Gambaran Social Support Pecandu Narkoba

GAMBARAN SOCIAL SUPPORT
PECANDU NARKOBA

DISUSUN OLEH :

RAHMA YURLIANI, S.Psi
NIP. 132 316 966

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
AGUSTUS 2007

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

GAMBARAN SOCIAL SUPPORT
PECANDU NARKOBA

DISUSUN OLEH :


RAHMA YURLIANI, S.Psi
NIP. 132 316 966

Diketahui Oleh:
Ketua Program Studi Psikologi FK USU

dr. Chairul Yoel, Sp.A(K)
NIP. 140 080 762

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
AGUSTUS 2007

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
I.A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
I.B. Tujuan Penelitian........................................................................... 4
I.C. Manfaat Penelitian......................................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... 6
II.A. TEORI DUKUNGAN SOSIAL................................................... 6
II.A.1 Definisi Social Support ................................................. 6
II.A.2 Macam-Macam Bentuk Social Support ........................ 7
II.A.3 Teori yang Menerangkan Pengaruh Social Support
terhadap Kesehatan ....................................................... 9
II.A.4 Sumber-Sumber Social Support ................................... 11
II.B. KETERGANTUNGAN TERHADAP NARKOBA .................... 12
II.B.1 NARKOBA .................................................................... 12
II.B.1.a Definisi Narkoba ............................................. 12
II.B.1.b Jenis-Jenis Narkoba ........................................ 13
II.B.2. Ketergantungan Narkoba ............................................. 15
II.B.2.a Definisi Ketergantungan ................................. 16

II.B.1.b Faktor yang Menyebabkan Individu
Menggunakan Narkoba ................................. 17
II.B.3. Akibat dari Penyalahgunaan Narkoba .......................... 19
II.C. Gambaran Social Support pada Pecandu Narkoba ...................... 21
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
III.A.Kesimpulan.................................................................................. 23
III.B.Saran ............................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

BAB I
PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang Masalah
Pembahasan masalah narkoba semakin terbuka dan banyak dibicarakan di
kota-kota besar hingga pelosok-pelosok tanah air. Mengingat obat-obat terlarang
sudah menjadi barang konsumsi sehari-hari bagi mereka yang sudah kecanduan.
Penyebaran dan pemakaiannya sudah semakin merata dan tidak pandang bulu.

Cepat atau lambat penyalahgunaan atau ketergantungan narkoba akan
menghancurkan generasi bangsa (Joewana, 2001).
Hawari (2003), menjelaskan bahwa penyalahgunaan atau ketergantungan
narkoba bagaikan fenomena gunung es. Kasus narkoba yang tampak di
permukaan lebih kecil dibandingkan dengan kasus yang tidak tampak. Data
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes POLRI, dalam Badan
Narkotika Nasional, 2004) menunjukkan peningkatan jumlah kasus narkoba yang
terjadi di Indonesia. Peningkatan kasus narkoba tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 1
Data Kasus Narkoba di Indonesia
Jenis

1999

2000

2001

2002


2003

894

2058

1907

2040

1636

Psikotropika 100

64

62

79


417

Zat Aditif

839

1356

1648

79

417

Jumlah

1833

3478


3617

3751

3729

Kasus

Kasus

Kasus

Kasus

Kasus

Narkoba
Narkotika




Sumber: Data Mabes POLRI, September 2003
Narkoba merupakan istilah yang digunakan oleh masyarakat dan aparat

penegak hukum, untuk bahan/obat yang masuk kategori berbahaya atau dilarang
untuk digunakan, diproduksi, dipasok, diperjualbelikan, diedarkan dan sebagainya
diluar ketentuan hukum (Martono, dkk, 2000).

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

Beberapa jenis zat yang sering disalahgunakan yaitu narkotika, stimulan,
halusinogen dan depresan dan pemakaian zat-zat yang tergolong zat adiktif ini
akan menimbulkan ketagihan dan pada akhirnya mengalami ketergantungan.
Individu yang berada dalam kondisi ketergantungan tidak hanya mengalami
ketergantungan secara fisik akan tetapi juga psikologis (Indrawan, 2001).
Menurut Badan Narkotika Nasional (2004), dampak psikologis dan sosial
dari pecandu narkoba diantaranya adalah:
1. Cenderung berbohong.

2. Emosi tidak terkendali.
3. Tidak memiliki tanggung jawab.
4. Hubungan dengan keluarga, teman serta lingkungan terganggu.
5. Merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan.
6. Tidak peduli dengan nilai dan norma yang ada.
7. Cenderung menghindari kontak komunikasi dengan orang lain.
8. Cenderung melakukan tindak pidana seperti kekerasan, pencurian
dan menganggu ketertiban umum.
Ada mitos yang berkembang di masyarakat bahwa pecandu narkoba tidak
mungkin sembuh. Individu akan selalu ketagihan lalu kambuh lagi atau relaps dan
berulang terus-menerus. Kenyataannya pecandu narkoba dapat disembuhkan
(Somar, 2001). Berbagai upaya dilakukan untuk menekan seminimal mungkin
segala dampak dan resiko kekambuhan akibat penyalahgunaan narkoba, termasuk
melakukan berbagai penelitian dalam upaya mencari metode terapi dan
rehabilitasi yang tepat, akan tetapi hasil yang diperoleh belum maksimal (Hawari,
2003).
Salah satu upaya yang umumnya dilakukan adalah memasukkan individu yang
mengalami ketergantungan narkoba ke pusat rehabilitasi. Ketika masuk ke
pusat rehabilitasi, individu dihadapkan dengan berbagai macam program
untuk membantu individu sembuh dari ketergantungannya. Upaya ini tidak

dapat diandalkan sepenuhnya, mengingat kenyataan bahwa tidak semua orang
yang mengikuti program tersebut akan sembuh dalam waktu yang sama.
Kesembuhan adalah suatu proses yang membutuhkan waktu dan usaha

