Pakaian Adat pada Pesta Perkawinan Masyarakat Sumando Pesisir Sebagai Atraksi Wisata di Kabupaten Tapanuli Tengah

(1)

PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN MASYARAKAT

SUMANDO PESISIR SEBAGAI ATRAKSI WISATA

DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

KERTAS KARYA

OLEH

M FAUZI SAKAT UJUNG

122204080

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki potensi yang sangat besar dalam pariwisata dan budaya. Terdapat suku Sumando Pesisir di Kabupaten Tapanuli Tengah. Adat Sumando Pesisir memiliki daya tarik tersendiri pada pakaian adat pesta perkawinan masyarakat Sumando Pesisir. Pakaian adat pada pesta perkawinan masyarakat Sumando Pesisir di Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan potensi yang sangat besar dalam pariwisata untuk menjadi sebuah atraksi wisata di kabupaten Tapanuli Tengah. Keunikan pakaian adat Sumando pesisir harus dikembangkan dan dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah untuk menjadi sebagai atraksi wisata. Dengan dijadikannya sebagai atraksi wisata sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat setempat menjaga dan melestarikan kebudayaan di Kabupaten Tapanuli Tengah.

.


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim.

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini tepat waktu, Shalawat beriring salam juga penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW karena beliaulah yang membawa peradaban umat manusia menjadi lebih baik.

Sudah merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk menyusun dan menyelesaikan sebuah kertas karya. Kertas karya ini untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Diploma III Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah “Pakaian Adat pada Pesta

Perkawinan Masyarakat Sumando Pesisir Sebagai Atraksi Wisata di Kabupaten Tapanuli Tengah”

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini belum sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan, pengetahuan, kemampuan dan sumber bacaan yang diperoleh. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis bersedia menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca guna penyempurnaan kertas karya ini.

Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis banyak mendapat dukungan, semangat dan motivasi yang penulis terima dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. SyahronLubis M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya


(4)

2. Ibu Arwina Sufika SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. selaku dosen pembimbing kertas karya ini, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan arahan dan saran dalam pembuatan kertas karya ini.

4. Bapak Drs. Ridwan Azhar, M.Hum. selaku dosen pembaca kertas karya ini,

yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan kritik dan saran dalam pembuatan kertas karya ini.

5. Bapak Solahuddin Nasution, SE, MSP, selaku koordinator Praktek Jurusan Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata, yang telah membimbing, memberikan dukungan dan mengarahkan penulis.

6. Tersayang dan tercinta Ibunda Hj. Nurhayani Pasi, dan Ayahanda Ruslan

Ujung yang telah memeberikan semangat dan juga bantuan moril, materil dari awal perkuliahan sampai selesainya kertas karya ini.

7. Kakak dan Adik tersayang, AfdalinaYulita Ujung, Annajmi Husna Ujung, Riska

Aulia Ujung, Fauziah Ujung, Fauzan Ujung, dan abangda Teguh.

8. Buat sahabat penulis Yaser Arafat, Budi Jhora, Habibi, Rian Yohanes, Angga Siahaan, Mdriansyah ( pehung ), Mauli, Fitri dan Aneta ( Cika ). Kawan-kawan seperjuangan selama di kampus Yowanda, Kabol, Devira, Afni dan Wahyu Prasetyo, Sukses buat kita semua.


(5)

9. Buat Kakanda Mey Syarah Nauli Sitompul, Amd, dan Abangda Lodewik Fraus S. Marpaung, Amd. Alumni yang telah banyak membantu dan membimbing penulis, selama penelitian hingga penulisan kertas karya ini.

10.Teman-teman Usaha Wisata dan Perhotelan 2012, terima kasih buat

semuanya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini. Semoga kertas karya ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya. Dan kepada engkau ya Allah segala kesempurnaan dan kami mohon atas segala keridhoan-Mu ya Allah.

Alhamdullilahirabil’alamin

Medan, Oktober 2015 Penulis

NIM. 122204080 Mhd. Fauzi S Ujung


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penulisan ... 4

1.4 Metode Penelitian ... 5

1.5 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata ... 8

2.2 Pengertian Wisatawan ... .. 9

2.3 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata ... .. 12

2.4 Pengertian Atraksi Wisata ... .. 18

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI TENGAH 3.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Administratif……19

3.2 Sejarah Kabupaten Tapanuli Tengah…. ... .…… 23

3.3 Visi Misi Kabupaten Tapanuli Tengah ... ……… 24


(7)

BAB IV PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN

MASYARAKAT SUMANDO PESISIR SEBAGAI ATRAKSI WISATA DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

4.1 Asal Usul Adat Sumando ... 25 4.2 Pakaian Adat pada Pesta Perkawinan Masyarakat Sumando Pesisir……… 29 4.3 Pakaian Adat pada Pesta Perkawinan Masyarakat Sumando Pesisir Sebagai Atraksi Wisata ... 43 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 47 5.2 Saran ... 48


(8)

ABSTRAK

Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki potensi yang sangat besar dalam pariwisata dan budaya. Terdapat suku Sumando Pesisir di Kabupaten Tapanuli Tengah. Adat Sumando Pesisir memiliki daya tarik tersendiri pada pakaian adat pesta perkawinan masyarakat Sumando Pesisir. Pakaian adat pada pesta perkawinan masyarakat Sumando Pesisir di Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan potensi yang sangat besar dalam pariwisata untuk menjadi sebuah atraksi wisata di kabupaten Tapanuli Tengah. Keunikan pakaian adat Sumando pesisir harus dikembangkan dan dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah untuk menjadi sebagai atraksi wisata. Dengan dijadikannya sebagai atraksi wisata sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat setempat menjaga dan melestarikan kebudayaan di Kabupaten Tapanuli Tengah.

.


(9)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul

Indonesia memiliki kekayaan yang cukup besar dengan beribu–ribu pulau, beranekaragam pesona alam, budaya yang unik, peninggalan sejarah dan way of life yang membuat Indonesia sebagai daerah tujuan wisata yang mengagumkan. Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang memiliki keanekaragaman budaya yang dapat dijadikan modal bagi pengembangan sektor pariwista, khususnya kebudayaan Pesisir yang memiliki ciri khas tersendiri bagi masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah sudah seharusnya dipromosikan baik dalam negeri maupun luar negeri, dan terus ditingkatkan secara terencana, terarah, terpadu, serta efektif yaitu dengan cara menjadikan kebudayaan Pesisir Tapanuli Tengah sebagai wahana bagi perkembangan pariwisata di Sumatera Utara secara konsisten.

Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah salah satunya adalah adat perkawinan. Adat perkawinan masyarakat Pesisir Sumando memiliki daya tarik tersendiri pada pakaian adat pesta perkawinan masyarakat, kedua mempelai pengantin memakai baju pengantin yang begitu indah dan berpotensi sebagai atraksi wisata untuk disaksikan sebagai daya tarik wisata budaya.


(10)

Potensi wisata yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah sangat besar, akan tetapi belum seluruhnya dikelola secara profesional, sehingga dapat bermanfaat dalam menunjang penerimaan daerah dan terutama dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Atas dasar itulah penulis memilih kebudayaan Pesisir sebagai acuan dalam pembuatan kertas karya ini dengan judul “Pakaian Adat pada Pesta Perkawinan Masyarakat Sumando Pesisir Sebagai Atraksi Wisata di Kabupaten Tapanuli Tengah” dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

a. Pembangunan kepariwisataan adalah pembangunan yang diharapkan mampu

memberi kontribusi yang besar kepada pembangunan nasional berupa devisa negara.

b. Sumatera Utara memiliki potensi pariwisata yang cukup besar berupa

keindahan alam dan keaneka ragaman budaya daerah ( Melayu, Karo, Pak-pak, Dairi, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Nias, dan Pesisir ) yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan.

c. Daerah Pesisir pantai barat Sumatera Utara yang meliputi Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan daerah yang kaya dengan keindahan alam, peninggalan sejarah, dan budaya daerah masyarakat daerah Pesisir.

d. Adat perkawinan Sumando merupakan bagian dari adat budaya masyarakat

Pesisir yang memiliki keunikan sendiri dan masih hidup dan berkembang dalam masyarakat pesisir.


