Analysis of Gender Role in the Matrilineal Culture, Financial Management, and Family Wellbeing in West Sumatera Province (Case of Family in Embroidery Industry).

ANALISIS PERAN GENDER DALAM BUDAYA
MATRILINEAL, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN
KESEJAHTERAAN KELUARGA
DI PROVINSI SUMATERA BARAT
(Kasus pada Keluarga Pengrajin Bordir dan Sulaman)

SRI ZULFIA NOVRITA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Analisis Peran Gender dalam
Budaya Matrilineal, Manajemen Keuangan, dan Kesejahteraan Keluarga di
Provinsi Sumatera Barat (Kasus pada Keluarga Pengrajin Bordir dan Sulaman)
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis penelitian

ini.
Bogor, Januari 2013

Sri Zulfia Novrita
NRP I251100151

ABSTRACT
SRI ZULFIA NOVRITA. Analysis of Gender Role in the Matrilineal Culture,
Financial Management, and Family Wellbeing in West Sumatera Province (Case
of Family in Embroidery Industry). Under the Guidance of HERIEN
PUSPITAWATI and ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI
West Sumatera is identical to the Minangkabau culture. Minangkabau
culture has a unique culture compared to other cultures, and the only cultures in
Indonesia that adopted matrilineal system. This research aimed to analyze gender
role in matrilineal system, financial management activity, and family well-being
in embroidery industry in West Sumatera. This research conducted in two
districts: Kabupaten Lima Puluh Kota; Kota Bukittinggi. The data was collected
on April until June 2012. There were 100 families as the sample of this research
that was chosen purposively (respondent is wife/mother). The criteria of sample
family are: intact family, there is at least a child that still enrolls in school, and the

wife is get involved in the embroidery industry. The results showed that gender
roles in decision making and division of labor in family were in a moderate level
of gender partnerships between husband and wife in the family activities. The
family financial management applied in moderate level, while the application of
gender partnership has a low level. The family subjective well-being was showed
by moderate level of wife satisfaction. The business income of women, gender
roles of family financial management, and rural or urban location were dominant
by factors that influenced family objective wellbeing; while the number of
children, and gender roles in division of labor negatively effected the objective
family well-being. The number of children, family income, application of family
financial management were dominant by factors that influenced family subjective
wellbeing; while the gender roles in division of labor, and rural or urban location
negatively effected the subjective family well-being.
Keywords : family financial management, family objective well-being, family
subjective well-being, gender roles, matrilineal system

RINGKASAN
SRI ZULFIA NOVRITA. Analisis Peran Gender dalam Budaya Matrilineal,
Manajemen Keuangan, dan Kesejahteraan Keluarga di Provinsi Sumatera Barat
(Kasus pada Keluarga Pengrajin Bordir dan Sulaman). Dibimbing oleh HERIEN

PUSPITAWATI dan ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis peran gender
dalam budaya matrilineal, aktivitas manajemen keuangan dan kesejahteraan
keluarga pengrajin bordir dan sulaman di Provinsi Sumatera Barat. Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis pengetahuan dan penerapan budaya
matrilineal pada keluarga pengrajin bordir/sulaman di perdesaan dan perkotaan; 2)
Menganalisis pembagian peran gender pada keluarga (pengambilan keputusan dan
pembagian kerja dalam aktivitas domestik, publik/ekonomi dan sosial) di
perdesaan dan perkotaan; 3) Menganalisis aktivitas manajemen keuangan
keluarga pengrajin bordir/sulaman di perdesaan dan perkotaan; 4) Menganalisis
tingkat kesejahteraan keluarga objektif dan subjektif pengrajin bordir/sulaman di
perdesaan dan perkotaan; 5) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan keluarga objektif dan subjektif pengrajin bordir/sulaman di
perdesaan dan perkotaan.
Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan di
Provinsi Sumatera Barat tepatnya di Kabupaten Lima Puluh Kota (Perdesaan) dan
Kota Bukittinggi (Perkotaan). Lokasi penelitian mencakup empat nagari/
kelurahan yaitu dua di Kabupaten Lima Puluh Kota (Nagari Koto Tangah
Simalanggang Kecamatan Payakumbuh dan Nagari Lubuk Batingkok Kecamatan
Harau), serta dua di Kota Bukittinggi (Kelurahan Manggis Ganting Kecamatan

