Pakaian Adat Pada Pesta Perkawinan Masyarakat Mandailing Sebagai Atraksi Wisata Di Tapanuli Selatan

(1)

liii

DAFTAR PUSTAKA

A.Yoeti, Oka. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa: Bandung.

Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Karyono, A. Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: PT. Gramedia.

Nasution, Pandapotan. 2005. Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman. Provinsi Sumatera Utara: FORKLA.

Soekadijo, R. G. 2000. Anatomi Pariwisata ( Memahami Pariwisata Sebagai Systemic Linkage ). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi Yogyakarta.

https://www.penduduk-berdasarkan-sensus-penduduk.html


(2)

xxv BAB III

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

3.1 Wilayah Mandailing

Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebuah Kabupaten di Sumatera Utara, yang amat besar dan beribukota di berpisah dari Kabupaten Tapanuli Selatan adalah Mandailing Natal, Kota Padang Sidempuan, Padang Lawas Utara dan Padang Lawas Selatan. Setelah pemekaran, ibukota kabupaten ini pindah ke

Secara geografis letak daerah Tapanuli Selatan berada di belahan Barat Indonesia dan sebelah Selatan Pulau Sumatera yang terletak pada 0,02’ s/d 2,3’ derajat Lintang Utara dan 98,49’ s/d 100,22’ derajat Bujur Timur.

Di kabupaten ini terdapat objek wisata Danau Marsabut dan Danau Siais. Bahasa yang digunakan masyarakatnya adalah bahasa Batak Angkola. Agama mayoritas penduduknya adalah Kecamatan Aek Godang. Slogan kabupaten ini adalah Sahata Saoloan

1. Letak

Di sebelah utara, kabupaten ini berbatasan dengan kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli Utara. Di bagian timur, berbatasan dengan kabupaten Padang Lawas


(3)

xxvi

dan Padang Lawas Utara, sebelah barat dan selatan berbatasan dengan Kabupaten Mandailing, dan tepat di tengah wilayahnya, terdapat kota Padang Sidimpuan yang seluruhnya dikelilingi oleh kabupaten ini.

2. Topografi

Secara garis besar, Kabupaten ini dilintasi oleh bukit barisan. Kabupaten ini masih memiliki daerah reservasi air di kawasan hutan Batang Toru yang masih kaya akan flora dan fauna yang sudah langka seperti kancil, rusa, kelinci, harimau, kucing hutan, tapir, anggrek hutan dan lain-lain. Dan sekarang sudah diusulkan menjadi kawasan Hutan Lindung. Karena sudah sangat rawan dengan perambahan hutan yang mengancam kehidupan yang ada di sekitar kawasan tersebut. Terdapat beberapa bukit dan gunung yang terkenal, antara lain Gunung Lubuk raya, Gunung Sibual-buali (masih aktif, dan memiliki geyser dan sumber air panas yang di tampung di dua kolam pemandian umum di daerah sipirok, bukit (tor) Simago-mago, dan lain-lain.

3. Pariwisata

Kabupaten Tapanuli Selatan banyak memiliki objek wisata yang menarik, antara lain Danau Buatan Cekdam (di daerah Pargarutan), Danau Siais, Danau Marsabut, Pemandian Aek Parsariran (di daerah Batang Toru), Pemandian Aek Sijorni, bukit (tor) simago-mago (Sipirok), Istana Adat di Muara Tais, wisata kerajinan tenun kain ulos tradisional dan panorama alam yang sejuk di daerah sipirok.


(4)

xxvii 4. Ekonomi

Secara umum, mata pencaharian masyarakat kabupaten Tapanuli Selatan adalah petani dan berkebun. Hasil pertanian yang terkenal adalah kopi, padi, salak, karet, kakao, kelapa, kayu manis, kemiri, cabe, bawang merah, bawang daun, dan sayur-sayuran.

Pembagian Wilayah Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari 14 kecamatan yaitu:

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.


(5)

xxviii Pemekaran

Sejak 10 Agustus 2007, jumlah kecamatan di kabupaten Tapanuli Selatan berkurang dengan adanyapemekaran dari kabupaten ini, yaitu melalui pembentuka

Kecamatan yang menjadi wilayah Kabupaten Padang Lawas

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Kecamatan yang menjadi wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara

1.

2.

3.

4.


(6)

xxix

6.

7.

3.2 Etnik Mandailing

Etnik Mandailing adalah orang yang berasal dari Mandailing secara turun-temurun di manapun ia bertempat tinggal. Etnik menurut garis keturunan ayah (patrilineal) yang terdiri dari marga-marga :

1. Nasution 2. Lubis 3. Pulungan 4. Rangkuti 5. Batubara 6. Daulay 7. Matondang 8. Parinduri 9. Hasibuan

(Menurut Pandapotan Nasution dalam bukunya Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman).

Marga-marga ini tidak serentak mendiami wilayah Mandailing. Ada beberapa marga yang datang kemudian mendiami wilayah Mandailing dan tidak mau disebut sebagai warga pendatang. Sebagai contoh marga Hasibuan yang bertempat tinggal di Mandailing, yang berasal dari Barumun sudah mempunyai Bona Bulu di Mandailing.


(7)

xxx

Sebahagian dari marga Hasibuan telah turut membuka huta bersama-sama dengan raja, sehingga ia disebut anak boru bona bulu. Demikian juga dengan marga lainnya.

Orang Mandailing memperhitungkan hubungan keturunan itu secara patrilineal. Suatu kelompok kekerabatan juga dihitung berdasarkan satu ayah, satu kakek atau satu nenek monyang. Perhitungan berdasarkan satu ayah disebut “saamang” pada orang Mandailing perhitungan hubungan berdasarkan satu kakek disebut “saompung”. Orang Mandailing biasanya dapat menunjukan garis hubungan kekerabatan dengan kaum kerabatnya sampai jauh kembali ke atas beberapa generasinya.

Di Mandailing ada falsafah yang menyebutkan “Hombar Do Adat Dohot Ibadat”. Artinya adat dan ibadah tidak dapat dipisahkan, adat tidak boleh bertentangan dengan agama Islam. Jika dalam upacara adat ada hal-hal yang mengganggu dengan pelaksannaan agama, adat itu harus dikesampingkan.

3.3 Kebudayaan Mandailing

Yang disebut kebudayaan tradisional itu nyatanya masih hidup dalam kebudayaan kontemporer. Adat perkawinan, adat menanam kepala kerbau pada waktu membangun gedung, batik tradisional dan lain-lain kebiasaan masih dipegang teguh, meskipun maknanya sudah tidak diketahui lagu atau sudah diberi makna baru. Akan tetapi untuk hal-hal tertentu orang tidak merasa harus mengindahkan adat. Inilah yang disebut kontemporer. Sebenarnya tidak ada tradisi yang bersih pada zaman sekarang,


(8)

xxxi

dan juga tidak ada kebudayaan modren yang tidak mengandung unsur-unsur tradisi walaupun kecil .

Yang membedakan kebudayaan Mandailing dari kebudayaan lainnya dapat dilihat dari bahasa, tulisan dan adat istiadatnya baik dalam pergaulan sehari-hari dan dalam upacara-upacara tertentu. Adat istiadat Mandailing berdasarkan “Dalihan Na Tolu”

Bahasa Mandailing merupakan medium utama kebudayaan. Mandailing. Bahasa Mandailing sampai sekarang masih dipakai di daerah Mandailing dan di daerah-daerah lain di perantauan dalam pelaksanaan komunikasi di antara sesama etnik Mandailing. Bahasa Mandailing mempunyai logat dan aksen (irama) yang lemah lembut dan dibawakan dengan suara halus. Sesuai dengan pemakaiannya bahasa Mandailing terdiri dari lima tingkatan, yaitu : (Menurut Pandapotan Nasution dalam bukunya Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman).

a. Bahasa adat (bahasa pada waktu upacara adat) b. Bahasa andung (bahasa waktu bersedih) c. Bahasa parkapur (bahasa waktu di hutan) d. Bahasa na biaso (bahasa sehari-hari) e. Bahasa bura (bahasa waktu marah/kasar) Contoh :

a. Sirih

Bahasa adat = napuran Bahasa andung = simanggurak Bahasa biasa = burangir


(9)

xxxii Bahasa parkapur = siroan b. Harimau

Bahasa adat = balemun Bahasa parkapur = ompu i Bahasa biasa = babiat Bahasa bura = simorjut c. Makan

Bahasa adat = marpanyogon Bahasa biasa = mangan Bahasa bura = mandursik

(Menurut Pandapotan Nasution dalam bukunya Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman).