(11)

Dengan adanya pengembangan kepariwisataan Cultural tourism akan lebih meningkatkan sektor pariwisata untuk daerah Tapanuli Tengah yang mempunyai daya tarik serta dapat memberikan kesan tersendiri bagi wisatawan yang menyaksikannya.

1.2. Pembatasan Masalah

Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan daerah wisata yang sudah mulai berkembang dan sangat potensial untuk dijadikan daerah objek wisata. Salah satunya adalah pariwisata budaya yang dapat dijadikan sebagai atraksi wisata budaya yaitu mengenai pakaian adat pada pesta perkawinan masyarakat Sumando Pesisir sebagai aset wisata budaya di Kabupaten Tapanuli Tengah.

Sebagai kebudayaan yang dijadikan alat untuk menambah devisa negara bagi daerahnya, oleh karena itu perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah dengan cara mempromosikan tata cara kebudayaan ini kepada wisatawan.


(12)

1.3. Tujuan Penulisan

Suatu pembahasan mempunyai arah serta maksud dan tujuan yang jelas agar sesuatu yang ditulis sesuai dengan apa yang diinginkan.

Adapun tujuan dari penulisan kertas karya ini adalah :

a. Untuk memperkenalkan kebudayaan yang salah satunya adalah mengenai adat

perkawinan Pesisir Tapanuli Tengah, sekaligus dalam rangka mempromosikan, pemanfaatan dan pengusahaan pelestarian kebudayaan tradisional ini sebagai salah satu atraksi wisata budaya yang dapat menunjang kepariwisataan di Sumatera Utara.

b. Memberikan penjelasan tentang upacara adat perkawinan pesisir Tapanuli

Tengah di Sumatera Utara.

c. Menghimbau agar Pemda Tk. II Kabupaten Tapanuli Tengah mau

memberikan perhatian khusus atas pengembangan pariwisata di Kabupaten Tapanuli Tengah.

d. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar ahli madya pariwisata


(13)

1.4. Metode Penelitian

Dalam rangka penyusunan kertas karya ini diperlukan data-data dan informasi yang akurat untuk dapat menjawab permasalahan yang dihadapi penulis serta dapat dipertanggungjawabkan. Adapun metode yang digunakan dalam memperoleh data dan informasi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Penelitian Perpustakaan (Library Research)

Pengumpulan data berdasarkan bahan acuan dari perpustakaan yang berkaitan dengan objek pembahasan, baik berupa buku, majalah, brosur, surat kabar, internet dan media cetak lainnya.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Pengumpulan data dilakukan langsung kelapangan yaitu dengan mengunjungi Kabupaten Tapanuli Tengah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah dan mewawancarai kepala dan staf Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tapanuli Tengah. Wawancara juga dilakukan dengan penduduk lokal, organisasi kemasyarakatan dan pihak swasta yang mengetahui pakaian adat pada pesta perkawinan masyarakat Sumando Pesisir, serta mengamati dan merekam prosesi pakaian perkawinan adat Sumando Pesisir dalam bentuk foto.


(14)

1.5. Sistematika Penulisan

Garis besar pembahasan dan penulisan kertas karya ini dibagi dalam lima bab. Adapun sistematika penulisannya yaitu sebagai berikut :

Bab I : Pendahulan

Memuat mengenai alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Teoritis

Menguraikan tentang beberapa pengertian tentang pariwisata dan kepariwisataan, pengertian objek wisata dan daya tarik wisata, pengertian produk wisata, motivasi perjalanan wisata.

Bab III : Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Tengah

Membahas letak geografis dan batas wilayah administratif, demography mayarakat Pesisir, sistem kekerabatan, potensi pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah, dan nilai budaya masyarakat Pesisir.


(15)

Bab IV :Pakaian Adat Pada Pesta Perkawinan Masyarakat Sumando Pesisir Sebagai Atraksi Wisata Di Kabupaten Tapanuli Tengah

Bab IV ini menguraikan asal usul adat Sumando, perangkat perkawinan adat, dan pakaian adat pada pesta perkawinan masyarakat Sumando Pesisir

Bab V : Penutup


(16)

BAB II

TEORETIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata

Secara etimologi pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu “pari” yang berarti banyak atau berkeliling, sedangkan pengertian “wisata” berarti kunjungan untuk melihat, mendengar, menikmati dan mempelajari sesuatu. Didalam kamus besar bahasa Indonesia pariwisata adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan rekreasi. Sedangkan pengertian parwisata secara umum pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain dengan meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau bukan maksud untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Beberapa pengertian pariwisata diantanya adalah sebagai berikut :

• Menurut Hunzieker, pariwisata dapat didefinisikan sebagai keseluruhan

jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing di suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk melakukan suatu pekerjaan yang penting yang memberikan keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara. (Soekadijo, 2000:12)


(17)

• Menurut Kuntowijoyo, pariwisata memiliki dua aspek, aspek kelembagaan dan aspek substansial, yaitu sebuah aktivitas manusia. Dilihat dari sisi kelembagaannya, pariwisata merupakan lembaga yang dibentuk sebagai upaya manusia memenuhi kebutuhan rekreatifnya. Sebagai sebuah lembaga, pariwisata dapat dilihat dari sisi manajemennya, yakni bagaimana perkembangannya, mulai dari direncanakan, dikelola, sampai dipasarkan pada pembeli yakni wisatawan. (Wardiyanta, 2006 : 49)

2.2 Pengertian Wisatawan

Wisatawan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dunia pariwisata, Jika ditinjau dari arti kata “wisatawan” yang berasal dari kata “wisata” maka sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata itu berasal dari bahasa Sansekerta “wisata” yang berarti “perjalanan” yang sama atau dapat disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Jadi orang melakukan perjalanan dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan kata “traveler” karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai akhiran “wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, keadaannya, jabatannya dan kedudukan seseorang. (Irawan, 2010:12).

Adapun pengertian wisatawan antara lain:

1. Menurut Smith (dalam Kusumaningrum, 2009:16), menjelaskan bahwa

wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang lain.


(18)

2. Menurut WTO (dalam Kusumaningrum, 2009:17), membagi wisatawan kedalam tiga bagian yaitu:

a. Pengunjung adalah setiap orang yang berhubungan ke suatu negara lain

dimana mempunyai tempat kediaman, dengan alasan melakukan pekerjaan yang diberikan oleh negara yang dikunjunginya.

b. Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu negara

tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung kesuatu tempat pada negara yang sama untuk waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

• Memanfaatkan waktu luang untuk rekreasi, liburan, kesehatan,

pendidikan, kegamaan, dan olahraga.

• Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga.

c. Darmawisata atau Excursionist adalah pengunjung sementara yang

menetap kurang dari 24 jam di negara yang dikunjungi, termasuk orang yang berkeliling dengan kapal pesiar.

d. Menurut Komisi Liga Bangsa-bangsa 1937 (dalam Irawan, 2010:12), “

wisatawan adalah orang yang selama 24 jam atau lebih mengadakan perjalanan di negara yang bukan tempat kediamannya yang biasa”.

e. Di dalam Instruksi Presiden RI No. 9, 1969, bab 1 pasal 1 (dalam Irawan , 2010:13) dijelaskan bahwa wisatawan ialah setiap orang yang bepergian


(19)

dari tempat tinggal untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan.

Wisatawan menurut sifatnya (Kusumaningrum, 2009:18)

1. Wisatawan Modern Idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada budaya

multinasional serta eksplorasi alam secara individual.

2. Wisatawan Modern Materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme (mencari

keuntungan) secara berkelompok.

3. Wisatawan Tradisional Idealis, wisatawan yang menaruh minat pada kehidupan

sosial budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai sentuhan alam yang tidak terlalu tercampur oleh arus modernisasi.

4. Wisatawan Tradisional Materialis, wisatawan yang berpandang konvensional,

mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan keamanan.

2.3 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata

Untuk mengembangkan pariwisata diperlukan sarana dan prasarana kepariwisataan (Tourist Supply), Sarana dan prasarana pariwisata yang lancar merupakan salah satu indikator perkembangan pariwisata, yang dapat diartikan sebagai proses tanpa hambatan dari pengadaan dan peningkatan hotel, restoran, tempat hiburan dansebagainya serta prasarana jalan dan tranportasi yang lancar dan terjangkau oleh wisatawan.Tim Peneliti PMB-LIPI (2006:339).


