SEBUAH IDE TENTANG BIROKRASI MASA DEPAN

ISSN : 2086-73M

POLTTTKA
JURNAT ILMU POLITIK

Volume 2 Nomor

KENDALA SISTEMIK PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA
PujiAstuti

Priyatno Harsasto

ffrii:Snnartini
'
ri

*

'

MASUKAN UNTUK PILKADA LANGSUNG BERKUALITAS


Fitriyah

PEMIKIRAN PERUBAHAN KEBIJAKAN BAGI DESA

Kushandajani

Nunik Retno Herawati

PENGURANGAN KEKERASAN
TriCahyo Utomo
STU DI EVALUASI H U BU N GAN S'SIER PROVI N C E (PROVI NSI
KEM BAR)
JAWATENGAH DENGAN NEGARA BAGTAN oueettsuno nusrnnltA
PERIODE TAH UN 2OOO-2007
ReniWindiani

KA.IIAN BUDAYA POLITIK DAN DEMOKRASI LOKAL
PASCAREFORMASI DI KECAMATAN BANYU MAN I K KOTA
Yuwanto, Arif Sofianto


S

EMARANG

STUDI TENTANG KEPEDULIAN PARPOL TERHADAP POLITIK YANG
PROLINGKUNGAN DI KOTA SEMARANG
Supratiwi

POtlTlK& Vol.2, No.

t,

Aprit

20II

j

t, April20ll


:-1=tFts:

rouTtKl

JI]RNAL ILMU POLITIK

POLITIKA, Jurnal llmu Politik (JlP), merupakan media komunikasi dan informasi bagi
pengembangan ilmu politik, baik politik lokal, nasional, regional, maupun internasional. POLITIKA
diterbitkan untuk menjadi wahana pendorong perkembangan ilmu politik melalui dokumentasi hasilhasil penelitian serta kajian kritis terhadap berbagai konsep baru, fenomena, dan peristiwa dalam
kehidupan politik. POLITIKA secara berkala terbit dua kali setahun, yaitu pada bulan April September dan Oktober - Februari. Redaksi menerima sumbangan artikel hasil penelitian, artikel
konseptual, dan artikel analisis (bukan penelitian) dari lingkungan perguruan tinggi dan kalangan
umum. Artikel dapat ditulis dalam Bahasa lndonesia atau Bahasa lnggris. Pedoman penulisan artikel
dapat dilihat pada halaman belakang.

Penanggung Jawab
Ketua Program Studi Magister llmu Politik Universitas Diponegoro

Ketua Dewan Redaksi
Dr. Kushandajani


Sekretaris Redaksi
Dr. ReniWindiani

Anggota Dewan Redaksi
Yuwanto, PhD
Drs. TriCahyo Utomo, MA
Dr. Kushandajani
Dr. ReniWindiani
Lusia Astrika, S.lP, M.Si

Bendahara
Dra. Rina Martini, M.Si

Administrasi
Toha, S. Kom
Hayat Ening R., AMd

Diterbitkan Oleh : Program Studi Magister llmu Politik
Program Pascasarjana U niversitas Diponegoro

Jl. lmam Bardjo, SH No. 3-5 Semarang50241. Telp. (024)8445464
Email: POLITIKA_M lP@yahoo.com
Web : http://www.fisip.undip.ac.id

2

POLITIKA,

Vol.2, No.7, April 2071

-l
I

rouilf;l
JTJRNAL

i

ISSN :2086-7344
i


ILMU POLITIK

DAFTAR ISI
Pengantar Redaksi
Daftar lsi
KENDALA SISTEMIK PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA
PujiAstuti.
18

Priyatno Harsasto.....
IDE TENTANG BIROKRASI MASA DEPAN

32

MENINJAU ULANG SISTEM PILKADA LANGSUNG:
MASUKAN UNTUK PILKADA LANGSUNG BERKUALITAS
40

Fitriyah.......


REKONSTRUKSI HUKUM PEMERINTAHAN DESA:
PEMIKIRAN PERUBAHAN KEBIJAKAN BAGI DESA
48

Kushandajani................

PEMEKARAN DAERAH DI INDONESIA
Nunik Retno Herawati

57

PENGURANGAN KEKERASAN
TriCahyo Utomo.

66

HUBUNGAN LUAR NEGERI INDONESIA ERA OTONOMI DAERAH:
sTU Dr EVALUAST HUBU NGAN S'STER PROVTNCE (PROVINST KEMBAR)


JAWATENGAH DENGAN NEGARA BAGIAN QUEENSLAND AUSTRALIA
PERIODE TAHUN 2OOO-2007
ReniWindiani.

