digunakan berdasarkan
jenis kelamin dari setiap lawan tutur. Kesemua vokatif ini juga mendapatkan posesif seperti
dalam kalimat di bawah ini :
`

(12) AP
(13) CBR
(14) EC
(15) RB

: C bien min copain
: Je suis là en paix mon amie
: Bonne anniversaire mon pote
: Oui Soso [,,,] après on nous
7

‘Bagus, teman’
‘Saya dalam kedamaian, teman’
‘selamat ulang tahun, sobat’
‘oke, mbak […] setelah itu kita

(16) MP
(17) AL

parle de croyance pfff bisous
: Felicitations coco
: Wesh ya quoi frere ?

ngobrol tentang keyakinan mmmuah
‘selamat, teman’
‘Wasalam ada apa, teman?’

D. First name in full atau nama depan lengkap yang digunakan sebagai vokatif. Dalam korpus
ditemukan data seperti Benoit, Arnaud, Mathilde, Melinda, Julie, Sylvain, dll. Ada juga
vokatif yang menggunakan posesif seperti mon Jordan.
E. Familiarized first name atau perubahan nama depan. Untuk vokatif ini nama lawan tutur
diubah oleh penutur dengan tujuan untuk mengakrabkan diri dengan lawan tutur. Dalam
korpus data, nama depan mengalami pemenggalan silaba akhir atau apokop seperti pada
Valerie yang menjadi Val, Florentin menjadi Flo, Kevin menjadi Kev, Nicolas menjadi Nico
dll. Selain itu ada juga yang mengalami proses reduplikasi setelah apokop, seperti Coralie
atau Corentin menjadi Coco; Jerôme atau Geoffrey menjadi Jeje; Julien atau Julie menjadi
Juju, Yohan menjadi Yoyo; Laurence menjadi Lolo, dst. Atau setelah mengalami apokop
diberi tambahan –ie, seperti Charles menjadi Charlie atau –ette yang memberi makna
diminutif untuk mengungkapkan rasa sayang seperti Claire menjadi Clairette; Ada pula
yang mengalami proses pemenggalan pada silaba awal atau aferesis kemudian direduplikasi
misalnya Lio menjadi Yoyo dan Arnaud menjadi Nono.
F.

Penggunaan Monsieur/Madame/Mademoiselle. Dalam bahasa Prancis panggilan
penghormatan yang digunakan adalah Monsieur (M.) untuk laki-laki, Madame (Mme) untuk
perempuan. Penggunaan Monsieur maupun Madame ini biasanya juga diikuti oleh nama
belakang. Dalam beberapa kasus panggilan ini digunakan untuk merujuk pada status
pernikahan lawan tutur. Terutama untuk perempuan, dikenal dengan panggilan Madame
untuk yang menikah dan Mademoiselle (Mlle) untuk yang belum menikah. Misalnya Mme +
nama belakang merujuk pada perempuan yang menikah dengan lelaki pemilik nama
belakang tersebut. Seperti misalnya Madame Dubois, merujuk pada perempuan yang
menikah dengan Monsieur Dubois. Sedangkan Mlle + nama belakang merujuk pada
perempuan yang belum menikah yang merupakan anak dari lelaki pemilik nama belakang
tersebut. Misalnya, Mademoiselle Dubois berarti anak perempuan dari M. Dubois.
Uniknya dalam korpus yang penulis teliti tidak ditemukan penggunaan Monsieur, madame
maupun mademoiselle yang diikuti oleh nama belakang melainkan Monsieur + nama depan
(18) atau Madame + julukan (19), atau tidak diikuti oleh nama (20), (21), seperti pada
contoh berikut :
(18) AG
(19) MC
CBR
(20) AP
(21) LS
LC

: Waa!! Effectivement très beau
commentaire, […] MONSIEUR Vincent!
: Ça manque de ponctuations, vraiment...
Mais sinon j'adore.
: Madame pertinence
: Ok madame calma por favor
: Oo non oO comment oser vous
dire cela mademoiselle !
: Mais monsieur je dis la simple
veriter :p […]
8

‘Komentar yang bagus, […]
Tuan Vincent’
‘Kurang tanda baca, serius.
Kalau tidak, saya pasti suka
‘Nyonya EYD’
‘Oke, Nyonya… sabarlah’
‘tidak .. beraninya Anda
mengatakan hal itu Nona!
‘Tapi tuan, saya hanya
mengatakan kenyataan‘

