Perilaku Siswa dalam Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di SMA Negeri 3 Kota Medan Tahun 2016

(1)

Lampiran 1

LEMBAR KUISIONER PENELITIAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT USU 2015

Salam sejahtera, saya mahasiswa FKM USU sedang melakukan penelitian yang berjudul Perilaku Siswa dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di SMA N 3 Kota Medan Tahun 2015. Oleh karena itu, saya memohon partisipasi saudara untuk mendukung penelitian ini.

Saudara diharapkan menjawab pertanyaan nya dengan jujur, tanpa intervensi dari orang-orang di sekitar saudara. Identitas saudara akan kami jaga dan tidak dipublikasi. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kerjasama saudara untuk keberhasilan penelitian ini. Terima Kasih.

No Responden:

Pertanyaan Pengetahuan

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memilih satu jawaban yang benar dan memberikan tanda check list (√) pada kolom yang sesuai dengan pilihan anda: 1. Kawasan-kawasan yang dilindungi peraturan daerah sebagai kawasan tanpa

rokok adalah di bawah ini, kecuali: a. Tempat bermain anak

b. Kawasan proses belajar mengajar c. Kolam renang

2. Kebijakan kawasan tanpa rokok (KTR) di sekolah diterapkan melalui: a. Peraturan tata tertib sekolah

b. Kepala sekolah

c. Mata pelajaran Biologi

3. Salah satu peraturan dalam tata tertib sekolah adalah dilarang merokok di lingkungan sekolah dan jika ketahuan merokok sebanyak tiga kali, maka siswa tersebut akan diberi sanksi berupa:

a. Berjemur di lapangan

b. Diskors selama beberapa hari c. Dikeluarkan dari sekolah

4. Di bawah ini yang termasuk perbuatan yang tidak terpuji yang merupakan penerapan kebijakan KTR di sekolah adalah:

a. Membuang sampah sembarangan b. Menyontek saat ujian


(2)

5. Dalam penerapan kabijakan KTR di sekolah, seluruh pihak yang ada di sekolah wajib menaati tata tertib di sekolah, yaitu:

a. Para guru dan pegawai sekolah

b. Penjaga parkir di luar lingkungan sekolah

c. Penjual makanan-minuman di luar lingkungan sekolah Pertanyaan Sikap

Keterangan:

1. Pada pertanyaan nomor 14 – 21, pilihan jawaban memiliki pengertian di bawah ini:

- SS : Sangat Setuju

- S : Setuju

- TS : Tidak Setuju

- STS : Sangat Tidak Setuju

No Pertanyaan Sikap siswa

Jawaban 4 3 2 1 SS S TS STS 6 Apakah kamu setuju dengan peringatan dan sanksi

yang ada di tata tertib sekolah, yaitu siswa akan dikeluarkan dari sekolah apabila diketahui merokok sebanyak 3 kali di lingkungan sekolah?

7 Apakah kamu setuju dengan himbauan kepala sekolah bahwa siswa dan seluruh pihak sekolah tidak boleh merokok di lingkungan sekolah?

8 Apakah kamu setuju dengan teladan dari para guru yang tidak merokok di dalam kelas dan di lingkungan sekolah, maka siswa juga tidak boleh merokok?

9 Apakah kamu setuju dengan peringatan yang disampaikan oleh wali kelas untuk tidak merokok di lingkungan sekolah?

10 Apakah kamu setuju dengan pesan pelajaran budi pekerti untuk tidak merokok karena merokok merupakan perbuatan yang tidak terpuji?

11 Apakah kamu setuju dengan salah satu prinsip sekolah yaitu tidak merokok di lingkungan sekolah merupakan gaya hidup sehat para siswa dan juga seluruh pihak sekolah?

12 Apakah kamu setuju dengan pengawasan yang dilakukan oleh pihak sekolah melalui cctv bertujuan


(3)

supaya siswa tidak merokok di lingkungan sekolah?

Pertanyaan Tindakan

13.Apakah kamu pernah merokok di lingkungan sekolah dalam satu bulan terakhir, apakah di kantin, parkiran sekolah, halaman sekolah, ruangan kelas, dll?

a. Ya b. Tidak

14.Apakah kamu merokok setiap hari di lingkungan sekolah, apakah di kantin, parkiran sekolah, halaman sekolah, ruangan kelas, dll?

a. Ya b. Tidak

15.Apakah kamu merokok setiap hari di luar lingkungan sekolah, apakah rumah, mall, dll?

a. Ya b. Tidak

16.Apakah kamu pernah menawarkan rokok kepada teman kamu satu sekolah saat di lingkungan sekolah?

a. Ya b. Tidak

17.Apakah kamu pernah menolak tawaran rokok dari teman kamu satu sekolah saat berada di lingkungan sekolah?

a. Ya b. Tidak

18.Apakah kamu menolak tawaran rokok dari teman satu sekolah karena mengetahui larangan merokok di lingkungan sekolah?

a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak

19.Apakah kamu pernah merokok di kantin sekolah saat jam pelajaran atau saat waktu istirahat di sekolah?

a. Ya b. Tidak

20.Apakah kamu pernah merokok di bagian-bagian tersembunyi di lingkungan sekolah saat jam pelajaran atau jam istirahat di sekolah?

a. Ya b. Tidak


(4)

(5)

(6)

(7)

Lampiran 5

1. Hasil Uji Validitas Pengetahuan

2. Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

P1 P2 P3 P4 P5 Total

P1 Pearson Correlation

1 .068 .294 -.036 .272 .563**

Sig. (2-tailed) .721 .115 .849 .146 .001

N 30 30 30 30 30 30

P2 Pearson Correlation

.068 1 .120 .059 .111 .518**

Sig. (2-tailed) .721 .527 .755 .559 .003

N 30 30 30 30 30 30

P3 Pearson Correlation

.294 .120 1 .257 .080 .497**

Sig. (2-tailed) .115 .527 .171 .674 .005

N 30 30 30 30 30 30

P4 Pearson Correlation

-.036 .059 .257 1 -.059 .492**

Sig. (2-tailed) .849 .755 .171 .755 .006

N 30 30 30 30 30 30

P5 Pearson Correlation

.272 .111 .080 -.059 1 .518**

Sig. (2-tailed) .146 .559 .674 .755 .003

N 30 30 30 30 30 30

Tot al

Pearson Correlation

.563** .518** .497** .492** .518** 1 Sig. (2-tailed) .001 .003 .005 .006 .003

N 30 30 30 30 30 30


(8)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

.783 5

3. Hasil Uji Validitas Sikap

Correlations

Sikap1 Sikap2 Sikap3 Sikap4 Sikap5 Sikap6 Sikap7 Total S1 Pearson

Correlation

1 .481** .268 .302 .256 .318 .564** .500** Sig. (2-tailed) .007 .153 .105 .172 .086 .001 .005

N 30 30 30 30 30 30 30 30

S2 Pearson Correlation

.481** 1 .692** .054 .321 .730** .249 .628** Sig. (2-tailed) .007 .000 .778 .084 .000 .185 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30

S3 Pearson Correlation

.268 .692** 1 .216 .347 .714** .216 .705** Sig. (2-tailed) .153 .000 .251 .060 .000 .253 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30

S4 Pearson Correlation

.302 .054 .216 1 .710** .458* .465** .669** Sig. (2-tailed) .105 .778 .251 .000 .011 .010 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30

S5 Pearson Correlation

.256 .321 .347 .710** 1 .584** .251 .720** Sig. (2-tailed) .172 .084 .060 .000 .001 .181 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30

S6 Pearson Correlation


(9)

Sig. (2-tailed) .086 .000 .000 .011 .001 .184 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30

S7 Pearson Correlation

.564** .249 .216 .465** .251 .249 1 .475** Sig. (2-tailed) .001 .185 .253 .010 .181 .184 .008

N 30 30 30 30 30 30 30 30

Tota l

Pearson Correlation

.500** .628** .705** .669** .720** .798** .475** 1 Sig. (2-tailed) .005 .000 .000 .000 .000 .000 .008

N 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

4. Hasil Uji Reliabilitas Sikap

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

.821 7

5. Hasil Uji Validitas Tindakan

Correlations

T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 Total

T1 Pearson Correlation

1 .288 .681** .712** .049 -.015 .196 .614** .606** Sig.

(2-tailed)

.122 .000 .000 .797 .938 .299 .000 .000


(10)

T2 Pearson Correlation

.288 1 .464** .288 -.134 .141 .802** .598** .500** Sig.

(2-tailed)

.122 .010 .122 .481 .457 .000 .000 .005

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

T3 Pearson Correlation

.681* *

.464** 1 .288 -.134 -.161 .356 .598** .500** Sig.

(2-tailed)

.000 .010 .122 .481 .395 .053 .000 .005

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

T4 Pearson Correlation

.712* *

.288 .288 1 .049 -.015 .196 .351 .478** Sig.

(2-tailed)

.000 .122 .122 .797 .938 .299 .057 .008

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

T5 Pearson Correlation

.049 -.134 -.134 .049 1 .641** -.167 .000 .464** Sig.

