s pgsd penjas 1100448 chapter2

(1)

9 A. Konsep Pendidikan Jasmani

Istilah pendidikan jasmani sudah tidak asing lagi bagi siswa dan guru di lingkungan Sekolah, baik di sekolah dasar, sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas. Pentingnya memahami konsep pendidikan jasmani akan memudakan siswa maupun guru dalam memahami nilai-nilai olahraga. Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari sebuah proses pendidikan. Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal- hal penting melalui gerak.Menurut Rosdiani (2013, hlm. 26) pendidikan jasmani adalah “Proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”.Pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Tujuannya tidak jauh berbeda dengan tujuan pendidikan pada umumnya yaitu untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Hanya saja yang membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah aktivitas fisik dan manusia yang bergerak secara sadar. Misi pendidikan jasmani tercakup dalam tujuan pembelajaran yang meliputi domain kognitif, apektif dan psikomotor.

1. Pengertian Pendidikan Jasmani

Secara tidak langsung pendidikan jasmani memiliki peranan penting dalam rangka meningkatkan taraf hidup sehat siswa.Siedentop (Husdarta, 2010, hlm. 142) menyatakan bahwa „Education trough and physical activities’. Yang artinya bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan. Secara singkatnya pendidikan jasmani merupakan salah satu media untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan secara keseluruhan.Pada kenyataannya, pendidikan jasmani diharapkan dapat berkontribusi secara positif terhadap peningkatan kualitas hidup siswa.Permainan dan olahraga, aktivitas aquatik, aktivitas ritmik, uji diri atau senam, pendidikan luar sekolah dan


(2)

pendidikan kesehatan serta aktivitas-aktivitas fisik lainnya merupakan materi-materi yang terkandung dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang memiliki nilai-nilai positif bagi kelangsungan hidup siswa.

Rosdiani (2013, hlm. 109) mengemukakan pendidikan jasmani adalah “Pendidikan dari, tentang dan melalui aktivitas jasmani”. Menurut Wiliams (Rosdiani, 2013, hlm. 109) pendidikan jasmani adalah “Sejumlah aktivitas manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan”. Pendapat lain juga mengatakan hal yang sama, seperti Barrow (Rosdiani, 2013, hlm. 110) yang menyatakan bahwa.

Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport), permainan senam, dan latihan (exercise). Hasil yang ingin dicapai… individu yang terdidik secara fisik. Nilai ini menjadi salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakna hanya ketika berhubungan dengan sisi kehidupan individu.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan sebuah proses pendidikan melalui aktivitas-aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup siswa khususnya dalam meningkatkan kualitas gerak.

2. Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani

Secara ilmiah,pendidikan jasmani dalam pelaksanaannya mendapat dukungan dari berbagai disiplin ilmu.Berikut ini berbagai landasan ilmiah pendidikan jasmani.

a. Landasan biologis bagi pendidikan jasmani.

“Pendidikan jasmani adalah disiplin yang berorientasi tubuh, disamping berorientasi pada disiplin mental dan sosial” (Rosdiani, 2013, hlm. 28).Oleh karena itu guru pendidikan jasmani harus memiliki pemahaman tentang fungsi fisik dari tubuh agar dapat memanfaatkannya dalam kegiatan pendidikan jasmani. b. Landasan psikologis pendidikan jasmani.

“Pendidikan jasmani melibatkan interaksi antara guru dengan anak serta anak dengan anak” (Rosdiani, 2013, hlm. 30).Dalam interaksi tersebut, guru maupun siswa harus saling menghargai kelebihan dan kekurangannya.Hal ini tidak hanya terletak pada keadaan fisik semata, tetapi juga dalam perbedaan psikologis seperti


(3)

kepribadian, karakter, pola pikir serta tak kalah pentingnya dalam hal pengetahuan dan kepercayaan.Dari pemahaman terhadap landasan psikologis itulah, maka pembelajaran pendidikan jasmani yang baik tidak cukup hanya dengan memberikan perintah dan tugas-tugas gerak semata, melainkan juga dengan upaya pemberian kesempatan pada mereka untuk melihat situasi dan memberikan kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri.

c. Landasan sosiologis dalam pendidikan jasmani

“Pendidikan jasmani adalah sebuah wahana yang sangat baik untuk proses sosialisasi” (Rosdiani, 2013, hlm. 32). Perkembangan sosial jelas penting dalam aktivitas pendidikan jasmani karena pendidikan jasmani mempunyai potensi untuk menuntaskan tujuan-tujuan tersebut.

