Data pada tabel 4 adalah data yang menggambarkan secara umum mengenai keseluruhan kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Berdasarkan rata-rata pertumbuhan
penduduk pada periode tahun 1971 – 1980, baik di Kabupaten Lampung Tengah maupun
Propinsi Lampung pertumbuhannya masih cukup tinggi. Bahkan untuk Lampung Tengah yang mencapai 5,97 , lebih tinggi bila dibandingkan dengan Propinsi Lampung yang mencapai 5,77
. Kondisi ini terjadi karena pada periode tersebut, Lampung merupakan daerah tujuan transmigrasi dan Lampung Tengah merupakan daerah yang cukup diminati oleh para
transmigran.Dengan adanya kebijaksanaan Pemerintah Daerah Lampung berupa tertutupnya Daerah Lampung sebagai daerah tujuan transmigrasi, di samping adanya gerakan KB, maka rata-
rata pertumbuhan penduduk Lampung pada periode tahun 1980 – 1990 dapat ditekan
menjadi 2,67 per tahun bahkan untuk Lampung Tengah menjadi lebih kecil lagi, yaitu 1,18 per tahun dan berdasarkan hasil sensus penduduk terakhi r tahun 2000 laju pertumbuhan
penduduk kabuapaten Lampung Tengah tercatat 0,85 .
Besarnya Sex Ratio atau perbandingan jumlah penduduk Laki-laki dan perempuan pada periode tahun 1971-1980 di Kabupaten
Lampung Tengah adalah sebesar 106 , menurun menjadi 105 pada periode tahun 1980-1990 sedangkan pada periode 1990-2000 yang terakhir berdasarkan sensus penduduk tahun 2000
tercatat sex ratio di kabupaten Lampung Tengah adalah 104,23. Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Tengah tahun 1999 adalah sebesar 1.014.081 jiwa terdiri dari 518.058 jiwa penduduk
lakilaki, dan 496.026 jiwa penduduk perempuan dengan Sex Ratio sebesar 104,44 sedangkan menurut hasil sementara sensus penduduk tahun 2000 yang dilaksanakan pada bulan juni 2000
oleh BPS tercatat jumlah penduduk kabupaten Lampung Tengah sebesar 1.046.182 jiwa yang
terdi ri dari 533.931 laki-laki dan 512.251 perempuan. Sedangkan pada tahun 2006 jumlah penduduk Kabupaten Lampung Tengah adalah 1.146.141 jiwa, terdiri dari 578.178 jiwa laki-laki
dan 567.963 jiwa perempuan dengan sex ratio sebesar 107. Di Kabupaten Lampung Tengah terdapat daerah Kecamatan Kali rejo dan Bangunrejo terdapat batuan Tasobosan, Granit Kapen
dan batuan Metamorf Sakis Pratersier Di daerah ini mempunyai potensi sumber bahan galian batu Gamping. Data tentang endapan mineral di daerah Lampung Tengah, dapat diiventarisir
adanya bahan – bahan tambang endapan mineral diantaranya adalah Batubara Muda endapan
batu bara muda terdapat pada lapisan sedimen dan formasi endosit tua, yakni di Kecamatan Padang Ratu.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut : 1.
Selama periode tahun 2002 hingga 2011, kapasitas fiskal yang dimiliki Kabupaten Lampung Tengah hampir setiap tahunnya mengalami penurunan, kemudian pada tahun
2009 hingga 2011 indeks kapasitas fiskal nya pun tergolong paling rendah di Provinsi Lampung yang semakin menurun disetiap tahunnya. Bila disesuaikan dengan pengukuran
indeks yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat, maka indeks kapasitas fiskal Kabupaten Lampung Tengah berada dibawah 0,5 yaitu indeks kapasitas fiskal nya masuk
kedalam kategori rendah. 2.
