Analisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor nenas Indonesia di pasar internasional

(1)

OLEH

ASTI BAROROTUN MINAL KAROMAH H14070116

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI).

Pertanian merupakan sektor yang penting bagi perekonomian nasional, terlihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang mencapai 15 persen dan penyerapan tenaga kerja nasional yang mencapai lebih dari 40 persen. Hortikultura merupakan subsektor pertanian yang terdiri dari komoditi buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan biofarmaka. Diantara komoditi tersebut, buah-buahan menyumbang 50 persen PDB hortikultura yang mengindikasikan buah-buahan merupakan komoditi unggulan baik dalam produksi maupun dalam ekspor.

Nenas adalah salah satu buah yang mendominasi ekspor nasional, dimana nilai ekspor nenas Indonesia saat ini lebih tinggi dibanding buah-buahan lainnya, mencapai US$ 204,5 juta pada tahun 2009 (Ditjen Hortikultura, 2011). Selain itu, permintaan akan buah nenas di pasar internasional terus meningkat. Walaupun begitu, pada tahun 2008 pangsa pasar ekspor nenas Indonesia di pasar internasional hanya sebesar 0,006 persen terhadap nilai ekspor nenas dunia, yang berarti ekspor nenas Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara eksportir nenas lainnya. Ekspor nenas Indonesia yang rendah tidak sejalan dengan potensi yang dimiliki Indonesia baik secara geografis maupun dalam luas wilayah. Hal tersebut bisa disebabkan oleh komoditi nenas Indonesia yang kalah bersaing dengan komoditi nenas dari negara lain, selain itu banyak faktor yang mempengaruhi aliran ekspor nenas dari dalam negeri ke pasar Internasional.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui posisi daya saing nenas Indonesia di pasar Internasional, dan (2) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor nenas Indonesia di pasar internasional. Data yang digunakan berupa data sekunder yaitu data time series dari tahun 2002-2008 dan data cross section enam negara tujuan ekspor yang berkesinambungan yaitu Jepang, Singapura, Malaysia, Uni Emirat Arab, Macao, dan Amerika Serikat. Metode yang digunakan yaitu Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan Intra-Industry Trade (IIT) untuk mengestimasi posisi daya saing nenas Indonesia dan Gravity Model untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor nenas Indonesia di pasar internasional.

Hasil penelitian mengenai estimasi daya saing menunjukkan bahwa nenas Indonesia memiliki daya saing yang lemah di pasar internasional, ditandai dengan nilai RCA Indonesia selama tahun 2002 hingga 2008 yang rata-rata berada di bawah satu. Berdasarkan metode EPD, posisi daya saing nenas Indonesia berada pada kuadran “Retreat”, ditandai dengan pangsa pasar total ekspor Indonesia

maupun pangsa pasar ekspor nenas Indonesia yang mengalami penurunan. Berdasarkan metode IIT, keterkaitan perdagangan nenas Indonesia dengan negara tujuan bersifat inter-industry, ditandai dengan nilai IIT yang rata-rata berada di


(3)

tujuan dan (3) pendapatan perkapita Indonesia. Pendapatan perkapita negara tujuan signifikan dan berpengaruh positif terhadap aliran ekspor nenas dari Indonesia, sedangkan jarak Indonesia dengan negara tujuan dan pendapatan perkapita Indonesia signifikan dan berpengaruh negatif terhadap aliran ekspor nenas dari Indonesia. Variabel lainnya yaitu populasi negara tujuan dan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap dollar tidak berpengaruh signifikan terhadap aliran ekspor nenas dari Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian, maka pemerintah harus melakukan kebijakan yang tepat untuk mendorong peningkatan ekspor nenas Indonesia dan penguatan daya saing nenas Indonesia, dengan cara (1) Indonesia harus meningkatkan volume ekspor nenas dengan cara meningkatkan produksi nenas nasional. Produksi nenas yang tinggi akan mengurangi biaya produksi (economies of scale) sehingga harga nenas Indonesia dapat lebih murah di pasar internasional dan dapat bersaing dengan nenas ekspor dari negara lain, (2) Indonesia harus meningkatkan nilai ekspor nenas dan nilai total ekspornya di pasar internasional agar memperoleh tambahan pangsa ekspor. Salahsatu caranya yaitu melakukan kerjasama dengan negara pengekspor nenas yang bernilai ekspor tinggi dan berdaya saing kuat dalam pemasaran guna meningkatkan nilai ekspor nenas Indonesia di pasar internasional, (3) Indonesia harus mempertahankan posisinya sebagai eksportir di negara Jepang, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat dan Macao dengan cara meningkatkan ekspor berbagai produk olahan nenas, agar negara tujuan tersebut memiliki pilihan produk yang lebih beragam dan tetap mengimpor nenas dari Indonesia, dan (4) Indonesia harus lebih intensif mengekspor nenas ke Jepang dan Amerika Serikat yang merupakan negara tujuan potensial karena kedua negara tersebut merupakan negara dengan GDP perkapita yang tinggi dibandingkan negara tujuan lainnya sehingga aliran ekspor nenas Indonesia ke kedua negara tersebut akan cenderung stabil, ditandai dengan nilai cross section effect yang bernilai positif.


(4)

Oleh

ASTI BAROROTUN MINAL KAROMAH H14070116

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(5)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Asti Barorotun Minal Karomah Nomor Registrasi Pokok : H14070116

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia di Pasar Internasional

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S NIP. 19641023 198903 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 19641022 198903 1 003


(6)

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN.

Bogor, Juni 2011

Asti Barorotun Minal Karomah H14070116


(7)

bersaudara, dari pasangan Bapak Mutarom dan Ibu Juansah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Cinyawar pada tahun 2001 dan penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama ke MTs Negeri Ciherang dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Cianjur dan lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan menjadi mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis sempat aktif di organisasi seperti SES-C dan di beberapa kepanitiaan seperti 1st Politik Ceria, 7th Economic Contest, dan Masa Perkenalan Fakultas dan Departemen (MPF/MPD) tahun 2009.


(8)

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia di Pasar Internasional” dengan baik.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk dapat meraih gelar Sarjana Ekonomi pada departemen Ilmu Ekonomi. Dalam Skripsi ini penulis mencoba mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti kegiatan perkuliahan di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan karena komoditi nenas adalah salah satu komoditi pertanian yang potensial untuk ekspor di pasar Internasional. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan menjadi acuan untuk penelitian lebih lanjut.

Penulis menyadari masih terdapat berbagai kekurangan karena keterbatasan penulis dan kendala yang dihadapi. Oleh karena itu semua saran dan kritik yang membangun sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, Juni 2011

Asti Barorotun Minal Karomah H14070116


(9)

penyelesain skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, sehingga sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S selaku pembimbing skripsi atas bimbingan, masukan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Alla Asmara, M.Si selaku dosen penguji utama yang telah berkenan memberikan banyak masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Deniey Purwanto, M.SE selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan yang juga telah berkenan memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Kedua orangtua tercinta, Bapak, Ibu, juga adik-adikku Deasy dan Fajar yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan semangat kepada penulis, juga telah menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin.

5. Seluruh dosen dan staf departemen ilmu ekonomi yang telah memberikan banyak ilmu dan bantuan kepada penulis selama kegiatan perkuliahan. 6. Teman-teman penulis Dewi, Eva, mbak Ine, Tia, mbak Elga, dan

teman-teman wisma Arsida 2, Faaizah, Lina, Ika, Puji, Ajeng, Maslichah, Ai Lulu, Arini, dan teman-teman satu bimbingan Nurriska, Nurul Andelisa.

7. Teman-teman Ilmu Ekonomi 44 dan semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam pencarian data, pengolahan dan penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Bogor, Juni 2011

Asti Barorotun Minal Karomah H14070116


(10)

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

2.1.Perdagangan Internasional ... 10

2.2. Konsep Daya Saing ... 13

2.2.1. Teori Keunggulan Absolut ... 13

2.2.2. Teori Keunggulan Komparatif ... 14

2.1.4. Teori Keunggulan Kompetitif ... 14

2.3. Gravity Model ... 17

2.4. Nilai Tukar ... 21

2.5. Penelitian Terdahulu ... 22

2.6. Kerangka Pemikiran ... 26

III. METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 30

3.2. Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 31

3.2.1. Revealed Comparative Advantage ... 31

3.2.2. Export Product Dynamic ... 33

3.2.3. Intra-Industry Trade ... 34

3.2.4. Analisis Panel Data ... 35

3.3. Model Operasional Penelitian ... 42


(11)

4.1.3. Kondisi Pasar Ekspor Nenas di Uni Emirat Arab ... 51

4.1.4. Kondisi Pasar Ekspor Nenas di Amerika Serikat ... 52

4.1.5. Kondisi Pasar Ekspor Nenas di Malaysia ... 53

4.1.6. Kondisi Pasar Ekspor Nenas di Macao ... 54

4.2. Kondisi Budidaya Nenas dalam Negeri ... 55

4.2.1. Produksi ... 55

4.2.2. Pengolahan ... 59

4.2.3. Kendala ... 60

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

5.1. Hasil Estimasi Daya Saing Nenas Indonesia di Pasar Internasional ... 62

5.1.1. Hasil Estimasi Revealed Comparative Advantage ... 62

5.1.2. Hasil Estimasi Export Product Dynamic ... 67

5.1.3. Hasil Estimasi Intra-Industry Trade ... 70

5.2. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia dengan Negara Tujuan ... 72

5.2.1. Hasil Regresi Panel Data ... 73

5.2.2. Hasil Uji Asumsi Model ... 74

5.2.3. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia ke Negara Tujuan ... 75

