Perumusan Strategi Revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor
PERUMUSAN STRATEGI REVITALISASI KOPTI
KABUPATEN BOGOR
SULKHAN MASRURI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perumusan Strategi
Revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
Sulkhan Masruri
NIM H34104030
ABSTRAK
SULKHAN MASRURI. Perumusan Strategi Revitalisasi KOPTI Kabupaten
Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA.
Kebutuhan konsumsi kedelai di Indonesia sebagian besar diambil dari impor.
Menjadikan banyak pihak terkena dampak akan ketergantungan produk impor
tersebut sehingga banyak yang tidak mampu lagi menjalankan usahanya dengan
baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi KOPTI
Kabupaten Bogor dilihat dari prinsip dan koridor koperasi, juga mengidentifikasi
lingkungan internal, dan eksternalnya. Selain itu penelitian ini juga bertujuan
untuk merumuskan alternatif strategi revitalisasi koperasi, dan merumuskan
program kegiatannya. Dilihat dari prinsip dan koridor koperasi, KOPTI
Kabupaten Bogor belum menjalankannya dengan baik. Dari 10 koridor yang ada,
terdapat 8 koridor yang negatif. Strategi yang dihasilkan melalui matriks SWOT
yaitu strategi promosi untuk meningkatkan penjualan, membuat outlet penjualan
kedelai di wilayah, membuat unit usaha simpan pinjam, mengembangkan sistem
pelayanan kepada anggota, mengembangkan kemampuan karyawan,
meningkatkan manajemen pengendalian persediaan, dan menerapkan budaya
analisis serta sistem informasi manajemen yang terpadu. Dari strategi yang telah
dihasilkan kemudian dirumuskan program kegiatan yang dapat digunakan untuk
merevitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor dengan menggunakan arsitektur strategi.
Kata kunci: arsitektur strategi, KOPTI Kabupaten Bogor, revitalisasi, SWOT
ABSTRACT
SULKHAN MASRURI. Revitalization Strategy Formulation of KOPTI Bogor
Regency. Supervised by LUKMAN MOHAMMAD BAGA.
Soybean consumption in Indonesia are mostly extracted from imports.
Makes many affected parties dependence of imported products so many are no
longer able to run their business properly. The purpose of this study is to identify
the conditions KOPTI Bogor regency and corridor view of the principle of cooperative, also identified the internal environment, and external. In addition, this
study also aims to formulate alternative cooperative revitalization strategies, and
formulate a program of activities. Viewed from the cooperative principle and the
corridor, KOPTI Bogor regency not run properly. Of the 10 existing corridor,
there is a negative 8 corridor. The resulting strategy through SWOT matriks is
promotional strategies to increase sales, make soybean sales outlets in the region,
making the savings and loan business unit, develop a system of services to
members, develop employee skills, improve inventory control management, and
cultural implement analysis as well as an integrated management information
system. Of the strategies that have been produced then formulated a program of
activities that can be used to revitalize KOPTI Bogor regency by using
architecture strategies.
Key words: architecture strategy, KOPTI Bogor Regency, revitalization, SWOT
.
PERUMUSAN STRATEGI REVITALISASI KOPTI
KABUPATEN BOGOR
SULKHAN MASRURI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Perumusan Strategi Revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor
: Sulkhan Masruri
: H34104030
Disetujui oleh
Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini mengambil tema mengenai strategi revitalisasi yang dilaksanakan
selama bulan November 2012 sampai Januari 2013, dengan judul Perumusan
Strategi Revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Lukman M Baga.
MA.Ec selaku dosen pembimbing. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu
Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS yang senantiasa membimbing penulis sebagai wali
akademik. Selain itu, penghargaan penulis juga sampaikan kepada Bapak Endang
Maulana, Bapak Sukaeri, Bapak Rikamto selaku pengurus KOPTI Kabupaten
Bogor, dan Bapak Khoirul Aziz yang telah bersedia meluangkan waktu,
memberikan informasi, dan saran dalam penelitian ini. Terima kasih juga
disampaikan kepada Ayah, Bunda, Adik, dan seluruh keluarga atas dukungan dan
doa yang diberikan. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih dan sukses
selalu untuk teman-teman Agribisnis Alih Jenis 1 khususnya teman satu
bimbingan.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2013
Sulkhan Masruri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
Studi Empiris Mengenai Kedelai
5
Studi Empiris Mengenai Strategi Koperasi
6
KERANGKA PEMIKIRAN
7
Kerangka Pemikiran Teoritis
7
Manajemen Strategis
7
Proses Manajemen Strategis
7
Koridor dan Prinsip Koperasi
7
Revitalisasi
8
Arsitektur Strategi
8
Kerangka Pemikiran Operasional
9
METODE PENELITIAN
11
Lokasi dan Waktu Penelitian
11
Jenis dan Sumber Data
11
Metode Pengolahan Data
13
Metode Deskriptif
13
Analisis Matriks SWOT
13
GAMBARAN UMUM KOPTI KABUPATEN BOGOR
14
Sejarah dan Perkembangan
14
Visi, Misi dan Tujuan
15
Program Strategis
16
Struktur Organisasi
16
Wilayah Kerja
19
Kegiatan Usaha
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
Pelaksanaan Prinsip dan Koridor Koperasi KOPTI Kabupaten Bogor
21
Analisis Lingkungan KOPTI Kabupaten Bogor
27
Analisis Lingkungan Eksternal
27
Identifikasi Peluang dan Ancaman
30
Analisis Lingkungan Internal
33
Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan
38
Formulasi Strategi
40
SIMPULAN DAN SARAN
47
Simpulan
47
Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
48
RIWAYAT HIDUP
49
DAFTAR TABEL
Produksi tanaman kedelai nasional tahun 2007-2012
Perkembangan kebutuhan dan impor kedelai Indonesia tahun 2005-2011
Jenis dan sumber data
Matriks SWOT
Koridor koperasi KOPTI Kabupaten Bogor
Hasil analisis lingkungan eksternal
Hasil analisis lingkungan internal
Matriks SWOT KOPTI Kabupaten Bogor
Strategi dan rencana kegiatan
1
2
12
13
27
31
38
41
45
DAFTAR GAMBAR
Kerangka pemikiran operasional perumusan strategi revitalisasi KOPTI
Struktur organisasi KOPTI Kabupaten Bogor
Arsitektur strategi KOPTI Kabupaten Bogor
10
17
46
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Protein merupakan salah satu sumber gizi yang sangat penting bagi manusia.
Kebutuhan atas protein ini akan semakin meningkat seiring peningkatan jumlah
penduduk dan pendapatan per kapita, bahkan kebutuhan tersebut cenderung
meningkat setiap tahun. Kedelai merupakan sumber gizi protein nabati utama
yang telah lama dikenal dan digunakan, baik sebagai konsumsi rumah tangga
maupun sumber bahan baku industri dalam beragam produk makanan.
Kebutuhan masyarakat akan konsumsi kedelai yang tinggi ini mengharuskan
produksi tanaman kedelai juga meningkat. Berbagai usaha untuk memenuhi
kebutuhan kedelai di dalam negeri terus dilakukan dengan implementasi berbagai
program. Pada tahun 2004, diadakan program bangkit kedelai, program
peningkatan produktivitas, dan perluasan areal tanam yang diharapkan mampu
melakukan swasembada kedelai di tahun-tahun mendatang. Data produksi
tanaman kedelai dari tahun 2007 sampai 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Produksi tanaman kedelai nasional tahun 2007-2012a
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012 *
Luas panenb
459 116
590 956
722 791
660 823
622 254
566 693
Produksic
592 534
775 710
974 512
907 031
851 286
779 741
Keterangan : ( * ) Angka ramalan
a
Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) (diolah); bhektar; cton
Pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa setiap tahun produksi kedelai tingkat
nasional mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 sampai tahun 2009 jumlah
produksi kedelai mengalami peningkatan, akan tetapi pada tahun 2010 sampai
2012 mulai mengalami penurunan produksi. Berdasarkan catatan Badan Pusat
Statistik (BPS) selama tahun 2002 hingga tahun 2012, produksi kedelai di dalam
negeri mencapai rekor tertinggi 974 512 ton pada tahun 2009. Sementara produksi
terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 592 534 ton.
Menurut laporan tahunan FAO, penurunan jumlah produksi ini disebabkan
karena semakin banyak pembangunan yang mengakibatkan lahan tanam kedelai
berkurang. Selain itu, terdapat kesenjangan teknologi, serangan hama penyakit,
fluktuasi harga, kredit usahatani yang kecil, dan belum terjalin kerjasama antar
instansi dengan baik. Permasalahan yang ada mengakibatkan pasokan kedelai
dalam negeri tidak mampu mengimbangi laju peningkatan konsumsi kedelai yang
sangat besar.
Kebutuhan kedelai di dalam negeri setiap tahun terus bertambah bahkan bisa
mencapai 3 juta ton. Sementara produksi kedelai dalam negeri cenderung
2
fluktuatif yang selama 10 tahun terakhir belum pernah mencapai 1 juta ton
sehingga 60% kebutuhan kedelai selama ini di dapat dari impor yang dipasok dari
Amerika Serikat diikuti Kanada, China, Ukraina, dan Malaysia (Suswono 2012).
Tabel 2 menunjukkan kebutuhan dan impor kedelai di Indonesia tahun 2005-2011.
Tabel 2 Perkembangan kebutuhan dan impor kedelai Indonesia tahun 2005-2011a
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
a
Kebutuhanb
1 969 391
1 992 038
2 014 947
2 038 119
2 061 557
2 646 326
2 939 272
Imporb
1 166 640
1 100 985
1 422 413
1 262 409
1 087 045
1 739 295
2 087 986
Sumber : Badan Pusat Statistik (2011) (diolah); bton
Pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa setiap tahun kebutuhan akan impor
kedelai terus meningkat. Akan tetapi penurunan jumlah impor pernah terjadi pada
tahun 2008 dan tahun 2009 karena terjadi lonjakan harga kedelai pada tahun
tersebut. Hal ini mengakibatkan industri pembuatan tahu dan tempe di dalam
negeri menurun. Permintaan impor kedelai kembali naik pada tahun 2010 tercatat
kebutuhan impor mencapai 1 739 juta ton, dan pada tahun 2011 mencapai 2 juta
ton. Jumlah ini masih diperkirakan bertambah lagi pada tahun 2012. Kebutuhan
akan kedelai impor banyak diserap untuk pembuatan tahu dan tempe sehingga
menjadikan industri yang satu ini begitu bergantung kepada kedelai impor.
Saat ini, harga kedelai di Indonesia mengalami peningkatan, dari sekitar
Rp5 800 tahun lalu, kini telah mencapai Rp6 800 bahkan hampir Rp9 000 per kg
(Disperindag 2012). Harga kedelai yang terus mengalami perubahan tentu menjadi
permasalahan bagi industri pengolahan kedelai, terlebih industri tahu dan tempe
yang memiliki kebutuhan kedelai cukup banyak. Kenaikan harga kedelai ini dapat
mempengaruhi harga jual produk kepada konsumen akhir sehingga harga produk
akan ikut meningkat karena kebutuhan akan kedelai untuk industri juga sangat
tinggi.
Pulau Jawa memiliki jumlah industri pengolahan kedelai yang tinggi
dibandingkan pulau-pulau lain di Indonesia. Pulau Jawa sendiri terbagi atas
beberapa bagian yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta
sehingga jumlah industri tersebar di berbagai bagian daerah tersebut. Jawa Barat
menurut Deptan (2011) menunjukkan produktifitas kedelai yang mendominasi di
Pulau Jawa mencapai 15.74 ku/ha.
Jawa Barat yang merupakan penghasil kedelai dengan jumlah besar,
membuat industri pengolahan makanan juga meningkat. Hal ini ditunjukkan
dengan jumlah industri pengolahan terbesar pada wilayah Bogor mencapai 23 098
dibandingkan dengan Jakarta yang hanya 3 368 (BPS 2011). Industri pengolahan
di Bogor sangat banyak karena potensi daerah Bogor yang sangat baik, dengan
cuaca serta letak yang strategis dekat dengan ibu kota Jakarta. Kabupaten Bogor
3
sendiri memiliki jumlah pengrajin yang menggunakan olahan kedelai seperti
tempe sekitar 80% dan tahu 20% (KOPTI Kabupaten Bogor 2012).
Bagi pengrajin tahu dan tempe ketersediaan bahan baku kedelai merupakan
faktor penentu akan kelangsungan usaha. Berbagai hal akan di tempuh para
pengrajin untuk mendapat jaminan akan ketersediaan bahan baku kedelai. Berawal
dari kebutuhan akan ketersediaan kedelai, para pengrajin tahu dan tempe
membentuk suatu wadah yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan pokok
baik di bidang teknis produksi maupun di bidang permodalan yang dihadapi
selama ini. Wadah tersebut adalah koperasi, yang merupakan suatu lembaga
berbadan hukum yang didirikan secara sukarela atas kesamaan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, social, dan budaya melalui
pengawasan yang demokratis. KOPTI Kabupaten Bogor tentunya tidak terlepas
dari kebijakan pemerintah yang mengatur tentang perkedelaian, karena KOPTI
Kabupaten Bogor berperan langsung sebagai perantara pasokan kedelai dari
importir dengan para anggota koperasi untuk memenuhi kebutuhan kedelai
tersebut.