(2-tailed)

.797 .481 .481 .797 .000 .379 1.000 .010

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

T6 Pearson Correlation

-.015 .141 -.161 -.015 .641** 1 .302 .337 .505** Sig.

(2-tailed)

.938 .457 .395 .938 .000 .105 .069 .004

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

T7 Pearson Correlation

.196 .802** .356 .196 -.167 .302 1 .745** .479** Sig.

(2-tailed)

.299 .000 .053 .299 .379 .105 .000 .007

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

T8 Pearson Correlation

.614* *

.598** .598** .351 .000 .337 .745** 1 .720** Sig.

(2-tailed)

.000 .000 .000 .057 1.000 .069 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Tot al Pearson Correlation .606* *

.500** .500** .478** .464** .505** .479** .720** 1 Sig.

(2-tailed)


(11)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

6. Hasil Uji Reliabilitas Tindakan

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items


(12)

Lampiran 6

a. Pengetahuan Responden

Kawasan-kawasan yang dilindungi peraturan daerah sebagai kawasan tanpa rokok adalah di bawah ini, kecuali:

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 7 9.2 9.3 9.3

Benar 68 89.5 90.7 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 76 100.0

Kebijakan kawasan tanpa rokok (KTR) di sekolah diterapkan melalui: Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 2 2.6 2.7 2.7

Benar 73 96.1 97.3 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3

Total 76 100.0

Salah satu peraturan dalam tata tertib sekolah adalah dilarang merokok di lingkungan sekolah dan jika ketahuan merokok sebanyak tiga kali, maka siswa tersebut akan diberi sanksi berupa:

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 12 15.8 16.0 16.0

Benar 63 82.9 84.0 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3

Total 76 100.0

Di bawah ini yang termasuk perbuatan yang tidak terpuji yang merupakan penerapan kebijakan KTR di sekolah adalah:


(13)

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 4 5.3 5.3 5.3

Benar 71 93.4 94.7 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3

Total 76 100.0

Dalam penerapan kabijakan KTR di sekolah, seluruh pihak yang ada di sekolah wajib menaati tata tertib di sekolah, yaitu:

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 2 2.6 2.7 2.7

Benar 73 96.1 97.3 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3

Total 76 100.0

b. Sikap Responden

Apakah kamu setuju dengan peringatan dan sanksi yang ada di tata tertib sekolah, yaitu siswa akan dikeluarkan dari sekolah apabila diketahui merokok sebanyak 3 kali di lingkungan sekolah?

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangattidaksetuju 5 6.6 6.7 6.7

Tidaksetuju 15 19.7 20.0 26.7

Setuju 25 32.9 33.3 60.0

Sangatsetuju 30 39.5 40.0 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3

Total 76 100.0

Apakah kamu setuju dengan himbauan kepala sekolah bahwa siswa dan seluruh pihak sekolah tidak boleh merokok di lingkungan sekolah?


(14)

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangattidaksetuj

u 1 1.3 1.3 1.3

Tidaksetuju 1 1.3 1.3 2.7

Setuju 15 19.7 20.0 22.7

Sangatsetuju 58 76.3 77.3 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3

Total 76 100.0

Apakah kamu setuju dengan teladan dari para guru yang tidak merokok di dalam kelas dan di lingkungan sekolah, maka siswa juga tidak boleh merokok?

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangattidaksetuj

u 2 2.6 2.7 2.7

Tidaksetuju 1 1.3 1.3 4.0

Setuju 20 26.3 26.7 30.7

Sangatsetuju 52 68.4 69.3 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3

Total 76 100.0

Apakah kamu setuju dengan peringatan yang disampaikan oleh wali kelas untuk tidak merokok di lingkungan sekolah?

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangattidaksetuj

u 1 1.3 1.3 1.3

Tidaksetuju 1 1.3 1.3 2.7

Setuju 24 31.6 32.0 34.7

Sangatsetuju 49 64.5 65.3 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3

Total 76 100.0

Apakah kamu setuju dengan pesan pelajaran budi pekerti untuk tidak merokok karena merokok merupakan perbuatan yang tidak terpuji?


(15)

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangattidaksetuj

u 3 3.9 4.0 4.0

Tidaksetuju 5 6.6 6.7 10.7

Setuju 25 32.9 33.3 44.0

Sangatsetuju 42 55.3 56.0 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3

Total 76 100.0

Apakah kamu setuju dengan salah satu prinsip sekolah yaitu tidak merokok di lingkungan sekolah merupakan gaya hidup sehat para siswa dan juga seluruh pihak sekolah?

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangattidaksetuj

u 3 3.9 4.0 4.0

Tidaksetuju 3 3.9 4.0 8.0

Setuju 15 19.7 20.0 28.0

Sangatsetuju 54 71.1 72.0 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3

Total 76 100.0

Apakah kamu setuju dengan pengawasan yang dilakukan oleh pihak sekolah melalui cctv bertujuan supaya siswa tidak merokok di lingkungan sekolah?

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangattidaksetuj

u 5 6.6 6.7 6.7

Tidaksetuju 6 7.9 8.0 14.7

Setuju 32 42.1 42.7 57.3

Sangatsetuju 32 42.1 42.7 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3


(16)

c. Tindakan Responden

Apakah kamu pernah merokok di lingkungan sekolah dalam satu bulan terakhir, apakah di kantin, parkiran sekolah, halaman sekolah, ruangan kelas, dll?

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 5 6.6 6.7 6.7

Benar 70 92.1 93.3 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3

Total 76 100.0

Apakah kamu merokok setiap hari di lingkungan sekolah, apakah di kantin, parkiran sekolah, halaman sekolah, ruangan kelas, dll?

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 2 2.6 2.7 2.7

Benar 73 96.1 97.3 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3

Total 76 100.0

Apakah kamu merokok setiap hari di luar lingkungan sekolah, apakah rumah, mall, dll?

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 5 6.6 6.7 6.7

Benar 70 92.1 93.3 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3

Total 76 100.0

Apakah kamu pernah menawarkan rokok kepada teman kamu satu sekolah saat di lingkungan sekolah?


(17)

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 7 9.2 9.3 9.3

Benar 68 89.5 90.7 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3

Total 76 100.0

Apakah kamu pernah menolak tawaran rokok dari teman kamu satu sekolah saat berada di lingkungan sekolah?

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 13 17.1 17.3 17.3

Benar 62 81.6 82.7 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3

Total 76 100.0

Apakah kamu menolak tawaran rokok dari teman satu sekolah karena mengetahui larangan merokok di lingkungan sekolah?

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 14 18.4 18.7 18.7

Benar 61 80.3 81.3 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3

Total 76 100.0

Apakah kamu pernah merokok di kantin sekolah saat jam pelajaran atau saat waktu istirahat di sekolah?

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 4 5.3 5.3 5.3

Benar 71 93.4 94.7 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3


(18)

Apakah kamu pernah merokok di bagian-bagian tersembunyi di lingkungan sekolah saat jam pelajaran atau jam istirahat di sekolah?

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 7 9.2 9.3 9.3

Benar 68 89.5 90.7 100.0

Total 75 98.7 100.0

Missin g

System

1 1.3


(19)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi., 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2013, Riset Kesehatan Dasar

2013, www.litbang.depkes.go.id, diakses pada tanggal 14 Agustus 2015 pukul 19.00 WIB.

Febriani, Tria., 2014. Pengaruh Persepsi Mahasiswa Terhadap Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Dukungan Penerapannya di Universitas Sumatera Utara. Skripsi, USU, Medan.

Firdiana, Annisa., 2013. Gambaran Sikap Mahasiswa Unpad Terhadap Kawasan Tanpa Rokok di Kampus Unpad. Skripsi, Universitas Padjajaran, Bandung. Gubernur Sumatera Utara, Peraturan Gubsu No. 35 Tahun 2012 tentang Kawasan

Tanpa Rokok di Perkantoran di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, www.pergubsuno35tahun2012.com, diakses pada tanggal 14 Agustus 2015 pukul 19.25 WIB.

Hidayat, Taufik., 2012. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok pada Mahasiswa Keperawatan di Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Tesis, Universitas Indonesia, Depok.

Imelda, Christina., 2012. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Guru dan Siswa Tentang Rokok dan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok terhadap Partisipasi dalam Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di SMA Negeri 1 Kota Medan Tahun 2012. Skripsi, USU, Medan.

Indonesia: Tobacco Burden Fact 2013, Indonesia has not ratified the Framework Convention on Tobacco Control, global.tobaccofreeforkids.org, diakses pada tanggal 14 Agustus 2015 pukul 19.05 WIB.

Indrawan, R dan Yaniawatu, R, P., 2014. Metodologi Penelitian. Bandung: PT. Radika Aditama.

Jamal, Hudraini., 2012. Kepatuhan Mahasiswa Terhadap Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Di Kampus Universitas Hasanuddin. Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makasar.

Kemenkes RI., 2013, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013, Katalog dalam terbitan, Kemenkes RI, Jakarta.

