MAKALAH HG 3 Komunikasi Kesehatan

KOMUNIKASI

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Kesehatan semester gasal
tahun akademik 2013/2014

Oleh :
1.

Aisy Mutiara Rachmawati (1306375701)

2.

Arini Idza Safarina (1306375600)

3.

Elizabeth Budiani (1306374674)

4.


Rakhma Nur Aziza (1306374636)

5.

Rizqi Nanda Pribawa (1306376244)

KOMUNIKASI KESEHATAN 1
HOME GROUP 3
RUMPUN ILMU KESEHATAN
2013

BAB I
PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari manusia lainnya. Manusia
senantiasa memiliki naluri yang kuat untuk hidup bersama. Oleh karena itu manusia akan
saling berhubungan satu sama lain, mulai dari manusia dengan manusia lainnya, manusia
dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Dengan adanya hubungan antar
sesama, maka akan terjalin komunikasi. Pada dasarnya, manusia memiliki dua hasrat yang

tertanam dalam dirinya yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di
sekelilingnya dan keinginan untuk menjadi satu dengan lingkungan alam sekitarnya. Maka
dari itu, untuk menyesuaikan diri dengan keinginan tersebut, manusia menggunakan akal,
perasaan dan keinginannya untuk menyesuaikan diri. Ada tiga fungsi dasar yang menjadi
penyebab, mengapa manusia perlu berkomunikasi. Pertama, adalah hasrat manusia untuk
mengontrol lingkungannya. Melalui komunikasi manusia dapat mengambil pembelajaran
yang terjadi di lingkungannya. Manusia juga dapat mengambil manfaat dari lingkungan dan
menghindari kerusakan pada lingkungan.
Dengan hal ini, manusia dapat mengembangkan pengetahuan yang ada di alam
sekitarnya menjadi suatu pembelajaran maupun pengetahuan yang baru. Kedua, adalah upaya
manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Manusia perlu beradaptasi untuk
dapat terus hidup begitu juga di dalam masyarakat. Demi terciptanya kehidupan harmonis,
maka beradaptasi di lingkungan sekitarnya sangat diperlukan demi menunjang kestabilitasan
antar sesama. Ketiga, adalah upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi.
Manusia

senantiasa

beradaptasi


untuk

mempertahankan

hidupnya,

maka

anggota

masyarakatnya dituntut untuk melakukan pertukaran nilai, perilaku, dan peranan. Orang tua
pasti akan mengajarka peraturan yang berlaku di dalam masyarakat kepada anak-anaknya.
Sekolah yang memiliki fungsi mendidik siswa nya. Media massa sebagai wadah aspirasi
rakyat serta pemerintah yang harus selalu memikirkan rakyatnya. Ketiga fungsi ini memiliki
pengaruh penting dalam menciptakan keseimbangan dalam masyarakat yang mengatur tata
ktama yang berlaku di dalam masyarakat.

BAB II
ISI


A.

Konsep Dasar dan Prinsip Komunikasi
1. Pengertian
Komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis yang berarti kebersamaan
dan communico yang berarti membagi1. Secara garis besar, komunikasi adalah
penyampaian gagasan, ide, atau pikiran dari seseorang ke orang lain sehingga
pesan tersebut dapat dipahami oleh orang lain2.
2. Jenis komunikasi
Komunikasi menurut bentuknya terbagi dua yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Verbal berarti menggunakan kata-kata atau tulisan sedangkan non-verbal
tidak menggunakan kata-kata dan tulisan tetapi biasanya menggunakan isyarat
gerakan tubuh dan wajah. Selain menurut bentuknya komunikasi juga dibagi
menurut tingkat formalitasnya, ada komunikasi formal dan non-formal.
Komunikasi formal atau resmi menggunakan bahasa yang baku. Komunikasi nonformal berarti tidak resmi. Komunikasi ini menggunakan bahasa yang bebas seperti
komunikasi antar sesama teman2.
3. Fungsi komunikasi
Fungsi komunikasi adalah untuk menyampaikan pesan atau informasi ke orang
lain sehingga orang lain memahami informasi tersebut. Hal ini bertujuan agar
penerima informasi memiliki pemahaman atau persepsi sesuai kehendak pemberi
informasi3.

4. Prinsip Komunikasi
Prinsip komunikasi ada lima yaitu respect, empati, dapat dimengerti, kejelasan,
dan rendah hati. Respect berarti menghargai orang lain. Menghargai orang lain
sangat penting karena tanpa menghargai orang lain tidak akan timbul kepercayaan.
Prinsip empati maksudnya seseorang dapat menempatkan dirinya pada kondisi

orang lain. Sebagai seorang tenaga kesehatan kita harus bisa berempati dengan
pasien kita. Selain berempati, pesan yang disampaikan haruslah jelas dan dapat
dimengerti agar pesan yang diterima merupakan suatu kesatuan yang utuh. Prinsip
selanjutnya adalah rendah hati. Rendah hati membawa seseorang untuk dapat
menghargai pendapat orang lain. Rendah hati penting agar seseorang tidak egois4.
5. Proses Komunikasi
Dalam prosesnya, komunikasi melibatkan empat komponen sesuai dengan teori
Borle atau biasa disebut dengan teori SMRC. Empat komponen tersebut adalah
sumber pesan(source), pesan tersebut (message), saluran atau media(channel), dan
penerima pesan(receiver). Berikut adalah skema proses komunikasi3.
Saluran/ media
Umpan balik