Perumusan Masalah
Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Bogor
merupakan satu-satunya koperasi yang mewadahi para pengrajin tempe dan tahu
yang berada di Kabupaten Bogor. Pada tahun 2012, KOPTI Kabupaten Bogor
dalam memenuhi kebutuhan anggota akan bahan baku kedelai hampir 90%
diambil dari impor disebabkan produksi kedelai di dalam negeri tidak mampu
untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Semenjak dibuat kebijakan mengenai
BULOG yang tidak lagi menangani impor kedelai, saat itu juga komoditi kedelai
sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar dimana pasokan kedelai mulai
diimpor melalui asosiasi importir kedelai yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha
besar, diantaranya yaitu PT Cargil Indonesia, PT Gerbang Cahaya Utama, PT
Alam Agri Perkasa, dan PT Cita Bhakti Mulia.
Akibat ketergantungan terhadap produk kedelai impor yang sangat besar,
KOPTI Kabupaten Bogor menghadapi berbagai kondisi seperti fluktuasi harga
kedelai yang tidak menentu, kebijakan tentang impor kedelai yang berubah-ubah,
dan para anggota KOPTI Kabupaten Bogor juga sangat peka terhadap harga.
Secara langsung maupun tidak langsung harga kedelai yang ada di pasaran akan
mempengaruhi aktifitas usaha KOPTI Kabupaten Bogor. Terutama keaktifan
anggota akan berpengaruh pada usaha pengolahan tempe dan tahu milik anggota
KOPTI Kabupaten Bogor. Selama ini, para anggota KOPTI Kabupaten Bogor
lebih memilih membeli kedelai di luar koperasi, KOPTI Kabupaten Bogor
bersaing ketat dengan pedagang-pedagang pasar atau toko-toko grosir yang ada di
Kabupaten Bogor.
Pengrajin skala kecil yang membutuhkan kedelai dengan jumlah sedikit
akan memperhitungkan perbandingan biaya transportasi pengangkutan dari
KOPTI Kabupaten Bogor dengan toko-toko di sekitar tempat tinggal para
pengrajin. Kebanyakan anggota KOPTI Kabupaten Bogor masih terikat hutang
dengan toko-toko grosir tempat mereka membeli kedelai sehingga sulit untuk
lepas dari toko grosir kedelai tersebut.
4
Dalam kondisi persaingan yang begitu ketat dengan para penyalur kedelai di
Kabupaten Bogor, KOPTI Kabupaten Bogor merupakan satu-satunya penyalur
kedelai yang berbentuk koperasi. Bentuk koperasi ini seharusnya menjadi
kekuatan tersendiri bagi KOPTI Kabupaten Bogor dalam menjalankan usaha,
karena terdapat ikatan khusus bagi anggota di dalam Koperasi. Akan tetapi,
berdasarkan wawancara dengan sumber terkait, diketahui bahwa fluktuasi harga
yang sering terjadi mengakibatkan jumlah anggota aktif KOPTI Kabupaten Bogor
mengalami penurunan.
Pihak manajemen KOPTI Kabupaten Bogor mengungkapkan dari 1 373
orang anggota hanya 60 orang saja yang aktif, serta terdapat banyak hal yang
mengindikasikan bahwa KOPTI kabupaten Bogor sudah tidak memposisikan
organisasi maupun usahanya sesuai dengan jatidiri koperasi. Hal ini menunjukkan
bahwa KOPTI Kabupaten Bogor sudah tidak berjalan dengan baik sesuai prinsip
dan koridor koperasi yang ada. Selain itu, sekitar 50% pengrajin tempe dan tahu di
Kabupaten Bogor belum bergabung pada KOPTI Kabupaten Bogor. Akan tetapi,
walaupun jumlah pengrajin belum terdata secara pasti, namun pihak manajemen
KOPTI Kabupaten Bogor meyakini kondisi tersebut.
Indikasi penurunan jumlah anggota aktif dan tidak berjalannya fungsi
KOPTI Kabupaten Bogor sebagai koperasi secara optimal serta adanya peluang
pasar yang belum dimasuki oleh KOPTI Kabupaten Bogor di tengah situasi
persaingan yang sangat ketat, menunjukan bahwa KOPTI Kabupaten Bogor harus
melakukan langkah-langkah strategis. Langkah strategis digunakan untuk
merevitalisasi koperasi sesuai dengan prinsip dan koridor koperasi yang
diharapkan akan berujung pada peningkatan ekonomi usaha anggota KOPTI
Kabupaten Bogor itu sendiri. Langkah strategis ini harus dimulai dengan
mengidentifikasi KOPTI dari prinsip dan koridor koperasi. Selanjutnya
mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal KOPTI Kabupaten Bogor, dan
dilanjutkan pada perumusan strategi yang efektif bagi KOPTI Kabupaten Bogor.
Berdasarkan uraian di atas maka terdapat beberapa rumusan dalam beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
1)
Bagaimana kondisi KOPTI dilihat dari prinsip dan koridor koperasi?
2)
Faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi usaha KOPTI
Kabupaten Bogor?
3)
Alternatif strategi apa yang dapat dilakukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor
untuk merevitalisasi koperasi?
4)
Program kegiatan apa saja yang dapat digunakan untuk merevitalisasi
KOPTI Kabupaten Bogor.
Tujuan Penelitian
1.
2.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
Mengidentifikasi kondisi KOPTI Kabupaten Bogor dilihat dari prinsip dan
koridor koperasi.
Mengidentifikasi lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan
serta lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi usaha
KOPTI Kabupaten Bogor.
5
3.
4.
Merumuskan alternatif strategi revitalisasi koperasi yang dapat diterapkan
oleh KOPTI Kabupaten Bogor.
Merumuskan program kegiatan yang dapat digunakan untuk merevitalisasi
KOPTI Kabupaten Bogor.
Manfaat Penelitian
1.
2.
3.
Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
Masukan strategis bagi KOPTI Kabupaten Bogor.
Referensi bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan perkedelaian dan
produk turunan kedelai serta kebijakan perkoperasian di Indonesia.
Media belajar serta referensi bagi civitas akademika untuk melakukan
penelitian lanjutan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya dikhususkan untuk mengidentifikasi KOPTI Kabupaten
Bogor dari prinsip dan koridor koperasi. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan
untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal KOPTI Kabupaten Bogor
sehingga menghasilkan perencanaan strategi dan program kegiatan terbaik untuk
KOPTI Kabupaten Bogor itu sendiri.
TINJAUAN PUSTAKA
Studi Empiris Mengenai Kedelai
Purnamasari (2006) dan Latifah (2006) melakukan analisis mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi produksi dan impor kedelai di Indonesia serta dampak
kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap pendapatan usaha pengrajin tempe
(kasus pada anggota Koperasi Primer Tahu Tempe (PRIMKOPTI), Kelurahan
Cilendek Timur, Kotamadya Bogor). Penelitian ini dilatar belakangi adanya
permasalahan harga dan ketersediaan kedelai. Peranan koperasi tidak lagi optimal
dalam pendistribusian dan penetapan harga kedelai yang disebabkan oleh
penghapusan wewenang monopoli impor BULOG. Peningkatan harga BBM
menyebabkan harga-harga faktor produksi meningkat sehingga biaya produksi
semakin tinggi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa kenaikan harga
BBM mempengaruhi kondisi usaha pengrajin tempe. Penelitian tersebut akan
berguna bagi penelitian strategi pengembangan usaha KOPTI Kabupaten Bogor
dalam menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal KOPTI Kabupaten
Bogor.
6
Studi Empiris Mengenai Strategi Koperasi
Erwin (2008) menganalisis strategi pengembangan usaha koperasi produksi
susu yang memiliki tujuan untuk merumuskan strategi terbaik dalam
mengembangkan usaha koperasi. Perumusan strategi ini, dimulai dengan
menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja
koperasi. Selanjutnya merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi terbaik.
Maktriks IE digunakan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi kinerja koperasi. Analisis SWOT digunakan untuk membuat
alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi faktor internal dan eksternal
koperasi. Pada penelitian di koperasi produksi susu pemilihan strategi terbaik dari
alternatif startegi yang telah dibuat dalam analisis SWOT menggunakan analisis
QSPM. Hasilnya, strategi terbaik untuk pengembangan koperasi produksi susu
Bogor ialah strategi meningkatkan produksi susu dengan kualitas yang sesuai
standar.
Dharmanthi (2009) menganalisis strategi pengembangan usaha pada
PRIMKOPTI Kota Bogor. Tujuan dari strategi ini ialah mengidentifikasi kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman. Selain itu, menentukan posisi bersaing
perusahaan dan merumuskan alternatif strategi untuk menentukan strategi terbaik.
Alat analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah analisis matriks IFE,
matriks EFE, matriks IE, dan matriks SWOT. Hasilnya, berbagai strategi yang
dirumuskan di dalam analisis matriks SWOT dipetakan dalam suatu rentang
waktu ke dalam rancangan arsitektur strategi.
Sari (2006) mengenai rancangan arsitektur strategik divisi sarden PT
Sumber Yalasamudra, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Tujuan dari analisis ini ialah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal
perusahaan yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Selain itu,
merumuskan alternatif strategi dan menentukan strategi terbaik untuk perusahaan.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut ialah analisis matrik IFE,
matrik EFE, Matrik IE, matrik SWOT, QSPM, dan arsitektur strategi. Hasilnya
berbagai strategi yang telah dirumuskan berdasarkan analisis matriks SWOT dan
dipilih 20 prioritasnya berdasarkan analisis QSPM direntangkan dalam suatu peta
arsitektur strategi.
Pemilihan alat analisis yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi
perusahaan atau organisasi. KOPTI Kabupaten Bogor merupakan suatu organisasi
yang menghadapi era pasar bebas. Oleh karena itu, strategi revitalisasi pada
KOPTI Kabupaten Bogor menggunakan alat analisis SWOT dan arsitektur
strategi. Arsitektur strategi merupakan suatu paket rancangan masa depan
perusahaan dengan menerapkan berbagai strategi yang digunakan untuk mencapai
sasaran yang diinginkan. Alat analisis arsitektur strategi juga dapat dirancang, jika
strategi-strategi yang dirumuskan saling terkait dan menunjang satu sama lain
sehingga seluruh strategi harus dijalankan untuk dapat mencapai sasaran yang
diinginkan.
7
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Manajemen Strategis
Menurut David (2003), Pearce dan Robinson (1997), manajemen strategis
didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan manajerial yang
menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis
meliputi pengamatan lingkungan, perumusan (formulasi), pelaksanaan
(implementasi) rencana-rencana yang dirancang, dan mengevaluasi serta
pengendalian untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Pada dunia bisnis,
manajemen strategis umumnya dikenal dengan istilah perencanaan strategis.
Proses Manajemen Strategis
Proses manajemen strategis terdiri atas 3 tahap yaitu:
1. Tahap formulasi strategi
Cakupan dalam penelitian ini ialah pada tahap formulasi strategi. Tahap
formulasi strategi atau tahap perencanaan strategi untuk sebuah perusahaan
merupakan tahap awal dari proses manajemen strategis. Pada tahap formulasi
strategi terdiri dari tahap mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal
perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, dan merumuskan
alternatif strategi yang akan dilaksanakan. Untuk melihat tahap perencanaan
strategi KOPTI Kabupaten Bogor sebelumnya dilihat terlebih dulu kondisi
KOPTI Kabupaten Bogor dari aspek prinsip dan koridor koperasi.
2. Tahap implementasi strategi
Pada tahap implementasi strategi atau tahap pelaksanaan, mensyaratkan
penetapan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan
mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang diformulasikan dapat
dijalankan. Kesuksesan implementasi strategi tergantung dari kemampuan
manajer untuk memotivasi karyawan. Strategi yang telah ada tetapi tidak
diimplementasikan tidak akan memiliki arti apapun.
3. Tahap evaluasi strategi
Tahap terakhir ialah tahap evaluasi strategi. Tiga tahap dasar dalam
evaluasi strategi ialah meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang
menjadi dasar strategi tersebut, mengukur kinerja dan mengambil tindakan
korektif.
Koridor dan Prinsip Koperasi
Koperasi adalah perkumpulan otonom dan orang-orang yang bersatu secara
sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan
budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan
secara demokratis (ICA 2001). Koperasi bekerja berdasarkan nilai-nilai: swadaya,
swa-tanggung jawab, demokrasi, kebersamaan, keadilan, dan kesetiakawanan.
Dalam tradisi dari pendiri-pendirinya, anggota-anggota koperasi percaya pada
nilai-nilai etnik dari kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan peduli
terhadap orang-orang lain.
8
Prinsip-prinsip koperasi adalah garis-garis penuntun yang digunakan oleh
koperasi untuk melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam prakteknya. Prinsipprinsip yang merupakan jantung dari koperasi tidak independen dari prinsip satu
dengan prinsip yang lainnya sehingga saling terikat secara halus. Jika salah satu
diabaikan, maka keseluruhan akan menjadi berkurang. Koperasi tidak dapat
dinilai secara eksklusif berdasarkan salah satu diantara prinsip-prinsip yang ada,
akan tetapi harus dinilai seberapa jauh koperasi secara benar mentaati prinsipprinsip tersebut sebagai satu keseluruhan.
