PENGARUH pH TERHADAP PRODUKSI ANTIBAKTERI OLEH BAKTERI ASAM LAKTAT DARI USUS ITIK

(1)

ABSTRAK

PENGARUH pH TERHADAP PRODUKSI ANTIBAKTERI OLEH BAKTERI ASAM LAKTAT DARI USUS ITIK

Edelina Sinaga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi pH terhadap produksi antibakteri oleh Bakteri asam laktat. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 3X 5 (3 isolat bakteri X 5 perlakuan pH) dengan tiga kali ulangan.Faktor pertama terdiri dari pH 4, pH 5, pH 6, pH 7, pH 8, dan faktor kedua yaitu isolat bakteri B2, B7, B8, sedangkan parameter yang dilihat yaitu zonabening. Besarnya produksi antibakteri ditentukan berdasarkan besarnya diameter zona hambat terhadap Salmonella sp. Perbedaan produksi antibakteri ditentukan berdasarkan hasil analisis ragam. Perlakuan yang berpengaruh nyata dilakukan ujL lanjut BNT pada taraf 5%. Uji potensi antibakteri berupa asam pada media dengaQ pH 7 terdapat diameter zona bening terbesar dihasilkan oleh B2 sebesar 14,3 mm, kemudian pada pH 6 oleh isolat B7 sebesar 13,7 mm dan B8 sebesar 13,6 mm, sedangkan pada pH 4 terdapat diameter zona bening terkecil dihasilkan oleh B2 sebesar 8,7 mm, kemudian pada pH 4oleh isolat B7 sebesar 8,3mm dan B8 sebesar 9,1 mm.Uji potensi antibakteri bukan asam pada pH 6 terdapat diameter zona bening yang dihasilkan oleh isolat B7 sebesar 17,2 mm dan B8 sebesar 17,1 mm, kemudian pada B2 pH 7 terdapat diameter zona bening sebesar 16,7 mm, sedangkan pada pH 4 terdapat diameter zona bening terkecil dihasilkan oleh B8 sebesar 15,1 mm, kemudian pH 6 oleh isolat B2 terdapat zona bening sebesar 12,7 mm dan pada pH 5 oleh isolat B7 sebesar 11,5 mm.


(2)

PENGARUH pH TERHADAP PRODUKSI ANTIBAKTERI OLEH BAKTERI ASAM LAKTAT DARI USUS ITIK

Oleh

EDELINA SINAGA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

PENGARUH pH TERHADAP PRODUKSI ANTIBAKTERI OLEH BAKTERI ASAM LAKTAT DARI USUS ITIK

(Skripsi)

Oleh

EDELINA SINAGA

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...i

DAFTAR ISI...ii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Pikir ...4

E. Hipotesis ...4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Asam Laktat...5

B. Antibakteri ... 6

C. Produksi Antibakteri ... 7

D. Uji Antibakteri ...11

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ... 13

B. Alat dan Bahan... 13

C. Metode Penelitian ... ...14

D. Prosedur Kerja ... ...14

1. Peremajaan ...14

2. Pembuatan starter ... ...14

3. Penyiapan media produksi ...15

4. Produksi antibakteri... 15

5. Preparasi antibakteri ...15

6. Uji antibakteri denganSalmonellasp...16

5. Penentuan diameter zona hambat antibakteri... ...17


(5)

iii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ... ...21 B. Pembahasan... ...28

V. SIMPULAN

A. Simpulan ... ...31 B. Saran ... ...31

DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR GAMBAR

1.Cara mengukur diameter zona bening antibakteri...17 2.Diagram alir penelitian. ...18 3. Diameter zona bening ekstrak antibakteri isolat B2, B7, dan B8

dari BAL pada variasi media pH 4 – 8...22 4. Diameter zona bening ekstrak antibakteri non asam

isolat B2, B7, dan B8 dari BAL pada variasi media pH 4 – 8...26 5. Uji antibakteri isolat B2 pada pH 7 tanpa dinetralkan terhadap

Salmonella sp. ...35 6. Uji antibakteri isolat B7 pada pH 6 tanpa dinetralkan terhadap

Salmonella sp. ...36 7. Uji antibakteri isolat B8 pada pH 6 tanpa dinetralkan terhadap

Salmonella sp. ...37 8. Uji antibakteri isolat B7 pada pH 6 tanpa dinetralkan terhadap

Salmonella sp. ...38 9. Uji antibakteri isolat B8 pada pH 6 tanpa dinetralkan terhadap

Salmonella sp. ...39 10. Uji antibakteri isolat B2 pada pH 7 tanpa dinetralkan terhadap

Salmonella sp. ...40


(7)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Uji pengaruh pH terhadap zona hambat ...23 2. Perubahan pH media selama produksi antibakteri ...25 3. Uji Pengaruh pH terhadap zona hambat (bukan asam) ...27 4. Diameter zona bening ekstrak antibakteri berupa asam

isolat B2, B7, dan pada variasi pH 4 – 8 terhadap Salmonella sp. ...41 5. Diameter zona bening ekstrak antibakteri bukan asam

isolat B2, B7, dan pada variasi pH 4 – 8 terhadap Salmonella sp. ...42 Tabel


(8)

MOTTO

The love of ALLAH is like an Ocean!

You can see the beginning, but not the end.

Ora et Labora

(Pray and Work)

Eat Failure, and you will know the taste of success.

Think big and act now

Your best teacher is your last mistake.

“Behind me is infinite power”

Before me is endless possibility

Around me is boundless opportunity.”


(9)

(10)

(11)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirrohim. Dengan rahmat Allah Yang Maha Pengasih lagi

Maha Penyayang, penulis persembahahkan skripsi ini sebagai tanda bakti

dan kasih sayang yang tulus kepada :

1. Bapak dan Mama yang terkasih, atas limpahan doa dan kasih sayang

yang tidak terhingga dari kalian sehingga penulis dapat mencapai gelar

sarjana.

2. Keempat Saudaraku yaitu Kak Suryani Sinaga, Adek Irwanto

Sinaga, Adek Intan Pratiwi Sinaga , dan Adek Kelvin Agus Sinaga

yang selalu mendoakan dan memberi semangat kepada penulis.