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

berkelanjutan dari pihak individu yang mengalami ketergantungan narkoba
(Somar, 2001).
Sikap atau perlakuan dari orang di sekitar akan sangat berpengaruh terhadap
proses penyembuhan. Pengaruhnya sangat besar terhadap keberhasilan
individu untuk sembuh. Di satu sisi individu ingin diterima dan didukung
usahanya untuk sembuh dari ketergantungan terhadap narkoba. Di sisi yang
lain orang di sekitar masih memberikan penilaian yang negatif terhadap
individu, tetap mencurigai dan tidak menghargai usaha yang telah dilakukan
(Somar, 2001).
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Papalia & Olds (1995) yang
menyatakan bahwa pemberian social support dari orang yang berarti di seputar
kehidupan individu (significant others) memberi kontribusi yang terbesar dalam
meningkatkan harga diri seseorang dan dengan harga diri yang tinggi dapat

mempercepat proses penyembuhan individu yang mengalami ketergantungan
narkoba.
Kurangnya dukungan lingkungan untuk proses penyembuhan pecandu
atau lingkungan yang justru merendahkan atau tidak menghargai usaha-usaha
untuk sembuh yang dilakukan penderita ketergantungan narkoba akan menambah
stres dan sulit mengendalikan perasaan sehingga membuat individu rentan untuk
menggunakan narkoba kembali (Somar, 2001).
Thombs (dalam W.Amita, 2001) menyatakan bahwa seorang pecandu
narkoba sering merasa tidak mampu melewati stres dan tekanan atas simptom
disfungsi otak seperti penurunan daya ingat, penurunan daya konsentrasi, serta
sugesti (physical cravings) yang dialaminya. Sebagian dari mereka juga sering
merasa kesulitan memaksimalkan perawatan yang mereka jalani dan merasa tidak
yakin

bahwa

mereka

dapat

mencapai

kesembuhan

dan

terlepas

dari

ketergantungan narkoba yang ia alami.
Karakteristik lainnya dari seorang penderita ketergantungan narkoba
adalah memiliki harga diri yang rendah. Menurut Norwinsky (dalam W. Amita,
2001) harga diri yang tinggi akan membuat pecandu tersebut lebih percaya diri

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

dan memberi keyakinan bahwa ia dapat melewati tantangan – tantangan dalam
kehidupannya.
Individu yang sedang menjalani proses penyembuhan dari suatu penyakit
juga memerlukan social support yang seringkali sulit mereka dapatkan. Individu
yang mangalami ketergantungan terhadap narkoba juga merupakan salah satu
kelompok yang memerlukan dukungan khusus. Mereka membutuhkan dukungan
khusus karena adanya penolakan terhadap diri mereka, rasa malu, proses
penyembuhan yang relatif lama ataupun rasa frustrasi (Wortman dalam Orford,
1992).
Menurut Orford (1992) social support bekerja dengan tujuan untuk
memperkecil pengaruh tekanan-tekanan atau stres yang dialami individu. Dengan
kata lain jika tidak ada tekanan atau stres maka social support tidak berpengaruh.
Sesuai dengan Wills (dalam Orford, 1992) yang menyatakan bahwa bentuk social
support yang diperlukan oleh individu dengan penerimaan diri yang rendah,
membutuhkan social support yang bersifat emosional dan kelompok sosial.
Mengingat hal tersebut, maka social support sangat berperan dalam kehidupan
individu yang mengalami ketergantungan narkoba.
Secara sederhana DiMatteo (1991) mendefinisikan social support sebagai
dukungan yang berasal dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga dan
teman sekerja. Selanjutnya Tolsdorf, Leavy, dkk (dalam Orford, 1992)
menyatakan bahwa social support itu sendiri memiliki beberapa komponen,
yaitu dukungan instrumental, dukungan emotional, dukungan esteem,
dukungan informational dan dukungan social companionship.

I.B. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menguraikan, menggambarkan atau
mendeskripsikan gambaran mengenai bentuk-bentuk social support pada individu
pecandu narkoba. Bentuk social support seperti apa yang mereka terima dan
butuhkan.

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

I.C.Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah:
1. Secara teoritis, menjadi masukkan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu
psikologi terutama di bidang sosial, khususnya mengenai gambaran social
support yang dibutuhkan dan diterima oleh individu pecandu narkoba.
Sehingga dapat memberikan dukungan yang tepat agar individu sembuh dari
ketergantungannya terhadap narkoba.
2. Secara praktis, diharapkan dapat membantu individu yang mengalami
ketergantungan narkoba, agar dapat mengenali social support yang mereka
butuhkan. Orang-orang di sekitarnya dapat memberikan social support
sesuai yang mereka butuhkan. Social support yang diberikan menjadi efektif
dalam membantu individu untuk lepas dari ketergantungan narkoba yang
mereka alami.

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

BAB II
LANDASAN TEORI

II.A. TEORI DUKUNGAN SOSIAL
Manusia sebagai mahkluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain. Kebutuhan sosial, kebutuhan fisik dan kebutuhan psikis termasuk rasa
aman, rasa ingin tahu tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi
jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan maupun berat. Pada
saat-saat seperti itu seseorang akan mencari social support dari orang-orang di
sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai
(Zainuddin, 2002).

II.A.1 Definisi Social Support
Ada beberapa definisi social support yang dikemukakan oleh para ahli.
Sarason (dalam Zainuddin, 2002) mengatakan bahwa social support adalah
keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan,
menghargai dan menyayangi kita.
Sarason, Sarason & Pierce (dalam Baron dan Byrne, 2000) menjelaskan
social support sebagai berikut:
“Physical and psychological comfort provided by a persons friends and
family members” (Sarason, Sarason & Pierce dalam Baron dan Byrne,
2000;555)

Yaitu, kenyamanan baik fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman-teman
dan anggota keluarga individu tersebut. Hal ini sejalan dengan definisi social
support yang dikemukakan oleh Sarafino (2002) yang menjelaskan bahwa social
support mengacu pada kenyamanan yang diterima, diperhatikan, dihargai atau
membantu seseorang untuk menerimanya dari orang lain atau kelompokkelompok.