75

KONTRIBUSI BU DAYA POLITI K LOKAL DALAM D EM OKRATISAS I :
KAJIAN BUDAYA POLITIK DAN DEMOKRASI LOKAL
PASCAREFORMASI DI KECAMATAN BANYU MAN IK KOTA SEMARANG
Yuwanto, Arif
................

99

Sofianto

PARTAI POLITIK DAN POLITIK HIJAU:
STUDI TENTANG KEPEDULIAN PARPOL TERHADAP POLITIKYANG
PROLINGKUNGAN DI KOTA SEMARANG
Supratiwi....


Biodata Penulis

4

109

118

POLITIKA,

Vol.2, No.7, April 2077

SEBUAH IDE TENTANG BIROKRASI MASA DEPAN

Rina Martini

Abstract

Bureaucracy rb sfi// the organization that is needed by all levels of society. Therefore, its

existence shoutd be retained. But ft just is not enough to maintain, must be aceompanied hy a good
bureaucracy
trade marh, Cunentty bureaucratic organizations still clung to as the politicization of the
but not
lot
done,
a
been
has
reform
or
improve
to
Efforts
power
officiats.
of
perpetuaie
the
in order to

to the
seruants
be
yet achieved'the expecfed resu/fs. Future form of bureaucracy that is able to
friendly,
a
with
community
community, highly atnticipated. That is the bureaucracy that serves the
challenges of
open to criticlsm, and not picky, responsibte for the task, and resilient to face the

intemaland erternal.
Key word

A.

:

bureaucracy of the present,idea,burearucracy present'

PENDAHULUAN

Tulisan, kajian, pendapat, tentang birokrasi masa depan bagi negara
lndonesia sudah banyak muncul. Tulisan-tulisan itu tentu berdasar pada anganangan, keinginan, harapan akan sebuah birokrasi yang mampu mengakomodir
se;ua lapisan masyarakat. Harapan dan keinginan yang sebenarnya lumrah saja

dan tidak terlalu muluk-muluk. Hanya saja ketika harapan dan keinginan itu ditujukan
kepada sebuah organisasi birokrasi yang sudah terlanjur amburadul.dan semramut,
maka harapan din keinginan itu laksana sebuah kata pepatah yaitu seperti
pungguk merindukan bulan. Dimana kita berada di bumi sementara gambaran
ieOuin birokrasi masa depan berada di langit tinggi. Kesenjangan yang sangat sulit
untuk dijangkau sehingga membutuhkan motivasi untuk berubah yang tidak hanya
kuat tetapi kuat sekali.
Seperti kita ketahui bahwa tipe birokrasi di lndonesia seperti digambarkan
oleh Max Weber adalah sebagai tipe birokrasi patrimonial. Yaitu birokrasi yang
menitikberatkan pada hubungan bapakanak atau patron-client. Dimana dalam
hubungan ini yang lebih diuntungkan adalah posisi bapak. Seorang bapak harus
dilayarii, Oipenuhi kebutuhannya, dan harus selalu disenangkan hatinya. Akibat dari
tipa birokrasi yang seperti ini, kinerja birokrasi jelas terganggu karena anak yang
seharusnya metayani masyarakat, justru lebih disibukkan dengan pelayanan kepada
bapak nya. Sebenarnya usaha untuk merubah tipe birokrasi patrimonial ke arah
birokrasi- yang rasional sudah mulai diupayakan sejak tahun 1998 (masa/orde
reformasi). Tetapi ternyata untuk melakukan suatu perubahan dalam kehidupan
birokrasi di lndonesia bukanlah hal yang gampang atau ternyata sangatlah sulit
terwujud (Agus Dwiyanto:hlm 8-9). Hal ini terbukti dengan upaya setelah tiga belas
tahun (1998-201 1) belum membuahkan hasil.
Padahal pemerintah dibentuk untuk menciptakan suatu tatanan guna
menjamin keteraturan dan ketertiban. Jaminan keteraturan dan ketertiban
merupakan prasyarat bagi keberlangsungan proses hidup dan kehidupan dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pernyataan tersebut bermakna bahwa
substansi pemerintahan adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat'
Pemerintah tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri atau dilayani, tetapi
untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi kondusif yang memungkinkan
setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya guna
mencapai kemajuan berbama. Konsepsi ini mengharuskan keberpihakan pemerintah
kepada masyarakat, yang dalam terminologi Osborne & Gaebler (2001), disebutkan
bahwa : "pemerintah perlu semakin didekatkan dengan masyarakat sehingga dapat

32

FotInfA

VaL 2,

b.

