STUDI KASUS KEHIDUPAN REMAJA MANTAN PECANDU NARKOBA.

(1)

STUDI KASUS KEHIDUPAN REMAJA

MANTAN PECANDU NARKOBA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Diah Ardiantina NIM 11104241073

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Waktu tetap berjalan sebagaimana mestinya, jadikan waktumu menjadi lebih berharga, bukan menunggu waktu yang berharga datang.”


(6)

--PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk: Bapak dan Ibu tersayang

Adik dan sahabat “konyolitas”tersayang Seluruh guru dan dosen

Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta Agama, Nusa, dan Bangsa


(7)

STUDI KASUS KEHIDUPAN REMAJA MANTAN PECANDU NARKOBA

Oleh Diah Ardiantina NIM. 11104241073

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya remaja Indonesia yang menjadi pecandu narkoba. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan perkembangan fisik remaja mantan pecandu narkoba, (2) Mendeskripsikan perkembangan kognisi remaja mantan pecandu narkoba, (3) Mendeskripsikan perkembangan sosio-emosional remaja mantan pecandu narkoba yang terdapat atau berasal dari Panti Sosial Pamardi Putra Sehat Mandiri.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 2 subjek dan 3 key informan. Kedua subjek berada dalam rentang usia masa remaja akhir. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam. Uji keabsahan data dilakukan dengan trianggulasi teknik dan trianggulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.

Subjek 1 pada penelitian ini telah mengonsumsi narkoba selama 5 tahun dan mengikuti proses rehabilitasi selama 2 bulan, sedangkan subjek 2 telah mengonsumsi narkoba selama 3 tahun dan mengikuti proses rehabilitasi selama 6 bulan. Hasil penelitian terhadap 2 remaja mantan pecandu narkoba dilihat dari aspek: 1) Perkembangan fisik, kedua subjek memiliki kondisi fisik yang baik didukung dengan pola hidup yang baik pula. (2) Perkembangan kognisi, kedua subjek dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Subjek menjadi pelupa setelah mengonsumsi narkoba. Dalam kemampuan intelektual, subjek pertama tidak mengalami penurunan prestasi akademik. Hal sebaliknya dialami subjek kedua. (3) Perkembangan sosio-emosional, kedua subjek dapat mengendalikan emosi. Akan tetapi subjek pertama pasif terhadap kegiatan di lingkungan tempat tinggal. Berbeda dengan subjek kedua yang aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh panti rehabilitasi narkoba. Kata kunci:Remaja, Narkoba


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, inayah, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Kasus Kehidupan Remaja Mantan Pecandu Narkoba”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama proses penyusunan skripsi dari awal sampai selesainya skripsi ini. Dalam kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd, M. A, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang mengijinkan penulis menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta ini. 2. Dr. Haryanto, M. Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Yogyakarta yang telah memberikan izin dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Fathur Rahman, M. Si, Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan izin dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Suwarjo, M. Si, Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi, terimakasih telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Dra. Sri Iswanti, M. Pd, Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasihat, pengarahan, serta bantuan dalam penyusunan skripsi.

6. Seluruh Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan ilmu dan kesabaran selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Negeri Yogyakarta.

7. Bapak, ibu, dan adik, keluarga terhebat dan terbaik seumur hidupku, terima kasih atas doa, kasih sayang, dukungan, dan pengorbanan yang telah diberikan selama ini.


(9)

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

PERNYATAAN...iii

PENGESAHAN ...iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAK...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah...7

C. Batasan Masalah ...8

D. Rumusan Masalah...8

E. Tujuan Penelitian ...8

F. Manfaat Penelitian...9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Remaja ...10

1. Definisi Remaja ...10

2. Ciri-ciri Remaja ...12

3. Tugas Perkembangan Remaja ...14

4. Bahaya dan Masalah Remaja...15

5. Karakteristik-karakteristik Remaja Pengguna atau Penyalahguna Narkoba ...16

6. Macam Perkembangan Remaja ...18


(11)

1. Definisi Narkoba...24

2. Penyebab Penyalahgunaan Narkoba...27

3. Macam-macam Narkoba...29

4. Jenis-jenis Pecandu...35

C. Penelitian Terdahulu ...36

D. Kerangka Berpikir ...37

E. Pertanyaan Penelitian ...41

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian ...43

B. Subjek dan Objek Penelitian ...44

C.SettingPenelitian ...44

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...44

E. Instrumen Penelitian...46

1. Kisi-kisi Pedoman Observasi...46

2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara...46

F. Metode Analisis Data ...47

G. Uji Keabsahan Data ...49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...51

1. Gambaran UmumSettingPenelitian ...51

2. Deskripsi Subjek Penelitian...52

3. Deskripsi Tentang Kehidupan Remaja Mantan Pecandu Narkoba ...59

B. Pembahasan...76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...85

B. Saran ...86

DAFTAR PUSTAKA ...88


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Kisi-kisi Pedoman Observasi ...46

Tabel 2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara...47

Tabel 3 Rangkuman Profil Subjek Penelitian...57


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Pedoman Observasi ...91

Lampiran 2. Pedoman Wawancara ...92

Lampiran 3. Reduksi Hasil Wawancara...97

Lampiran 4. Catatan Lapangan ...120

Lampiran 5. Display Data ...127

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian FIP ...130

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian Provinsi...131

Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian Dinas Sosial DIY ...132


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini, remaja tidak lagi dekat dengan orang tua maupun saudara seperti pada saat masa anak-anak melainkan mereka cenderung tertarik pada kehidupan sosial dengan mencari teman sebanyak-banyaknya. Remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman sebaya dibandingkan dengan anggota keluarga. Pada pergaulan dengan teman sebaya, remaja merasa lebih dihargai dan mendapat perhatian (“di-orang-kan”). Selain itu, teman sebaya juga memiliki fungsi perkembangan kepribadian, walaupun pergaulan tidak selalu membawa pengaruh positif melainkan ada juga pengaruh negatifnya. (Mega Dwi Suryani, 2014)

Kemajuan zaman membawa dampak positif dan dampak negatif bagi kehidupan sosial di masyarakat. Adapun dampak positif dari kemajuan zaman antara lain adanya perubahan pola pikir dari irrasional menjadi rasional, adanya dorongan untuk menjadi lebih maju, dan tingkat produksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang meningkat. Sementara dampak negatif kemajuan zaman antara lain pola hidup konsumtif, sikap individualistik semakin tinggi, dan adanya kesenjangan sosial antara masyarakat yang mengikuti perkembangan zaman dengan masyarakat yang stagnan.


(15)

(16)

Adanya dampak negatif yang banyak dialami masyarakat terutama kaum remaja adalah adanya kecenderungan merokok, minum-minuman beralkohol, narkoba, bahkan seks bebas. Pergaulan remaja yang kurang sesuai dengan lingkungan sekitar biasanya diawali dari bermain bersama teman setelah pulang sekolah kemudian merokok yang awalnya sekedar mencoba tetapi tanpa disadari lama-kelamaan menjadi perokok berat. Ketika rokok dirasa tidak dapat lagi menghilangkan stres dalam diri, remaja mencoba hal yang lebih menantang seperti minum-minuman beralkohol, dilanjutkan narkoba dan seks bebas. (Heny Lestari dan Sugiharti, 2007)

Narkoba sebagai kependekan dari Narkotika dan Obat-obatan terlarang, menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika(-, 2005: 3), pengertian Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini. Begitu pula, menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (-, 2005: 82-83), pengertian psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.


(17)

Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2012 menyebutkan 5% dari populasi di dunia pernah menggunakan obat-obatan terlarang dan yang masih menjadi pecandu narkoba sebesar 27 juta orang di dunia dan 5% diantaranya adalah pengguna narkoba di Indonesia. Di tahun 2013, melalui Kompas.com (31/8) Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Komjen Anang Iskandar menyebutkan, jumlah pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai 4,9 juta lebih. Sebagian besar mereka adalah pengguna narkotika jenis ganja dan sebagian besar pengguna narkoba berada dalam usia remaja. (Alfiyattur Rohmah, 2013)

Penelitian yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama Puslitkes UI pada tahun 2011 menunjukkan jumlah penyalahgunaan narkoba sebesar 2,2% yang setara dengan 4,2 juta orang dari total populasi penduduk Indonesia di kisaran usia 10 tahun sampai 59 tahun. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat pada tahun 2015 menjadi 2,8% atau 5,1 juta orang. Daftar penyalahgunaan narkoba didominasi oleh ganja, sabu-sabu, ekstasi, heroin, kokain, dan obat-obatan daftar G. Dari jumlah 4,2 juta jiwa penyalahgunaan narkoba dapat didistribusikan menjadi 27% kelompok coba pakai, 45% kelompok teratur pakai, 27% kelompok pecandu bukan suntik, dan 2% kelompok pecandu suntik. (Budiharso, 2013)

Dari banyaknya jumlah pecandu narkoba, tidak sedikit dari mereka yang ingin lepas dari jeratan dan ketergantungan penyalahgunaan


(18)

obat-obatan terlarang tersebut. Diperlukan niat dan usaha yang besar dari individu tersebut untuk dapat lepas dari belenggu narkoba. Akan tetapi, ada pula yang dapat keluar dari jeratan narkoba dengan mudah dikarenakan tuntutan keadaan. Beberapa usaha yang dilakukan untuk melepaskan diri dari penyalahgunaan narkoba antara lain masuk ke Rumah sakit Ketergantungan Obat (RSKO), Panti Rehabilitasi Narkoba, dan Penjara.

