Analisis Daya Saing Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ekspor Alas Kaki Indonesia Ke Amerika Latin

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI EKSPOR ALAS KAKI INDONESIA
KE AMERIKA LATIN

SISKA NURWULAN YUNIA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

2

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Daya Saing
dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Alas Kaki Indonesia ke Amerika
Latin adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015
Siska Nurwulan Yunia
NIM H14110022

ii

ABSTRAK
SISKA NURWULAN YUNIA. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Ekspor Alas Kaki Indonesia ke Amerika Latin. Dibimbing oleh SRI
MULATSIH.
Salah satu perdagangan ekspor yang dilakukan Indonesia yaitu perdagangan
komoditas alas kaki Indonesia ke negara-negara di Amerika Latin. Penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis daya saing ekspor alas kaki Indonesia serta

mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ekspor alas kaki ke Amerika Latin
pada tahun 2010-2013. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang
diperoleh dari WITS, CEPII, World Bank, UNCTAD. Metode analisis
menggunakan RCA dan EPD untuk mengetahui daya saing, posisi pangsa pasar
alas kaki Indonesia, serta gravity model untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi ekspor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alas kaki Indonesia
mempunyai daya saing komparatif, hal ini ditunjukkan dengan nilai RCA >1.
Namun pada hasil estimasi EPD alas kaki Indonesia rata-rata menunjukkan
pangsa ekspor yang meningkat namun tidak diikuti peningkatan permintaan
produk alas kaki. Pada hasil gravity model menunjukkan bahwa GDP Indonesia,
dan jarak ekonomi mempunyai hubungan negatif dan signifikan, GDP negara
tujuan, dan nilai tukar mempunyai hubungan positif dan signifikan, sedangkan
harga ekspor alas kaki Indonesia mempunyai hubungan negatif dan tidak
signifikan terhadap nilai ekspor alas kaki ke Amerika Latin.
Kata kunci: alas kaki, daya saing, EPD, gravity model, RCA.
ABSTRACT
SISKA NURWULAN YUNIA. The Competitiveness Analysis and the Factors
Affecting Indonesian Footwear Export to Latin America. Supervised by SRI
MULATSIH.
One of Indonesia's export trade is commodity trading footwear Indonesia to

Latin America. This research was conducted to analyze the competitiveness of
Indonesia's footwear exports and determine the factors that affect the export of
footwear in Latin America in 2010-2013. The data used are secondary data
obtained from WITS, CEPII, World Bank, and UNCTAD. Revealed Comparative
Advantage (RCA) and Export Product Dynamic (EPD) are used in this research to
analyze the position of competitiveness of Indonesian footwear, and also the
gravity model to analyze the factors that affect exports. The results from RCA
show that the footwear Indonesia has a comparative competitiveness, as shown by
RCA> 1. The results from EPD show footwear exports increased, but not an
increase in demand for footwear products. On the results of gravity models
indicate that Indonesia's GDP and economic distance has a negative and
significant, Latin America’s GDP and the exchange rate has a positive and
significant, while the price of Indonesia's footwear exports have negative and nonsignificant to the value of footwear exports to Latin America.
Key words: competitiveness, EPD, footwear, gravity models, RCA

iii

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI EKSPOR ALAS KAKI INDONESIA
KE AMERIKA LATIN


SISKA NURWULAN YUNIA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

iv

v

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Ekspor Alas Kaki Indonesia ke Amerika Latin
: Siska Nurwulan Yunia
: H14110022

Disetujui oleh

Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr.
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.A. Ec.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


vi

vii

PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tak lupa
salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi dan Rasul termulia
Muhammad SAW beserta keluarganya dan sahabatnya yang setia hingga akhir
zaman.
Skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Ekspor Alas Kaki Indonesia ke Amerika Latin”, ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen
Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk
menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor alas kaki
Indonesia ke Amerika Latin.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Lili Masriri (Alm)
dan Ibu Euis Nining Yuningsih serta kakak dan adik tercinta dari penulis, Linda
Farida Febriani dan Novia Delvi Silvia atas segala doa dan dukungan yang selalu

diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2.
Dr. Tanti Novianti, S.P., M.Si selaku dosen penguji utama dan Heni
Hasanah, S.E, M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas saran
dan kritik yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi.
3.
Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
4.
Keluarga OMDA Sumedang, Aulia, Khodijah, Adila, Qisthia, Winy, Taofik,
Rizky, Agus, dan Angga yang telah memberikan motivasi dan doa.
5.
Teman satu bimbingan, Lita, Mas Ayu, Nindhia, dan Sella yang telah
memberikan masukan dan doa.
6.
Teman-teman Ilmu Ekonomi 48, Dian, Zulva, Tika, Rhealin, Dita, Sri,

Rachmat, Selamet, Kemal, Feri, Faris, Faizal, Randy, Dijeh, Deny dan yang
lainnya atas dukungan dan motivasinya.
7.
Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2015
Siska Nurwulan Yunia

viii

ix

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4

Teori Perdagangan Internasional

4

Ekspor dan Impor

5

Konsep Daya Saing

6

Teori Keunggulan Komparatif

6

Gross Domestic Product (GDP)

7


Nilai Tukar Riil

8

Harga Ekspor

8

Jarak Ekonomi

9

Kerangka Pemikiran

9

Penelitian Terdahulu

11

Hipotesis Penelitian

13

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 13
Jenis dan Sumber Data

13

Metode Pengolahan Data

14

Revealed Comparative Advantage (RCA)

14

Export Product Dynamic (EPD)

15

Gravity Model

16

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 18
Perkembangan Ekspor Alas Kaki ke Amerika Latin

18

Analisis Daya Saing Alas Kaki Indonesia Periode 2010-2013

18

x

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Alas Kaki Indonesia

22

SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 24
Simpulan

24

Saran

25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 25
LAMPIRAN .......................................................................................................... 27

xi

DAFTAR TABEL
1. Hasil RCA alas kaki Indonesia ke Amerika Latin
2. Hasil indeks RCA alas kaki Indonesia
3. Hasil RCA alas kaki Cina ke Amerika Latin
4. Hasil indeks RCA alas kaki Cina ke Amerika Latin
5. Koefisien penduga ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin

19
19
20
20
22

DAFTAR GAMBAR
1. Nilai ekspor alas kaki Indonesia
1
2. Nilai output industri mikro dan kecil alas kaki domestik
2
3. Kurva perdagangan internasional
4
4. Kerangka pemikiran analisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi
ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin
10
5. Matriks posisi daya saing
15
6. Nilai ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin
18
7. Hasil EPD alas kaki Indonesia ke Amerika Latin
21

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4

Hasil RCA pada negara-negara di Amerika Latin
27
Hasil RCA alas kaki Cina ke Amerika Latin
28
EPD pada komoditas alas kaki Indonesia di Amerika Latin
29
Variabel analisis faktor-faktor yang memengaruhi alas kaki Indonesia
di Amerika Latin
30
Lampiran 5 Hasil Estimasi FEM
31
Lampiran 6 Uji Chow
31
Lampiran 7 Uji Hausman
32
Lampiran 8 Uji Heteroskedastisitas
32
Lampiran 9 Korelasi antar variabel
32
Lampiran 10 Uji normalitas
33

xii

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Miliar US$

Ekspor mempunyai peranan yang penting terhadap perekonomian, yaitu
sebagai sumber utama devisa terutama untuk pendanaan impor kebutuhan industri
dalam negeri, dan sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi,
yang berarti juga peningkatan kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan.
Pada tahun 2012 ekspor Indonesia berdasarkan sektor di dominasi oleh non migas
sebesar 79.62% dan sisanya migas. Ekspor sektor non migas di dominasi oleh
sektor industri sebesar 75.42% (Kemenperin 2012). Hal ini memberikan
gambaran bahwa sektor industri Indonesia memiliki peran yang sangat tinggi pada
kegiatan ekspor.
Indonesia telah melakukan kerjasama perdagangan dengan banyak negara di
pasar internasional seperti Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, India, dan
Singapura. Ekspor 10 komoditi unggulan Indonesia di pasar intenasional dari
tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Alas kaki merupakan salah satu
komoditas unggulan ekspor Indonesia setelah tekstil, elektronik, karet, kelapa
sawit, dan produk hasil hutan. Alas kaki juga merupakan salah satu sektor
strategis, karena mampu menyerap banyak tenaga kerja dan memenuhi kebutuhan
dalam negeri. Pada tahun 2013, industri alas kaki yang terdiri dari industri mikro
dan kecil, masing-masing dapat menyerap tenaga kerja sebesar 39 539 orang dan
211 067 orang (BPS 2014). Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian terus
mendorong pengembangan industri alas kaki nasional dengan menciptakan iklim
usaha yang kondusif serta meningkatkan daya saingnya di pasar dalam negeri
maupun internasional.
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0

3860.4
3301.9

3524.6

2501.8
1736.1

2009

2010

2011

2012

2013

Sumber: Kementerian Perindustrian 2014
Gambar 1 Nilai ekspor alas kaki Indonesia
Ekspor alas kaki Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan di pasar internasional, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Indonesia telah memenuhi sekitar 3% kebutuhan alas kaki dunia, dari nilai ekspor
dunia tahun 2013 yang mencapai US$ 3.8 miliar atau sekitar 44 triliun rupiah.

2

Nilai tersebut tumbuh dari tahun 2012 yang hanya mencapai US$ 3.6 miliar atau
sekitar 42 triliun rupiah (Kemenperin 2013). Pertumbuhan ekspor alas kaki terus
mengalami pertumbuhan yang positif, sehingga Indonesia memiliki banyak
peluang terhadap kegiatan ekspor alas kaki. Salah satu upaya untuk mendorong
perkembangan industri alas kaki, pemerintah Indonesia banyak menggelar
pameran untuk menjaring pembeli. Upaya lainnya dengan mengembangkan
desain, membuat kemasan lebih menarik, menetapkan harga yang lebih
kompetitif, dan meningkatkan kualitas produksi untuk menaikan daya saing di
dalam dan luar negeri.
Indonesia terus memperluas pangsa pasar alas kaki, salah satunya dengan
strategi diversifikasi negara tujuan ekspor yaitu ke negara-negara non-tradisional
seperti Amerika Latin, Afrika Selatan, dan Timur Tengah. Tujuan perluasan
negara tujuan ekspor tersebut salah satunya ialah untuk menghadapi dampak krisis
global, menstabilkan ekspor, peningkatan nilai tambah, mendorong pertumbuhan
ekonomi, dan menambah daya saing perekonomian suatu negara. Amerika Latin
memberikan peluang besar dan potensial untuk menjadi tujuan ekspor Indonesia.
Negara-negara tersebut mempunyai potensi krisis yang lebih kecil dibandingkan
dengan negara di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Oleh karena itu untuk
mengetahui peluang ekspor alas kaki di Amerika Latin, penulis menganalisis daya
saing dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika
Latin.
Perumusan Masalah
Krisis global yang berangsur pulih dapat merangsang permintaan alas kaki
Indonesia, khususnya alas kaki segmen kelas menengah atas. Namun, karena
kapasitas produksi sepatu terbatas, produsen dalam negeri tidak bisa memenuhi
semua permintaan ekspor. Kini, produksi sepatu nasional rata-rata sekitar 1.2
miliar pasang per tahun. Produksi ini diperoleh dari 500 pabrik sepatu. Pada
Gambar 2, nilai output dari industri alas kaki Indonesia pada tahun 2013 di
dominasi oleh industri kecil mencapai nilai 13 903 014 rupiah dan industri mikro
sebesar 1 865 006 rupiah. Terlihat jelas bahwa pada tahun 2013, industri kecil
memiliki nilai output yang melonjak tinggi, dan sebaliknya pada industri mikro
memiliki nilai output yang menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya
(BPS 2014).