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

6.1. Kesimpulan ... 81

6.2. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(12)

Pertanian Indonesia Periode 2006 – 2009 ... 2 1.2.Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Berdasarkan Harga

Berlaku Periode 2004-2009 ... 2 1.3.Nilai Produksi Beberapa Buah-Buahan Indonesia Periode

2004-2009 ... 3 1.4.Nilai Konsumsi Perkapita Beberapa Buah-Buahan di Indonesia

Periode 2004-2008 ... 4 1.5.Nilai Ekspor Beberapa Buah-Buahan di Indonesia Periode

2004 – 2008 ... 5 3.1. Jenis Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam

Penelitian ... 30 3.2. Klasifikasi Nilai Intra-Industry Trade ... 35 4.1. Sepuluh Negara dengan Nilai Ekspor Nenas Terbesar

Tahun 2008 ... 46 4.2. Sepuluh Negara dengan Nilai Impor Nenas Terbesar

Tahun 2008 ... 47 4.3. Harga Produsen Beberapa Negara Penghasil Nenas Tahun 2008 ... 49 4.4. Neraca Perdagangan Indonesia – Malaysia Periode 2004-2008 ... 53 4.5. Lima Besar Provinsi Penghasil Nenas di Indonesia

Tahun 2009 ... 57 4.6. Perbandingan Produkstivitas dan Luas Panen Nenas Indonesia

dengan Negara Pesaing Tahun 2008 ... 58 5.1. Hasil Estimasi RCA Nenas Indonesia Periode 2002 – 2008 ... 61 5.2. Nilai RCA Nenas Indonesia di Beberapa Negara Tujuan Ekspor

Periode 2002 – 2008 ... 64 5.3. Hasil Estimasi Nilai EPD Nenas Indonesia


(13)

5.6. Hasil Estimasi NilaiIIT Komoditi Nenas Antara Indonesia dengan

Beberapa Negara Tujuan Periode 2002 – 2008 ... 70 5.7. Hasil Uji Chow ... 72 5.8. Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor

Nenas Indonesia ke Negara Tujuan ... 73 5.9. Nilai Korelasi antar Variabel dalam Model ... 75


(14)

2.1. Mekanisme Perdagangan Internasional ... 12

2.2. Analisis Keseimbangan Parsial atas Biaya Transportasi ... 19

2.3. Kerangka Pemikiran ... 26

3.1. Daya Tarik Pasar dan Kekuatan Bisnis pada Matriks EPD ... 34

4.1. Nilai Ekspor Nenas Dunia Periode 2002–2008 ... 46

4.3. Produksi Buah Nenas di Indonesia Periode 2002 – 2009 ... 55

4.4. Luas Panen dan Produktivitas Nenas di Indonesia Tahun 2002 – 2009 ... 56

4.5. Beberapa Produk Olahan Nenas ... 59

5.1. Perbandingan Nilai RCA Indonesia dengan RCA Negara-Negara ASEAN Periode 2002 – 2008 ... 63

5.2. Perkembangan Peningkatan GDP Perkapita Negara Tujuan Ekspor Nenas Indonesia Periode 2002 –2008 ... 76

5.3. Perkembangan GDP Perkapita Indonesia Periode 2002 – 2008 ... 78

5.4. Perkembangan Peningkatan Jumlah Penduduk Negara Tujuan Ekspor Nenas Indonesia Periode 2002 –2008 ... 79


(15)

Ekspor Tahun 2002 – 2008 ... 87 2. Data Penelitian dalam Logaritma Natural ... 89 3. Hasil Estimasi Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Ekspor

Nenas Indonesia Menggunakan Fixed Effect ... 91 4. Uji Normalitas dan Multikolinearitas ... 92 5. Chow Test ... 93 6. Hasil Estimasi Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran

Ekspor Nenas Indonesia Menggunakan Pooled Least Square ... 94 7. Perbandingan Produksi, Konsumsi dan Ekspor Nenas Indonesia


(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara berkembang yang kaya sumberdaya alam dan dikenal juga sebagai negara agraris. Wilayah daratan Indonesia yang membentang dari ujung Barat hingga ujung Timur seluas 1.922.570 km² dengan pulau-pulaunya yang tersebar di sekitar garis khatulistiwa menjadikan Indonesia beriklim tropis yang sangat sesuai untuk pertanian. Hal tersebut didukung pula oleh jumlah penduduk Indonesia. Hasil sensus BPS pada tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.556.363juta jiwa.

Penduduk yang banyak mengindikasikan jumlah angkatan kerja yang besar termasuk dalam bidang pertanian, tercermin dari sektor pertanian yang termasuk lapangan pekerjaan utama bagi penduduk Indonesia dari dulu hingga saat ini. Menurut data SAKERNAS, penduduk yang bekerja di sektor pertanian hingga tahun 2009 adalah 43.029.493 jiwa atau sekitar 41,18 persen dari total penduduk yang bekerja. Faktor geografis dan luas wilayah didukung oleh jumlah tenaga kerja yang dimiliki Indonesia menjadikan pertanian sebagai sektor yang sangat penting bagi perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan penyumbang pendapatan negara terbesar setelah industri pengolahan, terlihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang semakin meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai 15 persen pada tahun 2009. Kontribusi pertanian terhadap PDB nasional dan lapangan pekerjaan di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1.


(17)

Tabel 1. 1 Nilai PDB Sektor Pertanian dan Angkatan Kerja di Sektor Pertanian Indonesia Periode 2006 – 2009

Tahun 2006 2007 2008 2009

Nilai PDB Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan (Milyar Rupiah)

433.223,40 541.931,50 716.065,30 858.252,00

Kontribusi Terhadap

Total PDB Indonesia (%) 12,97 13,72 14,46 15,29

Angkatan Kerja di Sektor

Pertanian (Jiwa) 42.323.190 42.608.760 42.689.635 43.029.493

Kontribusi terhadap Total Angkatan Kerja Nasional (%)

44,47 43,66 41,83 41,18

Sumber : BPS 2011 (diolah)

Pertanian di Indonesia terbagi ke dalam beberapa subsektor, antara lain subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan dan hortikultura. Subsektor hortikultura adalah subsektor yang penting karena nilai PDB hortikultura yang terus meningkat seperti dapat dilihat pada tabel 1.2.

Tabel 1.2 Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode 2004-2009

No Kelompok Komoditas

Nilai PDB (Milyar Rupiah) Kontribusi Rata-Rata

(%) 2005 2006 2007 2008 2009**

1 Buah-buahan 31.694 35.448 42.362 47.060 50.595 55.31 2 Sayuran 22.630 24.694 25.587 28.205 29.005 34.74 3 Biofarmaka 2.806 3.762 4.105 3.853 4.109 4.97 4 Tanaman Hias 4.662 4.734 4.741 4.950 5.348 6.52

Total PDB 61.792 68.638 76.795 78.292 89.057 100.00 Keterangan: **angka sementara

Sumber : Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian 2011

Berdasarkan tabel di atas hortikultura terdiri dari komoditi buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan biofarmaka. Diantara komoditi hortikultura tersebut, komoditi buah-buahan menjadi komoditi unggulan karena produksi di dalam


(18)

negeri cukup tinggi yang berkontribusi lebih dari 50 persen dari seluruh PDB subsektor hortikultura, diikuti oleh komoditi sayuran sebesar 34,74 persen, komoditi tanaman hias sebesar 6,52 persen dan komoditi biofarmaka sebesar 4,97 persen. Jenis tanaman buah-buahan yang potensial dan memberikan kontribusi besar terhadap total produksi buah-buahan nasional adalah jeruk, mangga, nenas, pepaya, pisang dan salak. Nilai produksi beberapa buah-buahan di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut.

Tabel 1.3 Nilai Produksi Beberapa Buah-Buahan Indonesia Periode 2004-2009

No. Komoditas Produksi (Ton)

2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 Pisang 4.874.439 5.177,607 5.037,472 5.454,226 5.741,351 6.373.533 2 Jeruk 2.071.084 2.214,019 2.565,543 2.625,884 2.311,581 2.131.768 3 Mangga 1.437.665 1.412.884 1.621.997 1.818.619 2.013.121 2.243.440 4 Nenas 709.918 925.082 1.427.781 2.237.858 1.272.761 1.558.196 5 Pepaya 732.611 548.657 643.451 621.524 653.276 772.844

Sumber : Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian 2011

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa produksi buah-buahan di Indonesia cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun nilai produksi buah-buahan yang tinggi tidak berarti konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia juga tinggi. Walaupun beragam jenis buah tumbuh di Indonesia dan sebagian besar buah-buahan selalu tersedia sepanjang tahun, minat masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi buah-buahan masih tergolong rendah karena banyak masyarakat Indonesia yang belum menyadari pentingnya mengkonsumsi buah-buahan bagi pemenuhan gizi dan kesehatan. Padahal di luar negeri buah-buahan merupakan komoditi yang dicari walaupun harganya mahal.


(19)

Persentase konsumsi buah-buahan perkapita masyarakat Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.4.