Prinsip-prinsip koperasi menurut ICA tahun 1995 terdapat 7 prinsip yaitu :
1. Keanggotaan sukarela dan terbuka
2. Pengendalian oleh anggota secara demokratis
3. Partisipasi ekonomis anggota
4. Otonomi dan kebebasan
5. Pendidikan, pelatihan dan informasi
6. Kerjasama antar-koperasi
7. Kepedulian terhadap komunitas
Pemberian koridor dalam koperasi diharapakan mampu menghindarkan
koperasi dari krisis kepemimpinan, krisis identitas, dan krisis idiologi yang akan
membuat koperasi dikembangkan jauh dari jati dirinya. Dengan demikian, untuk
mencegah terjadinya 3 krisis tersebut, maka dirumuskan koridor-koridor koperasi
sebagai berikut:
1. Promosi anggota-anggota yang berhasil
2. Bisnis dengan bukan anggota
3. Struktur modal
4. Kepemimpinan koperasi
5. Partisipasi anggota
6. Rapat delegasi (perwakilan) dan penghindari disintegrasi
7. Komite pengawas dan pejabat-pejabat honorer
8. Merjer
9. Sistem koperasi yang terintegrasikan
10. Federasi
Revitalisasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, revitalisasi adalah proses, cara, dan
perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya.
Sebenarnya revitalisasi adalah menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital.
Kata vital sendiri mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali (untuk
kehidupan dan sebagainya). Pengertian melalui bahasa lainnya, revitalisasi dapat
merupakan proses, cara, dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau
menggiatkan kembali berbagai program kegiatan apapun. Atau lebih jelas
revitalisasi itu adalah membangkitkan kembali vitalitas. Jadi, pengertian
revitalisasi ini secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu
menjadi penting dan perlu sekali.
Arsitektur Strategi
Arsitektur strategi merupakan suatu gambar rancangan yang bermanfaat
bagi organisasi untuk merumusakn strategi ke dalam kanvas rencana organisasi
untuk mencapai visi misinya. Arsitektur strategi pertama kali diperkenalkan oleh
9
Gary Hamel dan C.K. Prahalad di awal tahun 1990-an. Arsitektur strategi
merupakan strategi yang bersifat bentangan (stretch strategy). Menurut Yoshida
(2006), analisis arsitektur strategi dilakukan untuk membuat implementasi dari
strategi-strategi yang didapatkan dari hasil analisis Matriks SWOT. Seluruh
strategi tersebut dipetakan dalam blue print strategy, yaitu strategi yang memiliki
jadwal waktu agar pelaksanaan dari strategi-strategi tersebut dapat
berkesinambungan dan mencapai sasaran dalam waktu yang sudah ditentukan.
Bentuk arsitektur strategi lebih mudah untuk dipahami karena strategi yang
akan dijalankan dijabarkan dalam bentuk gambar. Selain itu, dengan adanya
arsitektur strategi, perubahan dan konsekuensi yang harus dilakukan sehubungan
dengan strategi yang dipilih dapat lebih mudah dipahami. Teknik
penggambarannya tidak memiliki aturan baku yang menggambarkan susunan
strategi.
Kerangka Pemikiran Operasional
Tahu dan tempe merupakan makanan yang memiliki nilai gizi yang sangat
baik. Hal ini berarti bahwa produsen tahu dan tempe berperan besar dalam
peningkatan gizi masyarakat. Akan tetapi produsen tahu dan tempe di Indonesia
rata-rata masih berskala kecil sehingga untuk memperkuat kekuatan tawar
menawar terhadap pemasok kedelai maupun terhadap konsumen, maka para
produsen tersebut perlu bergabung dalam sebuah wadah koperasi. Produsen tahu
dan tempe di Kabupaten Bogor bergabung dalam wadah KOPTI Kabupaten Bogor.
Saat ini terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh KOPTI Kabupaten
Bogor. Permasalahan ini dimulai semenjak tercipta kebijakan pemerintah
mengenai impor kedelai yang merubah sistem tataniaga kedelai dari monopoli
BULOG menjadi pasar bebas.
Pada saat monopoli BULOG, koperasi sangat diuntungkan karena memiliki
disparitas harga dengan harga pasar dan stabil. Namun pada era pasar bebas
seperti sekarang ini, tataniaga kedelai di Indonesia masih sangat tergantung pada
pasokan impor sehingga harga kedelai menjadi sangat fluktuatif. Adanya fluktuasi
harga kedelai impor, menyebabkan terjadinya perubahan kebijakan yang
menyangkut tentang impor kedelai. Kebijakan-kebijakan yang ada hanya solusi
sesaat sehingga muncul berbagai pemasalahan lain seperti indikasi penurunan
loyalitas anggota akibat tuntutan ekonomi serta situasi persaingan sebagai
distributor kedelai menjadi sangat ketat. Kondisi ini menjadikan KOPTI
Kabupaten Bogor sudah tidak mampu menjalankan usaha dengan baik sesuai
dengan prinsip dan koridor koperasi yang ada.
KOPTI Kabupaten Bogor harus memiliki strategi yang dapat digunakan
untuk menghadapi permasalahan yang terjadi. KOPTI Kabupaten Bogor akan
diidentifikasi melalui prinsip dan koridor koperasi. Selanjutnya, dilakukan tahapan
formulasi strategi yang meliputi 3 tahap yaitu tahap input, tahap pencocokan, dan
tahap keputusan. Pada tahap input, koperasi akan diidentifikasi pada faktor
internal dan eksternal. Tahap selanjutnya yaitu tahap pencocokan, berguna untuk
menyusun alternaltif strategi yang mungkin bisa diterapkan berdasarkan kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang telah diidentifikasi pada tahap pertama.
Tahap terakhir adalah tahap pengambilan keputusan, yang dimaksudkan untuk
10
membuat strategi terbaik bagi KOPTI Kabupaten Bogor dan program kegiatan
yang dapat dilakukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor.
Masalah
perdagangan
kedelai
Peran KOPTI
sebelum reformasi
Evaluasi kinerja
KOPTI saat ini
Permintaan
kedelai
pengolahan
tempe dan tahu
Prinsip dan
Koridor
Koperasi
Perumusan strategi
Revitalisasi
Evaluasi Eksternal
Evaluasi Internal
Alternatif strategi
dan rencana
kegiatan
Arsitektur strategi
Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional perumusan strategi revitalisasi KOPTI
Kabupaten Bogor
11
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di KOPTI Kabupaten Bogor
yang beralamat di Jalan Cilendek Raya No 27, Bogor. Pemilihan tempat tersebut,
didasarkan pada pertimbangan kebutuhan KOPTI Kabupaten Bogor untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan internal maupun eksternal. Adapun
pengambilan data penelitian ini, dilakukan pada bulan November 2012 sampai
Januari 2013.
Jenis dan Sumber Data
Data yang diperoleh dalam Penelitian ini terdiri dari data primer maupun
data sekunder. Data primer berasal dari wawancara langsung dan daftar
pertanyaan. Metode wawancara dilakukan dengan menggunakan pertanyaan
berstruktur, yang sebelum dilakukan wawancara telah dibuat terlebih dahulu untuk
dijawab oleh narasumber yang berkompeten. Penentuan responden dari penelitian
ini dilakukan dengan cara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa
responden tersebut berkompeten dalam memberikan informasi yang dibutuhkan.
Pihak-pihak tersebut adalah pengurus KOPTI Kabupaten Bogor, yang terdiri dari
ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota, serta pihak-pihak terkait dan orangorang yang mengetahui mengenai permasalahan kedelai yaitu ketua
Diskopperindag Kabupaten Bogor.
Data sekunder yang berguna untuk melengkapi informasi dalam penelitian
ini berasal dari data internal KOPTI Kabupaten Bogor maupun dari data pihakpihak eksternal, seperti data-data dari Induk Koperasi Tempe Tahu Indonesia,
Departemen Pertanian, Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan,
Badan Pusat Statistik, studi literatur, penelitian terdahulu dan pengunduhan dari
internet. Tabel 3 menunjukkan jenis dan sumber data yang akan diambil.
12
Tabel 3 Jenis dan sumber dataa
Rincian data
Jenis data
Gambaran umum
Primer dan
1. Sejarah dan perkembangan
sekunder
2. Visi, misi dan tujuan
3. Program strategis
4. Struktur organisasi
5. Wilayah kerja
6. Kegiatan usaha
Internal
Primer dan
sekunder
1. Manajemen
Primer dan
(perencanaan, pengorganisasian)
sekunder
Sumber data
Pengurus,
pegawai
dan anggota
Pengurus,
pegawai
dan anggota
Pengurus,
pegawai
dan
Anggota
2. Pemasaran
Primer dan Pengurus
dan
sekunder
pegawai
3. Keuangan
Primer dan Pengurus
dan
sekunder
pegawai
4. Penelitian dan pengembangan atau survey Primer dan Pengurus
sekunder
5. Evaluasi internal dan eksternal
Primer dan Pengurus
sekunder
Eksternal
Primer dan Badan
pengurus
sekunder
harian
pemerintah/lembaga
terkait, literatur
1. Ekonomi
Primer dan Pemerintah/lembaga
(keadaan umum perekonomian Indonesia, sekunder
terkait, literatur
fluktuasi harga, tingkat inflasi, pola
konsumsi, kondisi perekonomian negara
lain, impor kedelai, produksi dalam negeri)
2. Sosial, budaya, demografi, lingkungan
Primer dan Literatur
(peran serta pemerintah, perilaku pembeli)
sekunder
3. Politik dan hukum
Primer dan Pemerintah/lembaga
(subsidi, peraturan ekspor-impor atau sekunder
terkait, literatur
kebijakan)
4. Teknologi
Primer dan Lembaga
terkait,
(Perkembangan teknologi produksi kedelai sekunder
literatur
saat ini)
5. Kompetisi
Primer dan Lembaga
terkait,
(Persaingan perusahaan sejenis, bargaining sekunder
literatur
position pemasok dan pembeli)
Perumusan alternatif strategi
Primer
Subjektif dan pihak
berkompeten
a
Sumber: Diolah penulis (2013)
13
Metode Pengolahan Data
Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa mendatang (Nazir 2005). Analisis deskriptif ini
digunakan untuk mempertajam analisis yang dilakukan, membantu memahami
masalah yang diteliti serta memberikan gambaran umum tentang suatu fenomena
yang terjadi. Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk
mengidentifikasi kondisi KOPTI dilihat dari aspek prinsip dan koridor koperasi
serta mengidentifikasi lingkungan internal dan lingkungan eksternal dari KOPTI
Kabupaten Bogor sehingga dapat menggambarkan kondisi riil KOPTI Kabupaten
Bogor.
Analisis Matriks SWOT
Analisis Matriks SWOT merupakan analisis yang dipakai dalam menyusun
faktor-faktor strategis berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Matriks SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats) sebagai alat
pencocokan untuk mengembangkan 4 tipe strategi yaitu SO (kekuatan-peluang),
WO (kelemahan-peluang), ST (kekuatan-ancaman), WT (kelemahan-ancaman).
Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan
peluang eksternal. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal
dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST menggunakan kekuatan
perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal.
Strategi WT adalah taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan
internal dan menghindari ancaman eksternal.
Tabel 4 Matriks SWOTa
Faktor-faktor
internal
Faktor-faktor
Eksternal
Peluang
(Opportunities – O)
Ancaman
(Threats - T)
a
Sumber : David (2003)
Kekuatan (Strengths –S)
Strategi SO
Gunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi ST
Gunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman
Kelemahan (Weakness –W)
Strategi WO
Atasi kelemahan dengan
memanfaatkan peluang
Strategi WT
Minimalkan kelemahan dan
hindari ancaman
14
GAMBARAN UMUM KOPTI KABUPATEN BOGOR
Sejarah dan Perkembangan
KOPTI Kabupaten Bogor berdiri sejak tanggal 2 November 1980. Semenjak
KOPTI Kabupaten Bogor berdiri, dalam 1 tahun kepengurusan telah mengalami 3
kali pergantian pengurus tanpa laporan pertanggungjawaban dan serah terima.
Pada tanggal 11 November 1981, KOPTI Kabupaten Bogor mengadakan
reorganisasi total dengan menyusun kepengurusan baru. Pada tanggal 18 Juni
1983 melalui Surat Keputusan Kantor Wilayah Koperasi Jawa Barat, Koperasi
Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Bogor ditetapkan sebagai
badan hukum dengan Nomor 7848/BH/DK-10/9. Akta pendirian ini
ditandatangani oleh H. Ahmad Chairy, Sukhaeri, Daud dan Sutarman.
KOPTI Kabupaten Bogor melakukan daftar ulang pada tanggal 7 Juli 1997
dengan Nomor 7848/BH/PAD/KWK-10/VII/97 yang ditandatangani oleh M.
Suroto, Sukatma, H. M Sobirin, dan Dunaryo. SIUP KOPTI Kabupaten Bogor
bernomor 517/106/PM/B/DISPERINDAGKOP. KOPTI Kabupaten Bogor juga
mempunyai dokumen-dokumen kelengkapan organisasi yang lain, seperti Tanda
Daftar Perusahaan (TDP) dari Departemen Perindustrian Dan Perdagangan Kota
Bogor dengan Nomor 10.04.2.52.00334. NPWP dari Direktorat Jendral Pajak KPP
Bogor Nomor 01.241.682.2.404.000. Status Kepemilikan Tanah dengan Sertifikat
HGB Nomor 21 dari Kantor BPN Kabupaten Bogor. IMB dari Bupati Bogor
Nomor 644.2/48/PU/1994 dan Izin Gangguan Tempat Usaha Bukan Perusahaan
Industri dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Bogor Nomor
503.45.269 tahun 2008.
Maksud KOPTI Kabupaten Bogor didirikan karena mengingat hal-hal
sebagai berikut:
1. Teknis produksi pengrajin tempe tahu masih tradisional mengakibatkan
produksi yang dihasilkan di bawah standar dan jangkauan pemasaran, serta
hasil produksi juga sangat terbatas.