Rupiah

15,000,000
10,000,000

mikro

5,000,000

kecil

0
2010

2011

2012

2013

Sumber: BPS 2014

Gambar 2 Nilai output industri mikro dan kecil alas kaki domestik

3

Permintaan ekspor alas kaki Indonesia di pasar internasional mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan mahalnya harga alas kaki dari pesaing utama
Indonesia yaitu Cina. Sehingga negara-negara tradisional seperti Amerika Serikat,
Jepang, Eropa, dan Korea Selatan mengalihkan permintaan alas kaki dari Cina ke
Asia Tenggara termasuk Indonesia dan menyebabkan permintaan ekspor alas kaki
meningkat yaitu pada tahun 2013 mencapai US$ 3.8 miliar (Kemenperin 2013).
Didukung produksi alas kaki domestik rata-rata meningkat serta untuk
mengetahui strategi diversifikasi negara tujuan ekspor alas kaki Indonesia ke
Amerika Latin. Maka daya saing ekspor alas kaki Indonesia serta faktor-faktor
yang memengaruhi atas ekspor alas kaki menjadi hal yang harus dianalisis sebagai
strategi perluasan pasar tujuan ekspor ke Amerika Latin. Sehingga permasalahan
yang perlu dijawab adalah:
1.
Bagaimana perkembangan ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin?
2.
Bagaimana daya saing alas kaki Indonesia ke Amerika Latin?
3.
Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi ekspor alas kaki Indonesia ke
Amerika latin?
Tujuan Penelitian
Bedasarkan uraian diatas, maka tujuan penelitian ini ialah:
1. Mengetahui perkembangan ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin.
2. Menganalisis potensi daya saing alas kaki Indonesia ke Amerika Latin.
3. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ekspor alas kaki Indonesia
ke Amerika Latin.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan di atas, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang perdagangan komoditas alas kaki ke Amerika Latin sebagai
diversifikasi negara tujuan ekspor.
2.
Bagi pihak-pihak lain, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan perdagangan.
Ruang Lingkup Penelitian
Mengacu pada latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian,
maka ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis daya saing alas kaki
Indonesia dilihat dari RCA dan EPD, serta faktor-faktor yang memengaruhi
ekspor alas kaki ke Amerika Latin dengan menggunakan metode analisis Gravity
Model. Penelitian ini juga memfokuskan pada delapan negara tujuan ekspor alas
kaki Indonesia di Amerika Latin yaitu Argentina, Brazil, Chili, Ekuador, Peru,
Paraguay, Uruguay dan Venezuela dengan menganalisis periode tahun 20102013.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Perdagangan Internasional
Teori perdagangan internasional merupakan teori-teori yang menganalisis
dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional dan keuntungan yang di dapat
dari adanya perdagangan tersebut (Salvatore 1997). Perdagangan internasional
sudah ada sejak zaman dahulu, namun dalam ruang lingkup dan jumlah yang
terbatas, dimana pemenuhan kebutuhan suatu negara yang tidak dapat diproduksi,
dipenuhi secara barter (pertukaran barang dengan barang lainnya yang dibutuhkan
oleh kedua belah pihak, dimana masing-masing negara tidak dapat memproduksi
barang tersebut untuk memenuhi kebutuhannya sendiri). Hal ini terjadi karena
setiap negara dengan negara partner dagangnya mempunyai perbedaan sumber
daya alam, seperti: iklim, penduduk, teknologi, konfigurasi geografis, spesifikasi
tenaga kerja, sumber daya manusia, tingkat harga, sosial dan politik. Sehingga
dengan perbedaan tersebut terciptanya perdagangan internasional (Halwani 2002).
Latar belakang perdagangan internasional yaitu diawali dengan proses
awalnya merupakan pertukaran dalam arti perdagangan tenaga kerja dengan
barang dan jasa lainnya, yang selanjutnya diikuti dengan perdagangan barang dan
jasa dikemudian hari. Akhirnya berkembang hingga pertukaran antar
negara/internasional dengan aset-aset yang mengandung risiko. Adapun sebabsebab umum yang mengandung terjadinya perdagangan internasional adalah
sebagai berikut (Halwani 2002):
1.
Sumber daya alam (natural resources).
2.
Sumber daya modal (capital resources).
3.
Tenaga kerja (human resources).
4.
Teknologi.
Perdagangan internasional berlangsung atas dasar saling percaya dan saling
menguntungkan, mulai dari barter hingga transaksi jual beli antara para pedagang
dari berbagai belahan wilayah hingga diluar batas negara. Keunggulan khusus
yang dimiliki oleh masing-masing negara, dijadikan basis dalam meningkatkan
perdagangan yang saling menguntungkan. Teori tersebut mengenai keunggulan
komparatif berkembang sebagai basis perdagangan internasional. Kurva
perdagangan internasional secara teoritis dapat ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Kurva perdagangan internasional

5

Gambar 3 menjelaskan bahwa sebelum terjadi perdagangan internasional,
negara A memiliki harga domestik lebih rendah (PA) dan negara B berada pada PB
dimana harga domestik lebih tinggi. Negara A mempunyai kelebihan produksi
yaitu sebesar X yang berada diatas kurva keseimbangan, sedangkan pada negara B
mempunyai kekurangan produksi yang artinya negara B tidak dapat memenuhi
kebutuhan domestiknya sebesar M. Sehingga perdagangan internasional dapat
terjadi antara negara A dan negara B dengan harga dan kuantitas berada pada
tingkat P* dan Q* yang dapat memberikan keuntungan terhadap masing-masing
negara.
Teori perdagangan internasional lainnya dijelaskan oleh Adam Smith
dalam Salvatore (1997) yang berpendapat bahwa sumber pendapatan suatu negara
berasal dari produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Pada teori ini
dijelaskan bahwa suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara
tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah
dari pada negara lain. Hal ini disebabkan negara tersebut mempunyai keunggulan
mutlak (absolute advantage) dalam memproduksi barang tersebut yang artinya
kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit
dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding kemampuan
negara-negara lain. Adam Smith berpendapat bahwa keunggulan komparatif
berpusat pada variabel riil yang berkaitan dengan nilai suatu barang diukur
dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang,
sehingga makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai
barang tersebut (labor theory of value ).
Ekspor dan Impor
Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem
pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui
oleh pihak eksportir dan importir. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan
untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk
memasukannya ke negara lain. Setiap negara memiliki peraturan dan ketentuan
perdagangan yang berbeda-beda. Kebijakan perdagangan internasional dibidang
ekspor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan
pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan
memengaruhi struktur, komposisi, dan arah transaksi serta kelancaran usaha untuk
peningkatan devisa eskpor suatu negara (Hady 2004).
Impor adalah proses pembelian barang atau jasa asing dari suatu negara ke
negara lain. Impor barang umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai
di negara pengirim maupun penerima. Kebijakan perdagangan internasional dari
bidang impor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan
pemerintah, baik langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi
struktur, komposisi dan kelancaran usaha untuk melindungi atau mendorong
pertumbuhan industri dalam negeri dan penghematan devisa (Hady 2004).