Selayaknya orang lain di sekitarnya, mantan pecandu narkoba pun ingin memiliki kehidupan yang normal, namun terkadang masih ada masyarakat yang menganggap mantan pecandu narkoba sebagai sampah masyarakat. Selain itu, ada pula mantan pecandu narkoba yang dapat beradaptasi lagi dengan keluarga dan masyarakat. Memiliki masa lalu kehidupan yang berbeda dengan orang lain, para pecandu narkoba pun mengalami masa sulit dalam kehidupannya. Ia berusaha untuk melawan sugesti yang ada dalam diri agar tidak mengkonsumsi narkoba lagi.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Farashinta Feni Kusumawati (2012: vii) menunjukkan bahwa ada hubungan antara Self-efficacy

kepulihan dengan kesiapan dalam menghadapi lingkungan masyarakat pada residen di panti rehabilitasi narkoba. Apabila seorang residen memiliki Self-efficacy kepulihan tinggi maka ia akan lebih siap ketika kembali ke lingkungan masyarakat setelah program rehabilitasi yang dijalani selesai. Penelitian yang kedua oleh Anastasia Abri Kusuma Jati (2011: vii) menunjukkan hasil penelitian bahwa metode permainan dapat


(19)

meningkatkan ketrampilan komunikasi penyalahguna NAPZA usia remaja. Melalui metode permainan dapat menimbulkan komunikasi yang efektif, subjek saling berinteraksi, bertukar pendapat dalam memecahkan masalah, menimbulkan kepedulian, minat, dan keingintahuan. Dalam hal ini, peneliti ingin membahas tentang kehidupan remaja mantan pecandu narkoba.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Panti Sosial Pamardi Putra Sehat Mandiri Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta terdapat 2 individu yang menarik untuk diteliti yaitu berinisial “DM” dan “RK”. “RK” adalah pria berusia 20 tahun yang telah keluar dari PSPP “Sehat Mandiri” setelah menjalani 2 bulan proses rehabilitasi. “RK” mengonsumsi narkoba karena pengaruh ajakan teman-teman sekolah. Awalnya “RK” hanya merokok dimulai kelas 1 SMP, kemudian mulai mengonsumsi alkohol pada kelas 2 SMP. Pada saat “RK” mengonsumsi alkohol itulah salah satu teman menawarkan narkoba, karena dalam pengaruh alkohol akhirnya “RK” mengonsumsi narkoba tersebut. Jenis narkoba yang pernah dikonsumsi “RK”adalah obat seperti rihex, reclona, hesimex. “RK” mengonsumsi narkoba selama 5 tahun, sebelum akhirnya ia masuk ke Rumah Sakit Jiwa Magelang selama 5 hari (1 Juni 2014) dan dilanjutkan masuk ke PSPP Sehat Mandiri pada tanggal 7 Juni 2014. Pada saat berada di PSPP “RK” terkadang merasa tertekan karena merasa kangen kepada anaknya yang masih bayi, sehingga ketika 1 bulan berada di PSPP “RK” kabur dan pulang ke rumah. Akan tetapi pihak PSPP


(20)

langsung menjemput paksa ke rumah karena “RK” belum benar-benar bersih dari pengaruh narkoba. Setelah “RK” benar-benar bersih dari narkoba, ia baru diperbolehkan pulang oleh pihak PSPP. Saat ini “RK” sudah menjalani kehidupan diluar PSPP bersama dengan keluarga. Ia juga telah mempunyai rencana untuk kedepannya yaitu ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Adapun alasan memilih subjek RK adalah RK yang telah mengonsumsi narkoba selama 5 tahun, tetapi dapat pulih dan keluar dari PSPP setelah menjalani proses rehabilitasi selama 2 bulan.

Individu yang kedua yaitu “DM” adalah residen remaja putra yang berusia 18 tahun. “DM” telah menjalani proses rehabilitasi selama 10 bulan. Awalnya “DM” mengonsumsi alkohol mulai kelas 6 SD. Ia mulai mengenal obat pada saat kelas 1 SMP, pada saat itu destrometropan dan pernah mengonsmsi ganja sebanyak 3 kali.“DM”pernah mengamen untuk mendapatkan uang guna membeli obat tersebut. Ia mengaku, mulai mengenal alkohol dan obat tersebut dari lingkungan pergaulan di sekolah dan di rumah. Saat ini “DM” masih berada di panti rehabilitasi narkoba. Kegiatan yang biasa ia lakukan diluar kegiatan rutin panti rehabilitasi adalah bergurau dengan sesama residen dan bernyanyi-nyanyi bersama. Selain itu, saat ini “DM” juga mengikuti program kejar paket B yang difasilitasi oleh pihak panti rehabilitasi. Alasan peneliti memilih DM sebagai subjek yaitu setelah mengonsumsi narkoba selama 3 tahun dan


(21)

telah dinyatakan pulih setelah mengikuti proses rehabilitasi selama 6 tahun, tetapi setelah itu DM masih belum keluar dari PSPP.

Berdasarkan penjelasan terkait masalah yang dialami oleh 2 remaja diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kehidupan remaja yang pernah menjadi penyalahguna narkoba dan bagaimana ia menjalani kehidupan yang akan dihadapi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Dari laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2012 menyebutkan bahwa 27 juta orang di dunia menjadi pecandu narkoba dan 5% diantaranya adalah pengguna narkoba di Indonesia.

2. Jumlah pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai 4,9 juta lebih, sebagian besar mereka adalah pengguna narkotika jenis ganja dan sebagian besar pengguna narkoba berada dalam usia remaja. 3. Penyalahguna narkoba yang terdapat di Indonesia berada dalam

kisaran usia 10 tahun sampai dengan 59 tahun.

4. Residen mengenal dan mengonsumsi NAPZA semenjak kelas 1 SMP, sehingga ia tidak dapat mengendalikan diri sampai ia dikeluarkan dari sekolah karena ketahuan mengonsumsi narkoba. 5. Para pecandu narkoba mengalami kesulitan untuk dapat terlepas dari


(22)

6. Masyarakat menganggap bahwa para pecandu narkoba sebagai sampah masyarakat.

7. Kehidupan DM dan RK sebagai pecandu narkoba belum banyak diketahui oleh masyarakat.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti membatasi masalah pada belum diketahui kehidupan remaja yang telah terlepas dari jeratan narkoba.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana kehidupan“DM”dan“RK”sebagai mantan pecandu narkoba?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan kehidupan RK dan DM sebagai mantan pecandu narkoba.


(23)

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan atau informasi di bidang Bimbingan dan Konseling dan dapat digunakan sebagai kajian tentang kehidupan remaja mantan pecandu narkoba. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Residen

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman bagi residen mengenai kehidupan remaja mantan pecandu narkoba.

b. Bagi Konselor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait latar belakang dan perilaku remaja mantan pecandu narkoba .

c. Bagi Lembaga Permasyarakatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan informasi dalam pengambilan kebijakan.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang kehidupan remaja mantan pecandu narkoba.


(24)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Remaja 1. Definisi Remaja

Istilah remaja dalam bahasa Inggris adalah adolescence dan dalam bahasa latin yaitu adolecere yang berarti tumbuh, tumbuh dengan masak. Pada masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimana seorang individu mulai mencari jati diri. Santrock (2007: 20) juga mengungkapkan bahwa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup tiga perubahan yaitu perubahan biologis, perubahan kognisi, dan perubahan sosial-emosional. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa.

Menurut Andi Mappiare (1982: 27) masa remaja pada wanita berlangsung dari usia 12 sampai 21 tahun, sedangkan pada pria berlangsung pada usia 13 hingga 22 tahun. Perbedaan rentang usia antara wanita dan pria dikarenakan perbedaan faktor hormon yang terdapat pada tubuh manusia. Sejalan dengan pendapat Papalia dan Olds (dalam Yudrik Yahya, 2011: 220) yang menyatakan masa remaja sebagai masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.


(25)

Perkembangan remaja menurut Steinberg (1993: 5) terbagi dalam 3 tahap, yaitu tahap remaja awal dengan kisaran usia 11 – 14 tahun, remaja tengah pada usia 15–18 tahun, dan remaja akhir dengan rentang usia 18– 21 tahun. Adanya 3 tahap perkembangan remaja tersebut juga sejalan dengan pendapat Petro Blos (Sarlito Wirawan Sarwono, 2005: 24-25), yaitu:

a. Remaja Awal (Early Adolescence)

Pada tahap ini remaja masih mengalami kebingungan akan perubahan fisik yang terjadi serta dorongan yang turut menyertai perubahan tersebut. Pada usia ini remaja akan cepat tertarik dengan lawan jenis dan cepat terangsang secara erotis.

b. Remaja Madya (Middle Adolescence)

Pada tahap ini remaja akan membutuhkan lebih banyak interaksi dengan teman sebayanya, lebih senang apabila berada di lingkungan sosial yang menyukai dirinya pula. Remaja cenderung akan lebih menyukai teman-teman yang memiliki sifat mirip dengannya.

c. Remaja Akhir (Late Adolescence)

Tahap ini merupakan tahap terjadinya konsolidasi menuju kedewasaan. Hal tersebut ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu: 1) Minat yang mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2) Ego mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru.


(26)

3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain. 5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadi (private self) dan

masyarakat umum (the public).

Berdasarkan paparan yang ada, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dimana pada masa tersebut terdapat tiga perubahan yaitu perubahan biologis, perubahan kognisi, dan perubahan sosial-emosional. Dalam hal ini peneliti akan melaksanakan penelitian dengan subjek remaja akhir yang memiliki rentang usia 18 sampai 21 tahun. Pada usia tersebut biasanya individu telah lulus SMU, memasuki perguruan tinggi, dan mungkin telah bekerja.

2. Ciri-ciri Remaja

Adapun ciri-ciri khas remaja akhir menurut Muhammad Al-Mighwar (2006: 71-74) yaitu:

a. Mulai stabil, adanya peningkatan kestabilan emosi bagi remaja laki-laki maupun remaja perempuan. Hal tersebut diikuti pula oleh kestabilan dalam minat, menentukan sekolah, jabatan, pakaian, pergaulan dengan sesama ataupun lain jenis, kestabilan dalam bersikap dan pandangan. Faktor yang berpengaruh terhadap proses kestabilan remaja akhir yaitu sikap mendidik orangtua dan jarak


(27)

tempat tinggal antara remaja dengan orangtua. Proses kestabilan remaja lebih cepat dicapai dalam keluarga dengan orangtua yang demokratis. Demikian pula dengan remaja yang tinggal jauh dari orangtua biasanya lebih cepat stabil dibandingkan dengan remaja yang tetap tinggal dengan orangtua. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Andi Mappiare (1982: 37) tentang pola sikap mendidik orang tua dan jarak tempat tinggal antara remaja dengan orang tua, merupakan dua hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses penstabilan.

b. Lebih realistis, remaja akhir mulai memandang dirinya secara apa adanya, menghargai apa yang dimiliki, keluarga, orang lain seperti keadaan yang sebenarnya. Pandangan realistis ini sangat positif karena akan menimbulkan perasaan puas, menjauhkan diri dari rasa kecewa, dan menghantarkan pada puncak kebahagiaan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hurlock (1980: 209) bahwa dengan bertambahnya pengalaman pribadi, pengalaman sosial, dan meningkatnya kemampuan untuk berpikir rasional, remaja lebih realistik dalam memandang diri sendiri, keluarga, teman-teman, dan kehidupan.

c. Lebih matang menghadapi masalah, masalah yang dihadapi remaja akhir relatif sama dengan remaja awal. Cara menghadapi masalah adalah yang membedakannya. Apabila remaja awal menghadapi dengan sikap bingung dan tingkah laku yang tidak efektif, maka


(28)

remaja akhir menghadapinya dengan lebih matang. Kematangan itu ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah yang dihadapi; baik dengan cara sendiri maupun dengan diskusi dengan teman-teman sebaya.

d. Lebih tenang perasaannya, pada paruh akhir masa remaja akhir, remaja lebih tenang dalam menghadapi masalah-masalahnya dibanding pada paruh awal masa remaja akhir. Remaja akhir jarang memperlihatkan kemarahan, kesedihan dan kecewa.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Havighurst (Hurlock, 1991: 10) terdapat tugas-tugas perkembangan remaja yang harus dilalui agar dapat melaksanakan tugas perkembangan di masa selanjutnya dengan baik, antara lain:

a. Mencapai hubungan baru yang lebih dekat dan erat dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan.

b. Mencapai peran antara laki-laki dan perempuan.

c. Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuh secara efektif. d. Mengharapkan dan mencapai perilaku bertanggung jawab. e. Mempersiapkan karir ekonomi.

f. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

g. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

Tugas perkembangan remaja antara satu negara dengan negara yang lain belum tentu sama, tergantung kultur yang terdapat di negara tersebut. Oleh karena itu tugas perkembangan tidak bersifat universal. Apabila individu berhasil melaksanakan tugas perkembangan dengan baik maka individu akan memiliki rasa percaya diri, berharga, dan optimis


(29)

dalam menghadapi masa depan. Sebaliknya apabila individu tidak berhasil melaksanakan tugas perkembangan dengan baik maka akan merasa tidak mampu dan pesimis dalam menghadapi masa depan.