Khairi, Ilham., 2014. Persepsi Jajaran Pimpinan Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Di Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2014. Skripsi, USU, Medan.


(20)

Lian, Tan Yen dan Dorotheo, Ulysses, 2014, The ASEAN Tobacco Control Atlas, edisi ke-2, Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA), Bangkok. Menkes RI, Peraturan Menkes RI No. 28 Tahun 2013, Tentang Pencantuman

Kesehatan dan Informasi Kesehatan Pada Kemasan Produk Tembakau, www.permenkesno28tahun2013.com, diakses pada tanggal 17 Agustus 2015, pukul 16.15 WIB.

Menkes RI, Peraturan Bersama Menkes RI dan Mentri Dalam Negri No. 7 tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok, www.menkesno7tahun2011.com, diakses pada tanggal 18 Agustus 2015 pukul 08.00 WIB.

Mukti, Ali Ghufron, Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia, www.upayapengendaliantembakau.com, diakses pada tanggal 18 Agustus 2015 pukul 08.05 WIB.

Notoatmodjo, Soekidjo., 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurkania N., 2007. Pengaruh penerapan kawasan tanpa rokok di sekolah terhadap sikap dan perilaku berhenti merokok siswa SMA di Kota Bogor. Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Prasetyo, Erie., 2014. Hati-Hati, Merokok di Medan Bisa Kena Denda Sampai Rp10 Juta, okezone.com, diakses pada tanggal 17 April 2016 pukul 16.00 WIB.

Presiden RI, Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, www.hukumonline.com, diakses pada tanggal 14 Agustus 2015 pukul 19.10 WIB.

Presiden RI, Peraturan Presiden RI No. 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional, www.perpressistemkesehatannasional.com, diakses pada tanggal 14 Agustus 2015 pukul 19.12 WIB.

Presiden RI, Peraturan Pemerintah RI No. 119 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, www.perpresno119.com, diakses pada tanggal 14 Agustus 2015 pukul 19.20 WIB.

Rachmat, Muhammad., Mochtar T, Ridwan., Syafar, Muhammad., 2013. Perilaku Merokok Remaja Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional: 506.

Riduwan., 2013. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.


(21)

Riyanto, Agus., 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Solicha, Rizkia A., 2012. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pengunjung di Lingkungan RSUP Dr. Kariadi Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Sukardi., 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sumedi, Diananta P., 2013. Tempat-tempat siswa biasa merokok,

http://nasional.tempo.co/read/news/2013/10/05/079519454/tempat-tempat-siswa-biasa-merokok, diakses pada tanggal 22 Desember 2015 pukul 20.45 WIB.

Triana, Anna Z., 2014. Analisis Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 07 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di SMK Muhammadiyah 2 Kota Palembang Tahun 2014. Skripsi, Universitas Sriwijaya, Palembang.

Walikota Medan, Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Kota Medan, www.perdamedantentangskn.com, diakses pada tanggal 14 Agustus 2015 pukul 19.25 WIB.

Walikota Medan, Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, www.perdano3tahun2014.com, diakses pada tanggal 14 Agustus 2015 pukul 19.27 WIB.

WHO, WHO Report on the Global Tobacco Epidemic 2013, WHO _ WHO report on the global tobacco epidemic 2013.htm, diakses pada tanggal 17 Agustus 2015, pukul 16.00 WIB.

WHO, Tobacco, WHO_Tobacco 2015.htm, diakses pada tanggal 17 Agustus 2015, pukul 16.05 WIB.

WHO, WHO Global Report on Trends in tobacco smoking 2000-2025, WHO _WHO global report on trends in tobacco smoking 2000-2025.htm, diakses pada 17 Agustus 2015 pukul 16.10 WIB.

WHO, Highest level of achievement in selected tobacco control measures in the 100 biggest cities in the world, www.whoappendixiv.com, diakses pada tanggal 17 Agustus 2015 pukul 19.20 WIB.

Wibowo, Adik & Tim., 2014. Kesehatan Masyarakat di Indonesia: Konsep, Aplikasi, dan Tantangan. Edisi pertama, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif. Peneliti menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian mengenai perilaku siswa dalam pelaksanaan kawasan tanpa rokok sebagai upaya pencegahan kebiasaan merokok di SMA Negeri 3 Kota Medan Tahun 2016.

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 3 Kota Medan. Pemilihan lokasi didasarkan atas beberapa poin di bawah ini:

1. Kebijakan KTR adalah suatu tindakan yang berasal dari pemerintah dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat akibat mengonsumsi rokok. Kebijakan tersebut bertujuan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 52 Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok.

2. SMA Negeri 3 Kota Medan merupakan sekolah yang telah menerapkan KTR sejak tahun 2008.

3. SMA Negeri 3 Kota Medan merupakan sekolah favorit dan berprestasi, sehingga memiliki peran yang signifikan dalam memengaruhi sekolah lainnya di kota Medan.


(23)

4. Kota Medan adalah kotamadaya dan sekaligus ibu kota provinsi sumatera utara yang telah mengeluarkan perda tentang pelaksanaan KTR di beberapa kawasan di Kota Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan sejak pertengahan bulan Agustus 2015 sampai awal bulan April 2016.

3.3Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri 3 Kota Medan.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mencakup siswa kelas XI di SMA Negeri 3 Kota Medan. Penentuan besar sample dilakukan dengan teknik Stratified Random Sampling dan menentukan jumlah responden dari tiap-tiap kelas dengan teknik simple random sampling. Ukuran sampel diperoleh dengan menggunakan formula statistika Slovin, yaitu sebagai berikut:

n = N 1 + N(d²) n = 307 1 + 307 (0,01) n = 307 4,07 n = 75,42 75 Keterangan:


(24)

n = Sampel

d = Tingkat penyimpangan yang bisa ditolerir (d = 0,1)

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 75 orang siswa kelas XI di SMA Negeri 3 Kota Medan. Besar sampel masing-masing kelas dihitung secara alokasi proporsional dan hasil sampel yang didapat dengan menggunakan rumus:

jumlah populasi per kelas

n = x jumlah sampel

jumlah seluruh populasi

Tabel 3.1. Sebaran jumlah sampel pada siswa kelas XI di SMA N 3 Medan

No Kelas Jumlah Sampel

1 XI IPS-1 5

2 XI IPS-2 4

3 XI IPS-3 4

4 XI IPS-4 4

5 XI MIPA-1 4

6 XI MIPA-2 4

7 XI MIPA-3 4

8 XI MIPA-4 5

9 XI MIPA-5 4

10 XI MIPA-6 4

11 XI MIPA-7 4

12 XI MIPA-8 4

13 XI MIPA-9 4

14 XI MIPA-10 4

15 XI MIPA-11 6

16 XI MIPA-12 4

17 XI MIPA-13 4

18 XI MIPA-14 3


(25)

3.4Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh melalui penelitian ini adalah data primer, dimana data mengenai perilaku merokok siswa diperoleh secara langsung dari siswa kelas XI dengan menggunakan kuisioner dan peneliti juga akan melakukan observasi umum terhadap perilaku siswa dalam pelaksanaan kawasan tanpa rokok di sekolah SMA Negeri 3 Kota Medan.

3.5Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah kuisioner yang dibuat oleh peneliti sendiri.

3.6Defenisi Operasional

1. Kebijakan kawasan tanpa rokok adalah suatu peraturan yang berasal dari pemerintah untuk menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat akibat mengonsumsi rokok.

2. Kawasan tanpa rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan atau mempromosikan produk tembakau.

3. Pengetahuan siswa adalah apa yang diketahui siswa setelah melakukan pengindraan terhadap penerapan kawasan tanpa rokok dan ditandai dengan pelaksanaan nya di sekolah.

4. Sikap siswa adalah reaksi atau respon siswa yang masih tertutup yang memengaruhi siswa akhirnya bersedia, menghargai, dan setuju terhadap penerapan kawasan tanpa rokok di sekolah.


(26)

5. Tindakan siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa yang melaksanakan dan tidak melaksanakan KTR di sekolah.

6. Siswa adalah seorang laki-laki yang berstatus sebagai peserta didik yang aktif dan sedang mengikuti kegiatan belajar di kelas XI baik jurusan IPA dan IPS di SMA Negeri 3 Kota Medan.

3.7Aspek Pengukuran Data

1. Pengetahuan siswa diukur melalui 5 pertanyaan. Sebelum menentukan kategori baik, cukup, dan kurang baik terlebih dahulu menentukan kriteria (tolak ukur) yang akan dijadikan pengukuran pengetahuan, kemudian masing-masing kuesioner diberi skor nilai atau jawaban masing-masing-masing-masing sesuai dengan sistem penilaian yang telah ditetapkan yaitu: jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Total skor maksimal adalah 5 dan skor minimal adalah 0.

