Salmonella sp Antibiotik TINJAUAN PUSTAKA

17 basitrasin dengan dosis 55-110 ppm dalam pakan. Selain itu jumlah organisme Clostridium perfringens menurun dengan penggunaan basitrasin Chalker et al., 2000. Antibiotika basitrasin diabsorpsi sangat sedikit atau tidak sama sekali dari intestin seperti yang diperlihatkan pada tikus, babi dan ayam, sehingga tidak ditemukan residu pada daging jika antibiotik ini diberikan secara oral Phillips et al., 2004. 2. Spiramisin Gambar 4. Struktur kimia Spiramisin Spiramisin adalah antibiotik makrolida yang dihasilkan oleh Streptomyces ambofaciens. Antibiotika golongan Makrolida mempunyai persamaan cincin Lakton pada rumus molekulnya. Golongan Makrolida bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung dari jenis kuman dan kadar obat yang diberikan. Makrolida menghambat sintesis protein bakteri dengan berikatan secara reversibel pada Ribosom subunit 50S Sugiarto, 2009. Spiramisin merupakan salah satu jenis antibiotik makrolida yang terdapat dipasaran Indonesia. Spiramisin efektif terhadap bakteri aerob Gram positif seperti Stafilococcus, Streptococcus, Pneumococcus dan Bordetella pertussis. 18 Secara in vitro tes laboratorium aktivitas antibakteri spiramisin lebih rendah daripada eritromisin obat prototip dari golongan Makrolida. Spiramisin digunakan untuk terapi infeksi rongga mulut dan saluran nafas. Menurut Widiastuti et al. 2011, spiramisin banyak digunakan di bidang veteriner dengan tujuan untuk pengobatan penyakit pernafasan maupun sebagai imbuhan pakan untuk pemacu pertumbuhan pada unggas. Mekanisme kerja antimikroba sebagai imbuhan pakan dalam tubuh ternak masih belum diketahui secara tepat, namun pada umumnya berfungsi melawan bakteri Gram positif dalam usus Barton, 2000. 3. Lincomisin Gambar 5. Struktur kimia lincomisin Linkomisin merupakan antibiotik golongan Makrolida yang dihasilkan oleh Streptomyces linconensis. Antibiotik makrolida digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang disebabkan oleh bakteri-bakteri Gram positif seperti Streptococcus pnemoniae dan Haemophilus influenzae. Antibiotik makrolida dapat menghambat biosintesis protein bakteri dengan cara mencegah peptidiltransferase melekatkan peptidil dengan tRNA pada asam 19 amino berikutnya. Makrolida juga dapat menghambat translokasi ribosom. Mekanisme lainnya adalah dengan berikatan secara reversible dengan subunit 50S ribosom bakteri sehingga mengganggu sintesis protein atau menghambat sintesis protein bakteri. Linkomisin dapat bekerja sebagai bakteriostatik maupun bakterisida tergantung konsentrasi obat pada tempat infeksi dan organisme penyebab infeksi. Linkomisin bekerja menghambat sintesa protein organisme dengan mengikat subunit ribosom 50 S yang mengakibatkan terhambatnya pembentukan ikatan peptida Sugiarto, 2009. Antibiotik lincomisin digunakan untuk penanggulangan penyakit NE atau Necrotic Enteritis pada ayam. Necrotic Enteritis disebabkan oleh bakteri Clostridium perfringens yang terdapat didalam saluran pencernaan ayam sehat. Namun dengan adanya gangguan keseimbangan sistem pencernaan ayam, bakteri ini dapat berproliferasi, memproduksi toksin dan menimbulkan penyakit mengakibatkan konversi pakan yang tidak seimbang dan kekerdilan. 4. Klindamisin Gambar 6. Struktur kimia clindamisin 20 Klindamisin juga merupakan antibiotik golongan Makrolida seperti lincomisin dan spiramisin. Klindamisin dihasilkan oleh Streptomyces linconensis. Klindamisin sama dengan Linkomisin akan tetapi aktivitas antibakterinya 4x lebih besar Sugiarto, 2009. Klindamisin digunakan untuk infeksi bakteri anaerob, seperti infeksi pada saluran nafas, septikemia, dan peritonitis. Klindamisin efektif untuk infeksi yang disebabkan mikroba aerobik Gram positif seperti golongan Staphylococus dan Streptococus pneumococcus dan mikrobaanaerobik Gram negatif golongan Batericoides dan Fusobacterium. Klindamisin dapat bekerja sebagai bakteriostatik maupun bakterisida tergantung konsentrasi obat pada tempat infeksi dan organisme penyebab infeksi. Berdasarkan spektrum hambatnya, klindamisin menghambat sintesis protein bakteri dengan mengikat subunit ribosom 50 S yang mengakibatkan terhambatnya pembentukan ikatan peptida. Klindamisin diabsorbsi dengan cepat oleh saluran pencernaan Sugiarto, 2009. 5. Streptomisin Gambar 7. Struktur kimia Streptomisin 21 Streptomycin merupakan antibiotik kelompok aminoglikosida yang diperoleh dari Streptomyces griseus. Streptomisin pertama kali ditemukan oleh Waksman 1943. Senyawa ini bersifat bakteriosid terhadap kuman Gram- negatif dan Gram-positif dengan menghambat sintesa protein bakteri dengan pengikatan pada RNA ribosomal. Streptomisin khusus aktif terhadap mycobacteria ekstraseluler yang sedang membelah aktif dan pesat, termasuk M. tuberculosa dan beberapa M.atipis. Antibiotik aminoglikosida adalah antibiotika golongan karbohidrat yang pada umumnya terdiri dari bagian aminosikloheksanol dan terikat secara glikosidik dengan gula amino lain. Aminoglikosida merupakan antibiotik utama untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif. Aktivitas aminoglikosida dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama perubahan pH, keadaan aerobik dan anaerobik. Aktivitas aminoglikosida lebih tinggi pada suasana alkali daripada suasan asam Hardjosaputra, 2008. Aktivitas antibiotik turunan streptomisin gentamisin, tobramisin, kanamisin, dan amikasin terutama menghambat basil Gram negatif yang bersifat aerobik. Aktivitas antibakteri sangat rendah terhadap mikroorganisme anaerobik atau bakteri fakultatif. Hal ini dapat dijelaskan bahwa aminoglikosida membutuhkan oksigen untuk transport transport aktif Hardjosaputra, 2008. 22