Nilai celah fiskal fiscal gap yang dimiliki Kabupaten Lampung Tengah relatif tinggi hal itu menunjukan bahwa tingkat kesenjangan antara kapasitas fiskal dengan kebutuhan
fiskal tidak berjalan seimbang. Dengan meningkatnya celah fiskal hampir disetiap tahunnya hal tersebut menunjukan bahwa kapasitas fiskal daerah tersebut tidak cukup
untuk menutupi besarnya kebutuhan fiskal, Kabupaten Lampung Tengah juga menerima dana perimbangan yang sangat besar dari pemerintah pusat. Hal ini dikarenakan kapasitas
fiskal merupakan acuan yang digunakan oleh pemerintah pusat untuk memberikan bantuan dana perimbangan. Apabila kapasitas fiskal yang dimiliki daerah kecil maka
bantuan dana perimbang nya pun besar, begitu pula sebaliknya.
3. Dengan tingginya nilai celah fiskal yang dimiliki oleh Kabupaten Lampung Tengah juga
menunjukan bahwa Kabupaten Lampung Tengah belum bisa menciptakan kemandirian daerah dalam hal keuangan hal tersebut disebabkan kapasitas fiskal yang dimiliki daerah
tidak cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan fiskal yang tergolong tinggi. Dengan rendahnya nilai kapasitas fiskal daerah yang dimiliki sehingga daerah tersebut terus
mendapat bantuan dana perimbangan dari pusat, hal tersebut juga menunjukan Kabupaten Lampung Tengah gagal dalam menjalankan konsep desentralisasi fiskal yang diterapkan
oleh pemerintah pusat.
B. Saran
Atas kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, yaitu :
1. Pemerintah daerah Kabupaten Lampung Tengah hendaknya mencari sumber pendapatan
yang baru bukan hanya sekedar mengandalkan sumber pendapatan yang sebelumnya, sehingga dapat memaksimalkan pendapatan daerahnya sesuai dengan undang-undang
yang berlaku. 2.
Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah hendaknya dapat mengurangi ketergantungan akan dana perimbangan dari pemerintah pusat, serta dapat meningkatkan kapasitas fiskal
daerahnya, dengan cara meningkatkan pendapatan daerahnya, dan mengurangi pengeluarannya dengan cara lebih selektif lagi dalam menyusun anggaran
pengeluarannya, sehingga dapat menghindari pengeluaran yang tidak perlu yang pada akhirnya hanya akan membebani anggaran saja. Dengan dilakukannya upaya untuk
meningkatkan kapasitas fiskal daerah maka tingkat kesenjangan fiskal nya pun akan berkurang.
3. Jumlah penduduk miskin merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi besarnya
kapasitas fiskal. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Lampung Tengah harus berpaya untuk menekan jumlah pendduk miskin. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu
dengan cara memberikan pelatihan kewirausahaan kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Aris, Fatchurrochman. 2012. Skripsi : Analisis Kapasitas Fiskal Provinsi Lampung tahun 2001-2009
Ahmad Fadillah, 2011. Analisis Peranan Dana Transfer Daerah dan Pendapatan Asli Daerah PAD Terhadap Ketimpangan Kemampuan Keuangan Pada
Provinsi Sulawesi Selatan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah, 2011. Lampung Tengah
dalam angka 2011 , BPS Lampung. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah, 2011. Indeks Kemahalan
Konstruksi 2011, BPS Lampung. Basri, Yuswar Zainul dan Mulyadi Subri, 2005, Keuangan Negara dan Analisis
Kebijakan Utang Luar Negeri, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.
Davey, KJ., 1989. “Hubungan Keuangan Pusat – Daerah di Indonesia” Dalam Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, Terjemahan oleh Amanullah
Dkk ,UI Press, Jakarta Deddi Nordiawan, dkk, 2007 . Akuntansi Pemerintahan. Jakarta, Salemba Empat
Elia Radianto, 1997. Otonomi Keuangan Daerah Tingkat II : Suatu Studi di
Maluku, Prisma 3, edisi Maret Hossein Benyamin, dalam Ir. Brahmantio Isdijoso, 2009. Jurnal berjudul Analisis
Kebijakan Fiskal Pada Era Otonomi Daerah Khusaini, Mohammad ,2006. Ekonomi Publik : Desentralisasi Fiskal dan
Pembangunan Daerah. BPFE Unibraw, Malang. Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta,
Andi Yogyakarta Robert A. Simanjuntak, 2003. Kebutuhan fiskal, kapasitas fiskal, dan optimalisasi
potensi PAD, working paper 5.