Berdasarkan jumlah skor menurut Arikunto (2003: 356) yang diperoleh maka pengetahuan responden dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Baik, apabila nilai responden memiliki total skor >4 (>75%) 2. Cukup, apabila nilai responden memiliki total skor 3 (45%-75%) 3. Kurang, apabila nilai responden memiliki total skor <2 (<45%)

2. Sikap siswa diukur dengan delapan pertanyaan dan memilih jawaban yang telah disediakan, dengan ketentuan sebagai berikut:

e. Sangat Setuju (SS) = 4

f. Setuju (S) = 3


(27)

h. Sangat tidak setuju (STS) = 1

Sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai oleh responden adalah 28 dan skor terendah adalah 4. Berdasarkan jumlah skor menurut Arikunto (2003: 356) yang diperoleh maka sikap responden dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Baik, apabila nilai responden memiliki skor >21 (>75%)

2. Cukup, apabila nilai responden memiliki skor 13-21 (45%-75%) 3. Kurang baik, apabila nilai responden memiliki skor <13 (<45%)

3. Tindakan siswa diukur dengan tujuh pertanyaan. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Total skor maksimal adalah 8 dan skor minimal adalah 0.

Berdasarkan jumlah skor menurut Arikunto (2003: 356) yang diperoleh maka pengetahuan responden dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Baik, apabila nilai responden memiliki total skor >6 (>75%) 2. Cukup, apabila nilai responden memiliki total skor 3-6 (45%-75%) 3. Kurang, apabila nilai responden memiliki total skor >3 (<45%) 3.8Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner diolah secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Verifikasi Data

Proses verifikasi data pada pokoknya untuk meyakinkan peneliti terhadap mutu data yang akan diolah. Adagium ―garbage in, garbage out‖ harus dipahami


(28)

dan diperhatikan pada tahapan ini. Adapun langkah-langkah verifikasi data tersebut mencakup, antara lain:

b. Pengkodean

Bagian ini merupakan kegiatan pengelompokan data berdasarkan variabel. Pemberian nomor atau simbol lain pada jawaban agar tanggapan dapat dikelompokkan ke dalam jumlah klasifikasi yang terbatas. Sementara klasifikasi adalah pembagian sekumpulan data dari variabel tertentu.

c. Entri data

Entri data adalah proses memasukkan data ke komputer. Saat memasukkan data bisa terjadi kehilangan data. Untuk memilih teknik penanganan data yang hilang, peneliti harus menentukan apa yang menyebabkan data itu hilang.

Data dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui perilaku siswa dalam pelaksanaan kawasan tanpa rokok di SMA Negeri 3 Kota Medan.


(29)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Negeri 3 Medan didirikan pada tahun 1954. Pada awal berdirinya, lokasi SMA Negeri 3 Medan berada di Jalan Seram, kemudian pindah ke Simpang Limun tahun 1957 s.d. 1961. Sampai saat ini SMA Negeri 3 Medan masih tetap eksis berada di Jalan Budi Kemasyarakatan No. 3 Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat Kota Medan.

SMA Negeri 3 Medan merupakan sekolah yang bernuansa IMTAQ, IPTEK, Seni Budaya, Olahraga dan berwawasan lingkungan. Prestasi siswa baik dalam bidang intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sangat membanggakan. SMA Negeri 3 Medan ditetapkan sebagai Sekolah Model Pembelajaran Bahasa Inggris sejak tahun 2007. Tahun 2007-2010 SMA Negeri 3 Medan ditetapkan sebagai Sekolah Rintisan Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN) dan terhitung mulai Tahun Pelajaran 2010/2011 sampai dengan sekarang SMA Negeri 3 Medan ditetapkan sebagai Sekolah Pelaksana Model SKM-PBKL-PSB.

Dengan program berwawasan keunggulan, SMA Negeri 3 Medan berupaya secara mandiri mempertahankan kualitasnya serta berupaya menjadi sekolah yang tetap diminati masyarakat. Dengan demikian, predikat SMA Negeri 3 Medan akan tetap dapat dipertahankan sebagai SMA Favorit.


(30)

Tujuan dari SMA ini sebagai lokasi pendidikan formal bagi remaja di Kota Medan, salah satu diantaranya adalah tercapainya peningkatan kegiatan 10 K, salah satunya kenyamanan. Melaksanakan kawasan tanpa rokok di lingkungan sekolah merupakan salah satu bentuk implementasi agar lingkungan sekolah menjadi bersih dan nyaman.

4.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 75 orang yang duduk di kelas XI SMA Negeri 3 Kota Medan dan 100 % berjenis kelamin laki-laki, tersebar dalam 18 kelas yang berbeda-beda, yaitu 14 kelas IPA dan 4 kelas IPS.

Tabel 4.1. Karakteristik responden di SMA Negeri 3 kota Medan

No Kelas Jumlah Siswa Laki-laki

Jumlah Responden

1 XI IPS-1 20 5

2 XI IPS-2 16 4

3 XI IPS-3 16 4

4 XI IPS-4 17 4

5 XI MIPA-1 17 4

6 XI MIPA-2 17 4

7 XI MIPA-3 17 4

8 XI MIPA-4 21 5

9 XI MIPA-5 18 4

10 XI MIPA-6 18 4

11 XI MIPA-7 19 4

12 XI MIPA-8 20 4

13 XI MIPA-9 20 4

14 XI MIPA-10 20 4

15 XI MIPA-11 24 6

16 XI MIPA-12 17 4

17 XI MIPA-13 19 4

18 XI MIPA-14 13 3


(31)

4.1.3 Deskripsi Pengetahuan Responden

Pada penelitian ini diketahui bahwa 68 responden (89,5 %) mengetahui bahwa sekolah merupakan salah satu wilayah yang dilindungi oleh pemerintah dari bahan tembakau juga aktivitas yang berhubungan dengan tembakau, 73 responden (96,1 %) mengetahui bahwa kebijakan KTR yang dibuat oleh pemerintah telah diimplementasikan di sekolah mereka melalui tata tertib sekolah. Dari data tersebut diketahui bahwa sosialisasi di sekolah mengenai pelaksanaan KTR dilakukan dengan baik, sehingga hampir seluruh siswa mengetahui.

Melalui pertanyaan pengetahuan selanjutnya, dapat diketahui bahwa 63 responden mengetahui himbauan tentang membudayakan perilaku tidak merokok oleh kepala sekolah saat pelaksanaan upacara bendera di sekolah. Hal ini tentu berbahaya, jika 15% siswa laki-laki di sekolah tidak mengetahui informasi yang penting, karena akan memengaruhi perilaku merokok para siswa laki-laki di sekolah dan di lingkungan lainnya. Informasi KTR seharusnya bisa menyeluruh kepada seluruh siswa di sekolah dan dilakukan dengan cara yang sesuai dan menarik untuk siswa, sehingga para siswa memberi perhatian dan mengingat informasi KTR.

Diketahui juga bahwa 71 responden (93,4 %) menyadari tentang pelajaran budi pekerti sebagai media sekolah untuk mengingatkan para siswa tentang perilaku tidak merokok sebagai perilaku yang baik, 73 responden (96,1 %) mengetahui bahwa seluruh pihak di sekolah bertanggung jawab untuk mematuhi peraturan sekolah dalam melaksanakan KTR di sekolah (Lihat tabel 4.2).


(32)

Mayoritas siswa memang sudah mengetahui informasi pelaksanaan KTR di sekolah. Namun, sebagian yang tidak mengetahui dapat menjadi evaluasi untuk memperbaiki sistem dan cara mensosialisasikan informasi KTR kepada seluruh siswa di sekolah.

Tabel 4.2. Distribusi Pengetahuan Responden terhadap Pelaksanaan KTR

No Pernyataan Pengetahuan

Pengetahuan

Salah Benar

n % n %

1 Lingkungan belajar mengajar adalah lingkungan yang dilindungi oleh pemerintah dengan kebijakan kawasan tanpa rokok.

7 9.2 68 89.5 2 Kebijakan kawasan tanpa rokok dilaksanakan oleh pihak

sekolah melalui tata tertib sekolah. 2 2.6 73 96.1 3 Hukuman bagi siswa yang ketahuan merokok sebanyak

tiga kali akan dikeluarkan dari sekolah, sudah tertulis dalam tata tertib sekolah.

12 15.8 63 82.9 4 Merokok dan menjual produk tembakau di lingkungan

sekolah adalah tindakan yang tidak baik seperti yang selalu diajarkan dalam pelajaran budi pekerti.

4 5.3 71 93.4 5 Penerapan kawasan tanpa rokok harus ditaati oleh

seluruh pihak yang ada di lingkungan sekolah, termasuk siswa, guru, dan seluruh pihak yang ada.

2 2.6 73 96.1

Tabel 4.3. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden tentang KTR

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 72 94.7

Cukup 2 2.6

Kurang Baik 1 1.3

Total 75 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, terlihat bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan baik mengenai pelaksanaan KTR di sekolah, yaitu sebanyak 72 responden (94,7%). Responden lainnya memiliki pengetahuan cukup dan kurang baik.


(33)

4.1.4 Deskripsi Sikap Responden

Hasil kuisioner diketahui bahwa terdapat 30 responden (39,5%) sangat setuju dengan sanksi mengeluarkan siswa yang merokok di sekolah sebanyak tiga kali, 58 responden (76,3%) sangat setuju dengan himbauan kepala sekolah yang mengingatkan siswa untuk tidak merokok di lingkungan sekolah, 52 responden (68,4%) juga sangat setuju dengan pentingnya teladan para guru untuk tidak merokok di lingkungan sekolah.