3. Makna Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan. Tujuan umum pendidikan jasmani juga selaras dengan tujuan umum pendidikan.Tujuan belajar ialah menghasilkan perubahan perilaku. Proses belajar dalam pendidikan jasmani juga bertujuan untuk menimbulkan peubahan perilaku. Secara sederhana pendidikan jasmani itu adalah proses belajar untuk bergerak dan belajar melalui gerak. Dalam pendidikan jasmani, anak belajar melalui gerak yang sering dilakukan dan anak juga diberi pemahaman bahwa gerak yang dilakukannya itu merupakan sebuah pengalaman belajar. Melalui pengalaman itu akan terbentuk perubahan dalam aspek jasmani dan rohaninya.Keterampilan gerak tidak hanya dapat dikuasai melalui proses belajar, tetapi juga dapat dikuasai melalui pengalaman. Suatu cabang olahraga pun dapat dikuasai, bila dipelajari dengan sebaik-baiknya.Prosesnya mencakup kegiatan latihan atau pelaksanaan tugas-tugas secara berulang-ulang.

4. Tujuan Pendidikan Jasmani

Tujuan pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berolahraga. Tujuan lain dari pendidikan jasmani adalah meningkatkan taraf kesehatan anak yang baik dan tidak bisa disangkal pula pasti ada yang mengatakan, bahwa tujuan pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani.


(4)

Pendidikan jasmani menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang selanjutnya disebut dengan KTSP (BNSP, 2006, hlm. 62), bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. b. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih

baik.

c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.

d. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

e. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis.

f. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

g. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memilki sikap yang positif.

Menurut Rosdiani (2013, hlm. 34), secara sederhana pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

a. mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika dan perkembangan sosial, b. mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai

keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani,

c. memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali,

d. mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan,

e. berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara afektif dalam hubungan antar orang,

f. menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani termasuk permainan olahraga.

Maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani sama halnya dengan tujuan pendidikan secara umum yaitu harus mencakup aspek dalam domain psikomotorik (gerak), domain kognitif (pengetahuan) dan tak kalah pentingnya yaitu domain


(5)

afektif (sikap). Tujuan pendidikan jasmani ini akan menjadi pedoman kerja bagi guru dalam melakukan pembelajaran di sekolah.

5. Manfaat Pendidikan Jasmani

Beban belajar di Sekolah begitu berat dan menekankan kebebasan anak untuk bergerak. Kebutuhan mereka akan gerak tidak bisa terpenuhi karena keterbatasan waktu dan kesempatan. Lingkungan Sekolah tidak menyediakan wilayah yang menarik untuk dijelajahi.Pendidikan jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga kedudukannya dianggap penting.Melalui program yang direncanakan dengan baik, siswa dilibatkan dalam kegiatan fisik yang dikemas ke dalam bentuk yang menyenangkan.Melalui pendidikan jasmanilah anak-anak dapat menemukan sarana yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali keceriannya sekaligusmerangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh.Secara umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah adalah sebagai berikut (Rosdiani, 2013, hlm. 37).

a. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak.

b. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya. c. Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna. d. Menyalurkan energi yang berlebihan.

e. Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional.

Dapat disimpulkan bahwa manfaat pendidikan jasmani adalah mengembangkan keterampilan dan keterampilan anak, mengembangkan percaya diri dan kemampuan berfikir anak, meningkatkan kebugaran jasmani anak dan memberikan kesan menyenangkan untuk anak.

6. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan perilaku individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, yaitu sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.Pada kenyataannya pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sangat luas.Pusat perhatiannya adalah peningkatan gerak. Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara perkembangan tubuh fisik dengan perilaku dan jiwanya.


(6)

“Pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia”, (Rosdiani, 2013, hlm. 42).Dalam hal ini artinya bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan bahkan dengan penekanan yang cukup dalam.

7. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani

Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmanidalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang selanjutnya disebut dengan KTSP menurut Mulyasa (2007, hlm. 49) adalah:

a. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat.

b. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sportivitas dan kesadaran hidup sehat.

c. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap positif, disiplin, kerjasama, dan hidup sehat.

d. Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan seperti keterbatasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang potensial untuk mewabah.

B. Senam

1. Pengertian Senam Secara Umum

Senam merupakan aktivitas jasmani yang efektif dan efisien untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.Gerakan-gerakan dalam senam sangat sesuai untuk mengisi program pendidikan jasmani.Gerakan-gerakannya mampu merangsang perkembangan komponen kebugaran jasmani, seperti kekuatan, daya tahan, kelentukan dan kecepatan.Disamping itu senam juga berpotensi untuk mengembangkan keterampilan gerak dasar sebagai landasan penting bagi penguasaan keterampilan suatu teknik dasar cabang olahraga.Senam yang dikenal dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris yaitu Gymnastics, atau bahasa Belanda Gymnastiek.Gymnastics sendiri dalam bahasa aslinya merupakan serapan dari bahasa Yunani Gymnos, yang berarti telanjang.Menurut Hidayat (dalam Mahendra, 2001, hlm.1) „Kata gymnastiek tersebut, dipakai untuk menunjukkan kegiatan-kegiatan fisik yang