3. Sahabat sahabatku Riska, Fadilah, Putri, Cendana, Widamay,

Nora, dan Inggit .

4. Almamaterku tercinta.


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Propinsi Lampung, Kota Bandarlampung, Kecamatan Panjang. Tepatnya di Panjang, pidada III pada tanggal 15 September1992, sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari Bapak Ardi Sinaga dan Ibu Wasni Simbolon.

Pendidikan yang ditempuh penulis yaitu TK Setia Kawan, SDN 2 Panjang Utara, SMPN 11 Bandarlampung, SMAN 6 Bandarlampung. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui jalur UML pada tahun 2011.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi Anggota Bidang Kaderisasi (2011/2013) di Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO). Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Mikrobiologi Umum Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unila, dan Mikrobiologi Pangan dan Industri Jurusan Biologi FMIPA Unila. Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Kerja Praktik di Laboratorium Bakteriologi, Balai Veteriner Lampung (BVet) di Lampung.


(13)

SANCAWACANA

Puji Syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi dengan judul“PENGARUH pH TERHADAP PRODUKSI

ANTIBAKTERI OLEH BAKTERI ASAM LAKTAT DARI USUS ITIK” adalah syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains di Universitas Lampung.

Dalam penyusunan Skripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis sejak memulai kegiatan sampai terselesaikannya skripsi ini, baik bantuan secara moril ataupun materil, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Ardi Sinaga dan Ibu Wasni Simbolon sebagai orang tua penulis, yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tiada batas, semangat, serta doa yang selalu diucapkan tiada henti kepada Tuhan Yesus Kristus supaya penulis dapat mencapai cita-cita.

2. Ibu Dra. Christina Nugroho Ekowati, M.Si selaku Pembimbing I atas ide, saran, motivasi, kritik, arahan, nasihat, perhatian, dan bimbingan yang telah diberikan dengan penuh kesabaran kepada penulis.


(14)

3. Bapak Dr.Ir. Rudy Sutrisna, M.S., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, perhatian, arahan, saran, kritik, dan membantu dengan penuh kesabaran selama proses penyelesaian skripsi penulis. 4. Bapak Dr. Sumardi, M.Si., selaku Pembahas Akademik atas bimbingan,

arahan, saran, kritik, perhatian, dukungan yang besar selama penulis menyelesaikan skripsi dan juga selaku Pembimbing Akademik atas dukungan, motivasi, dan bimbingan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Jurusan Biologi.

5. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung atas dukungannya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi.

6. Bapak Prof. Suharso, Ph.D., selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung. 7. Suryani Sinaga, Irwanto Sinaga, Intan Pratiwi Sinaga, dan Kelvin Agus

Sinaga sebagai saudara–saudaraku yang telah mendoakan dan memberi

dukungan semangat kepada penulis.

9. Riska Damayanti, Putri Dhara Yunda, Fadilah Suci atas doa, kasih sayang, kebersamaan, dan dukungan semangat kepada penulis.

10. Bapak Wawan Abdullah Setiawan, M.Si., yang telah membantu dan mengajarkanku tentang pH meter.

11. Widamay Fresha Tarigan, Galih Cendana Nabilasani, Wayan Hernawati, Fajrin Nuraida, Yelbi Rizki Yulian, Ambar Prameswari, dan Try Larasati yang sudah menjadi keluarga Microholic, terimakasih untuk kekeluargaannya dan dukungan semangat dari kalian semua.


(15)

13. Kakak dan adik tingkat di Jurusan Biologi FMIPA Unila terimakasih atas kekeluargaan, kebersamaan, semangat, dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

14. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu dengan tulus telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi harapan dari penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 20 Oktober 2015 Penulis,


(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan antibiotic pada hewan ternak dilakukan untuk pengobatan, pemacu pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi pakan (Bogaardet al, 2000). Sampai saat ini, Centers Diseases Control (CDC)memperkirakan sekitar 40% antibiotik sebagai imbuhan pakandapat memacu pertumbuhan ternak tumbuh lebih besar dan bisa mencegah terjadinya infeksi bakteri. Pemberian antibiotik secara rutin melalui injeksi maupun oral baik dicampurdalam pakan atau air minum

memungkinkan terjadinya residu antibiotik pada daging unggas (Donkoret al., 2011).

Hal ini disebabkan residu antibiotik di dalam daging serta produk hewan lainnya, dapat menimbulkan ancaman potensial terhadap kesehatan konsumen jika dikonsumsi dalam waktu yang lama, ancaman tersebut dapat berupa (1) aspektoksikologis, yaitu residu antibiotik dapat bersifat racun terhadap hati, ginjal, danpusat hemopoitika, (2) aspek mikrobiologis, yaitu residu antibiotik akan menggangu keseimbangan mikroflora di dalam saluran pencernaan, (3) aspek imunopatologis, yaitu residu antibiotik dapat menjadi faktor pemicu timbulnya reaksi alergi dari yang bersifat ringan sampai berat dan fatal, (4) menimbulkan gangguan pada sistem saraf dan kerusakan jaringan (Phillipset al., 2004).


(17)

2 Oleh karena itu, banyak peternak yang membutuhkan pengganti antibiotik semi sintetik yang tidak menimbulkan efek samping. Salah satunya yaitu Bakteri Asam Laktatyang sering digunakan sebagai antibakteri alami di dalam saluran pencernaan itik untuk membunuh atau menghambat bakteri patogen.Menurut Evanikastri (2003) Bakteri Asam Laktat memiliki kemampuan untuk

menghasilkan zat antibakteri, dan bertahan hidup selama berada pada usus kecil merupakan syarat bakteri asam laktat sebagai probiotik. BAL menghasilkan salah satu antibakteri yaitu nisin yang iproduksi oleh

Lactobacillussp. Nisin merupakan antibiotik berspektrum luas yang mampu menghambat bakteri Gram negatif ataupun bakteri Gram positif.