2. Lemahnya posisi tawar menawar para pengrajin dalam pengadaan bahan baku
serta tidak adanya kepastian harga, karena kedelai sebagai bahan baku di dapat
dari pasar bebas. Kondisi pengadaan bahan baku seperti ini, menyebabkan
pengrajin sebagai produsen selalu dipihak yang dirugikan dan akibatnya setiap
keuntungan yang dihasilkan dari setiap kegiatan produksi sangat minimal.
3. Sebagai produsen, kemampuan permodalan pengrajin pada umumnya sangat
kecil dalam mempertahankan kelangsungan usaha.
Dengan demikian, KOPTI Kabupaten Bogor hendak menyatukan potensi
dari para anggota sehingga kesejahteraan anggota KOPTI Kabupaten Bogor dapat
meningkat. KOPTI Kabupaten Bogor berdiri menyangkut beberapa kepentingan,
yaitu:
1. Kepentingan pengrajin adalah memberikan kepastian usaha dan jaminan
kelangsungan hidup usaha dari ancaman kebangkrutan.
2. Kepentingan masyarakat adalah memberikan hasil produksi yang berkualitas
tinggi.
3. Koperasi menunjang program pembangunan sektor perkoperasian di Indonesia,
terutama menjadikan koperasi sebagai soko guru perekonomian bagi warga
15
negara yang tergolong ekonomi lemah menjadi suatu gerakan yang mempunyai
identitas dan berdedikasi serta spesialisasi.
Pada awal berdiri, yaitu pada tahun 1980-an, KOPTI Kabupaten Bogor
masih banyak menemui hambatan sehingga kurang mendapat perhatian dari
pengusaha tempe dan tahu. KOPTI Kabupaten Bogor masih dianggap kurang
mampu memberikan manfaat bagi para pengrajin. Akan tetapi, pada tahun 1990an menjadi masa-masa kejayaan bagi KOPTI Kabupaten Bogor. KOPTI
Kabupaten Bogor melakukan pengelolaan koperasi yang semakin matang dan
membaik, serta mendapat bantuan dari Badan Urusan Logistik (BULOG) yang
menyalurkan alokasi kedelai impor ke KOPTI Kabupaten Bogor. Pada saat itu,
para pengusaha tempe tahu menjadi tertarik dan mulai mendaftarkan diri menjadi
anggota. Melalui BULOG, pemerintah menetapkan beberapa kebijakan
menyangkut impor kedelai seperti stabilitas harga, distribusi, dan penimbunan
komoditi pangan utama. KOPTI Kabupaten Bogor menjadi sangat terbantu atas
keberadaan BULOG. KOPTI Kabupaten Bogor juga mendapatkan harga kedelai
dibawah harga pasar sehingga kesejahteraan para anggota koperasi pun terjamin.
Berbagai program peningkatan kesejahteraan anggota yang disetujui melalui
rapat anggota tahunan telah dilakukan dalam perkembangan KOPTI Kabupaten
Bogor. Program-program tersebut antara lain program beasiswa untuk anak
anggota, pemberian pengobatan secara gratis, penyediaan paket sembako gratis,
merehabilitasi tempat tinggal dan tempat produksi, memberikan bantuan
permodalan bagi anggota, program pemberangkatan ke tanah suci bagi anggota.
Selain itu masih banyak prestasi yang ditorehkan untuk anggota KOPTI
Kabupaten Bogor.
Akan tetapi, semenjak impor kedelai melalui BULOG dihentikan, KOPTI
Kabupaten Bogor menjadi salah satu pelaku usaha yang paling terkena dampak
dari kebijakan tersebut. Program-program yang ada tidak dapat berjalan lancar
yang mengakibatkan beberapa program KOPTI Kabupaten Bogor terpaksa
ditangguhkan. KOPTI Kabupaten Bogor kembali masuk ke dalam persaingan
yang ketat di era pasar bebas. KOPTI Kabupaten Bogor yang merupakan lembaga
yang menjadi wadah pengrajin tahu dan tempe tidak mampu lagi memberikan
pelayanan yang baik dalam upaya membantu pengrajin dalam meningkatkan
kesejahteraan mereka.
Situasi dan kondisi yang terjadi, seharusnya tidak menyurutkan KOPTI
Kabupaten Bogor untuk tetap eksis dalam memperjuangkan semua yang menjadi
kepentingan anggota. Pengelolaan KOPTI Kabupaten Bogor secara profesional
menjadi tugas utama pengurus dalam menjalankan roda organisasi, karena
semakin banyaknya persaingan-persaingan usaha tentu saja harus menjadi
tantangan untuk berbuat lebih cerdas. KOPTI Kabupaten Bogor memang harus
merencanakan langkah strategik agar tidak kehilangan kembali arah serta fungsi
utamanya.
Visi, Misi, dan Tujuan
Visi dan misi dari KOPTI Kabupaten Bogor sudah dibakukan secara tertulis.
Visi dari KOPTI Kabupaten Bogor ialah menjadi Koperasi andal dan tangguh
16
yang memiliki hubungan erat dengan anggota. Misi KOPTI Kabupaten Bogor
antara lain ialah:
1. Menjalankan usaha dengan cermat dan saling memberikan manfaat.
2. Melayani dengan kesungguhan hati serta menjadi panutan dalam
melaksanakan tata kelola yang baik.
Tujuan KOPTI Kabupaten Bogor itu sendiri yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan dan membangun kemandirian melalui:
1. Terciptanya KOPTI yang kuat dan tangguh.
2. Usaha yang saling menguntungkan.
3. Jalinan komunikasi yang berkesinambungan.
Program Strategis
KOPTI Kabupaten Bogor dalam pengembangan koperasi mempunyai
beberapa program-program strategis yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
memajukan koperasi tersebut, yaitu:
1. Peningkatan kualitas SDM
a. Pendidikan
b. Pelatihan
c. Studi banding
d. Diskusi dan seminar
2. Peningkatan usaha
a. Mengembangkan industri usaha skala kecil sampai menengah dibidang
industri tempe dan tahu.
b. Membangun perbengkelan mesin tempe dan tahu.
c. Mengembangkan usaha jasa angkutan dan rental.
d. Mengembangkan sumber-sumber energi alternatif.
3. Peningkatan citra koperasi
a. Merumuskan kembali visi, misi dan program strategis.
b. Mengembangkan usaha KOPTI yang masih berjalan.
c. Mengembangkan sistem manajemen yang masih berjalan.
d. Sosialisasi program untuk memberikan harapan baru bagi pengelola dan
anggota.
Struktur Organisasi
KOPTI Kabupaten Bogor telah mengalami pergantian kepengurusan.
Berakhirnya masa jabatan pengurus periode 2007-2011, maka pada RAT KOPTI
Kabupaten Bogor ke 29 yang dilaksanakan hari Minggu, tanggal 15 Januari 2012
diadakan pemilihan kembali pengurus baru untuk periode tahun 2012-2017.
Berdasarkan hasil pemilihan tersebut, secara aklamasi maka terpilih lagi
kepengurusan yang lama sehingga tidak mengalami perubahan pengurus baik
jabatan maupun personalnya.
17
Rapat Anggota
Sekretaris
Ketua
Bendahara
Manajer
Manajer
Usaha
Manajer Keuangan
Manajer
Organisasi
Wilayah Pelayanan
Cimanggis . Citeureup I . Citeureup II . Cibinong . Sawangan
I . Sawangan II . Depok, Bojonggede , Parung . Ciseeng .
Kemang . Cimanggu I . Cimanggu II . Sukaraja . Cisarua ,
Caringin . Ciawi . Cigombong . Tamansari . Ciomas .
Leuwiliang . Ciampea . Cibungbulang
Anggota Kopti
perajin pengolah bahan makanan dari
kedelai
Gambar 2 Struktur organisasi KOPTI Kabupaten Bogor
Pembagian tugas dan tanggung jawab serta kegiatan-kegiatan usaha yang
dijalankan oleh KOPTI Kabupaten Bogor sesuai dengan fungsi yang terdapat
dalam struktur organisasi KOPTI Kabupaten Bogor (Gambar 2), antara lain:
1.
Rapat anggota
Rapat angggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
struktur organisasi koperasi. Melalui rapat anggota inilah, anggota dapat
menggunakan hak yang diperoleh dengan berpartisipasi aktif dalam proses
penetapan ketentuan-ketentuan yang bersifat mendasar bagi KOPTI
Kabupaten Bogor sehingga wujud dari pelaksanaan prinsip koperasi
mengenai pengelolaan yang demokratis dapat terlihat. Rapat anggota
berperan dalam penetapan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga,
kebijakan umum, memilih, dan mengangkat serta memberhentikan pengurus
dan pengawas. Rapat anggota juga menetapkan dan mengesahkan rencana
kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja, serta pengesahan laporan
keuangan.
18
2.
3.
4.
5.
Ketua
Tugas ketua antara lain memimpin, menjalankan dan memajukan serta
mengembangkan usaha koperasi termasuk pengadaan kedelai untuk
kepentingan anggota dan masyarakat. Ketua pun memimpin, mengkoordinir
dan mengawasi pelaksanaan tugas anggota, pengurus serta manajer unit dan
semua karyawan. Ketua juga bertugas untuk memimpin jalannya rapat
anggota tahunan (RAT) serta memimpin rapat pengurus. Dalam rapat
anggota tahunan, ketua memimpin jalannya rapat atas nama pengurus dan
memberikan laporan pertanggungjawaban kepada rapat anggota. Ketua
memberikan keputusan terakhir dengan memperhatikan saran-saran dari
anggota, pengurus dan manajer. Selain itu, ketua bertugas mengesahkan
surat-surat yang menyangkut kegiatan organisasi ke luar maupun ke dalam
koperasi.
Sekertaris
Sekretaris bertugas untuk memelihara buku-buku dan arsip-arsip
organisasi, mengkoordinir dalam menyusun laporan-laporan organisasi,
serta merencanakan jadwal operasional seperti penyuluhan terhadap anggota,
pendidikan, latihan, dan kegiatan sosial lain. Selain itu, sekertaris juga
bertugas untuk membantu ketua dalam pembinaan personil dan kerjasama
karyawan, serta mewakili bidang usaha, pengadaan dan penjualan kedelai
KOPTI Kabupaten Bogor apabila ketua sedang berhalangan.
Bendahara
Bendahara berkewajiban untuk mengatur dan mengendalikan atau
mengawasi keluar masuk aliran uang, antara lain dengan melaksanakan
anggaran pendapatan dan belanja KOPTI Kabupaten Bogor, mencari dana
dengan cara memupuk simpanan para anggota, dan mencari sumber dana
dari luar dengan syarat yang lunak dan tidak memberatkan. Bendahara wajib
untuk memelihara kekayaan KOPTI Kabupaten Bogor dan mengatur
pengeluaran uang agar tidak melampaui batas anggaran belanja yang telah
ditetapkan. Selain mempersiapkan data dan informasi mengenai keuangan,
dalam rangka penyusunan laporan-laporan, bendahara bersama dengan
manajer juga bertugas menandatangani semua bukti pengeluaran kas yang
melampaui batas wewenang manajer dengan persetujuan ketua. Selain itu,
membimbing dan mengawasi pekerjaan manajer dalam hal penyelenggaraan
administrasi uang dan barang.
Manajer
Dalam menjalankan roda organisasi KOPTI Kabupaten Bogor yang
memiliki jumlah anggota yang cukup banyak dan wilayah pelayanan yang
cukup luas, diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
dan kecakapan sesuai dibidangnya masing-masing. Untuk itu, dalam
membantu tugas operasional Dewan Pengurus, ditempatkan seorang
manajer dan 3 orang asisten manajer yaitu manajer organisasi, manajer
usaha, dan manajer keuangan.
Manajer utama adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
jalannya usaha koperasi sehari-hari secara keseluruhan seperti perencanaan,
pelasanaan, pengawasan dalam bidang usaha, keuangan, organisasi, dan
personalia. Sedangkan ketiga asisten manajer melaksanakan tanggung jawab
sesuai dengan divisi masing-masing yang berada di bawah koordinasi dan
19
pengendalian manajer utama. Para asisten manajer dalam menjalankan tugas
bertanggung jawab kepada dewan pengurus melalui manajer utama.
Wilayah Kerja
Wilayah kerja KOPTI Kabupaten Bogor meliputi daerah-daerah yang ada di
Kabupaten Bogor. KOPTI Kabupaten Bogor mempunyai 23 wilayah kerja,
sehingga KOPTI Kabupaten Bogor mempunyai 22 Kepala Wilayah Pelayanan
(KWP). KWP diangkat dan diberhentikan oleh pengurus KOPTI Kabupaten
Bogor. KWP bertugas sebagai penghubung antara pengurus KOPTI Kabupaten
Bogor dengan anggota dalam hal kegiatan usaha KOPTI Kabupaten Bogor.
Wilayah pelayanan kerja KOPTI Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 2.
Kegiatan Usaha
Sesuai dengan fungsi awal KOPTI Kabupaten Bogor, kegiatan usaha
KOPTI Kabupaten Bogor yang utama ialah pengadaan kedelai kepada produsen
tempe dan tahu di lingkup Kabupaten Bogor. Akan tetapi, untuk menunjang
kegiatan-kegiatan yang dijalankan, KOPTI Kabupaten Bogor telah
mengembangkan beberapa usaha yang lain. Berikut ini merupakan penjelasan dari
masing-masing kegiatan usaha yang telah dijalankan oleh KOPTI Kabupaten
KABUPATEN BOGOR
SULKHAN MASRURI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perumusan Strategi
Revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
Sulkhan Masruri
NIM H34104030
ABSTRAK
SULKHAN MASRURI. Perumusan Strategi Revitalisasi KOPTI Kabupaten
Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA.