(7)

memerlukan keleluasaan gerak, sehingga perlu delakukan dengan telanjang atau setengah telanjang‟.Hal ini bisa terjadi karena pada masa itu teknologi pembuatan pakaian belum berkembang seperti sekarang.Dari kata-kata tersebut, mengandung arti yang demikian luas namun merujuk pada kegiatan-kegiatan olahraga.Werner (dalam Mahendra, 2001, hlm. 3) mengatakan bahwa „Senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, atau pada alat, yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh‟.Jadi fokusnya adalah tubuh, bukan alatnya.Bukan pula pola gerakan-gerakannya.Karena gerakan apapun yang digunakan, tujuan utamanya adalah untuk peningkatan kualitas fisik serta penguasaan pengontrolannya.

Mengingat begitu luasnya cakupan arti senam serta berbagai karakteristik geraknya, maka Hidayat (dalam Mahendra, 2001, hlm. 3) memberikan pedoman untuk memperjelas pengertian senam, diantaranya sebagai berikut.

a. Kalestenik, berasal dari kata Yunani yaitu Kalos yang artinya indah dan Stenos yang artinya kekuatan.

b. Tumbling adalah gerakan yang cepat dan eksplosif dan merupakan gerak yang pada umumnya dirangkaikan pada suatu garis lurus.

c. Akrobatik adalah keterampilan yang pada umumnya menonjolkan fleksibilitas gerak dan balancing (keseimbangan) dengan gerakan yang lambat.

2. Jenis Senam

FIG (Federation Internationale de Gymnastique) yang di Indonesiaka menjadi Federasi Senam Internasional membagi senam menjadi enam kelompok, yaitu (Mahendra, 2001, hlm. 5)

a. Senam artistik(artistic gymnastics)

b. Senam ritmik sportif (sportive rhythmic gymnastics) c. Senam akrobatik (acrobatic gymnastics)

d. Senam aerobik sport (sport aerobic) e. Senam trampolin (trampolinning) f. Senam umum (general gymnastics)

Senam artistik adalah sebagian senam yang menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek-efek artistik dari gerakan-gerakan yang dilakukan pada alat-alat.Senam ritmik sportif adalah senam yang dikembangkan dari senam irama sehingga dapat dipertandingkan.Senam akrobatik adalah senam yang mengandung salto dan putaran, sementara pesenamnya harus mendarat di tempat-tempat sulit.Senam trampolin merupakan pengembangan dari suatu bentuk


(8)

latihan yang dilakukan diatas trampolin.Sport Aerobics merupakan pengembangan dari senam aerobik.Senam umum adalah segala jenis senam, diluar kelima jenis senam di atas seperti senam aerobik, senam pagi, senam SKJ dan senam lantai. 3. Senam Lantai

Senam adalah aktivitas fisik yang dilakukan, baik secara cabang olahraga latihan untuk cabang olahraga lainnya.Itulah sebabnya senam disebut sebagai olahraga dasar.“Secara kebahasaan, senam (gymnastic) berasal dari bahasa Yunani yang artinya untuk menerangkan bermacam-macam gerak yang dilakukan oleh atlet-atlet telanjang”.(Restianti, 2010, hlm. 2). Berbeda dengan cabang olahraga lainnya yang mengukur hasil belajarnya pada objek tertentu misalnya dalam cabang lempar yang diukur itu adalah seberapa jauhnya, pada senam untuk mengukur hasil belajarnya harus mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan berhubungan dengan komponen gerak tubuh seperti kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelenturan, ketepatan dan koordinasi. Dengan koordinasi yang baik dan sesuai dengan tata urutan gerak yang selaras maka akan terbentuk rangkaian gerak yang menarik.

Pembelajaran senam diantaranya yaitu senam lantai.Senam merupakan suatu cabang olahraga yang melibatkan koordinasi gerakan yang membutuhkan kecepatan, kekuatan dan estetika.Senam sangat penting untuk pembentukan kelenturan tubuh yang menjadi arti penting bagi kelangsungan hidup manusia.Senam ada berbagai macam, diantaranya senam lantai, senam hamil, senam aerobik, senam ritmik, senam pramuka, Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) dan lain-lain.Biasanya di sekolah dasar, pembelajaran senam yang biasa dilakukan adalah senam lantai dan senam ritmik.