Penggunaan vokatif kategori ini hanya digunakan untuk bercanda, cenderung untuk saling
mengolok-olok satu sama lain di kalangan penutur muda FB.
G. Nickname atau dengan menggunakan julukan. Pemberian julukan yang penulis temukan
dalam korpus yaitu :
1. Berdasarkan kategori gramatikal pembentuknya terdiri dari kata benda dan kata sifat.
Biasanya diawali dengan posesif untuk orang pertama tunggal. Untuk kata benda
misalnya (mon) prince, (mon) ange, (mon) con, (mon) salop, dan (mon) salaud.
Sedangkan untuk kata sifat (ma) belle, (mon) gros dan (mon) grand.
2. Berdasarkan cirri dan identitas lawan tutur ditemukan karakter fisik yaitu (ma) belle,
(mon) gros.(mon) grand, (mon) petit, (ma) petite, dll.
3. Menurut karakter pribadi atau yang bersfat non-fisik lawan tutur seperti, genius, (mon)
salop, (mon) salaud, (mon) con, (mon) gland, dll
4. Kategori penggunaan kata yang bersifat sosial, seperti belle ‘cantik’, genius ‘jenius’,
prince ‘pangeran’, angel ‘malaikat’ yang bernilai sosial positif dan salop, gland, salaud,
con, dll yang bersifat negatif karena rujukannya kepada ‘pelacur’. Walau demikian
dalam penggunaannya penutur tidak bermaksud untuk merendahkan lawan tutur,
melainkan vokatif tersebut digunakan untuk memperlihatkan keakraban antara penutur
dan lawan tutur, terutama ketika ditambahkan dengan posesif orang pertama tunggal.
5. Berdasarkan kelompok sosial seperti pada vokatif (Ma) petite parisienne ‘orang Parisku
yang kecil’
H. Full account name atau penggunaan akun FB secara lengkap. Dalam FB pemilik sebuah
akun bisa saja tidak menggunakan nama sebenarnya. Mereka biasanya membuat nama akun
yang berbeda dengan nama mereka sebenarnya meski banyak juga yang tetap menggunakan
nama mereka yang sebenarnya. Dalam percakapan FB, jarang terjadi komunikasi diadik.
Biasanya terjadi percakapan yang saling silang oleh lebih dari dua orang, karena begitu
banyaknya partisipan dalam percakapan. Untuk menandai lawan tutur biasanya digunakan
fitur tag (menandai) yang disediakan oleh FB. Penggunaan tag dalam FB dimaksudkan
untuk memberi label kepada akun tertentu. Awalnya proses tagging pada FB hanya
disediakan untuk gambar yang diunggah, namun belakangan ini FB menambahkan fungsi
fitur tersebut untuk menandai akun lain dalam percakapan. Fungsi menandai dari fitur tag
ini kini menjadi fungsi vokatif, yaitu menentukan kepada siapa komentar atau ujaran
ditujukan oleh penutur. Dalam percakapan FB letak vokatif dapat saja di awal ujaran (22)
atau di akhir ujaran (23).
(22) AP

: Celia Paolini pas trop déçut?

(23) LM

: Par contre je suis dégoûtée qu'il le
fasse pas Helene Marcaggi

‘Celia Paolini, tidak terlalu
kecewa?’
‘Sebaliknya saya jijik dia
melakukan hal itu, Helene
Marcaggi’

Berbeda dengan kategori sebelumnya, vokatif yang terakhir ini merupakan vokatif yang khas FB,
vokatif ini baik letaknya pada awal maupun pada akhir ujaran memiliki fungsi yang sama seperti
(a) menarik perhatian orang; (b) mengidentifikasikan seseorang sebagai lawan tutur; (c)
membangun dan memertahankan hubungan sosial (Biber dkk, 1999); bahkan vokatif ini juga
9

sering berfungsi (d) mengajak pengguna FB yang belum berkomentar untuk berpartisipasi dalam
percakapan tersebut.
Simpulan
Vokatif dalam percakapan FB tidak berbeda dengan vokatif dalam percakapan lisan. Dalam
korpus data ditemukan sekitar 9 kateogri vokatif yaitu ungkapan sayang, istilah kekerabatan,
istilah pergaulan, penggunaan nama depan secara lengkap, perubahan nama depan, panggilan
penghormatan, nama julukan, dan nama akun lengkap. Kategori yang terakhir merupakan
kategori khas yang hanya ada dalam percakapan FB. Selain sebagai kategori yang khas, vokatif
ini juga memiliki fungsi yang berbeda dengan vokatif lain yaitu mengajak pengguna akun lain
yang belum berkomentar dalam percakapan untuk ikut berpartisipasi, baik dengan memberi
komentar maupun menunjukkan reaksi seperti suka, tertawa, sedih, dll.
Kategori yang tidak ditemukan dalam korpus data adalah vokatif yang menunjukan
penghormatan (honorific), merujuk pekerjaan dan penggunaan gelar. Hal ini mungkin
disebabkan adanya kesetaraan hubungan antara para pengguna FB dalam korpus data yang
diteliti. Sementara alasan untuk tidak menggunakan istilah yang berhubungan dengan pekerjaan
mungkin disebabkan konteks yang ada dalam percakapan tersebut bukanlah konteks suasana
yang mengharuskan pengguna FB dalam korpus data menggunakan vokatif tersebut. Untuk lebih
memastikan hal tersebut diperlukan penelitian lain dengan korpus yang berbeda.
Daftar Pustaka
Biber, D., Johansson, S., Leech, G., Conrad, S., & Finnegan, E. (1999). Longman Grammar of
spoken and written English. Harlow: Pearson Education.
Braun, F. (1988). Terms of address: problems of patterns ussage in various languages and
cultures. Berlin, New York, Amsterdam: Mouton de Gruyter.
Junus, F. G., & Laksman-Huntley, M. (2016). Typical French Linguistic Process in Facebook.
The Asia-Pacific Research in Social Sciences and Humanities. Depok.
Parpalea, M. (2011). The Functional Approach In German Linguistics. Transilvania , Vol. 4 (53)
No.2., 115-122.
Schaden, G. (2010). Vocatives: A Note on Addressee-Management. 33rd Annual Penn
Linguistic Colloquium (hal. 176-185). Pensnsylvania: Penn Libraries.
Wardaugh, R. (2010). An introduction to sociolinguistic. UK: Wiley-Blackwell.
Watt, H. J. (2010). How does the use of Modern Communication Technology Influence
Language". Contemporary Issues in Science Communication and Disorders, hal. 144148.
Zago, R. (2015). "That's none of your business, Shy" The pragmatics of vocatives in film
dialogue. Dalam M. Dynel, & J. Chovanec, Participatiom in Public and Social Media
Interactions (hal. 183 - 207). Amsterdam: John Benjamins Publishing Company.

10

Zwicky, A. (1974). Hey, What'syourname! Dalam M. La Galy, R. A. Fox, & A. Bruck, Papers
from the Tenth Regional Meeting of the Chicago Linguistic Society (hal. 787-801).
Chicago: Chicago Linguistics Society.

11