Berdasarkan tugas perkembangan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan remaja jika dikaitkan dengan kehidupan remaja mantan pecandu narkoba adalah menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuh secara efektif. Hal tersebut berarti individu dapat mengetahui dan menilai bagaimana saja memperlakukan tubuh secara efektif. Selain itu, individu diharapkan dapat mencapai perilaku bertanggung jawab terhadap diri sendiri, sehingga individu dan orang lain di sekitar merasa ia berharga.

4. Bahaya dan Masalah Remaja

Perkembangan yang sangat cepat dapat menimbulkan akibat bagi remaja yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik. Menurut Hurlock (1980: 236-238) menyebutkan bahwa 2 bahaya yang timbul yaitu:

a. Bahaya-bahaya fisik seperti kematian, bunuh diri atau percobaan bunuh diri, cacat fisik, kecanggungan, dan kekakuan;

b. Bahaya psikologis seperti tidak bertanggung jawab, adanya perilaku mengabaikan pelajaran, sikap sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri, perasaan tidak aman, banyak berkhayal, dan masih banyak lagi.


(30)

Pada masa ini, remaja juga sering melakukan perilaku Juvenile Delinguence atau perilaku antisosial yaitu tindakan yang dilakukan oleh remaja dan menjurus pada pelanggaran hukum. Pelanggaran hukum yang sering dilakukan oleh anak remaja (Sudarsono, 2004: 32) pada umumnya tentang:

a. Kejahatan-kejahatan kekerasan (pembunuhan dan penganiayaan) b. Pencurian (pencurian biasa dan pencurian dengan pemberatan) c. Penggelapan

d. Penipuan e. Pemerasan f. Gelandangan

g. Anak sipil (orang tua yang mengadukan ke pengadilan tentang perbuatan/kelakuan anak yang nakal sehingga orang tua tidak mampu untuk mengurusi, dalam hal ini pemeliharaan dan pendidikan)

h. Remaja dan narkotika

5. Karakteristik-karakteristik Remaja Pengguna atau Penyalahguna Narkoba

Gordon (Agoes Dariyo, 2004: 33) memberikan tips (cara-cara) untuk mengetahui apakah seorang remaja menggunakan obat-obatan atau alkohol. Untuk itu, perlu dilihat bagaimana karakteristik kehidupan remaja di rumah atau di sekolah.


(31)

a. Tanda-tanda pecandu di rumah

1) Semakin jarang ikut serta dalam kegiatan keluarga

2) Berubah teman dan jarang mau mengenalkan teman-temannya

3) Teman sebayanya semakin lama tampak mempunyai pengaruh positif 4) Mulai melupakan tanggung jawab rutinnya di rumah

5) Lebih sering dihukum atau dimarahi

6) Bila dimarahi, ia semakin menjadi-jadi dengan sikap membangkang 7) Tidak mau mempedulikan peraturan keluarga

8) Sering pulang melewati aturan jam malam 9) Sering pergi ke disko, mall, atau berpesta

10) Menghabiskan uang tabungannya dan selalu kehabisan uang (bokek) 11) Sering mencuri uang dan barang keluarga

12) Sering merongrong keluarganya untuk minta uang dengan berbagai alasan

13) Sering bercerita kepada keluarga atau sanak saudara yang mau mendengarkannya, untuk memperoleh simpati, sehingga bisa dijadikan tempat meminjam uang

14) Selalu meminta kebebasan lebih

15) Ketika di rumah banyak menghabiskan waktu di kamar mandi 16) Malas mengurus diri

17) Jarang mau makan bersama keluarga

18) Malas makan dan sering makan sembarangan 19) Sering menginap di rumah teman

20) Tidak mau peduli terhadap kebutuhan keluarga

21) Sering pusing, tersinggung, mudah marah, emosi naik-turun

22) Sering berkelahi, luka akibat berkelahi, kecelakaan motor/mobil, dan sebagainya

23) Mendengarkan musik keras-keras dan gaya musiknya keras (metalika), tanpa mempedulikan orang lain

24) Sering menghabiskan waktu di rumah dengan menonton televisi 25) Mengunci diri di kamar dan tidak mengizinkan orang tua masuk

kamarnya

26) Sering berbohong, sikapnya manipulatif (tampak manis tetapi ada maunya). Omongannya basa-basi dan menghindari pembicaraan panjang. Ingkar janji dengan berbagai alasan (lupa)

27) Sering makan permen karet (permen mentol) untuk menghilangkan bau mulut

28) Sering memakai kacamata gelap dan membawa obat tetes

29) Ada kertas timah, obat-obatan, bau-bauan, atau jarum suntik yang tidak biasa di rumah (terutama di kamar mandi atau kamar tidur). Bila ketahuan, umumnya tidak mengaku, kalau semua itu bukan barang miliknya)

b. Tanda-tanda pecandu di sekolah 1) Nilai sekolah menurun drastis


(32)

2) Motivasi belajar menurun, malas berangkat, dan malas mengerjakan pekerjaan rumah

3) Sering keluar kelas dan tidak kembali ke sekolah

4) Mengantuk di kelas, sering bosan, dan tidak memperhatikan guru 5) Meninggalkan hobi-hobi yang terdahulu (misal: ekstrakurikuler/

olahraga)

6) Mengeluh karna menganggap orang rumah tidak memberi kebebasan atau terlalu menegakkan kedisplinan

7) Mulai sering berkumpul dengan anak-anak yang tidak beres di sekolah

8) Sering meminjam uang kepada teman

9) Sering pergi hingga malam atau menginap di rumah teman 10) Berubahnya gaya berpakaian dan gaya musik yang disukainya 11) Tidak peduli pada kebersihan dirinya

12) Menunjukkan sikap tidak peduli 13) Teman lama ditinggalkan

14) Bila ditanya, sikapnyadefensiveatau penuh kebencian 15) Mudah tersinggung

Berdasarkan karakteristik kehidupan remaja di rumah dan di sekolah yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui apakah remaja menggunakan obat-obatan atau alkohol dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada remaja. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dari segi interaksi remaja di rumah dan di sekolah, kemampuan menjalankan tanggung jawab, kedisiplinan terhadap aturan yang ada, prestasi di sekolah, cara berpakaian, dan kemampuan pengendalian emosi.

6. Macam Perkembangan Remaja

Diri setiap individu akan mengalami berbagai perkembangan pada masa remaja. Pada saat itulah peran orang tua untuk menjelaskan kepada anak tentang perubahan-perubahan yang terjadi agar anak tidak syok dan


(33)

kaget sehingga anak dapat menerima perubahan yang ada pada diri. Adapun 3 dasar perkembangan yang terjadi pada masa remaja adalah: a. Perkembangan fisik

Pada masa remaja, tanda awal dari adanya perubahan fisik adalah terjadinya masa pubertas. Masa pubertas remaja perempuan, ditandai dengan menarche atau haid pertama, sedangkan pada laki-laki ditandai dengan munculnya kumis untuk pertama kali dan mimpi basah untuk pertama kali. Selain perubahan tersebut, terdapat perubahan psikologis yang menyertai perubahan fisik. Aspek psikologis dari perkembangan fisik remaja adalah remaja disibukkan dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Berdasarkan penelitian, perempuan mengalami kematangan lebih awal dibanding laki-laki. Kematangan lebih awal tersebut dapat meningkatkan kerentanan remaja perempuan atas sejumlah masalah seperti merokok, minum alkohol, mengalami depresi, memiliki gangguan makan, menuntut kemandirian lebih awal dari orang tua, dan tubuh cenderung mengundang respon negatif dari lawan jenis (Santrock, 1995: 7-9). Lebih lengkap, Andi Mappiare (1982: 73-74) menyatakan bahwa menjelang masa remaja akhir, pertumbuhan fisik remaja tidak sepesat dalam masa remaja awal. Pada masa ini, pertumbuhan berat badan lebih banyak dibandingkan dengan tinggi badan. Hal tersebut terjadi karena untuk mengimbangi pesatnya pertumbuhan tinggi badan yang telah terjadi saat masa


(34)

remaja awal dan periode pubertas. Pertumbuhan fisik lain yang menjadi sempurna adalah wajah yang simetris, bentuk bahu yang berimbang dengan pinggul dan anggota badan yang lain.

Perkembangan fisik pada remaja pada umumnya tentu berbeda dengan perkembangan fisik remaja mantan pecandu narkoba. Penyalahgunaan narkoba memiliki pengaruh cukup besar dalam perkembangan fisik remaja penyalahguna narkoba. Perkembangan fisik pada remaja mantan pecandu narkoba antara lain remaja mengalami gangguan kesehatan seperti sulit tidur, sering sakit kepala, kulit mengalami alergi, kesukaran bernafas, jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), mengantuk, dan agresif. Selain itu, pengaruh jangka panjang pada fisik yaitu penampilan yang tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, dan banyaknya bekas suntikan pada lengan (Rosita Endang Kusmaryani, 2009). Lebih lengkap, gangguan-gangguan terhadap fisik mantan pengguna narkoba antara lain berat badan yang turun drastis, mata yang terlihat cekung dan merah, muka yang pucat, bibir menjadi kehitam-hitaman, dan tangannya dipenuhi bintik-bintik merah (Dewi Anggreni, 2015: 43)

b. Perkembangan kognisi

Pada masa remaja, pemikiran yang berkembang semakin abstrak, logis, idealis, lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri dan orang lain, serta cenderung memantau dunia sosial. Dalam


(35)

masa remaja, mereka sudah dapat melakukan pengambilan keputusan secara mandiri. Pengambilan keputusan yang dilakukan berkaitan dengan masa depan, teman-teman mana yang dipilih, apakah harus kuliah, dan seterusnya. Remaja perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis. Salah satu strategi untuk meningkatkan pengambilan keputusan remaja tentang pilihan-pilihan dunia nyata meliputi masalah seks, obat-obatan, dan kebut-kebutan merupakan peluang bagi remaja untuk terlibat dalam permainan peran dan pemecahan masalah kelompok yang berkaitan dengan keadaan-keadaan semacam ini di sekolah (Santrock, 1995: 10-13). Lebih lengkap, Keat (Endang Poerwanti dan Nur Widodo, 2005: 40) menyatakan perkembangan kognisi sebagai proses-proses mental yang mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan pengetahuan, pembuatan pembandingan, berfikir, dan mengerti. Selanjutnya, Keat juga menjelaskan bahwa proses mental tersebut tidak lain adalah proses pengolahan informasi, belajar, pemecahan masalah, dan pembentukan konsep.