Bentuk masyarakat Batak Mandailing di kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan pada filsafat “Dalihan Na Tolu” sebagaimana alat tempat memasak yang bertumpu pada tiga buah batu yang merupakan tungku. Demikian juga dengan kelompok masyarakat Tapanuli Selatan yang didukung oleh lapisan-lapisan masyarakat yang terdiri dari :

1. Kahanggi yakni golongan yang merupakan teman semarga atau serumpun menurut golongan marga.

2. Anak boru yakni golongan yang diberi boru (perempuan), misalnya seorang yang bermarga Siregar mengambil istri dari marga Harahap, maka Siregar tersebut adalah anak boru dari marga Harahap.


(10)

xxxiii

3. Mora adalah pihak memberi boru, seperti contoh di atas yaitu mora dari Siregar.

Sifat orang Mandailing adalah suka merantau, religius, kritis, mudah menyusaikan diri, dan berani menegakkan keberanian. Sifat perantau orang Mandailing menyebabkan mereka tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai profesi, bahkan sampai ke luar negeri seperti Malaysia, Saudi Arabia, dan Eropa.

Daerah perantauan orang Mandailing yang pertama secara lokal adalah Sumaera Barat, Tanah Deli, Langkat dan Malaysia. Bahkan pada tahun 1800 seorang warga Mandailing telah pergi menuntut ilmu ke negara Belanda, bernama Sati Nasution gelar William Iskander dalam bukunya Si Bulus-bulus Si Rumbuk-rumbuk. William Iskandar menulis falsafah dan ajaran-ajaran agama orang Mandailing berkemauan keras menuntut ilmu. Sebagai contoh dapat dilihat dari beberapa bait sajaknya yang berjudul Ajar ni Amangna di Anakna na kehe tu Sikola sebagai berikut:

I abo, ale amang, sinuan tunas!

Langka ma ho, amang, marguru tu sikola Ulang hum baen song luas-luas,

Tai ringgas ho, amang, marsipoda

Anggo panganon dohot abit, Huparkatcitkon manjalahisa, Inda au nian mangkikit, Di ho mangalehensa I ma le nian, amang

Por ni rohakku ho marbisuk,

Ampot sogot madokdok ma hu lala pamatang, Anso hu domu hubaen usuk.


(11)

xxxiv 3.4 Penduduk Serta Mata Pencaharian

a. Penduduk

Orang Mandailing hampir 95% penganut agama Islam yang taat, oleh karena itulah agama Islam sangat besar pengaruhnya dalam pelaksanaan upacara-upacara adat. Bahkan dalam upacara-upacara kematian dan hukum waris sebahagian besar di antara mereka hanya memakai hukum Islam.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) 2010 Menurut Kecamatan di Kab. Mandailing Natal,Kab. Tapanuli Selatan, Kab. Padang Lawas Utara,

Kab. Padang Lawas, dan Kota Padang Sidempuan

Kecamatan Laki-laki Perempuan

Total

Angka Persen

Batahan 8.905 8.623 17.528 4,34

Sinunukan 7.847 7.429 15.276 3,78

Batang Natal 11.260 11.120 22.380 5,54

Lingga Bayu 11.373 11.092 22.465 5,56

Ranto Baek 5.633 5.517 11.150 2,76

Kotanopan 12.636 13.568 26.204 6,49

Ulu Pungkut 2.097 2.146 4.243 1,05

Tambangan 5.276 6.181 11.457 2,84

Lembah Sorik Merapi 7.761 7.765 15.526 3,84


(12)

xxxv

Muara Sipongi 4.835 4.834 9.669 2,39

Pakantan 1.082 1.063 2.145 0,53

Panyabungan 37.559 39.858 77.417 19,17

Panyabungan Selatan 4.486 4.900 9.386 2,32

Panyabungan Barat 4.181 4.704 8.885 2,20

Panyabungan Utara 9.705 10.258 19.963 4,94

Panyabungan Timur 5.960 6.334 12.294 3,04

Huta Bargot 2.719 2.967 5.686 1,41

Natal 13.802 13.505 27.307 6,76

Muara Batang Gadis 7.649 7.498 15.147 3,75

Siabu 22.847 24.426 47.273 11,70

Bukit Malintang 5.348 5.540 10.888 2,70

Naga Juang 1.819 1.831 3.650 0,90

Kab. Mandailing Natal 198.623 205.271 403.894 100,00

Batang Angkola 15.634 16.498 32.132 12,17

Sayur Matinggi 18.232 19.425 37.657 14,26

Angkola Timur 9.269 9.233 18.502 7,01

Angkola Selatan 14.300 13.452 27.752 10,51

Angkola Barat 20.482 20.801 41.283 15,63

Batang Toru 14.385 14.347 28.732 10,88

Marancar 4.676 4.637 9.313 3,53


(13)

xxxvi

Sipirok 15.014 15.392 30.406 11,51

Arse 3.886 3.982 7.868 2,98

Saiper Dolok Hole 6.349 6.310 12.659 4,79

Aek Bilah 3.316 3.083 6.399 2,42

Kab. Tapanuli Selatan 131.435 132.673 264.108 100,00

Batang Onang 6.326 6.487 12.813 5,74

Padang Bolak Julu 4.823 5.101 9.924 4,45

Portibi 11.462 11.763 23.225 10,41

Padang Bolak 28.871 29.414 58.285 26,13

Simangambat 24.058 22.673 46.731 20,95

Halongonan 14.603 14.335 28.938 12,97

Dolok 11.505 11.009 22.514 10,09

Dolok Sigompulon 8.109 7.815 15.924 7,14

Hulu Sihapas 2.341 2.354 4.695 2,10

Kab. P. Lawas Utara 112.098 110.951 223.049 100,00

Sosopan 4.613 4.522 9.135 4,09

Ulu Barumun 6.829 7.038 13.867 6,21

Barumun 24.391 25.862 50.253 22,49

Lubuk Barumun 8.092 8.137 16.229 7,26

Sosa 15.854 15.796 31.650 14,16

Batang Lubu Sutam 5.988 5.899 11.887 5,32


(14)

xxxvii

Huristak 9.848 9.632 19.480 8,72

Barumun Tengah 15.654 16.062 31.716 14,19

Kab. Padang Lawas 111.587 111.893 223.480 100,00

P. Sidempuan Tenggara 14.382 15.436 29.818 15,57

P. Sidempuan Selatan 30.040 30.908 60.948 31,82

P. Sidempuan Batunadua

9.059 9.161 18.220 9,51

P. Sidempuan Utara 28.589 31.097 59.686 31,16

P. Sidempuan Hutaimbaru

7.576 7.797 15.373 8,03

P. Sidempuan Angkola Julu

3.708 3.801 7.509 3,92

Kota Padang Sidempuan

93.354 98.200 191.554 100,00

Sensus Penduduk 2010

b. Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat di Tapanuli Selatan pada umunya adalah bertani Selain itu mata pencaharian lain yang sampai sekarang dilakukan adalah menambang emas. Mata pencaharian ini dilakukan karena daerah Tapanuli Selatan merupakan daerah yang memiliki kandungan mineral logam, khususnya emas dan perak. Deposit emas yang sangat besar ada di Kecamatan Batang Toru, sehingga sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian mendulang emas. Mata pencaharian ini menggugah seorang seniman untuk mengolahnya menjadi sebagai tarian.


(15)

xxxviii

Penduduk Mandailing Godang sebahagian besar petani sawah dan di Mandailing Julu sebahagian besar petani perkebunan sesuai dengan alamnya yang bergunung-gunung. Tanaman perkebunan yang ditanam adalah karet, kopi, kulit manis, cengkeh dan lain-lain.