(20)

2.3.1 Sarana Pariwisata

Adapun sarana kepariwisataan, terbagi atas :

a. Sarana pokok kepariwisataan (Main Tourism Superstructures)

Sesuai dengan namanya, sarana ini menyediakan fasilitas pokok yang ikut menentukan keberhasilan sesuatu daerah menjadi daerah tujuan wisata. Banyak perusahaan yang menggantungkan hidupnya dari arus kunjungan wisatawan, atau orang yang melakukan perjalanan wisata, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.

Sarana pokok kepariwisataan ialah perubahan-perubahan yang hidup dan kehidupannya sangat bergantung pada lalu lintas wisatawan dan traveler lainnya. Fungsinya adalah untuk menyediakan fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatngan wisatawan. Sarana pokok kepariwisataan terbagi atas :

Receptive Tourist Plan : yaitu perusahaan-perusahaan yang

mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan tour seperti Travel Agent, Tour Operator, Tourist Transportation (bus turis, taxi dan sebagainya)

Residential Tourist Plan : yaitu perusahaan – perusahaan yang memberikan pelayanan untuk menginap, menydeiakan makanan / minuman di daerah tujuan : Hotel, Motel, Bar, Restaurant, Coffe Shop dan sebagainya.


(21)

b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan(Suplementing Tourism Superstructures) Sarana pelengkap adalah fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok, fungsinya adalah untuk mengusahakan agar wisatawan dapat lebih lama tinggal di daerah yang dikunjungi. Fungsi yang terpenting adalah untuk membuat agar para wisatawan dapat lebih lama tinggal pada suatu ODTW. Contoh : olahraga seperti main ski dan berenang sehingga diusahakan agar tamu tidak mudah merasa bosan.

c. Sarana penunjang kepariwisataan (Supporting Tourism Superstructure)

Sarana penunjang adalah fasilitas yang diperlukan oleh wisatawan. Fungsinya adalah sebagai berikut :

• Melengkapi sarana pokok

• Melengkapi sarana pelengkap

• Melengkapi sarana diatas agar wisatawan lebih banyak membelanjakan

uangnya ditempat yang dikungjunginya.

Ketiga sarana-sarana di atas, pembangunannya harus dilaksanakan untuk lebih banyak menarik wisatawan dan pengadaannya mutlak harus diadakan agar devisa negara dari sektor pariwisata dapat lebih banyak dihasilkan. Yang termasuk sarana penunjang kepariwisataan ini adalah :

Night Club Casino Steambath


(22)

2.3.2 Prasarana Pariwisata

Prasarana (infrastuctures) adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya. Suwantoro (2004:21).

Lothar A. Kreck dalam bukunya Internasional Tourism dalam Yoeti (1996:186) membagi prasarana atas dua bagian yang penting, yaitu:

a. Prasarana perekonomian (Economy Infrastructures) dibagi atas :

Pengangkutan (Transportation)

Pengangkutan di sini adalah pengangkutan yang dapat membawa para wisatawan dari negara di mana ia biasanya tinggal ketempat atau negara yang merupakan daerah tujuan wisata.

Komunikasi (Commication Infrastructures)

Tersedianya prasarana komunikasi akan dapat mendorong para wisatawan untuk mengadakan perjalanan jarak jauh. Dengan demikian wisatawan tidak ragu-ragu meninggalkan rumah dan anak-anaknya. Termasuk dalam kelompok ini di antaranya telepon, radio, TV, surat kabar, internet, kantor pos.


(23)

Kelompok yang termasuk Utilities

Sarana Utilities adalah penerangan listrik, persediaan air minum, sistem irigasi dan sumber energi.

• Sistem perbankan

Adanya pelayanan bank bagi para wisatawan berarti bahwa wisatawan mendapat jaminan mutu dengan mudah menerima atau mengirim uangnya dari dan negara asalnya tanpa mengalami birokrasi pelayanan. Sedangkan untuk pembayaran lokal, wisatawan dapat menukarkan uangnya pada tempat – tempat penukaran valuta asing (money changer) setempat.

b. Prasarana sosial (Social Infrastructure)

Prasarana sosial adalah semua faktor yangmenunjang kemajuan atau menjamin kelangsungan prasarana perekonomian yang ada. Termasuk dalam kelompok ini adalah :

Sistem pendidikan (School System)

Adanya lembaga-lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri dalam pendidikan kepariwisataan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan tidak hanya pelayanan bagi para wisatawan, tetapi juga untuk memelihara dan mengawasi suatu badan usaha yang bergerak dalam kepariwisataan.


(24)

Pelayanan kesehatan (Health Service Facilities)

Harus ada jaminan bahwa di daerah tujuan wisata tersedia pelayanan bagi suatu penyakit yang mungkin akan di derita dalam perjalanan.

Faktor keamanan (Safety Factor)

Perasaan tidak aman (unsafe) dapat terjadi di suatu tempat yang baru saja dikunjungi. Adanya perlakuan yang tidak wajar dari penduduk setempat seakan-akan wisatawan yang datang mengganggu ketentraman.

Petugas yang langsung melayani wisatawan (Government Apparatus)

Termasuk dalam kelompok ini antara lain petugas imigrasi, petugas bea cukai, petugas kesehatan, polisi, dan pejabat-pejabat lainnya yang berkaitan dengan pelayanan para wisatawan.

c. Prasarana kepariwisataan, diantaranya adalah • Receptive Tourist Plan

Receptive Tourist Plan adalah segala bentuk badan usahatani atau organisasi yang kegiatannya khusus untuk mempersiapkan kedatangan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata.

Recidental Tourist Plan

Recedintal tourist plan adalah semua fasilitas yang dapat menampung kedatangan para wisatawan untuk menginap dan tinggal untuk sementara waktu di daerah tujuan wisata.


(25)

Recreative and Sportive Plan

Recreative and Sportive Plan adalah semua fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan rekreasi dan olahraga.

Prasarana kepariwisataan sesungguhnya perlu dipersiapkan atau disediakan bila akan mengembangkan industri pariwisata karena kegiatan pariwisata pada hakekatnya tidak lain adalah salah satu kegiatan dari sektor perekenomian juga. Prasarana adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Fungsi prasarana adalah untuk melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Yang termasuk prasarana adalah :

a. Prasarana umum :

• Sistem penyediaan air bersih • Pembangkit tenaga listrik

• Jaringan jalan raya dan jembatan

• Airport, pelabuhan laut, terminal dan stasiun • Kapal tambang (ferry), kereta api, dan lain-lain


(26)

b. Kebutuhan masyarakat banyak

Prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak, yang termasuk dalam hal ini adalah : Rumah Sakit, Apotek, Bank, Kantor Pos, Pompa Bensin, Kantor Administrasi (Pemerintah Umum, Polisi, Pengadilan, Badan Legislatif, dan sebagainya ).

Tanpa prasarana yang baik, sarana-sarana kepariwisataan tidak dapat memenuhi fungsinya dalam memberikan pelayanan bagi wisatawan. Ketiga sarana- sarana di atas pembangunannya harus dilaksanakan untuk lebih menarik wisatawan dan pengadaannya mutlak harus diadakan agar devisa negara dari sektor pariwisata dapat lebih banyak dihasilkan.

2.4 Pengertian Atraksi Wisata

Atraksi wisata adalah segala sesuatu ( tempat atau area, aktivitas wisata atau cici-ciri / fenomena yang spesifik ) yang memiliki suatu karakteristik yang tertentu yang dapat menarik ditujukan untuk menarik orang sebagai para pengunjung atau wisatawan untuk dikunjungi, disaksikan, atau dinikmati di suatu daerah tujuan wisata. Atraksi wisata merupakan salah satu komponen terpenting dalam pengembanan sistem pariwisata dan juga faktor yang dapat menarik kunjungan wisatawan atau pengunjung. Atraksi wisata juga merupakan dasar kegiatan pariwisata dan inti dari produk wisata serta motivator utama bagi perjalanan suatu wisata. Atraksi wisata


(27)

merupakan sebagai kombinasi dari berbagai jenis daya tarik wisata. Setiap jenis atraksi wisata masing-masing memiliki karakteristik dan daya tarik wisata yang spesifik. Jadi dapat disimpulkan bahwa atraksi wisata merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan daya tarik bagi wisatawan dan merupakan alasan utama untuk mengunjungi objek dan daya tarik wisata.