Tabel 1.4 Nilai Konsumsi Perkapita Beberapa Buah-Buahan di Indonesia Periode 2004-2008

No. Nama

Buah 2004 2005 2006 2007 2008

Rata-Rata Konsumsi (Kg/kapita/tahun) 1 Jeruk 2,70 6,14 3,07 3,85 3,59 3,87 2 Nenas 0,52 0,47 0,42 0,31 0,31 0,40 3 Pisang 7,59 8,89 7,54 7,80 8,37 8,03 4 Melon 0,26 0,47 0,16 0,36 0,16 0,28

5 Apel 0,52 0,78 0,52 1,14 1,04 0,80

Sumber : Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian 2011

Berdasarkan tabel 1.4 di atas terlihat bahwa buah yang paling banyak dikonsumsi adalah jeruk dan pisang, sedangkan rata-rata konsumsi buah lainnya bahkan tidak mencapai satu kilogram pertahun. Permintaan terhadap buah-buahan yang rendah menyebabkan produksi buah-buahan nasional yang tinggi tidak terserap seluruhnya oleh pasar domestik, terjadilah kelebihan penawaran buah-buahan di Indonesia dan menjadi salah satu penyebab ekspor buah-buah-buahan ke negara lain untuk memenuhi permintaan pasar Internasional.

Menurut Departemen Pertanian (2009) nilai ekspor buah-buahan Indonesia ke sejumlah negara di Asia, khususnya ASEAN dan Timur Tengah dalam setahunnya mencapai US 240 juta Dollar. Hal ini menunjukkan bahwa buah-buahan asal Indonesia sudah punya pangsa pasar di luar negeri. Untuk total ekspor buah Indonesia pada tahun 2006 sebesar 26.236 ton atau senilai US$ 144.492.469, sedangkan volume ekspor pada tahun 2007 mengalami penurunan, yaitu sebesar 15.761 ton atau senilai US$ 93.652.526. Sedangkan untuk tahun 2008 volume


(20)

ekspor buah meningkat sebesar 105,50 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu 32.389 ton dengan nilai US$ 234.867.444.

Diantara buah-buahan asal Indonesia yang diekspor, nenas adalah salah satu komoditi yang mendominasi ekspor buah dari Indonesia selain manggis. Hal ini salah satunya disebabkan nenas adalah salah satu buah tropis utama yang diimpor di tingkat dunia, mencapai 2,8 juta ton pada tahun 2008. Potensi ekspor nenas asal Indonesia sangat besar dikarenakan hingga saat ini nilai ekspor nenas asal Indonesia lebih tinggi daripada buah-buahan lainnya seperti yang terdapat pada data Ditjen Hortikultura Departemen Pertanian yang menunjukkan nilai ekspor nenas Indonesia dari tahun 2004 hingga 2008, dimana pada tahun 2008 nilai ekspor nenas Indonesia mencapai US$ 204 juta, jauh lebih besar dibandingkan buah-buahan lainnya seperti manggis yang nilai ekspornya pada tahun 2008 hanya US$ 5,8 juta. Perbandingan nilai ekspor nenas dan buah-buahan lainnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.5 Nilai Ekspor Beberapa Buah-Buahan di Indonesia Periode 2004 – 2008

No. Komoditas

Nilai Ekspor (US$)

2004 2005 2006 2008

1 Pisang 778.506 1.288.873 1.407.542 988.914 2 Nenas 74.339.004 104.597.136 124.973.944 204.552.168 3 Mangga 2.013.390 999.981 1.160.642 1.645.948 4 Manggis 3.291.855 6.386.091 3.611.995 5.832.534 5 Jeruk 1.724.971 942.870 802.328 1.610.614 6 Buah Lainnya 18.015.818 35.847.606 12.536.018 20.237.266 Total 100.163.544 150.062.557 144.492.469 234.867.444

Sumber : Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian 2011

Nenas asal Indonesia tidak hanya diekspor dalam bentuk nenas segar, tetapi juga dalam bentuk nenas olahan. Negara peminat nenas olahan juga


(21)

tergolong banyak, bahkan permintaan terhadap nenas olahan semakin meningkat saat ini. Menurut Departemen Pertanian (2009), negara pengimpor nenas olahan dari Indonesia antara lain Amerika Serikat, Belanda, Singapura, Jerman dan Spanyol. Rata-rata volume ekspor ke Amerika Serikat sejak tahun 1999 – 2005 sebesar 52.054 ton dan relatif stabil setiap tahunnya, bahkan ekspor ke negara Belanda, Singapura dan Jerman serta Spanyol terus menunjukkan trend yang meningkat. pangsa negara pengimpor nenas segar dan olahan dari Indonesia pada tahun 2005 dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut.

Sumber : Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian 2009

Gambar 1.1 Pangsa Negara Pengimpor Nenas dari Indonesia Tahun 2005

Permintaan buah nenas di pasar internasional akan terus meningkat dengan makin meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan dan kesadaran kebutuhan gizi masyarakat dunia. Hal ini merupakan suatu peluang bagi Indonesia yang beriklim tropis yang sangat cocok untuk budidaya nenas sehingga dapat memenuhi kebutuhan nenas internasional. Keunggulan lain adalah nenas dapat dibudidayakan hampir di semua jenis tanah yang ada di Indonesia karena nenas tergolong sebagai tanaman dataran rendah yang memerlukan curah hujan sedang-tinggi dengan periode basah di atas enam bulan. Teknologi produksi dengan

37%

12% 1%

11% 8%

7% 7%

5% 12%

Malaysia (Segar) Jepang (Segar) Negara lain (Segar) Amerika Serikat (Olahan) Belanda (Olahan) Singapura (Olahan) Jerman (Olahan) Spanyol (Olahan) Negara lain (Olahan)


(22)

menggunakan metode pengaturan pembungaan memungkinkan nenas tersedia sepanjang tahun1. Kesempatan yang ada harus dimanfaatkan oleh pemerintah yaitu dengan meningkatkan daya saing nenas Indonesia dengan nenas dari negara lain agar perdagangan nenas di pasar internasional ini dapat meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan penerimaan devisa.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan data FAO, perdagangan buah tropika di tingkat dunia terus mengalami peningkatan. Salah satu buah tropika utama yang diperdagangkan di tingkat dunia adalah nenas, terlihat dari nilai perdagangan nenas dunia yang terus mengalami peningkatan hingga mencapai US$ 1,5 milyar pada tahun 2008. Peningkatan perdagangan nenas dunia hingga saat ini belum diimbangi oleh peningkatan ekspor nenas dari Indonesia. Rendahnya ekspor nenas asal Indonesia tentu tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki Indonesia terutama dalam faktor geografis seperti iklim dan luas wilayah. Seharusnya dengan kelebihan yang dimiliki Indonesia tersebut, Indonesia berpotensi menjadi pengekspor nenas terbesar di dunia. Apabila Indonesia bisa memaksimalkan potensinya dalam ekspor nenas maka pendapatan yang bisa diperoleh dari perdagangan tersebut cukup tinggi.

Menurut Departemen Pertanian, di Indonesia sendiri nenas merupakan salah satu buah yang menjadi komoditi andalan ekspor, tetapi peran Indonesia sebagai produsen maupun eksportir nenas segar di pasar internasional masih

1


(23)

sangat kecil dengan pangsa pasar hanya 0,006 persen terhadap ekspor nenas dunia pada tahun 2008. Hal itu menimbulkan suatu pertanyaan mengapa hingga saat ini Indonesia belum bisa menjadi pemasok utama kebutuhan nenas dunia, dan mengapa ekspor nenas dari Indonesia belum bisa menjadi yang terbesar jika dibanding negara penghasil nenas lainnya. Tentu ada banyak faktor yang memengaruhi rendahnya ekspor nenas asal Indonesia tersebut, salah satu indikatornya dapat berupa daya saing nenas Indonesia di pasar internasional, karena kuat atau lemahnya daya saing suatu komoditi di pasar internasional sangat menentukan besar kecilnya volume ekspor komoditi tersebut.

Ekspor nenas Indonesia yang masih rendah tersebut juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Maka untuk meningkatkan ekspor nenas nasional, perlu diketahui faktor apa saja yang bisa mendorong ekspor nenas Indonesia ke pasar Internasional agar dapat diperoleh kebijakan yang tepat. Kebijakan yang tepat oleh pemerintah dan institusi yang terkait sangat penting dan dibutuhkan dalam mendukung peningkatan ekspor nenas asal Indonesia. Selain itu, kebijakan yang tepat akan menguntungkan semua pihak, yaitu para petani, produsen, pemerintah dan secara nasional yaitu akan meningkatkan pendapatan yang bisa diperoleh dari perdagangan nenas di pasar internasional.

Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana daya saing nenas asal Indonesia di pasar internasional?

2. Faktor apa saja yang memengaruhi aliran ekspor nenas Indonesia ke pasar internasional?


(24)

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuaraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui posisi daya saing nenas Indonesia di pasar internasional.

2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor nenas Indonesia ke pasar internasional.

1.4 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam implikasi kebijakan yang berkaitan dengan ekspor nenas khususnya, manfaat bagi penulis maupun berbagai pihak yang terkait dengan penelitian ini, serta dapat menjadi bahan studi literatur, informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya melingkupi analisis daya saing nenas asal Indonesia dan aliran ekspor nenas Indonesia di enam negara tujuan ekspor yang berkesinambungan berdasarkan estimasi data-data sekunder yang diperoleh dari institusi-institusi terkait selama periode tahun 2002 hingga tahun 2008. Nenas yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua varietas nenas asal indonesia yang diekspor dalam bentuk fresh or dried berdasarkan kode HS 080430.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar individu dengan individu, antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor impor suatu negara menjadi salah satu komponen dalam pembentukan PDB dari sisi pengeluaran suatu negara. (Oktaviani dan Novianti, 2009)

Menurut Krugman dalam Hady (2004) alasan utama terjadinya perdagangan internasional adalah :

1. Negara–negara melakukan perdagangan karena mereka berbeda satu sama lain.

2. Negara negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai

economies of scale.