Penelitian Usmiatiet al(2007) menyebutkan bahwa kondisi optimum produksi bakteriosin dariLactobacillussp. yang memiliki daya hambat representatif pada pH 5dengan nilai daya hambatbakteriosin terhadapS.thypimuriumsebesar 638,803 mm ²/ml,E.colisebesar 623,264 mm²/ml danL.monocytogenessebesar 509,434 mm²/ml.

Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi produksi antibakteri yaitu pH di dalam saluran pencernaan itik yang bervariasi. Kemampuan BAL dalam memproduksi antibakteri untuk membunuh atau menghambat bakteri patogen di dalam pH yang bervariasi perlu diketahui lebih lanjut.

Beberapa Penelitian yang mendukung produksi antibakteri yaituHandayani (2014), meyebutkan bahwa ke-13 isolat BAL mampu menghambat


(18)

3 Salmonellasp. Ada 3 isolat bakteri yang menghasilkan diameter daya hambat terbesar yaitu B7 sebesar 2,75 cm, B8 sebesar 2,68 cm dan B12 sebesar 2,65 cm.

Salah satu syarat memproduksi antibakteri dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu pH sangat berpengaruh dalam produksi antibakteri sehingga perlu dilakukan pengkajian lebih dalam menemukan pH optimum Bakteri Asam Laktat untuk memproduksi antibakteri yang diisolasi dari usus itik (Sutrisna, 2010) terhadap bakteri patogenSalmonellasp.

Rumusan Masalah

Dari penelitian sebelumnya belum pernah diketahui pH optimumuntuk

produksi antibakteri oleh Bakteri Asam Laktat dari usus itik. Di dalam saluran pencernaan itik memiliki pH yang bervariasi. Untuk mengetahui pH optimum Bakteri Asam Laktat memproduksi antibakteri untuk menghambat bakteri patogen maka diperlukan penelitian tentang pengaruh pH terhadap produksi antibakteri oleh BAL dari usus itik.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi pH terhadap produksi antibakteri oleh isolat Bakteri asam laktat.

C. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikaninformasi pH optimal terhadap produksi antibakteri oleh Bakteri Asam Laktat.


(19)

4 D. Kerangka Pemikiran

Bakteri Asam Laktat merupakan bakteri probiotik hidup pada saluran pencernaan,mampu bertahan terhadap asam lambung, dan bermutualisme dengan tubuh inangnya.Bakteri Asam Laktat menghasilkan metabolit–

metabolit yang berfungsi sebagai senyawa antimikroba antara lain asam organik (asam laktat dan asam asetat), bakteriosin, hidrogen peroksida.Bakteri Asam Laktat termasuk mikroorganisme heterofermentatif yang dapathidup pada kisaran pH yang luas (Salminenet al., 2004).

pH substrat dapat berpengaruh terhadap permeabilitas membran karenapHyang tidak sesuai dapat mengakibatkan perubahan konfigurasi sisi aktif enzim. Hal ini dapat menyebabkan proses penyerapan nutrisi terganggu. Kelancaran proses penyerapan nutrisi sangat diperlukan dalam metabolisme sel, termasuk produksi antibakteri.Permeabilitas membran akan terganggu dan proton di dalamnya dapat menjadi inaktif sehingga mempengaruhi metabolisme yang meyebabkan proses sintesis antibakteri terhambat (Campbell et al., 2002). Banyaknya produksi antibakteri yang dihasilkan Bakteri Asam Laktat bisa dilihat dengan semakin besarnya zona hambat(Ray and Bhunia, 2008).

E. Hipotesis


(20)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bakteri Asam Laktat

Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase negatif yang dapat memproduksi asam laktat dengan cara memfermentasi karbohidrat, selnya berbentuk kokus, tersusun berpasangan atau berbentuk rantai, tidak bergerak, tidak berspora, anaerob fakultatif, bersifat non motil dan mesofil (Ray, 2004).

Bakteri Asam Laktat yang menghasilkan dua molekul asam laktat dari fermentasi glukosa termasuk didalam kelompok bakteri asam laktat bersifat homofermentatif, sedangkan Bakteri Asam Laktat yang menghasilkan satu molekul asam laktat dan satu molekul etanol serta satu molekul karbon dioksida dikenal dalam kelompok Bakteri asam laktat bersifat

heterofermentatif(Reddyet al., 2008).

Bakteri Asam Laktat menghasilkan antibakteri berupa asam organik, bakteriosin, metabolit primer, hidrogen peroksida, diasetil, karbondioksida, asetaldehid dan menurunkan pH lingkungannya dengan mengeksresikan senyawa yang mampu menghambat bakteri patogen (Usmiati, 2012).


(21)

6 Beberapa genera yang memproduksi bakteriosin danmempunyai aktivitas hambat besar terhadap pertumbuhan beberapa bakteri patogenadalah Lactobacillus, Lactococcus, Streptococcus,Leuconostoc,

Pediococcus,Bifidobacteriumdan Propionibacteriumterdapat di dalam saluran pencernaan (Usmiati, 2012).

Ada 2 kelompok BAL(Prescottet al., 2002)yaitu :

1. Bakteri homofermentatif yaitu glukosa difermentasi menghasilkan asam laktat sebagai satu-satunya produk.Contoh :Streptococcus, Pediococcus, dan

Lactobacillus.

2.Bakteri heterofermentatif yaitu glukosa difermentasikan menghasilkan asam laktat juga memproduksi senyawa-senyawa lainnya seperti etanol, asam asetat, dan CO

B. Antibakteri

Antibakteri adalah senyawa yang digunakan untuk mengendalikan

pertumbuhan bakteri yang bersifat merugikan. Pengendalian pertumbuhan mikroorganisme bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah

pembusukan serta perusakan bahan oleh mikroorganisme). Faktor-faktor yang berpengaruh pada aktivitas zat antibakteri adalah pH, suhu stabilitas senyawa, jumlah bakteri yang ada, lamanya inkubasi, dan aktivitas metabolisme bakteri. Antimikroba meliputi golongan antibakteri, antimikotik, dan antiviral (Nilsson, 2000).