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

Kaplan, dkk (1992) juga menjabarkan bahwa social support dapat
didefinisikan sebagai sejumlah kontak sosial yang dibina oleh seseorang atau
jaringan sosial yang lebih luas. Konsep lain yang dikemukakan oleh Siegel (dalam
Taylor, 1999) yang menjelaskan bahwa social support adalah suatu informasi
yang berasal dari orang lain yang kita cintai, hargai dan merupakan bagian dari
komunikasi, kewajiban yang menguntungkan dari orang tua, kekasih, saudara,
teman dan komunitas sosial lainnya.
Ditambahkan oleh Gottlieb (dalam Zainuddin, 2002) bahwa social support
adalah pemberian informasi baik verbal maupun non verbal, saran, bantuan yang
nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan
subjek di dalam lingkungan sosialnya. Social support juga bisa berupa kehadiran
sesuatu yang dapat memberikan keuntungan emosional atau dapat mempengaruhi
tingkah laku penerimaannya.
Social support lebih mengarah pada variabel tingkat individual; Orford
(1992) merumuskan social support dalam bentuk yang lebih jauh yaitu :
“Something than an individual person possesse and which can be assessed
by putting certain well-chosen question to that particular person”.
(Orford;1992; 60)

Yaitu, sesuatu yang dimiliki oleh individu yang hanya dapat dinilai dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat kepada orang tersebut.
Dari berbagai pengertian social support yang dikemukakan di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa social support merupakan suatu proses hubungan yang
terbentuk dari individu dengan orang yang signifikan untuk memberikan bantuan
kepada individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam kehidupannya.

II.A.2 Macam-Macam Bentuk Social Support
Beberapa ahli mencoba mengklasifikasikan jenis-jenis social support.
Weiss (dalam Zainuddin, 2002) mengemukakan adanya enam jenis/komponen
social support yang disebut sebagai “The Social Provision Scale”, dimana

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

masing-masing komponen dapat berdiri sendiri-sendiri, namun satu sama lain
saling berhubungan. Selanjutnya Tolsdorf, Leavy, dkk (dalam Orford, 1992)
menjelaskan bahwa social support yang dapat diberikan oleh seseorang dapat
berupa:

1. Emotional Support
Jenis dukungan ini dilakukan melibatkan ekspresi rasa empati, peduli terhadap
seseorang sehingga memberikan perasaan nyaman, membuat individu merasa
lebih baik. Individu memperoleh kembali keyakinan diri, merasa dimiliki serta
merasa dicintai pada saat mengalami stres (Cohen, McKay, dkk, dalam
Sarafino, 1990). Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh social support
jenis ini akan merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan
yang menyenangkan pada dirinya. Orford (1992) menyatakan dukungan
emosional ini dalam bentuk dukungan yang berhubungan dengan hal-hal yang
bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi afeksi atau ekspresi.
2. Esteem Support
Dukungan jenis ini dapat ditunjukkan dengan cara menghargai, mendorong
dan menyetujui terhadap suatu ide, gagasan atau kemampuan yang dimiliki
oleh seseorang. Orford (1992) berpendapat bahwa dukungan penghargaan
dititikberatkan pada adanya suatu pengakuan, penilaian yang positif dan
penerimaan terhadap individu. Dukungan ini dapat membuat seseorang
merasa berharga dan dihargai sehingga dapat membangun rasa percaya diri
terhadap kemampuannya. Dengan demikian maka diharapkan akan terbentuk
perasaan menghargai diri sendiri, perasaan yakin akan kemampuan yang
dimiliki serta rasa dihargai oleh orang lain pada diri individu yang
bersangkutan.
3. Instrumental Support
Jenis social support ini meliputi bantuan yang diberikan secara langsung atau
nyata seperti meminjamkan uang atau barang bagi individu yang memang
membutuhkan pada saat itu. Menurut Jacobson (dalam Orford, 1992)

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

dukungan instrumental ini mengacu pada penyediaan barang, atau jasa yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Sejalan dengan
pendapat Will (dalam Orford, 1992), dukungan instrumental merupakan
aktifitas-aktifitas seperti menyediakan benda-benda, meminjamkan atau
memberikan uang dan membantu menyelesaikan tugas-tugas praktis. Hal yang
sama diajukan oleh Taylor (2000) dimana pemberian dukungan instrumental
meliputi penyediaan pertolongan finansial maupun penyediaan barang dan
jasa lainnya. jenis dukungan ini relevan untuk kalangan ekonomi rendah.
4. Informational Support
Sesuai dengan namanya maka social support jenis ini meliputi pemberian
nasehat, petunjuk, saran atau umpan balik kepada seorang individu. Dukungan
ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
individu. Menurut House (dalam Orford, 1992) menjelaskan bahwa dukungan
informasi terdiri dari 2 bentuk, yaitu dukungan informasi yang berarti
memberikan informasi atau mengajarkan sesuatu keterampilan yang berguna
untuk mendapatkan pemecahan masalah dan yang kedua adalah berupa
dukungan penilaian (appraisal support) yang meliputi informasi yang
membantu seseorang dalam melakukan penilaian atas kemampuan dirinya
sendiri.
5. Companionship Support
Jenis dukungan ini diberikan dengan cara membuat kondisi agar seseorang
merasa menjadi bagian dari suatu kelompok yang memiliki persamaan minat
dan aktivitas sosial (Purnama, 2001 ). Companionship support merupakan
perasaan

individu

sebagai

bagian

dari

suatu

kelompok

dimana

memungkinkan individu dapat menghabiskan waktu dengan individu lain
dalam suatu aktivitas sosial maupun hiburan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Cohen & Wills (dalam Orford,1992) yang mendefinisikan social support
jenis ini yaitu bagaimana individu menghabiskan waktu bersama-sama dengan
teman-temannya atau pun melakukan aktivitas yang bersifat rekreasional di
waktu senggang.

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

II.A.3 Teori yang Menerangkan Pengaruh Social Support terhadap Kesehatan
Social support memiliki hubungan yang sangat erat dengan kesehatan.
Kesehatan di sini maksudnya adalah individu terbebas dari gejala gangguan
psikiatris atau psikologi distres (Orford, 1992). Social support bukan sekedar
memberikan bantuan, tetapi yang penting adalah bagaimana persepsi si penerima
terhadap makna dari bantuan itu. Hal ini erat kaitannya dengan ketepatan social
support, dalam arti bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat
bantuan bagi dirinya, karena sesuatu yang aktual dan memberikan kepuasaan.
Orang yang menerima social support memahami makna dukungan yang diberikan
oleh orang lain.
Menurut Boyce (dalam Orford, 1992) ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar dukungan yang diberikan menjadi tepat, di antaranya adalah
stabilitas dukungan, reliabilitas, waktu pemberian dan sumber masalah.
Selanjutnya Ullah, Banks dan Warr (dalam Orford, 1992), menyebutkan ada dua
jenis model social support yang dapat dihubungkan dengan kesehatan atau
kesejahteraan individu yaitu:
1.