6

Konsep Daya Saing
Daya saing ekspor merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki
pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan dalam pasar itu. Daya
saing suatu komoditi dapat diukur atas dasar perbandingan pangsa pasar komoditi
tersebut pada kondisi pasar yang tetap (Amir 2004).
Terdapat faktor-faktor yang menentukan tingkat daya saing suatu komoditi
ekspor, yaitu (Amir 2004):
1.
Faktor langsung, yang terdiri dari mutu komoditi, biaya produksi dan
penentuan harga jual, ketepatan waktu penyerahan (delivery time), intensitas
promosi, penentuan saluran pemasaran, dan layanan purna jual (after sales
service).
2.
Faktor tidak langsung, yang terdiri dari kondisi sarana pendukung ekspor
contohnya fasilitas transportasi dan fasilitas birokrasi pemerintahan, subsidi
pemerintah untuk ekspor, tingkat efisiensi dan disiplin nasional, dan kondisi
ekonomi global seperti resesi dunia, proteksionisme, dan restrukturisasi
perusahaan.
Teori Keunggulan Komparatif
Hukum keunggulan komparatif menurut David Ricardo dalam Salvatore
(1997) ialah meskipun negara mempunyai kerugian absolut terhadap negara lain
dalam memproduksi suatu komoditi, namun perdagangan yang menguntungkan
kedua belah pihak masih dapat berlangsung. Hal ini dapat terjadi jika salah satu
negara melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi
yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (komoditi yang memiliki keunggulan
komparatif) dan mengimpor yang memiliki kerugian absolut lebih besar (yang
memiliki kerugian komparatif).
Hukum keunggulan komparatif berlaku dengan beberapa asumsi,
diantaranya:
1.
Hanya terdapat dua negara dan dua komoditi.
2.
Perdagangan bersifat bebas.
3.
Terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara namun
tidak ada mobilitas antar dua negara.
4.
Biaya produksi konstan.
5.
Tidak terdapat biaya transportasi.
6.
Tidak ada perubahan teknologi.
7.
Menggunakan teori nilai tenaga kerja.
Asumsi satu sampai enam dapat diterima, namun asumsi tujuh tidak berlaku
dan seharusnya tidak digunakan untuk menjelaskan keunggulan komparatif
(Salvatore 1997).
Penjelasan mengenai terbentuknya keunggulan kompratif David Ricardo
kemudian dijelaskan lebih lanjut oleh Heckser dan Ohlin dalam Salvatore (1997)
pada teorema H-O. Teori H-O merupakan model terkenal tentang analisis
perdagangan antara dua negara, dimana tiap-tiap negara mempunyai karakteristik
tersendiri. Setiap negara akan mengekspor barang yang mempunyai intensitas
faktor produksi yang melimpah. Teori H-O menekankan bahwa keuntungan

7

kompratif ditentukan oleh perbedaan relatif kekayaan faktor produksi (the relative
abundancy of endowments of factors of production) dan penggunaan faktor
tersebut (the abundant factor) secara relatif intensif dalam kegiatan produksi
barang ekspor (Basri 2010).

Teori Keunggulan Kompetitif
Konsep ini dikembangkan oleh M. Porter dalam Hady (2004) yang
menurutnya bahwa terdapat empat atribut utama yang bisa membentuk
lingkungan dimana perusahaan-perusahaan lokal berkompetisi sedemikian rupa,
sehingga mendorong terciptanya keunggulan kompetitif. Keempat atribut tersebut
meliputi:
1.
Kondisi faktor produksi (factor conditions), yaitu posisi suatu negara dalam
faktor produksi (misalnya tenaga kerja terampil, infrastruktur, dan
teknologi) yang dibutuhkan untuk bersaing dalam industri tertentu.
2.
Kondisi permintaan (demand conditions), yakni sifat permintaan domestik
atas produk atau jasa industri tertentu.
3.
Industri terkait dan industri pendukung (related and supporting industries),
yaitu keberadaan atau ketiadaan industri pemasok dan “industri terkait”
yang kompetitif secara internasional di negara tersebut.
4.
Strategi, struktur dan persaingan perusahaan, yakni kondisi dalam negeri
yang
menentukan
bagaimana
perusahaan-perusahaan
dibentuk,
diorganisasikan, dan dikelola serta sifat persaingan domestik.
Faktor-faktor ini, baik secara individu maupun sebagai satu sistem,
menciptakan konteks dimana perusahaan-perusahaan dalam sebuah negara
dibentuk dan bersaing. Ketersediaan sumber daya dan keterampilan yang
diperlukan untuk mewujudkan keunggulan kompetitif dalam suatu industri ialah
informasi yang membentuk peluang apa saja yang dirasakan dan arahan kemana
sumber daya dan keterampilan dialokasikan, tujuan pemilik, manajer, dan
karyawan yang terlibat dalam atau yang melakukan kompetisi, dan yang jauh
lebih penting, tekanan terhadap perusahaan untuk berinvestasi dan berinovasi.