Kebutuhan konsumsi kedelai di Indonesia sebagian besar diambil dari impor.
Menjadikan banyak pihak terkena dampak akan ketergantungan produk impor
tersebut sehingga banyak yang tidak mampu lagi menjalankan usahanya dengan
baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi KOPTI
Kabupaten Bogor dilihat dari prinsip dan koridor koperasi, juga mengidentifikasi
lingkungan internal, dan eksternalnya. Selain itu penelitian ini juga bertujuan
untuk merumuskan alternatif strategi revitalisasi koperasi, dan merumuskan
program kegiatannya. Dilihat dari prinsip dan koridor koperasi, KOPTI
Kabupaten Bogor belum menjalankannya dengan baik. Dari 10 koridor yang ada,
terdapat 8 koridor yang negatif. Strategi yang dihasilkan melalui matriks SWOT
yaitu strategi promosi untuk meningkatkan penjualan, membuat outlet penjualan
kedelai di wilayah, membuat unit usaha simpan pinjam, mengembangkan sistem
pelayanan kepada anggota, mengembangkan kemampuan karyawan,
meningkatkan manajemen pengendalian persediaan, dan menerapkan budaya
analisis serta sistem informasi manajemen yang terpadu. Dari strategi yang telah
dihasilkan kemudian dirumuskan program kegiatan yang dapat digunakan untuk
merevitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor dengan menggunakan arsitektur strategi.
Kata kunci: arsitektur strategi, KOPTI Kabupaten Bogor, revitalisasi, SWOT
ABSTRACT
SULKHAN MASRURI. Revitalization Strategy Formulation of KOPTI Bogor
Regency. Supervised by LUKMAN MOHAMMAD BAGA.
Soybean consumption in Indonesia are mostly extracted from imports.
Makes many affected parties dependence of imported products so many are no
longer able to run their business properly. The purpose of this study is to identify
the conditions KOPTI Bogor regency and corridor view of the principle of cooperative, also identified the internal environment, and external. In addition, this
study also aims to formulate alternative cooperative revitalization strategies, and
formulate a program of activities. Viewed from the cooperative principle and the
corridor, KOPTI Bogor regency not run properly. Of the 10 existing corridor,
there is a negative 8 corridor. The resulting strategy through SWOT matriks is
promotional strategies to increase sales, make soybean sales outlets in the region,
making the savings and loan business unit, develop a system of services to
members, develop employee skills, improve inventory control management, and
cultural implement analysis as well as an integrated management information
system. Of the strategies that have been produced then formulated a program of
activities that can be used to revitalize KOPTI Bogor regency by using
architecture strategies.
Key words: architecture strategy, KOPTI Bogor Regency, revitalization, SWOT
.
PERUMUSAN STRATEGI REVITALISASI KOPTI
KABUPATEN BOGOR
SULKHAN MASRURI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Perumusan Strategi Revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor
: Sulkhan Masruri
: H34104030
Disetujui oleh
Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini mengambil tema mengenai strategi revitalisasi yang dilaksanakan
selama bulan November 2012 sampai Januari 2013, dengan judul Perumusan
Strategi Revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Lukman M Baga.
MA.Ec selaku dosen pembimbing. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu
Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS yang senantiasa membimbing penulis sebagai wali
akademik. Selain itu, penghargaan penulis juga sampaikan kepada Bapak Endang
Maulana, Bapak Sukaeri, Bapak Rikamto selaku pengurus KOPTI Kabupaten
Bogor, dan Bapak Khoirul Aziz yang telah bersedia meluangkan waktu,
memberikan informasi, dan saran dalam penelitian ini. Terima kasih juga
disampaikan kepada Ayah, Bunda, Adik, dan seluruh keluarga atas dukungan dan
doa yang diberikan. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih dan sukses
selalu untuk teman-teman Agribisnis Alih Jenis 1 khususnya teman satu
bimbingan.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2013
Sulkhan Masruri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
Studi Empiris Mengenai Kedelai
5
Studi Empiris Mengenai Strategi Koperasi
6
KERANGKA PEMIKIRAN
7
Kerangka Pemikiran Teoritis
7
Manajemen Strategis
7
Proses Manajemen Strategis
7
Koridor dan Prinsip Koperasi
7
Revitalisasi
8
Arsitektur Strategi
8
Kerangka Pemikiran Operasional
9
METODE PENELITIAN
11
Lokasi dan Waktu Penelitian
11
Jenis dan Sumber Data
11
Metode Pengolahan Data
13
Metode Deskriptif
13
Analisis Matriks SWOT
13
GAMBARAN UMUM KOPTI KABUPATEN BOGOR
14
Sejarah dan Perkembangan
14
Visi, Misi dan Tujuan
15
Program Strategis
16
Struktur Organisasi
16
Wilayah Kerja
19
Kegiatan Usaha
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
Pelaksanaan Prinsip dan Koridor Koperasi KOPTI Kabupaten Bogor
21
Analisis Lingkungan KOPTI Kabupaten Bogor
27
Analisis Lingkungan Eksternal
27
Identifikasi Peluang dan Ancaman
30
Analisis Lingkungan Internal
33
Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan
38
Formulasi Strategi
40
SIMPULAN DAN SARAN
47
Simpulan
47
Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
48
RIWAYAT HIDUP
49
DAFTAR TABEL
Produksi tanaman kedelai nasional tahun 2007-2012
Perkembangan kebutuhan dan impor kedelai Indonesia tahun 2005-2011
Jenis dan sumber data
Matriks SWOT
Koridor koperasi KOPTI Kabupaten Bogor
Hasil analisis lingkungan eksternal
Hasil analisis lingkungan internal
Matriks SWOT KOPTI Kabupaten Bogor
Strategi dan rencana kegiatan
1
2
12
13
27
31
38
41
45
DAFTAR GAMBAR
Kerangka pemikiran operasional perumusan strategi revitalisasi KOPTI
Struktur organisasi KOPTI Kabupaten Bogor
Arsitektur strategi KOPTI Kabupaten Bogor
10
17
46
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Protein merupakan salah satu sumber gizi yang sangat penting bagi manusia.
Kebutuhan atas protein ini akan semakin meningkat seiring peningkatan jumlah
penduduk dan pendapatan per kapita, bahkan kebutuhan tersebut cenderung
meningkat setiap tahun. Kedelai merupakan sumber gizi protein nabati utama
yang telah lama dikenal dan digunakan, baik sebagai konsumsi rumah tangga
maupun sumber bahan baku industri dalam beragam produk makanan.
Kebutuhan masyarakat akan konsumsi kedelai yang tinggi ini mengharuskan
produksi tanaman kedelai juga meningkat. Berbagai usaha untuk memenuhi
kebutuhan kedelai di dalam negeri terus dilakukan dengan implementasi berbagai
program. Pada tahun 2004, diadakan program bangkit kedelai, program
peningkatan produktivitas, dan perluasan areal tanam yang diharapkan mampu
melakukan swasembada kedelai di tahun-tahun mendatang. Data produksi
tanaman kedelai dari tahun 2007 sampai 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Produksi tanaman kedelai nasional tahun 2007-2012a
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012 *
Luas panenb
459 116
590 956
722 791
660 823
622 254
566 693
Produksic
592 534
775 710
974 512
907 031
851 286
779 741
Keterangan : ( * ) Angka ramalan
a
Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) (diolah); bhektar; cton
Pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa setiap tahun produksi kedelai tingkat
nasional mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 sampai tahun 2009 jumlah
produksi kedelai mengalami peningkatan, akan tetapi pada tahun 2010 sampai
2012 mulai mengalami penurunan produksi. Berdasarkan catatan Badan Pusat
Statistik (BPS) selama tahun 2002 hingga tahun 2012, produksi kedelai di dalam
negeri mencapai rekor tertinggi 974 512 ton pada tahun 2009. Sementara produksi
terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 592 534 ton.
Menurut laporan tahunan FAO, penurunan jumlah produksi ini disebabkan
karena semakin banyak pembangunan yang mengakibatkan lahan tanam kedelai
berkurang. Selain itu, terdapat kesenjangan teknologi, serangan hama penyakit,
fluktuasi harga, kredit usahatani yang kecil, dan belum terjalin kerjasama antar
instansi dengan baik. Permasalahan yang ada mengakibatkan pasokan kedelai
dalam negeri tidak mampu mengimbangi laju peningkatan konsumsi kedelai yang
sangat besar.
Kebutuhan kedelai di dalam negeri setiap tahun terus bertambah bahkan bisa
mencapai 3 juta ton. Sementara produksi kedelai dalam negeri cenderung
2
fluktuatif yang selama 10 tahun terakhir belum pernah mencapai 1 juta ton
sehingga 60% kebutuhan kedelai selama ini di dapat dari impor yang dipasok dari
Amerika Serikat diikuti Kanada, China, Ukraina, dan Malaysia (Suswono 2012).
Tabel 2 menunjukkan kebutuhan dan impor kedelai di Indonesia tahun 2005-2011.
Tabel 2 Perkembangan kebutuhan dan impor kedelai Indonesia tahun 2005-2011a
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
a
Kebutuhanb
1 969 391
1 992 038
2 014 947
2 038 119
2 061 557
2 646 326
2 939 272
Imporb
1 166 640
1 100 985
1 422 413
1 262 409
1 087 045
1 739 295
2 087 986
Sumber : Badan Pusat Statistik (2011) (diolah); bton
Pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa setiap tahun kebutuhan akan impor
kedelai terus meningkat. Akan tetapi penurunan jumlah impor pernah terjadi pada
tahun 2008 dan tahun 2009 karena terjadi lonjakan harga kedelai pada tahun
tersebut. Hal ini mengakibatkan industri pembuatan tahu dan tempe di dalam
negeri menurun. Permintaan impor kedelai kembali naik pada tahun 2010 tercatat
kebutuhan impor mencapai 1 739 juta ton, dan pada tahun 2011 mencapai 2 juta
ton. Jumlah ini masih diperkirakan bertambah lagi pada tahun 2012. Kebutuhan
akan kedelai impor banyak diserap untuk pembuatan tahu dan tempe sehingga
menjadikan industri yang satu ini begitu bergantung kepada kedelai impor.
Saat ini, harga kedelai di Indonesia mengalami peningkatan, dari sekitar
Rp5 800 tahun lalu, kini telah mencapai Rp6 800 bahkan hampir Rp9 000 per kg
(Disperindag 2012). Harga kedelai yang terus mengalami perubahan tentu menjadi
permasalahan bagi industri pengolahan kedelai, terlebih industri tahu dan tempe
yang memiliki kebutuhan kedelai cukup banyak. Kenaikan harga kedelai ini dapat
mempengaruhi harga jual produk kepada konsumen akhir sehingga harga produk
akan ikut meningkat karena kebutuhan akan kedelai untuk industri juga sangat
tinggi.
Pulau Jawa memiliki jumlah industri pengolahan kedelai yang tinggi
dibandingkan pulau-pulau lain di Indonesia. Pulau Jawa sendiri terbagi atas
beberapa bagian yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta
sehingga jumlah industri tersebar di berbagai bagian daerah tersebut. Jawa Barat
menurut Deptan (2011) menunjukkan produktifitas kedelai yang mendominasi di
Pulau Jawa mencapai 15.74 ku/ha.
Jawa Barat yang merupakan penghasil kedelai dengan jumlah besar,
membuat industri pengolahan makanan juga meningkat. Hal ini ditunjukkan
dengan jumlah industri pengolahan terbesar pada wilayah Bogor mencapai 23 098
dibandingkan dengan Jakarta yang hanya 3 368 (BPS 2011). Industri pengolahan
di Bogor sangat banyak karena potensi daerah Bogor yang sangat baik, dengan
cuaca serta letak yang strategis dekat dengan ibu kota Jakarta. Kabupaten Bogor
3
sendiri memiliki jumlah pengrajin yang menggunakan olahan kedelai seperti
tempe sekitar 80% dan tahu 20% (KOPTI Kabupaten Bogor 2012).
Bagi pengrajin tahu dan tempe ketersediaan bahan baku kedelai merupakan
faktor penentu akan kelangsungan usaha. Berbagai hal akan di tempuh para
pengrajin untuk mendapat jaminan akan ketersediaan bahan baku kedelai. Berawal
dari kebutuhan akan ketersediaan kedelai, para pengrajin tahu dan tempe
membentuk suatu wadah yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan pokok
baik di bidang teknis produksi maupun di bidang permodalan yang dihadapi
selama ini. Wadah tersebut adalah koperasi, yang merupakan suatu lembaga
berbadan hukum yang didirikan secara sukarela atas kesamaan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, social, dan budaya melalui
pengawasan yang demokratis. KOPTI Kabupaten Bogor tentunya tidak terlepas
dari kebijakan pemerintah yang mengatur tentang perkedelaian, karena KOPTI
Kabupaten Bogor berperan langsung sebagai perantara pasokan kedelai dari
importir dengan para anggota koperasi untuk memenuhi kebutuhan kedelai
tersebut.