L Apdl 2077

memberikan respon secara cepat terhadap kebutuhan masyarakat yang dinamis.
Asumsi yang mendasari konsepsi ini adalah bahwa pemerintahan yang berada
dalam jangkauan masyarakat, maka pelayanan yang diberikan menjadi lebih cepat,
responsif, akomodatif, inovatif, produktif, dan ekonomis". Pemikiran ini tentu berbeda
dengan pemikiran Weber, dimana teori birokrasi Weberian menekankan pada
bagaimana seseharusnya mesin birokrasi itu secara profesional dan rasional
dijalankan, ini berarti penekanannya adalah pada dimensi rasionalitas. Oleh karena
itu setiap negara dan bangsa harus berusaha sekuat tenaga, bahkan sampai titik
darah penghabisan, untuk bisa menyajikan sebuah organisasi birokrasi yang
profesional, yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat banyak. Bagimana
dengan birokrasi di negara kita saat ini ?
Beberapa tulisan tentang birokrasi masa depan telah mewarnai wacana dan
harapan bangsa lndonesia. Tetapi mencermati bahwa birokrasi kita masih berjalan
di tempat, maka di sinilah penulis tergerak untuk ikut serta berpartisipasi dengan
memberikan ide tentang birokrasi masa depan. Tulisan ini merupakan harapan
penulis berdasarkan pada pengalaman-pengalaman yang pernah penulis alami
ketika beberapa kali berurusan dengan aparat birokrasi.

B. PEMBAHASAN
B.1. Beberapa Pemikiran Terdahulu

Seburuk apapun persepsi dan anggapan masyarakat luas terhadap
keberadaan organisasi birokrasi, tetapi mau tidak mau masyarakat tetap masih
membutuhkan birokrasi dari sejak dia Iahir sampai meninggalkan dunia ini. Hal ini
sejalan dengan fungsi birokrasi sebagai mesin negara (sfafe michenary). Artinya jika
tidak ada negara maka birokrasipun juga tidak pernah ada, dan sebaliknya juga tidak
mungkin ada negara tanpa ditopang oleh organisasi birokrasi. Disinilah pentingnya
peran serta dari seluruh lapisan masyarakat, dari bawah, menengah, sampai atas,
untuk ikut menyumbangkan gagasan, ide, cita-cita, atau apapun namanya, agar
tatanan birokrasi masa depan bisa segera terwujud.
Cita-cita, harapan, keinginan, tulisan atau ide terdahulu tentang birokrasi
masa depan yang telah muncul diantaranya adalah :
Pertama, DiMaggio (1983) dalam Budi Setiyono (2004, hal 241), mengemukakan
ada tiga cara (mekanisme) yang menghasilkan perubahan (isomorphic) dalam
organisasi birokrasi, yakni coercive isomorphism, mimetic isomorphic, dan normative
inmorphic. Coersive isomorphic adalah perubahan yang dihasilkan oleh tekanan
politik baik secara formal maupun informal yang dilakukan oleh lembaga luar
birokrasi I extra bureaucracy. Perubahan melalui coersive isomorphic ini untuk di
lndonesia kurang bisa diharapkan karena publik, baik yang berada pada infrastruktur
pditik seperti para anggota parlemen, maupun komponen civil society, masih sangat
latrang dalam melakukan tekanan kepada birokrasi untuk meningkatkan kinerja dan
profesionalismenya.
Mimetic isomorphism adalah perubahan yang dihasilkan dari kecerdasan
eksponen organisasi untuk merespon ketidakpastian dan keterbatasan. Perubahan
scara mimetic isomorphic inipun untuk di Indonesia juga sulit diwujudkan karena
lq.talitas mental dan semangat juang birokrasi kita telah sekian lama terkebiri oleh
sisfiern yang
kita buat.
-Sed-angkan
Normative isomorphism adalah perubahan organisasi yang
berfrubungan dengan proses profesionalisasi yaitu pendidikan formal dan training.
Hubahan inipun tidak akan bisa diwujudkan selama sistem pendidikan birokrasi

