Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia di Kawasan ASEAN dan China

ANA
ALISIS DA
AYASAIN
NG DAN FAKTOR
R-FAKTO
OR YANG
G
M
MEMENG
GARUHI ALIRAN
N EKSPOR ALAS KAKI
I
INDONES
SIA DI K
KAWASAN
N ASEAN
N DAN C HINA

BRAM AGUSTIIAN ZAH
HRO


DEPARTE
D
EMEN ILM
MU EKON
NOMI
FAKU
ULTAS EK
KONOMI DAN MA
ANAJEME
EN
T PERTA
INSTITUT
I
ANIAN BO
OGOR
BOGO
OR
2013
3


PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Dayasaing dan FaktorFaktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia di Kawasan
ASEAN dan China adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013

Bram Agustian Zahro
NIM H114090028

ABSTRAK
BRAM AGUSTIAN ZAHRO. Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia di Kawasan ASEAN dan China.
Dibimbing oleh IDQAN FAHMI.
Alas kaki merupakan salah satu produk unggulan ekspor Indonesia. Adanya

persetujuan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) diharapkan mampu
meningkatkan dayasaing produk alas kaki Indonesia di pasar Asia Tenggara dan
China. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dayasaing produk alas
kaki Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor
alas kaki Indonesia. Penelitian ini menggunakan Gravity Model dengan metode
data panel, mencakup lima negara tujuan ekspor Indonesia tahun 2000-2011.
Variabel bebas yang digunakan adalah (Gross Domestic Product) GDP Indonesia,
GDP negara tujuan, jarak ekonomi, nilai tukar riil rupiah serta dummy
pemberlakuan ACFTA. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan metode
Revealed Comparative Advantages (RCA) untuk menganalisis dayasaing produk
alas kaki Indonesia. Nilai RCA menunjukkan bahwa produk alas kaki Indonesia
berdayasaing tinggi baik di pasar Asia Tenggara maupun pasar dunia. Aliran
ekspor alas kaki Indonesia dipengaruhi oleh GDP riil Indonesia dan GDP nominal
negara tujuan, dan nilai tukar riil rupiah.
Kata Kunci: Alas kaki, Ekspor, ACFTA, RCA, Gravity Model, Data Panel.

ABSTRACT
BRAM AGUSTIAN ZAHRO. Analysis of Competitiveness and the Factors
Affecting Indonesian Footwear Exports in the ASEAN Region and China.
Supervised by IDQAN FAHMI.

Footwear is one of the leading export commodities of Indonesia. Agreement
of the ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) is expected to improve the
competitiveness of Indonesian footwear in Southeast Asia and China markets. The
purpose of this research is to analyze the competitiveness of Indonesian footwear
and analyze the factors affecting Indonesian footwear exports to China and
Southeast Asia countries. This research use a Gravity Model with panel data
method, covering five countries export destination from 2000 to 2011.
Independent variables used are GDP of Indonesia, GDP of the destination
countries, the economic distances, the real exchange rate of rupiah and dummy
implementation of ACFTA. In addition, this research also uses Revealed
Comparative Advantages (RCA) method to analyze the competitiveness of
Indonesian footwear. The value of RCA shows that Indonesian footwear has high
competitiveness both in the markets of Southeast Asia as well as world markets in
total. Indonesian footwear exports flow is influenced by real GDP of Indonesia,
nominal GDP of the destination country, and the real exchange rate of rupiah.
Keywords: Footwear, Exports, ACFTA, RCA, Gravity Model, Data Panel.

ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR ALAS KAKI
INDONESIA DI KAWASAN ASEAN DAN CHINA


BRAM AGUSTIAN ZAHRO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi

Nama
NIM


: Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia di Kawasan ASEAN
dan China
: Bram Agustian Zahro
: H14090028

Disetujui oleh:

Dr. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec.
Pembimbing

Diketahui oleh:

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA


Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Tak lupa salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi dan
Rasul termulia Muhammad SAW beserta keluarganya dan sahabatnya yang setia
hingga akhir zaman.
Skripsi yang berjudul “Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia di Kawasan ASEAN dan
China”, ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis dayasaing alas kaki Indonesia serta faktor-faktor yang
memengaruhinya. Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada orang-orang yang telah banyak memberikan bantuan, semangat
serta doa bagi penulis, yaitu:
1.
Kedua orangtua tercinta, yaitu Bapak Margis Sugianto, S.Pd. dan Ibu
Supartin S.Pd. serta adik saya Sari Almira Margis yang telah memberikan
motivasi, pengorbanan, doa, dukungan moral dan spiritual hingga akhir
penulisan skripsi ini. Semoga ini menjadi persembahan yang
membanggakan untuk kalian.
2.

Bapak Dr. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec. selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan ilmu, saran, motivasi dan membimbing penulis dengan
sabar dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.
3.
Bapak Dr. Alla Asmara, S.Pt. M.Si selaku dosen pengui utama dan Ibu
Laily Dwi Arsyianti, S.E. M.Sc. selaku dosen penguji dari komisi
pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan
skripsi ini.
4.
Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
5.
Teman-teman satu bimbingan yaitu Manda Kumoro, Marsha Dewi Putri dan
Gibran Ganesha atas kritik, saran dan motivasi yang membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini.
6.
Teman, sahabat, sekaligus saudara yakni Deny Erika, Rizza Adya, Robert
Zenri, Febri Yuniansyah, Indra Much dan F. Gandi Rama yang selalu
membuat penulis bahagia, tersenyum dan termotivasi.
7.

Sahabat yang saya cintai Puspita Mega, Meiyora, Farhana, Yeni, Farrah,
Friska, Risma, Ida Bagus, Ardhi, Jajang, Fahmi, Widy, Adrian, Bronson,
Taufik, Rheza, Fuad, Kunto, Rizky, Chula dan seluruh keluarga Ilmu
Ekonomi 46 atas kerjasama, kritik, saran, bantuan dan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8.
Serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung
maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2013
Bram Agustian Zahro

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vii


PENDAHULUAN
Latar Belakang



Rumusan Masalah



Tujuan Penelitian



Manfaat Penelitian




Ruang Lingkup



TINJAUAN PUSTAKA

7

METODOLOGI PENELITIAN

14 

HASIL DAN PEMBAHASAN

18 

SIMPULAN DAN SARAN

31 

Simpulan

31 

Saran

31 

DAFTAR PUSTAKA

33 

LAMPIRAN

35

RIWAYAT HIDUP

44

 

 

DAFTAR TABEL
1. Nilai PDB Sektor Industri Indonesia Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000 (miliar rupiah), 2008-2011