Gross Domestic Product (GDP)
Gross Domestic Product (GDP) merupakan jumlah produk berupa barang
dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu
negara (domestik) selama satu tahun. Dalam hasil perhitungan ini, termasuk juga
hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/ orang asing yang
beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan
termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karena
jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/ kotor (Apridar 2012).
Gross Domestic Product (GDP) adalah penghitungan yang digunakan oleh
suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya,
tetapi pada dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah
(negara) secara geografis. GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari

8

perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa
perekonomian pada suatu saat. Peningkatan GDP dan perdagangan internasional
identik dengan peningkatan kemakmuran suatu negara. Melalui perdagangan
bebas akan terjadi interaksi peningkatan ekspor dan impor sehingga
mengakibatkan produksi nasional (GDP) meningkat. Ini berarti meningkatnya
kemakmuran negara (Hady 2004).
GDP terbagi menjadi dua yaitu GDP riil dan GDP perkapita. Menurut
Pradipta (2014) GDP riil merupakan nilai barang dan jasa yang diukur dengan
menggunakan harga konstan. Selain itu GDP riil menunjukkan apa yang akan
terjadi terhadap pengeluaran atas output apabila yang berubah kuantitasnya,
sedangkan harganya tetap (konstan). Sedangkan GDP perkapita merupakan
pendapatan rata-rata penduduk disuatu negara pada waktu tertentu yang dapat
digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat konsumsi atau
kemampuan daya beli suatu negara atas barang dan jasa. GDP perkapita yang
tinggi maka mengindikasikan bahwa negara tersebut dapat dijadikan peluang
jangkauan pasar bagi kegiatan ekspor (Karlinda 2012).
Nilai Tukar Riil
Nilai tukar mata uang akan berfluktuasi karena dipengaruhi oleh banyak
faktor. Nilai tukar rupiah atau disebut juga kurs rupiah adalah perbandingan nilai
atau harga mata uang rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara
dimana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan
adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya,
yang disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore 1997).
Nilai tukar terbagi atas nilai tukar nominal dan nlai tukar riil. Nilai tukar
nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat
menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Sedangkan nilai
riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar
barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain
(Mankiw 2006).
Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan
harga relatif yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga
di luar negeri. Nilai tukar dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini
(Mankiw 2006):

Harga Ekspor
Harga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi ekspor. Jika harga
komoditi meningkat maka akan menurunkan ekspor, dengan kata lain
meningkatnya harga komoditi yang ditawarkan maka akan menurunkan
permintaan ekspor akan komoditi tersebut (cateris paribus).
Kenaikan harga ekspor suatu negara akan menyebabkan konsumen luar
negeri mengurangi jumlah permintaan terhadap barang tersebut, sehingga

9

menyebabkan volume ekspor dari suatu negara akan mengalami penurunan
(Lipsey, Courant, Purvis, Steiner 1997). Ketika terjadi penurunan harga ekspor,
suatu negara akan berusaha untuk mempertahankan pendapatan ekspornya,
sehingga akan meningkatkan volume ekspor.
Jarak Ekonomi
Jarak adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara
dalam melakukan ekspor. Biaya transportasi adalah suatu faktor penghambat
perdagangan Internasional. Li, Song, dan Zhao (2008) menjelaskan bahwa jarak
ekonomi mewakili biaya transportasi oleh suatu negara dalam melakukan kegiatan
perdagangan yaitu dengan menggunakan jarak geografis Indonesia dengan negara
tujuan dikalikan dengan perbandingan antara GDP total negara tujuan ekspor
dengan jumlah GDP total seluruh negara tujuan ekspor yang diteliti, secara
matematis dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:
Jarak geografis
j
i

: jarak geografis Indonesia dengan negara Amerika Latin
: negara tujuan ekspor
: 1,2,3,....
Kerangka Pemikiran

Indonesia merupakan negara yang memiliki peluang besar dalam
mengembangkan industri alas kaki. Nilai ekspor alas kaki dari tahun ke tahun
terus mengalami peningkatan. Ekspor Indonesia di beberapa negara tujuan ekspor
terutama negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang dan Eropa sangat rentan
terhadap krisis. Sehingga jika terjadi krisis di negara tujuan ekspor maka akan
memengaruhi perdagangan Indonesia. Untuk menghindari hal tersebut, Indonesia
mengeluarkan strategi yaitu diversifikasi negara tujuan ekspor terutama negaranegara yang tahan terhadap krisis seperti Amerika Latin, Afrika Selatan, dan
Timur Tengah.
Tujuan dari diversifikasi negara tujuan ekspor yaitu salah satunya untuk
memperluas pangsa pasar ekspor Indonesia dan mengurangi resiko penurunan
ekspor. Amerika Latin merupakan negara yang tahan terhadap krisis, sehingga
walaupun terjadi krisis dunia Indonesia akan terhindar dari resiko penurunan
ekspor. Salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia ke Amerika Latin yaitu
alas kaki. Alas kaki merupakan salah satu komoditas dengan nilai ekspor yang
tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya yang di ekspor ke Amerika Latin.
Nilai ekspor alas kaki yang tinggi ke Amerika Latin maka perlu dilakukan
analisis daya saing alas kaki Indonesia dengan menggunakan RCA dan EPD, serta
faktor-faktor yang memengaruhi ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin
dengan menggunakan metode gravity model. Pada hasil analisis diharapkan dapat
memberikan kontribusi kepada pemerintah dalam mengambil kebijakan yang
tepat untuk meningkatkan ekspor alas kaki Indonesia. Skema kerangka pemikiran
operasional penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

10

Alas kaki termasuk ke
dalam 10 komoditi
unggulan ekspor
Indonesia

Ekspor ke negara
tradisional
(Amerika Serikat,
Jepang, dan Eropa)

Ekspor ke negara non
tradisional (Amerika
Latin, Afrika Selatan,
dan Timur Tengah)

Rentan terhadap krisis

Tahan terhadap krisis

Resiko penurunan
ekspor besar

Resiko penurunan
ekspor kecil

Strategi diversifikasi
negara tujuan ekspor
Amerika Latin

Daya saing alas kaki
Indonesia ke Amerika Latin
RCA (Revealed
Comparative Advantage)
EPD
(Export
Product
Dynamic)

Faktor-faktor yang memengaruhi
ekspor alas kaki Indonesia
Gravity Model dengan melihat:
GDP negara Amerika Latin dan
Indonesia
Nilai tukar riil
Harga Ekspor
Jarak ekonomi

Implikasi Kebijakan

Gambar 4 Kerangka pemikiran analisis daya saing dan faktor-faktor yang
memengaruhi ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin