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan Maret 2014, di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cawan petri, tabung reaksi, mikropipet, mikrotube, mikrotip, rak tabung reaksi, jarum ose, gelas ukur, erlenmeyer, beaker glass, autoclave, laminair air flow, lemari es, kompor listrik, pinset, pembakar spritus, kertas kopi, tisu, kapas, aluminium foil, inkubator bakteri, anaerobic jar, vortex mixer, sentrifugedan alat-alat pendukung lainnya. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Nutrient Agar NA, MRS Broth, Bacterial Agar, akuades, 13 isolat bakteri dari usus itik koleksi Sutrisna, 2010 yang diremajakan, isolat bakteri uji Salmonella sp umur 24 jam, alkohol 70, spiritus, lilin, antibiotik basitrasin, spiramisin, lincomisin, clindamisin dan streptomisin. 23

C. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama yaitu uji daya hambat BAL terhadap Salmonella sp menggunakan metode agar sumur oleh Carson dan Relay Rahmawati, 2012. Parameter yang diamati adalah diameter zona bening yang terbentuk disekitar sumur. Data besar zona hambat ditandai dengan zona bening dianalisis secara deskriptif dengan histogram. Tahap kedua yaitu uji daya tahan BAL terhadap antibiotik menggunakan metode agar sumur oleh Carson dan Relay. Antibiotik yang digunakan yaitu basitrasin, spiramisin, lincomisin, clindamisin dan streptomisin. Parameter yang diamati adalah koloni BAL yang tumbuh meskipun diberi antibiotik.