Main Effect
Pemberian social support dengan model main effect mempunyai
pengaruh langsung, namun pengaruhnya tidak tergantung pada tingkat
stres yang dialami individu. Main effect akan berfungsi pada ada atau
tidak adanya stres dalam kehidupan individu tersebut.
Contoh: seorang mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi akan terus
membutuhkan dukungan informasi baik dalam keadaan tidak stress
maupun dalam keadaan stres agar dapat menyelesaikan skripsinya.

2.

Buffering Effect
Pemberian social support yang pengaruhnya akan bekerja secara
potensial bila individu mengalami stres. Individu tidak mengalami stres
maka social support yang diberikan tidak akan berfungsi.

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

Contoh: seseorang yang sedang mengalami stres, ketika diberikan
emotional

support

maka

dukungan

tersebut

akan

menurunkan

ketegangan atau stres tersebut.
Kedua model social support tersebut penting dipahami oleh individu yang
ingin memberikan social support, karena menyangkut persepsi tentang
keberadaan dan ketepatan social support bagi individu. Tidak semuanya social
support itu efektif. Jika social support itu diberikan dalam bentuk dukungan yang
salah atau kurangnya keahlian kita untuk membuat pesan yang efektif, maka
pengaruhnya tidak menjadi positif bagi si penerima social support.

II.A.4 Sumber-Sumber Social Support
Sumber social support merupakan aspek yang penting untuk diketahui dan
dipahami. Sumber-sumber social support banyak diperoleh individu dari
lingkungan sekitarnya namun perlu diketahui seberapa banyak sumber social
support ini efektif bagi individu yang memerlukannya. Dengan mengetahui dan
memahaminya maka individu akan mendapatkan social support yang sesuai
dengan situasi dan keinginannya, sehingga social support memiliki makna yang
berarti bagi kedua balah pihak.
Henderson, Byrne, dkk (dalam Orford, 1992) menemukan bahwa social
support yang penting membutuhkan hubungan yang lebih luas sehingga
menambah kontribusi untuk mengurangi simptom psikologis walaupun faktor
kedekatan merupakan kontribusi yang lebih penting. Intinya adalah kehadiran
orang terdekat merupakan sesuatu yang penting namun dukungan tersebut dapat
digantikan oleh dukungan komunitas yang berada di luar hubungan dekat tersebut.
Menurut Rook dan Dooley (dalam Zainuddin,2002) ada dua sumber social
support yaitu:
1. Sumber artificial.
Social support yang artificial adalah social support yang dirancang ke
dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya social support akibat
bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.
2. Sumber natural.

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

Social support yang natural diterima individu melalui interaksi sosial
dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di
sekitarnya, misal: anak, istri, suami dan kerabat. Social support ini
bersifat non-formal.

II.B KETERGANTUNGAN TERHADAP NARKOBA
II.B.1 NARKOBA
Istilah yang berasal dari terjemahan asing seperti drug abuse dan

drug

dependence dikalangan awam dikenal dengan istilah narkoba yang merupakan
singkatan dari narkotika dan obat berbahaya. Ada istilah lain yaitu NAPZA
yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat aditif.
Berbagai istilah yang sering digunakan tidak jarang menimbulkan salah
pengertian tidak saja dikalangan medis tapi juga masyarakat awam (Hawari,
2003). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan istilah narkoba.

II.B.1.a Definisi Narkoba
Narkoba itu sendiri sulit diartikan karena tergantung pada perspektif
masing-masing individu. Berikut ini akan dikemukakan pengertian istilah narkoba
menurut dinas kesehatan. Narkoba adalah istilah yang digunakan masyarakat dan
aparat penegak hukum, untuk bahan/obat yang masuk kategori berbahaya atau
dilarang untuk digunakan, diproduksi, dipasok, diperjual belikan, diedarkan dan
sebagainya di luar ketentuan hukum (Martono, 2000).
Perspektif lain menjelaskan narkoba sebagai zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat
menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi individu yang menggunakannya.
Menurut Hawari (2003) semua zat yang termasuk narkoba menimbulkan
adiksi (ketagihan) yang pada gilirannya berakibat pada ketergantungan. Hal ini
disebabkan karena narkoba memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Keinginan yang tidak tertahankan (an over powering desire) terhadap zat
yang dimaksud, dan kalau perlu dengan jalan apapun untuk memperolehnya.

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

2. Kecenderungan untuk menambah takaran sesuai dengan toleransi tubuh.
3. Ketergantungan psikologis, yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan
menimbulkan gejala-gejala kejiwaan seperti kegelisahan, kecemasan,
depresi dan sejenisnya.
4. Ketergantungan fisik yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan
menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus zat (withdrawal
symptoms).

II.B.1.b Jenis-Jenis Narkoba
Ada beragam jenis narkoba, yang mana masing-masing jenis akan
menimbulkan efek yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan zat yang
terkandung di dalamnya memiliki efek samping yang berbeda. Tidak ada jenis
narkoba yang aman bagi tubuh. Penggunaan narkoba adalah berbahaya dan
merusak kesehatan baik secara jasmani maupun mental-emosional dan sosial.
Narkoba itu sendiri meliputi psikotropika, zat aditif dan narkotika. Jenis
narkoba yang tergolong narkotika menurut UU di Indonesia adalah heroin, ganja,
hashish, kokain, morfin dan lain sebagainya. Sedangkan jenis narkoba yang
tergolong psikotropika dalam UU di Indonesia terbagi menjadi 4 golongan di
antaranya adalah golongan psikodesleptika, stimulansia, ansiolitika dan sedativa.
Jenis psikotropika meliputi obat penenang, ecstasy dan methamphetamine
(Hawari, 2003).
Narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintesis yang dapat menimbulkan
pengaruh-pengaruh tertentu bagi tubuh yang menggunakannya. Pengaruhnya
berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, halusinasi, rangsangan semangat dan
timbulnya

khayalan

yang

menyebabkan

efek

ketergantungan

bagi

pemakainya. Menurut Badan Narkoba Nasional (2004) jenis narkoba yang
tergolong narkotika diantaranya adalah:
a. Heroin