Berbeda dengan remaja pada umumnya, remaja yang pernah menjadi pecandu narkoba mengalami perbedaan perkembangan kognisi. Perbedaan perkembangan kognisi remaja mantan pecandu narkoba yang mengalami terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja antara lain kemampuan


(36)

daya ingat yang berkurang, sulit berkonsentrasi, sering berkhayal, dan motivasi belajar yang rendah. Lebih dari itu, narkoba mengakibatkan remaja menjadi tidak disiplin, terkadang mengganggu ketenangan kegiatan belajar-mengajar. Remaja penyalahguna narkoba memiliki kemungkinan berkaitan dengan kenakalan remaja dan putus sekolah yang disebabkan oleh seringnya membolos kegiatan belajar-mengajar di sekolah. (Nova Farida Sembiring, 2015)

c. Perkembangan sosio-emosional

Pada masa remaja, individu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-orang dalam berbagai konteks sosial. Dalam lingkup keluarga, banyak orang tua mengalami kesulitan menangani tuntutan remaja akan otonomi. Remaja tidak hanya sekedar memasuki dunia yang terpisah dari orangtua; kasih sayang dari orangtua dapat meningkatkan kemungkinan bahwa remaja akan kompeten secara sosial dan menjelajahi dunia sosial yang lebih luas dan sehat. Akan tetapi, konflik dengan orangtua seringkali meningkat pada awal masa remaja. Sekelompok kecil remaja yang mengalami konflik orangtua-remaja yang berat dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi remaja. Konflik yang berkepanjangan dan mendalam antara orangtua-remaja dapat menimbulkan sejumlah masalah seperti remaja kabur dari rumah, kenakalan remaja, putus sekolah, kehamilan dan pernikahan dini,


(37)

keterlibatan dengan sekte-sekte keagamaan, dan penyalahgunaan obat-obatan. Hal tersebut berbeda dengan remaja yang sudah mampu mengendalikan emosinya dengan mengungkapkan emosi dengan cara-cara yang lebih dapat diterima (Santrock, 1995: 40-43). Berbeda dengan pendapat Andi Mappiare (1982: 83-91) yang menjelaskan bahwa salah satu sikap yang kuat dalam masa remaja akhir adalah sikap tertutup terhadap orang dewasa khususnya terhadap pemecahan masalah yang dihadapi. Hal tersebut muncul karena remaja ingin menentukan sikap dan keinginan untuk memecahkan masalah-masalah secara mandiri. Biasanya remaja terbuka terhadap kelompok teman sebaya. Dalam kelompok akrab tersebut, remaja dapat berdiskusi selama berjam-jam untuk membahas masalah yang dihadapi. Masalah yang sering dibahas antara lain hal-hal romansa, rekreasi, dan terkadang masalah perhiasan atau pakaian. Selanjutnya, perkembangan sosial dalam masa remaja berhubungan dengan perkembangan pribadi dan moral remaja akhir. Pandangan remaja terhadap masyarakat dan kehidupan bersama banyak dipengaruhi oleh kuat atau tidaknya pribadi, citra diri, dan rasa percaya diri. Remaja yang memiliki penilaian diri kurang atau tidak diterima, maka remaja akhir memproyeksikan penolakan diri pada keadaan atau tatanan masyarakatnya yang menimbulkan adanya kritikan-kritikan remaja


(38)

terhadap tatanan dan adanya kepincangan-kepincangan sosial yang terjadi.

Remaja yang pernah menjadi pecandu narkoba mengalami perkembangan sosio-emosional yang berbeda dengan remaja pada umumnya. Perbedaan perkembangan yang dialami remaja mantan pecandu narkoba antara lain remaja menjadi acuh tak acuh, sulit mengendalikan diri, mudah tersinggung, menarik diri dari pergaulan, serta hubungan dengan keluarga/orang lain yang terganggu. Selain itu, remaja mantan pecandu narkoba menjadi individu yang anti-sosial, mementingkan diri sendiri, hilangnya sopan santun, dan tidak memperdulikan kepentingan orang lain. (Rosita Endang Kusmaryani, 2009)

B. Kajian Narkoba 1. Definisi Narkoba

Saat ini penyebaran narkoba semakin tidak terkendali dan tidak dapat dicegah lagi. Narkoba dapat diperoleh dengan mudah melalui oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya narkoba dapat diperoleh dari bandar-bandar narkoba yang sedang mencari sasaran di sekolah, diskotik, tempat lokalisasi, maupun di tempat perkumpulan geng.

Menurut World Book 2003 (dalam Sofyan S. Willis, 2005: 152) narkoba telah dipakai ribuan tahun dalam bentuk tanaman asli berupa daun-daunan dan getah buah dan bunga. Pemakaian daun ganja telah


(39)

terjadi di masyarakat yang bertani atau mengambil keperluan hidupnya di pegunungan yang hawanya sangat dingin dan tekanan udaranya sangat rendah seperti Pegunungan Columbia dan Aceh. Mengkonsumsi daun ganja bagi para pendaki dapat meningkatkan daya tahan dan selalu merasa segar dan sehat. Di Aceh bahkan daun ganja digunakan untuk mencampur gulai.

Narkoba yang merupakan kependekan dari narkotika dan obat-obatan terlarang adalah zat yang dapat menyebabkan ketergantungan apabila dipersalahgunakan atau dikonsumsi secara rutin dan terus-menerus. Istilah lain yang digunakan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yaitu singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif. Menurut Undang-undang no. 22 tahun 1997 (Lidya dan Satya, 2006: 6) tentang narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang menyebabkan penurunan kesadaran dan menghilangkan rasa nyeri. Narkotika dibagi berdasarkan potensi ketergantungan, antara lain: a. Narkotika golongan 1: berpotensi sangat tinggi yang menyebabkan ketergantungan, tidak digunakan dalam terapi (heroin murni, kokain, ganja, putaw)

b. Narkotika golongan 2: berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan, digunakan dalam terapi (morfin, fentanil, petidin)

c. Narkotika golongan 3: berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan, banyak digunakan dalam terapi (kodein).


(40)

Berbeda lagi dengan Undang-undang no. 5 tahun 1997 (Muhammad Yahya, 2005: 91-92) tentang psikotropika yaitu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif dan susunan syaraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku, yang dibagi menurut potensi yang menyebabkan ketergantungan sebagai berikut:

a. Psikotropika golongan 1: berpotensi sangat tinggi terhadap ketergantungan, tidak digunakan dalam terapi (ekstasi, LSD, STP) b. Psikotropika golongan 2: berpotensi tinggi menyebabkan

ketergantungan, dalam terapi amat terbatas digunakan (ampetamin, metamfetamin, ritalin)

c. Psikotropika golongan 3: berpotensi sedang menyebabkan ketergantungan, digunakan dalam terapi (pentobarbital)

d. Psikotropika golongan 4: berpotensi ringan tinggi menyebabkan ketergantungan, sangat banyak digunakan dalam terapi (diazempam, klobazam, barbital, dan nitrazepam).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa narkoba yang merupakan kependekan dari narkotika dan obat-obatan terlarang adalah zat atau obat baik tanaman atau bukan tanaman, sintetis atau bukan sintetis yang apabila dipersalahgunakan atau dikonsumsi secara terus-menerus dapat menyebabkan ketergantungan.


(41)

2. Penyebab Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba pada remaja tidak hanya disebabkan oleh remaja sendiri, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan di sekitar dan ketersediaan obat-obatan atau NAPZA tersebut. Adapun faktor-faktor penyebab penyalahgunaan narkoba yaitu:

a) Faktor individu

Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti (2006: 22) menjelaskan bahwa faktor individu penyalahguna narkoba dapat dilihat dari kecenderungan sifat remaja yang suka memberontak terhadap aturan dan norma, sifat penasaran, dan keinginan untuk mencoba hal-hal baru. Selain itu, faktor lain yaitu remaja menganggap narkoba dapat mengatasi masalah yang dihadapi, adanya mispersepsi di kalangan remaja bahwa keberanian diperoleh dengan mengonsumsi narkoba, kurangnya kontrol dan perhatian dari orangtua, adanya tekanan bahkan ancaman dari teman sebaya, dan tingkat keyakinan atau pengalaman keagamaan yang rendah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Subagyo Partodiharjo (tt: 71-72) yang menyebutkan bahwa seseorang mulai memakai narkoba karena adanya rasa ingin tahu untuk mencoba, ingin dianggap lebih hebat dari orang lain, ingin membuktikan kesetiakawanan, dan adanya anggapan narkoba cara mudah untuk mengatasi masalah yang menumpuk.


(42)

b) Faktor lingkungan

Menurut Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti (2006: 23-24), setidaknya terdapat 3 lingkungan yang memengaruhi remaja menyalahgunakan narkoba yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga sebagai lingkungan primer tumbuhnya individu, dianggap sebagai lingkungan yang paling menentukan bagi terbentuknya perilaku remaja. Hubungan yang kurang harmonis, tingkat pendidikan yang rendah, dan praktik keagamaan yang lemah, maka secara langsung atau tidak langsung akan memberikan pengaruh bagi kehidupan dan perilaku anaknya, terutama yang masih dalam usia remaja. Begitu pula dengan lingkungan sekolah, dimana remaja akan menemukan teman sebaya yang mendorong munculnya persaingan antar-sesama. Lingkungan yang ketiga yaitu lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat yang akrab dengan penyalahgunaan narkoba, maka berpotensi menyeret remaja dalam penyalahgunaan narkoba pula, begitupun sebaliknya. Lebih lanjut, Subagyo Partodiharjo (tt:77-79) menjelaskan bahwa banyak pengguna narkoba yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Konflik yang muncul dalam keluarga dapat mendorong remaja merasa frustasi, sehingga terjebak memilih narkoba sebagai solusi. Selain itu, di lingkungan masyarakat, individu perlu berhati-hati dalam memilih teman pergaulan, karena orang yang menurut kita baik bisa jadi ia justru pengedar narkoba.


(43)

c) Faktor ketersediaan narkoba

Tidak dapat dipungkiri bahwa ketersediaan dan mudahnya mendapatkan narkoba bagi remaja menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba. Biasanya para remaja mendapatkan informasi tentang narkoba dan pengedar, berasal dari teman sebaya yang juga sebagai penyalahguna narkoba (Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti, 2006: 25). Lebih lengkap, Subagyo Partodiharjo (tt: 79-80) menyebutkan bahwa pengedar narkoba di Indonesia dengan cepat meluas, bukan hanya di kota besar, tetapi juga di kotamadya, bahkan desa-desa. Selain itu, tidak diperlukannya biaya promosi untuk membuat brosur, poster, seminar, dan sebagainya membuat penyebaran narkoba mudah meluas cukup dari mulut ke mulut.