Senam lantai merupakan suatu rangkaian gerak atau olah tubuh yang membutuhkan kelentukan tubuh dalam melakukan rangkaian-rangkaian gerakannya.Maka kebebasan bergerak sangatlah luas.Menurut Restianti (2010, hlm. 10) “Senam lantai (flour exercise) adalah satu bagian dari rumpun senam”.Sebagaimana dengan istilah lantai, maka gerakan-gerakan senam yang dilakukan diatas yang beralaskan matras atau permadani atau sering disebut juga dengan latihan bebas karena pada waktu pelaksanaannya pesenam tidak boleh menggunakan alat atau suatu benda. “Senam lantai menggunakan area yang


(9)

berukuran 12 x 12 meter, dan area satu meter untuk menjaga keamanan”.(Restianti, 2010, hlm. 10).Pembagian senam menurut Knirsch (dalam Muhtar, 2010, hlm. 33) „Terbagi atas senam normatif dan senam nonnormatif‟. Senam normatif lebih dikenal dengan nama senam artistik (putri dan putra), ritmik sportif (khusus putri) dan sports aerobics (putra dan putri), sedangkan senam nonnormatif lebih dekat kepada pendidikan jasmani secara umum (general gymnastic).

4. Guling Depan

a. Pengertian Guling Depan

“Roll ke depan (forward roll) berarti menggelundung ke depan. Roll atau menggelundung mengandung pengertian bahwa benda yang bergerak itu berbentuk bundar atau sebagian dari bundaran”. (Uhamisastra, dkk., 2010, hlm. 108).Maka guling depan adalah berguling ke depan dengan menggunakan bagian belakang atas badan yang meliputi tengkuk, punggung, pinggang dan panggul bagian belakang. Latihan guling depan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu guling ke depan dengan sikap awal jongkok dan guling depan dengan sikap awal berdiri.

b. Gerak Dasar Guling Depan

Uhamisastra, dkk., (2010, hlm. 108) mengemukakan bahwa gerak dasar atau cara melakukan guling depan yaitu sebagai berikut.

1) Dari sikap permulaan jongkok rendah, kaki rapat, tangan bertumpu kira- kira 40 cm di depan ujung kaki

2) Kaki menolak ke depan, tangan membengkok untuk meletakkan pundak di matras dengan menundukkan kepala.

3) Badan yang berbentuk bundar menggelundung ke depan dengan sikap tungkai lurus, tetapi pada saat panggul kontak dengan lantai lutut segera dilipat ke sikap jongkok serta kedua tangan diajukan ke depan untuk memelihara keseimbangan.

Guling depan dari sikap jongkok dengan memanggunakan tolakan sebagai awalan, merupakan ketangkasan untuk berjungkir balik dan kemampuan dasar untuk mengetahui kelentukan tubuh.

Berikut ini langkah-langkah pelaksanaan guling depan.


(10)

2) Sikap awal, berdiri tegak, mengambil sikap jongkok, telapak tangan bertumpu diatas matras dengan jarak kurang lebih 40 cm dan pandangan lurus ke depan. 3) Pelaksanaan geraknya, tolakan kaki atau tungkai sekuat-kuatnya, tarik dagu ke

dada hingga menempel, tubuh berguling mulai dari kepala bagian belakang, tengkuk, punggung, pantat dan berakhir dengan mendarat dengan kedua kaki. Tangan yang bertumpu tidak boleh bengkok dan harus kuat menahan beban berat badan ketika berguling.

4) Sikap akhir, saat kaki menyentuh, kaki kembali ke sikap jongkok dengan kedua tangan diajukan atau diluruskan ke depan agar tetap seimbang.

c. Peralatan dan perlengkapan Guling Depan. 1) Alat dan media, yaitu matras atau sejenisnya.

2) Tempat, yaitu lapangan atau ruangan yang cukup luas. d. Proses penilaian

Cara penilaian berdasarkan kode penilaian sebagai berikut: 1) Proses pelaksanaan (execution).

a) Saat menolak dan melayang, tungkai mendekati lurus.

b) Saat berguling, tubuh harus bulat, kepala ditekuk, dagu rapat ke dada. Lutut ditekuk dan rapat ke dada, tumit rapat ke pantat

2) Teknik gerak.

a) Saat menolak dan melayang. (1) Tolakan cukup kuat. (2) Tolakan cukup tinggi. (3) Tolakan cukup jauh. b) Saat berguling.

(1) Bergulingnya tidak miring.

(2) Bergulingnya pada satu garis lurus.

(3) Bergulingnya mulus dari kepala bagian atas, tengkuk, punggung, pinggang dan pantat.

c) Saat bertumpu atau mendarat. (1) Saat mendarat,kaki rapat. (2) Jongkok dan tidak bergeser.


(11)

Berikut ini contoh pedoman penilaian praktik guling depan menurut yang penulis lihat dalam buku Uhamisastra, dkk., namun penulis mengembangkannya kembali.