fQmfA' Vol.2,lb. t Apfl

m77

33

kita tidak dirubah pada orientasi yang

disesuaikan dengan tuntutan

penyelenggaraan pemerintahan modern'
Xidua, Weber dalam Muhammad Abud Musaad (2010, hal 1-2'1, menyatakan
bahwa untuk mempertahankan birokrasi agar tetap survival (tetap eksis di masa
depan bahkan sepanjang masa), harus disadari bersama bahwa birokrasi
pemerintahan pada hakekatnya merupakan suatu sistem yang terstruktur, dengan
irirarki, pembagian pekerjaan, dan promosi yang jelas dan tegas berdasarkan
kemampuan, liualifikasi tehnis dan prestasi, tidak bersifat impersonal, serta

digerakkan dan dikendalikan berdasarkan prosedur dan aturan yang ketat.
pJmikiran Weber tentang model birokrasi tersebut menunjukkan bahwa birokrasi
dipahami sebagai sebuah mesin atau sarana yang dipergunakan untuk
merealisasikan tujuan-tujuan tertentu yang telah dirumuskan oleh pejabat politik.

pemahaman seperti ini memberikan arahan bahwa setiap orang atau pejabat dalam
birokrasi pemerintahan merupakan stimuler dan pioner dari sebuah mesin yang tidak
mempunyai tanggung jawab publik lain kecuali pada bidang tugas dan tanggung
jawab yahg dibebankan kepadanya. Maka ketika setiap pejabat menjalankan tugas
'Oan
jawab yang dibebankan kepadanya dilaksanakan sesuai dengan
tahgWng
proses Can frosedur y]ang berlaku, maka akuntabilitas pejabat birokrasi
pemerintahan
ielah diwujudkan. Sebaliknya, jika setiap orang atau pejabat dalam
'birokrasi
pemerintahan tidak memiliki kemampuan lagi untuk melaksanakan tugas
dan tanggung dan jawabnya, karena alasan apapun juga, maka seharusnya yang
Oersangkutan dikeluarkan dari mata rantai sistem birokrasi dan digantikan dengan
yang Iain. Artinya, kebiasaan birokrasi lndonesia untuk pekewuh harus
dimusnahkan.
Ketiga, menurut Haque, Pang & Norris, and Long dalam Budi Setiyono
(f bid, hal24{), bahwa birokrasi ke depan harus dapat melaksanakan lima hal, yakni:
1. A shift in the objectives and prioritiesl perubahan tujuan dan prioritas. Pada
ranah ini adalah merupakan kunci dari proses reformasi birokrasi yang telah
kita laksanakan.Supaya birokrasi dapat kita fungsikan sesuai dengan
keadaan masa kini, maka kita perlu memikirkan kembali "apa fungsi dan
tugas" birokrasi yang kita bentuk dan berikan gaji.
2. An adjustment in legal and institutional management I penyesuaian dalam
hukum dan perangkat organisasi. Dalam hal ini produk hukum yang
dianggap sudah tidak sesuai dengan semangat orientasi baru birokrasi
harus segera diubah.
3. A transition in normative standarsl transisi dalam standart normatif. Hal ini
bisa dilihat dari konsepsi filosofi birokrasi dengan sebutan pangreh praja,
pamong praja, atau abdi dalem, harus dirubah karena birokrasi modern
tidak bisa lagi diorientasikan sebagai pelayan kekuasaan negara semata
dan harus segera menekankan pada nilai-nilai profesionalisme.
4. A flux in attitudinal and structural focus / perubahan dalam sikap dan fokus
perhatian organisasi. Dalam hal ini harus ada perubahan sikap dan fokus
perhatian dari institusi dan pegawai brokrasi. Seorang birokrat harus
menempatkan rakyat sebagai konsumen yang harus dihargai layaknya
perusahaan swasta memperlakukan pelanggannya.
5. Modernization of bureaucratic tools & infrastucture / modernisasi peralatan
dan infrastuktur birokrasi. Pada modernisasi inib tentu saja harus ada
perubahan pada sarana infrastruktur birokrasi. Digitalisasi peralatan untuk
berbagai keperluan guna menghemat waktu secara efisien serta
menghasilkan tingak akurasi pekerjaan yang tinggi.

POLITIKA,

Vol.2,

No.