3. Macam-macam Narkoba

Narkoba dibagi menjadi 3 jenis yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Dari setiap jenis tersebut, dibagi-bagi lagi dalam beberapa kelompok. (Subagyo Partodiharjo, tt: 11-17)

a. Narkotika

Merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis. Zat ini dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan


(44)

ketergantungan. Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan menjadi:

1) Narkotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat adiktifnya diambil dari tumbuh-tumbuhan. Contohnya:

a) Ganja

Daun ganja banyak tumbuh di daerah Indonesia seperti Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Tengah, Sumatra Selatan, Pulau Jawa, dan lain-lain. Daun ganja sering digunakan sebagai bumbu penyedap masakan. Bila digunakan sebagai bumbu masak, daya adiktifnya rendah, namun tidak demikian apabila dibakar atau dihirup asapnya.

Mengonsumsi ganja dapat menyebabkan perasaan ringan (gembira, banyak bicara, tertawa cekikian), meningkatnya daya khayal atau berhalusinasi, adanya perubahan perasaan waktu (lama dikira sebentar) dan ruang (jauh dikira dekat). (Lydia dan Satya, 2006: 7)

b) Hasis

Hasis merupakan tanaman yang serupa dengan ganja yang tumbuh di daerah Amerika Latin dan Eropa. Daun ganja, hasis, dan mariyuana dapat pula disuling dan diambil sarinya. Dalam bentuk cair, harganya sangat mahal. Narkoba jenis ini dapat digunakan


(45)

dengan cara dihisap seperti rokok dan dimakan (Sofyan S. Wilis, 2005: 163)

c) Koka

Tanaman koka mirip pohon kopi. Buah koka yang telah matang akan berwarna merah seperti biji kopi. Dalam masyarakat Indian kuno, biji koka sering digunakan untuk menambah kekuatan orang yang berperang atau berburu binatang. Koka kemudian diolah menjadi kokain. Sofyan S. Wilis (2005: 165) menyebutkan bahwa Kokain sering dihirup melalui hidung, tetapi juga dapat dihisap dengan rokok atau disuntikkan dalam darah. Zat kokain yang mencapai otak mengakibatkan pemakai merasafly/high. d) Opium

Dahulu masyarakat Mesir dan daratan Cina menggunakan opium untuk mengobati beberapa penyakit atau menghilangkan rasa sakit pada tentara yang terluka pada saat berperang atau berburu.

2) Narkotika semisintetis

Narkotika jenis ini berasal dari narkotika alami yang diolah dan diambil zat aktifnya agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga dapat dimanfaatkan dalam ranah kedokteran. Contohnya: a) Morfin digunakan dalam dunia kedokteran untuk menghilangkan

rasa sakit atau pembiusan pada operasi (pembedahan). b) Kodein digunakan untuk menghilangkan batuk.


(46)

c) Heroin tidak digunakan dalam pengobatan karena memiliki daya adiktif yang sangat besar dan belum ditemukan manfaatnya bagi medis. Kebanyakan pemakai heroin menyuktikkan zat tersebut ke tubuhnya. Setelah itu, pemakai akan merasa senang diiringi dengan badan panas, mulut kering, perasaan yang berat dan mental jadi kelam menuju depresi (Sofyan S. Wilis, 2005: 169)

3) Narkotika sintetis

Narkotika sintetis adalah narkoba yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang yang menderita ketergantungan narkoba (substitusi). Contohnya:

a) Petidin digunakan untuk obat bius lokal, operasi kecil, dan sebagainya.

b) Methadone untuk pengobatan pecandu narkoba. c) Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba.

Dalam pengobatan untuk pecandu narkoba, biasanya akan diberikan dokter untuk menghentikan kebiasaanya yang tidak kuat melawan sugesti (relaps) atau sakaw. Narkotika jenis ini hanya berfungsi sebagai pengganti sementara. Apabila sudah benar-benar bebas, maka asupannya akan dikurang sedikit demi sedikit sampai akhirnya berhenti total.


(47)

b. Psikotropika

Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa. Berdasarkan ilmu farmakologi, psikotropika dikelompokkan menjadi 3 golongan:

1) Kelompok depresan/ penekan saraf pusat/penenang/ obat tidur

Apabila diminum, efek dari obat ini akan memberikan rasa tenang, mengantuk, tentram, damai. Obat ini juga menghilangkan rasa takut dan gelisah. Contohnya: valium, BK, rophinol, mogadon, dan lain-lain.

2) Kelompok stimulan/ perangsang saraf pusat/ antitidur Contoh dari psikotropika jenis ini adalah:

a) Amfetamin berbentuk tablet, berwarna putih. Efek dari mengonsumsi ini adalah mendatangkan rasa gembira, hilangnya rasa permusuhan, hilangnya rasa marah, ingin selalu aktif, badan terasa fit, dan tidak merasa lapar. Daya kerja otak menjadi serba cepat, namun tidak terkendali.

b) Ekstasi (MDMA) berbentuk tablet beraneka bentuk dan warna. Jenis narkoba ini dapat mengubah pikiran dengan berhalusinansi dan juga zat untuk perangsang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstasi menyebabkan kerusakan otak karena sel-sel otak diserang oleh obat tersebut yang menimbulkan si pasien agresif,

mood, kegiatan seks meningkat, tidur terus, dan sensitif terhadap penyakit (Sofyan S. wilis, 2005: 170-171)


(48)

c) Shabu berbentuk tepung Kristal kasar berwarna putih bersih seperti garam.

3) Kelompok halusinogen

Halusinogen adalah obat, zat, tanaman, makanan, atau minuman yang dapat menimbulkan khayalan. Contohnya adalah LSD (Lysergic Acid Diethyltamide), getah tanaman kaktus, kecubung, jamur tertentu (misceline), dan ganja.

c. Bahan adiktif lainnya

Bahan adiktif lain adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya:

1) Rokok. Ketika rokok dihisap, nikotin (kandungan psiko aktif utama tembakau) dan sekitar 4.000 bahan kimia lain yang secara kolektif disebut tar, diserap masuk ke dalam paru-paru. Konsekuensi merokok dalam jangka panjang patut diwaspadai. Smoker’s syndrome ditandai oleh nyeri dada, sesak nafas, suara yang mendesah, batuk-batuk, dan kerentanan yang tinggi terhadap infeksi saluran pernapasan (Pinel, John P. J., 2009: 476)

2) Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.

3) Thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin, apabila dihisap, dihirup, atau dicium dapat memabukkan.


(49)

4. Jenis-jenis Pecandu

Pecandu adalah orang dengan ketergantungan obat atau alkohol. Menurut Gordon dan Gordon (dalam Agus Dariyo, 2004: 35) membedakan 5 jenis pecandu yaitu:

a) Pecandu derelict adalah pecandu yang berasal dari orang-orang pinggiran, seperti: orang jalanan (OJ) atau pecandu jalanan (PJ), peminta-minta, pengamen, pengemis, orang-orang kumuh. Mereka mengalami sakaw, mungkin karena tidak memiliki cukup uang untuk membeli obat atau alkohol, maka dari itu mereka menggantinya dengan menggunakan lem, minum arak tradisional (ciu, oplosan bodrex, coca-cola/ sprite, bir). Jumlah mereka berkisar 5% dari total pecandu.

b) Pecandu kronis yaitu mereka yang setiap kali menggunakan obat atau alkohol, selalu mengalami fly, high, atau mabuk. Setiap harinya, mereka berusaha untuk menggunakan obat atau alkohol untuk mencapai high/ fly. Bagi mereka“tiada hari tanpa narkoba”.

c) Pecandu periodik yaitu mereka yang menggunakan obat/ alkohol secara periodik, berkala yakni pakai-berhenti, pakai-berhenti. Mereka akan berhenti untuk beberapa saat guna membuktikan kepada diri mereka/ orang lain bahwa mereka bukanlah pecandu murni, karena mereka bisa berhenti. Walaupun beberapa waktu kemudian, mereka akan menggunakan narkoba lagi.

d) Pecandu situasional ialah mereka yang menggunakan narkoba pada situasi tertentu. Bukan sembarang situasi, tetapi jenis situasi yang darurat,


(50)

dramatis, atau traumatis ketika mereka menggunakan narkoba itu. Misalnya saat mereka kecewa, stres, sedih, bosan total (bete).

e) Pecandu sosial merupakan tipe pecandu yang hidup normal dan penggunaannya hanya untuk kehidupan sosial, artinya bersama dengan orang lain. Mereka seringkali menggunakan narkoba hanya pada malam minggu, akhir minggu, pesta, atau situasi sosial lainnya. Para pecandu ini seringkali sulit diidentifikasikan (dikenali) dan seringkali mereka terdiri atas para penguasa, orang-orang sukses, orang-orang penting/ selebritis.

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Hasil penelitian tentang “Self-esteem and the Initiation of Substance Use Among Adolescence” oleh Chris G. Richardson, Jae-Young Kwon, dan Pamela A. Rartner (2013), pada kalangan siswa menengah di British Columbia ditemukan hasil bahwa harga diri digunakan sebagai alat untuk melindungi diri dari penggunaan tembakau, alkohol, dan ganja.

2. Hasil penelitian mengenai“The Role of Cultural Norms in the Self-esteem and Drug Use Relationship” oleh Sarah Moore, Molly T. Laflin, dan David L. weis (1996) menunjukkan bahwa harga diri dan norma budaya tidak dapat mengurangi penggunaan tembakau, ganja, alkohol, dan narkoba lain pada lebih dari 2000 pelajar sekolah menengah dan mahasiswa. Orang dengan harga diri rendah akan mengonsumsi tembakau, alkohol, dan jenis obat terlarang lain.


(51)

3. Hasil penelitian tentang “Hubungan antara Harga Diri dan Persepsi Pola Asuh Orang Tua yang Authoritatif dengan Sikap Remaja Terhadap Penyalahgunaan Narkoba” oleh Trisakti dan Kamsih Astuti (2014) menunjukkan bahwa harga diri mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan sikap remaja terhadap penyalahgunaan narkoba. Semakin tinggi harga diri, cenderung semakin negatif sikap remaja terhadap penyalahgunaan narkoba.

4. Hasil penelitian tentang “Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba (Penelitian pada Remaja Penyalahguna Narkoba di Tempat-tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba) oleh Maharsi Anindyajati dan Citra Melisa Karima (2004) ditemukan hasil bahwa adanya hubungan yang signifikan antara harga diri dan asertivitas. Harga diri mampu memprediksi atau memiliki peran sebesar 31,3% terhadap asertivitas.

D. Kerangka Pikir

Penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh seorang individu memiliki dampak negatif bagi kehidupan individu tersebut. Dampak tersebut dapat berpengaruh pada perkembangan fisik, perkembangan kognisi, dan perkembangan sosio-emosional. Pada remaja, umumnya perkembangan fisik diawali dengan terjadinya masa pubertas. Masa pubertas pada remaja perempuan ditandai dengan menarche atau haid


(52)

pertama, sedangkan pada remaja laki-laki ditandai dengan munculnya kumis dan mimpi basah untuk pertama kali.