Menurut Todaro (2006) perdagangan merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi di setiap negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar internasional yang potensial untuk beragam produk ekspor. Perdagangan cenderung meningkatkan pemerataan atas distribusi pendapatan dan kesejahteraan dalam lingkup domestik dan internasional. Hal ini berlangsung melalui suatu proses


(26)

penyamaan harga-harga faktor produksi di semua negara, peningkatan pendapatan riil di setiap negara yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan perdagangan internasional, serta memacu efisiensi penggunaan sumber daya di setiap negara, yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya di dunia secara keseluruhan.

Perdagangan juga dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalui promosi serta pengutamaan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif, baik itu berupa ketersediaan faktor-faktor produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah, atau keunggulan efisiensi alias produktivitas tenaga kerja. Perdagangan ini juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomis yang mereka miliki. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan-kebijakan internasional yang berorientasi ke luar.

Melalui perdagangan internasional, suatu negara akan mengekspor suatu komoditi apabila kebutuhan dalam negeri akan komoditi di negara tersebut sudah terpenuhi, sehingga kelebihan penawaran akan diekspor ke luar negeri. Begitu pula sebaliknya, apabila produksi dalam negeri akan suatu komoditi tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, maka negara tersebut akan mengimpor komoditi tersebut dari negara lain sehingga akan terbentuk keseimbangan permintaan dan penawaran diantara kedua negara yang melakukan perdagangan.

Menurut Smith (1995) ekspor adalah barang dan jasa yang dihasilkan di sebuah negara dan dijual di negara lain sebagai penukar atas barang dan jasa,


(27)

emas, devisa asing atau untuk menyelesaikan utang. Negara menggunakan sumberdaya dalam negeri mereka untuk ekspor karena mereka dapat memperoleh lebih banyak barang dan jasa dengan devisa internasional yang mereka peroleh dari ekspor daripada yang akan mereka peroleh dengan menggunakan sumberdaya itu bagi produksi barang dan jasa di dalam negeri. Sedangkan menurut definisi dari International Merchandise Trade Statistics, ekspor barang adalah seluruh barang yang dibawa keluar dari wilayah suatu negara, bersifat komersial maupun non komersial, serta barang yang akan diolah di luar negeri yang hasilnya dimasukkan kembali ke negara tersebut.

Keterangan :

Kurva 1 : Keadaan pasar komoditi X di negara 1 Kurva 2 : Keadaan pasar komoditi X di negara 1 dan 2 Kurva 3 : Keadaan pasar komoditi X di negara 2 Sumber: Salvatore (1997)

Gambar 2.1 Mekanisme Perdagangan Internasional

Pada kurva di atas, di negara 1 keseimbangan permintaan dan penawaran terjadi pada P1, sedangkan di negara 2 keseimbangan permintaan dan penawaran terjadi pada P3. Setelah hubungan perdagangan berlangsung diantara kedua


(28)

negara tersebut, harga relatif komoditi X akan berada diantara P1 dan P3. Apabila harga yang berlaku di negara 1 lebih tinggi dari P1, maka negara 1 akan berproduksi jauh lebih banyak dari kebutuhan domestik akan komoditi X tersebut, sehingga kelebihan produksi tersebut diekspor ke negara 2. Begitu pula di negara 2, apabila harga yang berlaku setelah perdagangan lebih kecil dari dari P3, maka akan terjadi kelebihan permintaan X domestik sehingga negara 2 tersebut akan mengimpor komoditi dari negara 1.

2.2Konsep Daya Saing

2.2.1 Teori Keunggulan Absolut

Teori absolut dikemukakan oleh Adam Smith, yaitu setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage), serta mengimpor barang jika negara tersebut tidak memiliki keunggulan mutlak (absolute disadvantage). Suatu negara dikatakan mempunyai keunggulan absolut apabila suatu negara dapat menghasilkan satu macam barang dengan biaya yang secara absolut lebih rendah dari negara lain.

Asumsi pokok dari teori keunggulan absolut antara lain : 1. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja. 2. Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama. 3. Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang. 4. Biaya transport diabaikan.


(29)

2.2.2 Teori Keunggulan Komparatif

Teori keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo menyatakan bahwa sekalipun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi dua komoditas dibanding negara lain, perdagangan masih bisa berlangsung selama rasio harga antar negara masih berbeda dibanding tidak ada perdagangan. Menurut teori cost comparative advantage suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara teresebut dapat berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang atau tidak efisien.

Berdasarkan analisis production comparative advantage atau labor productivity dikatakan bahwa suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif tidak produktif.

2.2.3 Teori Keunggulan Kompetitif

Porter dalam Ismailfekon (2009) melihat bahwa salah satu faktor yang paling penting untuk menghadapi persaingan global adalah kemampuan kompetitif yang dimiliki suatu negara. Jika suatu negara mempunyai keunggulan dalam hal faktor biaya atau mutu faktor yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk, maka negara itu akan menjadi tempat produksi dan ekspor akan mengalir ke negara lain. Porter dalam Mustopa (2010) juga menyebutkan bahwa


(30)

keunggulan kompetitif suatu negara ditentukan oleh empat jenis variabel yang merupakan faktor penentu keunggulan kompetitif, yaitu interaksi antara empat faktor spesifik dan dua faktor eksternal, yaitu :

1. Factor Condition

Posisi suatu bangsa berdasarkan sumberdaya yang dimiliki merupakan faktor produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu, terdiri dari : a) Sumberdaya Alam

Sumberdaya alam yang memengaruhi daya saing industri nasional mencakup biaya, kualitas, aksesibilitas, ukuran lahan, ketersediaan air, mineral, dan energi serta sumberdaya pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, dan sumberdaya lainnya baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui, termasuk kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah, kondisi topografis, dan lain-lain.

b) Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia yang memengaruhi daya saing industri nasional terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan keterampilan yang dimiliki, biaya tenaga kerja yang berlaku, dan etika kerja. c) Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Sumberdaya IPTEK mencakup ketersediaan pengetahuan pasar dan pengetahuan ilmiah yang menunjang produksi barang dan jasa. Termasuk ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan teknologi seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan dan sumber pengetahuan dan teknologi lainnya.


(31)

d) Sumberdaya Modal

Sumberdaya modal yang memengaruhi daya saing nasional terdiri dari jumlah dan biaya yang tersedia, jenis pembiayaan, aksesibilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan, tingkat tabungan masyarakat, peraturan keuangan, dan peraturan moneter dan fiskal.

e) Sumberdaya Infrastruktur

Sumberdaya infrastruktur yang memengaruhi daya saing nasional dapat dilihat dari ketersediaan jenis, mutu dan biaya penggunaan infrastruktur yang memengaruhi persaingan, termasuk sistem transportasi, komunikasi, air bersih, dan energi listrik.

2. Demand Condition

Kondisi permintaan sangat memengaruhi penentuan daya saing, terutama mutu permintaan. Mutu permintaan menjadi suatu tantangan bagi perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya dengan memberikan respon terhadap persaingan yang terjadi. Kondisi permintaan bisa dilihat dari dua aspek yaitu kondisi permintaan domestik dan ekspor.

3. Related and Supporting Industries

Keberadaan industri terkait dan pendukung memengaruhi daya saing secara global akibat adanya keterkaitan yang erat antara industri hulu dan hilir.

4. Firm Strategy, Structure, and Rivalry

Tingkat persaingan bagi perusahaan akan mendorong kompetisi dan inovasi. Keberadaan pesaing lokal akan menjadi penggerak bagi perusahaan lain untuk terus berinovasi. Perusahaan yang bisa bersaing dalam industri nasional akan


(32)

lebih mudah memenangkan persaingan internasional dibanding perusahaan yang belum memiliki daya saing nasional atau berada dalam industri yang tingkat persaingannya rendah. Struktur industri dan struktur perusahaan juga menentukan daya saing yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam industri tersebut.

Dua faktor eksternal dalam teori Porter yaitu : 1. Peran Pemerintah

Peran pemerintah dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Pemerintah dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh keeempat variabel utama. Variabel kondisi sumberdaya dipengaruhi melalui subsidi, kebijakan pasar modal, kebijakan pendidikan dan lainnya. Pemerintah juga sering menjadi pemegang kekuasaan atas sumberdaya yang menyangkut kepentingan rakyat banyak.

2. Peran Kesempatan

Peran kesempatan berada di luar kendali perusahaan maupun pemerintah namun memengaruhi tingkat daya saing. Beberapa hal yang dianggap sebagai kesempatan seperti adanya penemuan baru, depresiasi mata uang atau kondisi politik yang menguntungkan bagi peningkatan daya saing.

2.3 Gravity Model

Penelitian ini menggunakan Gravity Model untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan nenas asal Indonesia di beberapa negara. Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Tinbergen (1962). Menurut model ini, barang ekspor dari negara i ke negara j diterangkan oleh ukuran


(33)

ekonomi masing-masing negara (GDP), populasi masing-masing negara, dan jarak antar negara (Bergstrand dalam Setyo, 2009). Rumus model ini didasari oleh hukum gravitasi Newton yang menyebutkan bahwa gaya gravitasi antara dua benda dipengaruhi secara proporsional oleh massa kedua benda dan dipengaruhi secara proporsional tetapi berbanding terbalik dengan jarak kedua benda tersebut. Secara ekonomi dapat diartikan bahwa perdagangan antarnegara berhubungan positif dengan pendapatan dan populasi namun berhubungan negatif dengan jarak antarkedua negara.