Sumber/

enkoder

Pesan

Sumber/
enkoder

Penerima/
dekoder

Gangguan

Pesan

Umpan balik

Penerima/
dekoder

Saluran/ media


Komunikasi berawal dari sumber yang mengirimkan pesan ke penerima. Proses
ini dinamakan encoding. Penyampaian pesan ini melalui saluran atau media
tertentu. Dalam penyampaian ini ada gangguan baik dari sumber dan penerima
pesan ataupun juga dari media penyampaian pesan. Gangguan juga dapat berasal
dari pesan itu sendiri. Setelah menerima gangguan, penerima menerima pesan
yang disampaikan oleh sumber, proses ini disebut dekoding. Setelah proses
penerimaan pesan, komunikasi yang baik seharusnya terdapat proses umpan balik4.

B.

Faktor-faktor yang Berperan dalam Komunikasi
Faktor yang ada dalam komunikasi sesungguhnya dibedakan menjadi dua, yaitu
faktor-faktor yang berperan dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor yang
berperan itu adalah faktor yang terlibat dan terlihat dalam komunikasi, sedangkan
faktor yang mempengaruhi adalah faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan suatu
komunikasi.
Faktor yang berperan dalam komunikasi merupakan faktor yang harus ada dalam
sebuah komunikasi. Faktor-faktor ini juga sering disebut sebagai unsur-unsur di dalam
komunikasi. Wilbur Scramm (1965), seorang ahli dari Amerika menyebutkan bahwa

komunikasi membutuhkan sedikitnya tiga unsur, yaitu sumber (source), berita atau
pesan (message), dan sasaran (destination)5. Pendapat lain mengatakan bahwa
komunikasi

membutuhkan

empat

unsur,

yaitu

sumber,

media,

pesan,

dan


sasaran.Terdapat pula pendapat lain yang menyebutkan bahwa terdapat minimal enam
unsur yang harus dipenuhi demi lancarnya komunikasi, yaitu sumber, pesan, media,
sasaran, umpan balik, dan akibat. Pendapat-pendapat tersebut pada dasarnya tidak perlu
diperdebatkan karena justru saling melengkapi satu sama lain.
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing faktor yang berperan dalam proses
komunikasi5:
1. Sumber atau pengirim pesan (komunikator)
Sumber atau pengirim pesan ini sering disebut sebagai komunikator, yaitu orang
yang menjadi subjek dalam berlangsungnya proses komunikasi dan merupakan
penyampai dari informasi. Sumber ini dapat berasal dari perorangan, kelompok,
dan institusi atau organisasi tertentu. Komunikator harus dapat merumuskan isi
pesan yang disampaikan dengan baik. Selain itu, komunikator juga diharapkan
dapat memiliki sikap empati dan menempatkan dirinya pada komunikan atau
pasien dalam konteks dunia kesehatan6.
2. Pesan
Pesan merupakan hal yang dikirimkan oleh komunikator kepada komunikan
atau penerima pesan. Pesan ini berupa pertanyaan yang didukung oleh lambang,
yang dapat berupa lisan maupun tulisan. Lambang yang digunakan dalam
komunikasi tersebut misalnya, lambang suara dalam komunikasi lisan yang berupa
intonasi suara dalam penyampaian pesan, lambang gerak berupa ekspresi muka dan


gerak tubuh yang digunakan komunikator sebagai pendukung untuk memudahkan
pemahaman terhadap pesan yang disampaikan, atau pun lambang-lambang lain
seperti kode-kode yang disepakati oleh pihak-pihak yang melakukan komunikasi5,6.
Komunikasi dengan lambang lisan maupun tulisan yang merupakan simbol
bahasa merupakan komunikasi verbal, sedangkan komunikasi melalui ekspresi dan
gerak tubuh merupakan komunikasi nonverbal. Isi simbol dari pesan disebut
informasi5.
3. Media
Media adalah saluran atau alat yang digunakan oleh komunikator untuk
menyampaikan pesannya kepada komunikan. Media ini bisa berupa media cetak,
audio, visual, maupun audio visual. Media tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu
media komunikasi massa, dan media komunikasi pribadi. Media komunikasi massa
adalah media yang dapat diakses oleh umum, seperti TV, radio, surat kabar,
internet, dan majalah. Sementara itu, media komunikasi pribadi adalah media yang
menghubungkan komunikasi yang bersifat interpersonal, seperti telepon, surat,
maupun jenis pembicaraan lainnya5.
4. Sasaran atau penerima (komunikan)
Penerima informasi dari komunikator disebut juga komunikan. Seperti halnya
sumber atau komunikator, komunikan bisa berupa perorangan, kelompok, maupun