Pertanyaan tentang peringatan wali kelas untuk tidak merokok di lingkungan sekolah, terdapat 49 responden (64,5 %) menyatakan sangat setuju, 42 responden (55,3 %) menyatakan sangat setuju dengan pesan pelajaran budi pekerti untuk tidak merokok dan hal itu merupakan perbuatan yang terpuji, kemudian terdapat 54 responden (71,1 %) sangat setuju bahwa tidak merokok merupakan gaya hidup yang sehat, dan pertanyaan terakhir terdapat 32 responden (42,1 %) yang sangat setuju terhadap pengawasan pihak sekolah melalui cctv.

Fenomena ini sangat menarik jika dihubungkan dengan data pengetahuan, yaitu prevalensi pengetahuan siswa rata-rata di atas 90 %, akan tetapi siswa yang bersikap sangat setuju dengan pelaksanaan KTR mengalami penurunan dari prevalensi pengetahuan. Hal ini menunjukan bahwa tahu tentang pelaksanaan KTR tidak berarti bersikap setuju dengan pelaksanaan KTR di lingkungan sekolah. (Lihat tabel 4.4)


(34)

Tabel 4.4. Distribsi Sikap Responden terhadap pelaksanaan KTR

No Pernyataan Sikap

Sikap Responden

STS TS S SS

n % n % n % n %

1

Peringatan dan sanksi akan dikeluarkan dari sekolah apabila diketahui merokok sebanyak 3 kali di lingkungan sekolah.

5 6.6 15 19.7 25 32.9 30 39.5

2

Himbauan kepala sekolah, siswa, dan seluruh pihak sekolah tidak boleh merokok di lingkungan sekolah.

1 1.3 1 1.3 15 19.7 58 76.3

3

Teladan dari para guru, tidak merokok di dalam kelas dan di lingkungan sekolah harus diteladani siswa.

2 2.6 1 1.3 20 26.3 52 68.4 4 Peringatan tidak merokok di lingkungan

sekolah disampaikan oleh wali kelas. 1 1.3 1 1.3 24 31.6 49 64.5 5

Pesan pelajaran budi pekerti, tidak merokok karena merokok merupakan perbuatan yang tidak terpuji.

3 3.9 5 6.6 25 32.9 42 55.3 6 Prinsip tidak merokok di lingkungan

sekolah sebagai gaya hidup sehat 3 3.9 3 3.9 15 19.7 54 71.1 7

Diawasi oleh pihak sekolah melalui cctv agar siswa tidak merokok di lingkungan sekolah.

5 6.6 6 7.9 32 42.1 32 42.1

Tabel 4.5. Distribusi Kategori Sikap Responden terhadap Pelaksanaan KTR

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Baik 59 77.6

Cukup 15 19.7

Kurang Baik 1 1.3

Total 75 100.0

Berdasarkan tabel 4.5 di atas terlihat bahwa 59 responden (77,6 %) memiliki sikap yang baik dalam pelaksanaan KTR di sekolah. Berbeda dari prevalensi pengetahuan siswa yang baik yaitu sebanyak 72 responden (94,7 %). Hal tersebut menunjukan bahwa pengetahuan yang baik tidak berarti setuju atau memiliki sikap yang baik.


(35)

4.1.5 Deskripsi Tindakan Responden

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa 5 responden (6,6 %) dengan jujur menyatakan pernah merokok di sekolah, 7 responden (9,2 %) pernah menawarkan rokok kepada teman sejawat di sekolah, 13 responden (17,1 %) menerima tawaran rokok dari teman sejawatnya, dan 7 responden (9,2 %) pernah merokok sembunyi-sembunyi di lingkungan sekolah.

Terdapat 5 dari 75 responden (6,6 %) pernah merokok di sekolah walaupun mengetahui bahwa tidak diperbolehkan merokok di lingkungan sekolah, merokok adalah perbuatan yang tidak baik dan bukan gaya hidup yang sehat.

Dari data sebelumnya diketahui bahwa 94,7 % responden memiliki pengetahuan yang baik dan hanya 1 responden (1,3 %) memiliki pengetahuan yang kurang baik. Artinya, responden yang jujur pernah merokok di sekolah sebenarnya sudah tahu tentang pelaksanaan KTR di sekolah dan dengan sengaja melakukan pelanggaran.


(36)

Tabel 4.6. Distribusi Tindakan Responden terhadap Pelaksanaan KTR

No Peryataan Tindakan

Tindakan Responden

Ya Tidak

N % n %

1

Pernah merokok di lingkungan sekolah dalam satu bulan terakhir, di kantin, parkiran sekolah, halaman sekolah, ruangan kelas, dll.

5 6.6 70 92.1 2 Merokok setiap hari di lingkungan sekolah, di kantin,

parkiran sekolah, halaman sekolah, ruangan kelas, dll. 2 2.6 73 96.1 3 Merokok setiap hari di luar lingkungan sekolah, rumah,

mall, dll. 5 6.6 70 92.1

4 Pernah menawarkan rokok kepada teman kamu satu

sekolah saat di lingkungan sekolah. 7 9.2 68 89.5 5 Pernah menolak tawaran rokok dari teman kamu satu

sekolah saat berada di lingkungan sekolah. 62 81.6 13 17.1 6 Menolak tawaran rokok dari teman satu sekolah karena

mengetahui larangan merokok di lingkungan sekolah. 14 18.4 61 80.3 7 Pernah merokok di kantin sekolah saat jam pelajaran

atau saat waktu istirahat di sekolah. 4 5.3 71 93.4 8

Pernah merokok di bagian-bagian tersembunyi di lingkungan sekolah saat jam pelajaran atau jam istirahat di sekolah.

7 9.2 68 89.5

Tabel 4.7. Distribusi Kategori Tindakan Responden terhadap Pelaksanaan KTR

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Baik 59 77.6

Cukup 13 17.1

Kurang Baik 3 3.9

Total 75 100.0

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa 59 responden (77,6 %) memiliki tindakan baik dalam pelaksanaan KTR di sekolah, 13 responden (17,1 %) memiliki tindakan cukup baik, dan 3 responden (3,9 %) memiliki tindakan kurang baik. Pelanggaran KTR di sekolah seharusnya diketahui oleh pihak sekolah dan kemudian melakukan evaluasi pelaksanaan KTR.


(37)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pengetahun Responden mengenai Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok

Tabel 4.3 merupakan tabel yang menunjukkan bahwa siswa laki-laki kelas XI di sekolah yang melaksanakan kawasan tanpa rokok memiliki pengetahuan yang baik mengenai pelaksanaan kawasan tanpa rokok. Pengetahuan yang baik adalah pilar dasar yang penting untuk menyukseskan perwujudan kawasan tanpa rokok. Siswa tentu membutuhkan himbauan yang yang jelas dan sering agar mereka bisa tahu. Salah satu pertanyaan di kuisioner penelitian ini mengenai himbauan mengenai KTR dari pihak sekolah ternyata hanya diketahui 63 orang (82,9%) dari 75 orang responden penelitian.

Pengetahuan yang kurang dan tidak baik akan menjadi kendala dalam pelaksanaan KTR di sekolah. Menurut Triana (2014) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 07 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok di SMK Muhammadiyah 2 Palembang bahwa kendala yang dihadapi sekolah pada saat melaksanakan kawasan tanpa rokok adalah masih adanya murid-murid yang tidak serius mengikuti pembinaan tersebut. Ketidakseriusan murid-murid dalam mengikuti pembinaan tentu akan memengaruhi pengetahuan mereka mengenai kawasan tanpa rokok. Pengetahuan yang baik akan membuka gerbang sikap dan tindakan yang baik.

Berdasarkan penelitian Solicha (2012) Responden yang memiliki pengetahuan baik dan mempunyai sikap patuh terhadap kawasan tanpa rokok yaitu 33


(38)

responden (94,3%) sedangkan jumlah responden yang memiliki pengetahuan baik namun tidak patuh terdapat 2 responden (5,7%). Oleh karena itu, pihak sekolah yang sedang menerapkan kawasan tanpa rokok harus menjadi lebih serius dalam menjangkau seluruh siswa agar siswa memiliki pengetahuan yang baik.

Akan tetapi menurut hasil penelitian Asari (2012) bahwa dari 56 responden yang patuh terhadap peraturan kawasan tanpa rokok didapatkan 30 responden tidak mengetahui peraturan dan 26 orang mengetahuinya. Jumlah responden yang patuh peraturan akibat mengetahui peraturan hanya memiliki selisih sedikit dengan jumlah responden yang mematuhi KTR dan tidak mengetahui kebijakan tersebut. Hal tersebut menunjukan bahwa pengetahuan tidak menjadi satu-satunya faktor untuk mendorong siswa menyetujui dan menaati kebijakan KTR.