2.3.1 Jarak

Jarak menjadi variabel utama gravity model dalam aliran perdagangan. Variabel jarak adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Biaya transportasi meliputi ongkos pengapalan, biaya bongkar muat di pelabuhan, premi asuransi, serta aneka pungutan pada saat komoditi yang diperdagangkan itu disimpan di suatu tempat sementara (Salvatore 1997). Semakin jauh jarak maka biaya transportasi akan semakin mahal sehingga volume ekspor semakin kecil.

Salvatore (1997) menjelaskan pengaruh biaya transportasi terhadap perdagangan internasional seperti dalam gambar 2.2. Sebelum dilakukan perdagangan internasional, negara 1 akan memproduksi komoditi Z sebanyak 50 unit dengan harga $5, sementara negara 2 akan memproduksi komoditi Z sebanyak 50 unit dengan harga $11.


(34)

Sumber : Salvatore 2007

Gambar 2.2 Analisis Keseimbangan Parsial atas Biaya Transportasi

Berdasarkan gambar 2.2, setelah dilakukan perdagangan internasional (tanpa biaya transportasi) harga komoditi Z di negara 1 akan meningkat sehingga negara 1 berproduksi lebih banyak kemudian kelebihan produksinya diekspor ke negara 2. Bertambahnya kuantitas komoditi Z menyebabkan harga komoditi Z di negara 2 menurun hingga harga yang berlaku di kedua negara adalah sama yaitu sebesar $8 dengan kuantitas komoditi Z yang diperdagangkan sebanyak 50 unit.

Biaya transportasi akan menyebabkan harga komoditi di negara importir yaitu negara 2 meningkat sehingga harga komoditi Z di negara sebesar 2 $9 sementara di negara 1 sebesar $7. Negara 1 akan meningkatkan produksi domestik atas komoditas Z hingga 70 unit, dimana untuk konsumsi domestik sebanyak 30 unit, dan 40 unit sisanya diekspor ke negara 2. Sedangkan di negara 2 disaat harga $9 produksi komoditas Z sebanyak 30 unit dan tingkat konsumsi domestiknya sebanyak 70 unit, sehingga untuk memenuhi kebutuhan domestiknya negara 2 mengimpor 40 unit komoditi Z dari negara 1.


(35)

2.3.2 Produk Domestik Bruto

Menurut Mankiw (2003) Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/GDP) menyatakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. GDP terdiri dari GDP nominal dan GDP riil. GDP nominal mengukur nilai uang yang berlaku dari output perekonomian. GDP riil mengukur output yang dinilai pada harga konstan. Komponen GDP terdiri dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan net ekspor yang dapat dituliskan dalam persamaan berikut.

Y = C + I + G + NX (2.1)

Gross Domestic Product (GDP) sebagai salah satu variabel utama dalam analisis aliran perdagangan gravity model menunjukkan besarnya kemampuan perekonomian suatu negara. Semakin besar GDP yang dihasilkan suatu negara semakin besar pula kemampuan negara tersebut untuk melakukan perdagangan.

2.3.3 Populasi

Populasi di suatu negara berpengaruh terhadap permintaan ekspor negara tersebut. Pertumbuhan penduduk di negara tujuan ekspor berimplikasi pada peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga kurva permintaan bergeser ke kanan dan menyebabkan terjadinya excess demand pasar internasional dengan asumsi permintaan tetap, ceteris paribus. Begitu pula pertumbuhan penduduk di negara pengekspor akan meningkatkan permintaan dalam negeri dan menurunkan penawaran ekspor sehingga menyebabkan terjadinya excess demand


(36)

2.4 Nilai Tukar

Menurut Mankiw (2003) kurs atau exchange rate antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Para ekonom membedakan kurs menjadi dua, yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara sedangkan kurs riil (riil exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara. Tingkat harga dimana kita memperdagangkan barang domestik dengan barang luar negeri tergantung pada harga barang dalam mata uang lokal pada tingkat kurs yang terjadi. Maka kurs riil dapat dituliskan seperti berikut :

(2.2) Dimana :

= kurs riil e = kurs nominal

= rasio tingkat harga di dalam dan luar negeri

Kurs riil di antara dua negara dihitung dari kurs nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika kurs riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah dan barang domestik relatif lebih mahal. Jika kurs riil rendah, barang-barang luar negeri relatif lebih mahal dan barang-barang-barang-barang domestik relatif lebih murah. Maka hubungan antara kurs riil dan ekspor neto adalah :


(37)

Dimana dalam persamaan ini ekspor neto adalah fungsi dari kurs riil. Bila kurs riil lebih rendah, barang domestik relatif lebih murah dibandingkan barang-barang luar negeri, dan ekspor neto lebih besar.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai aliran perdagangan antarnegara dilakukan oleh Sunde, Chidoko dan Zivanomoyo (2009) yang meneliti mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perdagangan intra industri antara Zimbabwe dengan mitra dagangnya di wilayah Southern African Development Community (SADC). Penelitian ini menggunakan metode Gravity Model dengan Intra-Industry Index

sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan perkapita, intensitas perdagangan, jarak, nilai tukar, dan GDP mempengaruhi IIT antara Zimbabwe dan mitra dagangnya di SADC. Penelitian ini juga menemukan bahwa sebagian besar negara di SADC melakukan perdagangan komoditi yang sama karena persamaan sejarah juga persamaan struktur ekonomi dan pendapatan.

Penelitian mengenai daya saing nenas segar indonesia dilakukan oleh Suprehatin (2006) yang meneliti mengenai daya saing ekspor nenas segar Indonesia berdasarkan pangsa pasar dan menentukan faktor-faktor yang memengaruhinya. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series baik dari BPS, Deptan dan Depdag. Alat analisis yang digunakan adalah metode regresi data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daya saing ekspor nenas segar Indonesia berdasarkan pangsa pasarnya relatif masih kecil dibandingkan produsen dan eksportir nenas segar lainnya. Tren pangsa pasar


(38)

ekspor nenas segar Indonesia juga cenderung mengalami penurunan. Estimasi dengan regresi data panel menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi daya saing ekspor nenas segar Indonesia adalah volume ekspor nenas segar Indonesia, GDP per kapita negara pengimpor dan produksi nenas segar dalam negeri.

Penelitian mengenai perdagangan nenas dilakukan oleh Lubis (2006), meneliti perkembangan ekspor nenas segar Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor nenas Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor serta pengaruhnya terhadap ekspor nenas segar Indonesia. Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari BPS, Deptan, Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif berupa analisis regresi data panel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap ekspor nenas segar indonesia adalah harga ekspor, produksi nenas, pendapatan perkapita negara-negara tujuan ekspor dan volume ekspor nenas segar tahun sebelumnya. Sedangkan variabel nilai tukar mata uang di tiap negara tujuan ekspor dan variabel jumlah penduduk tiap negara tujuan ekspor tidak berpengaruh.

Penelitian mengenai daya saing nenas dan pisang indonesia juga dilakukan oleh Silalahi (2007) yang mengkaji posisi bersaing nenas dan pisang Indonesia di pasar dunia dengan menganalisis struktur pasar dunia nenas dan pisang, juga menganalisis posisi bersaing nenas dan pisang Indonesia dibanding pesaingnya di pasar dunia. Data yang digunakan adalah data sekunder terutama dari United Nations Commodity Trade (UN Comtrade) Statistical Database. Penelitian ini menggunakan alat analisis Herfindahl Index Untuk mengestimasi tingkat


(39)

konsentrasi pasar nenas dunia, RCA untuk mengestimasi keunggulan komparatif ekspor nenas asal Indonesia, juga Porter’s Diamond Theory untuk mengestimasi keunggulan kompetitif ekspor nenas asal Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur pasar nenas dan pisang dunia memiliki tingkat konsentrasi pasar sedang, dan bahwa Indonesia belum memiliki keunggulan komparatif dalam perdagangan nenas dan pisang di pasar dunia.

Penelitian mengenai perdagangan buah-buahan juga dilakukan oleh Hadi (2009), meneliti faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan pisang dan mangga Indonesia ke negara tujuan. Penelitian ini menggunakan data dari instansi-instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, berbagai literratur serta internet. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk melihat gambaran umum agribisnis pisang dan mangga Indonesia serta melihat gambaran umum potensi ekonomi negara tujuan ekspor. Metode kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi panel data dengan menggunakan Gravity Model dengan persamaan tunggal digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan pisang adalah harga pisang di negara tujuan, volume ekspor pisang satu tahun sebelumnya, dan pendapatan perkapita. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh nyata yaitu populasi negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan, dan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar. Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran


(40)

perdagangan mangga adalah populasi negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan, nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika dan harga mangga Indonesia di negara tujuan. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh yaitu pendapatan per kapita negara tujuan dan volume ekspor mangga dari Indonesia ke negara tujuan satu tahun sebelumnya.

Penelitian serupa dilakukan oleh Syachruddin (2010), meneliti daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor manggis Indonesia. Penelitian ini menggunakan data-data yang diperoleh dari instansi-instansi pemerintah seperti Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura dan Badan Pusat Statistik. Metode yang digunakan berupa metode kualitatif yaitu metode Porter’s Diamond dan metode kuantitatif yaitu metode analisis data panel. Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor manggis Indonesia dianalisis menggunakan model panel data. Hasil penelitian menunjukkan variabel harga ekspor riil memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap permintaan ekspor manggis Indonesia, GDP riil memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan ekspor manggis Indonesia, jumlah populasi negara pengimpor memiliki nilai probabilitas yang signifikan atau jumlah penduduk negara pengimpor berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor, volume ekspor tahun sebelumnya berpengaruh signifikan dan positif terhadap permintaan ekspor manggis Indonesia, dan nilai tukar memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap permintaan ekspor manggis Indonesia. Sedangkan hasil analisis kualitatif menggunakan Porter’s Diamond menghasilkan saran untuk peningkatan permintaan ekspor manggis asal Indonesia, antara lain peningkatan produktivitas


(41)

dan kualitas manggis, melakukan promosi ekspor, memberikan akses modal bagi para petani manggis, dan lain-lain.