I, APfl 2077

Keempat, Budi Setiyono (2004, hal 2521 bahwa organisasi birokrasi harus
mampu membawa negara dari itik awal (starting point) tertentu kepada kondisi dan
kehidupan yang diharapkan di masa depan'. Dari alpha ke omega.
Kelima, Alipwinarto dalam #fogdefflr.*om menyatakan bahwa birokrasi
masa depan adalah sebuah organisasi yang mampu menghargai kerja anggotanya.
Yaitu pentingnya membedakan birokrasi yang berkinerja baik dengan birokrasi yang
berkinerja buruk. Apabila birokrasi berkinerja buruk sudah semestinya diberi sanksi
(punish\. Sebaliknya apabila birokrasi telah berkinerja dengan baik maka perlu diberi
penghargaan (reward) agar mereka termotivasi untuk selalu meningkatkan
kinerjanya.
B.2. Birokrasi Masa Kini
Dalam .Jurnal Politika Volume 1 terbit bulan April 2010 penulis mencermati
tentang "Politisasi Birokrasi di Indonesia". Bahwa pada saat ini (masa kini)
organisasi birokrasi telah menunjukkan gejala penuh rekayasa atau sering disebut
sebagai politisasi birokrasi. Politisasi birokrasi ini bertujuan tidak lain untuk
melanggengkan kekuasaan para pejabat. Gejala-gejala politisasi birokrasi tersebut
terjadi disebabkan antara lain :
Perfiama, penggunaan fasilitas negara, yaitu berupa penggunaan fasilitas negara
pada saat menjelang pemilihan umum yang dilakukan oleh seorang calon
kepala daerah yang incumbent. Penggunaan fasilitas negara ini terjadi pada
saat proses rapat-rapat konsolidasi, lobi politik dengan partai politik lain, dan
kampanye (mobilisasi massa). Fasilitas negara yang biasanya dimanfaatkan
adalah mobil dinas, pakaian dinas, dan ruang-ruang rapat (gedung-gedung)
milik negara;
Kedua, mobilisasi pegawai negeri pada saat pemilu dan pilkada, yaitu mobilisasi
(pengerahan) PNS pada saat pilkada. Dalam setiap pemilu, suara pegawai
negeri menjadi salah satu modal yang menjanjikan. Pemanfaatan suara
pegawai negeri ini jelas sangat mudah bagi kandidat incumbent. Dengan
iming-iming janji akan diberi jabatan atau perintah untuk mendukung
atasannya, mobilisasi pegawai negeri pada saat pemilu dan pilkada sangat
banyak terjadi baik proses pemilihan di tingkat kabupaten/kota, propinsi, dan
juga pusat;
Ketiga, kompensasi jabatan, yaitu banyak terjadi dan mudah dilihat di tingkat pusat.
Pasca gerakan reformasi 1998, terjadi kecenderungan intervensi politisi
terhadap berbagai kebijakan birokrasi. Muncul fenomena masuknya aktoraktor politik baru ke dalam sistem pemerintahan. Dalam Kabinet Indonesia
Bersatu Jilid ll, terlihat bahwa partai-partai yang berkoalisi dengan Partai
Demokrat mendapatkan jatah kursi di kabinet. Pada jabatan-jabatan
strategis (sekda, kepala biro, kepala dinas, kepala kantor, kepala badan)
menjadi ajang lobi politik antara partai pemenang dengan partai-partai
lainnya. Dampak yang muncul dari kompensasi jabatan antara penguasa
dan partai politik adalah terganggunya kinerja birokrasi yang seharusnya
memegang teguh merit sistem (berdasar profesionalisme).
Kernpat, rekruitment pegawai negeri baru, selain kompensasi jabatan, deal-deal
yang terjadi antara penguasa dan partai-partai koalisi adalah pemberian
jatah pada saat pemerintah pusat atau pemerintah daerah akan
mengadakan rekruitmen pegawai negeri baru. Dan pembagian jatah itu jelas
terlihat karena untuk menjadi pegawai negeri harus ada yang "membawa

Emf,A,

Vol. 2, No.

7,Sril

2O77

35

(baca: memberi rekomendasi)". Dan salah satu pihak yang bisa "membawa"
adalah (atas nama) partai-partai politik;
Kelima, komersialisasi jabatan. Hal ini dilakukan kaerna aparat harus
mengembalikan "modal" yang sudah dia keluarkan pada saat masuk
menjadi pegawai/pejabat, dan pelatihan yang dia ikuti hanya sebagai syarat
formal saja karena untuk mengisijabatan bukan berdasar pada merit sistem
tapai pada kedekatan seseorang dengan penguasa;
Keenam, pencopotan jabatan karir (sekretaris daerahlsekda) karena alasan politis.
Pencopotan ini dilakukan karena kepala daemh harus mengakomodir pihakpihak yang berkepentingan. Dan sekali lagi, pencopotan initujuannya bukan
pada peningkatan kualitas kinerja tetapi hanya sekedar memenuhi nafsu
u ntuk melanggengkan kekuasaannya.

Dari gejala-gejala pada masa kini tersebut, kemudian muncullah tiga tipe

politisasi terhadap birokrasi