institusi atau organisasi. Seorang komunikan harus peka dan tanggap terhadap
penyampaian pesan dari komunikator. Agar pesan dapat tersampaikan dengan baik
dan menimbulkan umpan balik yang diinginkan, maka komunikan harus memiliki
pengertian dan pemahaman yang sama dengan komunikator5,6.
5. Umpan balik (feedback)
Komunikasi merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus. Umpan
balik merupakan dampak atau pengaruh dari informasi yang diberikan komunikator
kepada komunikan. Umpan balik yang berupa respons komunikan ini dibedakan
menjadi umpan balik langsung dan umpan balik tidak langsung. Umpan balik
langsung dikomunikasikan oleh penerima pesan baik secara verbal menggunakan
kalimat secara langdung maupun secara nonverbal melalui ekspresi wajah dan
gerak tubuh. Sedangkan umpan balik tidak langsung dapat berupa perubahan sikap
dari komunikan yang bisa terjadi dalam waktu yang relatif singkat maupun dalam
jangka waktu yang lama. Pada beberapa buku, umpan balik secara tidak langsung

merupakan suatu bentuk akibat. Suatu proses komunikasi dapat dikatakan berhasil
jika komunikan memberikan umpan balik yang tepat kepada komunikator5.
6. Akibat (Impact)
Akibat atau impact ini merupakan hasil akhir komunikasi yang bisa berupa
perubahan pada diri komunikan. Perubahan ini bisa berupa perubahan pada
pengetahuan, sikap, dan perilaku5.
Keenam faktor tersebut harus dipenuhi dalam komunikasi agar komunikasi dapat
berjalan dengan lancar dan tujuan dari komunikasi tersebut dapat tercapai.
Selain faktor-faktor yang memiliki peran dalam komunikasi, terdapat juga faktorfaktor yang mempengaruhi komunikasi. Faktor-faktor tersebut, antara lain :
1. Persepsi
Persepsi merupakan tanggapan jiwa akan suatu rangsangan atau stimulus yang
ada di lingkungannya, baik yang ada pada individu tersebut, maupun yang ada di
luar diri individu yang bersangkutan. Seorang akan menanggapi, menginterpretasi,
dan memahami informasi yang ada secara berbeda. Persepsi biasanya terbentuk
berdasarkan tujuan dan harapan dari individu yang bersangkutan, juga dari latar
belakang dirinya.
Persepsi juga bisa dillihat sebagai sudut pandang yang diambil seseorang dalam
menerima pesan yang disampaikan. Perbedaan persepsi bisa menjadi salah satu
penghambat dalam komunikasi karena perbedaan pemahaman antara individu satu
dengan yang lain5. Oleh karena itu, ada hal-hal yang perlu dilakukan dalam
komunikasi agar tidak ada salah persepsi di antara pihak-pihak yang
berkomunikasi. Hal-hal tersebut antara lain, dengan menyampaikan informasi yang
jelas dan telah terbukti kebenarannya agar pesan tersebut valid, menghargai
pendapat individu lain dalam suatu komunikasi yang bersifat dua arah, dan saling
keterbukaan menyampaikan pemahamannya akan sebuah informasi agar dapat
diluruskan jika masih terdapat pemahaman yang salah.
2. Nilai
Nilai merupakan suatu keyakinan seseorang akan ide atau tingkah laku. Ketika
seseorang dihadapkan dengan suatu ide, ia akan menilai apakah ide tersebut cocok
dengan dirinya atau orang lain. Nilai juga merupakan cerminan dari kebutuhan dan
keinginannya, budaya dan refleksi sosial yang dimilikinya, termasuk interaksi

sosialnya dengan orang lain. Nilai dapat dikatakan sebagai prinsip yang dianut
seseorang. Nilai sangat berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan individu
dengan berbagai pertimbangan7. Seorang yang bekerja di bidang pelayanan
kesehatan perlu mengklarifikasi nilai-nilai yang mereka anut agar dapat membuat
keputusan dan berinteraksi secara tepat dengan klien, yaitu pasien4.
3. Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif yang dimiliki seseorang terhadap suatu
kejadian yang dihadapkan padanya, dan memengaruhi bagaimana individu tersebut
menggunakan kapasitas yang dimilikinya untuk bertindak. Emosi yang berlebihan
akan menyebabkan terjadinya keliru paham dalam komunikasi. Dalam dunia
kesehatan pada khususnya, seorang yang memberikan pelayanan kesehatan seperti
dokter, perawat, harus mampu mengendalikan emosinya, agar tidak bercampur dan
mengganggu keoptimalan kinerja yang dilakukannya. Meski demikian, sikap
empati

sangat

diperlukan

ketika

berkomunikasi

dengan

pasien 7. Selain

mengendalikan emosi yang dimilikinya, dokter maupun perawat hendaknya juga
mengkaji emosi pasien dan keluarganya sehingga dapat memberikan perlakuan
secara tepat4.
4. Latar belakang sosial-budaya
Latar belakang sosial-budaya akan mempengaruhi pandangan umum dan
persepsi seseorang terhadap dunia tempat ia tinggal. Bahasa dan gerak-gerik
seseorang menunjukkan latar belakang sosial budayanya. Sebagai penyedia
pelayanan kesehatan, baik dokter, perawat, mantra dan lainnya harus mampu
menerima perbedaan latar belakang sosial dan budaya pasien yang dihadapinya7.
5. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh dalam proses komunikasi. Perbedaan
tingkat pengetahuan seseorang bisa menghambat terjadinya proses komunikasi.
Sesorang yang memiliki tingkat pengetahuan rendah akan sulit menerima bahasa
verbal dibanding mereka dengan tingkat pengetahuan yang tinggi. Pengetahuan itu
sendiri sebenarnya merupakan hasil dari perkembangan dan pendidikan. Untuk
menjembatani perbedaan tingkat pengetahun antara penyedia dan penerima
layanan kesehatan, maka hendaklah menggunakan kalimat atau kata-kata yang
lazim dan bisa diterima oleh kalangan masyarakat mana pun4,7.
6. Peran dan pola hubungan seseorang