2

2. Sepuluh Negara Tujuan Ekspor Terbesar Alas Kaki Indonesia

3

3. Presentase Perubahan Nilai Ekspor dan Impor Alas Kaki Indonesia

4

4. Jenis dan Sumber Data

14

5. Nilai RCA Alas Kaki 6 Negara di Pasar Internasional

19

6. Nilai RCA dan Indeks RCA Alas Kaki Indonesia

21

7. Kontribusi Ekspor Alas Kaki Indonesia di Negara Tujuan

21

8. Nilai RCA Alas Kaki China, Malaysia, Thailand, Singapura
dan Vietnam di Pasar Indonesia

24

9. Hasil Estimasi Gravity Model Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia
dengan Metode Fixed Effect

26

10. Hasil Uji Normalitas Model

27

DAFTAR GAMBAR
1. Jumlah Tenaga Kerja Antar Sektor per Agustus 2012

1

2. Perkembangan Ekspor Alas Kaki Indonesia ke Negara Tujuan
Utama di Kawasan Asia Tenggara dan China

5

3. Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional

7

4. Alur Kerangka Pemikiran

12

5. Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel

16

6. Share Ekspor Alas Kaki China, Malaysia, Singapura, Thailand,
Vietnam dan Indonesia terhadap Total Ekspor Seluruh Produk

18

7. Rata- rata Kontribusi China, Vietnam, Indonesia, Malaysia,
Thailand dan Singapura terhadap Total Ekspor Alas Kaki Dunia

19

8. Perkembangan Nilai RCA Alas Kaki 6 Negara di Pasar Internasional 20
9. Share Ekspor Alas Kaki Indonesia terhadap Total Ekspor Seluruh
Produk ke China, Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam

22

10. Perkembangan Nilai RCA Alas Kaki Indonesia di Kawasan Asia
Tenggara dan China, 2000-2011

23

11. Perkembangan Nilai RCA Alas Kaki China, Malaysia,
Thailand, Singapura dan Vietnam di Pasar Indonesia

25

DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil Analisis Dayasaing Produk Alas Kaki Indonesia dengan
Metode RCA periode 2000-2011

36

2. Hasil Analisis Dayasaing Produk Alas Kaki Negara Pesaing
di Pasar Indonesia dengan Metode RCA periode 2000-2011
3. Variabel dalam Model Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia

38
40

4. Hasil Estimasi Panel Data dengan Menggunakan Fixed Effect
Cross Section SUR dan White Cross Section Covarience

42

5. Hasil Pengujian Chow Test

42

6. Hasil Uji Normalitas

43

7. Matriks Korelasi Antar Variabel

43


 

PE
ENDAHU
ULUAN

Latar Bela
akang
Perddagangan innternasionall pada zamaan sekarangg mempunyyai peranan yang
sangat pennting dalam
m kemajuann dan pemb
bangunan suuatu negaraa dan merup
pakan
salah satu faktor yangg mendoronng pertumbu
uhan ekonoomi suatu neegara. Tidaak ada
satu negarra pun di duunia yang teerlepas dari perdagangaan antar neggara. Hal terrsebut
dikarenakaan suatu negara
n
mem
miliki keterrbatasan daalam sumbberdaya maaupun
teknologi yang dim
milikinya. Suatu neegara yangg kurang efisien dalam
d
memproduuksi suatu barang
b
akann melakukan
n perdaganggan dengan negara lain yang
memiliki keunggulan
k
n komparatiff di negara tersebut
t
(Saalvatore, 1997). Oleh karena
k
itu setiapp negara memerlukan
m
n bantuan negara lain untuk ddapat memenuhi
kebutuhann negaranyaa.
Salaah satu sektor yang tiddak terlepas dari perdaggangan inteernasional adalah
a
sektor inddustri. Sekttor industri merupakan
n salah sattu sektor yyang mempu
unyai
peranan penting
p
dalaam pertumbbuhan Prod
duk Domesttik Bruto (P
PDB) Indon
nesia.
Dari tahunn ke tahunn peran sekktor industrri terus menngalami peeningkatan. Pada
tahun 2008 sektor industri menyumban
m
ng 26.78% dari totaal seluruh PDB
Indonesia.. Namun koontribusi seektor industtri menurunn pada tahuun 2011 meenjadi
25.75% dari
d
total PDB
P
Indonnesia. Selaain itu, sekktor industtri juga mampu
menyerap jumlah tennaga kerja yang besar bersama tiiga sektor llain yaitu sektor
s
pertanian, sektor perddagangan, dan
d sektor jasa yang daapat dilihat pada Gamb
bar 1.
Sektor inddustri juga mempunyai
m
i keunggulaan lain yaituu mampu m
menciptakan
n nilai
tambah bagi
b
produuknya, sehhingga akaan semakinn mengunttungkan ap
pabila
diperdaganngkan denggan negara lain.
Peertanian
2%
2

Peertambangan

15%

5%

Industri

35%
%

Lisstrik, Gas dan Air
Ko
onstruksi

21%

Peerdagangan

14%

6%

2%

Trransportasi
Leembaga Keuan
ngan

0%

Jasa

Sumber : BPS
S, 2013 (diolah))

Gambar 1. Jumlah Tennaga Kerja Antar
G
A
Sektoor per Agusttus 2012
Akaan tetapi saaat ini persaiingan antar negara dallam sektor iindustri sem
makin
ketat. Setiiap negara dituntut unntuk memiliiki inovasi dan dayasaaing yang tinggi
t
dalam meenciptakan sebuah prooduk. Selain
n itu setiapp negara juuga memerlukan
teknologi terbaru unntuk menciptakan efe
fektivitas daan efisienssi dalam proses
p
produksi. Sektor inddustri sendiiri dibagi menjadi
m
duaa yaitu inddustri migass dan


 

industri non-migas. Pada Tabel 1 memperlihatkan nilai PDB sektor industri
Indonesia Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 tahun 2008-2011.
Tabel 1.
Nilai PDB Sektor Industri Indonesia Atas Dasar Harga Konstan tahun
2000 (miliar rupiah), 2008-2011
No

miliar rupiah

Lapangan Usaha
2008

1.

Industri Migas
Pengilangan Minyak Bumi

2.

2009

2010

2011

47 662.7

46 934.9

47 199.3

46 757.8

20 972.0

21 083.6

21 346.5

21 459.7

Gas Alam Cair

26 690.7

25 851.3

25 852.5

25 298.1

Industri Non-Migas

510 101.7

523 167.6

549 935.6

587 024.1

139 921.9

155 620.2

159 947.2

174 566.7

Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

50 994.0

51 299.9

52 206.2

56 131.1

Kayu dan Produk Lainnya

20 335.8

20 055.0

19 359.7

19 427.4

Produk Kertas dan Percetakan

25 477.2

27 092.4

27 544.7

27 930.3

Produk Pupuk, Kimia dan Karet

68 389.6

69 514.2

72 782.0

75 657.5

Produk Semen dan Penggalian

15 990.7

15 908.9

16 255.6

17 424.1

Makanan, Minuman dan Tembakau

Logam Dasar Besi dan Baja
Peralatan, Mesin dan Alat Transportasi
Industri Lainnya