Mandiangin Koto Selayan dan Kelurahan Kayu Kubu Kecamatan Guguk
Panjang). Pengambilan data dilaksanakan pada Bulan April sampai dengan Juni
2012. Contoh diambil secara purposive sebanyak 100 keluarga dengan responden
istri. Kriteria contoh berasal dari keluarga lengkap yang memiliki anak usia
sekolah (SD sampai SMA), dan istri terlibat dalam usaha kerajinan
bordir/sulaman. Analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif, korelasi
Pearson, uji beda (uji-t), dan uji regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (55%) istri tergolong pada kelompok
usia produktif dengan rentang umur 20-39 tahun, dan suami (57%) dengan
rentang umur 40-65 tahun. Rata-rata lama pendidikan yang ditempuh istri lebih
lama dibandingkan dengan suami yaitu masing-masing 9,27 tahun dan 8,77 tahun,
dengan proporsi terbanyak pendidikan istri (38%) mengenyam pendidikan SMA,
sedangkan (37%) suami mengenyam pendidikan SD. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lebih separuh (54%) contoh termasuk keluarga kecil, yaitu
kurang dari lima orang dengan rata-rata besar keluarga sebesar 4,48 orang. Dilihat
dari jumlah anak, hampir seluruh (94%) jumlah anak contoh sebanyak 1-4 orang
dengan rata-rata jumlah anak sebesar 2,38 orang. Pendapatan total keluarga per
bulan berkisar antara Rp 1.260.000,00 hingga Rp 12.250.000,00, dengan rata-rata
pendapatan sebesar Rp 3.180.000,00. Lebih sepertiga (38%) keluarga contoh
memiliki pendapatan keluarga per kapita per bulan sebesar Rp 523.438,00 hingga


Rp 785.157,00, hal ini berarti rata-rata keluarga contoh berada di atas garis
kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS.
Pengetahuan contoh perdesaan dan perkotaan mengenai budaya matrilineal
termasuk sedang dengan rata-rata sebesar 78,60 persen dan 77,86 persen.
Sementara itu penerapan budaya matrilineal dalam keluarga contoh perdesaan
dan perkotaan termasuk baik dengan rata-rata sebesar 84,34 persen dan 84,62
persen.
Pembagian peran gender dalam pengambilan keputusan keluarga pada
perdesaan dan perkotaan umumnya sedang. Keluarga contoh sudah termasuk ke
dalam keluarga yang mempunyai kerjasama yang cukup baik antara suami dan
istri dan pengambilan keputusan cukup seimbang meskipun masih cenderung
dilakukan oleh istri. Sementara itu peran gender dalam pembagian kerja keluarga
pada umumnya sedang, dimana sudah menunjukkan adanya kerjasama yang baik
antara suami dan istri dalam semua kegiatan tugas dalam rumah tangga walaupun
masih didominasi oleh salah satu pihak yaitu istri.
Penerapan manajemen keuangan keluarga contoh pada umumnya sudah
cukup baik pada keluarga perkotaan maupun perdesaan, keluarga contoh termasuk
kategori sedang dalam menerapkan manajemen keuangan keluarga. Sementara itu
lebih separuh (64%) contoh perdesaan melakukan kerjasama gender dalam

manajemen keuangan keluarga dengan kategori sedang, sedangkan hampir seluruh
(86%) keluarga contoh perkotaan temasuk kategori rendah. Hal ini berarti bahwa
kerjasama gender antara suami istri mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi diperdesaan cukup baik, sedangkan pada keluarga
perkotaan kerjasama gender kurang dan masih didominasi oleh salah satu pihak
saja yaitu istri.
Berdasarkan indikator kesejahteraan objektif (objective well-being),
seluruh keluarga di perkotaan termasuk sejahtera, sedangkan sebagian besar
(98%) keluarga perdesaan sejahtera. Selanjutnya berdasarkan indikator
kesejahteraan subjektif (subjective well-being), pada umumnya (94%) contoh
perdesaan dan (96%) contoh perkotaan termasuk dalam kategori keluarga cukup
sejahtera. Hampir seluruh contoh perdesaan maupun perkotaan memiliki tingkat
kesejahteraan subjektif bidang domestik kategori sedang, dan lebih dari separuh
contoh memiliki tingkat kesejahteraan subjektif bidang publik dan sosial dalam
kategori sedang.
Hasil uji analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa faktor-faktor
yang berpengaruh positif terhadap kesejahteraan keluarga objektif adalah
pendapatan usaha perempuan, peran gender dalam manajemen keuangan keluarga,
dan lokasi tempat tinggal keluarga dimana keluarga perkotaan lebih sejahtera
dibandingkan keluarga perdesaan. Sementara itu, jumlah anak dan peran gender