Peran dan pola hubungan seseorang yang tepat akan memperlancar komunikasi,
sebaliknya peran dan pola hubungan sangat berbeda akan menghambat
komunikasi. Dalam komunikasi, sudah seharusnya kita memilah dan memilih cara
berkomunikasi yang tepat, sesuai dengan pola hubungan kita terhadap orang yang
kita ajak komunikasi. Suatu komunikasi akan berjalan dengan baik, ketika
individu-individu yang terlibat menyadari peran dan pola hubungannya masingmasing7.
7. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan ini bisa berupa lingkungan fisik dan lingkungan non-fisik
atau mental-psikologi. Seseorang dapat menyampaikan dan menerima informasi
dengan efektif ketika berada pada suatu kondisi yang nyaman dan kondusif,
meliputi tempat dan suasananya. Lingkungan yang bising misalnya, tentu akan
membuat komunikasi terhambat dan mungkin akan membingungkan kedua pelaku
komunikasi karena informasi kurang bisa ditangkap dengan baik4,7.
8. Jenis kelamin
Jenis kelamin seseorang berpengaruh dalam gaya komunikasinya. Setiap jenis
kelamin memiliki gaya komunikasi sendiri yang berbeda. Seorang wanita sejak
umur 3 tahun menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan, meminimalkan
perbedaan, serta membangun dan mendukung keintiman, sedangkan laki-laki
menggunakan bahasa untuk kemandirian diri dalam bermain4.
9. Perkembangan
Perkembangan bisa berupa perkembangan mental, perkembangan usia, dan
kedewasaan dalam pola pikir seseorang. Sebagai penyedia layanan kesehatan,
dokter maupun perawat harus mampu memahami tingkat perkembangan seseorang,
dengan

menyesuaikannya

ketika

berhadapan

langsung

dan

diharuskan

berkomunikasi dengan pasien4.
10. Jarak
Jarak mempengaruhi komunikasi dengan menyediakan rasa aman dan kontrol.
Misalnya ketika seorang yang tidak dikenal berada oada jarak yang sangat dekat
dengan dirinya4. Selain itu jarak juga menentukan dengan apa media komunikasi
yang digunakan. Jika jarak antara komunikator dan komunikan dekat, maka
komunikasi tersebut dapat dilakukan dengan tatap muka secara langsung. Namun,
jika komunikasi tersebut dibatasi oleh jarak yang jauh seperti antar pulau,

komunikasi yang dilakukan tentu dengan menggunakan media, misalnya telepon,
pesan singkat, atau surat.

C.

Sikap dan Perilaku dalam Komunikasi Kesehatan
Dalam berkomunikasi, ada tiga kecenderungan sikap yang ditunjukkan oleh pihakpihak yang melakukan komunikasi, yaitu agresif, pasif, dan asertif.
1.

Agresif
Sikap agresif dalam komunikasi ditunjukkan dengan adanya dominansi oleh
satu pihak dalam berkomunikasi dengan pihak lainnya 8. Pihak tersebut berusaha
memaksakan kehendaknya kepada pihak yang lain. Dalam menyampaikan
pendapatnya, pihak yang agresif akan bersifat keras dan bermusuhan. Ia yakin
kalau pendapatnya yang paling benar dan harus diterima oleh pihak yang lain 9. Ia
akan cenderung mengendalikan pembicaraan dan mengintimidasi lawan bicaranya
agar menyetujui ide miliknya. Bahkan sikapnya itu dapat berujung dengan tindakan
atau perkataan yang merendahkan lawan bicaranya. Ia juga akan sering
menginterupsi lawan bicaranya apabila lawan bicaranya menyampaikan ide yang
bertentangan dengannya. Ia akan bertindak seperti big boss yang paling benar dan
cenderung menyalahkan orang lain atau mencari kambing hitam. Sikap agresif ini
juga dapat terlihat dari sikap tubuh komunikator saat berkomunikasi. Dalam
berkomunikasi, tubuhnya akan condong ke depan ke arah lawan bicara. Kepala
mendongak dengan muka tegas. Saat menyampaikan pendapat, nada suaranya
tegas dan matanya akan cenderung melotot. Dalam berkomunikasi, pergerakannya
lambat dan keras, serta anggota gerak terkontrol dalam artian tidak dalam posisi
bebas atau rileks.
Sikap komunikator yang agresif akan menimbulkan kerugian baik bagi pihak
yang menyampaikan pendapat maupun bagi lawan bicaranya. Komunikasi yang
agresif akan mengakibatkan adanya dominasi yang berlebih terhadap pihak yang
lain. Akibatnya, komunikasi yang terjadi tidak akan seimbang. Satu pihak terlalu
mendominasi dan pihak yang lain tidak memperoleh kesempatan yang cukup untuk
memberikan tanggapan. Akibatnya, sulit atau bahkan tidak ada feedback yang

diperoleh dari lawan bicara. Selain itu, komunikator yang agresif juga berpotensi
menyinggung lawan bicaranya dalam berkomunikasi8.
2.