TOTAL

8 044.7

7 702.0

7 885.6

8 915.2

177 178.3

172 085.1

189 947.9

202 892.0

3 769.5

3 889.9

4 006.7

4 709.8

557 764.4

570 102.5

597 134.9

633 781.9

Sumber: BPS, 2013

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa sektor industri menjadi penyumbang PDB
terbesar dengan kontribusi Rp. 557.76 triliun pada tahun 2008 atau sekitar 26.78%
dari total seluruh PDB Indonesia dimana 24.5% berasal dari industri non-migas
dan sisanya, 2.28% berasal dari industri migas. Pada tahun 2011 sektor industri
menyumbang sebesar Rp. 634.24 triliun atau 25.75% dari total PDB Indonesia
dimana industri migas menyumbang 1.9% dan industri non-migas menyumbang
lebih dari 23%. Hal ini menunjukkan bahwa industri non-migas masih menjadi
sektor terbesar penyumbang PDB Indonesia. Dari Tabel 1 juga terlihat bahwa
presentase kontribusi sektor industri mengalami penurunan dari tahun 2008-2011
namun nilainya semakin meningkat.
Salah satu subsektor industri non-migas yang memiliki pasar yang potensial
baik domestik maupun luar negeri adalah industri tekstil, barang dari kulit dan
alas kaki. Khususnya alas kaki, merupakan komoditas yang menguntungkan untuk
diperdagangkan karena setiap orang membutuhkan alas kaki dalam kegiatannya
sehari-hari. Alas kaki juga merupakan salah satu dari 10 komoditas ekspor utama
Indonesia (Kementerian Perdagangan, 2012). Asia Tenggara merupakan pasar
potensial untuk pemasaran produk alas kaki dengan jumlah penduduk yang sangat
besar. Namun untuk mampu bersaing, Indonesia juga harus mampu meningkatkan
dayasaing produknya dengan tetap memperhatikan kualitas serta harga yang
kompetitif dibandingkan produk serupa dari negara lain.
Saat ini Thailand masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar produk alas
kaki Indonesia. Produk alas kaki Indonesia sendiri memiliki banyak pesaing
seperti produk dari Vietnam, Malaysia dan China. Hal ini tentu sangat
berpengaruh terhadap permintaan dan preferensi konsumen terhadap produk alas


 

kaki Indonesia. Tabel 2 memperlihatkan 10 negara terbesar tujuan ekspor produk
alas kaki Indonesia.
Tabel 2. Sepuluh Negara Tujuan Ekspor Alas Kaki Indonesia, 2008-2012
juta US$

No

Negara

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Thailand
Saudi Arabia
Jepang
Malaysia
Singapura
UEA
Australia
Brasil
Vietnam
China
Lainnya

353.76
269.28
384.00
303.29
168.66
134.32
31.09
64.45
85.46
25.68

280.17
124.76
265.25
198.35
96.18
30.54
11.80
71.94
42.96
46.46

488.55
251.52
378.01
251.26
151.48
53.07
11.07
79.71
57.02
38.76

448.62
372.87
445.69
222.95
207.14
90.42
21.25
69.46
63.79
52.84

950.61
599.42
521.24
403.96
320.18
133.34
115.31
113.92
78.13
76.74

572.04

421.11

547.31

706.84

1 035.87

TOTAL

1 820.03

1 126.62

1 760.48

1 995.07

3 312.89

2008

2009

2010

2011

2012

Sumber: Kementerian Perdagangan, 2013 (diolah)

Tabel 2 menunjukkan bahwa Thailand masih menjadi negara tujuan ekspor
terbesar produk alas kaki Indonesia dengan nilai US$ 353.76 juta pada tahun 2008
dan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2012 menjadi US$ 950.61 juta.
Selain Thailand, pasar produk alas kaki Indonesia yang terbesar di kawasan Asia
Tenggara juga terdapat di Malaysia, Singapura dan Vietnam. Beberapa negara
tujuan ekspor terbesar diantaranya adalah Saudi Arabia, Jepang, UEA, Australia
dan Brasil.
Namun saat ini muncul sebuah kesepakatan antar negara-negara ASEAN
(Association of Southeast Asian Nation) dan China yang membahas tentang
liberalisasi perdagangan dimana tercantum dalam ACFTA (ASEAN-China Free
Trade Area). ACFTA merupakan kesepakatan antara negara-negara anggota
ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan
menghilangkan atau mengurangi hambatan perdagangan (Ditjen Kerjasama
Perdagangan Internasional, 2010). ACFTA sendiri resmi diberlakukan mulai 1
Januari 2010. ACFTA tentu memberikan banyak peluang bagi industri alas kaki
Indonesia dimana salah satunya adalah dapat meningkatkan pemasaran produk di
China dan negara-negara ASEAN. Selain itu, hal ini akan mempermudah arus
investasi masuk ke Indonesia dan juga transfer teknologi dari negara anggota
sehingga menjadikan proses produksi industri alas kaki di Indonesia akan semakin
efisien dan memiliki dayasaing yang lebih tinggi di pasar internasional. Namun di
sisi lain ACFTA juga menyebabkan produk serupa dari negara ASEAN dan China
akan lebih mudah masuk ke Indonesia dengan harga yang semakin murah.
Hal ini tentu akan memberikan efek berbeda untuk produsen alas kaki
Indonesia, dimana di satu sisi produk-produk Indonesia mampu masuk dengan
bebas ke negara lain dan di sisi lain produk negara lain juga masuk ke Indonesia
dengan bebas serta mampu memberikan harga yang semakin murah. Semakin
banyak produk alas kaki impor dengan harga yang semakin murah akan
berdampak terhadap keberlangsungan industri alas kaki Indonesia. Selain itu akan


 

menyebabkan produsen enggan untuk berproduksi sehingga ekspor produk alas
kaki Indonesia menurun dan pada akhirnya akan mengakibatkan dayasaing produk
Indonesia yang semakin rendah di pasar internasional.
Adanya negara lain yang juga merupakan pengekspor alas kaki, maka
Indonesia mempunyai tantangan agar dapat bersaing di pasar internasional,
khususnya Asia Tenggara sebagai dampak pemberlakuan ACFTA. Kemampuan
memproduksi alas kaki merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk memenuhi
permintaan ekspor ke negara tujuan. Oleh karena itu, dengan mengetahui faktorfaktor yang berpengaruh terhadap aliran ekspor alas kaki Indonesia, maka
Indonesia dapat meningkatkan dayasaingnya agar dapat meraih pangsa pasar alas
kaki yang lebih besar.
Rumusan Masalah
Adanya liberalisasi pasar pada era perdagangan bebas saat ini, maka
Indonesia dituntut untuk dapat meningkatkan dayasaingnya agar dapat bertahan
dan bersaing di pasar internasional. Produksi alas kaki yang meningkat dari tahun
ke tahun diharapkan dapat mendorong ekspor yang lebih besar ke negara tujuan.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa alas kaki mempunyai potensi besar untuk
menjadi produk unggulan ekspor Indonesia.
Kawasan ASEAN dan China memiliki potensi yang besar untuk pasar
produk alas kaki semua negara dengan jumlah penduduk kurang lebih 1.5 miliar
jiwa. Dengan berlakunya ACFTA akan memberikan dampak yang lebih baik
untuk dayasaing produk alas kaki Indonesia karena adanya pos tarif yang
dihilangkan. Namun hal ini sekaligus memberi tantangan bagi Indonesia dimana
juga harus bersaing dengan negara ASEAN lainnya dan juga China. Apabila
Indonesia kalah bersaing, maka akan semakin banyak produk alas kaki impor
yang memenuhi pasar Indonesia dan akan mengganggu industri alas kaki
khususnya industri rumahan. Tabel 3 memperlihatkan presentase perubahan nilai
ekspor dan impor alas kaki sebelum dan sesudah diberlakukannya ACFTA.
Tabel 3. Presentase Perubahan Nilai Ekspor dan Impor Produk Alas Kaki
Indonesia, 2007-2011
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011