Klasifikasi atraksi wisata di antaranya sebagai berikut : 1. Atraksi wisata alamiah ( natural attraction )

Berbasiskan pada daya tarik wisata alam ( natural resources )

Contoh : Pantai dan Laut ( bahari, sungai, dana, hutan, gunung, air terjun, flora dan fauna, wisata agro, panorama, dan bentuk alam yang unik dan spesifik.

2. Atraksi wisata budaya ( cultural attractions )

Berbasiskan pada sumber daya tarik wisata budaya ( cultural resources ) Contoh : pola budaya dan gaya hidup masyarakat, adat istiadat masyarakat, kesenian tradisional, keramatamahan masyarakat, peninggalan budaya atau sejarah, perkampungan tradisional, peristiwa budaya, situs arkeologi dan pertunjukan seni.


(28)

3. Atraksi wisata buatan atau binaan manusia ( man made attractions ) Berbasiskan pada sumber daya tarik wisata buatan dan binaan manusia

Contoh : taman rekreasi umum, taman rekreasi dengan tema, museum dan galeri seni, sanggarloka, kebun binatang, taman safari, monumen, pusat kerajinan, festival, bangunan bersejarah, dan pameran.


(29)

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI TENGAH 3.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Administratif

Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera Utara. Beberapa daerah dataran tinggi dimana pengunjung dapat menikmati perpaduan unik antara atsmosfer pesisir dengan pegunungan. Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di antara Kabupaten Tapanuli Utara dengan Tapanuli Selatan.

Letak wilayah yang strategis keanekaragaman potensi sumber daya alam yang besar menyebabkan Tapanuli Tengah sebagai permata yang tersembunyi yang akan berkilau dan sangat berharga dengan sentuhan percepatan pembangunan dan peningkatkan investasi.

Daerah Tapanuli Tengah adalah bagian dari wilayah pengembangan pembangunan I (Pantai Barat) memiliki daerah yang memanjang pada kaki pegunungan Bukit Barisan, dengan luas seluruhnya 2.187 km2, pada posisi 1 25’-2 20’ LU dan 90 10’-99 0,5’ BB.

Batas-batas Kabupaten Tapanuli Tengah :

Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Utara Sebelah Barat : Samudera Hindia

Sebelah Utara : Kabupaten Singkil Provinsi NAD Sebelah selatan : Kabupaten Tapanuli Selatan


(30)

Secara administratif Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri atas 20 kecamatan, 30 kelurahan 147 desa, yaitu meliputi Kecamatan Manduamas, Sirandorung, Andam Dewi, Barus, Barus Utara, Sosorgadong, Sorkam Barat, Sorkam, Pasaribu Tobing, Kolang, Tapian Nauli, Sitahuis, Pandan, Tukka, Badiri, Pinangsori, Lumut, Sibabangun, dan Suka Bangun. Pada bulan Desember 2007 jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah bertambah satu lagi yaitu Kecamatan Sarudik sehingga jumlah kecamatan seluruhnya 20 kecamatan.

3.2 Sejarah Kabupaten Tapanuli Tengah

Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten tertua di Sumatera Utara. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, wilayah Tapanuli Tengah masuk Keresidenan Tapanuli yang dipimpin seorang residen berkendudukan di Sibolga.

Jauh sebelumnya kawasan Tapanuli Tengah sekarang tepatnya di Barus sudah dikenal sebagai pelabuhan laut yang masyhur di Pulau Sumatera berabad-abad silam, juga sebagai salah satu pusat perdagangan dan peradaban dunia. Ahli geografi Yunani, Claudios Ptolemaios pada tahun 165 Masehi menguraikan Barus sebagai penghasil kapur barus (Camphor), suatu produk alamiah berbentuk kristal yang dihasilkan dari getah pohon keras (Aguilaria Malaccansis atau Cinnamomum Camphora). Kapur barus merupakan lambang kemewahan para raja dan bangsawan Yunani, Romawi, Mesir, Persia, dan lainnya pada saat itu. Kedudukan Barus kurang lebih seperti Paris saat ini, yang terkenal inovasi parfum mewahnya.


(31)

Selain Barusdua daerah lainnya di Tapanuli Tengah, yaitu Sorkam dan Mungkur sejak 3.000 tahun lalu juga dikenal karena ekspor kemenyan dunia yang sangat digemari di Timur Tengah dan Mesir Kuno. Keresidenan Tapanuli beberapa kali mengalami berubahan pembagian wilayah seiring proses pendudukan kolonialBelanda di kawasan Tapanuli. Kawasan Tapanuli Tengah sebagai Daerah Tingkat II baru tercermin melalui Staadblad No.563 tahun 1937. Berdasarkan Staadblad tersebut kawasan Tapanuli Tengah masuk dalam afdeling Sibolga yang terdiri dari Onder Distrik Sibolga, Lumut dan Barus. Adapun afdeling lainnya selain Sibolga di Keresidenan Tapanuli adalah afdeling Nias, Sidempuan, dan Tanah Batak. Setelah kemerdekaan, Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai daerah otonom dipertegas oleh pemerintah dengan Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan daerah Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 19 Tahun 2007 maka ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Tapanuli Tengah adalah 24 Agustus 1945. (Sumber Panggabean, Bunga rampai Tapian Nauli: Sibolga, Jakarta: TujuhSekawan, 1995)


(32)

3.3 Visi Misi Kabupaten Tapanuli Tengah 1. Visi :

• Mewujudkan Masyarakat Tapanuli Tengah yang Maju, Sejahtera, dan

Bermatabat. 2. Misi :

• Percepatan pembangunan melalui peningkatan pembangunan infrastruktur.

• Membenahi birokrasi untuk meningkatkan pelayanan publik, serta

menjamin terwujudnya pemerintah yang baik dan bersih (good governance and clean governance) serta berwibawa.

• Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui kesehatan, pendidikan

dan pengembangan SDM.

• Meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor-sektor unggulan serta

menggali dan mengembangkan potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Pariwisata dengan kebijakan pembangunan yang pro rakyat.

• Menegakkan hukum dan HAM serta penguatan proses demokrasi untuk

terciptanya rasa aman dan damai, serta menata iklim kondusif bagi tumbuhnya investasi.

Adapun Visi dan Misi Kabupaten Tapanuli Tengah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012-2016, yang saat ini tinggal menunggu proses legalitas Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Daerah.


(33)

3.4 Potensi Pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah

Secara umum potensi pariwisata di Kabupaten Tapanuli Tengah sangat besar. Dengan panjang garis pantai di pesisir barat Pulau Sumatera + 200 km memiliki pantai-pantai yang indah, pulau-pulau kecil yang tersebar di Samudera Hindia lebih dari 25 pulau dengan keindahan pantai dan pesona ekosistem bawah lautnya seperti terumbu karang dan ikan hias di gugus Pulau Mursala dan Pulau Unggas.

Selain itu, objek wisata sejarah atau cagar budaya di sekitar daerah Barus dan sekitarnya kaya dengan bahan-bahan arkeologi dan makam-makam yang menjadi bukti sejarah kebesaran masa lampau dimana Barus menjadi salah satu pelabuhan besar di Pantai Barat Pulau Sumatera. Alam pegunungan bukit barisan, air terjun dan sungai yang banyak terdapat di Kabupaten Tapanuli Tengah serta Danau Pandan menambah daya saing wisata Kabupaten Tapanuli Tengah.

Kabupaten Tapanuli Tengah terus dengan giat mempromosikan kekayaan yang tersembunyi di wilayah Tapanuli Tengah dengan “ Tapanuli Tengah, Negeri Wisata Sejuta Pesona”. Selain pesona obyek wisata, Tapanuli Tengah juga kaya dengan beragam budaya karena wilayahnya dihuni oleh multi etnis yang berbaur dalam harmoni. (Sumber : Sjawal. 2014. Budaya dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga).