Pasif
Sikap pasif atau sering disebut submisif adalah lawan dari sikap agresif, yaitu
sikap yang cenderung mengalah dan tidak dapat mempertahankan kepentingannya
sendiri dalam berkomunikasi. Ia akan cenderung menghindari konflik dan
mengorbankan

kepentingannya

sendiri

demi

terhindarnya

konflik

dalam

komunikasi. Ia akan cenderung mengiyakan pendapat orang lain dan ragu-ragu
bahkan jarang untuk menyampaikan keinginan dan kebutuhannya sendiri. Orang
yang bersikap pasif akan cenderung meminta maaf berlebihan. Apabila ia kesal
terhadap seseorang, ia akan cenderung memendam amarahnya itu. Orang yang
bersikap pasif akan sulit untuk mengambil keputusan. Dari sikap tubuhnya pun
seorang komunikator yang pasif dapat dikenali. Posisi tubuhnya akan cenderung
bungkuk dan menjauhi lawan bicara. Ia tidak berani membuat kontak mata dengan
lawan bicaranya. Ia juga terlihat salah tingkah, bahasa tubuhnya gugup, dan tangan
berkeringat. Orang yang pasif akan senantiasa tersenyum walaupun sedang marah
atau kesal. Nada suaranya pelan dan ragu-ragu. Dalam jangka pendek, sikap pasif
dapat membuat komunikator merasa lega, terhindar dari rasa bersalah dan tidak
terjadi konflik, juga muncul rasa kasihan pada diri sendiri. Namun, apabila terusterusan dilakukan dalam jangka panjang, rasa percaya diri dan hormat pada diri
sendiri dari sang komunikator dapat hilang.
3.

Asertif
Asertif merupakan sikap yang paling baik dalam melakukan komunikasi.
Sikap asertif merupakan sikap yang mampu untuk menyatakan pendapatnya sendiri
dengan tetap menghargai hak orang lain. Tidak seperti agresif yang hanya mau
menyampaikan pendapatnya tanpa mau menghargai orang lain atau pasif yang
hanya menghargai orang lain tanpa menyampaikan pendapatnya sendiri, sikap
asertif mengakomodir terjadinya komunikasi yang baik karena baik pemberi pesan
maupun lawan bicara memiliki kesempatan mengungkapkan pendapat dan dihargai
haknya10.

Unsur-unsur yang ada dalam komunikasi asertif yaitu berbicara secara terbuka
dan jelas, langsung berbicara kepada orangnya, jujur, tepat dalam bersikap, dan
menanyakan umpan balik. Orang yang bersikap asertif bersikap terbuka dan jujur
akan pendapatnya sendiri dan orang lain. Ia dapat menyampaikan pendapat
pribadinya tanpa mengorbankan perasaan orang lain, ia pun dapat mendengarkan
dan memahami pendapat orang lain. Ia mampu menghargai diri sendiri dan orang
lain tanpa menimbulkan konflik, ia juga bisa mencari solusi bersama apabila terjadi
masalah. Orang yang bersikap asertif tidak takut untuk berkata “tidak”. Ia mampu
mengekspresikan kemarahan atau ketidak setujuannya secara proporsional. Ia juga
tidak mudah untuk tersinggung dan terbuka untuk kritik.
Bersikap asertif dalam komunikasi tentunya memiliki banyak manfaat. Orang
yang dapt berkomunikasi secara asertif tentunya dapat meningkatkan rasa percaya
diri dalam mengekspresikan diri. Ia juga dapat mengembangkan dirinya sendiri,
mampu membuat keputusan, serta memperoleh apa yang ia cari dalam hidup.
Orang yang bersikap asertif dapat bernegosiasi dengan lebih produktif dan
menghasilkan solusi dari masalah yang ada sehingga ia dapat mengurangi
kesalahpahaman dan mengubah situasi kerja yang negatif menjadi positif. Ada
hambatan-hambatan tersendiri yang terkadang menyulitkan seseorang untuk
bersikap asertif dalam berkomunikasi. Ada kalanya orang berpikir negatif sehingga
takut untuk menyampaikan tanggapan asertif dalam suatu situasi yang menentukan
karena takut memicu konflik. Pikiran-pikiran negatif ini tentu akan membatasi
ruangnya dan menghambat penyampaian pendapat. Ada kalanya pendidikan
maupun kebiasaan masa kecil berpengaruh terhadap sikap asertif ini11.
Selain ketiga sikap di atas terdapatt sikap lain dalam komunikasi yang dikenal juga
dengan komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal sama pentingnya dengan
komunikasi verbal dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu komunikasi dapat
berlangsung. Komunikasi non verbal meliputi :
1.

Metakomunikasi
Metakomunikasi adalah suatu pesan yang mengandung pesan lain di
dalamnya. Contohnya adalah tersenyum saat marah, atau mencemooh setelah
memuji. Pesan-pesan yang tersirat itu apabila diartikan akan menghasilkan pesan
baru yang merupakan pesan sebenarnya dari sang komunikator.

2.

