s pgsd penjas 1103207 chapter2

(1)

A. Kajian Teoritis

1. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya. Hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya pendidikan jasmani sebagai pendidikan yang menyeluruh. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.

Pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut dikembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut dikembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.

Pengertian pendidikan jasmani menurut Suherman (2000, hlm. 20) sebagai berikut:

Pendidikan Jasmani adalah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindak, dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusiaan.

Definisi pendidikan jasmani dari pandangan holistik ini cukup banyak mendapat dukungan dari para ahli pendidikan jasmani lainnya. Mengingat akan pentingnya pelajaran pendidikan jasmani terutama pada Sekolah Dasar seperti


(2)

yang telah diuraikan di atas, maka kita perlu untuk menguasai terlebih dahulu terhadap pengertian dari pendidikan jasmani tersebut.

Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi penjas tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh. Pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam „pikiran dan tubuh‟ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif.

Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik „diharapkan‟ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano. Kesatuan Jiwa dan Raga. Moto tersebut sering dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional: aktivitas fisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit.

Yang pasti, masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas di sekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang lebih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani malahan tidak ditekankan ke mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali. Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di lapangan.


(3)

2. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan merupakan upaya nyata untuk membatasi individu lain, dalam mencapai kemandirian serta kematangan mentalnya sehingga dapat mempertahankan diri di dalam kompetisi kehidupannya. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai peorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila. Artinya, pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi Pendidikan adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui pendidikan jasmani yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya.

Beberapa Pendapat tentang pendidikan jasmani menurut para ahli yang dikemukakan Sukintaka (2004, hlm. 31-34) seperti berikut ini:

a. Pendapat Rijsdorp (1971) pendidikan jasmani merupakan bagian dari Gymnologie, yakni pengetahuan (wetenschap) tentang berlatih, dilatih, atau melatih yang terdiri dari tiga bagian besar: pendidikan jasmani, olahraga dan rekreasi.

b. Pendapat Wuest dan Bucher (1995) pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk memperbaiki kerja, dan peningkatan pengembangan manusia melalui aktivitas jasmani.

Meskipun pendidikan jasmani menawarkan kepada anak untuk bergembira, tidaklah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan semata-mata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang. Bila demikian seolah-olah pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran ”selingan”, tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik. Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk


(4)

mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran pendidikan jasmani tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran lain seperti; Matematika, Bahasa, IPS dan IPA, dan lain-lain. Namun demikian tidak semua guru pendidikan jasmani menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan bahwa pendidikan jasmani boleh dilaksanakan secara serampangan. Hal ini tercermin dari berbagai gambaran negatif tentang pembelajaran pendidikan jasmani, mulai dari kelemahan proses yang menetap misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajaran, seperti kebugaran jasmani yang rendah.

Kelemahan ini berpangkal pada ketidakpahaman guru tentang arti dan tujuan pendidikan jasmani di sekolah, di samping ini mungkin dia kurang mencintai tugas itu dengan sepenuh hati.

Pendidikan Jasmani merupakan aktivitas untuk melayani orang lain dalam mengeksplorasi segenap potensi dirinya, sehingga terjadi proses perkembangan kemanusiaannya agar mampu berkompetensi dalam lingkup kehidupannya (Insan Cerdas dan Kompetitif). Namun pekerjaan yang paling susah adalah menyimak proses apakah pengajaran sudah berhasil sehingga nampak pada siswa, guru pendidikan jasmani dapat mengatakan bahwa sudah mengajarkan pendidikan jasmani, padahal pengajaran itu sama sekali tidak ada efeknya terhadap keterjadian belajar dan kebermaknaan belajar pendidikan jasmani itu sendiri. Hal tersebut menunjukan bahwa diperlukan suatu kesiapan yang matang dari seorang guru. Aktivitas yang diberikan pengajaran harus diberikan sentuhan didaktik-metodik, aktivitas yang dilakukan harus mencapai tujuan pengajaran.

Lutan (2001, hlm. 38) berpendapat bahwa :

Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran pedagogis, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya Pendidikan Jasmani karena gerak pada aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang searah dengan berkembangnya jaman.

Selanjutnya Syarifudin (1992, hlm. 12) menyatakan bahwa :

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses aktivitas jasmani, yang dirancang dan disusun secara sistematis, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani,


(5)

kecerdasan dan pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh, namun memperoleh keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikan jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila banyak yang meyakini dan mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan menyeluruh, dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik.