11

Penelitian Terdahulu
Firsya (2014) menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi
aliran ekspor komoditas kakao olahan Indonesia. Penelitian ini menggunakan alat
analisis RCA untuk menghitung daya saing dan menggunakan model data panel
yaitu gravity model untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi aliran
ekspor komoditas kakao olahan. Penelitian ini dilakukan pada komoditas kode
HS 4 digit dengan tiga jenis produk kakao olahan Indonesia yang diekspor dalam
jumlah relatif besar diantaranya kakao dalam bentuk pasta, mentega (butter) atau
lemak, dan bubuk. Negara tujuan ekspor utama yang diambil oleh peneliti ialah
kode HS 1803 dan 1804 untuk negara Amerika, kode HS 1805 untuk negara Cina.
Dalam delapan tahun terakhir total ekspor kakao olahan Indonesia ke Amerika,
Jerman, dan Cina terus meningkat.
Pada hasil analisis daya saing produk kakao olahan Indonesia di negaranegara tujuan ekspor menunjukkan bahwa kakao dengan kode HS 1804 yaitu
mentega, lemak dan minyak kakao secara umum memiliki daya saing yang terbaik
dan tertinggi di negara tujuan utama ekspor kecuali di Cina. Di Cina produk
olahan Indonesia yang berdaya saing hanya kakao olahan dalam bentuk bubuk
(HS 1805) dan nilai daya saingnya tertinggi dibandingkan dengan negara tujuan
ekspor lainnya. Sementara produk kakao olahan dengan kode HS 1803 nilai daya
saing tertingginya pada negara Jerman. Nilai daya saing untuk semua jenis kakao
olahan dalam lima tahun terakhir berfluktuasi.
Pada hasil analisis dengan pendekatan gravity model diketahui bahwa
faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor kakao olahan Indonesia ke negara
tujuan ekspor berbeda-beda pada masing-masing komoditas kakao olahan.
Variabel populasi penduduk Indonesia, harga ekspor kakao olahan indonesia di
negara tujuan dan nilai tukar riil Indonesia berpengaruh secara negatif terhadap
aliran ekspor kakao olahan Indonesia kecuali populasi penduduk Indonesia untuk
ekspor bubuk kakao (HS 1805). Variabel lainnya yang terdapat pada model ialah
GDP riil perkapita Indonesia dan negara tujuan ekspor, populasi negara tujuan
ekspor dan jarak ekonomi yang berpengaruh signifikan terhadap aliran ekspor
kakao olahan jenis mentega, lemak, dan minyak kakao (HS 1084) dengan arah
negatif kecuali GDP riil perkapita Indonesia berpengaruh positif. Keempat
variabel tersebut juga berpengaruh signifikan terhadap aliran ekspor kakao olahan
dalam bentuk pasta (HS 1803) dan bubuk kakao (HS 1805), kecuali populasi
penduduk negara tujuan ekspor untuk HS 1803 dan kecuali jarak ekonomi untuk
HS 1805.
Rafiana (2014) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing
hasil olahan rumput laut Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode RCA
untuk menghitung daya saing rumput laut dan pendekatan panel data statis untuk
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ekspor rumput laut indonesia ke
negara tujuan ekspor. Pada hasil penelitiannya, Indonesia memiliki posisi daya
saing yang kuat dengan nilai RCA lebih dari satu pada negara Denmark, Italia,
Jerman, dan United Kingdom. Sementara pada Jepang dan USA hasil olahan
rumput laut Indonesia baru memiliki daya saing yang kuat dengan nilai RCA lebih
dari satu hanya pada tahun-tahun tertentu saja. Faktor-faktor yang memengaruhi
daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia adalah harga ekspor hasil olahan

12

rumput laut Indonesia, nilai ekspor negara pesaing Filiphina dan dummy krisis,
sedangkan yang tidak memengaruhi ialah nilai tukar riil.
Mustopa (2010) menganilisis daya saing kopi Indonesia di pasar
internasional dengan metode RCA, Ordinary Least Square serta pendekatan
porter’s diamond theory. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa komoditas
kopi Indonesia memiliki daya saing yang tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa
Indonesia mempunyai keunggulan komparatif atas komoditas kopi. Faktor-faktor
yang memengaruhi daya saing kopi Indonesia adalah produktivitas kopi, volume
ekspor kopi, harga ekspor kopi, dan dummy krisis over supply kopi dunia. Pada
hasil analisis porter’s diamond theory komoditas kopi memiliki keunggulan
kompetitif dengan ditunjukan sumber daya alam, kondisi permintaan domestik,
kondisi permintaan ekspor, persaingan, industri terkait dan pendukung, dan peran
kesempatan yang memiliki nilai positif.
Yanti dan Widyastutik (2012) menganalisis daya saing produk turunan susu
Indonesia di pasar dunia dengan menggunakan metode RCA, EPD, dan Constant
Market Share Analysis (CMSA). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
produk turunan susu Indonesia untuk milk not concentrated nor sweetened 1-6%
fat (HS 040120), milk and cream, concentrated or sweetenend (HS 0402) nad
buttermilk, curdled milk, cream, kephir, etc (HS 040390) Tidak memiliki
keunggulan komparatif tetapi milk and cream powder unsweetened >1,5% fat (HS
040221), milk and cream nes sweetened or concentrated (HS 040299), dan cereal,
flour, starech, milk preparations and products (HS19) memiliki keunggulan
komparatif. Pada hasil estimasi EPD menemukan bahwa seluruh produk turunan
susu Indonesia berada pada posisi rising star. Sedangkan pada hasil CMSA ialah
sebagian besar faktor yang signifikan memengaruhi pertumbuhan ekspor HS
040390 dan HS 0402 adalah efek pertumbuhan impor, HS19 didominasi oleh efek
komposisi komoditas dan sisanya disebabkan karena efek daya saing.
Soraya (2013), menganalisis mengenai determinan ekspor karet Indonesia
dengan menggunakan gravity model. Penelitian ini menggunakan data panel dari
tahun 2001 sampai 2010 pada negara Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan
Singapore dengan menggunakan pendekatan gravity model dengan random effect
model. Pada hasil penelitiannya disimpulkan bahwa variabel nilai tukar riil dan
jarak menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan, variabel PDB negara tujuan
ekspor menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan. Sedangkan pada
variabel PDB negara Indonesia, kebijakan International Rubber Consortium
(IRCo), dan populasi negara tujuan ekspor karet tidak menunjukkan pengaruh
yang signifikan.
Penelitian ini memiliki perbedaan apabila dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya yaitu komoditas alas kaki dan periode analisis yang digunakan
berbeda-beda. Komoditas yang digunakan pada analisis merupakan alas kaki yang
dengan kode HS 640319 yaitu sepatu olahraga atau sepatu dengan alas karet,
kulit, plastik, dan bagian atas dari kulit. Periode yang digunakan pada analisis ini
yaitu dimulai pada tahun 2010-2013 dengan negara tujuan ke delapan negara yang
berada di kawasan Amerika Latin yaitu Argentina, Brazil, Chili, Ekuador, Peru,
Paraguay, Venezuela, dan Uruguay.