(22)

7 Bakteri Asam Laktatmenghasilkan senyawa bersifat antibakteri yaitu

bakteriosin yang mampu membunuh atau menghambat bakteri patogen. Beberapa genera yang memproduksi bakteriosin yaituLactobacillus,

Lactococcus, Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Bifidobacterium dan Propionibacteriummempunyai aktivitas hambat yang besar terhadap

pertumbuhan beberapa bakteri patogen.

Secara umum bakteriosin memenuhi syarat sebagai agen biopreservatif. Produksi bakteriosin memiliki kondisi–kondisi tertentu yaitu pH 6–7

merupakan derajat keasaaman optimal untuk produksi bakteriosin (Gautam dan Sharma, 2009).

Mekanisme penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri dapat berupa yaitu antara lain (1) kerusakan dinding sel bakteri yang menyebabkan lisis atau penghambatan terbentuknya dinding sel pada sel yang tumbuh (2) perubahan permeabilitas membran sitoplasma yang diakibatkan oleh senyawa fenol (3) denaturasi sel (4) penghambatan kerja enzim di dalam sel (Gautam dan Sharma, 2009).

C. Produksi Antibakteri 1. Sintesis asam laktat

Senyawa organik berupa asam laktat dihasilkan oleh Bakteri Asam Laktat. Proses fermentasi asam laktat dimulai dari jalur glikolisis yang menghasilkan asam piruvat. Asam piruvat yang terdegradasi akan mengalami degradasi molekul (secara anaerob) karena tidak tersedianya oksigen. Asam piruvat yang


(23)

8 terdegradasi dikatalisis oleh enzim asam dehidrogenase dan direduksi NADH untuk menghasilkan ATP dan asam laktat(Pelaez dan Orue 2010).

2. Sintesis hidrogen peroksida

Hidrogen peroksida disekresikan Bakteri Asam Laktat sebagai antibakteri yang mampu bersifat bateriostatik maupun bakterisidal. Tahapan sintesis hidrogen peroksida dimulai dari sitokom c oksidase, kompleks transpor elektron terminal pada rantai transpor elektron (sitokromaa3). Zat ini mengkatalisis reduksi 4 elektronO menjadiH O.O terikat ke 2 ion logan paragmagnetik di tempat aktif.O kemudian direduksi dalam suatu langkah 2elektron untuk

menghasilkan peroksida, sehingga reduksi satu–elektron yang tidak

menguntungkan dapat menyebabkan terbentuknya superoksida bebas dapat dihindari. Dua elektron tambahan menyebabkan reduksi zat antara oksigen reaktif, sehingga terbentuk 2 molH O per molO yang direduksi. Mekanisme ini memungkinkan reaksi cara yang sangat terkontrol tanpa adanya interaksi antara radikal bebas oksigen dan komponen mitokondria di dekatnya. Sebagian besar oksidase di dalam sel membentuk hidrogen peroksida H O dan bukanH O(Ouwehand dan Vesterlund, 2004).

3. Sintesis bakteriosin

Bakteriosin tersusun dari senyawa protein sintesis bakteriosin oleh Bakteri Asam Laktat mengikuti pola sintesis protein. Sistem ini diatur oleh plasmid DNA ekstra kromosomal dan dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama pH. Bakteriosin disintesis melalui jalur ribosomal. Prinsip regulasi sintesis


(24)

9 bakteriosin diatur oleh adanya gen pengkode produksi dan pengkode

immunitas (Usmiati, 2012).

Ada 3 tahapan sintesis bakteriosin (Campbell et al, 2002) yaitu sebagai berikut : DNA polymerase berperan sebagai enzim utama dalam replikasi. DNA

polymerase mensintesis DNA baru dengan arah 5 3’. DNA polymerase tidak

bisa membuat untaian DNA baru tetapi hanya menambahkan nukleotida pada 3’

-OH yang sudah ada. Pembentukkan untai baru memerlukan primer (RNA), yaitu tempat untuk DNA polymerase dapat menempelkan nukleotida yang pertama.

Pembentukkan untai DNA baru dimulai dari 5’ 3’ akan terjadi sintesis DNA

secara bersinambungan (Leading strand), sedangkan pada untai yang lainnya akan terjadi sintesis DNA terputus–putus (Lagging strand) karena untaian DNA

berpasangan secara anti–paralel. Replikasi dimulai pada yang disebut ori

(Origin of replication) dan berakhir pada terminator.

1. Pada proses transkripsi terjadi sintesis mRNA (messenger RNA) dari DNA template oleh enzim RNA polymerase. RNA polymerase berikatan dengan bagian DNA template yang disebut promotor. RNA polymerase akan bergerak

dengan arah 5’ 3’. Transkripsi yang akan dimulai disebut initiation site

dan berakhir pada termination site.

2. Pada tahap translasi terjadi proses penerjemahan ’’bahasa’’ asam nukleat

(mRNA) menjadi ’’bahasa’’ protein oleh ribosom dan tRNA. Ribosom dan

tRNA akan berikatan pada start codon di mRNA. Pada stop codon terjadi elongasi dan berakhir. Satu segmen DNA yang mengkode suatu protein disebut opening reading frame (orf).


(25)

10 Faktor–faktor yang mempengaruhi produksi antibakteri yaitu sebagai

berikut(Salminenet al., 2004):

1. pH substrat

Bakteri Asam laktat mampu bertahan pada pH dibawah 4. pH substrat yang sesuai diperlukan untuk produksi antibakteri. Semakin rendah pH substrat maka banyakH yang terbebas ke dalam substrat dan menempel pada membran. Semakin tinggi pH substrat maka banyak OH yang terbebas ke dalam substrat dan menempel pada membran. Hal ini menyebabkan sisi aktif enzim berubah.Dengan demikian jika pH substrat tidak sesuai akan

mengganggupermeabilitas membran dan menghambat produksi antibakteri. pH substrat yang sesuai akan menghasilkan banyak antibakteri secara maksimal

2. Waktu inkubasi

Waktu inkubasi disesuaikan dengan pertumbuhan bakteri dalam memproduksi antibakteri. Bakeri Asam Laktat memerlukan waktu inkubasi optimum selama 48 jam atau 3 hari untuk memproduksi banyak antibakteri.