Hal tersebut menunjukan bahwa pengetahuan mengenai peraturan tidak menjadi salah satu faktor bagi responden memiliki sikap dan tindakan yang baik. Terdapat faktor-faktor lain yang memengaruhi responden memiliki kepatuhan yang baik terhadap suatu peraturan, sebagai contoh hasil penelitian Triana (2014) bahwa siswa dan pihak lainnya di SMK Muhammadiyah 2 mematuhi KTR karena terdapat fatwa bahwa rokok adalah haram dan hal tersebut menjadi faktor utama kepatuhan siswa di sekolah tersebut.


(39)

5.2 Sikap Responden mengenai Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok

Pada penelitian ini didapati bahwa 77,6 % responden di SMA N 3 kelas XI kota Medan memiliki sikap yang baik dalam pelaksanaan kawasan tanpa rokok di sekolah mereka. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurkania (2007) bahwa remaja yang bersekolah di sekolah dengan KTR mempunyai kemungkinan 3,2 kali lebih tinggi untuk memiliki sikap positif terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut.

Sesuai dengan penelitian Firdiana (2013) bahwa mahasiswa Unpad memiliki sikap yang cenderung positif terhadap kawasan tanpa rokok di kampus Unpad. Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian ini, sebanyak 40.3% responden memiliki sikap yang positif, 44.2% responden memiliki sikap yang cenderung positif, 11.7% responden memiliki sikap yang netral, 3.2% responden memiliki sikap yang cenderung negatif, dan 0.6% responden memiliki sikap yang negatif terhadap kawasan tanpa rokok. Hal ini berarti secara garis besar mahasiswa Unpad cukup menyukai dan cenderung akan melakukan hal-hal yang diatur di dalam kawasan tanpa rokok di kampus Unpad.

Pada pembahasan sebelumnya diketahui bahwa siswa laki-laki kelas XI di SMA N 3 sebanyak 94,7 % memiliki pengetahuan yang baik, akan tetapi tidak menjamin bahwa mereka memiliki respon yang positif terhadap apa yang mereka ketahu mengenai KTR. Seperti teori Bloom yang menyatakan terdapat 4 tingkatan sikap seseorang terhadap yang diketahuinya, yaitu menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab. Jika salah satu dari keempat tingkatan


(40)

tersebut tidak ada, maka akan memengaruhi sikap seseorang terhadap ha-hal yang diketahuinya.

Penelitian yang dilakukan oleh Hudriani Jamal mengenai Kepatuhan Mahasiswa terhadap penerapan kawasan tanpa rokok di Kampus Universitas Hasanuddin dijelaskan bahwa responden yang memiliki pengetahuan tinggi maupun responden yang berpengetahuan rendah cenderung tidak patuh, responden yang memiliki sikap positif cenderung patuh sedangkan responden yang bersikap negatif tidak patuh, responden yang memiliki pengaruh positif dari lingkungan sosialnya lebih patuh sedangkan yang tidak ada pengaruh dari lingkungan sosialnya cenderung tidak patuh terhadap penerapan kawasan bebas asap rokok di lingkungan kampus Unhas (Jamal, 2012).

Nurkania (2007) meneliti tentang pengaruh penerapan KTR di sekolah terhadap sikap dan perilaku berhenti merokok di kalangan siswa SMA Kota Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan kawasan tanpa rokok di sekolah merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perubahan sikap remaja tentang merokok dan perilaku berhenti merokok. Demikian juga hasil penelitian Imelda (2012) menyatakan bahwa dalam penerapan kawasan tanpa rokok di SMP Negeri 1 Kota Medan Tahun 2012 terdapat 72 responden mempunyai sikap yang baik (80%), dimana hubungan antara variabel sikap tentang rokok dan kebijakan kawasan tanpa rokok dengan partisipasi penerapan kawasan tanpa rokok dari hasil uji chi square memiliki hubungan yang bermakna. Artinya, semakin baik sikap responden tentang rokok dan kebijakan kawasan tanpa rokok maka semakin aktif pula penerapan kawasan tanpa rokok, dengan demikian maka akan semakin


(41)

sedikit dijumpai guru yang merokok di sekolah (Imelda, 2012). Demikian juga pada penelitian mengenai tingkat pengetahuan dan sikap pengunjung di lingkungan RSUP dr. Kariadi tentang kawasan tanpa rokok yang menyatakan bahwa, sikap responden terhadap aturan kawasan tanpa rokok, yaitu sebesar 77 responden atau 85,6% bersikap patuh dan 13 responden atau 14,4% bersikap tidak patuh terhadap aturan kawasan tanpa rokok (Solicha, 2012). Sikap yang baik tentu memiliki pengaruh yang positif terhadap kepatuhan responden untuk mengaplikasikan kawasan tanpa rokok.

5.3 Tindakan Responden mengenai Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok

Dari tabel 4.7, dapat kita lihat bahwa para responden memiliki tindakan yang baik sebanyak 59 orang atau 77,6 %. Terdapat 70 respoden atau 92,1 % yang tidak pernah merokok di lingkungan sekolah, akan tetapi terdapat 7 orang atau 9,2 % responden yang pernah merokok di beberapa tempat tersembunyi di lingkungan sekolah bahkan pernah menawarkan rokok kepada teman nya di sekolah.

Sesuai dengan penelitian Nurkania (2007) bahwa proporsi remaja yang memiliki sikap positif (tidak setuju merokok) dan perilaku berhenti merokok lebih tinggi pada remaja sekolah KTR. Remaja sekolah KTR mempunyai kemungkinan 2,6 kali lebih tinggi untuk berhenti merokok dibandingkan remaja sekolah tidak KTR.

Diketahui juga bahwa terdapat 17,1 % dari siswa laki-laki kelas XI yang pernah melakukan tindakan merokok di lingkungan sekolah yang melaksanakan KTR tersebut dan 3,9 % dari siswa laki-laki kelas XI berstatus sebagai perokok


(42)

yang aktif di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Ini merupakan suatu masalah yang penting, karena sekolah seharusnya bisa menjamin agar seluruh siswa bebas dari pengaruh tembakau, baik di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah. Kondisi yang sama juga ditemukan di SMK Muhammadiyah 2 Palembang yang sudah menerapkan KTR di lingkungan sekolah dan mengalami kendala yaitu masih adanya siswa yang tidak menurut dengan KTR tersebut (Triana, 2014). Hasil penelitian Prabandari dkk dalam Imelda (2012), menyatakan bahwa pada tahun 2003 jumlah mahasiswa perokok FK UGM sebesar 10.9%, setelah ditetapkan peraturan KTR di fakultas tersebut, terjadi penurunan jumlah mahasiswa perokok menjadi 8.5% pada tahun 2007. 5.4 Hasil Observasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di SMA N 3 Medan

Hasil observasi di tabel 5.4 adalah hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti secara langsung di lokasi penelitian selama peneliti melakukan penelitian, yaitu berlangsung selama tiga hari. Observasi di lakukan di beberapa kelas, halaman sekolah, teras kelas-kelas sekolah, kantor guru, kantin, toilet, halaman mushollah, dan parkiran sekolah.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMA Negeri 3 kota Medan, pelaksanaan kawasan tanpa rokok di sekolah tersebut masih belum sesuai dengan pedoman yang diterbitkan oleh kementrian kesehatan republik Indonesia. Seperti pada poin kedua, seharusnya pihak sekolah membentuk komite yang bertanggung jawab memikirkan bentuk pelaksanaan kebijakan dan pengawasan pelaksanaan,


(43)

tidak hanya guru, tetapi juga siswa yang merokok dan tidak merokok turut terlibat dalam komite tersebut.

Sekolah juga tidak melakukan pelatihan bagi komite pelaksanaan untuk bisa menolong atau memberikan pendampingan bagi siswa atau guru yang masih merokok, menyediakan intrumen pengawasan dan pelaksanaan untuk memastikan seluruh pihak yang ada di lingkungan sekolah mengetahui kebijakan, latar belakang kebijakan, tujuan dan manfaat tujuan tersebut. Sehingga pelaksanaan KTR lebih tertata dan bisa dievaluasi untuk perbaikan implementasi di sekolah. Pada poin keenam dalam pedoman pelaksanaan KTR, seharusnya sekolah menyediakan ruangan khusus untuk berdiskusi mengenai kawasan tanpa rokok dan masalah-masalah yang berhubungan dengan pelaksanaannya. Kemudian, pada poin ketujuh dilakukan pencatatan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi, pelaporan pelanggaran kepada penanggung jawab dan pemberian sanksi yang sesuai dan mendidik siswa atau guru.

Sekolah SMA Negeri 3 kota Medan memang sudah melaksanakan kawasan tanpa rokok, menerapkannya melalui tata tertib sekolah, dan melibatkan para guru untuk mensosialisasikan kebijakan tersebut serta mengawasi siswa di sekolah. Akan tetapi, karena tidak dibentuk komite khusus untuk fokus dan bertanggung jawab, pelaksanaan di sekolah tersebut menjadi kurang efektif.