Dari pengertian-pengertian di atas memang benar bahwa pendidikan jasmani sangat penting terutama bagi anak di Sekolah Dasar. Hal tersebut dikarenakan di sekolah anak mulai dikenalkan sekaligus diterapkan pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

3. Tujuan Pendidikan Jasmani

Tidak ada pendidikan yang tidak memiliki tujuan, tujuan pendidikan jasmani mencakup dalam ketiga aspek, yaitu : aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Secara sederhana tujuan pendidikan jasmani menurut Rosdiani (2012, hlm. 144) memberikan kesempatan kepada siswa untuk :

1) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. 2) Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai

keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.

3) Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.

4) Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.

5) Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara afektif dalam hubungan antar orang.

6) Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani termasuk permainan olahraga.


(6)

Dalam hal ini, diharapkan terjadi perubahan pengetahuan tentang konsep dan cara memecahkan masalah. Aspek kognitif dalam pendidikan jasmani tidak hanya menyangkut penguasaan pengetahuan tentang konsep gerak dasar dari suatu cabang olahraga, tetapi meliputi pemahaman tentang manfaat yang akan ditimbulkan dari gerak tersebut, serta manfaat pengisian waktu luang dengan aktivitas fisik.

Dengan belajar pendidikan jasmani, diharapkan terjadi perubahan sikap (afektif) peserta didik, dari yang tidak jujur menjadi jujur, berani bertanggung jawab, serta menjunjung tinggi nilai sportifitas baik itu di lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan siswa untuk berlatih menjadi pribadi yang menyenangkan, pintar bergaul dan memiliki wawasan yang luas dengan tetap menjaga nilai-nilai sosial dan etika yang berlaku, inilah yang menjadi watak dari orang-orang pendidikan jasmani. Tidak hanya itu pendidikan jasmani yang diajarkan di SD bermanfaat pula untuk memenuhi kebutuhan anak akan gerak, mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna, menyalurkan energi yang ada, dan merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental, dan emosional.

Tujuan pendidikan jasmani dari aspek psikomotor sudah sangat jelas, yaitu untuk mengembangkan kemampuan gerak secara menyeluruh. Dengan belajar pendidikan jasmani diharapkan siswa mampu memiliki keterampilan gerak suatu cabang olahraga, yang nantinya akan berguna bagi dirinya kelak.

Terlepas dari ketiga hal di atas, peran guru dalam penyampaian tujuan pendidikan jasmani sangat penting. Seorang guru pendidikan jasmani merupakan cermin bagi siswa untuk melangkah dan membantu siswa agar tumbuh dan berkembang, ia akan menjadi panutan dari berbagai aspek, baik itu tingkah lakunya, keterampilan gerak yang dimiliki, serta wawasan yang luas, hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan jasmani yang diungkapkan oleh Husdarta (2011, hlm. 18) yaitu “untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu menjadi manusia Indonesia seutuhnya”.


(7)

Selanjutnya Raharjo dan Mulyanto (2012, hlm. 45) mengatakan bahwa “guru pendidikan jasmani harus mampu membawa siswa kearah situasi yang menyenangkan, serta tidak membosankan dalam suatu pembelajaran”. Oleh karena tujuan pendidikan jasmani salah satunya adalah membuat motivasi siswa menjadi tinggi, maka pekerjaan besar bagi guru penjas yaitu bagaimana caranya agar siswa memiliki semangat yang tinggi dalam pembelajaran penjas yang diberikan, sehingga terjadi dampak yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, pengetahuan dan juga sikap.

Sedangkan Widodo (2008, hlm. 3) mengatakan bahwa “tujuan penjas bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi (multiple intellegences) siswa melalu aktivitas jasmani. Media yang digunakan dalam aktivitas jasmani bisa melalui permainan, olahraga, dan lingkungan.”

Dari semua tujuan yang diungkapkan di atas, tujuan tersebut merupakan pedoman bagi guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang direncanakan secara matang, dengan berpedoman pada ilmu mendidik. Dengan demikian, hal terpenting untuk disadari oleh guru pendidikan jasmani adalah bahwa ia harus menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau pengatur kegiatan.

4. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar

Pendidikan jasmani di sekolah diberikan pada setiap semester mulai dari kelas satu sampai dengan kelas enam. Pembelajaran lebih ditekankan pada usaha untuk memacu dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani mental, emosional dan sosial. Beberapa macam lingkup materi pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah dasar meliputi kegiatan pokok yang mengacu pada kurikulum pendidikan jasmani (2004, hlm. 12) yang meliputi:

a. Aktivitas permainan dan olahraga

Berisikan tentang kegiatan berbagai jenis olahraga dan permainan secara perorangan maupun beregu. Dalam aktivitas ini termasuk juga perkembangan sistim nilai seperti : kerja sama, sportivitas, juga berfikir kritis dan patuh pada peraturan yang berlaku.


(8)

b. Aktivitas pengembangan

Berisikan tentang kegiatan yang berfungsi untuk membentuk postur tubuh yang ideal dan pengembangan kebugaran jasmani serta nilai-nilai yang tekandung didalamnya.

c. Aktivitas uji diri

Berisikan tentang kegiatan yang berhubungan dengan ketangkasan seperti : seman lantai, senam alat dan aktivitas lainya yang bertujuan untuk melatih keberanian dan kapasitas diri.

d. Aktivitas ritmik

Berisikan tentang kegiatan seni gerak berirama. Dalam proses pembelajaran memfokuskan pada kesesuaian dan keterpaduan antara gerak dan irama. e. Aktivitas aquatik

Berisikan tentang kegiatan di air seperti : permainan air, renang dan keselamatan di air serta etika di kolam renang.

f. Aktivitas luar kelas/sekolah

Berisikan tentang kegiatan di luar sekolah dan di alam bebas lainya Seperti: bermain dilingkungan sekolah taman, perkampungan petani/nelayan, berkemah dan kegiatan yang bersifat kepetualangan (mendaki gunung, menelusuri sungai dan lain-lain), serta unsur perilaku yang berkaitan dengan alam bebas.

Program pendidikan jasmani disesuiakan dengan tahap perkembangan keterempilan gerak anak. Perkembangan gerak merupakan inti dari program pendidikan jasmani di sekolah Dasar, yang diartikan sebagai perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak dasar yang berkaitan dengan olahraga. Keterampilan gerak ini dikembangkan dan diperhalus hingga taraf tertentu untuk memungkinkan siswa mampu melakukan dengan tenaga dasar yang berkembang dapat diterapkan dalam aneka permainan, olahraga dan aktivitas jasmani yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan pembelajaran penjas di sekolah dasar menurut Syarifudin (1995:47) "Pada penjas materi pembelajaran dikembangkan dengan tujuan pada pembentukan keterampilan gerak dasar, kesegaran jasmani, peningkatan pengetahuan, dan sikap agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara harmonis”. Sedangkan pengembangan olahraga adalah materi latihan dikembangkan dengan tujuan untuk pembentukan kondisi fisik, keterampilan


(9)

teknik, dan taktik cabang olahraga, serta peningkatan kemampuan mental agar dapat mencapai prestasi optimal.

5. Pengertian Atletik

Atletik merupakan induk cabang olahraga yang diperlombakan, yang dilakukan secara luas dan bisa dilakukan oleh siapa saja, baik yang tidak sekolah, siswa, mahasiswa, junior dan senior. Atletik bisa dilakukan secara perorangan maupun beregu. Yang termasuk dalam olahraga atletik adalah lari, lompat/loncat, tolak dan lempar.

Istilah atletik menurut Bahagia (2012, hlm. 1) bahwa,

Atletik yang kita kenal dewasa ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu athlon yang berarti berlomba atau bertanding. Istilah lain yang mengandung kata athlon adalah pentathlon Istilah ini berasal dari dua kata, yaitu kata penta yang berarti lima, dan athlon yang berarti lomba. Jadi pentathlon berarti lima lomba atau pancalomba.

“Atletik merupakan salah aktivitas fisik yang dapat diperlombakan atau dipertandingkan dalm bentuk kegiatan jalan, lari, lompat dan lempar” (Saputra, 2001, hlm. 1). Istilah atletik juga ada yang menyebut ibu dari semua cabang olahraga, karena dalam atletik keterampilan dasar olahraga tercangkup didalamnya. Dan atletik juga memiliki beberapa cabang, oleh sebab itu

atletik sering dijadikan sebagai dasar pembinaan dari cabang olahraga lainnya. Atletik yang kita kenal saat ini tergolong sebagai cabang olahraga yang paling tua di dunia. Gerak-gerak dasar yang terkandung dalam atletik sudah dilakukan sejak adanya peradaban manusia di muka bumi ini. Bahkan gerak tersebut sudah dilakukan sejak manusia dilahirkan yang secara bertahap berkembang sejalan dengan tingkat perkembangan, pertumbuhan dan kematangan biologisnya, mulai dari gerak yang sangat sederhana sampai pada gerakan yang sangat kompleks.