3. Umur bakteri

Bakteri Asam Laktat hanya dapat bertahan selama 1 bulan karena tidak

menghasilkan spora. Umur bakteri sangat mempengaruhi produksi antibakteri. Kemungkinan Bakteri Asam Laktat yang terlalu tua akan mendakati fase kematian. Kemampuan bakteri akan berkurang untuk menyerap nutrisi sehingga permeabilitas membran terganggu. Umur bakteri yang sesuai dapat memproduksi banyak antibakteri secara optimal.


(26)

11 4. Suhu

Bakteri Asam Laktat mampu bertahan pada suhu 30ºC (anaerob fakultatif). Suhu yang sesuai akan mempengaruhi banyak produksi antibakteri. Suhu bakteri yang sesuai dapat dilihat dengan besarnya zona hambat

D. Uji antibakteri

Metode untuk uji antibakteri yaitu sebagai berikut : 1. Metode difusi

Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk uji antibakteri. Metode difusi dilakukan dengan 3 cara yaitu metode silinder, metode lubang/sumuran dan metode cakram kertas. Metode lubang/sumuran yaitu membuat lubang pada agar

padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Jumlah dan letak lubang disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian lubang diinjeksikan dengan ekstrak yang akan diuji. Setelah dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling lubang (Kusmayati dan Agustini, 2007).

2. Metode dilusi

Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair (broth dilution) dan dilusi padat (solid dilution).

a. Metode dilusi cair

Metode ini bertujuan mengukur minimum inhibitory

concencration(MH). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antibakteri pada medium cair yang ditambahkan


(27)

12 dengan bakteri uji. Larutan uji agen antibakteri pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan bakteri uji ditetapkan sebagai Kadar hambat minimum (KHM), selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan bakteri uji ataupun agen antibakteri, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Mediacair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai Kadar Bunuh Minimal (KBM) (Kusmayati dan Agustini, 2007).

b. Metode dilusi padat

Metode ini hampir sama dengan metode dilusi cair namun


(28)

13

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain rak tabung reaksi, mikroskop, tabung reaksi, gelas objek, tabunganaerobic jar, cawan petri, erlenmeyer 500 ml, 250 ml, 100 ml, dan 50 ml, gelas ukur, ose, spatula, bunsen, vortex mixer, neraca analitik, lemari es, autoklaf,laminar air flow , inkubator dengan suhu 37°C, mikrotube, pH meter, pipet tetes, tisu, kapas, pinset, kertas kopi, almunium foil, dan peralatan lainnya.

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Nutrient Agar (NA), MRS Broth, Bacterial Agar, akuades, 3 isolat bakteri dari usus itik yaitu B2, B7, dan B8 ( koleksi Sutrisna, 2010), isolat bakteri ujiSalmonellasp. umur 24 jam, lilin, alkohol 70 %, spritus, larutan buffer fosfat dan sitrat.


(29)

14

C. Metode Penelitian

Besarnya produksi antibakteri ditentukan berdasarkan besarnya diameter zona hambat terhadapSalmonellasp. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 3X 5 (3 isolat bakteri X 5 perlakuan pH) dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama terdiri dari pH (4, 5, 6, 7, 8) , dan faktor kedua terdiri dari isolat bakteri B2, B7, B8, sedangkan parameter yang dilihat yaitu zona bening. Perbedaan produksi antibakteri ditentukan berdasarkan hasil analisis ragam. Untuk perlakuan yang berpengaruh nyata dilakukan uji lanjut BNT pada taraf 5%.

D. Prosedur Kerja

1. Peremajaan

Setiap isolat bakteri usus itik koleksi Sutrisna (2010) pada media cair MRS Broth diambil 1 ml dan dibiakkan pada tabung reaksi yang berisi 9 ml media MRS Broth steril, kemudian diinkubasi dalam anaerobic jar selama 48 jam.

2. Pembuatan starter

Bakteri yang telah diremajakan diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam 9 ml MRS Broth steril, lalu diinkubasi selama 48 jam dalam


(30)

15

3. Penyiapan zat antibakteri

3.1 MRS Broth diukur pHnya untuk dijadikan media kontrol.

3.2 20 ml MRS BrothSteril dengan ditambahkan larutan penyangga sitrat untuk dibuat pH 4, pH 5, dan pH 6. lalu diukur dengan pH meter. 3.3 20 ml MRS Broth Steril dengan ditambahkan larutan penyangga fosfat

untuk dibuat pH 7, dan pH 8 lalu diukur dengan pH meter

4. Produksi Antibakteri

Sebanyak 4 ml starter dimasukkan ke dalam 20 ml MRS Broth Steril pH 4, pH 5, pH 6, pH 7, dan pH 8 kemudian diinkubasi selama 48 jam.

4.1 Preparasi antibakteri 1. Antibakteri

5 ml kultur diambil sesudah inkubasi 48 jam. Kemudian masing–

masing diambil 1 ml untuk dimasukkan ke dalam microtube dan di sentrifuge dengan kecepatan 11.000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang diperoleh adalah ekstrak antibakteri yang diuji dengan isolat bakteri ujiSalmonellasp.

2 Antibakteri non asam

5 ml kultur diambil untuk diukur pHnya sesudah inkubasi 48 jam. Sebagian diambil 5 ml kultur lalu ditambahkan NaOH 1M dengan menggunakan pipet tetes hingga menjadi pH 7 dan sebagian diambil 5 ml kultur lagi tetapi tidak ditambahkan NaOH . Kemudian masing–


(31)

16 sentrifuge dengan kecepatan 11.000 rpm 1selama 10 menit. Supernatan yang diperoleh adalah ekstrak antibakteri yang diuji dengan isolat bakteri ujiSalmonellasp.

3. Uji antibakteri denganSalmonellasp.

Sebanyak 0, ml suspensiSalmonellasp.diinokulasi secara pour plate ke dalam cawan petri steril dan ditambahkan 20 ml media NA. Setelah media padat dibuat sumuran dengan diameter lubang 0,7 cm. Setiap cawan petri berisi tiga sumuran. Pada masing-masing sumuran,

dimasukkan zat antibakteri sebanyak 0,1 ml, kemudian diinkubasi dalam inkubator suhu 40°C selama 24 jam. Kemampuan pengaruh pH terhadap antibakteri denganSalmonellasp. ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekitar sumur. Semakin besar diameter zona bening yang terbentuk, maka semakin tinggi hambat Bakteri Asam Laktat terhadap Salmonellasp.