(34)

BAB IV

PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN MASYARAKAT SUMANDO PESISIR SEBAGAI ATRAKSI WISATA DI KABUPATEN

TAPANULI TENGAH 4.1. Asal Usul Adat Sumando

Menurut asal mulanya, suku atau etnik Sumando yang berasal dari Poncan Ketek, datang ke Sibolga, pada tahun 1851. Dengan perpindahan penduduk dari Poncan Ketek, ke Sibolga ini, mereka juga membawa adat isti adat meraka yang disebut dengan adat Sumando dan selanjutnya berkembang ke Tapanuli Tengah. Pengertian kata “Sumando” adalah pertambahan suku dari satu keluarga dengan keluarga lain dengan ikatan pernikahan secara Islam dan adat Pesisir.

Dalam pengertian yang lebih luas, yang sumando adalah ke yang dimaksud dengan “ Sumando “ adalah satu kesatuan ruang lingkup kebudayaan suku Pesisir yang terdiri dari adat istiadat Pesisir, Kesenian Pesisir, Bahasa Pesisir, dan makanan Pesisir. Sedangkan dalam pembagian pengelompokan, suku Pesisir yang dimaksud terdapat di Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga. Namun, perlu diketahui bahwa kebudayaan Pesisir tidak hanya berlaku di wilayah Tapanuli Tengah tetapi juga di Kabupaten Mandailing Natal, Nias, dan Singkil / Meulaboh ( Aceh ).

Sumando Pesisir ini sedikit banyaknya memang berbeda jika dibandingkan dengan ikatan kekeluargaan Dalihan Na Tolu seperti yang terkandung dalam adat masyarakat Batak pada umumnya. Dalihan Na Tolu ini mengatur sedemikian rupa sehingga sebuah komunitas terkecil masyarakat Batak haruslah sekurang-kurangnya


(35)

terdiri dari tiga marga sehingga dalam setiap peristiwa adat ada marga yang berperan sebagai boru.

Bagi masyarakat Batak yang masih memegang teguh Dalihan Na Tolu, pelanggaran terhadap aturan ini baik di sengaja maupun tidak akan dihadapkan kepada sanksi adat. Dalihan Na Tolu merupakan inti dasar kebudayaan Batak ( Core Culture ) yang menjadi dasar dan acuan bagi masyarakat Batak. Bahkan terdapat satu ungkapan bahwa apabila sekelompok orang Batak mininggalkan Dalihan Na Tolu, mereka dianggap hidup dalam lingkaran “ pinahan “.

Sumando Pesisir sebagai kesatuan adalah suatu pertambahan dan pencampuran satu keluarga dengan keluarga lain yang seiman dengan ikatan tali pernikahan menurut hukum Islam dan disahkan memakai upacara adat Pesisir. Maka yang dimaksud sebagai “ orang Sumando “ adalah seseorang menantu atau abang ipar maupun adik ipar yang telah menjadi keluarga sendiri sehingga segala sesuatu urusan baik atau buruk menjadi tanggung jawab bersama orang Sumando. Pandangan hidup dan ikatan adat istiadat masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah sangat kuat dan hubungan kekerabatan Sumando merupakan jalur dalam menjembatani persaudaraan. Masyarakat Pesisir sangat menghargai ikatan kekeluargaan. Itu sebabnya tidak ada satu keputusan adat pun yang di tempuh tanpa melibatkan musyawarah semua anggota keluarga. Orang Sumando mempunyai Motto : Bulek ai dek dipambulu, Bulek kato dek mufakat. Dek saiyo mangko sakato, Dek sakato mangko sepakat.


(36)

Jika langkah-angkah pergaulan lebih jauh yang di tempuh pernikahan yang tidak dapat dilangsungkan, karena pihak pemuda menganut adat Minangkabau yang matrinialchaat. Akhirnya diadakanlah musyawarah di antara orangtua kedua belah pihak guna mencari jalan keluar dari kesulitan-kesulitan yang ada. Kedua pihak menganut sistem adat yang ketat dan tentu sulit bagi seseorang untuk mengalah penuh.

Akhirnya toleransi tercapai dengan mengendurkan beberapa ketegangan adat dari kedua belah pihak, karena orang Minang laki-laki di jemput atau dibeli sedangkan Sumando hanya membayar jinamu atau mahar yang merupakan campuran dari hukum Islam adat Minangkabau dan adat Sumando. Hal-Hal yang baik di terima dan yang tidak sesuai dengan tata karma dan sikap hidup sehari-hari diabaikan. Itulah yang disebut dengan “ Adat Bersendi sara’ dan sara’ bersendi Kitabullah “.

Adapun langkah-langkah tata cara perkawinan ( ketentuan-ketentuan ) Sumando disebut sebagai berikut :

a. Pernikahan dapat terjadi apabila pria meminang wanita terlebih dahulu dengan

menyerahkan sejumlah uang atau barang. Uang atau barang disebut dengan Jinamu sebagai tanda pengikat bahwa pada waktu tertentu akan dilangsungkan pernikahan nantinya dan dilaksanakan ijab qabul dihadapan wali saksi. Adat Sumando tidak mengenal Tuhor atau Jurjuranseperti dalam pernikahan adat Batak.

b. Tanggung jawab rumah tangga dan keluarga berada pada pihak pria. Anak yang


(37)

c. Mengenai pembagian harta pusaka berlaku pribahasa “ Berjenjang naik bertangga turun “. Jumlah harta pusaka di terima seseorang bergantung pada jauh dekatnya hubungan kekeluargaan namun demikian harta pusaka tempat tinggal ( rumah ) diprioritaskan menjadi bagian hak wanita. Pembagian harta warisan di antara yang bersaudara pria dan wanita menjadi 1 : 1. Namun apabila anak laki – laki tidak setuju maka jatuh pada hukum Faraid.

d. Apabila terjadi perceraian di antara suami istri maka suami meninggalkan rumah kediaman sedangkan istri tetap tinggal menempati rumah itu. Mengenai harta pembawaan dan yang diperoleh selama pernikahan ( harta gono-gini ) ditentukan kemudian.

Berikut merupakan penuturan para ahli mengenai asal usul Adat Sumando antara lain:

Perkembangan adat Sumando diwarnai oleh adat kebiasaan dari kebudayaan luar baik lokal maupun asing sebagai akses dari pernikahan dan pergaulan. Asimilasi dan akulturasi menambah semarak budaya adat Sumando. dalam sejarah peradatan, eksistensi merupakan keharusan sebagai antisipasi terhadap tantangan yang terjadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang terdiri dari berbagai adat, marga ( suku ) dan etnis. Ada tiga unsur yang berperan dalam menentukan adat Sumando menjadi Tri Sakti antara lain adalah Adat, Sara, dan Qitabullah atau dengan perkataan lain “ Adat Bersendi Sara, Sara Bersendi Qitabullah “.


(38)

MenurutPanggabean dalam Paggebean (1995), Sumando itu konotasi dari Suman + Do artinya serupa. Do artinya saja, Sumando berarti serupa saja. Maksudnya serupa saja Adat Batak dengan Melayu Minangkabau atau sebaliknya.

4.2. Pakaian Adat pada Pesta Perkawinan Masyarakat Sumando Pesisir

Potensi kebudayaan yang dimaksud disini ialah kebudayaan dalam arti luas tidak hanya meliputi “kebudayaan tinggi” seperti kesenian atau perikehidupan keraton dan sebagainya, akan tetapi meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah suatu masyarakat : pakaian, caranya berbicara, kegiatan di pasar dan sebagainya. Pokoknya act dan artifact (tingkah laku dan hasil karya) sesuatu masyarakat, dan tidak hanya kebudayaan yang masih hidup, akan tetapi juga kebudayaan yang berupa peninggalan-peninggalan atau tempat-tempat bersejarah. (Soekadijo, 2002:54)

Dalam perkawinan masyarakat Pesisir Sumando, pengantin akan memakai baju pakaian adat perkawinan masyarakat Pesisir Sumando, ada beberapa pernak-pernik hiasan busana pengantin perempuan dan laki-laki pada etnis Pesisir (Anak Daro) di antaranya sebagai berikut :


(39)

Gambar 4.1 Pengantin Adat Sumando Pesisir

(Sumber : Nauli, 2006)

Gambar 4.2 Pengantin Wanita Adat Sumando Pesisir


(40)

B. Perlengakapan busana wanita

1. Alas Kaki

2. Kain

3. Baju

4. Selendang

5. Korset/Longtorso

6. Sanggu gadang

C. Perhiasan busana wanita

1. Kalung

2. Tali pinggang

3. Gelang siku

4. Gelang tangan

5. Gelang kaki

6. Anting-anting

D. Cara pemakaian busana wanita

1. Alas kaki

Alas kaki pengantin perempuan model tertutup bagian depan, terbuka bagian belakang memakai tumit, warna warni sesuai busana, diberikan hiasan sulaman benang emas / peyet-peyet terbuat dari bahan beludu.