Nilai Ekspor
(juta US $)
1 567.05
1 828.44
1 688.35
2 428.72
3 227.01

%
Perubahan
16.68
-7.66
43.85
32.86

Nilai Impor
(juta US $)
59.08
96.84
73.96
120.26
159.11

%
Perubahan
63.89
-23.62
62.60
32.30

Net Ekspor
(juta US $)
1 507.97
1 731.60
1.614.39
2 308.46
3 067.90

%
Perubahan
14.82
-6.76
42.99
32.89

Sumber: Kementerian Perdagangan, 2013 (diolah)

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 terjadi peningkatan
ekspor alas kaki Indonesia sebesar 43.85%. Namun di tahun yang sama terjadi
juga peningkatan impor alas kaki Indonesia sebesar 62.60% lebih besar dari
presentase peningkatan ekspor. Kemudian pada tahun 2011 presentase perubahan
mengalami penurunan baik ekspor maupun impor dari tahun sebelumnya, namun
masih memberikan nilai yang positif. Akan tetapi impor alas kaki pada kuartal III
2012 mengalami peningkatan sebesar 31.68% dibandingkan kuartal III 2011,


 

juta US$

sedangkann perubahann ekspor alas kaki kuaartal III 20112 hanya meningkat 7.23%
7
dibandinggkan periodee yang samaa tahun sebeelumnya.
Di lain
l
pihak, potensi unntuk mengeembangkan alas kaki terkendala oleh
beberapa faktor, yaittu kualitas yang masih
h rendah, desain
d
prodduk yang ku
urang
bervariasi serta prosees produksi yang belum
m efisien. Apabila
A
hal ini terjadi terust
menerus, maka
m
kemuungkinan beesar dapat menyebabka
m
an rendahnyya dayasaing
g alas
kaki Indoonesia sehhingga produk terseb
but tidak dapat berttahan di pasar
internasionnal. Terlebih lagi sejaak diberlaku
ukannya ACFTA,
A
akaan menyebaabkan
produk serupa semakkin banyak di pasar daalam negeri sehingga aakan mengaancam
keberlangsungan induustri alas kaaki dalam negeri.
n
Padaa Gambar 2 memperlih
hatkan
perkembanngan ekspoor alas kaki Indonesia di
d 5 negara tujuan utam
ma pada kaw
wasan
Asia Tengggara dan China, 2008--2012.
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0

Thailand
Malaysia
Singap
pura
Vietnaam
China

2008

2009

2010

2011

2012

Sumber: Kem
menterian Perdaagangan, 2013 (diolah)
(

Gambarr 2. Perkem
mbangan Ekkspor Alas Kaki
K Indonesia ke Neggara Tujuan
Utamaa di Kawasaan Asia Ten
nggara dan China
C
Untuuk dapat meningkatka
m
an peranan alas
a kaki aggar dapat bbersaing di pasar
internasionnal, maka Indonesiaa harus meningkatka
m
n dayasainngnya di pasar
domestik maupun paasar internaasional seb
bagai dampak pemberlakuan AC
CFTA.
n
tujuuan utama ekspor alaas kaki Inndonesia dii kawasan Asia
Adapun negara
Tenggara adalah Thhailand, Maalaysia, Sin
ngapura, Viietnam dann China. Negara
N
tujuan ekkspor komooditi alas kaki
k
memiiliki karaktteristik yanng berbeda-beda
sehingga berpengaruh
b
h pada perddagangan an
ntara Indoneesia dengan negara tuju
uan.
Adaapun faktor-faktor yanng diduga memengaru
m
uhi aliran eekspor alas kaki
Indonesia ke negara tujuan yaittu GDP no
ominal negaara tujuan eekspor, GD
DP riil
Indonesia,, nilai tukarr riil rupiahh, jarak eko
onomi Indonnesia dengaan negara tu
ujuan
serta dumm
my pemberllakuan ACF
FTA. Dengaan berbagai faktor terseebut, maka aliran
a
ekspor alaas kaki Indoonesia ke negara
n
tujuaan menjadi menarik unntuk ditelitii agar
dapat mennjadi pertim
mbangan untuk
u
menin
ngkatkan ekkspor alas kaki serta agar
mampu menerapkan
m
s
strategi
yanng tepat dalaam menghaddapi ACFTA
A.
Berdasarkkan uraian di
d atas, makaa permasalaahan dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana penngaruh kebbijakan ACF
FTA terhaddap dayasaaing produk
k alas
kakii Indonesia di kawasann Asia Ten
nggara dan China serta produk serupa
negaara pesaing di pasar domestik?
2.
Apaa saja faktoor-faktor yanng memeng
garuhi aliraan ekspor pproduk alass kaki
Indoonesia ke neegara tujuann utama?


 

Tujuan Penelitian
1.
2.
3.

Menganalisis dayasaing produk alas kaki Indonesia di kawasan Asia
Tenggara dan China sebagai dampak pemberlakuan ACFTA.
Menganalisis dayasaing produk alas kaki negara pesaing di pasar domestik.
Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor produk alas
kaki Indonesia ke negara tujuan utama.
Manfaat Penelitian

1.

2.
3.

Memberikan masukan kepada pemerintah dalam upaya meningkatkan
kinerja industri alas kaki serta mampu menerapkan strategi yang tepat dalam
menghadapi ACFTA.
Memberikan informasi kepada para pelaku usaha yang bergerak di bidang
industri alas kaki sebagai penerima dampak adanya pemberlakuan ACFTA.
Menambah khasanah literatur mengenai studi industri alas kaki di Indonesia
sehingga dapat menambah wawasan baru bagi masyarakat.
Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas analisis dayasaing dan faktor-faktor yang
memengaruhi aliran ekspor produk alas kaki Indonesia sebagai dampak
pemberlakuan ACFTA. Periode waktu yang digunakan adalah dari tahun 20002011. Komoditi yang diteliti berdasarkan HS (Harmony System) 6 digit dengan
kode Harmony System (HS) sebagai berikut: HS 640219 (Sepatu olahraga yang
menggunakan bahan kulit) dan HS 640319 (Sepatu olahraga yang menggunakan
bahan kulit atau plastik). Ruang lingkup hanya pada komoditi di atas karena
merupakan komoditi yang menyumbang lebih dari 80% total ekspor produk alas
kaki Indonesia sehingga telah merepresentasikan seluruh ekspor produk alas kaki
Indonesia. Selain itu ada beberapa kode HS yang datanya tidak ada sehingga
hanya menggunakan dua kode. Negara yang menjadi bahan analisis adalah
negara-negara anggota ASEAN (Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam) di
tambah China.