Perubahan fisik yang terjadi juga diiringi dengan adanya perubahan perkembangan psikologis. Aspek psikologis perkembangan fisik remaja adalah remaja disibukkan dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Akan tetapi, menjelang masa remaja akhir, pertumbuhan remaja tidak sepesat saat masa remaja awal. Pada masa ini pertumbuhan berat badan lebih banyak dibandingkan dengan tinggi badan. Hal tersebut terjadi untuk mengimbangi pesatnya pertumbuhan tinggi badan yang telah terjadi pada saat masa remaja awal dan masa pubertas. Pertumbuhan fisik tersebut yang terjadi pada remaja umumnya berbeda dengan remaja mantan pecandu narkoba. Pada remaja mantan pecandu narkoba, mereka mengalami gangguan kesehatan seperti sulit tidur, sering sakit kepala, kulit mengalami alergi, kesukaran bernafas, jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), mengantuk, dan agresif. Selain itu, pengaruh jangka panjang pada fisik remaja mantan pecandu narkoba yaitu penampilan tidak sehat, tidak peduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, dan banyaknya bekas suntikan pada lengan.

Perkembangan yang kedua yaitu perkembangan kognisi. Pada masa remaja, perkembangan kognisi yang terjadi berupa pemikiran yang berkembang semakin abstrak, logis, idealis, lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri dan orang lain, serta cenderung memantau dunia sosial. Remaja sudah dapat melakukan pengambilan keputusan secara


(53)

mandiri. Pengambilan keputusan yang dilakukan berkaitan dengan masa depan, teman-teman mana yang dipilih, apakah harus kuliah, dan seterusnya. Perkembangan kognisi sebagai proses-proses mental, mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan pengetahuan, pembuatan pembandingan, berfikir, dan mengerti. Proses mental tersebut tidak lain adalah proses pengolahan informasi, belajar, pemecahan masalah, dan pembentukan konsep.

Berbeda dengan remaja pada umumnya, remaja yang pernah menjadi pecandu narkoba mengalami perbedaan perkembangan kognisi. Perbedaan perkembangan kognisi remaja mantan pecandu narkoba yang mengalami terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja antara lain kemampuan daya ingat yang berkurang, sulit berkonsentrasi, sering berkhayal, dan motivasi belajar yang rendah. Lebih dari itu, narkoba mengakibatkan remaja menjadi tidak disiplin, terkadang mengganggu ketenangan kegiatan belajar-mengajar. Remaja penyalahguna narkoba memiliki kemungkinan berkaitan dengan kenakalan remaja dan putus sekolah yang disebabkan oleh seringnya membolos kegiatan belajar-mengajar di sekolah.

Perkembangan yang ketiga yaitu perkembangan sosio-emosional. Pada masa remaja, individu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-orang dalam berbagai konteks sosial. Dalam lingkup keluarga, banyak orang tua mengalami kesulitan menangani tuntutan remaja akan otonomi. Remaja tidak hanya sekedar memasuki dunia yang terpisah dari orangtua;


(54)

kasih sayang dari orangtua dapat meningkatkan kemungkinan bahwa remaja akan kompeten secara sosial dan menjelajahi dunia sosial yang lebih luas dan sehat. Sekelompok kecil remaja yang mengalami konflik orangtua-remaja yang berat dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi remaja. Konflik yang berkepanjangan dan mendalam antara orangtua-remaja dapat menimbulkan sejumlah masalah seperti orangtua-remaja kabur dari rumah, kenakalan remaja, putus sekolah, kehamilan dan pernikahan dini, keterlibatan dengan sekte-sekte keagamaan, dan penyalahgunaan obat-obatan. Hal tersebut berbeda dengan remaja yang sudah mampu mengendalikan emosinya dengan mengungkapkan emosi dengan cara-cara yang lebih dapat diterima.

Salah satu sikap yang kuat dalam masa remaja akhir adalah sikap tertutup terhadap orang dewasa khususnya terhadap pemecahan masalah yang dihadapi. Hal tersebut muncul karena remaja ingin menentukan sikap dan keinginan untuk memecahkan masalah-masalah secara mandiri. Biasanya remaja terbuka terhadap kelompok teman sebaya. Dalam kelompok akrab tersebut, remaja dapat berdiskusi selama berjam-jam untuk membahas masalah yang dihadapi. Masalah yang sering dibahas antara lain hal-hal romansa, rekreasi, dan terkadang masalah perhiasan atau pakaian. Perkembangan sosio-emosional remaja pada umumnya, tentunya akan berbeda dengan perkembangan sosio-emosional remaja mantan pecandu narkoba. Perbedaan perkembangan yang dialami remaja mantan pecandu narkoba antara lain remaja menjadi acuh tak acuh, sulit


(55)

mengendalikan diri, mudah tersinggung, menarik diri dari pergaulan, serta hubungan dengan keluarga/orang lain yang terganggu. Selain itu, remaja mantan pecandu narkoba menjadi individu yang anti-sosial, mementingkan diri sendiri, hilangnya sopan santun, dan tidak memperdulikan kepentingan orang lain.

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kehidupan remaja akhir mantan pecandu narkoba dilihat dari perkembangan fisik yang meliputi:

a. Bagaimana kondisi fisik remaja akhir mantan pecandu narkoba? b. Bagaimana kondisi kesehatan remaja akhir mantan pecandu narkoba? c. Apa saja kegiatan fisik yang dilakukan oleh remaja akhir mantan

pecandu narkoba?

2. Bagaimana kehidupan remaja akhir mantan pecandu narkoba dilihat dari perkembangan kognisi yang meliputi:

a. Bagaimana cara remaja akhir mantan pecandu narkoba dalam menyelesaikan masalah?

b. Bagaimana kemampuan daya ingat remaja akhir mantan pecandu narkoba?

c. Bagaimana kemampuan intelektual remaja akhir mantan pecandu narkoba?


(56)

3. Bagaimana kehidupan remaja akhir mantan pecandu narkoba dilihat dari perkembangan sosio-emosional yang meliputi:

a. Bagaimana sikap toleransi remaja akhir mantan pecandu narkoba terhadap orang lain?

b. Bagaimana cara remaja akhir mantan pecandu narkoba dalam mengontrol diri sendiri?

c. Bagaimana pergaulan remaja akhir mantan pecandu narkoba di lingkup tempat tinggal dan sekolah?


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong (2010: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian dengan tujuan untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Suharsimi Arikunto (2003: 314), menyatakan bahwa penelitian studi kasus digunakan untuk mencermati individu atau sebuah unit secara mendalam guna menemukan semua variabel penting yang melatar belakangi timbulnya dan perkembangan variabel tersebut. Menurut Smith (Asmadi Alsa, 2007: 55) rancangan studi kasus berbeda dari jenis rancangan penelitian kualitatif yang lain karena ia mendeskripsikan dan menganalisa secara lebih intensif terhadap satu unit tunggal atau satu sistem terbatas (bounded system) seperti seorang individu, suatu program, peristiwa, intervensi, atau suatu komunitas. Bounded system dalam penelitian ini adalah remaja yang menjadi mantan pecandu narkoba.


(58)

B. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, subjek penelitian sebagai informan. Subjek penelitian adalah dua remaja penyalahguna narkoba. Hal yang melatarbelakangi peneliti memilih kedua subjek tersebut karena perbedaan masa rehabilitasi yang dialami oleh DM dan RK. Peneliti tertarik untuk meneliti DM karena selama 10 bulan proses rehabilitasi, ia belum dikatakan pulih. Berbeda dengan RK yang hanya menjalani proses rehabilitasi selama 2 bulan dan telah dikatakan pulih.

Objek penelitian merupakan variabel penelitian. Pada penelitian ini terdapat satu jenis variabel yaitu variabel bebas berupa kehidupan remaja mantan pecandu narkoba, terutama mengenai perkembangan fisik, kognisi, dan sosio-emosional.

C. SettingPenelitian

Penelitian ini dilaksanakan di beberapa tempat meliputi tempat tinggal subjek (RK) dan di panti rehabilitasi. Adapun tempat tinggal subjek (RK) adalah perumahan Sambiroto, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta dan Panti Sosial Pamardi Putra Komplek Perumahan Pertamina, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian ilmiah merupakan prosedur yang sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan


(59)

(Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2011: 103). Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan metode:

1. Observasi (pengamatan)

Penelitian ini menggunakan pengamatan secara terbuka dimana subjek mengetahui dan dengan sukarela memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengamati peristiwa yang diamati, tetapi suatu saat peneliti juga menggunakan pengamatan tertutup untuk menghindari kalau suatu data dicari merupakan data yang masih dirahasiakan (Lexy J. Moleong, 2009: 176). Peneliti memilih melakukan observasi karena dengan metode ini peneliti dapat mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh subjek dan kenyataan yang sesungguhnya terjadi pada subjek dalam kehidupan sehari-hari.

2. Wawancara Mendalam (Indepht Interview)

Mc Millan dan Schumacher (dalam Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2011: 130) menyatakan bahwa wawancara mendalam adalah tanya-jawab terbuka untuk memperoleh data mengenai maksud hati partisipan – bagaimana menggambarkan dunia mereka dan bagaimana mereka menjelaskan atau menyatakan perasaannya mengenai kejadian-kejadian penting dalam hidupnya. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara berulang terhadap 2 orang responden. Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenai kehidupan remaja mantan pecandu narkoba dilihat dari perkembangan fisik, perkembangan kognisi, dan perkembangan sosio-emosional.


(60)

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif sehingga instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dibantu dengan pedoman observasi dan pedoman wawancara. Adapun pedoman observasi dan pedoman wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini:

1. Kisi-kisi pedoman observasi

Kisi-kisi pedoman observasi berisi tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan hal-hal yang akan diamati. Berikut kisi-kisi pedoman observasi disusun secara rinci sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi-kisi pedoman observasi

Variabel Sub Variabel Indikator Deskriptor

Kehidupan 1.

Perkembangan fisik

a. Kondisi fisik 1) keadaan fisik 2) Postur fisik 3)Penampilan fisik b. Kegiatan

fisik

4) Olahraga yang diikuti 2.

Perkembangan kognisi

a. Kemampuan daya ingat

5) keajegan menaruh barang 6) kemampuan menemukan barang 3. Perkembangan sosio-emosional a. Interaksi sosial

7) keluasan interaksi 8) Interaksi subjek dengan orang lain

b. Emosi 7)Mudah tersinggung 8) Acuh tak acuh

2. Kisi-kisi pedoman wawancara

Kisi-kisi pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada subjek maupun informan penelitian. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan aspek-aspek yang akan diteliti.


(61)

Tabel 2. Kisi-kisi pedoman wawancara

Variabel Sub Variabel Indikator Deskriptor Kehidupan 1.