Perumusan Masalah
Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Bogor
merupakan satu-satunya koperasi yang mewadahi para pengrajin tempe dan tahu
yang berada di Kabupaten Bogor. Pada tahun 2012, KOPTI Kabupaten Bogor
dalam memenuhi kebutuhan anggota akan bahan baku kedelai hampir 90%
diambil dari impor disebabkan produksi kedelai di dalam negeri tidak mampu
untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Semenjak dibuat kebijakan mengenai
BULOG yang tidak lagi menangani impor kedelai, saat itu juga komoditi kedelai
sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar dimana pasokan kedelai mulai
diimpor melalui asosiasi importir kedelai yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha
besar, diantaranya yaitu PT Cargil Indonesia, PT Gerbang Cahaya Utama, PT
Alam Agri Perkasa, dan PT Cita Bhakti Mulia.
Akibat ketergantungan terhadap produk kedelai impor yang sangat besar,
KOPTI Kabupaten Bogor menghadapi berbagai kondisi seperti fluktuasi harga
kedelai yang tidak menentu, kebijakan tentang impor kedelai yang berubah-ubah,
dan para anggota KOPTI Kabupaten Bogor juga sangat peka terhadap harga.
Secara langsung maupun tidak langsung harga kedelai yang ada di pasaran akan
mempengaruhi aktifitas usaha KOPTI Kabupaten Bogor. Terutama keaktifan
anggota akan berpengaruh pada usaha pengolahan tempe dan tahu milik anggota
KOPTI Kabupaten Bogor. Selama ini, para anggota KOPTI Kabupaten Bogor
lebih memilih membeli kedelai di luar koperasi, KOPTI Kabupaten Bogor
bersaing ketat dengan pedagang-pedagang pasar atau toko-toko grosir yang ada di
Kabupaten Bogor.
Pengrajin skala kecil yang membutuhkan kedelai dengan jumlah sedikit
akan memperhitungkan perbandingan biaya transportasi pengangkutan dari
KOPTI Kabupaten Bogor dengan toko-toko di sekitar tempat tinggal para
pengrajin. Kebanyakan anggota KOPTI Kabupaten Bogor masih terikat hutang
dengan toko-toko grosir tempat mereka membeli kedelai sehingga sulit untuk
lepas dari toko grosir kedelai tersebut.
4
Dalam kondisi persaingan yang begitu ketat dengan para penyalur kedelai di
Kabupaten Bogor, KOPTI Kabupaten Bogor merupakan satu-satunya penyalur
kedelai yang berbentuk koperasi. Bentuk koperasi ini seharusnya menjadi
kekuatan tersendiri bagi KOPTI Kabupaten Bogor dalam menjalankan usaha,
karena terdapat ikatan khusus bagi anggota di dalam Koperasi. Akan tetapi,
berdasarkan wawancara dengan sumber terkait, diketahui bahwa fluktuasi harga
yang sering terjadi mengakibatkan jumlah anggota aktif KOPTI Kabupaten Bogor
mengalami penurunan.
Pihak manajemen KOPTI Kabupaten Bogor mengungkapkan dari 1 373
orang anggota hanya 60 orang saja yang aktif, serta terdapat banyak hal yang
mengindikasikan bahwa KOPTI kabupaten Bogor sudah tidak memposisikan
organisasi maupun usahanya sesuai dengan jatidiri koperasi. Hal ini menunjukkan
bahwa KOPTI Kabupaten Bogor sudah tidak berjalan dengan baik sesuai prinsip
dan koridor koperasi yang ada. Selain itu, sekitar 50% pengrajin tempe dan tahu di
Kabupaten Bogor belum bergabung pada KOPTI Kabupaten Bogor. Akan tetapi,
walaupun jumlah pengrajin belum terdata secara pasti, namun pihak manajemen
KOPTI Kabupaten Bogor meyakini kondisi tersebut.
Indikasi penurunan jumlah anggota aktif dan tidak berjalannya fungsi
KOPTI Kabupaten Bogor sebagai koperasi secara optimal serta adanya peluang
pasar yang belum dimasuki oleh KOPTI Kabupaten Bogor di tengah situasi
persaingan yang sangat ketat, menunjukan bahwa KOPTI Kabupaten Bogor harus
melakukan langkah-langkah strategis. Langkah strategis digunakan untuk
merevitalisasi koperasi sesuai dengan prinsip dan koridor koperasi yang
diharapkan akan berujung pada peningkatan ekonomi usaha anggota KOPTI
Kabupaten Bogor itu sendiri. Langkah strategis ini harus dimulai dengan
mengidentifikasi KOPTI dari prinsip dan koridor koperasi. Selanjutnya
mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal KOPTI Kabupaten Bogor, dan
dilanjutkan pada perumusan strategi yang efektif bagi KOPTI Kabupaten Bogor.
Berdasarkan uraian di atas maka terdapat beberapa rumusan dalam beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
1)
Bagaimana kondisi KOPTI dilihat dari prinsip dan koridor koperasi?
2)
Faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi usaha KOPTI
Kabupaten Bogor?
3)
Alternatif strategi apa yang dapat dilakukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor
untuk merevitalisasi koperasi?
4)
Program kegiatan apa saja yang dapat digunakan untuk merevitalisasi
KOPTI Kabupaten Bogor.
Tujuan Penelitian
1.
2.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
Mengidentifikasi kondisi KOPTI Kabupaten Bogor dilihat dari prinsip dan
koridor koperasi.
Mengidentifikasi lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan
serta lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi usaha
KOPTI Kabupaten Bogor.
5
3.
4.
Merumuskan alternatif strategi revitalisasi koperasi yang dapat diterapkan
oleh KOPTI Kabupaten Bogor.
Merumuskan program kegiatan yang dapat digunakan untuk merevitalisasi
KOPTI Kabupaten Bogor.
Manfaat Penelitian
1.
2.
3.
Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
Masukan strategis bagi KOPTI Kabupaten Bogor.
Referensi bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan perkedelaian dan
produk turunan kedelai serta kebijakan perkoperasian di Indonesia.
Media belajar serta referensi bagi civitas akademika untuk melakukan
penelitian lanjutan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya dikhususkan untuk mengidentifikasi KOPTI Kabupaten
Bogor dari prinsip dan koridor koperasi. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan
untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal KOPTI Kabupaten Bogor
sehingga menghasilkan perencanaan strategi dan program kegiatan terbaik untuk
KOPTI Kabupaten Bogor itu sendiri.
TINJAUAN PUSTAKA
Studi Empiris Mengenai Kedelai
Purnamasari (2006) dan Latifah (2006) melakukan analisis mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi produksi dan impor kedelai di Indonesia serta dampak
kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap pendapatan usaha pengrajin tempe
(kasus pada anggota Koperasi Primer Tahu Tempe (PRIMKOPTI), Kelurahan
Cilendek Timur, Kotamadya Bogor). Penelitian ini dilatar belakangi adanya
permasalahan harga dan ketersediaan kedelai. Peranan koperasi tidak lagi optimal
dalam pendistribusian dan penetapan harga kedelai yang disebabkan oleh
penghapusan wewenang monopoli impor BULOG. Peningkatan harga BBM
menyebabkan harga-harga faktor produksi meningkat sehingga biaya produksi
semakin tinggi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa kenaikan harga
BBM mempengaruhi kondisi usaha pengrajin tempe. Penelitian tersebut akan
berguna bagi penelitian strategi pengembangan usaha KOPTI Kabupaten Bogor
dalam menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal KOPTI Kabupaten
Bogor.
6
Studi Empiris Mengenai Strategi Koperasi
Erwin (2008) menganalisis strategi pengembangan usaha koperasi produksi
susu yang memiliki tujuan untuk merumuskan strategi terbaik dalam
mengembangkan usaha koperasi. Perumusan strategi ini, dimulai dengan
menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja
koperasi. Selanjutnya merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi terbaik.
Maktriks IE digunakan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi kinerja koperasi. Analisis SWOT digunakan untuk membuat
alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi faktor internal dan eksternal
koperasi. Pada penelitian di koperasi produksi susu pemilihan strategi terbaik dari
alternatif startegi yang telah dibuat dalam analisis SWOT menggunakan analisis
QSPM. Hasilnya, strategi terbaik untuk pengembangan koperasi produksi susu
Bogor ialah strategi meningkatkan produksi susu dengan kualitas yang sesuai
standar.
Dharmanthi (2009) menganalisis strategi pengembangan usaha pada
PRIMKOPTI Kota Bogor. Tujuan dari strategi ini ialah mengidentifikasi kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman. Selain itu, menentukan posisi bersaing
perusahaan dan merumuskan alternatif strategi untuk menentukan strategi terbaik.
Alat analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah analisis matriks IFE,
matriks EFE, matriks IE, dan matriks SWOT. Hasilnya, berbagai strategi yang
dirumuskan di dalam analisis matriks SWOT dipetakan dalam suatu rentang
waktu ke dalam rancangan arsitektur strategi.
Sari (2006) mengenai rancangan arsitektur strategik divisi sarden PT
Sumber Yalasamudra, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Tujuan dari analisis ini ialah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal
perusahaan yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Selain itu,
merumuskan alternatif strategi dan menentukan strategi terbaik untuk perusahaan.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut ialah analisis matrik IFE,
matrik EFE, Matrik IE, matrik SWOT, QSPM, dan arsitektur strategi. Hasilnya
berbagai strategi yang telah dirumuskan berdasarkan analisis matriks SWOT dan
dipilih 20 prioritasnya berdasarkan analisis QSPM direntangkan dalam suatu peta
arsitektur strategi.
Pemilihan alat analisis yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi
perusahaan atau organisasi. KOPTI Kabupaten Bogor merupakan suatu organisasi
yang menghadapi era pasar bebas. Oleh karena itu, strategi revitalisasi pada
KOPTI Kabupaten Bogor menggunakan alat analisis SWOT dan arsitektur
strategi. Arsitektur strategi merupakan suatu paket rancangan masa depan
perusahaan dengan menerapkan berbagai strategi yang digunakan untuk mencapai
sasaran yang diinginkan. Alat analisis arsitektur strategi juga dapat dirancang, jika
strategi-strategi yang dirumuskan saling terkait dan menunjang satu sama lain
sehingga seluruh strategi harus dijalankan untuk dapat mencapai sasaran yang
diinginkan.
7
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Manajemen Strategis
Menurut David (2003), Pearce dan Robinson (1997), manajemen strategis
didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan manajerial yang
menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis
meliputi pengamatan lingkungan, perumusan (formulasi), pelaksanaan
(implementasi) rencana-rencana yang dirancang, dan mengevaluasi serta
pengendalian untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Pada dunia bisnis,
manajemen strategis umumnya dikenal dengan istilah perencanaan strategis.
Proses Manajemen Strategis
Proses manajemen strategis terdiri atas 3 tahap yaitu:
1. Tahap formulasi strategi
Cakupan dalam penelitian ini ialah pada tahap formulasi strategi. Tahap
formulasi strategi atau tahap perencanaan strategi untuk sebuah perusahaan
merupakan tahap awal dari proses manajemen strategis. Pada tahap formulasi
strategi terdiri dari tahap mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal
perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, dan merumuskan
alternatif strategi yang akan dilaksanakan. Untuk melihat tahap perencanaan
strategi KOPTI Kabupaten Bogor sebelumnya dilihat terlebih dulu kondisi
KOPTI Kabupaten Bogor dari aspek prinsip dan koridor koperasi.
2. Tahap implementasi strategi
Pada tahap implementasi strategi atau tahap pelaksanaan, mensyaratkan
penetapan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan
mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang diformulasikan dapat
dijalankan. Kesuksesan implementasi strategi tergantung dari kemampuan
manajer untuk memotivasi karyawan. Strategi yang telah ada tetapi tidak
diimplementasikan tidak akan memiliki arti apapun.
3. Tahap evaluasi strategi
Tahap terakhir ialah tahap evaluasi strategi. Tiga tahap dasar dalam
evaluasi strategi ialah meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang
menjadi dasar strategi tersebut, mengukur kinerja dan mengambil tindakan
korektif.
Koridor dan Prinsip Koperasi
Koperasi adalah perkumpulan otonom dan orang-orang yang bersatu secara
sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan
budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan
secara demokratis (ICA 2001). Koperasi bekerja berdasarkan nilai-nilai: swadaya,
swa-tanggung jawab, demokrasi, kebersamaan, keadilan, dan kesetiakawanan.
Dalam tradisi dari pendiri-pendirinya, anggota-anggota koperasi percaya pada
nilai-nilai etnik dari kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan peduli
terhadap orang-orang lain.
8
Prinsip-prinsip koperasi adalah garis-garis penuntun yang digunakan oleh
koperasi untuk melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam prakteknya. Prinsipprinsip yang merupakan jantung dari koperasi tidak independen dari prinsip satu
dengan prinsip yang lainnya sehingga saling terikat secara halus. Jika salah satu
diabaikan, maka keseluruhan akan menjadi berkurang. Koperasi tidak dapat
dinilai secara eksklusif berdasarkan salah satu diantara prinsip-prinsip yang ada,
akan tetapi harus dinilai seberapa jauh koperasi secara benar mentaati prinsipprinsip tersebut sebagai satu keseluruhan.