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

Heroin merupakan narkoba yang sangat cepat menimbulkan ketergantungan.
Dan sangat mudah membuat individu yang menggunakannya kecanduan
karena efeknya sangat kuat. Heroin mempunyai kekuatan dua kali lebih kuat
dari morfin. Cara penggunaannya dapat berupa suntikan, dihirup dan dimakan.
Biasanya jenis ini ditemukan dalam bentuk pil, bubuk putih dengan rasa pahit
dan cairan. Jenis narkoba ini dapat menimbulkan rasa ngantuk, lesu, jalan
ngambang dan penampilan ‘dungu’.
b. Ganja
Ganja dikenal dengan nama mariyuana, gelek, cimeng, budha stick dan
marijane. Narkoba jenis ini menimbulkan ketergantungan psikis, terutama
bagi mereka yang telah rutin menggunakannya. Biasanya bentuknya berupa
daun kering, cairan yang lengket dan minyak. Pemakaian ganja dapat
menurunkan keterampilan motorik, bingung, kehilangan konsentrasi dan
penurunan motivasi. Efek yang ditimbulkan dapat menyebabkan komplikasi
kesehatan pada daerah pernafasan, sistem peredaran darah dan kanker. Cara
pemakaiannya dengan dihisap seperti rokok.
c. Hashish
Hashish mempunyai bentuk yang bermacam-macam bahkan ada juga yang
bubuk. Memiliki efek 10 kali lebih besar dari marihuana. Zat yang terkandung
didalamnya dapat menimbulkan efek psikologis. Hashish diperoleh dari daundaun dan pucuk bunga tanaman Cannabis Sativa dan Cannabis Indica.
Psikotropika merupakan zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak
atau merangsang susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku
disertai dengan timbulnya halusinasi, ilusi dan gangguan cara berfikir.
Narkoba jenis ini dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek
stimulasi bagi para pemakainya.
Menurut Badan Narkoba Nasional (2004) narkoba yang tergolong
psikotropika diantaranya adalah:
a. Ecstacy

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

Ecstacy merupakan salah satu obat bius yang di buat secara illegal di sebuah
laboratorium dalam bentuk tablet atau kapsul yang berwarna-warni. Jenis
narkoba ini lebih dikenal dengan nama inex, XTC, black heart, huge drug,
yuppie drug dan essence. Cara menggunakannya ditelan secara langsung. Efek
yang ditimbulkan peningkatan detak jantung, tekanan darah, hilangnya kontrol
dan peningkatan rasa percaya diri.

b. Shabu-shabu
Nama aslinya adalah methamphetamine. Berbentuk kristal seperti gula atau
bumbu penyedap masakan. Jenisnya antara lain yaitu gold river, coconut dan
kristal. Tidak memiliki warna maupun bau. Cara penggunaannya adalah
dengan dihisap melalui alat bantu. Efek yang ditimbulkan diantaranya adalah
berat badan menyusut, sensitif, depresi dan rasa curiga yang berlebihan.
Penggunaan shabu dalam jangka waktu yang lama akan merusak tubuh
bahkan kematian karena overdosis.
c. Obat Penenang
Obat penenang meliputi pil koplo, Nipam, Valium, obat tidur dan lain
sebagainya. Bentuknya berupa tablet yang berwarna-warni. Penggunaan obat
ini akan memperlambat respon fisik, mental dan emosi. Bila penggunaan
dicampurkan dengan alkohol akan menghasilkan kematian.
Zat aditif lainnya yang tergolong Narkoba diantaranya adalah:
a. Alkohol
Alkohol dapat memperlambat kerja sistem saraf pusat, memperlambat refleks
motorik, menekan pernafasan, denyut jantung dan mengganggu penalaran dan
penilaian.
b. Zat yang mudah menguap
Zat aditif jenis ini akan menimbulkan perasaan senang berlebihan, puyeng,
penurunan kesadaran dan gangguan penglihatan. Selain itu mengacaukan
kesadaran dan emosi pengguna. Problem kesehatan yang sering terjadi adalah
ginjal, lever, paru-paru dan merusak otak.

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

c. Zat yang menimbulkan halusinasi
Zat ini bekerja pada sistem saraf pusat untuk mengacaukan kesadaran dan
emosi pengguna. Individu yang mengkonsumsi zat ini akan merasa sejahtera
karena perubahan pada proses berfikir dan hilangnya kontrol.

II.B.2 Ketergantungan Narkoba
Permasalahan ketergantungan atau penyalahgunaan narkoba mempunyai
dimensi yang luas dan kompleks; baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa
maupun psikososial, kriminalitas, kerusuhan massal dan lain sebagainya (Hawari,
2003). Hal ini terjadi akibat pemakaian terus menerus dalam jumlah yang cukup
banyak.

II.B.2.a Definisi Ketergantungan
Penyalahgunaan narkoba menyebabkan ketergantungan pemakai terhadap
narkoba itu sendiri. Hal ini terjadi karena zat-zat tersebut menjanjikan sesuatu
yang dapat memberikan rasa kenikmatan, kenyamanan, kesenangan dan
ketenangan, walaupun hal tersebut sebenarnya hanya dirasakan secara semu.
Memang banyak yang berpendapat bahwa ketergantungan zat atau drug addiction
merupakan penyakit kompleks yang menahun dan sering kambuh walaupun ada
periode abstinensia yang berjangka lama (Thaib dalam Alatas, 2001).
Penyalahgunaan terjadi apabila pemakaian obat tanpa petunjuk medis,
biasanya penyalahgunaan memiliki akibat yang serius dan dalam beberapa
kasus biasanya dapat menjadi fatal. Lebih lanjut Sudirman (dalam Alatas,
2001), menjelaskan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan suatu pola
penggunaan yang bersifat patologik, berlangsung dalam jangka waktu tertentu
dan menimbulkan gangguan fungsi sosial dan okupasional.
Menurut Hawari (2003), ketergantungan narkoba (zat) adalah kondisi yang
kebanyakan diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai dengan adanya
toleransi zat dan gejala putus zat. Selanjutnya dalam buku Pedoman Puskesmas
dan Rumah Sakit umum (2001) ketergantungan narkoba didefinisikan sebagai