(16)

xxxix BAB IV

PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN MASYARAKAT MANDAILING SEBAGAI ATRAKSI WISATA DI TAPANULI SELATAN

4.1 Pakaian Penganten Pada Acara Adat Perkawinan

Setiap etnik di Indonesia mempunyai adat-istiadat masing-masing, walaupun pada umumnya ada kesamaan, namun dalam beberapa hal mempunyai kekhususan masing-masing. Demikian juga dengan pakaian adat pada perkawinan. Pakaian ini merupakan salah satu ciri dari suku itu sendiri. Etnik Mandailing pakaian adat perkawinan disebut dengan hampu dan bulang.

a. Pakaian Penganten Laki-Laki

Hampu yaitu berbentuk kopiah yang dililit sekelilingnya yang dipakai oleh penganten laki-laki, berbentuk pipa yang dibungkus dengan kain beludru hitam dan ujung pipa itu diikat satu kali. Ujungnya satu menghadap ke atas dan ujung satu lagi menghadap ke bawah. Lingkaran yang melilit kopiah tadi menunjukkan genggaman kekuasaan. Ujungnya yang menghadap ke atas diartikan menjunjung tinggi langit dn ujung satu lagi yang menghadap ke bawah disebut manombom tano, artinya berkuasa di bumi. Keseluruhan hampu dihiasi (ditabur) dengan ornamen berbentuk bunga melati dengan warna kuning keemasan yang menunjukkan ketinggian derajat kebangsawanan pemakainya.


(17)

xl Kelengkapan hampu yaitu:

a. Pakaian baju : baju yang dipakai adalah baju godang seperti model jas dengan kerah tegak dan disulam bordir dengan benang emas, demikian juga dengan kantong depan penutupnya dibordir. Bentuk cempaka warna kuning emas, dasar baju berwarna hitam, dari sebelah belakang juga dibordir dengan benang berwarna kuning emas.

b. Rompi : rompi yang dipakai sebelum memakai baju godang dari luar. Rompi berwarna hitam dan sulam dari depan dengan benang berwarna emas bermotif bunga cempaka.

c. Puntu : gelang tangan yang berbentuk belah rotan dengan lebar ± 3 cm warna kuning emas. Dipakai di lengan sebelah kanan dan kiri. Sebelah kanan polos (tanpa bunga), di sebelah kiri rompi yang berukir yang polos menunjukkan betina. Puntu ini ada 2 pasang yang satu pasang untuk penganten laki-laki dan satu pasang lagi untuk penganten perempuan.

d. Keris : keris juga ada 2 pasang, gagangnya yang sebelah bengkok dengan ujung runcing, sebelah lagi seperti mulut ular yang ternganga.

b. Pakaian Penganten Perempuan

Bulang merupakan pakaian kebesaran yang dipakai oleh penganten perempuan. Bulang berwarna kuning keemasan, bertingkat tiga, namun pada saat sekarang bulang sampai lima tingkat bahkan tujuh tingkat. Sedangkan yang seharusnya hanya tiga tingkat.


(18)

xli

Sesuai dengan nama sebagai mahkota bulang dipakai di kepala yang dilengkapi dengan jarungjung (kembang/bunga) yang menjulang ke atas, tusuk sanggul berwarna emas dan sisir yang dipakai di atas sanggul juga berwarna emas. Kelengkapan bulang yaitu:

a. Baju : baju yang dipakai berbentuk baju kurung berwarn hitam yang dihiasi dengan bordir benang emas warna kuning dihiasi dengan ornamen tabur berbentuk bintang-bintang.

b. Kain songket pasangan baju kurung

c. Dua helai selendang tenun patani (songket) yang diselempangkan di kanan kiri bahu dan ujungnya disilangkan ke kanan dan ke kiri pinggang. Warna kain selendang berwarna merah hati.

d. Ikat pinggang berwarna emas yang diukir dengan bentuk segi empat di sambung-sambung.

e. Puntu yang dipakai di kanan kiri lengan sebagaimana telah disebut di atas. f. Sepasang keris yang dipasang pada ikat pinggang sebelah depan.

g. Anting-anting emas

h. Kalung kuning berwarna emas yang disebut dengan tapak kuda karena bentuknya menyerupai tapak kuda.

i. Gaja meong : terbuat dari kain yang dibentuk sedemikian rupa sehingga agak tegang dan tebal.

j. Loting-loting : berbentuk mancis tradisional untuk menggosok batu agar keluar api.


(19)

xlii

Disamping hampu, adapula penutup kepala yang disebut rendo yaitu kopiah yang terbuat dari kain empat persegi yang dililitkan di kepala. Dipinggirnya yang merupakan penutup dari atas diberi jambul yang terbuat dari pernik-pernik berwarna emas kekuning-kuningan menyerupai pita.

4.2Beberapa Pakaian Adat Perkawinan Yang Menjadi Atraksi Wisata a. Bali

Pakaian adat perkawinan di Bali sudah menjadi atraksi wisata bagi wisatawan yang berkunjung dan para wisatawan bisa mendapatkan paket istimewa foto baju Bali. Berlokasi di pusat kota Denpasar dengan suasana yang masih asri dengan layout rumah adat Bali. Tempat inilah yang akan menjadi studio outdoor bagi wisatawan untuk mengabadikan momen dengan pakaian adat Bali. Paket berfoto pakaian adat Bali atau baju adat Bali ini bisa dilakukan bersama keluarga maupun pasangan bagi wisatawan. Liburan di Bali akan lebih berwarna dengan membawa oleh-oleh sebuah kenangan yang dibalut dengan pakaian adat Bali. Paket pakaian tradisional Bali dilakukan langsung di rumah tradisional Bali dan bukan di studio yang tentunya akan menambah kesan alami sebagai background foto pakaian adat Bali.

Tunjukan keangunan dan kegagahan foto di Bali ditunjukan saat wistawan menjadi pasangan Bali yang sangat cantik dan tampan dengan paket pakaian adat Bali bersama. Keunikan lain yang ditawarkan dari paket pakaian adat Bali ini adalah bisa tahu bagaimana layout rumah Bali meskipun sudah dibangun dengan design yang sudah modern dan arsitektur yang sudah dimodifikasi akan tetapi kesan Bali masih


(20)

xliii

kental bisa dilihat di rumah Bali ini. Dengan baju adat Bali ini tunjukan bahwa wisatawan memang pernah menjadi orang Bali walaupan hanya sesaat akan tetapi bisa mengabadikan dengan bidikan lensa kamera yang tentunya akan sangat diijinkan selain di ambil oleh seorang fotographer yang sudah berpengalaman yang sudah termasuk dalam paket pakaian adat Bali.

Daftar harga paket foto pakaian adat di Bali

Per Orang Couple

(Pasangan)

Harga Termasuk

Rp 300.000 Rp 400.000

• Sewa pakaian adat Bali

• Rias adat Bali

• 5lembar foto ukuran 4 R

• CD foto

• Studio yang bernuansa di Bali

b. Sumatera Barat

Selain Bali, pakaian adat di Sumatera Barat juga sudah menjadi atraksi wisata bagi wisatawan yang berkunjung. Untuk wisatawan yang berkunjung ke kota Padang rasanya belum lengkap jika belum menyempatkan diri berkunjung ke Istano Basa Pagaruyung, istana dengan bentuk rumah gadang nan megah, dilengkapi dengan


(21)

xliv

properti khas minang. Untuk tampilan luar, objek wisata ini dari jauh sudah terlihat megah dan indah, di mana terlihat sekali kesan terawat dan terjaganya.

Mengunjungi Istano Basa Pagaruyung di Batusangkar Sumatera Barat, wisatawan bisa mencoba menjadi penganten minang sehari. Di sana ada penyewaan pakaian adat seperti pakaian penganten, pakaian datuk juga pakaian bundo kandung. Menggunakan baju adat yang disewa, karena untuk baju adat wanita ada aksesoris kepala yang bernama "suntiang" yang cukup berat dan agak membuat gerak harus berhati-hati.

Istano Basa Pagaruyung, merupakan istananya raja kerajaan Pagaruyung di Batusangkar. Di tempat ini wisatawan bisa melihat banyak orang-orang yang berpakaian penganten atau berpakaian datuk. Itu bukanlah anak daro dan marapulai, sebutan untuk penganten minang, atau juga bukan datuk atau penghulu adat. Itu adalah wisatawan yang berkunjung dan mencoba pakaian-pakaian adat di tempat penyewaan pakaian yang ada di bawah istana ini.