dalam pembagian kerja keluarga berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan
keluarga objektif. Semakin besar jumlah anak, dan semakin tinggi pembagian
kerja antara suami istri dalam keluarga maka akan menurunkan kesejahteraan
keluarga objektif. Selanjutnya kesejahteraan keluarga subjektif akan meningkat
dengan meningkatnya jumlah anak, pendapatan keluarga, dan penerapan
manajemen keuangan keluarga. Sementara itu, peran gender dalam pembagian
kerja keluarga dan lokasi tempat tinggal keluarga berpengaruh negatif terhadap
kesejahteraan keluarga subjektif dimana keluarga perdesaan lebih sejahtera
dibandingkan keluarga perkotaan.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


ANALISIS PERAN GENDER DALAM BUDAYA
MATRILINEAL, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN
KESEJAHTERAAN KELUARGA
DI PROVINSI SUMATERA BARAT
(Kasus pada Keluarga Pengrajin Bordir dan Sulaman)

SRI ZULFIA NOVRITA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Tin Herawati, SP, M.Si


Judul Tesis

: Analisis Peran Gender dalam Budaya Matrilineal,
Manajemen Keuangan, dan Kesejahteraan Keluarga di
Provinsi Sumatera Barat (Kasus pada Keluarga
Pengrajin Bordir dan Sulaman)

Nama

: Sri Zulfia Novrita

NRP

: I251100151

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc
Ketua


Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si
Anggota

Diketahui

Koordinator Program Studi
Ilmu Keluarga dan
Perkembangan Anak

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 8 Januari 2013

Tanggal Lulus :


PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karuniaNya, sehingga tesis ini berhasil diselesaikan dengan tema
”Analisis Peran Gender dalam Budaya Matrilineal, Manajemen Keuangan, dan
Kesejahteraan Keluarga di Provinsi Sumatera Barat (Kasus pada Keluarga
Pengrajin Bordir dan Sulaman).
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan masukan yang membangun
demi perbaikan di kemudian hari. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc dan Ibu Dr. Ir. Istiqlaliyah
Muflikhati, M.Si selaku dosen pembimbing atas segala arahan, masukan,
bimbingan dan kesabaran selama penulisan tesis ini.
2. Dr. Tin Herawati, S.P, M.Si selaku penguji yang telah banyak memberikan
saran dan masukan dalam penulisan tesis ini.
3. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku wakil Koordinator Program Studi Ilmu
Keluarga dan Perkembangan Anak atas segala saran dalam penyempurnaan
tesis ini.
4. Seluruh staf pengajar pada Sekolah Pascasarjana IPB, khususnya pada Program
Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak yang telah memberikan bekal
ilmu kepada penulis selama perkuliahan.
5. Seluruh keluarga terutama mama, mertua, suami, anak-anak tersayang, serta
kakak-kakak dan adik yang telah memberikan pengorbanan, bantuan, doa, serta
motivasi kepada penulis dalam melanjutkan S2.
6. Adinda Yessy Susana, Rita Monica, Renny Fitria, dan Fifi atas segala
bantuannya dalam pelaksanaan penelitian.
7. Rekan-rekan di Jurusan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas
Negeri Padang atas segala motivasi dan bantuan yang telah diberikan.
8. Teman-teman angkatan 2010, Retno Kumoro, Diana Berlianti, dan Wiwik
Gusnita atas segala motivasi dan kebersamaan selama ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda. Peneliti
berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bogor, Januari 2013

Sri Zulfia Novrita

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

ix

PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar Belakang ........................................................................................
Perumusan Masalah ................................................................................
Tujuan Penelitian ....................................................................................
Manfaat Penelitian ..................................................................................

1
1
3
5
6

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga.................................................
Pengertian Keluarga ........................................................................
Fungsi Keluarga...............................................................................
Teori Struktural Fungsional .............................................................
Karakteristik Budaya Matrilineal ...........................................................
Struktur Keluarga Matrilineal ..........................................................
Perkawinan Matrilineal....................................................................
Sumberdaya Materi dan Harta Pusaka.............................................
Pengasuhan dan Pendidikan ............................................................
Komunikasi antar Keluarga Besar ...................................................
Peran Gender dalam Keluarga ................................................................
Pengertian Peran Gender .................................................................
Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan.................................
Peran Gender dalam Pembagian Kerja ............................................
Manajemen Keuangan Keluarga.............................................................
Proses Manajemen ...........................................................................
Aliran Kas Keluarga/Cash Flow .....................................................
Kesejahteraan Keluarga ..........................................................................
Pengertian Kesejahteraan ................................................................
Pengukuran Tingkat Kesejahteraan .................................................
Hasil Penelitian Terdahulu .....................................................................