(44)

Di bawah ini merupakan tabel keterangan hal-hal yang dijumpai peneliti saat melakukan observasi di lokasi peneltian:

Tabel 5.1. Hasil Observasi Kawasan Tanpa Rokok di SMA N 3 Medan

No Indikator Keterangan Keterangan

Ya Tidak

1 Ditemukan orang merokok di

area sekolah. √ -

Ditemukan orang yang merokok di area sekolah.

2 Ditemukan ruang khusus

merokok di area sekolah - √

Tidak ditemukan ruang khusus merokok di area sekolah.

3 Ditemukan tanda dilarang

merokok di semua pintu masuk - √

Hanya ditemukan di beberapa dinding sekolah.

4 Tercium bau asap rokok √ - Tercium bau asap rokok di dalam kantor guru sekolah.

5 Ditemukan asbak dan korek api

di area sekolah. √

Ditemukan asbak dan korek api di ruang kantor guru sekolah.

6 Ditemukan puntung rokok di

area sekolah √ -

Ditemukan puntung rokok di selokan depan kelas yang dekat dengan gerbang depan.

7 Ditemukan indikasi kerjasama - √

Tidak ditemukan indikasi kerjasama antara siswa, guru, dan pihak-pihak tertentu yang ada di lingkungan sekolah. Saat berada di lokasi penelitian, peneliti melihat pihak luar sekolah yang

sedang berkepentingan di sekolah merokok dan tidak ada pihak sekolah yang menegur. Ini menunjukan bahwa tidak ada komitmen dan ketegasan seluruh pihak sekolah untuk melaksanakan kawasan tanpa rokok di lingkungan sekolah tersebut. Hal ini juga terjadi dikarenakan, pelaksanaan KTR menjadi tanggung jawab seluruh guru dan tidak ada komite yang dibentuk untuk menjadi pengawas yang memastikan seluruh pihak sekolah maupun pihak luar sekolah untuk mematuhi kebijakan tersebut. Hal ini juga menunjukan bahwa pihak sekolah tidak melaksanakan KTR sesuai dengan pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok yang diterbitkan kementrian kesehatan RI. Masih terdapat guru-guru yang


(45)

melanggar dan tidak menjadi teladan dalam pelaksanaan kebijakan KTR di lingkungan sekolah. Ini menunjukan bahwa seluruh guru di sekolah masih belum ideal untuk menjadi pengawas dan pembimbing seluruh siswa di sekolah untuk tidak berperilaku merokok. Pembentukan komite pelaksanaan KTR sangat diperlukan, sehingga pihak penanggung jawab adalah pihak yang tidak merokok dan berkomitmen untuk tidak merokok. Berikut ini adalah tabel indikator kawasan tanpa rokok yang seharusnya ada pada tatanan kawasan proses belajar mengajar:

Tabel 5.2. Indikator KTR pada tatanan kawasan proses belajar mengajar

Tatanan Indikator Input Indikator Proses Indikator Output

Tempat Proses Belajar Mengajar

1. Adanya kebijakan tertulis

tentang KTR. 2. Adanya tenaga yang ditugaskan untuk memantau KTR di tempat proses belajar mengajar. 3. Adanya media promosi tentang larangan merokok /KTR.

1. Terlaksananya sosialisasi kebijakan KTR baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (melalui media cetak, elektronik)

2. Adanya pengaturan tugas dan tanggung jawab dalam

pelaksanaan KTR.

3. Terpasangnya pengumuman kebijakan KTR melalui poster, tanda larangan merokok mading, surat edaran, pengeras

suara.

4. Terpasangnya tanda KTR di tempat proses belajar mengajar. 5. Terlaksananya penyuluhan KTR dan bahaya merokok dan etika merokok.

1. Lingkungan tempat proses belajar mengajar tanpa asap rokok. 2. Siswa yang tidak merokok menegur siswa yang merokok di lingkungan KTR. 3. Perokok merokok diluar KTR.

4. Adanya sanksi bagi yang melanggar KTR.

Kawasan Tanpa Rokok

Evaluasi 4-6 Bulan Evaluasi Jangka Panjang 1-3 Tahun

Tempat Proses Belajar Mengajar

1. Adanya tanda Kawasan Tanpa Rokok yang dipasang

2. Adanya media promosi Kawasan Tanpa Rokok.

1. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok diterima dan dilaksanakan oleh pimpinan dan karyawan /guru /dosen /siswa. 2. Dipatuhi dan dimanfaatkannya fasilitas yang mendukung Kawasan Tanpa Rokok.

3. Tidak ada penjual rokok di sekitar tempat proses belajar mengajar.

4. Karyawan /guru/dosen/siswa yang tidak merokok bertambah banyak.


(46)

Berikut ini adalah kisah sukses pengembangan kawasan tanpa rokok di Indonesia yang dapat menjadi teladan bagi kawasan-kawasan yang saat ini sudah melaksanakan kebijakan KTR dan belum membuahkan hasil.

1. SMK Taruna Bangsa Bekasi

SMK Taruna Bangsa dengan 1250 siswa, 53 guru dan 16 staf ini memang pantas mendapat gelar juara 1 Yayasan AIDS Indonesia Award untuk Sekolah Bebas Rokok yang diikuti oleh 42 sekolah di lingkungan Jabodetabek.

Peraturan tentang larangan merokok di sekolah ini berlaku ketat, baik untuk siswa, karyawan maupun guru. Bahkan pada awal penerimaan guru dan siswa larangan merokok ini telah tercantum dalam peraturan sekolah. Sanksi bagi yang kedapatan merokok dimulai dengan peringatan sampai pemecatan. Seluruh karyawan sekolah, dimulai dari pekarangan sampai ruangan tertutup tidak ditemukan satu batang rokokpun. Kesadaran akan larangan merokok ini terbawa sampai keluar kawasan sekolah, sehingga tidak ditemukan siswa Taruna Bangsa yang merokok di lingkungan luar sekolah.

2. Universitas Kristen Petra Surabaya

Universitas Kristen Petra (UKP), salah satu perguruan tinggi bergengsi di Surabaya, sungguh bukan merupakan tempat yang menyenangkan bagi perokok. Universitas yang berlokasi di Jl. Siwalankerto ini sejak tahun 2003 tepatnya 5 Juni 2003 dinyatakan sebagai Kampus Bebas Rokok. Ketentuan ini tertuang dalam Surat Keputusan Nomor. 303/Kept/UKP/2003 tentang Penetapan Kampus Bebas Rokok yang ditandatangani oleh rector UKP Ir. Paulus Nugraha, M.Eng, M.Sc.


(47)

Dalam klausul pertimbangan, antara lain disebutkan bahwa keputusan ini dibuat sebagai langkah awal untuk menciptakan lingkungan kampus yang sehat dan nyaman, serta melindungi setiap warga kampus untuk dapat menikmati udara bersih dan bebas dari asap rokok. Larangan merokok meliputi seluruh gedung (ada tiga gedung, satu diantaranya berlantai 10) berikut ruang, selasar dan terasnya, fasilitas/barang milik universitas (misalnya kendaraan dinas) dan tempat-tempat umum yang terpasang rambu dilarang merokok.

Larangan merokok ini diberlakukan tanpa kecuali karena yang terkena bukan saja mahasiswa tapi juga staf pengajar, pegawai administrasi/pegawai lapangan, karyawan koperasi dan rekanannya yang beraktivitas di lingkungan kampus UKP, setiap rekanan UKP yang ditempatkan atau ditugaskan di lingkungan kampus. Bahkan tamu dan orang asing yang sedang berada di lingkungan kampus UKP terkena larangan ini. Surat keputusan ini dilengkapi pula dengan sanksi-sanksi yang disesuaikan dengan peraturan disiplin pegawai dan ketentuan disiplin mahasiswa. Sanksi terhadap pelanggaran berupa peringatan, skorsing sampai dikeluarkan dari kampus. Hal ini berlaku bila yang bersangkutan melalaikan surat peringatan lebih dari tiga kali. Bagi mahasiswa surat peringatan ditembuskan pada orang tua.

Namun jauh sebelum diberikan sanksi tersebut, terlebih dahulu diberikan sanksi awal berupa pembinaan oleh badan konseling universitas. Begitu Surat Keputusan Nomor 3030 ini diterbitkan pada 5 Juni 2003, sosialisasi dilakukan secara bertahap selama lebih dari setahun. Surat Keputusan ini dilengkapi pula


(48)

asap rokok. Rambu-rambu larangan merokok terpasang hampir di semua area, khususnya ruang dosen, kelas, laboratorium, studio, administrasi dan lain-lain tempat.