Tabel 2.1

Pedoman Penilaian Praktik Penjas Materi Pembelajaran : Pembelajaran senam

Kemampuan yang dinilai : Guling depan dari sikap jongkok

Nama siswa :

No Kemampuan Aspek Skor

1 Tolakan dan saat melayang 1. Daya tolak kuat

2. Ketinggian tolakan

3. Kejauhan tolakan

1 1 1

2 Berguling 1. Tidak miring

2. Kebulatan berguling dan dalam

satu garis lurus

3. Kemulusan bergulig

1 1

1

3 Saat mendarat 1. Saat mendarat, kaki rapat.

2. Jongkok dan tidak bergeser.

3. Tangan diluruskan ke depan,

badan tidak goyah

1 1 1

Jumlah maksimal 9

C. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Dalam suatu proses pembelajaran, guru bukan hanya satu-satunya sumber belajar, namun karena posisinya sebagai penyalur informasi, guru harus mampu menciptakan sumber-sumber belajar lainnya agar tercipta lingkungan belajar yang kondusif. Sumber-sumber belajar selain guru inilah yang disebut dengan penghubung antara pesan ajar yang diberikan guru secara terencana yang biasa dikenal dengan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimaannya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Munadi


(12)

(2013, hlm. 8).Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Sukiman (2012, hlm. 29)

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

“Media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadinya verbalisme”.(Rosdiani, 2013, hlm. 71).Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sebuah sumber baru yang berfungsi untuk mempermudah guru dalam menyampaikan pesan atau informasi dari materi yang akan diajarkan.

2. Fungsi Media Pembelajaran

Kemp & Dayton (dalam Sukiman, 2012, hlm. 39) menyebutkan bahwa media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan atau kelompok, yaitu sebagai berikut.

a. Memotivasi minat atau pendapat. b. Menyajikan informasi.

c. Memberi intruksi.

Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran adalah sebuah sumber yang berfungsi menyajikan informasi untuk meningkatkan motivasi dalam sebuah proses pembelajaran.

3. Kegunaan Media Pembelajaran

Sadiman (dalam Sukiman, 2012, hlm. 40) menyampaikan kegunaan-kegunaan media pembelajaran secara umum sebagai berikut.

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat visual. b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

c. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik.

d. Memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi peserta didik terhadap isi pelajaran.

e. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta didik tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, secara


(13)

memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.

Menurut Hamalik (dalam Sukiman, 2012, hlm. 41), „Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secar psikologis kepada peserta didik‟.Sudjana & Rifai (dalam Sukiman, 2012, hlm. 43) mengemukakan bahwa kegunaan atau manfaat media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik, yaitu:

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi.

d. Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegunaan media pembelajaran adalah untuk mempermudah proses penyampaian informasi dan memperlancar proses penyampaian tujuan dari pembelajaran serta memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan selama pembelajaran berlangsung.

D. Bola

1. Pengertian Bola

Menurut Djumadi (2013, hlm 1) “Bola adalah benda yang berbentuk bulat.Benda ini terbuat dari karet, karet tipis, campuran karet dan bahan sejenis lainnya yang mudah memantul”.Bola merupakan alat yang digunakan dalam banyak permainan olahraga.Bola dibuat dengan berbagai ukuran, sesuai dengan tujuan permainannya.

2. Macam-macam Bola

Bola terdiri atas dua macam yaitu bola besar dan bola kecil.Yang termasuk ke dalam bola besar yaitu bola voli, bola sepak dan bola basket, sedangkan yang termasuk kedalam bola kecil yaitu bola kasti, bola tenis, bola takraw dan lain-lain.Bola yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bola yang termasuk ke dalam kategori bola besar yaitu bola voli.Bola voli umumnya memiliki warna


(14)

cerah.Bagian luar bola biasanya terbuat dari kulit yang berbahan kulit lunak atau lentur atau bahan kulit sintetis ataupun bahan kulit yang fleksibel sedangkan bagian dalamnya terbuat dari karet.Sutrisno (2009, hlm. 5) menyebutkan bahwa “Ukuran keliling bola adalah 165-167cm. berat bola adalah 200-280 gram. Sementara itu, tekanannya 0,30-0,325 kg/cm2 atau 294,3-318,82 mbar”.

E. Program Latihan

Harsono (1988, hlm. 101) mengemukakan bahwa “Training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”. Jadi program latihan adalah sebuah rangkaian kegiatan latihan yang diberikan kepada siswa atau atlet secara berulang untuk membantu meningkatkan keterampilan dan prestasi semaksimal mungkin. Dengan berlatih secara berulang-ulang dan secara teratur maka gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan, lama kelamaan akan terbiasa dan gerakannya akan menjadi lebih baik. Salah satu latihan yang perlu dilatih dalam pembelajaran senam lantai guling depan adalah latihan fisik, karena salah satu komponen fisik yang paling berpengaruh dalam pelaksanaan guling depan adalah kelentukan.