Wisatawan bisa menyewa pakaian penganten lengkap dengan suntingnya, pakaian datuk dan bundo kandung. Peminatnya tidak hanya wisatawan lokal, tapi juga wisatawan mancanegara. Berpakaian penganten semacam ini, tentunya akan menjadi kenang-kenangan bagi wisatawan, saat balik ke kotanya ataupun ke negaranya.

Untuk menyewa kostum adat pengantin minang, dengan biaya Rp 35 ribu per orang, wisatawan sudah dapat mengenakan pakaian adat lengkap dengan aksesorisnya untuk wanita lengkap dengan suntiang, dan untuk lengkap dengan keris dan pengikat kepala. Di sana juga disediakan jasa foto langsung jadi.


(22)

xlv c. Tapanuli Selatan

Peranan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan infrastruktur, memperluas berbagai fasilitas, kegiatan koordinasi antara pemerintah dengan pihak swasta, serta promosi. Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera Utara memiliki berbagai ragam sumber daya alam dan budaya sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata. Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata yang ada tersebar hampir di semua kecamatan. Salah satu alternatif pengembangan objek wisata dan dapat dijadikan pilihan para wisatawan sebagai daerah tujuan wisata untuk dinikmati khususnya di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah objek wisata yang terkait dengan pariwisata alam. Di antara objek wisata yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan salah satu objek wisata yang potensial adalah Danau Siais yang sampai sekarang masih terbengkalai pembangunannya dan potensi yang ada belum dimanfaatkan dengan optimal. Danau Siais terletak Desa Rianiate Kecamatan Angkola Sangkunur yang berjarak 63 km dari Kota Padangsidimpuan.

Budaya juga merupakan salah satu unsur pendukung kegiatan pariwisata. Sumatera Utara juga telah terbukti banyak menarik minat wisatawan. Salah satu dari wujud kebudayaan yang terdapat di Sumatera Utara khususnya di Tapanuli Selatan yaitu pakaian adat perkawinan batak Mandailing. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik karena memiliki nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya. Pakaian adat perkawinan ini merupakan salah satu ciri dari suku itu sendiri. Etnik Mandailing pakaian adat perkawinan disebut dengan hampu dan bulang.


(23)

xlvi

Penganten Mandailing menggunakan pakaian adat yang didominasi warna merah, keemasan dan hitam. Pengantin pria menggunakan penutup kepala yang disebut hampu atau mahkota yang dipakai raja-raja Mandailing di masa lalu, baju godang yang berbentuk jas, ikat pinggang warna keemasan dengan selipan dua pisau kecil disebut bobat, gelang polos di lengan atas warna keemasan, serta kain samping dari songket Tapanuli. Sedangkan, pengantin wanita memakai penutup kepala disebut bulang berwarna keemaasan dengan beberapa tingkat, penutup daerah dada yaitu kalung warna hitam dengan ornamen keemasan dan dua lembar selendang dari kain songket, gelang polos di lengan atas berwarna keemasan, ikat pinggang warna keemasan dengan selipan dua pisau kecil, dan baju kurung dengan bawahannya songket.

Sesuai dengan perkembangan zaman pakaian adat ini telah banyak perubahan. Sementara untuk pengantin wanita adat Batak Mandailing, mengenakan baju warna merah dengan hiasan bulang di atas kepalanya. Nanda merupakan pedagang pakaian di kota Medan mengungkapkan, dahulunya pengantin wanita adat Mandailing memakai baju kurung merah dan pria jas hitam. Tapi sejak tahun 1890-an pengantin wanita memakai kebaya merah. Berubahnya baju kurung menjadi baju kebaya juga belum diketahui alasannya. Menurut Nanda hal itu tidak termasuk tren karena busana Mandailing mirip seperti Batak Toba hanya beda pada ulos dan aksesoris saja. Aksesoris busana penganten adat Mandailing aslinya logam mulia. Tapi kini tidak lagi. Untuk penganten perempuan, ulos diselempangkan secara silang sehingga mempelai wanita memakai 2 ulos sedangkan mempelai pria memakai 1 ulos saja.


(24)

xlvii

Sangat disayangkan pakaian adat perkawinan ini mengalami perubahan yang dapat menghilangkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, boleh saja pakaian adat mengalami perubahan untuk dimodifikasi menambah keindahannya tetapi tanpa menghilangkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Pakaian adat di Tapanuli Selatan merupakan salah satu kebudayaan yang bisa menjadi potensi sebagai atraksi wisata. Pakaian adat pada pesta perkawinan pada suku Mandailing mempunyai keunikan dan keindahan tersendiri yang dapat dijadikan atraksi wisata bagi wisatawan. Pakaian adat perkawinan mandailing ini dapat dikemas dengan cara yang unik dan dengan rapi agar menarik wisatawan melihatnya dan mengenakan pakaian adat itu sebagai momen dokumentasi foto pernah menjadi pengantin sehari dan dengan begitu dapat dijadikan sebagai atraksi wisata. Dengan cara memperkenalkan pakaian itu dan menyewakannya bagi para wisatawan untuk menjadikan momen utuk berfoto, sebagaimana sesudahnya di Bali dan Sumatera Barat pakaian adat sudah menjadi atraksi wisata bagi wisatawan yang berkunjung di sana. Sudah seharusnya itu dilakukan pemerintah setempat untuk mengangkat pakaian adat sebagai atraksi wisata untuk menjaga dan melestarikan serta memperkenalkan adat budaya dari Tapanuli Selatan.

Pemerintah setempat bekerja sama dengan dinas pariwisata dalam mengembangkan kebudayaan dari Tapanuli Selatan, selain mengadakan pameran yang diadakan setiap tahunnya seperti di Pekan Raya Sumatera Utara di pameran ini kebudayaan Mandailing serta pakaian adat selalu ditampilkan. Dengan begitu mampu mempromosikan pakaian adat ini dan juga harus menjadikan sebagai atraksi wisata dengan menyewakan pakaian adat ini untuk para pengunjung yang datang. Selain itu


(25)

xlviii

khususnya di Tapanuli Selatan harusnya ada suatu museum yang dibangun untuk menyimpan barang peninggalan sejarah terutama mengenai pakaian adat penganten ini dengan adanya museum itu akan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung mengetahui kebudayaan Mandailing dan bisa mengenakan pakaian adat dengan menyewanya, dengan begitu pakaian adat Mandailing dapat diperkenalkan, dipromosikan dan juga untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan agar tidak hilang.

Atraksi wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu yang cukup lama dan memberikan kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung, menjadi sebuah Daya Tarik Wisata bagi wisatawan sekaligus dapat dijadikan sebagai aset wisata budaya bagi dunia kepariwisataan di Indonesia. Begitupun pakaian adat suku Batak Mandailing yang penuh dengan nuansa budaya yang tinggi dan keunikan serta keindahan sendiri mampu menarik wisatawan dengan dikemas secara baik oleh pemerintah.

Dan masyarakat sebagai pelaku utama atraksi budaya tidak dapat melepaskan dari peran tersebut. Tanpa adanya dukungan masyarakat, berbagai upaya-upaya pemerintah tidak akan berarti. Memotivasi anggota keluarga untuk melestarikan kebudayaan temurun supaya nilai-nilai kebudayaan itu tidak hilang tertelan dengan kecanggihan zaman.


(26)

xlix

4.3Pengemasan Produk Wisata Pakaian Adat Mandailing

Agar perjalanan wisata ke Daerah Tujuan Wisata dapat terpuaskan, maka diperlukan pengemasan produk pariwisata yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan wisatawan. Oleh karena itu produk itu harus dikemas dengan baik dengan cara :

1. Mengemas Produk

Mengemas produk pakaian adat Mandailing sebagai atraksi wisata yang terdapat di Tapanuli Selatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang tinggal sebentar. Sopo Godang merupakan rumah adat Mandailing, di mana di Sopo Godang ini para wisatawan dapat langsung memakai dan mengabadikan momen foto dengan memakai pakaian adat asli budaya Mandailing.