Dalam atletik ada nomor-nomor yang dibagi kedalam tiga bagian, hal ini dikemukakan oleh Muhtar (2012, hlm.5), yaitu “nomor lari, lompat dan lempar”. Ketiga nomor tersebut sering sekali dalam kegiatan di masyarakat maupun dilingkungan sekolah sering diperlombakan.

“Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar, dan lompat” dikemukakan oleh


(10)

Wikipedia (2014). Menurut Wikipedia ini hanya ada tiga kelompok yang ada dalam atletik, beda halnya dengan pendapat para ahli yang lain yang berbicara tentang atletik, kebanyakan bahwa yang terdapat dalam atletik itu ada 4, jalan, lari, lompat dan lempar.

Menurut Bahagia (2012, hlm. 17) secara ringkas nomor-nomor atletik yang diperlombakan dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu:

a. Nomor Jalan: jalan 5km, 10km, 20km, dan 50 km.

b. Nomor lari, yang terdiri dari: jarak pendek, menengah, jarak jauh, estafet dan lari rintangan.

c. Nomor lompat: lompat jauh , lompat tinggi, lompat jangkit, dan lompat tinggi galah.

d. Nomor lempar: tolak peluru, lempar cakram, lempar lembing dan lontar martil.

Hampir semua ruang lingkup nomor atletik yang ada di atas tersebut, kita temui baik dalam perlombaan-perlombaan juga di sekolah-sekolah dasar.

6. Pengertian Lari Estafet

Menurut Muhtar dan Riana (2009, hlm. 42) lari sambung atau estafet adalah lomba lari beregu dengan cara pembagian jarak tempuh di antara para peserta dari regu yang bersangkutan, dan pada akhir bagiannya masing-masing menyerahkan tongkat pelari selanjutnya. Dalam perlombaan estafet atau lari sambung benda yang digunakan adalah tongkat estafet yang harus dibuat dari pipa halus berlubang di tengah, terbuat dari kayu atau metal atau bahan lainnya dalam satu potong, dengan panjang maksimum 30 cm dan minimum 28 cm. Keliling pipa diantara 12-13 cm, sedang berat pipa tidak boleh kurang dari 50 gram. Tongkat estafet tersebut harus berwarna cerah agar mudah terlihat dari kejauhan.

Dalam perlombaan (event) lari sambung yang umum dilakukan adalah 4x100 m dan 4x400 m. Artinya bahwa setiap regu terdiri dari 4 orang, masing-masing pelari dari setiap regu menempuh jarak 100 m (4x100 m), atau 400 m (4x400 m). Akan tetapi dalam perlombaan yang sifatnya nasional atau internasional selain nomor-nomor di atas sering diperlombakan juga nomor 4x200 m, 4x800m, dan 4x1600 m.


(11)

B.Kajian Praktis

1. Hasil Penelitian Yang Relevan

Dalam melaksanakan penyusunan karya ilmiah yang berjudul : Meningkatkan Gerak Dasar Atletik Lari Estafet Melalui Permainan Memindahkan Benda Pada Siswa Kelas III SDN Babakan Hurip Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang, peneliti mengadakan kegiatan di antaranya mengadakan observasi terhadap subjek maupun objek yang dijadikan sebagai bahan penelitian.

Selain itu, peneliti melakukan studi pustaka untuk mencari teori-teori yang relevansinya dapat menunjang pelaksanaan penelitian ini. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti juga membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Adapun karya ilmiah yang relevan dengan karya penulis adalah sebagai berikut:

1. Adesi Sri Wahyuni, berjudul ”meningkatkan gerak dasar lari sprint pada cabang atletik melalui permainan bebentangan pada siswa kelas IV SDN Neglasari Kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang”. Yang hasilnya untuk siklus I anak yang memenuhi KKM adlah sebesar 46%, pada siklus II anak yang memenuhi KKM 72%, pada siklus III anak yang memenuhi KKM meningkat menjadi 100%.

Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh temuan baru mengenai upaya meningkatkan lari sprint melalui permainan bebentengan.

2. Tita Tustiaji, berjudul ”meningkatkan kemampuan gerak dasar lari sprint melalui permainan kucing pris pada siswa kelas IV SDN Cibenda Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang”. Yang hasilnya untuk siklus I siswa yang tuntas 13 orang atau 41%, pada siklus II meningkat menjadi 20 orang atau 63%, dan pada pelaksanaan siklus III meningkat lagi menjadi 30 orang atau 94% dari jumlah 32 siswa.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peningkatan belajar dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan gerak dasar lari sprint melalui permainan kucing pris.

3. Much Rizal Aggita Firdaus, berjudul ”Penerapan permaianan tradisional bebentengan untuk meningkatkan kecepatan lari sprint siswa kelas V SDN


(12)

Gudang Kopi 2 Kecamatan Sumedang Selatan ”. Yang hasilnya pada siklus I 47,62%, pada siklus II 76,19%, sedangkan padasiklus III mneingkat menjadi 100%, dengan jumlah siswa 21 orang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peningkatan belajar dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan gerak dasari sprint melalui permainan tradisional bebentengan.

C.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritis dan kajian praktis yang telah dipaparkan di atas. Maka peneliti mencoba mengambil sebuah hipotesis dimana jika dalam pembelajaran atletik lari estafet melalaui permainan memindahkan benda maka perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran atletik lari estafet pada siswa kelas III SDN Babakan Hurip Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang akan meningkat.


(1)

Selanjutnya Raharjo dan Mulyanto (2012, hlm. 45) mengatakan bahwa “guru pendidikan jasmani harus mampu membawa siswa kearah situasi yang menyenangkan, serta tidak membosankan dalam suatu pembelajaran”. Oleh karena tujuan pendidikan jasmani salah satunya adalah membuat motivasi siswa menjadi tinggi, maka pekerjaan besar bagi guru penjas yaitu bagaimana caranya agar siswa memiliki semangat yang tinggi dalam pembelajaran penjas yang diberikan, sehingga terjadi dampak yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, pengetahuan dan juga sikap.

Sedangkan Widodo (2008, hlm. 3) mengatakan bahwa “tujuan penjas bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi (multiple intellegences) siswa melalu aktivitas jasmani. Media yang digunakan dalam aktivitas jasmani bisa melalui permainan, olahraga, dan lingkungan.”

Dari semua tujuan yang diungkapkan di atas, tujuan tersebut merupakan pedoman bagi guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang direncanakan secara matang, dengan berpedoman pada ilmu mendidik. Dengan demikian, hal terpenting untuk disadari oleh guru pendidikan jasmani adalah bahwa ia harus menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau pengatur kegiatan.

4. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar

Pendidikan jasmani di sekolah diberikan pada setiap semester mulai dari kelas satu sampai dengan kelas enam. Pembelajaran lebih ditekankan pada usaha untuk memacu dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani mental, emosional dan sosial. Beberapa macam lingkup materi pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah dasar meliputi kegiatan pokok yang mengacu pada kurikulum pendidikan jasmani (2004, hlm. 12) yang meliputi:

a. Aktivitas permainan dan olahraga

Berisikan tentang kegiatan berbagai jenis olahraga dan permainan secara perorangan maupun beregu. Dalam aktivitas ini termasuk juga perkembangan sistim nilai seperti : kerja sama, sportivitas, juga berfikir kritis dan patuh pada peraturan yang berlaku.


(2)

b. Aktivitas pengembangan

Berisikan tentang kegiatan yang berfungsi untuk membentuk postur tubuh yang ideal dan pengembangan kebugaran jasmani serta nilai-nilai yang tekandung didalamnya.

c. Aktivitas uji diri

Berisikan tentang kegiatan yang berhubungan dengan ketangkasan seperti : seman lantai, senam alat dan aktivitas lainya yang bertujuan untuk melatih keberanian dan kapasitas diri.

d. Aktivitas ritmik

Berisikan tentang kegiatan seni gerak berirama. Dalam proses pembelajaran memfokuskan pada kesesuaian dan keterpaduan antara gerak dan irama. e. Aktivitas aquatik

Berisikan tentang kegiatan di air seperti : permainan air, renang dan keselamatan di air serta etika di kolam renang.

f. Aktivitas luar kelas/sekolah

Berisikan tentang kegiatan di luar sekolah dan di alam bebas lainya Seperti: bermain dilingkungan sekolah taman, perkampungan petani/nelayan, berkemah dan kegiatan yang bersifat kepetualangan (mendaki gunung, menelusuri sungai dan lain-lain), serta unsur perilaku yang berkaitan dengan alam bebas.