(41)

2. Kain

Kain pengantin perempuan disebut dengan kain anak daro terbuat dari bahan songket Batubara, warna : merah, biru, dan kuning disesuaikan dengan warna hijau. Pada zaman dahulu warna menentukan status kedudukan didalam masyarakat Etnis Pesisir. Warna merah, biru dipakai oleh masyarakat biasa, sedangkan warna kuning dipakai oleh raja maupun keturunan bangsawan. Arah belitan kain menghadap ke kanan, kepala kain berada pada bagian depan, tinggi kain tertutup mata kaki yang melambangkan kehormatan.

Gambar 4.3 Kain Pengantin Perempuan Adat Sumando

(Sumber : Pasaribu, 2014)

3. Baju

Pengantin perempuan mengenakan busana kebaya pendek yang terbuat dari bahan renda, brohat dan songket warna baju merah, biru, dan kuning disesuaikan dengan warna kain. Model kebaya tidak memakai bef, memakai kerah selendang,


(42)

tangan tidak terlalu longer dapat diberi hiasan dari benang emas, peyet-peyet untuk menambah keindahan busana, melambangkan kehormatan.

Gambar 4.4 Baju Pengantin Adat Sumando

(Sumber : Pasaribu, 2014)

4. Selendang

Fungsi selendang sebagai penutup tubuh di bagian atas yang disebut dengan selendang manduaro / kendang-kendang terbuat dari bahan tenun benang emas, warna disesuaikan dengan warna busana melambangkan kehormatan. Cara memakainya, selendang diletakkan di atas bahu kiri dan bahu kanan dengan ujung keduanya berada bagian depan, selendang bagian belakang ditekuk ke dalam hingga bentuk rapi dan terletak di atas bahu.


(43)

Gambar 4.5 Selendang Pengantin Adat Sumando

(Sumber : Pasaribu, 2014)

5. Kalung

Kalung yang dipakai pengantin perempuan terdiri dari bertingkat-tingkat. Pada masa kerajaan zaman dahulu, kalung lima tingkat dipakai untuk masyarakat biasa. Kalung tujuh tingkat dipakai untuk kaum golongan bangsawan, sembilan tingkat untuk golongan keturunan raja-raja.

Gambar 4.6 Kalung Pengantin Adat Sumando


(44)

Motif pada mainan kalung melahirkan nama kalung tersebut yang terdiri dari beberapa nama sebagai berikut :

• Kalung dari bintang mempunyai motif bintang-bintang

• Kalung dari bungan mempunyai motif dari bunga-bunga

• Kalung dari bulan mempunyai motif bulan-bulan

• Kalung nago-nago mempunyai motif kepala naga

• Kalung panjang terbuat dari bahan manik-manik

Kalung terbuat dari bahan imitasi dan permata, melambangkan perdatuan dan status.

6. Tali pinggang

Tali pinggang disebut kabek patah sambilan / ponding. Hal ini melambangkan tali pengikat kebersatuan dan keutuhan khususnya kepada kedua pengantin, bentuknya patah-patah terdiri dari sembilan bagian, bahan terbuat dari perak dan imitasi, dipakaikan pada pinggang dengan posisi di atas selendang manduaro.

Gambar 4.7 Tali Pinggang Perkawinan Adat Sumando


(45)

7. Gelang di atas siku

Gelang di atas siku disebut gelang nago-nago. Gelang ini berjumlah dua buah ( siku kanan dan siku kiri ), terbuat dari bahan imitasi dan busana dengan motif ular yang melingkar, melambangkan kehormatan.

Gambar 4.8 Gelang Perkawinan Adat Sumando

(Sumber : Pasaribu, 2014)

8. Gelang pada pergelangan tangan

Gelang yang di pakai pada pergelangan tangan terdiri atas :

• Gelang keroncong terbuat dari bahan imitasi, berjumlah dua buah

• Gelang piccak jumlahnya dua buah, menik-menik jumlahnya dua buah

yang diletakkan pada sehelai kain. Semua gelang berada di atas ujung lengan ( di luar )

9. Gelang kaki

Gelang kaki dikenakan pada pergelangan kaki. Gelang mempunyai lambang kehormatan, gelang tidak berbunyi dipakai pada orang kebanyakan. Gelang yang


(46)

berbunyi dipakai oleh keturunan bangsawan maupun keturunan raja-raja, sehingga ke mana pun puteri raja melangkah akan diketahui orang lain.

10. Anting-anting

Anting-anting pengantin pada etnis Pesisir bentuknya menjurai yang terbuat dari bahan imitasi / permata yang melambangkan kehormatan.

11.Sanggul / Perhiasan

• Rambut

Seluruh rambut diisir ke arah Top Crown kemudian diikat lalu dijepit dengan jepitan lidi, dirapikan dengan memakai hair spray.

• Sanggu Gadang

Sanggu gadang merupakan penutup kepala pengantin perempuan dan dikenakan pada kepala pengantin perempuan yang dibuat dari lempengan – lempengan emas dilapisi kain terbuat dari bahan imitasi, perak dihiasi beberapa bentuk hiasan lainnya untuk memperindah. Sanggu Gadang melambangkan kebesaran dan kemuliaan.

Gambar 4.9 Sanggu Gadang


(47)

Hiasan-hiasan yang dipakai pada Sanggu Gadang sebagai berikut :

- Piso-piso

Bentuknya menyerupai pisau, jumlahnya sembilan buah, posisi berdiri tegak lurus, ujungnya agak melengkung sedikit, posisi diletakkan di sekeliling Sanggu Gadang.

- Layang-layang

Terdiri dari sepasang buah gombak yang bermotif buah gombak, terbuat dari bahan imitasi, dipakai pada sisi kanan dan sisi kiri. Sanggu Gadang melambangkan kehormatan.

- Goyang-goyang

Bentuk tusuk konde yang terjurai ke bawah dan mempunyai tingkat-tingkat, dipakai pada ujung piso-piso.

Gambar 4.10 Goyang-goyang


(48)

- Sunting

Dikenakan di sebelah atas Sanggu Gadang dengan motif kembang, bintang, dan matahari.

Gambar 4.11 Sunting

(Sumber : Pasaribu, 2014)

- Garak Gampo

Sabagai hiasan Sanggu Gadang bentuknya meyerupai sunting dan lebih besar. Jumlahnya satu buah, dikenakan di belakang Sanggu Gadang, fungsinya sebagai tusuk sanggul.

Gamabar 4.12 Garak Gampo


(49)

- Tatak Konde

Bentuknya menyerupai Crown terbuat dari bahan imitasi dan dikenakan pada kening di atas alis dan mempunyai tali untuk mengikat ke belakang Sanggu Gadang. Posisi letak di luar dari tepi Sanggu Gadang. Zaman dahulu tatak konde ini terbuat dari kain bewarna merah sebagai alat Sanggu Gadang.

Gambar 4.13 Tatak Konde

(Sumber : Pasaribu, 2014) E. Perlengkapan Busana Pria dan Cara Memakainya

1. Sepatu

Sepatu terbuat dari bahan kulit, model pansus bewarna hitam dan memakai kaus kaki.

2. Celana

Celana pengantin laki-laki disebut sarawa gunting Aceh model mengecil ke bawah ( gunting Portugis ). Ujung celana diberi hiasan sulaman benang emas dan memakai hiasan tabur-tabur warna merah, biru, dan kuning. Warni ini melambangkan kebesaran dan kemuliaan.


(50)

3. Baju dalam

Baju yang dipakai di dalam merupakan kemeja bewarna putih, posisinya di dalam celana.

4. Otto

Otto berupa baju yang dipakai di atas dada sebagai penutup dada yang diberi hiasan sulaman benang emas pada bagian dada, memakai tali ke belakang dan tidak memakai tangan. Otto terbuat dari bahan beludu dan bewarna, dipakai di atas kemeja putih, mempunyai lambang memberi perlindungan kepada kedua pengantin agar terhindar dari gangguan-gangguan berupa guna-guna dan gaib.