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik, sehingga tubuh memerlukan
jumlah narkoba yang makin bertambah (disebut toleransi), sehingga jika
pemakaiannya dikurangi atau dihentikan, timbul gejala putus zat. Oleh karena itu
ia selalu berusaha memperoleh narkoba yang dibutuhkannya, agar dapat
melakukan kegiatannya sehari-hari secara normal. Jika tidak, ia akan mengalami
gejala putus zat.
Menurut Hawari (2003) secara umum mereka yang menyalahgunakan
narkoba dapat dibagi dalam tiga golongan besar yaitu:
1. Ketergantungan Primer, ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi, yang
pada umumnya terdapat pada orang dengan kepribadian tidak stabil. Golongan
ini memerlukan terapi dan rehabilitasi, bukannya hukuman.
2. Ketergantungan Reaktif, yaitu terdapat pada remaja karena dorongan ingin
tahu, bujukan dan rayuan teman, jebakan dan tekanan. Serta pengaruh teman
kelompok sebaya. Individu yang berada pada golongan ini merupakan korban,
sehingga memerlukan terapi dan rehabilitasi.
3. Ketergantungan Simtomatis, ketergantungan pada golongan ini umumnya
terjadi pada orang dengan kepribadian antisosial dan pemakaian NAZA itu
untuk kesenangan semata. Mereka dapat digolongan sebagai kriminal,
memerlukan terapi, rehabilitasi serta hukuman.

II.B.1.b Faktor yang Menyebabkan Individu Menggunakan Narkoba
Menurut Buntje Harboenangin (dalam Yatim, 1986) ada beberapa faktor
yang menyebabkan individu mengkonsumsi narkoba. Pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar. Pertama, sebab-sebab yang berasal dari
faktor individu dan kedua sebab-sebab yang berasal dari lingkungannya. Faktor
individual yaitu meliputi:
1. Kepribadian
Kepribadian individu memiliki peranan yang besar dalam penyalahgunaan
Narkoba. Individu yang memiliki kepribadian yang lemah (mudah kecewa,
tidak mampu menerima kegagalan) lebih rentan terhadap penyalahgunaaan
narkoba dibandingkan dengan individu yang memiliki kepribadian yang kuat

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

(individu mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, berani
mengatakan tidak, tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain).
2. Intelegensi
Dalam konseling sering dijumpai bahwa kecerdasan pemakai narkoba lebih
banyak berada pada taraf rat-rata dan dibawah rata-rata kelompok seusianya.
3. Usia
Mayoritas pemakai narkoba adalah kaum remaja. Hal ini disebabkan karena
kondisi sosial psikologis yang butuh pengakuan, identitas dan kelabilan emosi
sementara

individu yang berada pada usia yang lebih tua menggunakan

narkoba sebagai penenang.
4. Dorongan kenikmatan
Narkoba dapat memberikan kenikmatan yang unik dan tersendiri. Perasaan
enak mulanya diperoleh dari mulai coba-coba lalu lama-lama akan menjadi
suatu kebutuhan.
5. Perasaan ingin tahu
Rasa ingin tahu adalah kebutuhan setiap orang. Proses awal terbentuknya
seorang pemakai diawali dengan coba-coba karena rasa ingin tahu, kemudian
menjadi iseng, menjadi pemakai tetap dan pada akhirnya akan menjadi
seorang pemakai yang tergantung.
6. Memecahkan persoalan
Kebanyakan para pemakai menggunakan narkoba untuk menyelesaikan
persoalan. Pengaruh narkoba dapat menurunkan tingkat kesadaran pemakai
dan membuatnya lupa pada persoalan yang dialaminya.
Faktor lingkungan meliputi:
1. Ketidakharmonisan keluarga
Banyak pemakai yang berasal dari keluarga yang broken karena keputusasaan
dan kecewa maka pemakai terdorong untuk mencari dunianya yang lain yaitu
menggunakan narkoba sebagai pelarian.
2. Pekerjaan

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

Pada umumnya pemakai menggunakan narkoba karena mereka lebih mudah
untuk memperoleh narkoba tersebut menggunakan uang yang mereka peroleh
dari hasil mereka bekerja.
3. Kelas sosial ekonomi
Umumnya pemakai berasal dari sosial ekomoni menengah ke atas. Hal ini
mungkin terjadi karena mereka mudah mendapatkan informasi dan relatif
memiliki uang yang cukup untuk membeli narkoba.
4. Tekanan kelompok
Kebanyakan pemakai mulai mengenal narkoba dari teman sekelompoknya.
Bila kelompok pemakai narkoba menekankan anggotanya berbuat hal yang
sama maka penolakan terhadap tekanan tersebut dapat mengakibatkan anggota
yang menolak akan dikucilkan dan akan dikeluarkan dari kelompok.

II.B.3. Akibat dari Penyalahgunaan Narkoba
Menurut Sudirman, MA (dalam Alatas, 2001) ada tiga bagian yang
terganggu, yaitu gangguan terhadap kondisi fisik, gangguan terhadap kehidupan
mental emosional dan gangguan terhadap kehidupan sosial si pemakai.
a. Terhadap kondisi Fisik
1. Akibat zat itu sendiri
Termasuk di sini adalah gangguan mental organic akibat zat, misalnya
intoksikasi yaitu: suatu perubahan mental yang terjadi karena dosis
berlebih yang memang diharapkan oleh pemakaiannya. Sebaliknya bila
pemakaiannya terputus akan terjadi kondisi putus zat.
2. Akibat bahan campuran/pelarut
Bahaya yang mungkin timbul adalah infeksi dan emboli.
3. Akibat cara pakai atau alat yang tidak steril
Akan terjadi infeksi, terjangkitnya penyakit AIDS atau Hepatitis.
4. Akibat pertolongan yang keliru
Misalnya dalam keadaan tidak sadar diberi minum.
5. Akibat tidak langsung