 

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Konsep Perdagangan Internasional
Dalam era globalisasi, perdagangan tidak hanya dilakukan dalam satu
negara saja, melainkan antar negara. Perdagangan internasional adalah
perdagangan yang dilakukan oleh pihak-pihak antar kedua negara atau lebih,
dimana dapat dilakukan oleh perorangan maupun pemerintah. Perdagangan
Internasional tercermin dari kegiatan ekspor impor suatu negara yang menjadi
salah satu komponen pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Peningkatan
ekspor menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan PDB suatu negara
(Oktaviani dan Novianti, 2009).
Terdapat beberapa hal yang mendorong terjadinya perdagangan
internasional, diantaranya adanya perbedaan permintaan dan penawaran antar
negara. Perbedaan in terjadi karena : (a) tidak semua negara memiliki dan mampu
menghasilkan komoditi yang diperdagangkan karena faktor alam negara tersebut
tidak mendukung, seperti letak geografis dan sumberdaya alam serta (b)
perbedaan pada kemampuan suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi
tertentu pada tingkat yang lebih efisien (Lestari, 2011).
Panel A
Negara P

Panel B

Px/Py

Px/Py

Px/Py

A”

P3
Ekspor

P3
E*

SP

SQ
A’

S

B*

P2
B

E

B’
E’
Impor

A*

P1

D

DP
0

Panel C
Negara Q

X

DQ
X

X

Sumber: Salvatore, 1997

Gambar 3.
Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional
Gambar 3 menggambarkan perdagangan antara Negara P dan Negara Q. D P
dan S P adalah kurva penawaran dan permintaan untuk negara P sedangkan D Q
dan S Q adalah kurva penawaran dan permintaan untuk negara Q. Gambar 3
menunjukkan adanya kondisi harga yang lebih besar dari P 1 menyebabkan negara
P akan mengalami kelebihan penawaran dari komoditi X (alas kaki), sehingga
kurva penawaran ekspornya atau S yang diperlihatkan oleh Panel B mengalami
peningkatan.
Di lain pihak jika harga yang berlaku lebih kecil dari P 3 , maka negara Q
akan mengalami peningkatan permintaan (konsumen akan meminta lebih banyak
karena harga yang relatif murah) sehingga tingkat permintaan lebih tinggi
daripada produksi domestiknya. Hal ini akan mendorong Negara Q untuk


 

mengimpor kekurangan kebutuhan atas komoditi X tersebut dari negara yang
mengalami kelebihan produksi, yaitu negara P.
Berdasarkan harga relatif P 1 , kuantitas komoditi X yang ditawarkan akan
sama dengan kuantitas yang diminta. Pada saat berlangsungnya pedagangan
internasional antara negara P dan Negara Q tingkat harga berada pada titik P 2 dan
mengambil asumsi bahwa tidak ada biaya transportasi dalam proses perdagangan
tersebut, maka negara P akan mengekspor hasil kelebihan produksi yang
ditunjukkan oleh garis B dan E.
Sementara itu karena tingkat harga domestik Negara Q berada pada P 3 ,
maka negara Q akan mengimpor kekurangan produksinya sebesar garis B’ dan E’.
Hubungan penawaran dan permintaan kedua negara tersebut pda tingkat harga P 2
akan menyebabkan terjadinya keseimbangan internasional di titik E* (Panel B).
Kurva S dan D pada Panel B menunjukkan tingkat penawaran dan permintaan
yang terjadi dalam perdagangan internasional. Pada tingkat keseimbangan,
kuantitas ekspor yang ditawarkan oleh Negara P sama dengan kuantitas yang
diminta oleh Negara Q (Salvatore, 1997).
Konsep Daya Saing
Porter (1990) menyatakan bahwa daya saing dapat diidentikkan dengan
produktivitas, yakni tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang
digunakan. Peningkatan produktivitas ini dapat disebabkan oleh peningkatan
jumlah input fisik modal maupun tenaga kerja, peningkatan kualitas input yang
digunakan, dan peningkatan teknologi (total factor productivity).
Dalam pasar yang semakin mengglobal, keberhasilan pelaku usaha suatu
negara sangat ditentukan oleh dayasaing. Dayasaing global pada dasarnya
berhubungan dengan biaya produksi sehingga yang memenangkan kompetisi
adalah negara yang mampu memasarkan produk dengan harga paling rendah atau
berkualitas baik. Biaya produksi berhubungan dengan harga faktor-faktor input.
Selain itu keunggulan dalam daya saing dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.
Teori Keunggulan Komparatif
Teori keunggulan komparatif (theory of comparative advantages)
merupakan penyempurnaan dari teori keunggulan absolut Adam Smith yang
dikemukakan oleh David Ricardo. David Ricardo dalam Salvatore (2007)
mengatakan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu
memproduksi barang dan jasa dengan biaya yang lebih murah daripada negara
lain.
Asumsi-asumsi Teori Keunggulan Komparatif yang dibangun David
Ricardo adalah (1) berlakunya labor theory of value, yaitu bahwa nilai suatu
barang ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan; (2) tidak
memperhitungkan biaya transportasi; (3) produksi dijalankan dengan biaya tetap,
sedangkan skala produksi bersifat constant return to scale; serta (4) faktor
produksi tidak bersifat mobile antarnegara (Salvatore, 1997).