D. Prosedur Kerja

1. Peremajaan Setiap isolat bakteri usus itik koleksi Sutrisna 2010 pada media cair MRS Broth diambil 1 ml dan dibiakkan pada tabung reaksi yang berisi 9 ml media MRS Broth steril, kemudian diinkubasi dalam anaerobic jar selama 48 jam. 2. Pembuatan starter Bakteri yang telah diremajakan diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam 9 ml MRS Broth steril, lalu diinkubasi selama 48 jam dalam anaerobic jar. 24 3. Penyiapan zat antibakteri Sebanyak 2 ml starter diambil dan dimasukkan ke dalam 8 ml MRS Broth steril, kemudian diinkubasi selama 48 jam. Setelah masa inkubasi, 1 ml kultur dimasukkan ke dalam microtube dan di sentrifuge dengan kecepatan 11.000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang diperoleh adalah ekstrak antibakteri yang diuji daya antibakterinya terhadap Salmonella sp. 4. Uji daya antibakteri terhadap Salmonella sp. Sebanyak 1 ml suspensi Salmonella sp. diinokulasi secara pour plate ke dalam cawan petri steril dan ditambahkan 20 ml media NA steril. Setelah media padat dibuat sumuran dengan diameter lubang 0,7 cm. Setiap cawan petri berisi tiga sumuran. Pada masing-masing sumuran, dimasukkan zat antibakteri sebanyak 0,1 ml, kemudian diinkubasi dalam inkubator suhu 40 o C selama 24 jam. Kemampuan daya hambat antibakteri ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekitar sumur. Semakin besar diameter zona bening yang terbentuk, maka semakin tinggi daya hambat bakteri asam laktat terhadap Salmonella sp. 5. Penentuan diameter zona hambat antibakteri Diameter zona bening yang terbentuk pada setiap sumuran diukur dari tiga sisi yang berbeda, kemudian di rata-rata Gambar 8. 25 Gambar 8. Cara Mengukur Diameter Zona Bening Antibakteri Keterangan: a = diameter zona bening ulangan 1 b = diameter zona bening ulangan 2 c = diameter zona bening ulangan 3 1, 2 dan 3 = sumur dengan 3 kali ulangan 6. Uji ketahanan bakteri asam laktat terhadap antibiotik Bakteri asam laktat yang menghasilkan zona hambat terbesar, diuji ketahanannya terhadap antibiotik basitrasin, spiramisin, lincomisin, tetrasiklin dan streptomisin. Masing-masing antibiotik dibuat suspensi dengan konsentrasi 1. Metode yang digunakan yaitu metode agar sumur oleh Carson dan Relay. Suspensi BAL diinokulasi ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml akuades steril sampai diperoleh kekeruhan yang sama dengan Standar Mac Farlan 1,5x10 8 CFUml. Kemudian sebanyak 1 ml BAL dimasukkan ke dalam cawan perti steril dan ditambahkan media MRS Agar. Setelah media padat dibuat sumuran berdiameter 0,7 cm dengan pengulangan tiga kali sumuran pada setiap cawan petri. Pada masing-masing sumuran, 26 dimasukkan antibiotik sebanyak 0,1 ml. Kultur tersebut kemudian diinkubasi pada anaerobic jar selama 24 jam. Parameter yang diamati yaitu ketahanan BAL dengan adanya pertumbuhan koloni di sekitar sumuran antibiotik.

E. Diagram Alir

1. Diagram alir uji daya hambat BAL terhadap Salmonella sp. Gambar 9. Diagram alir uji daya hambat BAL terhadap Salmonella sp. 2 ml Isolat BAL koleksi yang telah diremajakan pada MRS Broth 8 ml MRS Broth Starter diinkubasi anaerob selama 48 jam 10 ml BAL 100 µl 100 µl 100 µl Inkubasi 40 o C selama 24 jam 1 ml BAL di sentrifuge