13

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori-teori, penelitian terdahulu dan kerangka penelitian yang
terbentuk, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1.
GDP riil Indonesia berpengaruh negatif terhadap ekspor alas kaki Indonesia
ke Amerika Latin.
2.
GDP riil negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap nilai ekspor.
3.
Nilai tukar riil mempunyai pengaruh positif terhadap nilai ekspor.
4.
Harga ekspor berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia
ke Amerika Latin.
5.
Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor komoditas alas
kaki Indonesia ke Amerika Latin.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data panel yang terdiri
dari data cross section dan time series. Data tersebut meliputi data nilai ekspor
alas kaki ke delapan negara bagian Amerika Latin yaitu Argentina, Brazil, Chili,
Ekuador, Peru, Paraguay, Uruguay, dan Venezuela pada periode 2010-2013.
Komoditas yang menjadi objek penelitian ini adalah alas kaki dengan kode
Harmonized System 640319 yaitu sepatu olahraga atau sepatu dengan sol luar dari
karet/ plastik/ kulit/ kulit komposisi dan bagian atas dari kulit.
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah nilai perdagangan
alas kaki ke delapan negara di Amerika Latin, GDP riil Indonesia, GDP riil negara
pengimpor, Jarak ekonomi dengan negara-negara pengimpor, nilai tukar riil
negara tujuan terhadap dollar, dan harga ekspor alas kaki Indonesia.
Sumber data berasal dari Badan Pusat Statistik dan Kementerian
Perindustrian untuk data produksi alas kaki Indonesia, World Intergrated Trade
Solution (WITS) untuk data nilai perdagangan ekspor alas kaki di Amerika Latin,
World Bank untuk data GDP negara Indonesia dan negara tujuan, United Nations
Conference on Trade and Development (UNCTAD) untuk data nilai tukar mata
uang negara pengimpor. Research and Expertise on the World Economy (CEPII)
untuk data jarak geografis negara Indonesia ke negara-negara Amerika Latin.
Informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian diperoleh dari
buku-buku literatur, media massa, maupun media elektronik (internet).
Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Februari 2015.

14

Metode Pengolahan Data
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan Revealed
Comparative Advantage (RCA), Export Dynamic Product (EPD) dan Gravity
Model.
Revealed Comparative Advantage (RCA)
Revealed Comparative Advantage (RCA) merupakan metode kuantitatif
yang dapat menunjukkan keunggulan komparatif suatu komoditi atau daya saing
industri pada suatu negara di pasar internasional. Pada metode RCA dapat
dihitung perbandingan pangsa pasar ekspor sektor tertentu negara atau produsen
lainnya serta menunjukkan daya saing industri suatu negara. Pada penelitian ini,
penulis menggunakan metode RCA, untuk mengukur keunggulan komparatif alas
kaki Indonesia dibandingkan dengan negara lain. Negara pembanding pada
penelitian dikarenakan kemampuannya dalam meningkatkan daya saing alas kaki.
Dalam perhitungan RCA, penulis menggunakan data ekspor alas kaki pada
masing-masing negara. Dapat diketahui rumus perhitungan RCA pada penelitian
ini adalah sebagai berikut (Basri 2010):

RCA =
Dimana:
Xit
Wj
Wt

= nilai ekspor alas kaki Indonesia ke negara tujuan (US$)
= nilai total ekspor Indonesia ke negara tujuan (US$)
= nilai ekspor alas kaki dunia ke negara tujuan (US$)
= nilai total ekspor dunia ke negara tujuan (US$)

Setelah melakukan perhitungan di atas kemudian akan dilakukan
perhitungan indeks RCA yang merupakan perbandingan nilai RCA pada tahun
sekarang dengan nilai RCA pada tahun sebelumnya. Rumus indeks RCA dapat
dijabarkan sebagai berikut (Pradipta 2014):
Indeks RCA =
Dimana :
RCAt
RCAt-1

= Nilai RCA pada tahun ke-t
= Niai RCA pada tahun sebelumnya

Hasil perhitungan RCA dapat dilihat apabila nilai RCA lebih besar dari 1
maka dapat diartikan negara Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam
persaingan ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin, sedangkan apabila nilai
RCA kurang dari satu maka negara Indonesia tidak memiliki keunggulan
komparatif di Amerika Latin. Pada indeks RCA, apabila nilai indeks sama dengan
satu maka dapat diartikan bahwa tidak terjadi RCA atau kinerja ekspor alas kaki
Indonesia tahun sekarang sama dengan tahun sebelumnya.