Penampilan Personal
Dalam komunikasi interpersonal, penampilan juga merupakan satu aspek
penting yang harus diperhatikan oleh komunikator dalam berkomunikasi.
Penampilan personal meliputi bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias. Kita harus
dapat menyesuaikan penampilan diri kita dengan situasi-situasi tempat kita harus
berinteraksi.

3.

Paralanguage
Paralanguage

merupakan

intonasi

atau

nada

suara

seseorang

saat

menyampaikan sesuatu. Paralanguage ini sangat berpengaruh terhadap pesan yang
disampaikan oleh komunikator kepada lawan bicaranya. Suatu pesan yang sama
dapat diinterpretasikan secara berbeda apabila disampaikan dengan nada dan
intonasi yang berbeda pula.
4.

Gerakan Mata
Kontak mata dalam suatu komunikasi sangatlah penting. Kontak mata dapat
diartikan sebagai tanda memperhatikan dan menghargai pihak yang sedang
menyampaikan pendapat8.
Dari uraian di atas, dapat ditemukan bahwa ada beberapa sikap ideal yang

seharusnya diterapkan dalam komunikasi agar komunikasi berjalan dengan baik. Dalam
komunikasi, seseorang tidak hanya bertindak sebagai pembicara, melainkan juga
pendengar sehingga harus memperhatikan sikap, baik sebagai pembicara maupun
pendengar. Sikap yang baik yaitu :
1.

Mendengarkan dengan penuh perhatian
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, seseorang harus menghargai apa
yang ia sampaikan dengan cara mendengarkan dengan penuh perhatian.
Mendengarkan dengan penuh perhatian dapat ditunjukkan dengan melakukan
kontak mata yang menunjukkan keinginan untuk mendengarkan, menampilkan
sikap tubuh yang menunjukkan perhatian (seperti tidak menyilangkan kaki atau
tangan),

tubuh

condong

ke

arah

lawan

bicara

tanda

mendengarkan,

menganggukkan kepala sebagai umpan balik kepada pembicara, serta menghindari
gerakan yang tidak perlu.

Teknik mendengar dapat dibagi menjadi 2, yakni mendengar pasif dan
mendengar aktif. Dala mendengar pasif, feedback yang diberikan tidak secara
verbal, namun melalui bahasa tubuh dan sikap tubuh kita. Dalam mendengar aktif,
perlu memberikan tanggapan atau feedback secara aktif mengenai apa yang
didengar. Dengan mendengar aktif seseorang dapat memastikan bahwa
pemahamannya terhadap sang pembicara sudah benar12.
2.

Menunjukkan penerimaan
Penerimaan yang dimaksud disini tidak sama dengan menyetujui, akan tetapi
menerima berarti bersedia mendengarkan orang lain tanpa memutus pembicaraan
dan tanpa menunjukkan ketidak setujuan secara non verbal. Pendengar yang
menunjukkan penerimaan akan memberi umpan balik yang menunjukkan kalau ia
telah mengerti. Selain itu ia juga harus memastikan kalau isyarat non-verbal yang
ia tunjukkan sesuai dengan komunikasi verbal. Pendengar harus menghindari
terjadinya perdebatan, memunculkan ekspresi keraguan, ataupun berusaha untuk
mengubah pikiran pembicara.

3.

Klarifikasi apabila terjadi kesalahpahaman
Dalam berkomunikasi, sebisa mungkin pembicara berusaha agar pesan yang ia
berikan dapat diterima dengan baik oleh pendengar. Pendengar juga berusaha
sebisa mungkin untuk dapat menangkap maksud sebenarnya dari sang pembicara
dengan mengulang kembari poin-poin yang diucapkan oleh sang pembicara dan
memberi umpan balik.

4.

Memberi penghargaan
Penghargaan ini tentunya dapat ditunjukkan dengan sikap mendengarkan
dengan penuh perhatian seperti yang telah disinggung pada poin 1. Apabila
bertindak sebagai pembicara, menghargai pendengar dapat dilakukan dengan
memberi salam dan menyebutkan nama sebelum menyampaikan informasi.

5.

Menganjurkan Pendengar untuk Menyampaikan Persepsinya
Apabila seseorang sedang bertindak sebagai pembicara, orang tersebut harus
memberi kesempatan kepada lawan bicara untuk mengungkapkan persepsinya
mengenai hal yang dibicarakan atau disampaikan13.

D.

Hambatan-hambatan Komunikasi
Ada 4 faktor hambatan yang biasa seringkali terjadi diantara pengirim dan
penerima pesan yaitu:
1.

Hambatan sosio-antro-psikologis
Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Situasi ini sangat
berhubungan dengan faktor sosiologis-antropologis-psikologis.
1.

Hambatan Sosiologis
Seorang sosiolog Jerman Ferdinand Tonnies mengklasifikasi kehidupan
manusia dalam masyarakat menjadi dua yaitu Gemeinschaft dan Gesselschaft.
Gemeinschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, statis, dan tak
rasional seperti kehidupan rumah tangga. Gesselschaft adalah pergaulan hidup
yang bersifat tak pribadi, dinamis, dan rasional, seperti organisasi. Seseorang
yang bagaimanapun tingginya kedudukan yang ia jabat, ia akan menjadi
bawahan orang lain. Masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan dan
lapisan, yang menimbulkan perbedaan dalam status sosial, agama, ideology,
tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya, yang kesemuanya dapat
menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi.