2. Mengemas Pelayanan

Untuk mencapai tingkat unggul, setiap orang harus memiliki keterampilan tertentu, diantaranya berpenampilan baik dan rapi, bersikap ramah, memperlihatkan gairah kerja dan sikap selalu siap melayani, tenang dalam bekerja, tepat waktu, tidak tinggi hati karena merasa dibutuhkan, menguasai pekerjaannya, mampu berkomunikasi dengan baik, bisa memahami bahasa isyarat (gesture) wisatawan, dan memiliki kemampuan menangani keluhan wisatawan secara tepat. Mengemas pelayanan yang unggul bukanlah pekerjaan mudah. Akan tetapi bila hal tersebut dapat dilakukan, maka Daerah Tujuan Wisata yang menyelenggarakan pariwisata akan dapat meraih manfaat yang besar, terutama berupa kepuasan dan loyalitas wisatawan yang besar.


(27)

l 3. Komitmen dan Kerjasama

Komponen-komponen kepariwisataan yang berperan dalam penyelenggaraan sistem industri pariwisata secara garis besar terdiri dari tiga komponen, yaitu pemerintah, jasa-jasa kepariwisataan, dan masyarakat di sekitar Obyek dan Atraksi Wisata. Kewajiban pemerintah daerah adalah merencanakan, membangun, mengorganisasikan, memelihara, dan mengawasi secara bersama dengan pemerintah daerah lainnya dalam segala sektor yang mendukung kegiatan pariwisata. Pemerintah daerah berserta instansi-instansinya, industri jasa, dan masyarakat mempunyai kewajiban untuk bekerja sama dengan pemerintah daerah lainnya dalam mengemas paket-paket wisata.


(28)

li BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Adat istiadat Mandailing adalah identitas Mandailing. Dengan adanya adat istiadat yang menjadi identitasnya akan membedakannya dengan etnik lain. Begitu juga dengan pakaian adatnya yang memiliki khas tersendiri harus tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang dan mengalami perubahan yang menghilangkan keasliannya khususnya pakaian adat perkawinan masyarakat Mandailing.

2. Dengan berbagai atraksi-atraksi yang bisa dilakukan dalam pakaian adat ini dapat menjadikan pakaian adat sebagai atraksi wisata dengan mengkemas dengan baik yang menjadi potensi bagi pariwisata di Tapanuli Selatan.


(29)

lii 5.2Saran

1. Kepada pemerintah daerah khususnya dinas pariwisata setempat untuk melestarikan dan mempromosikan pakaian adat salah satunya dengan cara menampilkan pakaian adat di acara event-event tertentu dengan begitu bisa dikenakan wisatawan dan akan diketahui khalayak banyak tentang keindahan dan keunikan pakaian adat dari Tapanuli Selatan.

2. Tidak hanya kepada pemerintah, kepada masyarakat setempat juga harus ikut berperan aktif dalam menjaga dan mencintai kebudayaan yaitu pakaian adat yang merupakan peninggalan secara turun-temurun agar tidak hilang dengan perkembangan zaman.


(30)

xiv BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pariwisata

Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu :“pari”dan“wisata”. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata berarti perjalanan. Pariwisata dapat didefenisikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dapat dikatakan bahwa perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu.

Sihite (2000: 46-47) menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut :“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”.

Pariwisata merupakan suatu aktivitas yang bersifat sementara tidak untuk memperoleh penghasilan dan untuk menikmati perjalanan sebagai rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beragam tanpa adanya suatu paksaan, menurut Hunzieker dan Kraff (dalam Yoeti; 1996: 115) menyatakan :


(31)

xv

“Pariwisata adalah keseluruhan hubungan dan gejala-gejala pariwisata yang timbul dari adanya perjalanannya tidak untuk menetap dan tidak ada hubungannya dengan kegiatan mencari nafkah”.

Sedangkan menurut Meyers (2009) pariwisata adalah “aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan seseorang maupun kelompok untuk sementara waktu dari tempat asal ke tempat tujuan dengan maksud bukan mencari nafkah ataupun untuk menetap di tempat yang dikunjungi, tetapi untuk menikmati perjalanan, rekreasi dan untuk memenuhi keinginanan yang beragam tanpa adanya unsur paksaan.

Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh sesorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui suatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan, dan keperluan usaha lainnya. Adapun Undang- Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yaitu:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan Daya Tarik Wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.


(32)

xvi

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pengusaha.

5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. 6. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah

kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

7. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

8. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.

9. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.


(33)

xvii

10. Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

11. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

2.2 Jenis-jenis Pariwisata

Menurut jenisnya pariwisata terbagi lima, yaitu:

a. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourist), yaitu:

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mengetahui kehendak rasa ingin tahu, untuk mendapatkan ketenangan. Sementara orang mengadakan perjalanan semata-mata untuk menikmati tempat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya untuk dikunjungi.

b. Pariwisata dengan tujuan rekreasi (Recretion Tourist), yaitu:

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat dan menyegarkan kembali tubuh yang telah letih selama beraktifitas. Biasanya mereka tinggal selama mungkin di tempat-tempat yang dianggap betul menyenangkan.


(34)

xviii

c. Pariwisata Budaya (Cultural Tourism), yaitu:

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang ingin mempelajari kebudayaan suatu negara tertentu. Biasanya mengunjungi pusat-pusat kebudayaan seperti sanggar tari, monumen, candi-candi dan peninggalan budaya.

d. Pariwista dengan tujuan olahraga (Sport Tourism), yaitu:

Jenis pariwisata ini terbagi atas dua kategori yaitu : Big Sport Event dan Sport Tourism of Practitioner. Big Sport Event yaitu peristiwa-peristiwa olahraga seperti : Olympiade, kejuaraan tinju dunia, World Cup dan sebagainya. Sedangkan Sport Tourism of Practitioner yaitu peristiwa olahraga bagi mereka ingin mempraktekan sendiri seperti : mendaki gunung, berburu dan memancing.

e. Pariwisata untuk bisnis (Business Tourism), yaitu:

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh sekelompok orang yang sifatnya untuk urusan bisnis, seperti kunjungan ke pameran produksi barang-barang.

2.3 Pengertian Wisatawan

Wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata yang tinggal sementara, sekurang-kurangnya 24 jam. Orang-orang yang datang berkunjung ke suatu tempat atau negara, biasanya disebut sebagai pengunjung (visitor). Pengunjung-pengunjung ini umumnya datang ke suatu tempat


(35)

xix

dengan bermacam-macam motivasi. Wisatawan adalah bagian yang termasuk di dalamnya namun tidak semua pengunjung dapat disebut sebagai wisatawan.

Ada dua kategori mengenai sebutan pengunjung, yakni :

1. Wisatawan adalah pengunjung yang tinggal sementara, sekurang-kurangnya 24 jam di suatu negara.

2. Pelancong adalah pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara yang dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam.

2.4 Jenis-jenis Wisatawan

• Menurut Cohen dalam buku (Ismayanti, 2010: 33-36) wisatawan terbagi empat, yaitu:

1. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali belum diketahuinya.

2. Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanannya sendiri, tidak mau mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah umum. Wisatawan seperti ini bersedia memanfaatkan fasilitas dengan standar lokal dan interaksi dengan masyarakat lokal.

3. Individual Mass Tourist, yaitu wisatawan yang menyerahkan pengaturan perjalanannya kepada agen perjalanan.

4. Organized Mass Tourist, yaitu wisatawan yang hanya mau menggunakan daerah tujuan wisata yang sudah dikenal.


(36)

xx

• Menurut Smith dalam buku (Ismayanti, 2010: 36-38) wisatawan terbagi tujuh, yaitu:

1. Explorer, yaitu wisatawan yang mencari perjalanan baru dan berinteraksi dengan masyarakat lokal, bersedia menerima fasilitas seadanya.

2. Elite, yaitu wisatawan yang mengunjungi daerah tujuan wisata yang belum dikenal, tetapi dengan pengaturan terlebih dahulu dan bepergian dalam jumlah yang kecil.

3. Off beat, yaitu wisatawan yang mencari atraksi sendiri, tidak mau ikut ketempat-tempat yang sudah ramai dikunjungi.

4. Unusual, yaitu wisatawan yang dalam perjalanannya sekali waktu juga mengambil aktivitas tambahan, untuk mengunjungi tempat-tempat baru atau melakukan aktivitas.