 

Teori Keunggulan Kompetitif
Teori Keunggulan Kompetitif adalah sebuah konsep yang menyatakan
bahwa kondisi alami tidak perlu dijadikan penghambat karena pada dasarnya
dapat diperjuangkan dengan berbagai usaha. Keunggulan suatu negara bergantung
pada kemampuan perusahaan di dalam negara tersebut untuk berkompetisi
menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar (Porter, 1990). Ada empat
faktor penentu keunggulan dayasaing suatu negara yang tekenal dengan sebutan
Porter’s Diamond Theory yaitu kondisi faktor, kondisi permintaan, industri
penunjang dan industri terkait, serta strategi, struktur, dan pesaing. Selain itu ada
dua faktor tambahan yaitu faktor kesempatan yang dapat menciptakan kondisi
untuk meningkatkan daya saing karena berada di luar kontrol perusahaan dan
pemerintah serta faktor pemerintah.
Konsep ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)
ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) merupakan kesepakatan antara
negara-negara ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan
bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan
baik tarif maupun non-tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan, dan
ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk
mendorong hubungan perekonomian diantara anggota ACFTA dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan China. Pemberlakuan
ACFTA dilakukan bertahap sejak tahun 2004, bergantung pada jenis komoditas.
Salah satu manfaat adanya persetujuan ACFTA ini adalah terbukanya pasar
ekspor produk Indonesia ke China dengan tarif yang diturunkan. Adanya tarif
yang diturunkan menyebabkan harga produk Indonesia di pasar China maupun
negara anggota ASEAN menjadi lebih murah dan memiliki dayasaing yang tinggi.
Selain itu ACFTA juga akan meningkatkan arus investasi asing asal China dan
negara-negara ASEAN ke Indonesia dan juga terbukanya transfer teknologi antara
pelaku bisnis di kedua negara. Selain menciptakan manfaat yang baik, ACFTA
juga memberikan tantangan untuk Indonesia di antaranya adalah (1) Indonesia
harus dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas produksi sehingga dapat
bersaing dengan produk China; (2) menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam
rangka meningkatkan dayasaing; serta (3) meningkatkan kemampuan penguasaan
teknologi informasi dan komunikasi (Ditjen Kerjasama Perdagangan
Internasional, 2010).
Dalam ACFTA disepakati akan dilaksanakan liberalisasi penuh pada tahun
2010 bagi ASEAN 6 dan China, serta tahun 2015 untuk Kamboja, Laos, Vietnam
dan Myanmar. Penurunan tarif dalam kerangka kerjasama ACFTA dilaksanakan
dalam tiga tahap, yaitu:
1.
Early Harvest Program (EHP)
2.
Normal Track
3.
Sensitif Track
a)
Sensitive List (SL)
b)
Highly Sensitive List (HSL)

10 
 

Konsep Gravity Model
Dalam ukuran ekonomi, Gravity Model adalah model yang melihat
perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antarnegara. Model ini
meniru hukum gravitasi Newton yang juga memperhitungkan jarak dan ukuran
fisik diantara dua benda. Model ini pertama kali diterapkan oleh Tinbergen (1962)
dan Poyhonen (1963) untuk meneliti aliran perdagangan internasional. Keduanya
mengembangkan persamaan pertama tentang Gravity Model melalui spesifikasi
terhadap total ekspor sebagai fungsi PDB dan jarak diantara negara yang
melakukan perdagangan (Deardoff, 1998). Gravity Model disusun oleh beberapa
variabel utama untuk mengetahui aliran perdagangan antarnegara. Jarak adalah
faktor geografi yang menjadi variabel utama dalam Gravity Model untuk analisis
aliran perdagangan bilateral. Variabel jarak ini merupakan indikasi dari biaya
transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Semakin
jauh jarak maka akan semakin mahal biaya transportasi dan nilai ekspor akan
semakin rendah. Adapun jarak yang digunakan adalah jarak ekonomi dengan
perhitungan sebagai berikut:
Jarak Ekonomi

Jarak Geografis x ∑ GDP riil negara j
GDP riil negara j

Penggunaan jarak ekonomi ini disebabkan jarak geografis antar ibukota
negara Indonesia dengan negara pesaing tidak berubah konstan. Oleh karena itu,
kondisi tersebut tidak dapat digunakan dalam melihat faktor jarak terhadap aliran
ekspor, akan tetapi dapat dilihat dari share GDP yang menunjukkan pertumbuhan
ekonomi suatu negara (Hafni, 2011). Selain variabel jarak ekonomi, variabel
populasi penduduk juga menjadi variabel yang penting dalam Gravity Model.
Populasi merupakan jumlah penduduk suatu wilayah. Jumlah penduduk menjadi
salah satu faktor penentu dalam perdagangan. Semakin banyak jumlah penduduk
suatu negara, maka semakin banyak juga permintaan negara tersebut terhadap
suatu barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya, ceteris paribus (Lipsey,
1995).
Bentuk umum dari Gravity Model dapat ditunjukkan dalam persamaan
berikut:
log

log

log

log

log

log

dimana X ij merupakan nilai ekspor dari negara i menuju negara j, GDP adalah
nilai gross domestic product dari masing-masing negara, sedangkan τ ij
menunjukkan biaya perdagangan di antara kedua negara serta distance adalah
jarak geografi antar kedua negara dan digunakan sebagai proksi biaya
perdagangan (Shepherd, 2012).
Penelitian Terdahulu
Veronika (2008) melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang
memengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di China, Singapura, dan
Malaysia dalam skema ASEAN China Free Trade Area. Penelitian ini dilakukan
dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan data
kuartalan dari Januari 2003 sampai dengan September 2003. Dari hasil olahan

11 
 

data OLS faktor yang berpengaruh nyata adalah harga ekspor, harga barang
substitusi, GDP riil perkapita, nilai tukar riil rupiah, serta dummy kesepakatan
ACFTA. Pemberlakuan program ACFTA menyebabkan penurunan ekspor wood
Indonesia ke negara China dan Malaysia. Hal ini dikarenakan peningkatan ekspor
wood Indonesia belum mampu menyaingi kuantitas dan kualitas dari negara
pengekspor wood lainnya. Sedangkan pemberlakuan program ACFTA
menyebabkan peningkatan permintaan ekspor wood Indonesia di negara
Singapura. Selain itu dummy kesepakatan ACFTA juga tidak berpengaruh
signifikan, hal ini diduga karena implikasinya hanya dapat dilihat dalam jangka
panjang.
Lestari (2011) melakukan penelitian mengenai analisis dayasaing produk
ekspor alas kaki Indonesia di pasar Amerika Serikat periode 2000-2009. Analisis
yang digunakan adalah analisis RCA (Revealed Comparative Advantages) dan
analisis CMS (Constant Market Share). Dari hasil analisis RCA, menunjukkan
bahwa nilai RCA selalu positif dan di atas satu, hal ini menunjukkan produk alas
kaki Indonesia mempunyai daya saing yang cukup baik di pasar Amerika Serikat.
Tetapi jika dibandingkan dengan nilai RCA China yang sama-sama positif dan di
atas satu, menunjukkan kecenderungan nilai RCA Indonesia dari tahun ke tahun
mengalami penurunan.
Hafni (2011) melakukan penelitian mengenai analisis dayasaing dan faktorfaktor yang memengaruhi aliran ekspor pisang Indonesia. Data yang digunakan
adalah data panel dari 6 negara dengan periode dari tahun 2001-2009, sedangkan
analisis yang digunakan adalah analisis Revealed Comparative Advantages
(RCA), Export Product Dynamic (EPD), Intra-Industry Trade (IIT) dan Gravity
Model. Variabel yang diduga memengaruhi aliran ekspor pisang Indonesia adalah
GDP riil Indonesia, GDP riil negara tujuan, popolasi negara tujuan, nilai tukar riil,
dan jarak ekonomi. Dari hasil estimasi menunjukkan bahwa empat variabel
memiliki pengaruh positif terhadap aliran ekspor pisang Indonesia yaitu variabel
GDP riil Indonesia, GDP riil negara tujuan, populasi negara tujuan dan nilai tukar
riil. Sedangkan satu variabel yang memilik pengaruh negatif adalah variabel jarak
ekonomi.
Kerangka Pemikiran
Alas kaki merupakan salah satu dari sepuluh produk ekspor utama
Indonesia. Selain itu ASEAN dan China juga mempunyai populasi penduduk
yang sangat besar sehingga menjadi pasar yang sangat potensial baik untuk
produk alas kaki Indonesia. Namun sebagian besar industri alas kaki Indonesia
masih dalam kapasitas produksi kecil atau rumahan, sehingga biaya produksinya
kurang efisien.
Apalagi dengan adanya ACFTA menyebabkan hambatan perdagangan antar
negara ASEAN dan China menjadi dikurangi secara bertahap. Hal ini tentu saja
memberikan keuntungan khususnya bagi produk alas kaki Indonesia, dengan
dihilangkannya hambatan perdagangan, maka akan semakin terbuka akses pasar
di China dan negara-negara ASEAN lain serta dengan tarif yang diturunkan maka
produk alas kaki Indonesia akan lebih murah sehingga memiliki dayasaing yang
lebih tinggi. Hal ini tampak dari peningkatan ekspor produk alas kaki setiap tahun.