(32)

17 4. Penentuan diameter zona hambat antibakteri (Handayani, 2014)

Diameter zona bening yang terbentuk pada setiap sumuran diukur dari tiga sisi yang berbeda, kemudian di rata-rata (Gambar 1)

Gambar 1. cara mengukur diameter zona bening antibakteri Keterangan:

a = diameter zona bening ulangan 1 b = diameter zona bening ulangan 2 c = diameter zona bening ulangan 3 1, 2 dan 3 = sumur dengan 3 kali ulangan


(33)

18 E. Diagram Alir Pe

1 ml

Bakteri Asam L umur 48 jam

P

Inkubasi 48 jam (anaerobic jar)

18 Penelitian

l 9 ml MRS

Broth

Laktat

4 ml

20 ml MRS Broth

PH 8 PH 7 PH 6 PH 5 PH 4 K

18

Inkubasi 48 jam (anaerobic jar)

Starter

Kontrol MRS BROTH


(34)

19 Lanjutan Diagram A

5 m 1 m Supernata Tanpa dinetralkan pH nya 0,1 m Bahan uj 19 Alir Penelitian 5 ml 5 ml dinetralkan dengan NaOH 1M 1 ml

Masing–masing disent dengan kecepatan 11.000 selama 10 menit

tan Bahan uji 0,1 ml 5 ml kan 1 ml Supernatan 0,1 ml n uji Masing -masing Dituang kedalam cawan yang berbeda 19

Diukur pH nya dengan pH meter Dicatat pH setelah inkubasi 48 sentrifuge n 11.000 rpm

Inkubasi 48 jam (anaerobic jar) Dituang media NA 0,1 ml Salmonella sp. Dipour plate Dibuat sumur


(35)

20

Bahan uj

20

Gambar 2. Diagram alir penelitian

Salmone

Inkub pada

Amati dan Catat Hasil han uji

20

onella sp.

nkubasi 24 jam pada suhu 40°C


(36)

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi pH berpengaruhterhadap

produksi antibakteri oleh isolat B2, B7, B8 dari usus itik.

2. Isolat B2, B7, dan B8 pada pH 6–7 menunjukkan pH produksi antibakteri

terbaik.

3. Isolat B7 pada pH 6yang dinetralkan menghasilkan zona hambat terbesar sebesar 17,2 mm, sedangkanyang tidak dinteralkan sebesar 13,70 mm. Pada pH 4 isolat B7 yang dinetralkan menghasilkan zona hambat terkecil sebesar 14,59 sedangkan tidak dinetralkan sebesar 8,33 mm terhadapSalmonellasp.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka disarankan bahwa pH 6–7

dapat digunakan sebagai pH produksi antibakteri karena mampu menghambat Salmonelladan perlu dilakukan penelitian lanjut tentang variasi konsentrasi antibakteri dengan pengaruh pH terhadap produksi antibakteri oleh Bakteri Asam Laktat dari Usus Itik.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Andriani., D., W.Kurniawati. 2007. Pengaruh Asam Asetat dan Asam Laktat sebagai Antibakteri Terhadap BakteriSalmonellasp. yang Diisolasi dari Karkas Ayam.J.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007: 930-934.

Sweden.J. Antimicrob.Chemother. 46 (1): 146- 14. Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G.Mitchell. 2002.Biologi. Alih bahasa

lestari, R. et al. safitri, A., Simarmata, L., Hardani, H.W. (eds).Erlangga. Jakarta.

Cotter, P. D., and C. Hill. 2003. Surviving the Acid Test: Responses of Gram positive Bacteria to Low pH.Microbiol. Mol. Biol. Rev. 67 (3): 429-453. Donkor, E., M. J. S. C. K Newman,. N. T. K.Tay,. D. D. E. Bannerman,and M.

Olu-Taiwo. 2011. Investigation into the risk of exposure to antibiotic residues contaminating meat and egg in Ghana.FoodControl. 22:869–

873.

Gautam, N. Dan Sharma, N. 2009. Bacteriocin Safest Approach to Preserve Food Products. Indian J. Microbiol. 49(1): 204–211.

Gunawan, S.G. 2007.Farmakologi dan Terapiedisi. 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Jakarta. Hlm: 481-494

Bogaard, V.D., A.E., N. Bruinsma, and E.E. Stobberingh. 2000. The effect of banningavopracin on VRE carriage in the Netherlands (five abattoirs) and

Evanikastri. 2003. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat dari SampelKlinis yang Berpotensi Sebagai Probiotik. (Tesis). Institut PertanianBogor, Bogor.

Handayani, R.F.M. 2014. Uji Daya Hambat Isolat Bakteri Asam Laktat dari Usus Itik (Anas domestica) Terhadap 6DOPRQHOODsp. DanKetahanannya Terhadap Beberapa Antibiotik. Skripsi. Universitas Lampung.


(38)

✂✂

Langhout, P. 2000. New Additives for broiler chicken. Feed Mix. The International .J on feed, Nutrition and Technology9(6):24- 27. Mojgani, N. and C. Amirnia. 2007. Kinetics of Growth and bacteriocin

production in L. casei RN 78 isolated from a dairy sample in IR Iran.Int. J. Dairy sci 2(1): 1-12.

Pelaez SM, SM Orue. 2010. Feeding strategies for the control ofSalmonella in pigs.Food Sci and Technol Bulletin5(1):39-47.

Ray B & A Bhunia. 2004.Fundamental Food Microbiology. 3rdEd. Florida. CRC Press. London. New York

Ray B & A Bhunia, 2008.Fundamental of Food Microbiology Fourthed. CRC Press. London, New York.

Reddy G, M Altaf, BJ Naveena, M Venkateshwar,&EV Kumar. 2008. Amylolytic bacterial lactic acid fermentation—A review.J Elsevier-BiotechnolAdv26: 2234.