Program pendidikan jasmani disesuiakan dengan tahap perkembangan keterempilan gerak anak. Perkembangan gerak merupakan inti dari program pendidikan jasmani di sekolah Dasar, yang diartikan sebagai perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak dasar yang berkaitan dengan olahraga. Keterampilan gerak ini dikembangkan dan diperhalus hingga taraf tertentu untuk memungkinkan siswa mampu melakukan dengan tenaga dasar yang berkembang dapat diterapkan dalam aneka permainan, olahraga dan aktivitas jasmani yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan pembelajaran penjas di sekolah dasar menurut Syarifudin (1995:47) "Pada penjas materi pembelajaran dikembangkan dengan tujuan pada pembentukan keterampilan gerak dasar, kesegaran jasmani, peningkatan pengetahuan, dan sikap agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara harmonis”. Sedangkan pengembangan olahraga adalah materi latihan dikembangkan dengan tujuan untuk pembentukan kondisi fisik, keterampilan


(3)

teknik, dan taktik cabang olahraga, serta peningkatan kemampuan mental agar dapat mencapai prestasi optimal.

5. Pengertian Atletik

Atletik merupakan induk cabang olahraga yang diperlombakan, yang dilakukan secara luas dan bisa dilakukan oleh siapa saja, baik yang tidak sekolah, siswa, mahasiswa, junior dan senior. Atletik bisa dilakukan secara perorangan maupun beregu. Yang termasuk dalam olahraga atletik adalah lari, lompat/loncat, tolak dan lempar.

Istilah atletik menurut Bahagia (2012, hlm. 1) bahwa,

Atletik yang kita kenal dewasa ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu athlon yang berarti berlomba atau bertanding. Istilah lain yang mengandung kata athlon adalah pentathlon Istilah ini berasal dari dua kata, yaitu kata penta yang berarti lima, dan athlon yang berarti lomba. Jadi pentathlon berarti lima lomba atau pancalomba.

“Atletik merupakan salah aktivitas fisik yang dapat diperlombakan atau dipertandingkan dalm bentuk kegiatan jalan, lari, lompat dan lempar” (Saputra, 2001, hlm. 1). Istilah atletik juga ada yang menyebut ibu dari semua cabang olahraga, karena dalam atletik keterampilan dasar olahraga tercangkup didalamnya. Dan atletik juga memiliki beberapa cabang, oleh sebab itu

atletik sering dijadikan sebagai dasar pembinaan dari cabang olahraga lainnya. Atletik yang kita kenal saat ini tergolong sebagai cabang olahraga yang paling tua di dunia. Gerak-gerak dasar yang terkandung dalam atletik sudah dilakukan sejak adanya peradaban manusia di muka bumi ini. Bahkan gerak tersebut sudah dilakukan sejak manusia dilahirkan yang secara bertahap berkembang sejalan dengan tingkat perkembangan, pertumbuhan dan kematangan biologisnya, mulai dari gerak yang sangat sederhana sampai pada gerakan yang sangat kompleks.

Dalam atletik ada nomor-nomor yang dibagi kedalam tiga bagian, hal ini dikemukakan oleh Muhtar (2012, hlm.5), yaitu “nomor lari, lompat dan lempar”. Ketiga nomor tersebut sering sekali dalam kegiatan di masyarakat maupun dilingkungan sekolah sering diperlombakan.

“Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar, dan lompat” dikemukakan oleh


(4)

Wikipedia (2014). Menurut Wikipedia ini hanya ada tiga kelompok yang ada dalam atletik, beda halnya dengan pendapat para ahli yang lain yang berbicara tentang atletik, kebanyakan bahwa yang terdapat dalam atletik itu ada 4, jalan, lari, lompat dan lempar.

Menurut Bahagia (2012, hlm. 17) secara ringkas nomor-nomor atletik yang diperlombakan dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu:

a. Nomor Jalan: jalan 5km, 10km, 20km, dan 50 km.

b. Nomor lari, yang terdiri dari: jarak pendek, menengah, jarak jauh, estafet dan lari rintangan.

c. Nomor lompat: lompat jauh , lompat tinggi, lompat jangkit, dan lompat tinggi galah.

d. Nomor lempar: tolak peluru, lempar cakram, lempar lembing dan lontar martil.