5. Incipient, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan secara individual atau dalam kelompok kecil, mencari daerah tujuan wisata yang mempunyai fasilitas standar.

6. Mass, yaitu wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata dengan fasilitas yang sama dengan didaerahnya.

7. Charter, yaitu wisatawan yang mengunjungi daerah tujuan wisata daerah lingkungan yang mirip dengan daerah asalnya dan biasanya hanya untuk berenang-senang.


(37)

xxi 2.5 Pengertian Objek & Daya Tarik Wisata

Obyek Wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Menurut SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98 / PW.102 / MPPT-87, Obyek Wisata adalah semua tempat atau keadaan dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan. Obyek wisata dapat berupa wisata alam seperti museum, benteng, situs peninggalan sejarah, dan lain-lain. Objek dan Daya Tarik Wisata juga merupakan hal yang sangat penting dalam mensukseskan program pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai aset yang dapat dijual kepada wisatawan.

Daya Tarik Wisata merupakan sasaran perjalanan wisata seperti berikut : 1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan

fauna, seperti pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.

2. Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

3. Sasaran wisata minat khusus, seperti berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, dan tempat-tempat ziarah.


(38)

xxii

Objek dan Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu disuatu tempat yang memiliki keunikan, keindahan, kemudahan dan nilai yang berwujud keanekaragaman kekayaan alam maupun buatan manusia yang menarik dan mempunyai nilai untuk dikunjungi dan dilihat oleh wisatawan. Suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik di samping harus ada Objek dan Atraksi Wisata. Objek dan Daya Tarik Wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup, dan sebagainya yang memiliki daya tarik dan nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan sekaligus merupakan sasaran utama wisatawan dalam mengunjungi suatu daerah atau negara.

Objek dan Daya Tarik Wisata dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yang terdiri dari beberapa unsur, yaitu

a. Alam (Nature), yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam dimanfaatkan dan diusahakan di tempat objek wisata yang dapat dinikmati dan memberikan kepuasan bagi wisatawan, misalnya keindahan alam, flora dan fauna, pemandangan alam dan lain-lain.

b. Kebudayaan (culture), yaitu segala sesuatu yang berupa daya tarik yang berasal dari seni dan kreasi manusia berupa kesenian tari-tarian, upacara adat, keagamaan dan lain-lain.

c. Tata cara hidup masyarakat (The Way Of Life), yaitu segala sesuatu yang merupakan aktivitas atau kegiatan manusia yang khas, dan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan objek wisata, misalnya Suku Dayak di Kalimantan dan Suku Asmat di Irian Jaya dengan gaya dan cara hidup yang masih unik dan pembakaran mayat (ngaben) di Bali.


(39)

xxiii

d. Hasil ciptaan manusia (Man madeSupply), yaitu segala sesuatu yang merupakan hasil karya manusia yang dapat dijadikan sebagai objek wisata misalnya candi-candi, prasasti, monumen, kerajinan tangan dan lain-lain.

Suatu tempat atau daerah agar dapat dikatakan sebagai objek wisata menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi syarat-syarat, yaitu :

a) Something to see

Di tempat tersebut harus ada Objek dan Atraksi Wisata yang berbeda dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi wisatawan. Something to see meliputi pemandangan alam, kegiatan, kesenian dan atraksi wisata.

b) Something to do

Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lama di tempat itu.

c) Something to buy

Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk di bawa pulang ke tempat asal. Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata adalah unsur-unsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya buatan yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagi daya tarik untuk menjadi sarana wisata atau


(40)

xxiv

objek wisata yaitu, semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang disediakan atau bersumber pada alam saja.


(41)

vii BAB I PENDAHULUAN

1.1Alasan Pemilihan Judul

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan wilayah yang cukup diminati wisatawan dunia. Tujuh puluh persen masyarakat dunia melakukan perjalanan ke ASEAN setiap tahunnya. Hal ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan oleh sektor pariwisata ASEAN. Untuk itu diperlukan upaya bersama negara-negara ASEAN untuk mengatasi kendala-kendala yang dapat menghambat perkembangan pariwisata seperti high cost tourism dan konektivitas antar negara ASEAN.

(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11525/SKRIPSI%20LEN GKAP-FISIP-HI-SRI%20WAHYUNI%20RASULONG.pdf?sequence=1)

Pertumbuhan sektor pariwisata ASEAN merupakan tertinggi di dunia. Sepanjang periode 2005-2012, sektor ini tumbuh rata-rata 8,3% per tahun atau di atas rata-rata pertumbuhan pariwisata global yang hanya 3,6% per tahun. Pariwisata sebagai suatu sektor kehidupan, telah mengambil peran penting dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia. Kemajuan dan kesejahteraan yang makin tinggi telah menjadikan pariwisata sebagai bagian pokok dari kebutuhan atau gaya hidup manusia, dan menggerakkan jutaan manusia untuk mengenal alam dan budaya ke belahan atau kawasan dunia lainnya.


(42)

viii

(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11525/SKRIPSI%20LEN GKAP-FISIP-HI-SRI%20WAHYUNI%20RASULONG.pdf?sequence=1)

Pariwisata sebagai suatu sektor kehidupan, telah mengambil peran penting dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia. Kemajuan dan kesejahteraan yang makin tinggi telah menjadikan pariwisata sebagai bagian pokok dari kebutuhan atau gaya hidup manusia, dan menggerakkan jutaan manusia untuk mengenal alam dan budaya ke belahan atau kawasan dunia lainnya. Pergerakan jutaan manusia selanjutnya mengerakkan mata rantai ekonomi yang saling berkaitan menjadi industri jasa yang memberikan kontribusi penting bagi perekonomian dunia hingga peningkatan kesejahteraan ekonomi di tingkat masyarakat lokal. Selain dari meningkatkan kesejahteraan bangsa, kepariwisataan berfungsi untuk:

a) Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu Obyek dan Daya Tarik Wisata.

b) Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa. c) Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja.

d) Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11525/SKRIPSI%20LEN GKAP-FISIP-HI-SRI%20WAHYUNI%20RASULONG.pdf?sequence=1)

Pariwisata merupakan salah satu faktor yang penting dalam membangun suatu negara. Industri pariwisata juga sangat berkaitan dengan sektor lainnya. Industri pariwisata dapat memberikan dampak yang sangat banyak kepada sektor perekonomian suatu negara. Karena industri pariwisata dapat menjadi penyumbang


(43)

ix

devisa bagi suatu negara, khususnya bagi negara–negara yang memiliki kekayaan alam dan budaya seperti Indonesia.

Negara-negara di Asia Tenggara memiliki kekayaan sumber daya alam yang berlimpah, keberagaman budaya yang menjadi warisan leluhur, fauna dan flora yang sangat unik serta kehidupan warganya yang masih dapat hidup dengan cara tradisional diera globalisasi sekarang. Ini adalah sebagian kecil dari daya tarik negara-negara ASEAN untuk mengembangkan pariwisatanya.

Potensi pariwisata di Indonesia sangatlah besar, membentang dari Sabang sampai Marauke dengan segala keanekaragaman objek pariwisata dan berbagai seni budaya yang menawan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pariwisata. Itu mampu menarik lebih banyak lagi devisa negara, baik dari wisatawan mancanegara maupun domestik. Indonesia sebagai negara yang memiliki beraneka ragam kekayaan alam, bermacam bentuk budaya yang unik dan berbagai peninggalan sejarah yang membuat Indonesia sebagai daerah tujuan wisata, khususnya Sumatera Utara yang merupakan salah satu tujuan wisata. Khususnya kebudayaan Tapanuli Selatan yang mana kebudayaan ini memiliki ciri khas tersendiri bagi masyarakatnya yang sudah seharusnya dibudayakan.