Penelitian mengenai daya saing komoditi nenas sebelumnya belum ada yang mengestimasi daya saing di setiap negara tujuan ekspor. Sedangkan penelitian sebelumnya yang menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor nenas belum ada yang memasukan variabel jarak Indonesia dengan negara tujuan. Kelebihan penelitian ini dibandingkan penelitian sebelumnya mengenai ekspor dan daya saing nenas Indonesia adalah penggunaan Gravity Model yang memasukan variabel jarak Indonesia ke negara tujuan, juga mencakup estimasi daya saing nenas Indonesia menggunakan metode RCA dan EPD di masing-masing negara tujuan ekspor. Penelitian ini juga dilengkapi metode Intra-Industry Trade untuk mengestimasi bentuk hubungan perdagangan komoditi nenas antara Indonesia dengan masing-masing negara tujuan sehingga penelitian ini dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya.

2.6 Kerangka Pemikiran

Indonesia sebagai negara berkembang sangat bergantung pada sektor pertanian terutama dalam kegiatan perekonomiannya. Hal ini disebabkan Indonesia dikaruniai sumberdaya alam yang melimpah dan tanah yang subur sehingga hasil pertanian Indonesia sangat banyak dan beragam. Hasil pertanian tersebut menyumbang pendapatan bagi Indonesia melalui ekspor. Ekspor hasil pertanian berupa produk hortikultura berkontribusi paling tinggi terhadap pendapatan nasional, terutama buah-buahan.


(42)

Salah satu buah yang memiliki volume ekspor yang tinggi adalah nenas. Permintaan pasar dunia akan nenas tergolong besar karena nenas adalah buah yang memiliki rasa, aroma dan bentuk yang khas juga hanya bisa tumbuh di negara-negara beriklim tropis dan subtropis. Hal ini menjadikan nenas begitu populer terutama di negara-negara dimana nenas tidak bisa dibudidayakan. Bagi negara-negara yang bisa membudidayakan nenas hal ini tentu menjadi suatu peluang untuk bisa mendapatkan keuntungan dengan melakukan perdagangan komoditi tersebut, termasuk Indonesia.

Menurut Agromedia (2009), nenas termasuk buah unggul baik berdasarkan skala usaha maupun berdasarkan skala ekspor di Indonesia. Disebut buah unggul berdasarkan skala usaha karena buah tersebut sudah dikenal dan dikonsumsi dalam jumlah besar oleh masyarakat Indonesia. Nenas juga disebut buah unggul berdasarkan skala ekspor karena buah tersebut sudah lama menjadi komoditi andalan ekspor dan berpotensi untuk lebih dikembangkan. Selain untuk memenuhi kebutuhan buah domestik, nenas juga dapat diekspor ke pasar internasional untuk memenuhi kebutuhan dunia. Mengingat jumlah konsumsi nenas di dalam negeri yang tergolong rendah yaitu sekitar 0,31 persen (Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian, 2008) maka kelebihan produksi dapat diekspor ke pasar internasional baik dalam bentuk segar maupun olahan. Namun ternyata di pasar internasional sendiri volume dan nilai ekspor nenas dari Indonesia tidak besar jika dibandingkan dengan negara pengekspor nenas lain. Hal ini mengindikasikan ada sesuatu yang salah dalam ekspor nenas dari Indonesia, dan salah satu indikatornya bisa berupa daya saing yang dapat


(43)

dianalisis secara kuantitatif menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan Intra-Industry Trade (IIT) sehingga dapat diketahui apakah nenas asal Indonesia memiliki daya saing atau tidak di pasar internasional. Faktor yang memengaruhi aliran ekspor nenas asal Indonesia di beberapa negara tujuan ekspor dapat dianalisis menggunakan metode

Gravity Model dengan menggunakan variabel jarak, GDP perkapita dan populasi negara tujuan, nilai tukar, dan GDP perkapita Indonesia agar dapat diketahui penyebab tinggi atau rendahnya ekspor nenas asal Indonesia sehingga dapat dianalisis kebijakan dalam bidang apa saja yang perlu diubah atau dirumuskan untuk mendukung peningkatan ekspor nenas asal Indonesia di masa yang akan datang. Alur pemikiran dapat dilihat lebih jelas pada gambar 2.2.


(44)

---

---

Keterangan : Gambar diluar garis --- tidak menjadi objek analisis

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Nenas sebagai salah satu buah tropis populer di dunia yang berpotensi menjadi buah ekspor

andalan Indonesia Pertanian khususnya subsektor

hortikultura berperan besar dalam meningkatkan perekonomian Indonesia sebagai negara berkembang

Nilai dan Volume ekspor nenas asal Indonesia di pasar internasional masih rendah

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor nenas

Indonesia Analisis daya saing

nenas asal Indonesia di pasar internasional

Implikasi Kebijakan Ekspor Nenas

RCA, EPD, IIT

Analisis

Gravity Model

- Jarak

- GDP negara tujuan - Nilai Tukar

- Populasi negara tujuan


(45)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data

cross section enam negara tujuan ekspor dan data time series selama 7 tahun yaitu dari tahun 2002 sampai tahun 2008. Nenas yang menjadi objek penelitian adalah nenas dalam bentuk fresh or dried HS 1996 dengan kode 080430. Data-data tersebut diperoleh dari Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Perdagangan, website UN Comtrade, serta studi pustaka yaitu pengumpulan data yang bersumber dari buku-buku dan literatur di perpustakaan IPB dan internet. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Jenis Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian

No Jenis Data Sumber Data

1. Volume ekspor nenas asal Indonesia, nilai ekspor seluruh komoditi Indonesia, nilai ekspor nenas dunia, nilai ekspor seluruh komoditi dunia (Kilogram)

UN Comtrade, BPS

2. Nilai tukar mata uang beberapa negara tujuan ekspor terhadap US$

www.oanda.com

3. Jumlah populasi Indonesia dan negara tujuan ekspor (juta jiwa)

www.stat.go.jp www.singstat.gov.sg www.bea.gov

www.data.un.org 4. GDP riil Indonesia dan negara

tujuan ekspor (US$)

www.data.un.org

www.data.worldbank.org www.singstat.gov.sg 5. Jarak Indonesia dengan beberapa

negara tujuan ekspor (Kilometer)


(46)

3.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif, yaitu estimasi daya saing dan keunggulan komparatif nenas Indonesia menggunakan RCA, EPD, dan IIT serta estimasi faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor nenas asal Indonesia di beberapa negara tujuan ekspor menggunakan metode Panel data. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan

software E-views 6.1 dan Microsoft Excel.

3.2.1 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Metode RCA (Revealed Comparative Advantage) digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis daya saing dan keunggulan komparatif nenas asal Indonesia. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Ballasa pada tahun 1995. Metode ini didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antarwilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki suatu wilayah sehingga dapat dikatakan bahwa keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan dalam ekspornya.

Variabel yang diukur dalam RCA adalah kinerja ekspor suatu komoditi terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa pasar nilai produk dalam perdagangan dunia. RCA mendefinisikan apabila pangsa ekspor suatu komoditi di dalam total ekspor komoditi dari suatu negara lebih besar dibandingkan pangsa pasar ekspor komoditi di dalam total ekspor komoditi dunia, maka negara tersebut dikatakan memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komoditi itu. Apabila nilai RCA lebih besar dari satu berarti


(47)

negara tersebut memiliki keunggulan komparatif (di atas rata-rata dunia) atau berarti komoditi tersebut berdaya saing kuat. Sedangkan apabila nilai RCA lebih kecil dari satu berarti keunggulan komparatif untuk komoditi tersebut rendah (di bawah rata-rata dunia) atau berdaya saing lemah.

Formula RCA dirumuskan sebagai berikut :

RCA =

t j

it ij

W W

X X

/ /

(3.1)

Dimana : Xij = Nilai ekspor komoditi i dari negara j tahun ke t

Xit = nilai ekspor total negara j

Wj = nilai ekspor dunia komoditi i

Wt = nilai total ekspor dunia

Nilai daya saing suatu komoditi dalam RCA memiliki dua kemungkinan, yaitu : 1. Nilai RCA > 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif di

atas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing kuat. 2. Nilai RCA < 1, berarti suatu negara tidak memiliki keunggulan komparatif

di atas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing lemah.

Kelebihan dari metode RCA antara lain metode ini mengurangi dampak pengaruh campur tangan pemerintah sehingga keunggulan komparatif suatu komoditi dari waktu ke waktu dapat terlihat dengan jelas. Sedangkan kelemahan dari metode ini antara lain :

o Pengukuran berdasarkan nilai RCA ini mengesampingkan pentingnya permintaan domestik, ukuran pasar domestik dan perkembangannya.


(48)

o Indeks RCA tidak dapat menjelaskan apakah pola perdagangan yang sedang berlangsung tersebut sudah optimal.

o RCA tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk-produk yang berpotensi di masa yang akan datang.

3.2.2 Export Product Dynamic (EPD)

EPD merupakan suatu indikator yang mengukur posisi pasar dari produk suatu negara untuk tujuan pasar tertentu. Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia. Sebuah matriks EPD terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis. Daya tarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan pasar tertentu, dimana informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan pertumbuhan dari market share sebuah negara pada tujuan pasar tertentu. Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat kategori. Keempat kategori itu adalah “Rising Star”, “Falling Star”, “Lost Opportunity” dan “Retreat” .