Prinsip-prinsip koperasi menurut ICA tahun 1995 terdapat 7 prinsip yaitu :
1. Keanggotaan sukarela dan terbuka
2. Pengendalian oleh anggota secara demokratis
3. Partisipasi ekonomis anggota
4. Otonomi dan kebebasan
5. Pendidikan, pelatihan dan informasi
6. Kerjasama antar-koperasi
7. Kepedulian terhadap komunitas
Pemberian koridor dalam koperasi diharapakan mampu menghindarkan
koperasi dari krisis kepemimpinan, krisis identitas, dan krisis idiologi yang akan
membuat koperasi dikembangkan jauh dari jati dirinya. Dengan demikian, untuk
mencegah terjadinya 3 krisis tersebut, maka dirumuskan koridor-koridor koperasi
sebagai berikut:
1. Promosi anggota-anggota yang berhasil
2. Bisnis dengan bukan anggota
3. Struktur modal
4. Kepemimpinan koperasi
5. Partisipasi anggota
6. Rapat delegasi (perwakilan) dan penghindari disintegrasi
7. Komite pengawas dan pejabat-pejabat honorer
8. Merjer
9. Sistem koperasi yang terintegrasikan
10. Federasi
Revitalisasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, revitalisasi adalah proses, cara, dan
perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya.
Sebenarnya revitalisasi adalah menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital.
Kata vital sendiri mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali (untuk
kehidupan dan sebagainya). Pengertian melalui bahasa lainnya, revitalisasi dapat
merupakan proses, cara, dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau
menggiatkan kembali berbagai program kegiatan apapun. Atau lebih jelas
revitalisasi itu adalah membangkitkan kembali vitalitas. Jadi, pengertian
revitalisasi ini secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu
menjadi penting dan perlu sekali.
Arsitektur Strategi
Arsitektur strategi merupakan suatu gambar rancangan yang bermanfaat
bagi organisasi untuk merumusakn strategi ke dalam kanvas rencana organisasi
untuk mencapai visi misinya. Arsitektur strategi pertama kali diperkenalkan oleh
9
Gary Hamel dan C.K. Prahalad di awal tahun 1990-an. Arsitektur strategi
merupakan strategi yang bersifat bentangan (stretch strategy). Menurut Yoshida
(2006), analisis arsitektur strategi dilakukan untuk membuat implementasi dari
strategi-strategi yang didapatkan dari hasil analisis Matriks SWOT. Seluruh
strategi tersebut dipetakan dalam blue print strategy, yaitu strategi yang memiliki
jadwal waktu agar pelaksanaan dari strategi-strategi tersebut dapat
berkesinambungan dan mencapai sasaran dalam waktu yang sudah ditentukan.
Bentuk arsitektur strategi lebih mudah untuk dipahami karena strategi yang
akan dijalankan dijabarkan dalam bentuk gambar. Selain itu, dengan adanya
arsitektur strategi, perubahan dan konsekuensi yang harus dilakukan sehubungan
dengan strategi yang dipilih dapat lebih mudah dipahami. Teknik
penggambarannya tidak memiliki aturan baku yang menggambarkan susunan
strategi.
Kerangka Pemikiran Operasional
Tahu dan tempe merupakan makanan yang memiliki nilai gizi yang sangat
baik. Hal ini berarti bahwa produsen tahu dan tempe berperan besar dalam
peningkatan gizi masyarakat. Akan tetapi produsen tahu dan tempe di Indonesia
rata-rata masih berskala kecil sehingga untuk memperkuat kekuatan tawar
menawar terhadap pemasok kedelai maupun terhadap konsumen, maka para
produsen tersebut perlu bergabung dalam sebuah wadah koperasi. Produsen tahu
dan tempe di Kabupaten Bogor bergabung dalam wadah KOPTI Kabupaten Bogor.
Saat ini terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh KOPTI Kabupaten
Bogor. Permasalahan ini dimulai semenjak tercipta kebijakan pemerintah
mengenai impor kedelai yang merubah sistem tataniaga kedelai dari monopoli
BULOG menjadi pasar bebas.
Pada saat monopoli BULOG, koperasi sangat diuntungkan karena memiliki
disparitas harga dengan harga pasar dan stabil. Namun pada era pasar bebas
seperti sekarang ini, tataniaga kedelai di Indonesia masih sangat tergantung pada
pasokan impor sehingga harga kedelai menjadi sangat fluktuatif. Adanya fluktuasi
harga kedelai impor, menyebabkan terjadinya perubahan kebijakan yang
menyangkut tentang impor kedelai. Kebijakan-kebijakan yang ada hanya solusi
sesaat sehingga muncul berbagai pemasalahan lain seperti indikasi penurunan
loyalitas anggota akibat tuntutan ekonomi serta situasi persaingan sebagai
distributor kedelai menjadi sangat ketat. Kondisi ini menjadikan KOPTI
Kabupaten Bogor sudah tidak mampu menjalankan usaha dengan baik sesuai
dengan prinsip dan koridor koperasi yang ada.
KOPTI Kabupaten Bogor harus memiliki strategi yang dapat digunakan
untuk menghadapi permasalahan yang terjadi. KOPTI Kabupaten Bogor akan
diidentifikasi melalui prinsip dan koridor koperasi. Selanjutnya, dilakukan tahapan
formulasi strategi yang meliputi 3 tahap yaitu tahap input, tahap pencocokan, dan
tahap keputusan. Pada tahap input, koperasi akan diidentifikasi pada faktor
internal dan eksternal. Tahap selanjutnya yaitu tahap pencocokan, berguna untuk
menyusun alternaltif strategi yang mungkin bisa diterapkan berdasarkan kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang telah diidentifikasi pada tahap pertama.
Tahap terakhir adalah tahap pengambilan keputusan, yang dimaksudkan untuk
10
membuat strategi terbaik bagi KOPTI Kabupaten Bogor dan program kegiatan
yang dapat dilakukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor.
Masalah
perdagangan
kedelai
Peran KOPTI
sebelum reformasi
Evaluasi kinerja
KOPTI saat ini
Permintaan
kedelai
pengolahan
tempe dan tahu
Prinsip dan
Koridor
Koperasi
Perumusan strategi
Revitalisasi
Evaluasi Eksternal
Evaluasi Internal
Alternatif strategi
dan rencana
kegiatan
Arsitektur strategi
Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional perumusan strategi revitalisasi KOPTI
Kabupaten Bogor
11
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di KOPTI Kabupaten Bogor
yang beralamat di Jalan Cilendek Raya No 27, Bogor. Pemilihan tempat tersebut,
didasarkan pada pertimbangan kebutuhan KOPTI Kabupaten Bogor untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan internal maupun eksternal. Adapun
pengambilan data penelitian ini, dilakukan pada bulan November 2012 sampai
Januari 2013.
Jenis dan Sumber Data
Data yang diperoleh dalam Penelitian ini terdiri dari data primer maupun
data sekunder. Data primer berasal dari wawancara langsung dan daftar
pertanyaan. Metode wawancara dilakukan dengan menggunakan pertanyaan
berstruktur, yang sebelum dilakukan wawancara telah dibuat terlebih dahulu untuk
dijawab oleh narasumber yang berkompeten. Penentuan responden dari penelitian
ini dilakukan dengan cara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa
responden tersebut berkompeten dalam memberikan informasi yang dibutuhkan.
Pihak-pihak tersebut adalah pengurus KOPTI Kabupaten Bogor, yang terdiri dari
ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota, serta pihak-pihak terkait dan orangorang yang mengetahui mengenai permasalahan kedelai yaitu ketua
Diskopperindag Kabupaten Bogor.
Data sekunder yang berguna untuk melengkapi informasi dalam penelitian
ini berasal dari data internal KOPTI Kabupaten Bogor maupun dari data pihakpihak eksternal, seperti data-data dari Induk Koperasi Tempe Tahu Indonesia,
Departemen Pertanian, Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan,
Badan Pusat Statistik, studi literatur, penelitian terdahulu dan pengunduhan dari
internet. Tabel 3 menunjukkan jenis dan sumber data yang akan diambil.
12
Tabel 3 Jenis dan sumber dataa
Rincian data
Jenis data
Gambaran umum
Primer dan
1. Sejarah dan perkembangan
sekunder
2. Visi, misi dan tujuan
3. Program strategis
4. Struktur organisasi
5. Wilayah kerja
6. Kegiatan usaha
Internal
Primer dan
sekunder
1. Manajemen
Primer dan
(perencanaan, pengorganisasian)
sekunder
Sumber data
Pengurus,
pegawai
dan anggota
Pengurus,
pegawai
dan anggota
Pengurus,
pegawai
dan
Anggota
2. Pemasaran
Primer dan Pengurus
dan
sekunder
pegawai
3. Keuangan
Primer dan Pengurus
dan
sekunder
pegawai
4. Penelitian dan pengembangan atau survey Primer dan Pengurus
sekunder
5. Evaluasi internal dan eksternal
Primer dan Pengurus
sekunder
Eksternal
Primer dan Badan
pengurus
sekunder
harian
pemerintah/lembaga
terkait, literatur
1. Ekonomi
Primer dan Pemerintah/lembaga
(keadaan umum perekonomian Indonesia, sekunder
terkait, literatur
fluktuasi harga, tingkat inflasi, pola
konsumsi, kondisi perekonomian negara
lain, impor kedelai, produksi dalam negeri)
2. Sosial, budaya, demografi, lingkungan
Primer dan Literatur
(peran serta pemerintah, perilaku pembeli)
sekunder
3. Politik dan hukum
Primer dan Pemerintah/lembaga
(subsidi, peraturan ekspor-impor atau sekunder
terkait, literatur
kebijakan)
4. Teknologi
Primer dan Lembaga
terkait,
(Perkembangan teknologi produksi kedelai sekunder
literatur
saat ini)
5. Kompetisi
Primer dan Lembaga
terkait,
(Persaingan perusahaan sejenis, bargaining sekunder
literatur
position pemasok dan pembeli)
Perumusan alternatif strategi
Primer
Subjektif dan pihak
berkompeten
a
Sumber: Diolah penulis (2013)
13
Metode Pengolahan Data
Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa mendatang (Nazir 2005). Analisis deskriptif ini
digunakan untuk mempertajam analisis yang dilakukan, membantu memahami
masalah yang diteliti serta memberikan gambaran umum tentang suatu fenomena
yang terjadi. Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk
mengidentifikasi kondisi KOPTI dilihat dari aspek prinsip dan koridor koperasi
serta mengidentifikasi lingkungan internal dan lingkungan eksternal dari KOPTI
Kabupaten Bogor sehingga dapat menggambarkan kondisi riil KOPTI Kabupaten
Bogor.
Analisis Matriks SWOT
Analisis Matriks SWOT merupakan analisis yang dipakai dalam menyusun
faktor-faktor strategis berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Matriks SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats) sebagai alat
pencocokan untuk mengembangkan 4 tipe strategi yaitu SO (kekuatan-peluang),
WO (kelemahan-peluang), ST (kekuatan-ancaman), WT (kelemahan-ancaman).
Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan
peluang eksternal. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal
dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST menggunakan kekuatan
perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal.
Strategi WT adalah taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan
internal dan menghindari ancaman eksternal.
Tabel 4 Matriks SWOTa
Faktor-faktor
internal
Faktor-faktor
Eksternal
Peluang
(Opportunities – O)
Ancaman
(Threats - T)
a
Sumber : David (2003)
Kekuatan (Strengths –S)
Strategi SO
Gunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi ST
Gunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman
Kelemahan (Weakness –W)
Strategi WO
Atasi kelemahan dengan
memanfaatkan peluang
Strategi WT
Minimalkan kelemahan dan
hindari ancaman
14
GAMBARAN UMUM KOPTI KABUPATEN BOGOR
Sejarah dan Perkembangan
KOPTI Kabupaten Bogor berdiri sejak tanggal 2 November 1980. Semenjak
KOPTI Kabupaten Bogor berdiri, dalam 1 tahun kepengurusan telah mengalami 3
kali pergantian pengurus tanpa laporan pertanggungjawaban dan serah terima.
Pada tanggal 11 November 1981, KOPTI Kabupaten Bogor mengadakan
reorganisasi total dengan menyusun kepengurusan baru. Pada tanggal 18 Juni
1983 melalui Surat Keputusan Kantor Wilayah Koperasi Jawa Barat, Koperasi
Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Bogor ditetapkan sebagai
badan hukum dengan Nomor 7848/BH/DK-10/9. Akta pendirian ini
ditandatangani oleh H. Ahmad Chairy, Sukhaeri, Daud dan Sutarman.
KOPTI Kabupaten Bogor melakukan daftar ulang pada tanggal 7 Juli 1997
dengan Nomor 7848/BH/PAD/KWK-10/VII/97 yang ditandatangani oleh M.
Suroto, Sukatma, H. M Sobirin, dan Dunaryo. SIUP KOPTI Kabupaten Bogor
bernomor 517/106/PM/B/DISPERINDAGKOP. KOPTI Kabupaten Bogor juga
mempunyai dokumen-dokumen kelengkapan organisasi yang lain, seperti Tanda
Daftar Perusahaan (TDP) dari Departemen Perindustrian Dan Perdagangan Kota
Bogor dengan Nomor 10.04.2.52.00334. NPWP dari Direktorat Jendral Pajak KPP
Bogor Nomor 01.241.682.2.404.000. Status Kepemilikan Tanah dengan Sertifikat
HGB Nomor 21 dari Kantor BPN Kabupaten Bogor. IMB dari Bupati Bogor
Nomor 644.2/48/PU/1994 dan Izin Gangguan Tempat Usaha Bukan Perusahaan
Industri dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Bogor Nomor
503.45.269 tahun 2008.
Maksud KOPTI Kabupaten Bogor didirikan karena mengingat hal-hal
sebagai berikut:
1. Teknis produksi pengrajin tempe tahu masih tradisional mengakibatkan
produksi yang dihasilkan di bawah standar dan jangkauan pemasaran, serta
hasil produksi juga sangat terbatas.