12 
 

Oleh karena itu, untuk dapat bersaing di pasar internasional, produk alas kaki
Indonesia harus tetap berdayasaing tinggi.
Namun ACFTA juga menyisakan masalah yang tidak kalah besar. Selain
terbukanya akses pasar ke negara lain, Indonesia juga harus membuka pasarnya
untuk produk dari negara lain. Walaupun nilai impor alas kaki Indonesia tidak
sebesar nilai ekspor, namun proporsi kenaikan impor lebih besar dibandingkan
proporsi kenaikan ekspor. Apabila hal ini tidak diantisipasi, ditakutkan produkproduk alas kaki China dan negara ASEAN lain akan semakin memenuhi pasar
Indonesia dan akan mematikan industri-industri alas kaki dalam negeri. Untuk itu
perlu diketahui faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor alas kaki Indonesia
sehingga pihak-pihak terkait mampu menerapkan strategi yang tepat untuk tetap
mampu bersaing baik di pasar internasional.
Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis dayasaing produk ekspor alas kaki di pasar China, Vietnam,
Malaysia, Thailand dan Singapura dengan menghitung nilai RCA. China,
Vietnam, Malaysia, Thailand dan Singapura adalah lima negara yang menjadi
pesaing produk alas kaki Indonesia di kawasan ASEAN. Selanjutnya, untuk dapat
menganalisis aliran ekspor alas kaki ke Indonesia maka digunakan metode
Gravity Model. Faktor-faktor yang akan diteliti antara lain GDP nominal negara
tujuan ekspor, GDP riil Indonesia, nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang
negara pesaing, jarak ekonomi antara Indonesia dengan lima negara tersebut, dan
dummy pemberlakuan ACFTA. Gambar lengkap mengenai kerangka pemikiran
penelitian ini terdapat pada Gambar 4.
Kawasan ASEAN dan
China menjadi pasar
potensial produk alas
kaki Indonesia

Faktor yang
memengaruhi
aliran ekspor alas
kaki Indonesia

Variabel
1. GDP negara tujuan
2. GDP riil Indonesia
3. Nilai tukar rupiah
4. Jarak ekonomi
5. Dummy ACFTA

ACFTA
memengaruhi
dayasaing akibat
hambatan tarif yang
diturunkan

Nilai ekspor dan
impor alas kaki
meningkat setiap
tahun

Gravity Model

Dayasaing alas
kaki indonesia di
kawasan ASEAN
dan China (RCA)

Implikasi Kebijakan

Gambar 4.

Alur Kerangka Pemikiran

13 
 

Hipotesis
Hipotesis penelitian ini berupa dugaan tanda variabel-variabel yang
memengaruhi aliran ekspor alas kaki ke Indonesia. Berikut adalah hipotesis
penelitian yang digunakan :
1.
GDP nominal negara China, Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Thailand
diduga berpengaruh positif terhadap aliran ekspor produk alas kaki
Indonesia. Hal ini karena GDP merepresentasikan tingkat daya beli
penduduk suatu negara.
2.
GDP riil Indonesia diduga memiliki pengaruh positif terhadap aliran ekspor
produk alas kaki Indonesia. GDP juga menunjukkan kemampuan atau
kapasitas suatu negara untuk memproduksi suatu barang.
3.
Nilai tukar riil rupiah (depresiasi rupiah) diduga memiliki pengaruh positif
terhadap aliran ekspor produk alas kaki Indonesia
4.
Jarak ekonomi diduga memiliki pengaruh negatif terhadap aliran ekspor alas
kaki Indonesia.
5.
Dummy pemberlakuan ACFTA diduga memiliki pengaruh positif terhadap
aliran ekspor alas kaki Indonesia.

14 
 

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data
Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang diperoleh dari berbagai sumber. Sumber data tersebut adalah Badan Pusat
Statistik (BPS), Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, World
Bank, United Nations Commodity and Trade (UN COMTRADE), dan World
Integrated Trade and Solution (WITS). Adapun data yang digunakan adalah data
panel yang menggabungkan time series 2000-2011 dan data cross section lima
negara yaitu China, Vietnam, Malaysia, Thailand dan Singapura. Adapun data
yang digunakan terlampir dalam Lampiran 1, Lampiran 2 dan Lampiran 3.
Tabel 4. Jenis dan Sumber Data
No.
Data yang digunakan
Sumber
Nilai ekspor alas kaki Indonesia ke lima
UN COMTRADE
1.
negara tujuan dan dunia, 2000-2011
(wits.worldbank.org)
Nilai impor alas kaki Indonesia dari lima
UN COMTRADE
2.
negara dan dunia, 2000-2011
(wits.worldbank.org)
Nilai total ekspor alas kaki Indonesia, China,
UN COMTRADE
3. Thailand, Vietnam, Malaysia dan Singapura,
(wits.worldbank.org)
2000-2011
Jarak geografis antara Indonesia dengan lima
4.
www.timeanddate.com
negara asal pesaing alas kaki Indonesia
GDP riil Indonesia dan GDP nominal negara
5.
www.worldbank.org
tujuan 2000-2011
Nilai tukar riil rupiah (Rupiah/mata uang
6.
www.oanda.com
negara pesaing)
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode kuantitatif. Pengolahan
kuantitatif menggunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan Gravity
Model. Pemilihan model panel data dilakukan karena dapat menyediakan
informasi yang banyak untuk perkembangan teknik estimasi dan hasil teori serta
peneliti dapat menggunakan panel data untuk menganalisis masalah yang tidak
dapat diatasi jika hanya menggunakan time series saja atau cross section saja.
Sedangkan untuk menganalisis dayasaing dilakukan dengan analisis Revealed
Comparative Advantages (RCA).
Analisis Revealed Comparative Advantages (RCA)
Konsep Revealed Comparative Advantages (RCA) pertama kali
diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun 1965, yang menganggap bahwa
keunggulan komparatif suatu negara dicerminkan dalam ekspornya. Metode RCA
sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu
wilayah. Melalui analisis RCA, posisi dayasaing alas kaki Indonesia di China dan
empat negara ASEAN lain dapat diketahui.