5. Kain

Nama kain yaitu samping Bugis ( anak daro / manduaro ), terbuat dari bahan tenunan Songket Batubara ( Songket Banang Ameh ). Warna kain sesuai dengan warna kain pengantin perempuan yaitu merah, biru, dan kuning, dipakai sebatas ± 10 cm di bawah lutut, arah lipatan sisi kiri arah ke tengah dan sisi kanan ke arah ke tengah ( kedua sisi menghadap ke tengah / lipatan berhadapan ) di tengah pusat, satu lipat dipakai oleh rakyat biasa, tiga lipat dipakai oleh keturunan bangsawan, dan lima lipat dipakai oleh keturunan raja-raja. Kain adalah melambangkan status kedudukan.

6. Jas luar

Baju jas luar yaitu jas Turki, terbuat dari bahan beludu. Warna merah, biru, kuning, motip diberi hiasan tabur-tabur berbentuk koin-koin / paun-paun yang terdiri dari bahan imitasi. Bentuknya model jas yang memakai krah yang diberi


(51)

hiasan sulaman benang emas bentuk lengan agak longgar bagi pemakaiannya di luar pada otto. Melambangkan sosial dan kekayaan.

Gambar 4.14 Baju dan Celana Pria

(Sumber : Pasaribu, 2014)

Hiasan / Ornamen Busana Pria diantaranya adalah

1. Kalung

Nama kalung Bijo Batik. Terbuat dari bahan imitasi. Model bulat-bulat saling bertautan. Motif biji betik / papaya dipakai di atas dari pada jas Turki, melambangkan persatuan dan kesatuan.

2. Ikat pinggang

Tali pinggang pengantin pria di sebut kabek pinggang Patah Sembilan ( Ponding ). Disebut patah sembilan bentuknya putus-putus berjumlah sembilan bagian yang ditautkan di antara satu dengan yang lain. Motif hiasannya motif bunga-bunga, melambangkan tali pengikat batin di antara kedua mempelai sebagai suami istri.


(52)

3. Keris / Seo

Keris diselipkan pada tali pinggang yang terbuat dari mahan imitasi dan punya gagang, jumlahnya satu buah. Posisi keris dipakai pada pinggang bagian depan, gagang keris ke kanan. Lambang kekuatan dan harga diri untuk mempertahankan martabat keluarga, khususnya istri.

4. Penutup kepala

Penutup kepala dinamakan Ikkek. Terbuat dari bahan beludu. Bentuknya bulat melingkar pada kepala dan memakai simpul pada ujungnya dengan warna hitam. Ikkek diberi hiasan berupa satu buah gombak ( hiasan berjurai ke bawah dengan hiasan layang-layang ) ( motif layang-layang ) melambangkan persatuan dan kesatuan antara kedua pengantin di dalam mengarungi rumah tangga dan juga melambangkan keutuhan adat yang berlaku sesama manusia. Ikkek diberi hiasan tabur-tabur maupun sulaman benang emas.

(Sumber : Sjawal. 2014. Budaya dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga).

4.3. Pakaian Adat pada Pesta Perkawinan Masyarakat Sumando Pesisir sebagai Atraksi Wisata

Sebagai bangsa yang memiliki kepribadian yang kuat dan memiliki ketahanan budaya, kita percaya bahwa akibat tingkah laku yang dibawa oleh wisatawan asing itu pasti akan dapat kita atasi. Yang juga tidak kalah pentingnnya adalah memelihara lingkungan hidup kita karena lingkungan hidup dan warisan


(53)

budaya serta kepribadian kita merupakan modal dasar yang dapat menarik arus wisatawan dari luar. Tanpa itu mereka akan kehilangan minat untuk datang kemari karena kita telah kehilangan daya tarik.

Maka satu-satunya pilihan adalah membuka setiap wawasan nenek moyang kita untuk dapat dilihat dan disaksikan oleh wisatawan asing. Di samping itu diusahakan pula untuk menggali warisan-warisan yang masih belum sempat diperkenalkan atau dengan cara melakukan pemeliharaan yang berkesinambungan.

Salah satu warisan peninggalan nenek moyang kita yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata khususnya di Tapanuli Tengah adalah pakaian adat pesta perkawinan Sumando Pesisir Tapanuli Tengah yang menganut Adat Sumando.

Perkembangan adat Sumando diwarnai oleh adat kebiasaan dan kebudayaan luar baik lokal maupun asing sebagai akses dari pernikahan pergaulan. Ada tiga unsur yang berperan dalam menentukan adat Sumando menjadi Tri Sakti antara lain adalah Adat, Sara, Qitabullah atau dengan perkataan lain “Adat Bersendi Sara, Sara bersendi Qitabullah”. Adapun Tahapan Pernikahan dalam adat sumando adalah :

1. Marisik

2. Pertunangan

3. Malam Berinai

4. Akad Nikah

5. Makan Beradat

6. Resepsi Pernikahan Bagala Duo Baleh


(54)

Tahapan pada pesta perkawinan ini juga memiliki keunikan dan keanekaragaman dengan tata acara yang penuh nuansa budaya yang tinggi, penggunaan pakaian adat Sumando dimulai setelah akad nikah berlangsung, kedua pengantin mengenakan pakaian kebesarannya dan disandingkan di atas pelaminan. Rombongan kaum laki-laki yang mengantar duduk dengan berkeliling atau melingkar di depan pelaminan dan terpisah dari kaum perempuan untuk melaksanakan rangkaian kegiatan makan beradat. Setelah rangkaian makan beradat selesai kedua pengantin melaksanakan resepsi pernikahan Bagala Duo Bale.

Pakaian adat pada perkawinan Adat Sumando merupakan salah satu dari kebudayaan nasional yang bersifat khas dan bermutu, yang dapat mengidentifikasi diri dan menimbulkan rasa bangga, selain itu terdapat pula fungsi-fungsi menurut pesan-pesan nilai budaya yang terkandung di dalam pakaian Adat Sumando. Pemahaman nilai budaya yang di pesankan itu lahir melalui simbol-simbol dari hiasan yang ditampilkan dan memiliki fungsi-fungsi etika, keagamaan, sosial dan simbolis. Keelokan pakaian adat Sumando ini merupakan aset budaya yang memiliki nilai budaya serta nilai jual yang tinggi serta dapat dijadikan sebagai atraksi wisata kebudayaan Kabupaten Tapanuli Tengah yang patut diperhitungkan.

Dalam UU. No 10 Tahun 2009 disebutkan “Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan”. Jadi dapat disimpulkan bahwa atraksi wisata merupakan


(55)

sesuatu yang dapat menimbulkan daya tarik bagi wisatawan dan merupakan alasan utama untuk mengunjungi objek dan tujuan wisata.

Dampak positif yang dapat diperoleh dari pelaksanaan pesta perkawinan Adat Sumando ini antara lain :

a) Menjaga kelestarian budaya pestaperkawinan adat Sumando

b) Mengundang daya tarik wisatawan

c) Meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.

Di Kabupaten Tapanuli Tengah hingga saat ini belum memiliki sarana untuk memfasilitasi pesta adat perkawinan ini, salah satu langkah awal yang bisa dilakukan pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah adalah dengan membangun sebuah rumah adat, di mana rumah adat ini dilengkapi pakaian adat dan seluruh perlengkapan yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan adat yang disajikan di kabupaten Tapanuli Tengah. Rumah adat ini juga menyediakan jasa sewa pakaian adat, baik untuk pesta perkawinan, maupun kepada wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Tapanuli Tengah.


(56)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu maka penulis membuat suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Pakaian adat pada pesta perkawinan masyarakat Sumando Pesisir di Kabupaten

Tapanuli Tengah merupakan potensi yang sangat besar dalam pariwisata untuk menjadi sebuah atraksi wisata di Kabupaten Tapanuli Tengah.

2. Bagi masyarakat pesisir dalam melaksanakan adat perkawinan menganut adat

Sumando, yakni suatu pertambahan percampuran satu keluarga dengan kelurga lain yang seiman dengan ikatan tali pernikahan menurut hukum Islam dan diresmikan dengan upacara adat yang sesuai dengan tradisi masyarakat pesisir Tapanuli Tengah.