15

Export Product Dynamic (EPD)
Export Product Dynamic (EPD) adalah metode analisis yang digunakan
untuk menganalisis dan mengidentifikasi produk atau komoditi yang mempunyai
daya kompetitif tertinggi serta pertumbuhan produk atau barang yang cepat pada
arus perdagangan ekspor dalam suatu negara (Pradipta 2014). Terdapat beberapa
keunggulan EPD diantaranya mampu untuk memberikan gambaran yang baik
mengenai daya saing dan mampu membandingkan kinerja ekspor diantara negaranegara seluruh dunia. Pada analisis EPD terdapat matriks posisi daya saing seperti
pada gambar dibawah ini:

Y

Lost Opportunity

Rising Star
X

Retreat

Falling Star

Sumber: Agri (2011)
Gambar 5 Matriks posisi daya saing
Sumbu X : Peningkatan pangsa pasar ekspor alas kaki Indonesia di Amerika Latin

Sumbu Y : Peningkatan pangsa pasar produk negara Indonesia di Amerika Latin

Dimana:
Xi
: nilai ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin (US$)
Xt
: nilai total ekspor Indonesia ke Amerika Latin (US$)
Wi
: nilai ekspor alas kaki dunia ke Amerika Latin (US$)
Wt
: nilai total ekspor Dunia ke Amerika Latin (US$)
t
: tahun ke-t
T
: jumlah tahun analisis

16

Gambar 5 menunjukkan bahwa matriks posisi daya saing EPD tardiri dari
Rising Star, Lost Opportunity, Falling Star, dan Retreat. Rising Star merupakan
posisi tertinggi atau dapat dikatakan sebagai posisi pasar yang paling ideal. Lost
Opportunity merupakan kondisi pasar dengan penurunan pangsa pasar ekspor
yang tidak diharapkan, sehingga kehilangan kesempatan pangsa ekspor produk
yang dihasilkan dalam perdagangan internasional. Falling Star merupakan kondisi
dimana terjadi peningkatan pangsa ekspor, namun tidak diikuti oleh peningkatan
permintaan terhadap produk. Sedangkan Retreat merupakan kondisi dimana
produk suatu negara sudah tidak diinginkan lagi oleh pangsa pasar, sehingga
terjadi pangsa ekspor dan permintaan produk yang negatif (Pradipta 2014).
Gravity Model
Gravity model adalah model yang digunakan untuk menganalisis faktorfaktor ekonomi dan non-ekonomi yang dapat memengaruhi perdagangan antara
dua negara berdasarkan hukum gravitasi teori Sir Isaac Newton. Faktor-faktor
yang dapat memengaruhi ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin dianalisis
dengan menggunakan gravity model dengan variabel independen berupa variabel
nilai tukar negara tujuan terhadap dollar, variabel GDP riil negara Indonesia dan
delapan negara di Amerika Latin, variabel harga alas kaki di pasar dunia, dan
variabel jarak ekonomi Indonesia ke negara tujuan di Amerika Latin. Sedangkan
variabel dependennya ialah nilai ekspor alas kaki Indonesia ke delapan negara
Amerika Latin yaitu Argentina, Brazil, Chili, Ekuador, Peru, Paraguay, Uruguay,
dan Venezuela. Sehingga estimasi model penelitian ini sebagai berikut:
LnEKSit = β0 + β1LnGDPRIit + β2LnGDPRTit + β3LnNTit + β4LnHEit +
β5LnJEit + eit
Dimana:
EKSit
NTit
GDPRIit
GDPRTit
HEit
JEit

eit

β0
βn

: Nilai ekspor alas kaki Indonesia ke negara j (US$)
: Nilai tukar riil mata uang negara tujuan terhadap dollar Amerika
(mata uang negara tujuan/US$)
: GDP riil Indonesia pada tahun ke-t (US$)
: GDP riil negara tujuan ekspor pada tahun ke-t (US$)
: Harga alas kaki di pasar dunia pada tahun ke-t (US$)
: Jarak Ekonomi antar negara Indonesia dan negara tujuan
: error term
: intercept
: slope (n= 1, 2, ...)
Definisi Operasional

Definisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Nilai ekspor merupakan nilai ekspor dari produk alas kaki Indonesia ke
delapan negara di Amerika Latin selama jangka waktu 2010-2013. Data
nilai ekspor diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).

17

2. Nilai GDP Indonesia dalam satuan US$ dengan periode 2010-2013. Data
GDP Indonesia diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).
3. Nilai GDP delapan negara di Amerika Latin dengan satuan US$. Data
GDP Amerika Latin diubah dalam bentuk logaritma natural (ln)
4. Nilai tukar, misalnya mata uang negara tujuan terhadap mata uang
Amerika Serikat, dinyatakan dalam mata uang negara tujuan/dollar. Nilai
tukar diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).
5. Harga alas kaki Indonesia di pasar dunia pada kurun waktu 2010-2013,
data ini diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).
6. Jarak ekonomi menjadi variabel utama dalam aliran perdagangan gravity
model. Jarak ekonomi merupakan pendekatan yang mewakili biaya
transportasi, dinyatakan dalam bentuk kilometer. Data jarak ekonomi
diubah dalam logaritma natural (ln).
Pengujian Asumsi Model
Dalam analisis regresi, terdapat tiga asumsi yang harus diuji dalam model
yaitu heteroskedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi. Selain itu ada juga
uji normalitas untuk mengetahui error term menyebar normal atau tidak.
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah salah satu penyimpangan pada asumsi klasik
statistika. Heteroskedastisitas terjadi jika ragam sisaan tidak konstan. Masalah ini
sering terjadi jika ada penggunaan data cross section dalam estimasi model,
namun dapat terjadi juga dalam data time series. Salah satu mengatasi masalah ini
yaitu dengan metode Generalized Least Square (GLS) yang merupakan metode
kuadrat terkecil yang terboboti, dimana model ditransformasikan dengan
memberikan bobot pada data asli (Juanda 2009).
Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas menyebabkan R-Squared tinggi, tetapi sedikit koefisiennya
yang nyata bahkan tanda hubungan dapat terbalik. Cara mendeteksinya dengan
Spearman’s Rho Correlation, apabila angka korelasi lebih kecil dari 0.8 maka
dapat dikatakan terbebas dari masalah multikolinieritas.
Uji Autokorelasi
Uji ini dilakukan dengna cara membandingkan Durbin Watson (DW) hasil
estimasi dengan DW tabel. Jika nilai DW berada pada area non-autokorelasi
mendekati dua maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut bebas dari masalah
autokrelasi.
Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi error term apakah sudah
terdistribusi secara normal atau tidak. Cara mendeteksi uji normalitas ini ialah
degan melihat nilai probabilitas yang dihasilkan. Jika nilai probabilitas lebih dari
taraf nyata (5%) maka dapat dinyatakan bahwa model tersebut menyebar