Perkembangan fisik

a. Kondisi fisik 1) Keadaan fisik 2) Kekuatan fisik b.Kondisi

kesehatan

3)Daya tahan tubuh 4)Gangguan kesehatan 5)Penyakit yang pernah diderita

c.Kegiatan fisik 6)Aktivitas fisik yang dilakukan 2. Perkembangan kognisi a.Penyelesaian masalah 7)Cara penyelesaian masalah b. Kemampuan daya ingat

8) Ingatan jangka panjang c. Kemampuan

intelektual

9) Prestasi akademik 10) Prestasi non-akademik 3. Perkembangan sosio-emosional a. Toleransi terhadap orang lain

11) Perbedaan pandangan dengan teman yang masih menjadi penyalahguna narkoba

b. Kontrol diri 12) Pengendalian emosi c. pergaulan di

tempat tinggal dan sekolah

13) Intensitas pertemanan 14)kegiatan sosial yang diikuti

15) sikap masyarakat

F. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada konsep Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009: 246) yaitu analisis data model interaktif dan terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Adapun tiga langkah dalam analisis data berikut ini:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama


(62)

dengan fokus dan masalah penelitian kemudian disederhanakan. Data yang tidak diperlukan disortir agar memberi kemudahan dalam penyajian serta untuk menarik kesimpulan sementara.

2. Penyajian Data (Display Data)

Data yang telah direduksi kemudian disajikan. Display data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam hal ini Miles dan Huberman (dalam Sugiyono 2009: 249) menjelaskan yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif untuk menyajikan data adalah teks yang berupa naratif. Data yang telah disortir dalam tahap reduksi disusun dan diurutkan sehingga strukturnya mudah dipahami, kemudian data mulai dinarasikan dan disatukan menjadi kumpulan informasi.

3. Verifikasi (Conclusion Drawing)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009: 252) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang disampaikan masih bersifat sementara dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat, yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Sebaliknya, apabila pada kesimpulan sementara yang telah disampaikan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


(63)

G. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data pada penelitian ditekankan pada uji validitas dan uji realibilitas. Sugiyono (2009: 267) menjelaskan dalam penelitian kualitatif valid, reliabel, serta obyektif menjadi kriteria utama terhadap hasil penelitian. Lebih lengkap, Lexy J. Moleong (2010: 321) menyatakan sama dengan penelitian kuantitatif bahwa suatu penelitian tidak akan valid apabila tidak reliabel, maka penelitian kualitatif tidak akan bisa transferabel jika tidak kredibel, dan tidak akan kredibel apabila tidak memenuhi kebergantungan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sebagai uji kredibilitas data. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik yaitu menguji kredibilitas dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama, tetapi dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang telah diperoleh pada saat wawancara dicek dengan hasil observasi. Apabila hasil yang diperoleh berbeda maka dilakukan diskusi untuk memastikan data yang benar. Dalam teknik ini peneliti memperpanjang waktu wawancara dan observasi hingga ditemukan data jenuh.

2. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data, dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dari beberapa sumber tersebut data dideskripsikan,


(64)

dikategorisasikan antara pandangan yang sama dan pandangan yang berbeda, dan spesifik dari sumber-sumber tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti menghasilkan kesimpulan dan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check).


(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Gambaran UmumSettingPenelitian

Penelitian mengenai “Studi Kasus Kehidupan Remaja Mantan Pecandu Narkoba” dilaksanakan di Desa Purwomartani. Lokasi yang pertama di Perumahan Griya Sambiroto Asri yaitu tempat tinggal RK (subjek 1), sedangkan lokasi yang kedua yaitu di PSPP Sehat Mandiri yaitu lokasi rehabilitasi DM (subjek 2).

Desa Purwomartani merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah Desa Purwomartani berbatasan dengan wilayah:

a. Sebelah Utara : Ds. Selomartani

b. Sebelah Selatan : Ds. Kalitirto dan Ds. Berbah

c. Sebelah Barat : Ds. Wedomartani, Ds. Ngemplak, dan Ds. Maguwoharjo

d. Sebelah Timur : Ds. Tirtomartani

Panti Sosial Pamardi Putra Sehat Mandiri yang juga berada di Desa Purwomartani merupakan panti rehabilitasi narkoba yang telah berdiri sejak tahun 2003. Panti rehabilitasi narkoba ini diprakarsai oleh Gubernur dan telah mulai beroperasi dari tahun 2004, sampai akhirnya pada tahun 2009 menjadi UPTD Dinas. Pada saat ini, PSPP Sehat Mandiri telah memiliki karyawan sebanyak 57 orang . Dari 57 karyawan tersebut,


(66)

terdapat 5 pekerja sosial dan 12 konselor. Selain itu, di PSPP Sehat Mandiri terdapat sebanyak 64 residen.

2. Deskripsi Subjek Penelitian

Semua data pada penelitian ini bersumber dari informan yang terdiri dari 2 orang subjek dan 3 orang key informan. Penelitian ini mengungkap tentang kehidupan remaja mantan pecandu narkoba. Sebelum mengulas hasil penelitian secara lebih lanjut, peneliti akan memperkenalkan identitas kedua subjek yang diteliti. Berikut ulasan mengenai gambaran kehidupan remaja mantan pecandu narkoba:

a. Subjek 1 berinisial RK

Subjek adalah mantan residen dari PSPP Sehat Mandiri. Subjek pernah menjadi pecandu narkoba selama 5 tahun dan dinyatakan pulih setelah mengikuti proses rehabilitasi selama2 bulan. Hal tersebut terjadi karena adanya tekat yang kuat serta komitmen yang telah dibuat oleh RK dan keluarga. Sebelumnya, subjek pernah menjadi salah satu siswa di sekolah swasta di Yogyakarta. Ia berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ia anak kedua dari 2 bersaudara. Kakak RK saat ini sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi ternama di Yogyakarta. Ayah subjek adalah salah satu dokter di Rumah Sakit sedangkan Ibu subjek adalah ibu rumah tangga.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di rumah RK, tepatnya di Sambiroto, Purwomartani, saat ini RK sudah memiliki istri dan 1 anak perempuan yang belum genap berusia 1 tahun. Ia menikah dalam


(67)

usia yang masih sangat muda karena MBA (married by accident). Ia tinggal bersama anak dan istri, namun masih bersama orangtua terkadang juga mertua. Pada hari Sabtu-Selasa, RK tinggal bersama orangtua di Purwomartani, sedangkan pada hari Rabu-Jumat, RK tinggal bersama orangtua sang istri di daerah Kaliurang. Keadaan RK yang masih tinggal bersama orangtua maupun mertua tersebut dikarenakan orangtua yang memang belum mengijinkan. Selain itu, RK pun juga belum bekerja sehingga belum memiliki penghasilan sendiri untuk menghidupi keluarga kecil yang RK miliki.

NN sebagai seorang istri dalam usia yang masih muda dan memiliki suami yang pernah menjadi pecandu narkoba membuat NN sebagai sosok perempuan yang kuat. NN sendiri bukanlah seorang pecandu narkoba. Ia dapat mengendalikan diri agar tidak ikut terlarut dalam pergaulan yang salah. Sebenarnya pada saat sebelum menikah, NN sudah pernah meminta RK untuk berhenti mengonsumsi obat-obatan, namun RK tidak menghiraukannya. Akhirnya NN pun tidak memaksa RK dan hanya berdoa semoga suatu saat nanti RK dapat terlepas dari barang-barang tersebut.

Pada saat RK diketahui positif menggunakan obat-obatan terlarang, istri selalu memberikan dukungan dan dorongan agar ia kuat dan dapat terlepas dari jerat obat-obatan terlarang. Sebelum mengikuti proses rehabilitasi, RK telah membuat komitmen bersama orangtua dan pihak panti bahwa ia bisa pulih dalam 2 bulan proses rehabilitasi. RK sendiri


(68)

pada awal masuk PSPP, ia merasa tertekan dan tidak betah berada disana karena satu minggu pertama ia dimasukkan ke dalam ruang isolasi. Ia juga merasa tidak memiliki teman ketika disana. RK selalu merasa rindu dengan keadaan rumah, apalagi waktu itu istri RK baru melahirkan.

Satu bulan berada di PSPP membuat RK semakin tidak betah, walaupun RK termasuk residen yang paling sering dijenguk, hal tersebut tidak dapat menghilangkan rasa bosan dan tertekan yag ada pada dirinya. Akibatnya, RK kabur dari PSPP dan pulang ke rumah yang terdapat di Perumahan Sambiroto. Tidak lama setelah RK kabur, pihak dari PSPP datang ke rumah RK untuk menjemput dan membawa RK kembali ke PSPP. Hal tersebut dilakukan pihak PSPP karena RK belum mengikuti semua rangkaian proses rehabilitasi dan RK belum dinyatakan pulih (bebas) dari pengaruh obat-obatan terlarang.

Hampir dua bulan sejak pertama kali RK datang ke PSPP, ia dinyatakan pulih dan diperbolehkan pulang. RK pulang dan dijemput oleh orangtua dan istrinya. Setelah keluar dari panti rehabilitasi, RK menjalani hari-hari bersama keluarga. Ia lebih memilih di rumah bersama anak dan istrinya. NN selain berperan sebagai istri dan ibu, ia juga berperan sebagai kontrol diri agar RK tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang berhubungan dengan narkoba lagi.


(69)

b. Subjek 2 berinisial DM

Subjek DM adalah subjek kedua dalam penelitian ini. Ia adalah remaja yang berasal dari Pekalongan, yang saat ini sedang menempuh masa pemulihan di PSPP Sehat Mandiri. DM telah berada di PSSP Sehat Mandiri selama 1 tahun. Subjek sebenarnya telah dinyatakan pulih dari 6 bulan yang lalu, tetapi ia masih berada di PSPP untuk memperdalam pemahaman terkait tahap-tahap pelayanan terapi dan rehabilitasi. Hal tersebut dilatar belakangi karena setelah keluar dari PSPP Sehat Mandiri, subjek akan dipekerjakan di BNNK Pekalongan. DM juga memiliki ketertarikan dalam membantu sesama residen yang menjalani proses rehabilitasi.

DM merupakan salah satu residen yang sedang mengikuti program Kejar Paket B yang disediakan PSPP dibawah naungan Dinas Sosial DIY. DM merupakan remaja yang berasal dari keluarga yang sederhana. Ia anak ke-2 dari 3 bersaudara. Ia mempunyai kakak perempuan yang sekarang bekerja di salah satu pabrik di daerah asalnya, sedangkan adik laki-laki DM saat ini masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

DM adalah residen yang baik dan ramah terhadap orang lain. Hal tersebut terlihat pada saat pertama peneliti bertemu dengan DM sekedar untuk perkenalan tahap awal dan menyampaikan maksud dari perkenalan tersebut. DM dengan ramah mengatakan bahwa ia tidak keberatan untuk menjadi subjek dari penelitian ini. Selanjutnya, DM juga termasuk orang


(70)

yang dekat dengan teman-teman sesama residen di PSPP. Hal tersebut terlihat saat DM bercanda dengan teman-temannya.