Rostini, Iis,. 2007.Peranan Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus

Plantarum)Terhadap Masa Simpan Filet Nila Merah pada Suhu

Rendah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Jatinangorng

Hendriani, R., T .S.A.F Rostinawati,. Kusuma. 2009. Penelusuran AntibakteriBakteriosin dari Bakteri Asam Laktat dalam

Yoghurt AsalKabupaten BandungBarat terhadap Staphylococcus aureusdanEscherichia coli. Laporan AkhirPenelitian Peneliti Muda (LITMUD) UNPAD. Lembaga enelitian DanPengabdian Kepada Masyarakat Universitas Padjadjaran.Jatinangor.

Kusmayati, Agustini, N.W.R. 2007. Uji Aktivitas Senyawa

48Antibakteri dariMikroalga (53. Porphyridium cruentum).J Biod.8(1) :

Ouwehand, A.C., Vesterlund, S. 2004.Antimicrobial Components FromLactic Acid Bacteria. In Lactic Acid Bacteria: Microbiological andFunctional Aspects, ed. Salminen, S.A., Von Wright, a., ouwehand, A.C.

MarcelDekker, new york: 375-395.

Nilsson, L., Y. Chen, M.L. Chikindas, H.H. Huss, L. Gram, and T.J.

Montville. 2000. Carbon dioxide and nisin act synergistically on Listeria monocytogenes.J. of ApplEnvironm Microbiol66(2): 769-774.


(39)

✄ ☎

Salminen, S., S. Gorbach, Y.K. Lee, dan Y. Benno. 2004. Human Studies on Probiotics : What is Scientifically Proven Today. Di dalam Salminen, S., A. von Wright, dan A. Ouwehand. (eds). 2004.Lactic Acid Bacteria :Microbiology and Functional Aspects 3nd Ed Revised and Expanded. Marcel Dekker Inc. New York.

Sari RA., R.Nofiani, P.Ardiningsih . 2012. Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Genus Leuconostoc Dari Perkasam AleAle Hasil Formulasi Skala Laboratorium. JKK1 (1): 4-20.

Surono, I.S. 2004.Probiotik Susu Fermentasi dan Kesehatan.Yayasan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia. Jakarta. Sutrisna, R., S. Nurdjanah. 2010. Isolasi Non-starch Polysacharides

Sebagai Prebiotik dan Bakteri Sebagai Probiotik Dalam Sistem Pencernaan Itik.Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Syabana, M. A dan Rusban T.B.. 2007.Peningkatan Daya Tahan Sate Bandeng Melalui Teknik Pengawetan Ensiling dan Asap Cair. Fakultas

Pertanian Untirta.

Sri Usmiati dan, TriMarwati. 2007. Seleksi Dan Optimasi Proses Produksi Bakteriosin Dari Lactobacillus sp. J.Pascapanen4(1) : 27- 37. Usmiati, S. 2012. Daging Tahan Simpan dengan Bakteriosin. Warta

Penelitian dan Pengembangan Pertanian34(2): 1214.

Sujaya IN, Y.Ramona, DNM Utami, NLPSuariani, NP Widarini, KA Nocianitri ,NW Nursini. 2008a. Isolation andcharacterization of Lactic acid bacteria fromSumbawa mare milk.J Vet9:52-59.

Sujaya IN, Y.Ramona, DNM Utami, NLPSuariani, NP Widarini, KA Nocianitri ,NW Nursini.2008b. Probiotic charactrization of Lactobacillus sp. isolated from Sumbawamare milk.J Vet9:3340.

Tensiska, 2008.Serat Makanan. Jurusan TeknologiIndustri Pangan, Fakultas Teknologi IndustriPertanian. Universitas


(1)

19 Lanjutan Diagram A

5 m 1 m Supernata Tanpa dinetralkan pH nya 0,1 m Bahan uj 19 Alir Penelitian 5 ml 5 ml dinetralkan dengan NaOH 1M 1 ml

Masing–masing disent dengan kecepatan 11.000 selama 10 menit

tan Bahan uji 0,1 ml 5 ml kan 1 ml Supernatan 0,1 ml n uji Masing -masing Dituang kedalam cawan yang berbeda 19

Diukur pH nya dengan pH meter Dicatat pH setelah inkubasi 48 sentrifuge n 11.000 rpm

Inkubasi 48 jam (anaerobic jar) Dituang media NA 0,1 ml Salmonella sp. Dipour plate Dibuat sumur


(2)

20

Bahan uj

20

Gambar 2. Diagram alir penelitian

Salmone

Inkub pada

Amati dan Catat Hasil han uji

20

onella sp.

nkubasi 24 jam pada suhu 40°C


(3)

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi pH berpengaruhterhadap

produksi antibakteri oleh isolat B2, B7, B8 dari usus itik.

2. Isolat B2, B7, dan B8 pada pH 6–7 menunjukkan pH produksi antibakteri terbaik.

3. Isolat B7 pada pH 6yang dinetralkan menghasilkan zona hambat terbesar sebesar 17,2 mm, sedangkanyang tidak dinteralkan sebesar 13,70 mm. Pada pH 4 isolat B7 yang dinetralkan menghasilkan zona hambat terkecil sebesar 14,59 sedangkan tidak dinetralkan sebesar 8,33 mm terhadapSalmonellasp.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka disarankan bahwa pH 6–7 dapat digunakan sebagai pH produksi antibakteri karena mampu menghambat Salmonelladan perlu dilakukan penelitian lanjut tentang variasi konsentrasi antibakteri dengan pengaruh pH terhadap produksi antibakteri oleh Bakteri Asam Laktat dari Usus Itik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Andriani., D., W.Kurniawati. 2007. Pengaruh Asam Asetat dan Asam Laktat sebagai Antibakteri Terhadap BakteriSalmonellasp. yang Diisolasi dari Karkas Ayam.J.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007: 930-934.

Sweden.J. Antimicrob.Chemother. 46 (1): 146- 14. Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G.Mitchell. 2002.Biologi. Alih bahasa

lestari, R. et al. safitri, A., Simarmata, L., Hardani, H.W. (eds).Erlangga. Jakarta.