Peneliti merencanakan program latihan ini selamatiga bulan dengan jumlah pertemuan selama 14 kali yaitu 12 kali sebagai pemberian perlakuan, satu kali untuk pengambilan tes awal dan satu kali untuk pengambilan tes akhir. Hal ini sejalan dengan pendapat Harsono (1988, hlm 106) bahwa “Fleksibilitas misalnya, secara substansial sudah nampak perkembangannya dalam 2 sampai 3 bulan,…….”. Harsono juga mengemukakan bahwa “……penambahan beban untuk fleksibilitas dapat diberikan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan penambahan beban untuk kekuatan dan daya tahan. Misalnya untuk fleksibilitas dalam 2 – 3 hari, ……”(1988, 107).Lamanya waktu program latihan yang diberikan yaitu selama 50 menit. Hal ini beradasarkan pendapat Harsono (1988, hlm. 117) “Untuk olahraga prestasi: 45 –120 menit”.

Dalam mendesain latihan overload, Bompa (dalam Haryono, 1988, hlm. 105) “Menyarankan sistem yang disebutnya the step type approach atau sistem tangga”. Berikut ini ilustrasi grafis tentang bagaimana penambahan beban latihan.


(15)

Gambar 2.1

Penambahan Beban Latihan secara Bertahap, Harsono (1988, hlm. 105)

Program latihan yang peneliti rencanakan merupakan program latihan guling depan dengan menggunakan media bola dalam latihannya, pada pertemuan pertama sampai keenam melakukan guling depan dengan treatment mengoper bola kebelakang melewati kedua kaki dan pada pertemuan ketujuh sampai kedua belas melakukan guling depan dengan treatment menyundul bola menggunakan kepala kebelakang sebelum berguling. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kelentukan tubuh siswa, dimana kelentukan merupakan komponen utama penunjang gerak dasar guling depan.

F. Penelitian yang Relevan

Sebelum penelitian ini dilakukan, beberapa peneliti sebelumnya juga pernah membahas tentang gerak dasar guling depan namun dengan media yang berbeda dan kelemahan serta kelebihan yang berbeda. Terdapat dua buah temuan dari penelitian yang pernah dilakukan oleh:

1. Angga Permana Kautsar pada tahun 2013 dengan judul “Meningkatkan Gerak Dasar Guling Depan Dengan Menggunakan Media Bantu Sederhana Di Kelas IV SDN Karapyak I Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang”. Penelitian tersebut menunjukan bahwa pada siklus I menghasilkan 37%, siklus II meningkat 63% dan pada siklus III 85,18% yang mencapai batas ketuntasan belajar. Kekurangan dalam penelitian ini yaitu siswa hanya dilatih gerak dasar guling depannya selama tiga siklus atau selama tiga kali pertemuan dan dengan media yang berbeda-beda setiap siklusnya. Artinya setiap siklus siswa


(16)

harus beradaptasi dengan media yang diberikan. Sehingga proses penyampaian tujuan akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Kelebihannya yaitu penggunaan media yang diberikan dapat meningkatkan gerak dasar guling depan, tetapi tidak diketahui peningkatannya bersifat signifikan atau tidak.

2. Juariah dengan judul “Pengaruh Media Kardus untuk Meningkatkan Gerak Dasar Guling Depan, PTK Pada Kelas IV SDN Panyingkiran III Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang”. Penelitian tersebut menunjukan bahwa pada dari setiap siklus terjadi peningkatan hasil belajar. Berdasarka data pada siklus III ternyata siswa yang tuntas dalam pembelajaran gerak dasar guling depan mencapai 90%.Kelebihan dari penelitian ini yaitu penggunaan media yang diberikan dapat meningkatkan gerak dasar guling depan,namun kekurangannya adalah tidak diketahuinya peningkatan yang timbul bersifat signifikan atau tidak.

Dari kedua temuan tersebut, ternyata penggunaan media mampu meningkatkan kemampuan gerak dasar guling depan pada siswa kelas IV. Namun tingkat kesignifikansiannya tidak jelas.Oleh karena itu peneliti bermaksud ingin mengambil penelitian yang serupa mengenai gerak dasar guling depan namun dengan media pembelajaran yang berbeda yaitu media bola. Peneliti berharap dengan penggunaan media tersebutgerak dasar guling depan yang dikuasai oleh siswa kelas IV dapat meningkat, selain itu juga peneliti ingin memotivasi siswa agar selalu antusias dalam mengikuti pembelajaran khususnya pembelajaran senam lantai guling depan. Melalui penelitian ini pula tingkat signifikansi peningkatan gerak dasar guling depan akan terlihat.

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu. 1. Hipotesis Penelitian

a. Pembelajaran guling depan dengan menggunakan media bola dapat meningkatkangerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai pada siswa kelas IVSDN Cimarga secara signifikan.


(17)

b. Pembelajaran guling depan tanpa menggunakan media bola dapat meningkatkangerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai pada siswa kelas IV SDN Linggasari secara signifikan.

c. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan media bola dan tanpa menggunakan media bola dalam pembelajaran guling depan.

2. Hipotesis Statistik

a. Ho : B = 0, nol berarti tidak ada peningkatan.