2.

Hambatan antropologis
Dalam melancarkan komunikasinya, kominikator tidak akan berhasil
apabila ia tidak mengenal siapa komunikan yang dijadikan sasarannya. Yang
dimaksudkan disini bukan siapa nama orang tersebut melainkan mengenal
budaya sasaran kita. Dengan mengenal dirinya kita akan mengenal pula gaya
hidup dan norma kehidupannya.

3.

Hambatan psikologis
Faktor psikologis sering kali menjadi hambatan dalam komunikasi, pada
umumnya komunkator tidak mengkaji diri komunikan, dan menyebabkan si
komunikan merasa sedih, bingung, bahkan kecewa jika si komunikan menaruh
prasangka kepada komunikator. Prasangka merupakan salah satu hambatan
berat bagi kegiatan komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apaapa sudah menentang komunikator karena biasanya terbawa oleh emosi.
Emosi sering kali membutakan pikiran dan perasaan terhadap suatu fakta yang
bagaimanapun

jelas dan tegasnya, maka dari itu berhati-hatilah dalam

berkomunikasi agar tidak menimbulkan prasangka terhadap seseorang.

2. Hambatan semantis
Hambatan ini terdapat pada komunikator. Faktor semantis menyangkut bahasa
yang digunakan komunikator sebagai media untuk menyalurkan pikiran dan
perasaannya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasinya seorang
komunikator harus benar-benar konsentrasi agar tidak terjadi salah ucap, jika salah
ucap akan terjadi misunderstanding dan misscommunication. Biasanya terjadi
karena perbedaan daerah asal dan bahasa yang biasa digunakan antara komikan dan
komunikator. Jadi, untuk menghilangkan hambatan semantis dalam komunikasi,
seorang komunikator harus mengucapkan pernyataan dan perkataannya dengan
jelas dan tegas, memilihkan kata-kata yang tidak menimbulkan persepsi yang
salah, dan disusun dengan kalimat-kalimat yang logis.
3. Hambatan mekanis
Hambatan mekanis biasanya dijumpai pada media yang dipergunakan dalam
proses komunikasi. Contoh-contoh hambatan mekanis yaitu: suara telepon yang
kerotokan, gambar yang meliuk-liuk pada televisi, dan suara yang hilang-muncul
dari pesawat radio. Hambatan dari beberapa media tidak mungkin diatasi oleh
komunikator. Untuk menghindari hal ini biasanya untuk selalu memastikan apakah
pesan bisa disampaikan melalui media mekanis atau tidak dan apakah pesan bisa
diterima secara rohani atau tidak.
4. Hambatan ekologis
Hambatan ekologis disebabkan oleh factor gangguan lingkungan terhadap
proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan. Contoh
hambatan ekologis adalah suara pesawat terbang lewat dan suara petir. Situasi
komunikasi ini sangatlah tidak nyaman . untuk mengatasi dan menghindari agar hal
ini tidak terjadi yaitu kita harus mengusahakan tempat komunikasi yang bebas dari
kebisingan.
Dari empat faktor hambatan tersebut, dapat diidentifikasikan hambatan-hambatan
yang mungkin muncul dalam proses komunikasi, yaitu:
1. Pengetahuan masyarakat yang rendah tentang bahasa/istilah kesehatan karena
informasi kesehatan biasanya disampaikan dalam bentuk tertulis.

2. Akses internet yang terbatas: akses internet yang belum terjangkau di beberapa
penjuru dunia sangat berakibat fatal, karena mereka sangat sulit mendapatkan
informasi tentang kesehatan.
3. Ketidakmampuan para pekerja kesehatan untuk berkomunikasi dengan pasien:
dikarenakan berbagai hambatan komunikasi seperti hambatan bahasa, perbedaan
latar belakang budaya, petugas kesehatan sering kali kesulitan dalam memberikan
informasi kesehatan yang penting kepada pasien mereka.
Terdapat faktor lain yang menghambat komunikasi, yaitu:
1. Tidak mengenal audiens
Mereka tidak mengetahui sasaran dari komunikasi itu, sehingga komunikasi
yang dilakukan tidak efektif. Maka sebagai seorang komunikator hendaknya
mengenali komunikannya.
2. Tidak tahu bagaimana penerima menyerap komunikasi
Penerima menyerap infomasi tersebut sesuai dengan kemampuannya maka,
untuk mengefektifkan komunikasi tersebu penyampai pesan harus lebih mengenal
penerima komunikasi tersebut.
3. Tidak tahu pola komunikasi budaya
Seseorang harus mengetahui pola penyampaian kepada setiap orang karena
mereka mempunyai budaya masing – masing.
4. Jarang melakukan evaluasi respons komunikasi
5. Tidak tahu kebiasaan komunikasi lisan
6. Tidak terbiasa mendengarkan
7. Tidak bisa membuka diri dalam percakapan
8. Tidak tahu strategi menggunakan media
9. Tidak bisa berkomunikasi secara tertulis
10. Pengetahuan masyarakat - masyarakat yang rendah tentang bahasa kesehatan yang
digunakan. Karena itu, setiap literatur kesehatan harus disesuaikan dengan tingkat
pemahaman mereka
11. Akses informasi yang terbatas (internet) karena masih banyak daerah yang belum
secara merata memiliki akses internet walaupun banyak informasi.
12. Kurangnya aktivitas penelitian untuk mengembangkan komunikasi tersebut
13. Banyaknya informasi yang berkualitas rendah karena akan sangat berisiko apabila
mereka mendapatkan informasi yang tidak akurat kualitas kesehatan menurun.