Keanekaragaman kebudayaan Tapanuli Selatan, salah satunya adalah pakaian pesta adat perkawinan yang merupakan bagian dari adat budaya Tapanuli Selatan. Pakaian adat ini memiliki ciri khas dan unik. Suku Mandailing adalah suku bangsa yang mendiami


(44)

x

da masyarakatnya dan sudah sepantasnya kebudayaan Mandailing tersebut diketahui banyak khalayak agar dapat terus dijaga. Yang mana setiap suku dan setiap daerah pasti memiliki perbedaan pakaian adat perkawinan. Pakaian adat perkawinan mandailing ini dapat dijadikan sebagai atraksi wisata dengan cara memperkenalkan pakaian tersebut dan menyewakannya bagi para wisatawan untuk menjadikan momen untuk berfoto, sebagaimana di Bali dan Sumatera Barat pakaian adat sudah menjadi atraksi wisata bagi wisatawan yang berkunjung ke sana. Sudah seharusnya itu dilakukan pemerintah setempat untuk mengangkat pakaian adat sebagai atraksi wisata untuk menjaga dan melestarikan serta memperkenalkan adat budaya dari Tapanuli Selatan.

1.2Pembatasan Masalah

Mengupas luasnya ruang lingkup Kebudayaan Mandailing ini, sehingga dalam kertas karya ini penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yaitu, membahas pakaian adat pesta perkawinan batak Mandailing yang memiliki khas dan keunikan sendiri yang hanya dipakai pada acara perkawinan saja dan menjadikannya sebagai atraksi wisata.


(45)

xi 1.3Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian dan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Untuk memperkenalkan tentang pakaian adat masyarakat Mandailing yang mana pakaian adat perkawinan ini sudah mengalami perubahan, dan memiliki ciri khas tersendiri serta, memperkenalkan dan mempromosikan kebudayaan Mandailing yang merupakan salah satu keanekaragaman budaya daerah di Indonesia khususnya di Tapanuli Selatan sebagai suatu atraksi wisata.

2. Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi di Program Diploma III Pariwisata Bidang Usaha Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

1.4 Metode Penelitian

Untuk memudahkan penyusunan kertas karya ini, penulis menggunakan dua metode penelitian, yaitu :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu pengumpulan data dari berbagai sumber tertulis yang berupa buku atau tulisan lainnya yang berhubungan erat dengan pembahasan.

2. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung ke lapangan, mengamati serta mengambil kesimpulan dan keputusan dari pengamatan tersebut.


(46)

xii 1.5Sistematika Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis membagi pokok pembahasan dalam lima bab, dan pembahasan di bagi ke dalam beberapa sub bab. Sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : URAIAN TEORITIS

Menguraikan tentang Pengertian Pariwisata, Bentuk-bentuk Pariwisata, jenis Pariwisata, Pengertian Wisatawan, Jenis-jenis Wisatawan, serta Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata.

BAB III : GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Menguraikan tentang wilayah, etnik, kebudayan Mandailing, penduduk serta mata pencaharian.

BAB IV : PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN MASYARAKAT MANDAILING

Menguraikan pakaian adat pada pesta perkawinan masyarakat mandailing sebagai atraksi wisata serta mengemas pakaian adat sebagai atraksi wisata.


(47)

xiii BAB V : PENUTUP

Menguraikan tentang kesimpulan dan saran dari penulisan kertas karya.


(48)

i

ABSTRAK

Pakaian adat merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh negara Indonesia, pakaian adat atau yang biasa disebut pakaian tradisional dari masing-masing provinsi ini memiliki suatu cerita yang berbeda-beda pula. Pakaian adat etnik di Indonesia mempunyai adat-istiadat masing-masing, namun dalam beberapa hal mempunyai kekhususan yang berbeda-beda. Salah satu pakaian adat batak Mandailing dapat dijadikan sebagai atraksi wisata, yaitu pakaian adat Mandailing dapat dikemas dengan baik dan yang bisa dikenakan oleh para wisatawan yang datang, sama dengan halnya di Bali dan Sumatera Barat pakaian adat dikenakan para wisatawan yang berkunjung. Dengan dijadikannya sebagai atraksi wisata sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat setempat menjaga dan melestarikan kebudayaan di Tapanuli Selatan.

Dalam hal ini khusus untuk etnik Mandailing yang juga sama dengan etnik di Tapanuli Selatan, seperti Angkola-sipirok dan Padang Lawas di pakai sebagai pakaian kebesaran yang disebut Hampu dan Bulang sedangkan Rendo hanya dikenal di Mandailing. Hampu dan Bulang merupakan kelengkapan pakaian adat raja panusunan dan permaisurinya (naduma). Kelengkapan Hampu diantaranya, pakaian (baju), puntu, keris, dan sepatu. Kelengkapan Bulang diantaranya baju, kain songket pasangan baju kurung, dua helai selendang tenun patani, ikat pinggang, puntu, sepasang keris, anting-anting emas, kalung emas, gaja meong, loting-loting, kuku emas dan sepatu. Disamping Hampu yang merupakan mahkota raja panusunan adapula penutup kepala yang disebut Rendo, kopiah yang terbuat dari kain empat persegi dengan lebar 1x1 m yang dililitkan di kepala sehingga terlihat berseni indah dan menawan.


(49)

PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN

MASYARAKAT MANDAILING SEBAGAI ATRAKSI WISATA

DI TAPANULI SELATAN

KERTAS KARYA

OLEH :

ADELINA AREVI HASIBUAN

122204022

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(50)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN MASYARAKAT MANDAILING SEBAGAI

ATRAKSI WISATA DI TAPANULI SELATAN Oleh : ADELINA AREVI HASIBUAN

Nim : 122204022

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis,M.A. NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA Ketua,

Arwina Sufika,S.E., M.Si. NIP. 19640821 199802 2 001


(51)

LEMBAR PERSETUJUAN

PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN MASYARAKAT

MANDAILING SEBAGAI ATRAKSI WISATA DI TAPANULI

SELATAN

OLEH

ADELINA AREVI HASIBUAN

122204022

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,

Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. Drs. Haris Sutan Lubis, MSP NIP. 19600325 198601 2 001 NIP. 19590907 198702 1 002


(52)

i

ABSTRAK

Pakaian adat merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh negara Indonesia, pakaian adat atau yang biasa disebut pakaian tradisional dari masing-masing provinsi ini memiliki suatu cerita yang berbeda-beda pula. Pakaian adat etnik di Indonesia mempunyai adat-istiadat masing-masing, namun dalam beberapa hal mempunyai kekhususan yang berbeda-beda. Salah satu pakaian adat batak Mandailing dapat dijadikan sebagai atraksi wisata, yaitu pakaian adat Mandailing dapat dikemas dengan baik dan yang bisa dikenakan oleh para wisatawan yang datang, sama dengan halnya di Bali dan Sumatera Barat pakaian adat dikenakan para wisatawan yang berkunjung. Dengan dijadikannya sebagai atraksi wisata sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat setempat menjaga dan melestarikan kebudayaan di Tapanuli Selatan.

Dalam hal ini khusus untuk etnik Mandailing yang juga sama dengan etnik di Tapanuli Selatan, seperti Angkola-sipirok dan Padang Lawas di pakai sebagai pakaian kebesaran yang disebut Hampu dan Bulang sedangkan Rendo hanya dikenal di Mandailing. Hampu dan Bulang merupakan kelengkapan pakaian adat raja panusunan dan permaisurinya (naduma). Kelengkapan Hampu diantaranya, pakaian (baju), puntu, keris, dan sepatu. Kelengkapan Bulang diantaranya baju, kain songket pasangan baju kurung, dua helai selendang tenun patani, ikat pinggang, puntu, sepasang keris, anting-anting emas, kalung emas, gaja meong, loting-loting, kuku emas dan sepatu. Disamping Hampu yang merupakan mahkota raja panusunan adapula penutup kepala yang disebut Rendo, kopiah yang terbuat dari kain empat persegi dengan lebar 1x1 m yang dililitkan di kepala sehingga terlihat berseni indah dan menawan.


(53)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Dengan Asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik.

Kertas karya ini merupakan salah satu persyaratan yang diterapkan untuk memperoleh gelar Diploma pada program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah :“PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN MASYARAKAT MANDAILING SEBAGAI ATRAKSI WISATADI TAPANULI SELATAN”.

Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan kertas karya ini dan dalam penulisan kertas karya ini penulis banyak mendapat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Dr. Syahron Lubis, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Arwina Sufika, S.E., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Solahuddin Nasution, S.E., MSP. Selaku Koordinator Praktek Bidang Keahlian Usaha Wisata Jurusan Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(54)

iii

4. Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

5. Drs. Haris Sutan Lubis, MSP. Selaku Dosen Pembaca yang telah bersedia meluangkan waktu dan membantu memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

6. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7. Teristimewa dan tersayang kepada Ayahanda Alm. Kombang Hasibuan dan Ibunda Rasmi Ritonga penulis mengucapkan terima kasih atas kasih sayang, doa, nasehat, motivasi dan perhatian yang tiada henti kepada penulis selama ini.

8. Terima kasih yang tak terhingga buat kakak dan abang penulis Darmansyah Hasibuan, Rosmidawati Hasibuan, Jurita Hasibuan, Mardiana Hasibuan, Rendra Syafi’i Hasibuan, Abu Bakar Nur Hasibuan, Reja Wardana Hasibuan, Penti Sumiarti Hasibuan yang memberikan perhatian, dorongan dan nasehat selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

9. Buat sahabat-sahabat tercinta Silvia Novita, Jemmy Nova Sormin, Asmaul Husna, Eva Fransiska Sianipar, Humaira Radhiatul Mardiah terima kasih atas kasih sayang kalian, semangat, nasehat dan terima kasih selama ini menjadi sahabat penulis, kita banyak melalui suka dan duka


(55)

iv

bersama dari awal hingga akhir perkuliahan dan kelak kita semua sukses. Terima kasih buat kenangan dan kebersamaan kita selama ini.

10. Terima kasih juga kepada Sri Wahyuni Ritonga , Sofyan Rudi dan Anisa Dwi Tanti yang telah memberikan dukungan dan semangatnya kepada penulis dari sekolah sampai selesai kuliah.

11. Teman-teman Usaha Wisata 2012, terima kasih buat semuanya.

Penulis menyadari kertas karya ini belumlah sempurna. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari para pembaca. Semoga kertas karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua khusunya mengenai kebudayaan Mandailing. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, November2015 Penulis

Adelina Arevi Hasibuan 122204022


(56)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penulisan ... 5

1.4 Metode Penelitian ... 5

1.5 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata ... 8

2.2 Jenis-jenis Pariwisata ... 11

2.3 Pengertian Wisatawan ... 12

2.4 Jenis-jenis Wisatawan ... 13

2.5 Objek dan Daya Tarik Wisata ... 15

BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN 3.1 Wilayah Mandailing ... 19

3.2 Etnik Mandailing ... 23


(57)

vi

3.4 Penduduk Serta Mata Pencaharian ... 28 BAB IV PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN

MASYARAKAT MANDAILING SEBAGAI ATRAKSI WISATA 4.2 Pakaian Penganten Adat Perkawinan ... 33

4.3 Beberapa Pakaian Adat ... 36 4.3 Pengemasan Produk Wisata Pakaian

Adat Mandailing ... 43 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 45 5.2 Saran ... 46


(1)

ABSTRAK

Pakaian adat merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh negara Indonesia, pakaian adat atau yang biasa disebut pakaian tradisional dari masing-masing provinsi ini memiliki suatu cerita yang berbeda-beda pula. Pakaian adat etnik di Indonesia mempunyai adat-istiadat masing-masing, namun dalam beberapa hal mempunyai kekhususan yang berbeda-beda. Salah satu pakaian adat batak Mandailing dapat dijadikan sebagai atraksi wisata, yaitu pakaian adat Mandailing dapat dikemas dengan baik dan yang bisa dikenakan oleh para wisatawan yang datang, sama dengan halnya di Bali dan Sumatera Barat pakaian adat dikenakan para wisatawan yang berkunjung. Dengan dijadikannya sebagai atraksi wisata sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat setempat menjaga dan melestarikan kebudayaan di Tapanuli Selatan.

Dalam hal ini khusus untuk etnik Mandailing yang juga sama dengan etnik di Tapanuli Selatan, seperti Angkola-sipirok dan Padang Lawas di pakai sebagai pakaian kebesaran yang disebut Hampu dan Bulang sedangkan Rendo hanya dikenal di Mandailing. Hampu dan Bulang merupakan kelengkapan pakaian adat raja panusunan dan permaisurinya (naduma). Kelengkapan Hampu diantaranya, pakaian (baju), puntu, keris, dan sepatu. Kelengkapan Bulang diantaranya baju, kain songket pasangan baju kurung, dua helai selendang tenun patani, ikat pinggang, puntu, sepasang keris, anting-anting emas, kalung emas, gaja meong, loting-loting, kuku emas dan sepatu. Disamping Hampu yang merupakan mahkota raja panusunan adapula penutup kepala yang disebut Rendo, kopiah yang terbuat dari kain empat persegi dengan lebar 1x1 m yang dililitkan di kepala sehingga terlihat berseni indah dan menawan.


(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Dengan Asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik.

Kertas karya ini merupakan salah satu persyaratan yang diterapkan untuk memperoleh gelar Diploma pada program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah :“PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN MASYARAKAT MANDAILING SEBAGAI ATRAKSI WISATADI TAPANULI SELATAN”.

Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan kertas karya ini dan dalam penulisan kertas karya ini penulis banyak mendapat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Dr. Syahron Lubis, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Arwina Sufika, S.E., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Solahuddin Nasution, S.E., MSP. Selaku Koordinator Praktek Bidang Keahlian Usaha Wisata Jurusan Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(3)

4. Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

5. Drs. Haris Sutan Lubis, MSP. Selaku Dosen Pembaca yang telah bersedia meluangkan waktu dan membantu memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

6. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7. Teristimewa dan tersayang kepada Ayahanda Alm. Kombang Hasibuan dan Ibunda Rasmi Ritonga penulis mengucapkan terima kasih atas kasih sayang, doa, nasehat, motivasi dan perhatian yang tiada henti kepada penulis selama ini.

8. Terima kasih yang tak terhingga buat kakak dan abang penulis Darmansyah Hasibuan, Rosmidawati Hasibuan, Jurita Hasibuan, Mardiana Hasibuan, Rendra Syafi’i Hasibuan, Abu Bakar Nur Hasibuan, Reja Wardana Hasibuan, Penti Sumiarti Hasibuan yang memberikan perhatian, dorongan dan nasehat selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

9. Buat sahabat-sahabat tercinta Silvia Novita, Jemmy Nova Sormin, Asmaul Husna, Eva Fransiska Sianipar, Humaira Radhiatul Mardiah terima kasih atas kasih sayang kalian, semangat, nasehat dan terima kasih selama ini menjadi sahabat penulis, kita banyak melalui suka dan duka


(4)

bersama dari awal hingga akhir perkuliahan dan kelak kita semua sukses. Terima kasih buat kenangan dan kebersamaan kita selama ini.

10. Terima kasih juga kepada Sri Wahyuni Ritonga , Sofyan Rudi dan Anisa Dwi Tanti yang telah memberikan dukungan dan semangatnya kepada penulis dari sekolah sampai selesai kuliah.

11. Teman-teman Usaha Wisata 2012, terima kasih buat semuanya.

Penulis menyadari kertas karya ini belumlah sempurna. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari para pembaca. Semoga kertas karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua khusunya mengenai kebudayaan Mandailing. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, November2015 Penulis

Adelina Arevi Hasibuan 122204022


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penulisan ... 5

1.4 Metode Penelitian ... 5

1.5 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata ... 8

2.2 Jenis-jenis Pariwisata ... 11

2.3 Pengertian Wisatawan ... 12

2.4 Jenis-jenis Wisatawan ... 13

2.5 Objek dan Daya Tarik Wisata ... 15

BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN 3.1 Wilayah Mandailing ... 19

3.2 Etnik Mandailing ... 23


(6)

3.4 Penduduk Serta Mata Pencaharian ... 28

BAB IV PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN

MASYARAKAT MANDAILING SEBAGAI ATRAKSI WISATA 4.2 Pakaian Penganten Adat Perkawinan ... 33

4.3 Beberapa Pakaian Adat ... 36 4.3 Pengemasan Produk Wisata Pakaian

Adat Mandailing ... 43

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 45 5.2 Saran ... 46