Jika pertumbuhan ekspor suatu komoditi di atas rata-rata secara kontinu dalam waktu yang lama, maka produk ini mungkin menjadi sumber pendapatan ekspor yang penting bagi negara tersebut. Posisi pasar ideal yang bertujuan untuk memperoleh pangsa ekspor tertinggi disebut Rising Star, ditandai dengan negara tersebut memperoleh pangsa pasar untuk produk-produk yang berkembang cepat.


(49)

dinamis. Kondisi ini paling tidak diinginkan karena berarti kehilangan kesempatan pangsa ekspor untuk komoditi yang dinamis di pasar dunia. Kondisi Falling Star

juga tidak diinginkan walau tidak seperti kondisi Lost Opportunity, karena pangsa pasarnya meningkat meskipun bukan pada produk yang dinamis di pasar dunia. Sementara itu, Retreat berarti produk tersebut tidak diinginkan lagi di pasar. Namun bisa diinginkan kembali jika pergerakannya jauh dari produk stagnan dan bergerak mendekati peningkatan pada produk dinamis.

Keterangan :

x-axis: the growth of share of country's export in the world trade y-axis: the growth of share of product in the world trade

Gambar 3.1 Daya Tarik Pasar dan Kekuatan Bisnis pada Matriks EPD

3.2.3 Intra- Industry Trade (IIT)

Indeks IIT pertama kali diperkenalkan oleh Grubel dan Lloyd (1975). Perhitungan indeks IIT didasarkan pada selisih antara nilai ekspor dan impor dari sebuah industri atau produk dan total perdagangan dari industri atau produk tersebut. IIT dapat dirumuskan sebagai berikut :

Lost Opportunity

Rising Star

Retreat

_

Falling Star

+


(50)

(3.4) Dimana :

IITljt = indeks intra-industry trade di negara j dalam industri atau produk l pada

waktu t

Xljt = total ekspor negara j dalam industri atau produk l pada waktu t

Mljt = total impor negara j dalam industri atau produk l pada waktu t

Indeks IIT berkisar dari nol hingga seratus. Apabila indeks bernilai nol, maka seluruh perdagangan merupakan inter-industry atau negara j hanya mengekspor atau hanya mengimpor dalam suatu industri atau produk l. Sedangkan apabila indeks bernilai 100 menunjukkan bahwa impor negara j setara dengan ekspornya dalam industri atau produk l atau perdagangan bersifat intra-industry. Menurut Austria dalam Aprilianda (2007) nilai IIT dapat diklasifikasikan seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Klasifikasi Nilai Intra-Industry Trade

IIT Klasifikasi

0,00 No integration (one way trade) >0,00 – 24,99 Weak integration

25,00 – 49,99 Mild integration

50,00 – 74,99 Moderately strong integration 75,00 – 99,99 Strong integration (two way trade)

3.2.4 Analisis Panel Data

Data panel merupakan gabungan antara data cross section dan data time series. Data cross section adalah data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu yang menggambarkan keadaan pada waktu tersebut. Data time series


(51)

dari waktu ke waktu. Metode data panel dapat memberikan keuntungan dibandingkan hanya dengan menggunakan data time series atau cross section saja (Baltagi 2005), yaitu:

1) Data panel dapat mengendalikan heterogenitas individu.

2) Dapat memberikan informasi yang lebih banyak, mengurangi kolinearitas diantara variabel, memperbesar degree of freedom dan lebih efisien.

3) Dapat lebih baik untuk studi dynamic of adjustment.

4) Dapat diandalkan untuk mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat dideteksi dalam model time series atau cross section saja.

Estimasi model menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu pooled least square, fixed effect, dan random effect.

A. Metode Pooled Least Square

Dalam metode ini dapat dilakukan proses estimasi terpisah untuk setiap unit cross section, maka untuk periode t=1, akan diperoleh persamaan regresi

cross section sebagai berikut :

(3.5) Dimana :

= variabel endogen = variabel eksogen

= intersep = slope


(52)

= error

dari persamaan di atas akan diperoleh parameter dan yang konstan dan efisien yang melibatkan sebanyak jumlah data cross section (N) x jumlah data time series (T). Model tersebut mengasumsikan bahwa intersep dan koefisien dari setiap variabel sama untuk setiap objek observasi.

B. Metode Fixed Effect

Adanya asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan dapat diatasi dengan memasukkan peubah dummy untuk memungkinkan perbedaan intersep . Model dengan memasukkan variabel dummy ini dikenal dengan model efek tetap yang dapat dituliskan dalam persamaan berikut :

(3.6) Dimana :

= variabel endogen = variabel eksogen = intersep

= slope

D = variabel dummy

i = individu ke-i, t = periode waktu ke-t = error

Penambahan variabel dummy dapat mengurangi jumlah degree of freedom

yang pada akhirnya akan memengaruhi keefisienan parameter yang diestimasi. Pemilihan pendekatan ini dapat dipertimbangkan dengan menggunakan statistik F


(53)

yang membandingkan nilai jumlah kuadrat error dari proses pendugaan dengan metode kuadrat terkecil dan efek tetap yang telah dimasukkan variabel dummy ke dalamnya.

C. Metode Random Effect

Penambahan variabel dummy pada model akan mengurangi degree of freedom dan efisiensi dari parameter yang diestimasi. Hal tersebut dapat diatasi dengan metode random effect. Parameter yang berbeda antarindividu maupun antarwaktu dimasukkan ke dalam error seperti pada persamaan berikut:

(3.7) (3.8) Dimana :

= komponen error data cross section

= komponen error data time series

= komponen error gabungan i = individu ke-i, t = periode waktu ke-t

Hubungan antara model random effect dan model fixed effect dapat dilihat dengan memperlakukan komponen-komponen intersep dalam model fixed effect

sebagai dua peubah acak, satu peubah time series dan satu peubah cross section. Penggunaan model random effect dapat menghemat degree of freedom sehingga parameter hasil estimasi akan menjadi efisien.


(54)

3.2.4.1Uji Kesesuaian Model

A. Chow Test

Chow Test dilakukan untuk memilih model yang lebih baik di antara model Pooled Least Square atau Fixed Effect. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut :

H0 : model pooled least square

H1 : model fixed effect

Dasar penolakan terhadap H0 adalah dengan menggunakan F statistik seperti berikut :

FN-1, NT-N-K =

(3.9) Dimana :

= residual sum square hasil pendugaan model pooled least square

= residual sum square hasil pendugaan model fixed effect

N = jumlah data cross section

T = jumlah data time series

Jika nilai Chow statistic hasil pengujian lebih besar dari F tabel maka tolak H0

sehingga model yang digunakan adalah fixed effect dan sebaliknya.

B. Hausman Test

Hausman Test dilakukan untuk memilih model yang akan digunakan di antara model fixed effect dan model random effect. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut :


(55)

H1 : model fixed effect

Dasar penolakan terhadap H0 adalah perbandingan antara Hausman statistic dan Chi-Square. Statistik Hausman dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

= vektor statistik variabel fixed effect

b = vektor statistik variabel random effect

( M0 ) = matriks kovarian untuk dugaan model fixed effect

(M1) = matriks kovarian untuk dugaan model random effect

Nilai m dibandingkan dengan –tabel. Jika m lebih besar dari –tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0, sehingga pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan fixed effect.

3.2.4.2Uji Asumsi Model A. Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Apabila autokorelasi diabaikan maka akan berdampak terhadap pengujian hipotesis dan proses peramalan. Autokorelasi terjadi pada serangkaian data time series, dimana error term pada satu periode waktu akan tergantung pada error term periode lainnya secara sistematik. Konsekuensi adanya autokorelasi yaitu pada uji F dan uji t menjadi tidak valid dan peramalan juga menjadi tidak efisien. Uji autokorelasi yang


(56)

digunakan adalah uji Durbin-Watson Statistik. Sebelum dilakukan pengujian dibuat hipotesis sebagai berikut :

H0 : ada autokorelasi

H1 : tidak ada autokorelasi

Pengambilan kesimpulan bisa dilakukan dengan melihat apakah nilai dari Durbin-Watson statistik mendekati nilai dua atau empat. Jika nilai dari Durbin-Durbin-Watson statistik mendekati nilai dua, maka tolak H0 yang berarti tidak terdapat

autokorelasi dalam model regresi yang diperoleh (menerima hipotesis H1).

Sebaliknya jika nilai Durbin-Watson statistik mendekati nilai empat, maka terima H0 yang berarti terdapat autokorelasi dalam model regresi yang diperoleh

(menolak hipotesis H1).

B. Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi penting dalam model ekonomi klasik adalah nilai varian dari variabel bebas yang konstan yang disebut dengan homoskedastisitas. Apabila asumsi ini tidak terpenuhi, maka nilai varian dari variabel bebas tidak lagi bersifat konstan yang disebut heteroskedastisitas. Pengujian masalah heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji White Heteroskedasticity Test. Sebelum dilakukan pengujian dibuat hipotesis sebagai berikut :

H0 : Homoskedastisitas

H1 : Heteroskedastisitas

Pengujian dilakukan dengan melihat Probability Obs* R-squared. Apabila nilai


(57)

roskedastisitas pada model atau menolak hipotesis H0. Bila nilai Probability Obs* R-squared lebih besar dari taraf nyata berarti tidak ada gejala heteroskedastisitas pada model atau menerima hipotesis H0. Diketahui taraf nyata ( ) = 5 %.