Hampir semua ruang lingkup nomor atletik yang ada di atas tersebut, kita temui baik dalam perlombaan-perlombaan juga di sekolah-sekolah dasar.

6. Pengertian Lari Estafet

Menurut Muhtar dan Riana (2009, hlm. 42) lari sambung atau estafet adalah lomba lari beregu dengan cara pembagian jarak tempuh di antara para peserta dari regu yang bersangkutan, dan pada akhir bagiannya masing-masing menyerahkan tongkat pelari selanjutnya. Dalam perlombaan estafet atau lari sambung benda yang digunakan adalah tongkat estafet yang harus dibuat dari pipa halus berlubang di tengah, terbuat dari kayu atau metal atau bahan lainnya dalam satu potong, dengan panjang maksimum 30 cm dan minimum 28 cm. Keliling pipa diantara 12-13 cm, sedang berat pipa tidak boleh kurang dari 50 gram. Tongkat estafet tersebut harus berwarna cerah agar mudah terlihat dari kejauhan.

Dalam perlombaan (event) lari sambung yang umum dilakukan adalah 4x100 m dan 4x400 m. Artinya bahwa setiap regu terdiri dari 4 orang, masing-masing pelari dari setiap regu menempuh jarak 100 m (4x100 m), atau 400 m (4x400 m). Akan tetapi dalam perlombaan yang sifatnya nasional atau internasional selain nomor-nomor di atas sering diperlombakan juga nomor 4x200 m, 4x800m, dan 4x1600 m.


(5)

B.Kajian Praktis

1. Hasil Penelitian Yang Relevan

Dalam melaksanakan penyusunan karya ilmiah yang berjudul : Meningkatkan Gerak Dasar Atletik Lari Estafet Melalui Permainan Memindahkan Benda Pada Siswa Kelas III SDN Babakan Hurip Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang, peneliti mengadakan kegiatan di antaranya mengadakan observasi terhadap subjek maupun objek yang dijadikan sebagai bahan penelitian.

Selain itu, peneliti melakukan studi pustaka untuk mencari teori-teori yang relevansinya dapat menunjang pelaksanaan penelitian ini. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti juga membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Adapun karya ilmiah yang relevan dengan karya penulis adalah sebagai berikut:

1. Adesi Sri Wahyuni, berjudul ”meningkatkan gerak dasar lari sprint pada cabang atletik melalui permainan bebentangan pada siswa kelas IV SDN Neglasari Kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang”. Yang hasilnya untuk siklus I anak yang memenuhi KKM adlah sebesar 46%, pada siklus II anak yang memenuhi KKM 72%, pada siklus III anak yang memenuhi KKM meningkat menjadi 100%.

Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh temuan baru mengenai upaya meningkatkan lari sprint melalui permainan bebentengan.

2. Tita Tustiaji, berjudul ”meningkatkan kemampuan gerak dasar lari sprint melalui permainan kucing pris pada siswa kelas IV SDN Cibenda Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang”. Yang hasilnya untuk siklus I siswa yang tuntas 13 orang atau 41%, pada siklus II meningkat menjadi 20 orang atau 63%, dan pada pelaksanaan siklus III meningkat lagi menjadi 30 orang atau 94% dari jumlah 32 siswa.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peningkatan belajar dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan gerak dasar lari sprint melalui permainan kucing pris.

3. Much Rizal Aggita Firdaus, berjudul ”Penerapan permaianan tradisional bebentengan untuk meningkatkan kecepatan lari sprint siswa kelas V SDN


(6)

Gudang Kopi 2 Kecamatan Sumedang Selatan ”. Yang hasilnya pada siklus I 47,62%, pada siklus II 76,19%, sedangkan padasiklus III mneingkat menjadi 100%, dengan jumlah siswa 21 orang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peningkatan belajar dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan gerak dasari sprint melalui permainan tradisional bebentengan.

C.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritis dan kajian praktis yang telah dipaparkan di atas. Maka peneliti mencoba mengambil sebuah hipotesis dimana jika dalam pembelajaran atletik lari estafet melalaui permainan memindahkan benda maka perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran atletik lari estafet pada siswa kelas III SDN Babakan Hurip Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang akan meningkat.