Cotter, P. D., and C. Hill. 2003. Surviving the Acid Test: Responses of Gram positive Bacteria to Low pH.Microbiol. Mol. Biol. Rev. 67 (3): 429-453. Donkor, E., M. J. S. C. K Newman,. N. T. K.Tay,. D. D. E. Bannerman,and M.

Olu-Taiwo. 2011. Investigation into the risk of exposure to antibiotic residues contaminating meat and egg in Ghana.FoodControl. 22:869– 873.

Gautam, N. Dan Sharma, N. 2009. Bacteriocin Safest Approach to Preserve Food Products. Indian J. Microbiol. 49(1): 204–211. Gunawan, S.G. 2007.Farmakologi dan Terapiedisi. 5. Departemen

Farmakologi dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Jakarta. Hlm: 481-494

Bogaard, V.D., A.E., N. Bruinsma, and E.E. Stobberingh. 2000. The effect of banningavopracin on VRE carriage in the Netherlands (five abattoirs) and

Evanikastri. 2003. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat dari SampelKlinis yang Berpotensi Sebagai Probiotik. (Tesis). Institut PertanianBogor, Bogor.

Handayani, R.F.M. 2014. Uji Daya Hambat Isolat Bakteri Asam Laktat dari Usus Itik (Anas domestica) Terhadap 6DOPRQHOODsp. DanKetahanannya Terhadap Beberapa Antibiotik. Skripsi. Universitas Lampung.


(5)

✂✂

Langhout, P. 2000. New Additives for broiler chicken. Feed Mix. The International .J on feed, Nutrition and Technology9(6):24- 27. Mojgani, N. and C. Amirnia. 2007. Kinetics of Growth and bacteriocin

production in L. casei RN 78 isolated from a dairy sample in IR Iran.Int. J. Dairy sci 2(1): 1-12.

Pelaez SM, SM Orue. 2010. Feeding strategies for the control ofSalmonella in pigs.Food Sci and Technol Bulletin5(1):39-47.

Ray B & A Bhunia. 2004.Fundamental Food Microbiology. 3rdEd. Florida. CRC Press. London. New York

Ray B & A Bhunia, 2008.Fundamental of Food Microbiology Fourthed. CRC Press. London, New York.

Reddy G, M Altaf, BJ Naveena, M Venkateshwar,&EV Kumar. 2008. Amylolytic bacterial lactic acid fermentation—A review.J Elsevier-BiotechnolAdv26: 2234.

Rostini, Iis,. 2007.Peranan Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus

Plantarum)Terhadap Masa Simpan Filet Nila Merah pada Suhu

Rendah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Jatinangorng

Hendriani, R., T .S.A.F Rostinawati,. Kusuma. 2009. Penelusuran

AntibakteriBakteriosin dari Bakteri Asam Laktat dalam

Yoghurt AsalKabupaten BandungBarat terhadap

Staphylococcus aureusdanEscherichia coli. Laporan AkhirPenelitian Peneliti Muda (LITMUD) UNPAD.

Lembaga enelitian DanPengabdian Kepada Masyarakat

Universitas Padjadjaran.Jatinangor.

Kusmayati, Agustini, N.W.R. 2007. Uji Aktivitas Senyawa

48Antibakteri dariMikroalga (53. Porphyridium cruentum).J Biod.8(1) :

Ouwehand, A.C., Vesterlund, S. 2004.Antimicrobial Components FromLactic Acid Bacteria. In Lactic Acid Bacteria: Microbiological andFunctional Aspects, ed. Salminen, S.A., Von Wright, a., ouwehand, A.C.

MarcelDekker, new york: 375-395.

Nilsson, L., Y. Chen, M.L. Chikindas, H.H. Huss, L. Gram, and T.J.

Montville. 2000. Carbon dioxide and nisin act synergistically on Listeria monocytogenes.J. of ApplEnvironm Microbiol66(2): 769-774.


(6)

✄ ☎

Salminen, S., S. Gorbach, Y.K. Lee, dan Y. Benno. 2004. Human Studies on Probiotics : What is Scientifically Proven Today. Di dalam Salminen, S., A. von Wright, dan A. Ouwehand. (eds). 2004.Lactic Acid Bacteria :Microbiology and Functional Aspects 3nd Ed Revised and Expanded. Marcel Dekker Inc. New York.

Sari RA., R.Nofiani, P.Ardiningsih . 2012. Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Genus Leuconostoc Dari Perkasam AleAle Hasil Formulasi Skala Laboratorium. JKK1 (1): 4-20.

Surono, I.S. 2004.Probiotik Susu Fermentasi dan Kesehatan.Yayasan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia. Jakarta. Sutrisna, R., S. Nurdjanah. 2010. Isolasi Non-starch Polysacharides

Sebagai Prebiotik dan Bakteri Sebagai Probiotik Dalam Sistem Pencernaan Itik.Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Syabana, M. A dan Rusban T.B.. 2007.Peningkatan Daya Tahan Sate Bandeng Melalui Teknik Pengawetan Ensiling dan Asap Cair. Fakultas

Pertanian Untirta.

Sri Usmiati dan, TriMarwati. 2007. Seleksi Dan Optimasi Proses Produksi Bakteriosin Dari Lactobacillus sp. J.Pascapanen4(1) : 27- 37. Usmiati, S. 2012. Daging Tahan Simpan dengan Bakteriosin. Warta

Penelitian dan Pengembangan Pertanian34(2): 1214.

Sujaya IN, Y.Ramona, DNM Utami, NLPSuariani, NP Widarini, KA Nocianitri ,NW Nursini. 2008a. Isolation andcharacterization of Lactic acid bacteria fromSumbawa mare milk.J Vet9:52-59.

Sujaya IN, Y.Ramona, DNM Utami, NLPSuariani, NP Widarini, KA Nocianitri ,NW Nursini.2008b. Probiotic charactrization of Lactobacillus sp. isolated from Sumbawamare milk.J Vet9:3340.

Tensiska, 2008.Serat Makanan. Jurusan TeknologiIndustri Pangan, Fakultas Teknologi IndustriPertanian. Universitas