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

Pada individu yang mengkonsumsi alkohol akan terjadi stroke atau
malnutrisi karena gangguan absorsi.
b. Gangguan terhadap kehidupan mental emosional
Intoksikasi dari pemakaian narkoba dapat menimbulkan perubahan
kehidupan mental emosional. Termanifestasi pada gangguan perilaku yang
tidak wajar. Seperti sindrom amotivisional dan depresi yang menyebabkan
bunuh diri.
c. Gangguan terhadap kehidupan sosial
Gangguan mental emosional pada penyalahgunaan narkoba akan
mengganggu fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja atau sekolah.
Hubungan anggota keluarga dan kawan dekat pada umumnya akan
terganggu. Akibat selanjutnya akan memungkinkan terjadinya tindak
kriminal, keretakan rumah tangga sampai pada perceraian.
Berdasarkan

uraian

diatas

dapat

disimpulkan

bahwa

akibat

penyalahgunaan narkoba akan merusak syaraf pusat atau organ-organ tubuh
lainnya, hal ini berakibat melemahnya fisik, daya fikir dan merosotnya moral.
Penyalahgunaan atau ketergantungan narkoba juga dapat menimbulkan masalah
lain seperti rusaknya hubungan keluarga, menurunnya kemampuan belajar,
produktifitas kerja juga menurun secara drastis, perubahan perilaku menjadi
perilaku antisosial, gangguan kesehatan, meningkatnya jumlah kecelakaan lalu
lintas dan tindakan kriminalitas lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan fisiknya,
mereka akan menghalalkan segala cara untuk memperoleh narkoba.
Dalam buku Pedoman Puskesmas dan Rumah Sakit umum disebutkan
bahwa pengaruh narkoba tidak sama pada setiap individu, tergantung pada
beberapa faktor, yaitu:
1. Jenis narkoba yang digunakan.
2. Jumlah atau dosis yang dipakai.
3. Frekuensi pemakaian.
4. Cara pemakaian (diminum, dihisap, disuntik dan lain-lain).
5. Zat lain yang digunakan bersamaan.
6. Pengalaman pemakaian narkoba sebelumnya.

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

7. Kondisi badan pemakai.
8. Kepribadian pemakai.
9. Harapan pemakai terhadap efek narkoba.
10. Suasana lingkungan dimana narkoba digunakan.

II.C Gambaran Social Support pada Pecandu Narkoba
Narkoba merupakan suatu akronim untuk narkotik dan obat-obat
berbahaya. Berdasarkan penelitian Adisukarto (dalam Poerwandari & Koentjoro,
2001) menunjukkan bahwa 47,7 % korban penyalahgunaan narkoba adalah
remaja. Biasanya remaja yang beresiko tinggi adalah mereka yang tidak bisa
berkomunikasi dengan orang tua, memiliki kepercayaan dan harga diri yang
rendah, suka mencari sensasi, kontrol diri yang rendah, sulit menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan bergaul di lingkungan yang menyalahgunakan narkoba.
Individu yang berada pada masa remaja banyak mengalami konflik yang
disebabkan oleh pencarian identitas diri dan mengalami konflik peran. Mereka
tidak bisa mengatasi konflik tersebut, mereka cenderung mencari kompensasinya
keluar rumah. Di masa ini mereka juga lebih cenderung berinteraksi dan
menghabiskan waktu dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua. Masa
perkembangan remaja memiliki kebutuhan atau keterikatan dengan kelompok
teman sebaya sehingga apa pun yang dilakukan teman-teman sekelompoknya,
remaja cenderung menerima dan mengadaptasinya. Walau pun pada hal-hal yang
dapat merugikan diri sendiri, seperti menggunakan narkoba.
Alasan pertama individu menggunakan narkoba karena ingin mencoba,
tergiur dengan tawaran teman dan lain sebagainya. Menurut Joewana (2001) ada
beberapa alasan yang mendorong individu untuk menggunakan narkoba
diantaranya

adalah

anticipatarory

beliefs,

belief

oriented

beliefs

dan

facilitative/permissive beliefs.
Penyalahgunaan Narkoba pada kelompok remaja erat kaitannya dengan
perasaan diterima sebagai anggota suatu kelompok, untuk mendapatkan
pengalaman baru, untuk memelihara hubungan dengan kelompok, untuk
menenangkan diri dari kecemasan dan untuk melarikan diri dari kegagalan. Akibat

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

adanya perubahan psikologis tersebut, maka terjadi goncangan emosional dan
mereka menjadi mudah kecewa, mudah putus asa dan mudah tersinggung.
Pada saat individu mengalami problem kehidupan yang mengakibatkan
dirinya mengalami stres karena tidak menemukan jalan keluar dan tidak ada
seorang pun yang bisa dipercaya untuk menyelesaikan masalah mereka. Maka
remaja sering “melarikan diri” dengan cara menggunakan narkoba. Remaja
beranggapan bahwa dengan melarikan diri ke narkoba akan menyelesaikan
masalah atau problem yang mereka hadapi.
Dengan keadaan diri remaja yang lemah dan rentan terhadap stres maka
diperlukan suatu cara yang dapat membantu mereka agar tidak terjerumus dalam
penggunaan narkoba. Apabila mereka telah terjerumus maka diperlukan suatu
tindakan yang dapat membimbing mereka keluar dari masalah. Dalam hal ini
dapat dilakukan dengan cara memberikan social support. Pemberian social
support pada individu yang mengalami stres akan efektif karena pada saat ini
individu tersebut sangat membutuhkan dukungan (seperti dukungan emosional).
Hal ini sesuai dengan hipotesa buffering effect. Social support akan efektif
diberikan pada individu yang sedang mengalami stress.
Menurut Papalia & Olds (1995) pemberian social support dari orangorang yang berarti di sekitar kehidupan akan memberikan kontribusi yang terbesar
dalam proses penyembuhan penderita ketergantungan narkoba. Dukungan yang
diberikan oleh orang tua, saudara, teman, pacar dan orang di sekitar yang
memiliki pengaruh pada individu tersebut. Dukungan dapat berupa dukungan
emosional,

informasional,

instrumental,

penghargaan

dan

dukungan

companionship.
Menurut Orford (1992) social support

bekerja dengan tujuan untuk

memperkecil pengaruh tekanan-tekanan atau stress yang dialami individu.
Dengan kata lain jika tidak ada tekanan atau stres maka social support tidak
berpengaruh. Sesuai dengan Wills (dalam Orford, 1992) yang menyatakan bahwa
bentuk social support yang diperlukan oleh individu dengan penerimaan diri yang
rendah, membutuhkan social support yang bersifat emosional dan kelompok

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

sosial. Mengingat hal tersebut, maka social support

sangat berperan dalam

kehidupan individu yang mengalami ketergantungan narkoba.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat besarnya peranan social support
dalam memberi dampak yang positif bagi proses kesembuhan seorang pecandu
narkoba.

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

III.A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pada
umumnya pecandu narkoba menerima semua bentuk social support yaitu:
emotional Support, esteem Support, instrumental Support, nformational Support
dan companionship Support. Hanya saja bentuk social support dan sumber (orang
yang mereka harapkan) social support pada masing-masing pecandu narkoba
berbeda-beda. Tidak jarang mereka memperoleh social support namun mereka
tidak

membutuhkannya.