Ho : B 0, tidak sama dengan nol berarti lebih besar atau kurang dari nol berarti ada peningkatan.

b. Ho : B = 0, nol berarti tidak ada peningkatan.

Ho : B 0, tidak sama dengan nol berarti lebih besar atau kurang dari nol berarti ada peningkatan.

c. Ho 1 = 2, terdapat pengaruh yang sama. H1 1≠ 2, tidak terdapat pengaruh yang sama.


(1)

(2013, hlm. 8).Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Sukiman (2012, hlm. 29)

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

“Media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadinya verbalisme”.(Rosdiani, 2013, hlm. 71).Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sebuah sumber baru yang berfungsi untuk mempermudah guru dalam menyampaikan pesan atau informasi dari materi yang akan diajarkan.

2. Fungsi Media Pembelajaran

Kemp & Dayton (dalam Sukiman, 2012, hlm. 39) menyebutkan bahwa media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan atau kelompok, yaitu sebagai berikut.

a. Memotivasi minat atau pendapat. b. Menyajikan informasi.

c. Memberi intruksi.

Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran adalah sebuah sumber yang berfungsi menyajikan informasi untuk meningkatkan motivasi dalam sebuah proses pembelajaran.

3. Kegunaan Media Pembelajaran

Sadiman (dalam Sukiman, 2012, hlm. 40) menyampaikan kegunaan-kegunaan media pembelajaran secara umum sebagai berikut.

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat visual. b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

c. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik.

d. Memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi peserta didik terhadap isi pelajaran.

e. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta didik tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, secara


(2)

memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.

Menurut Hamalik (dalam Sukiman, 2012, hlm. 41), „Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secar psikologis kepada peserta didik‟.Sudjana & Rifai (dalam Sukiman, 2012, hlm. 43) mengemukakan bahwa kegunaan atau manfaat media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik, yaitu:

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi.

d. Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegunaan media pembelajaran adalah untuk mempermudah proses penyampaian informasi dan memperlancar proses penyampaian tujuan dari pembelajaran serta memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan selama pembelajaran berlangsung.

D. Bola

1. Pengertian Bola

Menurut Djumadi (2013, hlm 1) “Bola adalah benda yang berbentuk bulat.Benda ini terbuat dari karet, karet tipis, campuran karet dan bahan sejenis lainnya yang mudah memantul”.Bola merupakan alat yang digunakan dalam banyak permainan olahraga.Bola dibuat dengan berbagai ukuran, sesuai dengan tujuan permainannya.

2. Macam-macam Bola

Bola terdiri atas dua macam yaitu bola besar dan bola kecil.Yang termasuk ke dalam bola besar yaitu bola voli, bola sepak dan bola basket, sedangkan yang termasuk kedalam bola kecil yaitu bola kasti, bola tenis, bola takraw dan lain-lain.Bola yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bola yang termasuk ke dalam kategori bola besar yaitu bola voli.Bola voli umumnya memiliki warna


(3)

cerah.Bagian luar bola biasanya terbuat dari kulit yang berbahan kulit lunak atau lentur atau bahan kulit sintetis ataupun bahan kulit yang fleksibel sedangkan bagian dalamnya terbuat dari karet.Sutrisno (2009, hlm. 5) menyebutkan bahwa “Ukuran keliling bola adalah 165-167cm. berat bola adalah 200-280 gram. Sementara itu, tekanannya 0,30-0,325 kg/cm2 atau 294,3-318,82 mbar”.

E. Program Latihan

Harsono (1988, hlm. 101) mengemukakan bahwa “Training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”. Jadi program latihan adalah sebuah rangkaian kegiatan latihan yang diberikan kepada siswa atau atlet secara berulang untuk membantu meningkatkan keterampilan dan prestasi semaksimal mungkin. Dengan berlatih secara berulang-ulang dan secara teratur maka gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan, lama kelamaan akan terbiasa dan gerakannya akan menjadi lebih baik. Salah satu latihan yang perlu dilatih dalam pembelajaran senam lantai guling depan adalah latihan fisik, karena salah satu komponen fisik yang paling berpengaruh dalam pelaksanaan guling depan adalah kelentukan.

Peneliti merencanakan program latihan ini selamatiga bulan dengan jumlah pertemuan selama 14 kali yaitu 12 kali sebagai pemberian perlakuan, satu kali untuk pengambilan tes awal dan satu kali untuk pengambilan tes akhir. Hal ini sejalan dengan pendapat Harsono (1988, hlm 106) bahwa “Fleksibilitas misalnya, secara substansial sudah nampak perkembangannya dalam 2 sampai 3 bulan,…….”. Harsono juga mengemukakan bahwa “……penambahan beban untuk fleksibilitas dapat diberikan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan penambahan beban untuk kekuatan dan daya tahan. Misalnya untuk fleksibilitas dalam 2 – 3 hari, ……”(1988, 107).Lamanya waktu program latihan yang diberikan yaitu selama 50 menit. Hal ini beradasarkan pendapat Harsono (1988, hlm. 117) “Untuk olahraga prestasi: 45 –120 menit”.