Pada Mei 2004, sosialisasi kian digencarkan. Spanduk, poster, dan rambu-rambu diperbanyak; stiker dan leaflet pun dibagi-bagikan. Diadakan juga seminar-seminar anti rokok. Pada tanggal 16 Agustus 2004 peraturan ini dinyatakan diberlakukan secara efektif. Tentu saja, sebagaimana lazimnya, surat keputusan ini menimbulkan pro dan kontra. Demonstrasi pun terjadi, terutama oleh mahasiswa yang merokok. Pro kontra ini sampai tercium oleh media massa di Surabaya, sehingga peristiwa ini tersiar luas, terutama di surat kabar. Komitmen UKP soal rokok, memang tinggi. Tidak tersedia tempat khusus untuk merokok di kawasan kampus. Kampus UKM bersih dari poster dan segala bentuk promosi rokok baik nyata ataupun terselubung. Segala bentuk kerjasama dengan perusahaan rokok (dan minuman beralkohol) ditolak, baik itu dalam bentuk sponsor untuk kegiatan seni dan olahraga ataupun kegiatan lain. Bahkan beasiswa yang ditawarkan untuk mahasiswa pun ditolak.

Dengan demikian, UKP menjadi satusatunya kampus di Surabaya yang menerapkan Kawasan Bebas Rokok, walau belum sepenuhnya bebas dari asap rokok. Memang tidak mudah untuk mengawasi lebih dari 10.000 mahasiswa dengan sekitar 300 tenaga pengajar dan karyawan UKP; namun yang lebih diharapkan lagi dari setiap warga UKP adalah untuk menyadari betapa pentingnya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat dalam kampus.


(49)

Sebagai institusi pemerintah yang fokus dalam pengembangan kesehatan masyarakat Kota Medan, maka pihak dinas kesehatan Kota Medan berfungsi untuk mendukung pembangunan Kota Medan yang berwawasan kesehatan. Oleh karena itu, pihak dinkes sangat berperan penting dalam memberikan dukungan, pengawasan, dan pemberian sanksi di sekolah-sekolah Kota Medan yang tidak menerapkan kawasan tanpa rokok sesuai pedoman yang sudah ditentukan pihak kemenkes RI.

Saat peresmian kawasan tanpa rokok oleh Dinas Kesehatan Kota Medan, Sekertaris Dinas Kesehatan Kota Medan, Ibu Irma pada jumat, 13 juni 2014 menyatakan bahwa, peresmian KTR yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Kota Medan sudah disertai sanksi bagi warga yang membandel tetap merokok di KTR. Irma menjelaskan,sanksi yang diberikan kepada warga yang merokok di KTR berupa denda mulai dari Rp50.000 hingga Rp10 juta. Jumlah denda berdasarkan Perda KTR Medan 2013 pada pasal 42 ayat (1) dan (2).


(50)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan siswa sebagian besar adalah baik terhadap pelaksanaan KTR di lingkungan sekolah.

2. Sikap siswa sebagian besar adalah baik terhadap pelaksanaan KTR di lingkungan sekolah

3. Tindakan siswa sebagian besar adalah baik terhadap pelaksanaan KTR, akan tetapi masih ada siswa yang melanggar kebijakan tersebut di sekolah. 6.2 Saran

1. Kepada pihak SMA Negeri 3 Kota Medan agar memperbaiki komunikasi mengenai pelaksanaan KTR kepada seluruh warga sekolah, khususnya para siswa di sekolah, meningkatkan pengawasan, dan memberikan sanksi yang jelas kepada yang tidak mematuhi kebijakan tersebut.

2. Kepada pihak SMA Negeri 3 kota Medan agar menguasai dan mengikuti pedoman pelaksanaan KTR yang sudah disediakan oleh kemenkes RI. 3. Kepada pihak dinkes Kota Medan, agar meningkatkan komunikasi,

pengawasan, dan memberikan sanksi kepada pihak sekolah yang tidak mematuhi kebijakan tersebut.


(51)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia sendiri yang mempunyai bentangan sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. 2.1.1 Batasan perilaku

Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini

disebur teori ―S-O-R‖ atau Stimulus Organisme Respons. Skinner membedakan

adanya dua respons.

1. Respondent Response atau reflective, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut


(52)

Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Rerpondent response ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

2. Operant response atau instrumental response, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan atau atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behavior atau unobservable behavior, misalnya: seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu


(53)

bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya. Bentuk perilaku tertutup lainnya adalah sikap, yakni penilaian terhadap objek.

2. Perilaku terbuka (Overt Behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau tersudah buka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata atau praktik misalnya, seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi, penderita TB paru minum obat secara teratur, dan sebagainya.

Seperti telah disebutkan di atas, sebagian benar perilaku manusia adalah operant response. Oleh sebab itu, untuk membentuk jenis respons atau perilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skinner adalah sebagai berikut.

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforce berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya


(54)

c. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforce atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau ini sudah terbentuk maka dilakukan komponen (perilaku) yang kedua kemudian diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.

Sedangkan menurut Lawrence Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu:

a) Faktor predisposisi (Predisposing factor): factor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingakat pendidikan, tingakat sosial ekonomi, dan sebagainya.

b) Faktor pemungkin (Enabling factors): faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya.


(55)

c) Faktor penguat (Reinforcing factors): faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan.

2.1.2 Perilaku Kesehatan

Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner, perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan manjadi tiga kelompok.

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek, yaitu:

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relative, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.


(56)

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan. Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati diri sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri. 3. Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak memengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.

2.1.3 Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon


(57)

tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Dan uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah hasil bersama atau resultan antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain, sesuai dengan tujuan pendidikan. Bloom menyebutnya ranah atau kawasan yakni: a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:


(58)

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.


(59)

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrepetasikan materi tersebut secara benar. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat, dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggabarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.


(60)

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.


(1)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTRA GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Umum ... 9

1.3.2 Tujuan Khusus ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku ... 11

2.1.1 Batasan Perilaku ... 11

2.1.2 Perilaku Kesehatan ... 15

2.1.3 Domain Perilaku ... 16

2.1.4 Perubahan Perilaku dan Indikatornya ... 25

2.2 Kawasan Tanpa Rokok ... 30

2.2.1 Kebijakan mengenai KTR ... 30

2.2.2 Tempat Kawasan Tanpa Rokok ... 34

2.2.3 Peraturan Daerah Kota Medan ... 36

2.2.4 Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok ... 41

2.3 Kerangka Konsep ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 45

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 45

3.2.2 Waktu Penelitian ... 46

3.3 Populasi dan Sampel ... 46

3.3.1 Populasi ... 46

3.3.2 Sampel ... 46

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 48

3.5 Instrumen Penelitian... 48

3.6 Defenisi Operasional ... 48

3.7 Aspek Pengukuran Data ... 49

3.8 Teknis Analisis Data ... 50


(2)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian ... 52

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 53

4.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 53

4.1.3 Deskripsi Pengetahuan Responden ... 54

4.1.4 Deskripsi Sikap Responden... 56

4.1.5 Deskripsi Tindakan Responden ... 58

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pengetahun Responden mengenai Pelaksanaan KTR ... 60

5.2 Sikap Responden mengenai Pelaksanaan KTR... 62

5.3 Tindakan Responden mengenai Pelaksanaan KTR... 64

5.4 Hasil Observasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di SMA N 3 Medan... 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 73

6.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74 DAFTAR LAMPIRAN


(3)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Sebaran jumlah sampel pada siswa kelas XI di SMA N 3 kota Medan ... 47

Tabel 4.1. Karakteristik responden di SMA Negri 3 kota Medan ... 53

Tabel 4.2. Distribusi Pengetahuan Responden terhadap Pelaksanaan ktr ... 55

Tabel 4.3. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden tentang ktr ... 55

Tabel 4.4. Distribsi Sikap Responden terhadap pelaksanaan ktr ... 57

Tabel 4.5. Distribusi Kategori Sikap Responden terhadap Pelaksanaan ktr ... 57

Tabel 4.6. Distribusi Tindakan Responden terhadap Pelaksanaan ktr ... 59

Tabel 4.7. Distribusi Kategori Tindakan Responden terhadap pelaksanaan ktr ... 59

Tabel 5.1. Hasil Observasi Kawasan Tanpa Rokok di SMA N 3 Medan ... 67

Tabel 5.2. Indikator KTR pada tatanan kawasan proses belajar mengajar ... 68


(4)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 44


(5)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kuisioner Penelitian ... 77

Lampiran 2 Lembar Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 80

Lampiran 3 Lembar Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Medan ... 81

Lampiran 4 Lembar Selesai Penelitian dari SMA Negeri 3 Kota Medan ... 82

Lampiran 5 Lembar Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner Penelitian ... 83

Lampiran 6 Lembar Master Data ... 88


(6)

xv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Jenny Erfina Saragih

Tempat : Bah Jambi, Kab. Simalungun

Tanggal Lahir : 28 Juni 1993

Suku Bangsa : Batak Simalungun

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Januarman Saragih

Suku Bangsa Ayah : Batak Simalungun

Nama Ibu : Linda Sitorus, S.Pd

Suku Bangsa Ibu : Batak Toba

Pendidikan Formal

1. TK Nusantara 4 Bah Jambi 1997-1998

2. SD Negeri No. 091573 Bah Jambi 1998-2004

3. SMP Swasta Assisi Pematangsiantar 2004-2007

4. SMA Swasta Methodist Pematangsiantar 2007-2010

5. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 2011-2016

Foto 3x4