15 
 

Adapun variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap
total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai
produk dalam perdagangan dunia. Secara matematis, RCA dapat dituliskan seperti
persamaaan berikut:
RCA

X ⁄X
W ⁄W

Dimana:
RCA = tingkat dayasaing komoditi j dari negara i
X ij = nilai ekspor komoditi j dari negara i pada tahun ke t (US$)
X it = nilai total ekspor seluruh komoditi negara i pada tahun ke t (US$)
W j = nilai ekspor komoditi j dari dunia tahun ke t (US$)
W t = nilai total ekspor komoditi dari dunia tahun ke t (US$)
j
= komoditi
t
= tahun ke-t
i
= negara
Jika nilai RCA lebih dari satu, maka negara tersebut memiliki keunggulan
komparatif dalam komoditi yang diekspor. Sedangkan jika nilai RCA kurang dari
satu, makan negara tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif dalam
komoditi yang di ekspor (Balassa dalam Seymen dan Utkulu, 2004). Sedangkan
Indeks RCA merupaan perbandingan antara nilai RCA sekarang dengan nilai
RCA tahun lalu. Rumus Indeks RCA adalah sebagai berikut:
Indeks RCA

RCA
RCA

Dimana:
RCA t = Nilai RCA tahun ke-(t)
RCA t-1
= Nilai RCA tahun sebelumnya
Nilai Indeks RCA sama dengan satu berarti tidak terjadi kenaikan RCA atau
kinerja ekspor alas kaki Indonesia di pasar internasional tahun sekarang sama
dengan tahun lalu (Khan dan Batra, 2005).
Analisis Gravity Model dengan Data Panel
Menurut Nachrowi dkk dalam Hafni (2011), model data panel ialah suatu
model ekonometrika yang mengkombinasikan data time series dengan data cross
section. Implikasi yang diperoleh dari kombinasi tersebut adalah hasil estimasi
dari model data panel lebih efisien karena jumlah observasi lebih banyak. Selain
itu, penggunaan model data panel juga dapat mengurangi efek bias seiring dengan
meningkatnya derajat bebas (degree of freedom).
Menurut Hsiao (2003) Kelebihan yang diperoleh dari penggunaan data
panel adalah:
1.
Dapat mengendalikan heterogenitas individu atau unit cross section.
2.
Dapat memberikan informasi yang lebih luas, mengurangi kolinearitas di
antara variabel, memperbesar derajat bebas dan lebih efisien.
3.
Dapat diandalkan untuk mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak
dapat dideteksi dalam model data cross section maupun time series.
4.
Lebih sesuai untuk mempelajari dan menguji model prilaku (behavioural
models) yang kompleks.
5.
Dapat diandalkan untuk studi dynamic of adjustment.

16 
 

Dalam analisis data panel terdapat tiga macam pendekatan yang terdiri dari
pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), model efek tetap (fixed effect),
dan model efek acak (random effect).
Pemilihan model yang digunakan dalam sebuah penelitian perlu dilakukan
berdasarkan pertimbangan statistik. Hal ini ditujukan untuk memperoleh dugaan
yang efisien. Diagram pengujian statistik untuk memilih model yang digunakan
dapat diperlihatkan pada Gambar 5 berikut ini:
Fixed Effect

Hausmann Test
Random Effect

Chow Test

LM Test
Pooled Least Square

Gambar 5.

Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel

1.

Chow Test
Chow test atau yang biasa disebut pengujian F statistik adalah pengujian
untuk memilih apakah model yang terbaik menggunakan model Pooled Least
Square atau Fixed Effect. Dalam pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai berikut:
H 0 = Model Pooled Least Square
H 1 = Model Fixed Effect
Dasar penolakan terhadap Hipotesa Nol (H 0 ) adalah dengan menggunakan
F-satistik seperti yang dirumuskan oleh Chow sebagai berikut:
FN

,NT N K

ESS ⁄ N 1
ESS
ESS ⁄ NT N K

Dimana:
ESS 1 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Pooled Least Square
ESS 2 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Fixed Effect
N
= Jumlah data cross section
T
= Jumlah data time series
K
= Jumlah variabel penjelas
Statistik Chow Test mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas (N1,NT-N-K) jika nilai Chow Statistik (F-Stat) hasil pengujian lebih besar dari FTabel maka cukup bukti untuk menolak hipotesa nol sehingga model yang
digunakan adalah model fixed effect, dan begitu juga sebaliknya.
2.
Hausmann Test
Hausmann test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam
memilih untuk menggunakan model fixed effect atau model random effect. Seperti
yang telah diketahui bahwa penggunaan model fixed effect mengandung suatu
unsur trade off yaitu hilangnya derajat bebas dengan memasukkan variabel
dummy. Namun, penggunaan metode random effect juga harus memperhatikan
ketiadaan pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat. Dalam Hausmann test
dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:
H 0 = Model Random Effect
H 1 = Model Fixed Effect

17 
 

Sebagai dasar penolakan H 0 maka digunakan statistik Hausmann dan
membandingkan dengan Chi-Square. Statistik Hausmann dirumuskan sebagai
berikut:
m

β

b M

M

β

b

dimana β adalah vektor untuk statistik variabel fixed effect, b adalah vektor
statistik variabel random effect, M 0 adalah matriks kovarian untuk dugaan fixed
effect model dan M 1 adalah matriks kovarian untuk dugaan random effect model.
Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari χ2-tabel, maka cukup bukti untuk
melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang digunakan
adalah model fixed effect, dan begitu juga sebaliknya.
Model Penelitian
Berdasarkan hipotesis dan studi empiris yang disesuaikan dengan fakta di
beberapa negara serta berbagai alternatif spesifikasi model yang telah dicoba
dengan tetap mempertimbangkan berbagai asumsi yang menjadi acuan dalam
model data panel, maka variabel yang diduga memengaruhi aliran ekspor alas
kaki ke Indonesia adalah GDP nominal negara tujuan, GDP riil Indonesia, nilai
tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan, jarak ekonomi antara
Indonesia dan negara tujuan, dan dummy pemberlakuan ACFTA. Variabelvariabel yang akan diteliti tersebut apabila dinyatakan dalam persamaan maka
akan menjadi :
LNEX it
dimana :
EX jt
GDP jt
GDP INDt
JE it
ER