14. Ketidakmampuan para pekerja kesehatan untuk berkomunikasi kepada pasien
dikarenakan berbagai hambatan komunikasi seperti hambatan bahasa, perbedaan
sosial budaya4,14-18.

BAB III
KESIMPULAN

Komunikasi merupakan penyampaian informasi dalam sebuah interaksi tatap muka yang
berisi ide, perasaan, perhatian, makna, serta pikiran, yang diberikan pada penerima pesan
dengan harapan si penerima pesan memahami pesan yang disampaikan. Dalam komunikasi
ada beberapa faktor yang berperan, antara lain, pemberi pesan, penerima pesan, pesan yang
disampaikan, media atau saluran, umpan balik, dan akibat yang ditimbulkan. Faktor-faktor
tersebut terlibat dalam sebuah proses komunikasi melalui proses encoding dan decoding.
Selain itu ada faktor yang mempengaruhi pemahaman seseorang akan yaitu persepsi, nilai,
emosi, latar belakang sosial budaya, pengetahuan, peran dan pola hubungan seseorang,
kondisi lingkungan, jenis kelamin, perkembangan, dan jarak.
Dalam komunikasi, setiap individu memiliki sikap dan perilaku yang berbeda. Sikap
yang bisa muncul dalam komunikasi dapat dibedakan menjadi sikap agresif yang cenderung
mendominasi komunikasi, sikap pasif yang cenderung diam dalam sebuah komunikasi, dan
sikap asertif yaitu menyampaikan pendapat dengan tetap menghargai pendapat orang lain.
Ada banyak hambatan yang dapat muncul dalam sebuah komunikasi. Hambatan tersebut
dapat bersumber dari pihak yang melakukan komunikasi maupun dari lingkungan sekitarnya.
Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik, hambatan-hambatan tersebut harus diatasi agar
komunikasi dapat berjalan dengan baik dan pesan yang disampaikan dapat dipahami.
Komunikasi yang efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap
(attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi. Jadi suatu
komunikasi dapat dikatakan baik apabila adanya umpan balik atau feedback dari penerima
pesan atau lawan bicara serta dengan mentaati prinsip-prinsip dan konsep dalam komunikasi.

REFERENSI

1. Universitas Gunadarma. Konsep Dasar Komunikasi.[online][cited 11 September 2013]

Available from: http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/studyprogram-of-midwife-practices-d3/komunikasi-konseling-dalam-praktek-kebidanan/
konsep-dasar-komunikasi.
2. Wiyana M. Konsep Dasar Komunikasi. [online]. [cited 11 September 2013]. Available

from: http://www.scribd.com/doc/60444777/Konsep-Dasar-Komunikasi.
3. Sasongko A, Setiarini A, Hadi E, Pratomo H, Putra W.Buku Ajar Komunikasi Efektif. Ed.
2. Jakarta: Universitas Indonesia; 2012.
4. Fanani A, Putri T. Komunikasi Kesehatan : Komunikasi efektif untuk perubahan perilaku
kesehatan. Yogyakarta: Merkid Press; 2013.
5. Maulana H D. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
6. Supartini Y. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2004.
7. Arwani. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2003.
8. Nasir A,Muhith A, Sajidin M, Mubarak WI. Komukasi dalam Keperawatan Teori dan
Aplikasi. Salemba Medika.
9. Ubaedy, AN. Berkarier di Era Global. Jakarta : PT Elex Media Komputindo; 2008.
10. Makalah: LATIHAN ASERTIF, Sunardi, PLB FIP UPI, 2010. Available

from :http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196002011987031SUNARDI/karya_tls-materi_ajar_pdf/LATIHAN_ASERTIF.pdfdiunduh pada tanggal 11
september 2013.
11. M Akira. Toward Theorizing Japanese Interpesonal Communication Competence from a
Non-Western Perspective. Seinan Gakuin University; 2002.
12. Suryani, S.Kp, MHSc. Komunikasi Terapeutik : Teori dan Praktik. Jakarta :EGC

13. Kanus, W.A.Et.al.An Evaluation of Outcome from Intensive Care in Major Medical
Centers. Ann intern med; 1986.
14. Alo L. 2008. Dasar – dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2008.
15. Annonymous. Pengertian Komunikasi Teori Fungsi. September 2012 [cited 18

September 2013] Available from: http://www.sarjanaku.com/2012/09/pengertiankomunikasi-teorifungsi.html.
16. Effendy OU .. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya ;1986.
17. Riadi M. Pengertian dan Fungsi Komunikasi dalam Organisasi . September 2013 [cited

18 September 2013]. Available from:
http://www.kajianpustaka.com/2013/09/pengertian-dan-fungsi-komunikasidalam.html#.UjoDysZHKSo .
18. Soekanto S. Sosiologi Sebagai Pengantar . Cetakan ke-44. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada Jakarta; 2012 .