2. Lemahnya posisi tawar menawar para pengrajin dalam pengadaan bahan baku
serta tidak adanya kepastian harga, karena kedelai sebagai bahan baku di dapat
dari pasar bebas. Kondisi pengadaan bahan baku seperti ini, menyebabkan
pengrajin sebagai produsen selalu dipihak yang dirugikan dan akibatnya setiap
keuntungan yang dihasilkan dari setiap kegiatan produksi sangat minimal.
3. Sebagai produsen, kemampuan permodalan pengrajin pada umumnya sangat
kecil dalam mempertahankan kelangsungan usaha.
Dengan demikian, KOPTI Kabupaten Bogor hendak menyatukan potensi
dari para anggota sehingga kesejahteraan anggota KOPTI Kabupaten Bogor dapat
meningkat. KOPTI Kabupaten Bogor berdiri menyangkut beberapa kepentingan,
yaitu:
1. Kepentingan pengrajin adalah memberikan kepastian usaha dan jaminan
kelangsungan hidup usaha dari ancaman kebangkrutan.
2. Kepentingan masyarakat adalah memberikan hasil produksi yang berkualitas
tinggi.
3. Koperasi menunjang program pembangunan sektor perkoperasian di Indonesia,
terutama menjadikan koperasi sebagai soko guru perekonomian bagi warga
15
negara yang tergolong ekonomi lemah menjadi suatu gerakan yang mempunyai
identitas dan berdedikasi serta spesialisasi.
Pada awal berdiri, yaitu pada tahun 1980-an, KOPTI Kabupaten Bogor
masih banyak menemui hambatan sehingga kurang mendapat perhatian dari
pengusaha tempe dan tahu. KOPTI Kabupaten Bogor masih dianggap kurang
mampu memberikan manfaat bagi para pengrajin. Akan tetapi, pada tahun 1990an menjadi masa-masa kejayaan bagi KOPTI Kabupaten Bogor. KOPTI
Kabupaten Bogor melakukan pengelolaan koperasi yang semakin matang dan
membaik, serta mendapat bantuan dari Badan Urusan Logistik (BULOG) yang
menyalurkan alokasi kedelai impor ke KOPTI Kabupaten Bogor. Pada saat itu,
para pengusaha tempe tahu menjadi tertarik dan mulai mendaftarkan diri menjadi
anggota. Melalui BULOG, pemerintah menetapkan beberapa kebijakan
menyangkut impor kedelai seperti stabilitas harga, distribusi, dan penimbunan
komoditi pangan utama. KOPTI Kabupaten Bogor menjadi sangat terbantu atas
keberadaan BULOG. KOPTI Kabupaten Bogor juga mendapatkan harga kedelai
dibawah harga pasar sehingga kesejahteraan para anggota koperasi pun terjamin.
Berbagai program peningkatan kesejahteraan anggota yang disetujui melalui
rapat anggota tahunan telah dilakukan dalam perkembangan KOPTI Kabupaten
Bogor. Program-program tersebut antara lain program beasiswa untuk anak
anggota, pemberian pengobatan secara gratis, penyediaan paket sembako gratis,
merehabilitasi tempat tinggal dan tempat produksi, memberikan bantuan
permodalan bagi anggota, program pemberangkatan ke tanah suci bagi anggota.
Selain itu masih banyak prestasi yang ditorehkan untuk anggota KOPTI
Kabupaten Bogor.
Akan tetapi, semenjak impor kedelai melalui BULOG dihentikan, KOPTI
Kabupaten Bogor menjadi salah satu pelaku usaha yang paling terkena dampak
dari kebijakan tersebut. Program-program yang ada tidak dapat berjalan lancar
yang mengakibatkan beberapa program KOPTI Kabupaten Bogor terpaksa
ditangguhkan. KOPTI Kabupaten Bogor kembali masuk ke dalam persaingan
yang ketat di era pasar bebas. KOPTI Kabupaten Bogor yang merupakan lembaga
yang menjadi wadah pengrajin tahu dan tempe tidak mampu lagi memberikan
pelayanan yang baik dalam upaya membantu pengrajin dalam meningkatkan
kesejahteraan mereka.
Situasi dan kondisi yang terjadi, seharusnya tidak menyurutkan KOPTI
Kabupaten Bogor untuk tetap eksis dalam memperjuangkan semua yang menjadi
kepentingan anggota. Pengelolaan KOPTI Kabupaten Bogor secara profesional
menjadi tugas utama pengurus dalam menjalankan roda organisasi, karena
semakin banyaknya persaingan-persaingan usaha tentu saja harus menjadi
tantangan untuk berbuat lebih cerdas. KOPTI Kabupaten Bogor memang harus
merencanakan langkah strategik agar tidak kehilangan kembali arah serta fungsi
utamanya.
Visi, Misi, dan Tujuan
Visi dan misi dari KOPTI Kabupaten Bogor sudah dibakukan secara tertulis.
Visi dari KOPTI Kabupaten Bogor ialah menjadi Koperasi andal dan tangguh
16
yang memiliki hubungan erat dengan anggota. Misi KOPTI Kabupaten Bogor
antara lain ialah:
1. Menjalankan usaha dengan cermat dan saling memberikan manfaat.
2. Melayani dengan kesungguhan hati serta menjadi panutan dalam
melaksanakan tata kelola yang baik.
Tujuan KOPTI Kabupaten Bogor itu sendiri yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan dan membangun kemandirian melalui:
1. Terciptanya KOPTI yang kuat dan tangguh.
2. Usaha yang saling menguntungkan.
3. Jalinan komunikasi yang berkesinambungan.
Program Strategis
KOPTI Kabupaten Bogor dalam pengembangan koperasi mempunyai
beberapa program-program strategis yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
memajukan koperasi tersebut, yaitu:
1. Peningkatan kualitas SDM
a. Pendidikan
b. Pelatihan
c. Studi banding
d. Diskusi dan seminar
2. Peningkatan usaha
a. Mengembangkan industri usaha skala kecil sampai menengah dibidang
industri tempe dan tahu.
b. Membangun perbengkelan mesin tempe dan tahu.
c. Mengembangkan usaha jasa angkutan dan rental.
d. Mengembangkan sumber-sumber energi alternatif.
3. Peningkatan citra koperasi
a. Merumuskan kembali visi, misi dan program strategis.
b. Mengembangkan usaha KOPTI yang masih berjalan.
c. Mengembangkan sistem manajemen yang masih berjalan.
d. Sosialisasi program untuk memberikan harapan baru bagi pengelola dan
anggota.
Struktur Organisasi
KOPTI Kabupaten Bogor telah mengalami pergantian kepengurusan.
Berakhirnya masa jabatan pengurus periode 2007-2011, maka pada RAT KOPTI
Kabupaten Bogor ke 29 yang dilaksanakan hari Minggu, tanggal 15 Januari 2012
diadakan pemilihan kembali pengurus baru untuk periode tahun 2012-2017.
Berdasarkan hasil pemilihan tersebut, secara aklamasi maka terpilih lagi
kepengurusan yang lama sehingga tidak mengalami perubahan pengurus baik
jabatan maupun personalnya.
17
Rapat Anggota
Sekretaris
Ketua
Bendahara
Manajer
Manajer
Usaha
Manajer Keuangan
Manajer
Organisasi
Wilayah Pelayanan
Cimanggis . Citeureup I . Citeureup II . Cibinong . Sawangan
I . Sawangan II . Depok, Bojonggede , Parung . Ciseeng .
Kemang . Cimanggu I . Cimanggu II . Sukaraja . Cisarua ,
Caringin . Ciawi . Cigombong . Tamansari . Ciomas .
Leuwiliang . Ciampea . Cibungbulang
Anggota Kopti
perajin pengolah bahan makanan dari
kedelai
Gambar 2 Struktur organisasi KOPTI Kabupaten Bogor
Pembagian tugas dan tanggung jawab serta kegiatan-kegiatan usaha yang
dijalankan oleh KOPTI Kabupaten Bogor sesuai dengan fungsi yang terdapat
dalam struktur organisasi KOPTI Kabupaten Bogor (Gambar 2), antara lain:
1.
Rapat anggota
Rapat angggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
struktur organisasi koperasi. Melalui rapat anggota inilah, anggota dapat
menggunakan hak yang diperoleh dengan berpartisipasi aktif dalam proses
penetapan ketentuan-ketentuan yang bersifat mendasar bagi KOPTI
Kabupaten Bogor sehingga wujud dari pelaksanaan prinsip koperasi
mengenai pengelolaan yang demokratis dapat terlihat. Rapat anggota
berperan dalam penetapan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga,
kebijakan umum, memilih, dan mengangkat serta memberhentikan pengurus
dan pengawas. Rapat anggota juga menetapkan dan mengesahkan rencana
kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja, serta pengesahan laporan
keuangan.
18
2.
3.
4.
5.
Ketua
Tugas ketua antara lain memimpin, menjalankan dan memajukan serta
mengembangkan usaha koperasi termasuk pengadaan kedelai untuk
kepentingan anggota dan masyarakat. Ketua pun memimpin, mengkoordinir
dan mengawasi pelaksanaan tugas anggota, pengurus serta manajer unit dan
semua karyawan. Ketua juga bertugas untuk memimpin jalannya rapat
anggota tahunan (RAT) serta memimpin rapat pengurus. Dalam rapat
anggota tahunan, ketua memimpin jalannya rapat atas nama pengurus dan
memberikan laporan pertanggungjawaban kepada rapat anggota. Ketua
memberikan keputusan terakhir dengan memperhatikan saran-saran dari
anggota, pengurus dan manajer. Selain itu, ketua bertugas mengesahkan
surat-surat yang menyangkut kegiatan organisasi ke luar maupun ke dalam
koperasi.
Sekertaris
Sekretaris bertugas untuk memelihara buku-buku dan arsip-arsip
organisasi, mengkoordinir dalam menyusun laporan-laporan organisasi,
serta merencanakan jadwal operasional seperti penyuluhan terhadap anggota,
pendidikan, latihan, dan kegiatan sosial lain. Selain itu, sekertaris juga
bertugas untuk membantu ketua dalam pembinaan personil dan kerjasama
karyawan, serta mewakili bidang usaha, pengadaan dan penjualan kedelai
KOPTI Kabupaten Bogor apabila ketua sedang berhalangan.
Bendahara
Bendahara berkewajiban untuk mengatur dan mengendalikan atau
mengawasi keluar masuk aliran uang, antara lain dengan melaksanakan
anggaran pendapatan dan belanja KOPTI Kabupaten Bogor, mencari dana
dengan cara memupuk simpanan para anggota, dan mencari sumber dana
dari luar dengan syarat yang lunak dan tidak memberatkan. Bendahara wajib
untuk memelihara kekayaan KOPTI Kabupaten Bogor dan mengatur
pengeluaran uang agar tidak melampaui batas anggaran belanja yang telah
ditetapkan. Selain mempersiapkan data dan informasi mengenai keuangan,
dalam rangka penyusunan laporan-laporan, bendahara bersama dengan
manajer juga bertugas menandatangani semua bukti pengeluaran kas yang
melampaui batas wewenang manajer dengan persetujuan ketua. Selain itu,
membimbing dan mengawasi pekerjaan manajer dalam hal penyelenggaraan
administrasi uang dan barang.
Manajer
Dalam menjalankan roda organisasi KOPTI Kabupaten Bogor yang
memiliki jumlah anggota yang cukup banyak dan wilayah pelayanan yang
cukup luas, diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
dan kecakapan sesuai dibidangnya masing-masing. Untuk itu, dalam
membantu tugas operasional Dewan Pengurus, ditempatkan seorang
manajer dan 3 orang asisten manajer yaitu manajer organisasi, manajer
usaha, dan manajer keuangan.
Manajer utama adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
jalannya usaha koperasi sehari-hari secara keseluruhan seperti perencanaan,
pelasanaan, pengawasan dalam bidang usaha, keuangan, organisasi, dan
personalia. Sedangkan ketiga asisten manajer melaksanakan tanggung jawab
sesuai dengan divisi masing-masing yang berada di bawah koordinasi dan
19
pengendalian manajer utama. Para asisten manajer dalam menjalankan tugas
bertanggung jawab kepada dewan pengurus melalui manajer utama.
Wilayah Kerja
Wilayah kerja KOPTI Kabupaten Bogor meliputi daerah-daerah yang ada di
Kabupaten Bogor. KOPTI Kabupaten Bogor mempunyai 23 wilayah kerja,
sehingga KOPTI Kabupaten Bogor mempunyai 22 Kepala Wilayah Pelayanan
(KWP). KWP diangkat dan diberhentikan oleh pengurus KOPTI Kabupaten
Bogor. KWP bertugas sebagai penghubung antara pengurus KOPTI Kabupaten
Bogor dengan anggota dalam hal kegiatan usaha KOPTI Kabupaten Bogor.
Wilayah pelayanan kerja KOPTI Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 2.
Kegiatan Usaha
Sesuai dengan fungsi awal KOPTI Kabupaten Bogor, kegiatan usaha
KOPTI Kabupaten Bogor yang utama ialah pengadaan kedelai kepada produsen
tempe dan tahu di lingkup Kabupaten Bogor. Akan tetapi, untuk menunjang
kegiatan-kegiatan yang dijalankan, KOPTI Kabupaten Bogor telah
mengembangkan beberapa usaha yang lain. Berikut ini merupakan penjelasan dari
masing-masing kegiatan usaha yang telah dijalankan oleh KOPTI Kabupaten