E. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif, komprehensif, dan lengkap. Analisis kualitatif artinya menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang
teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman secara induktif
4
Sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenaipenerapan rehabilitasi sosial, sehinga dapat diperoleh
gambaran yang jelas tentang masalah yang akan diteliti. Dari hasil penerapan tersebut dapat dilanjutkan dengan metode penarikan kesimpulan secara induktif,
yaitu cara berpikir dalam menarik kesimpulan yang didasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus, kemudian dilanjutkan dalam pengambilan kesimpulan yang
bersifat umum, serta dapat diajukan saran-saran.
4
Ibid, hlm. 127.
V. PENUTUP
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada hasil dan penelitian dan pembahasan maka bagian dari penutup ini dikemukakan beberapa kesimpulan
sebagai hasil dari pembahsan tentang kewajiban rehabilitasi sosial dan hambatan yang dialami dalam penanggulanagn korban penyalahgunaan narkotika. Selain itu,
dikemukakan saran guna meningkatkan penegak hukum dalam melakukan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan narkotika .
A. Simpulan
1. Penerapan rehabiliatsi sosial korban penyalahunaan narkotika berdasarkan Peraturan Bersama Mahkaamah Agung Nomor : 01PBMAIII2014 yaitu
terlaksananya proses rehabilitasi sosial di tingkat penyidikan, penuntutan, persidangan dan pemidanaan secara sinergis dan terpadu.sehingga
pelaksaan rehabilitasi sosial sendiri berdasarkan Pasal 3 dilengkapi dengan surat keterangan dari Tim Asesmen Terpadu, untuk dapat ditempatkan
kepada masing-masing instansi rehabilitasi sosial.Ketika pecandu telah melewati masa rehabilitasi medis, maka pecandu tersebut berhak untuk
menjalani rehabilitasi sosial dan program pengembalian ke masyarakat yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sarana
rehabilitasi sosial terpidana narkotika diharapkan menjalin kerjasama dengan panti rehabilitasi sosial milik pemerintah atau masyarakat, atau
dengan lembaga swadaya masyarakat yang memberikan layanan pasca rawat .
2. Faktor-faktor penghambat rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkotika berdasarkan Peraturan Bersama Mahkamah Agung Nomor ;
01PBMAIII2014, yaitu: faktor penegak hukum yaitu kuranggnya kualitas dan kuantitas aparat hukum dalam Peraturan Bersma Mahkamah
Agung nomor : 01PBMAIII2014, faktor sarana dan fasilitas yang dimiliki masih kurang memadai seperti tidak adanya tempat rehabilitasi
yang dikelola oleh pemerintah dan tanpa dipungut biaya bagi pasien yang ingin menjalani rehabilitasi sosial , faktor masyarakat yaitu kurangnya
perhatian masyarakat terhadap hal-hal yang terjadi di lingkungan sosial.
B. Saran
1. Agar pemerintah dapat membuatkan adanya rumah dampingan baik di dalam atau diluar lembaga , hal ini sangat membantu bagi korban
penyalahguna narkotika yang sangat membutuhkan rehabilitasi sosial namun terbentur masalah ekonomi yang minim . Fungsi dari Rumah
Dampingan itu sendiri sebagai, menampung, memelihara , dan menerima baik menerima layanan dan konsultasi bagi orang tua penyalahguna
narkotika keluarga , penyalahguna narkotika yang ingin direhabilitasi sosial , mantan penyalahguna narkotika pasca rehabilitasi .
2. Agar aparat penegak hukum dapat lebih memhami dan menjalankan peraturan-peraturan dalam menjalnkan rehabilitasi soisal kepada korban
penyalahgunaan narkotika .
3. Perlunya penambahan anggota-anggota untuk turut serta membantu proses rehabilitasi sosial agara selanjutnya dapat berjalan dengan baik.
4. Agar pemerintah dapat menambah tempat rehabilitasi sosial yang memiliki sarana dan fasilitas yang lengkap .
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Asya, F. 2009. Narkotika dan Psikotropika. Jakarta: Asa Mandiri. Atmasasmitha, Romli. 1997. Tindak Pidana Narkotika Transnasional Dalam
Sistem Hukum Pidana Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2004, Komunikasi Penyuluhan
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: BNN. .
Dorland, W.A.N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Alih Bahasa.
Gosita, Arief. 1993. Masalah Korban Kejahatan Kumpulan Karangan. Jakarta: Akademika Pressindo.
Hamzah, Andi. 1993. Studi Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mansur, Dikdik M. Arief dan Elisatris Gultom. 2007. Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Makarao, Taufik M. et.al. 2003 . Tindak Pidana Narkotika, Jakarta : Ghalia Indonesia. Mardani, 2008, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Pidana Nasional, Jakarta,Rajagrafindo Pustaka.
Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Cita Aditya Bakti.
Mulyadi, Lilik. 2007. Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan Viktimologi. Denpasar: Djambatan.