Awal kedatangan DM di PSPP karena keinginan orangtua. Orangtua mengatakan kepada DM bahwa ia akan diantar ke rumah saudara yang berada tinggal di Jogja untuk tinggal dan kerja disana. Mendengar hal tersebut, DM pun menyetujui karena ia juga ingin membantu perekonomian orangtuanya. Apalagi ia juga merasa bersalah karena telah dikeluarkan dari sekolah setelah ketahuan menggunakan narkoba. Akan tetapi, pada kenyataannya orangtua DM tidak mengantar DM ke rumah saudaranya, melainkan DM diantar dan dititipkan di PSPP agar ia dapat terlepas dari jerat narkoba.

DM tidak berontak walaupun ia merasa dibohongi oleh orangtua. DM sadar bahwa apa yang telah dilakukan orangtua, semua demi kebaikannya. DM menerima dengan lapang dada dan bersedia mengikuti semua tahapan selama ia direhabilitasi di PSPP. Dalam lubuk hati DM, ia juga merasa kasihan dengan orangtua apabila ia terus-menerus mengonsumsi narkoba.

Pendamping dan pekerja sosial yang berada di PSPP SSehat Mandiri menjadi orang terdekat sekaligus menjadi control sosial bagi DM, mengingat DM masih tinggal di panti rehabilitasi narkoba. DM termasuk residen yang jarang di jenguk, tetapi DM tidak mempermasalahkannya. DM memahami bahwa untuk menjenguknya di PSPP, orangtua juga harus memiliki uang yang tidak sedikit. DM juga memahami walaupun


(71)

orangtua sangat jarang menjenguk di PSPP, tetapi orangtuanya akan selalu mendoakan yang terbaik untuk dirinya.

Tabel 3. Rangkuman Profil Subjek Penelitian

No. Keterangan Subjek 1 Subjek 2

1. Nama RK DM

2. Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki

3. Umur 20 tahun 18 tahun

4. Pendidikan SMA SMP

5. Lama

mengonsumsi obat-obatan

± 5 tahun ± 3 tahun

6. Obat-obatan yang pernah di konsumsi

Rihex, Reclona, Oplayolan, Nerlophan, dan Hesimex

Distrometropan dan ganja

7. Lama proses rehabilitasi

± 2 bulan ± 6 bulan

Data pada penelitian ini dikonfirmasikan kebenarannya pada key informan sebanyak 3 orang. Dalam penelitian ini, yang menjadi key informan adalah istri dari RK, tetangga RK, dan pekerja sosial di PSPP.

Key informan yang dekat dengan subjek dan telah cukup lama mengenal subjek. Dari setiap data yang telah diperoleh dari subjek akan diverifikasi dengan data yang diperoleh melaluikey informan.

Profil key informan yang pertama yaitu NN. NN adalah istri dari subjek RK. Sebelum menjadi istri dari RK, NN telah menjalin hubungan dekat selama kurang lebih 3 tahun. Mereka dekat semenjak awal masuk SMA. Selama 3 tahun tersebut, RK sering menceritakan apa yang ia


(72)

rasakan kepada NN, bahkan ketika RK mulai terlibat obat-obatan pun NN mengetahuinya. Walaupun larangan dan nasehat dari NN tidak dihiraukan, NN tetap dengan setia menemani dan mendampingi RK, dari awal ia menjadi teman dekat RK sampai sekarang ia menjadi istri RK.

Profil Key Informan yang kedua yaitu ST. ST adalah seorang perempuan berusia 56 tahun. ST telah menjadi tetangga RK selama kurang lebih 5 tahun ini. ST cukup mengenal keluarga RK. Dalam keseharian, ST sering bertemu dan berbincang dengan ibu RK. ST memang cukup mengenal dekat ibu RK.

Profil key informan yang kedua yaitu IM. IM merupakan seorang laki-laki berusia 52 tahun. IM bekerja sebagai salah satu pendamping residen di PSPP Sehat Mandiri, salah satunya adalah DM. IM telah mendampingi DM dari awal DM masuk ke PSPP sampai sekarang sudah 1 tahun DM menjalani rehabilitasi. Hampir setiap hari IM bertemu dengan DM, oleh karena itu IM juga menjadi orangtua dan teman berbagi cerita oleh DM. DM tidak segan-segan bercerita kepada IM tentang yang ia rasakan seperti saat DM gelisah masih teringat obat-obatan tersebut, DM merasa rindu dengan orangtua dan teman dekat di Pekalongan.

Tabel 4. Rangkuman ProfilKey Informan

No. Keterangan Key

Informan1

Key Informan

2

Key Informan 3

1. Nama NN ST IM

2. Jenis Kelamin

Perempuan Perempuan Laki-laki


(73)

4. Alamat Sleman, Yogyakarta

Sleman, Yogyakarta

Sleman, Yogyakarta

5. Hubungan dengan Subjek

Istri Tetangga Pendamping di PSPP

3. Deskripsi Tentang Kehidupan Remaja Mantan Pecandu Narkoba Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara selama peneliti melakukan penelitian, berikut disajikan pembahasan hasil yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian mengenai kehidupan remaja mantan pecandu narkoba. Peneliti akan membahas tentang: (1) Perkembangan fisik remaja mantan pecandu narkoba, (2) Perkembangan kognisi remaja mantan pecandu narkoba, dan (3) Perkembangan sosio-emosional remaja mantan pecandu narkoba.

a. Subjek RK

1) Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik yang dimaksud merupakan perubahan perkembangan fisik dari remaja yang pernah mengonsumsi narkoba. Berdasarkan hasil wawancara terdapat perubahan fisik pada mantan pecandu narkoba. Walaupun RK memiliki postur tubuh tinggi dan agak kurus, hal tersebut juga dikarenakan faktor keturunan. Kakak RK juga memiliki postur badan yang demikian. Akan tetapi, saat ini RK merasa memiliki berat badan yang bertambah setelah tidak menjadi pecandu narkoba. Seperti yang telah diungkapkan RK berikut ini:


(74)

rihex, soalnya kalo make rihex itu kadang sampe nggak sadar, mungkin karena dosisnya yang udah tinggi. Sekarang kata orang sih aku udah lebih gemuk. Dulu malah pernah ada yang bilang kayak tinggal kulit sama tulang. Hehe”. (Transkrip wawancara RK pada 18 Oktober 2015)

Keadaan tubuh pada saat mengonsumsi narkoba tentu berbeda dengan keadaan tubuh setelah berhenti dan keluar dari jeratan narkoba. Tubuh atau fisik mengalami perubahan kearah yang lebih baik dibanding dengan sebelumnya pada saat masih mengonsumsi narkoba. Demi menjaga keadaan tubuh yang semakin baik tersebut, RK meluangkan waktu untuk menjaga kesehatan pula. Seperti yang diungkapkan oleh RK.

Kalo sekarang sih udah fit lagi, mbak. Nggak kayak dulu. Dulu pas aku masih make itu badan rasanya gampang capek, lemes.” (Transkrip wawancara RK pada 18 Oktober 2015)

Ya lumayan, mbak, tapi nggak rutin-rutin banget. Paling ya diajakin sama temen-temen SMP. Paling nggak dalam satu bulan aku main futsal minimal sekali.” (Transkrip wawancara RK pada 18 Oktober 2015)

RK yang memiliki kegemaran dalam bidang olahraga terutama dalam bidang futsal atau sepakbola mini tentu juga membantu dalam menjaga kesehatan diri. Oleh karena itu, RK termasuk orang yang tidak mudah terserang penyakit. Didukung pula dengan RK yang tidak memiliki penyakit menahun dan ia memiliki pola makan yang baik. Seperti pengakuan RK berikut:

“Paling-paling ya batuk, pilek, demam. Oyaa cuma pas kapan itu aku sempet opname di rumah sakit karena sakit tifus. Seingetku itu sakit terparahku” (Transkrip wawancara RK pada 18 Oktober 2015)


(1)

2. Perkembangan Fisik

Aspek perkembangan fisik Subjek 1 (RK) Subjek 2 (DM)

Kondisi fisik RK memiliki postur badan yang kurus, tetapi terlihat sehat dan bugar.

DM terlihat gemuk, pola makan teratur, dan pola tidur yang teratur. Badan semakin sehat, segar, dan tidak mudah lemas.

Kondisi kesehatan Jarang sakit, sebelum, saat, dan setelah mengonsumsi narkoba. RK pernah dirawat di rumah sakit karena sakit tifus beberapa bulan yang lalu

DM termasuk orang yang tidak mudah sakit. Sakit terparah yang pernah diderita DM adalah diare

Kegiatan fisik Berolahraga futsal satu bulan sekali Berolahraga futsal dan bulutangkis 3. Perkembangan Kognisi

Aspek perkembangan kognisi Subjek 1 (RK) Subjek 2 (DM)

Kemampuan penyelesaian masalah Dapat menyelesaikan masalah yag dimiliki secara dewasa

Curhat kepada residen lain atau pendamping. Terkadang juga menjadi penengah bila terjadi perbedaan pendapat saat berdiskusi dengan sesama residen.

Kemampuan daya ingat Pelupa sejak dulu, tapi menjadi semakin parah semenjak mengonsumsi narkoba. Hal tersebut terjadi pada daya ingat jangka pendek maupun daya ingat jangka panjang

Pelupa dari dulu dan menjadi semakin pelupa semenjak mengonsumsi obat-obatan. Kemampuan daya ingat jangka panjang lebih baik dibanding kemampuan daya ingat jangka pendek 128


(2)

129

Kemampuan intelektual Termasuk siswa yang biasa saja di sekolah. Tidak pernah tinggal kelas, tapi juga bukan termasuk siswa berprestasi.

Prestasi di sekolah semakin lama semakin menurun. Awal masuk kelas 1 SMP termasuk peringkat 5 besar di kelas, tetapi lama-kelamaan peringat menjadi semakin merosot.

4. Perkembangan Sosio-emosional

Aspek perkembangan sosio-emosional Subjek 1 (RK) Subjek 2 (DM) Toleransi terhadap orang lain Dapat bertoleransi terhadap oranglain,

misalnya teman lama saat menjadi pecandu narkoba.

Dapat bertoleransi terhadap oranglain, misalnya teman lama saatmenjadi pecandu narkoba serta dapat menghargai residen yang lebih tua maupun karyawan PSPP.

Kontrol diri Dapat mengendalikan emosi yang ada

pada dirinya.

Dari sebelum mengonsumsi narkoba sudah menjadi orang yang dapat mengontrol diri sendiri

Pergaulan di lingkungan tempat tinggal atau sekolah

Termasuk individu yang masih menjaga pertemanan. RK sosok yang tidak aktif dalam kegiatan yang terdapat di lingkungan tempat tinggal dan dapat menerima dengan lapang dada reaksi warga pada saat RK ketahuan mengonsumsi narkoba

Dapat menjalin hubungan yang baik dengan sesama residen dan sosok yang aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh PSPP.


(3)

(4)

(5)

(6)