C. Multikolinearitas

Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari correlation matrix. Multikolinearitas dideteksi dengan melihat koefisien korelasi antarvariabel bebas. Jika korelasinya kurang dari 0,8 (rule of thumbs 0,8) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas. Tetapi jika nilai koefisien korelasinya lebih besar dari 0,8 maka dapat disimpulkan terdapat mutikolinearitas dalam model. Multikolinearitas yang dapat menyebabkan adanya pelanggaran terhadap asumsi OLS adalah multikolinearitas sempurna. Jika dalam suatu model terdapat multikolinearitas sempurna maka akan diperoleh nilai R² yang tinggi tetapi tidak ada koefisien variabel dugaan yang signifikan.

3.3 Model Operasional Penelitian

Penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan nenas asal Indonesia ini menggunakan satu persamaan umum. Model ini dilandasi oleh teori perdagangan internasional mengenai mekanisme keseimbangan permintaan dan penawarandi pasar internasional. Variabel volume ekspor nenas Indonesia di negara tujuan merupakan variabel terikat. Variabel GDP riil perkapita Indonesia merupakan variabel bebas yang mewakili sisi penawaran, sedangkan variabel GDP riil perkapita negara tujuan, jumlah


(58)

penduduk negara tujuan, jarak antara Indonesia dengan negara tujuan dan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap dollar merupakan variabel bebas yang mewakili sisi permintaan. Model ini digunakan untuk melihat hubungan volume permintaan ekspor dengan variabel-variabel penyusunnya yang dituliskan dalam bentuk persamaan logaritma natural dengan model dugaan awal sebagai berikut:

Ln Xj= β0+ β1 Ln Yj+ β2 Ln Popj+ β3 Ln Dij + β4 Ln ERj + β5 Ln Yi + (3.11)

Dimana :

Xj = Volume ekspor nenas Indonesia di negara tujuan (Kg)

Yj = GDP riil perkapita negara tujuan (US$)

Popj = Jumlah penduduk negara tujuan (Jiwa)

Dij = Jarak antara Indonesia dan negara tujuan (Km)

ERj = Nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap dollar (domestik/US$)

Yi = GDP riil perkapita Indonesia (US$) β0 = Intersep

βn = Slope (n = 1,2,....dst)

= Error

3.4 Definisi Operasional

1. Volume ekspor merupakan total volume ekspor nenas di pasar internasional setiap tahunnya dan dinyatakan dalam satuan Kilogram. 2. GDP riil perkapita negara tujuan ekspor merupakan total pendapatan riil

negara tujuan setiap tahunnya dibagi populasi negara tujuan dan dinyatakan dalam US$.


(59)

3. Populasi negara tujuan adalah total penduduk yang tinggal dan menjadi warga negara di negara tujuan ekspor dan dinyatakan dalam Jiwa.

4. Jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor nenas dihitung berdasarkan jarak antaribukota Indonesia dengan negara tujuan ekspor dan dinyatakan dalam Kilometer. Jarak ekonomi diperoleh dari pembagian jarak geografis dengan share GDP Indonesia terhadap GDP masing-masing negara tujuan setiap tahun.

5. Nilai tukar riil mata uang negara tujuan terhadap Dollar adalah nilai tukar nominal mata uang domestik negara tujuan terhadap US$ dikali IHK Amerika Serikat dibagi IHK domestik.

6. GDP riil perkapita Indonesia merupakan total pendapatan riil Indonesia setiap tahunnya dibagi populasi Indonesia dan dinyatakan dalam US$.


(1)

MAC_

8.608678 9.693275 13.03213 4.574578 2.010246 7.060957

-4.60517 9.805588 13.05229 4.660353 1.976388 7.094474

4.605170 10.02534 13.07408 4.852810 4.742682 7.130595

6.214608 10.06900 13.09730 4.864333 4.690545 7.173256

-4.60517 10.19677 13.12219 4.963443 4.647316 7.214369

7.972466 10.40162 13.14818 5.132759 4.700935 7.263725

5.298317 10.49792 13.17339 5.195946 4.785424 7.310218

6.436150 10.48892 13.19556 5.164659 4.825786 7.343217


(2)

Lampiran 3. Hasil Estimasi Model Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Aliran Ekspor Nenas Indonesia Menggunakan

Fixed Effect

Dependent Variable: X

Method: Panel EGLS (Cross-section SUR) Date: 06/22/11 Time: 21:07

Sample: 2002 2008 Periods included: 7 Cross-sections included: 6

Total panel (balanced) observations: 42

Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

GDPJ 0.002395 0.000702 3.410012 0.0018 LNPOPJ 18.52465 33.48261 0.553262 0.5841 LNDIS -52.06171 19.98119 -2.605536 0.0140 ER 0.063116 0.041287 1.528727 0.1365 GDPI -0.056204 0.020316 -2.766419 0.0095 C 142.0843 379.1180 0.374776 0.7104

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.932185 Mean dependent var 6.911072 Adjusted R-squared 0.910310 S.D. dependent var 11.18449 S.E. of regression 1.065218 Sum squared resid 35.17535 F-statistic 42.61277 Durbin-Watson stat 2.610109 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.319382 Mean dependent var 7.804666 Sum squared resid 827.7112 Durbin-Watson stat 2.107480

Cross Effect

CROSSID Effect 1 99.21772 2 -100.9126 3 -6.127993 4 179.5132 5 -58.03182 6 -113.6585


(3)

Lampiran 4. Uji Normalitas

Uji Multikolinearitas

Covariance Analysis: Ordinary Date: 06/22/11 Time: 21:23 Sample: 2002 2008

Included observations: 42

Covariance

Correlation X GDPJ LNPOPJ LNDIS ER GDPI X 28.95515

1.000000

GDPJ -3167.032 1.47E+08 -0.048501 1.000000

LNPOPJ 4.490633 8335.399 4.785224 0.381499 0.314007 1.000000

LNDIS 3.987473 25274.87 6.004563 9.622556 0.238885 0.671441 0.884881 1.000000

ER 52.77451 125178.8 37.13858 52.58883 1695.948 0.238152 0.250489 0.412257 0.411663 1.000000

GDPI -139.6699 307594.7 4.179754 3.905455 47.54911 12276.04 -0.234267 0.228778 0.017245 0.011363 0.010421 1.000000 0 1 2 3 4 5 6 7

-2 -1 0 1

Series: Standardized Residuals Sample 2002 2008

Observations 42 Mean -3.29e-15 Median 0.085629 Maximum 1.698149 Minimum -2.270738 Std. Dev. 0.926248 Skewness -0.564621 Kurtosis 3.183848 Jarque-Bera 2.290728 Probability 0.318108


(4)

Lampiran 5.

Chow Test

Redundant Fixed Effects Tests Equation: EQ01

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 19.969925 (5,31) 0.0000

Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: X

Method: Panel EGLS (Cross-section SUR) Date: 06/22/11 Time: 21:21

Sample: 2002 2008 Periods included: 7 Cross-sections included: 6

Total panel (balanced) observations: 42 Use pre-specified GLS weights

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

GDPJ 0.000526 0.000210 2.509254 0.0167 LNPOPJ 4.925867 1.183449 4.162297 0.0002 LNDIS -4.732202 1.124086 -4.209822 0.0002 ER 0.049688 0.021448 2.316721 0.0263 GDPI -0.027127 0.004955 -5.474827 0.0000 C -15.12940 11.89398 -1.272021 0.2115

Weighted Statistics

R-squared 0.713757 Mean dependent var 6.911072 Adjusted R-squared 0.674001 S.D. dependent var 11.18449 S.E. of regression 2.030829 Sum squared resid 148.4736 F-statistic 17.95345 Durbin-Watson stat 0.913168 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.032914 Mean dependent var 7.804666 Sum squared resid 1176.089 Durbin-Watson stat 1.486728


(5)

Lampiran 6. Hasil Estimasi Model Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Aliran Ekspor Nenas Indonesia Menggunakan

Pooled Least

Square

Dependent Variable: X

Method: Panel EGLS (Cross-section SUR) Date: 06/22/11 Time: 21:05

Sample: 2002 2008 Periods included: 7 Cross-sections included: 6

Total panel (balanced) observations: 42

Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

GDPJ 0.000172 7.73E-05 2.226895 0.0323 LNPOPJ 3.116081 1.031766 3.020142 0.0046 LNDIS -2.112198 0.712874 -2.962932 0.0054 ER 0.019601 0.019468 1.006850 0.3207 GDPI -0.016503 0.001670 -9.881822 0.0000 C -9.620085 12.02934 -0.799718 0.4291

Weighted Statistics

R-squared 0.898355 Mean dependent var 10.67617 Adjusted R-squared 0.884238 S.D. dependent var 14.20478 S.E. of regression 0.994724 Sum squared resid 35.62114 F-statistic 63.63502 Durbin-Watson stat 2.281958 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.288244 Mean dependent var 7.804666 Sum squared resid 865.5777 Durbin-Watson stat 2.034660


(6)

Lampiran 7. Perbandingan Produksi, Konsumsi dan Ekspor Nenas

Indonesia tahun 2003

2008

Tahun

Produksi (Kg) *

Konsumsi (Kg) *

Ekspor (Kg) **

2003

677,089,000

100,418,103.8

2.284.432

2004

709,918,000

112,550,484.8

2.431.263

2005

925,082,000

103,028,837.2

643.716

2006

1,427,781,000

93,220,544.8

219.653.476

2007

2,237,858,000

69,647,574.5

110.112.419

2008

1,433,133,000

70,476,975.4

269.663.512

Sumber : *) Departemen Pertanian 2011 **) PKBT 2011