3. Bagi masyarakat khususnya masyarakat Tapanuli Tengah harus tetap

mempertahankan dan menjalankan tradisi adat perkawinan daerah yang merupakan salah satu cara untuk menanamkan budaya, adat yang telah terkikis akibat masuk pengaruh budaya luar.

4. Dengan dijadikannya pakaian adat Sumando Pesisir sebagai atraksi wisata sudah

seharusnya pemerintah dan masyarakat setempat menjaga dan melestarikan kebudayaan di Kabupaten Tapanuli Tengah.


(57)

5.2 Saran

1. Pakaian adat perkawinan masyarakat pesisir Sumando merupakan suatu tradisi

yang harus selalu dilestarikan, sehingga dapat dijadikan sebagai asset wisata dan juga turut memperkaya budaya Sumatera Utara.

2. Pelestarian pakaian adat pesisir khususnya acara adat perkawinan harus tetap dipertahankan sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku bagi masyarakat Tapanuli Tengah, sehingga tidak hilang dan dapat menjadi kepribadian masyarakat pesisir Tapanuli Tengah

3. Keunikan pakaian adat Sumando Pesisir harus dikembangkan dan dikelola

dengan baik oleh pemerintah daerah untuk menjadi atraksi wisata.

4. Dengan dijadikannya pakaian adat Sumando Pesisir sebagai atraksi wisata sudah

seharusnya pemerintah dan masyarakat setempat menjaga dan melestarikan kebudayaan di Kabupaten Tapanuli Tengah.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta : Grasindo

Karyono, Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta : PT. Gramedia

Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta

Pasaribu, Sjawal. 2014. Budaya dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga

Penggabean, Hamid. 1995 Bunga Rampai Tapian Nauli. Jakarta : Tapian Nauli Tujuh Sekawan

Soekadijo. 2002. Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata Sebagai Systemic Linkage).Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum

Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar – Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi

Yoeti, Oka. 2002.Tours and Travel Marketing,Jakarta : PT. Pradnya Paramita

Brosur Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tapanuli Tengah

Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009

slideshare.net. 20 September 2015


(59)

LAMPIRAN 1. DATA INFORMAN

• Nama : Sapwan Poham, SE

Alamat: Jalan Damai, No. 35, kecamatan Sibolga Selatan kota Sibolga

Umur : 51 tahun

Pekerjaan :Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tapanuli Tengah

No. Hp : -

Lama tinggal dilokasi : 51 tahun

• Nama : Mey Syarah Nauli Sitompul Amd.

Alamat: Jalan Napitupulu Komplek Griya Matauli Sejahtera blok A, No, 50

Umur : 31 tahun

Pekerjaan: Staff Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tapanuli Tengah

No. Hp : 0812 6446 1718


(60)

• Nama : Lodewik Fraus S. Marpaung Amd Alamat: Jalan Sutan Singengu, No. 23 Kecamatan Pandan

Umur :28 tahun

Pekerjaan: Staff bidang pemasaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tapanuli Tengah

Lama tinggal dilokasi : 28 tahun

No. Hp : 0821 6853 4777

• Nama : Noverius Gea, S.Pd

Alamat:Desa Bondarisihudon Kecamatan Andam Dewi, Kabupaten Tapanuli Tengah

Umur : 22 tahun

Pekerjaan:Guru Sekolah Dasar dan Duta WisataKabupaten Tapanuli Tengah 2012

Lama tinggal dilokasi : 22 tahun


(1)

sesuatu yang dapat menimbulkan daya tarik bagi wisatawan dan merupakan alasan utama untuk mengunjungi objek dan tujuan wisata.

Dampak positif yang dapat diperoleh dari pelaksanaan pesta perkawinan Adat Sumando ini antara lain :

a) Menjaga kelestarian budaya pestaperkawinan adat Sumando b) Mengundang daya tarik wisatawan

c) Meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.

Di Kabupaten Tapanuli Tengah hingga saat ini belum memiliki sarana untuk memfasilitasi pesta adat perkawinan ini, salah satu langkah awal yang bisa dilakukan pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah adalah dengan membangun sebuah rumah adat, di mana rumah adat ini dilengkapi pakaian adat dan seluruh perlengkapan yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan adat yang disajikan di kabupaten Tapanuli Tengah. Rumah adat ini juga menyediakan jasa sewa pakaian adat, baik untuk pesta perkawinan, maupun kepada wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Tapanuli Tengah.


(2)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu maka penulis membuat suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Pakaian adat pada pesta perkawinan masyarakat Sumando Pesisir di Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan potensi yang sangat besar dalam pariwisata untuk menjadi sebuah atraksi wisata di Kabupaten Tapanuli Tengah.

2. Bagi masyarakat pesisir dalam melaksanakan adat perkawinan menganut adat Sumando, yakni suatu pertambahan percampuran satu keluarga dengan kelurga lain yang seiman dengan ikatan tali pernikahan menurut hukum Islam dan diresmikan dengan upacara adat yang sesuai dengan tradisi masyarakat pesisir Tapanuli Tengah.

3. Bagi masyarakat khususnya masyarakat Tapanuli Tengah harus tetap mempertahankan dan menjalankan tradisi adat perkawinan daerah yang merupakan salah satu cara untuk menanamkan budaya, adat yang telah terkikis akibat masuk pengaruh budaya luar.

4. Dengan dijadikannya pakaian adat Sumando Pesisir sebagai atraksi wisata sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat setempat menjaga dan melestarikan kebudayaan di Kabupaten Tapanuli Tengah.


(3)

5.2 Saran

1. Pakaian adat perkawinan masyarakat pesisir Sumando merupakan suatu tradisi yang harus selalu dilestarikan, sehingga dapat dijadikan sebagai asset wisata dan juga turut memperkaya budaya Sumatera Utara.

2. Pelestarian pakaian adat pesisir khususnya acara adat perkawinan harus tetap dipertahankan sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku bagi masyarakat Tapanuli Tengah, sehingga tidak hilang dan dapat menjadi kepribadian masyarakat pesisir Tapanuli Tengah

3. Keunikan pakaian adat Sumando Pesisir harus dikembangkan dan dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah untuk menjadi atraksi wisata.

4. Dengan dijadikannya pakaian adat Sumando Pesisir sebagai atraksi wisata sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat setempat menjaga dan melestarikan kebudayaan di Kabupaten Tapanuli Tengah.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta : Grasindo

Karyono, Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta : PT. Gramedia

Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta

Pasaribu, Sjawal. 2014. Budaya dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga

Penggabean, Hamid. 1995 Bunga Rampai Tapian Nauli. Jakarta : Tapian Nauli Tujuh Sekawan

Soekadijo. 2002. Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata Sebagai Systemic Linkage).Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum

Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar – Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi

Yoeti, Oka. 2002.Tours and Travel Marketing,Jakarta : PT. Pradnya Paramita

Brosur Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tapanuli Tengah

Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009

slideshare.net. 20 September 2015


(5)

LAMPIRAN

1. DATA INFORMAN

• Nama : Sapwan Poham, SE

Alamat: Jalan Damai, No. 35, kecamatan Sibolga Selatan kota Sibolga

Umur : 51 tahun

Pekerjaan :Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tapanuli Tengah

No. Hp : -

Lama tinggal dilokasi : 51 tahun

• Nama : Mey Syarah Nauli Sitompul Amd.

Alamat: Jalan Napitupulu Komplek Griya Matauli Sejahtera blok A, No, 50

Umur : 31 tahun

Pekerjaan: Staff Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tapanuli Tengah

No. Hp : 0812 6446 1718 Lama tinggal dilokasi : 31 tahun


(6)

• Nama : Lodewik Fraus S. Marpaung Amd Alamat: Jalan Sutan Singengu, No. 23 Kecamatan Pandan

Umur :28 tahun

Pekerjaan: Staff bidang pemasaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tapanuli Tengah

Lama tinggal dilokasi : 28 tahun

No. Hp : 0821 6853 4777

• Nama : Noverius Gea, S.Pd

Alamat:Desa Bondarisihudon Kecamatan Andam Dewi, Kabupaten Tapanuli Tengah

Umur : 22 tahun

Pekerjaan:Guru Sekolah Dasar dan Duta WisataKabupaten Tapanuli Tengah 2012

Lama tinggal dilokasi : 22 tahun