Dan

terkadang

kondisinya

terbalik,

mereka

membutuhkan social support namun orang di sekitar tidak memberikan. Hal ini
perlu menjadi perhatian bagi orang di sekitar pecandu narkoba, agar
memperhatikan

social support yang dibutuhkan dengan social support yang

diberikan dapat memberikan pengaruh dalam proses penyembuhan mereka.

III.B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis menyarankan agar
organisasi atau lembaga yang bergerak menangani masalah pecandu narkoba
membuat suatu program kelompok dukungan yang tujuannya memberikan
dukungan pada mereka yang menjalani proses penyembuhan. Program tersebut
merupakan wadah agar mereka dapat saling memberikan dukungan dan berbagi
cerita antara sesama mantan pecandu narkoba. Mereka beranggapan bahwa
komunikasi dengan sesama dapat membantu mereka lebih memahami satu sama
lainnya. Selain itu, dibuat suatu wadah perkumpulan orang-orang pecandu
narkoba yang sedang menjalani proses penyembuhan, dimana mereka diberi suatu
keterampilan yang dapat menghasilkan pendapatan (uang). Mereka diberi
kesempatan untuk berkarya dan diberi penghargaan atas hasil pekerjaannya.
Konflik yang mereka hadapi tidak hanya satu, namun banyak dan bersifat
kompleks. Oleh sebab itu mereka memerlukan solusi untuk menyelesaikannya.
Diperlukan suatu program konseling dimana konselornya adalah orang yang

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

memahami keadaan mereka atau orang yang telah ditraining. Program konseling
tersebut sebaiknya setting dibuat tidak formil sehingga tidak membuat jarak antara
konselor dan konseli. Sebagai tambahan, perlu adanya keterlibatan pihak
keluarga, terutama keluarga inti agar mereka merasa diterima dan tidak merasa
sebagai orang yang terbuang atau tidak berarti.

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

DAFTAR PUSTAKA

Amita, W.R. (2001). Dukungan Sosial yang Diperlukan pada Masa Penyembuhan
Remaja Pencerita Ketergantungan Heroin; Ditinjau dari Teori
Developmental Model of Recovery.Depok: Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia.
Alatas,Husein.H (2001). Penanggulangan Korban Narkoba: Meningkatkan Peran
Keluarga dan Lingkungan. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. (2004). Jenis-jenis Narkoba dan
aspek kesehatan penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: PT Multi Kuarta
Kencana.
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. (2004). Perkembangan kasus
Narkoba di Indonesia. Jakarta: PT Multi Kuarta Kencana.
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. (2004). Peran orang tua dalam
mengatasi masalah penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: PT Multi Kuarta
Kencana.
Baron, R.A, Byrne, D. (1997). Social Psychology (8th edition). Massachussets:
Allyn and Bacon.
Binstock, R.H., Shanas, Esthel. (1985). Handbook of aging and the social science
(2nd edition). New York: Van Nastrandereinhold Company Inc.
Dimatteo, M.R. (1991). The psychology of helath, illness, and medical care.
Pasific Grove, California: Brooks/Cole Publishing Company.
Gottlieb, B. H. (1983). Social support strategies. California: Sage Publications
Inc.
Hawari, H.D. (2003). Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (Narkotika,
Alkohol, dan Zat Aditif). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FK-UI).

Hurlock, E.E. (1980). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

Irmawati, dkk. (2003). Pedoman Penulisan Skripsi. Medan: Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Joewana, Satya. (2001). NARKOBA: Petunjuk praktis bagi keluarga untuk
mencegah penyalahgunaan narkoba. Yogyakarta: Media Presindo.
Joewana, Satya., Martono, L.H. (2000). Penanggulangan penyalahgunaan
Narkoba di DKI Jakarta: Buku pedoman Puskesmas dan Rumah Sakit
Umum. Jakarta: Bina Kesehatan.

Kaplan, Robert M., James, F.Sallis. (1992). Health and Human. New York.
McGraw-Hill Inc.

Miller, Jeff.R (2002). The Providers of Social Support to Dual-Parent Families
Caring For Young Children. Australia: Journal of Community
Psychology. Vol.30, No. 461-473. www.proquest.com.
Moleong, Lexy.J (2002). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nurdjaman, P (2000). Metode penelitian sosial: terapan dan kebijaksanaan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah.
Orford. (1992). Community Psychology: Theory and practice. John-Wiley and
Son.
Panitia Pengembangan Ilmu Kedokteran Berkelanjutan, (2002). Konsensus FKUI
Tentang OPIAT, MASALAH MEDIS dan PENATALAKSANAANNYA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Papalia, D.E., Olds, S.W. (1995). Human Development (6th edition). McGraw-Hill
Inc.
Poernomowardani, A.D., & Koentjoro. (2000). Penyingkapan-diri, perilaku
seksual, dan penyalahgunaan Narkoba. Jurnal Psikologi No. 1, 60-72.

Rahma Yurliani : Gambaran Social Suport Pecandu Narkoba, 2007
USU Repository © 2008

Poerwandari, E Kristi, (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian prilaku
manusia. Jakarta: LPSP3 UI
Purnama, Eko.S (2001). Gambaran sikap dan dukungan sosial teman sebaya yang
bukan pengguna Narkoba terhadap ex pengguna Narkoba. Depok:
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Sarafino, Edward.P. (2002). Health Psychology: biopsychosocial interaction. (4th
edition). New York.
Somar, Lambertus. (2001). Kambuh relapse: sudut pandang bagi mantan pecandu
Narkoba. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Somar, Lambertus. (2001). Rehabilitasi Pecandu Narkoba. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.

Strauss, Sheila M. (2000). Social support systems of women offenders who use
drugs: a focus on the mother-daughter relationship. New York City:
American Journal of Drug and Alchohol Abuse. www.proquest.com.
Taylor., Peplau., Sears. (2000). Social Psychology (10th edition). New Jersey:
Prentice Hall International Inc.
Taylor, E Shelley, dkk. (1999). Health Psychology. (4th edition). McGraw-Hill
Inc. Boston.
Wortman, C.B., Loftus, E.F., Weaver, Charles. (1999). Psychology (5th edition).
Boston: M