Dalam mendesain latihan overload, Bompa (dalam Haryono, 1988, hlm. 105) “Menyarankan sistem yang disebutnya the step type approach atau sistem tangga”. Berikut ini ilustrasi grafis tentang bagaimana penambahan beban latihan.


(4)

Gambar 2.1

Penambahan Beban Latihan secara Bertahap, Harsono (1988, hlm. 105)

Program latihan yang peneliti rencanakan merupakan program latihan guling depan dengan menggunakan media bola dalam latihannya, pada pertemuan pertama sampai keenam melakukan guling depan dengan treatment mengoper bola kebelakang melewati kedua kaki dan pada pertemuan ketujuh sampai kedua belas melakukan guling depan dengan treatment menyundul bola menggunakan kepala kebelakang sebelum berguling. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kelentukan tubuh siswa, dimana kelentukan merupakan komponen utama penunjang gerak dasar guling depan.

F. Penelitian yang Relevan

Sebelum penelitian ini dilakukan, beberapa peneliti sebelumnya juga pernah membahas tentang gerak dasar guling depan namun dengan media yang berbeda dan kelemahan serta kelebihan yang berbeda. Terdapat dua buah temuan dari penelitian yang pernah dilakukan oleh:

1. Angga Permana Kautsar pada tahun 2013 dengan judul “Meningkatkan Gerak Dasar Guling Depan Dengan Menggunakan Media Bantu Sederhana Di Kelas IV SDN Karapyak I Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang”. Penelitian tersebut menunjukan bahwa pada siklus I menghasilkan 37%, siklus II meningkat 63% dan pada siklus III 85,18% yang mencapai batas ketuntasan belajar. Kekurangan dalam penelitian ini yaitu siswa hanya dilatih gerak dasar guling depannya selama tiga siklus atau selama tiga kali pertemuan dan dengan media yang berbeda-beda setiap siklusnya. Artinya setiap siklus siswa


(5)

harus beradaptasi dengan media yang diberikan. Sehingga proses penyampaian tujuan akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Kelebihannya yaitu penggunaan media yang diberikan dapat meningkatkan gerak dasar guling depan, tetapi tidak diketahui peningkatannya bersifat signifikan atau tidak.

2. Juariah dengan judul “Pengaruh Media Kardus untuk Meningkatkan Gerak Dasar Guling Depan, PTK Pada Kelas IV SDN Panyingkiran III Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang”. Penelitian tersebut menunjukan bahwa pada dari setiap siklus terjadi peningkatan hasil belajar. Berdasarka data pada siklus III ternyata siswa yang tuntas dalam pembelajaran gerak dasar guling depan mencapai 90%.Kelebihan dari penelitian ini yaitu penggunaan media yang diberikan dapat meningkatkan gerak dasar guling depan,namun kekurangannya adalah tidak diketahuinya peningkatan yang timbul bersifat signifikan atau tidak.

Dari kedua temuan tersebut, ternyata penggunaan media mampu meningkatkan kemampuan gerak dasar guling depan pada siswa kelas IV. Namun tingkat kesignifikansiannya tidak jelas.Oleh karena itu peneliti bermaksud ingin mengambil penelitian yang serupa mengenai gerak dasar guling depan namun dengan media pembelajaran yang berbeda yaitu media bola. Peneliti berharap dengan penggunaan media tersebutgerak dasar guling depan yang dikuasai oleh siswa kelas IV dapat meningkat, selain itu juga peneliti ingin memotivasi siswa agar selalu antusias dalam mengikuti pembelajaran khususnya pembelajaran senam lantai guling depan. Melalui penelitian ini pula tingkat signifikansi peningkatan gerak dasar guling depan akan terlihat.

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu. 1. Hipotesis Penelitian

a. Pembelajaran guling depan dengan menggunakan media bola dapat meningkatkangerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai pada siswa kelas IVSDN Cimarga secara signifikan.


(6)

b. Pembelajaran guling depan tanpa menggunakan media bola dapat meningkatkangerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai pada siswa kelas IV SDN Linggasari secara signifikan.

c. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan media bola dan tanpa menggunakan media bola dalam pembelajaran guling depan.

2. Hipotesis Statistik

a. Ho : B = 0, nol berarti tidak ada peningkatan.

Ho : B 0, tidak sama dengan nol berarti lebih besar atau kurang dari nol berarti ada peningkatan.

b. Ho : B = 0, nol berarti tidak ada peningkatan.

Ho : B 0, tidak sama dengan nol berarti lebih besar atau kurang dari nol berarti ada peningkatan.

c. Ho 1 = 2, terdapat pengaruh yang sama. H1 1≠ 2, tidak terdapat pengaruh yang sama.