7
7
7
7
8
10
10
13
14
15
16
20
20
23
24
25
27
29
31
31
31
32

KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................

35

METODE PENELITIAN .................................................................................
Desain, Waktu, dan Lokasi Penelitian ....................................................
Teknik Penarikan Contoh .......................................................................
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data......................................................
Kontrol Kualitas Data .............................................................................
Pengukuran Variabel Penelitian .............................................................
Pengolahan dan Analisis Data ................................................................
Definisi Operasional ...............................................................................

39
39
40
42
44
44
47
49

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
Keadaan Geografis dan Sosial Ekonomi Lokasi Penelitian ....................
Provinsi Sumatera Barat ..................................................................
Kabupaten Lima Puluh Kota (Perdesaan) ........................................
Kota Bukittinggi (Perkotaan) ...........................................................
Karaktersitik Lingkungan Masyarakat ....................................................
Keadaan Usaha Kerajinan Bordir/Sulaman di Lokasi Penelitian ...........
Karakteristik Keluarga ............................................................................
Umur Istri dan Suami .......................................................................
Lama Pendidikan Istri dan Suami ....................................................
Pekerjaan Utama dan Sampingan Keluarga .....................................
Besar Keluarga .................................................................................
Jumlah Anak ....................................................................................
Keadaan Ekonomi Keluarga ...................................................................
Pendapatan Keluarga........................................................................
Pengeluaran Keluarga ......................................................................
Kepemilikan Aset Keluarga .............................................................
Karakteristik Usaha Kerajinan Bordir/Sulaman Keluarga Contoh .........
Tujuan Menjalankan Usaha .............................................................
Lama Menjalankan Usaha................................................................
Status Kepemilikan dan Modal Usaha .............................................
Alokasi Waktu Istri dan Kontribusi Suami Terhadap Kegiatan Istri
Pendapatan Usaha Kerajinan Bordir/Sulaman .................................
Sistem Matrilineal dalam Keluarga .........................................................
Pengetahuan Istri Tentang Sistem Matrilineal .................................
Penerapan Sistem Matrilineal dalam Keluarga ................................
Peran Gender dalam Pola Pengambilan Keputusan Keluarga ................
Pengambilan Keputusan dalam Aktivitas Domestik........................
Pengambilan Keputusan dalam Aktivitas Publik/Ekonomi .............
Pengambilan Keputusan dalam Aktivitas Sosial .............................
Peran Gender dalam Pola Pembagian Kerja ...........................................
Pembagian Kerja dalam Aktivitas Domestik ...................................
Pembagian Kerja dalam Aktivitas Publik/Ekonomi ........................
Pembagian Kerja dalam Aktivitas Sosial .........................................
Penerapan Manajemen Keuangan Keluarga ...........................................
Perencanaan .....................................................................................
Pelaksanaan/Implementasi ...............................................................
Monitoring dan Evaluasi ..................................................................
Peran Gender dalam Manajemen Keuangan Keluarga ...........................
Aliran Pendapatan/Cashflow dalam Keluarga Budaya Matrilineal ........
Kesejahteraan Keluarga ..........................................................................
Kesejahteraan Keluarga Objektif .....................................................
Kesejahteran Keluarga Subjektif .....................................................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga
Subjektif ...........................................................................................
Pembahasan Umum .................................................................................
Keterbatasan Penelitian ...........................................................................

51
51
51
52
53
54
57
60
60
61
62
63
64
65
65
67
70
72
72
73
74
75
76
77
77
82
86
86
90
92
94
95
97
99
101
101
103
105
108
111
112
112
114
117
125
132

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
Kesimpulan .............................................................................................
Saran .......................................................................................................

133
133
134

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

137

LAMPIRAN .....................................................................................................

143

RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................

162

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Budaya sistem matrilineal dalam kehidupan keluarga ..............................

18

2

Penelitian terdahulu terkait topik penelitian .............................................

32

3

Jenis, variabel, skala dan cara pengumpulan data .....................................

43

4

Data jumlah unit usaha dan tenaga kerja industri bordir/sulaman ............

59

5

Sebaran keluarga berdasarkan umur istri dan suami .................................

60

6

Sebaran keluarga berdasarkan lama pendidikan istri dan suami...............

61

7

Sebaran keluarga berdasarkan jenis pekerjaan utama dan sampingan ......

62

8

Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga ..........................................

63

9

Sebaran keluarga berdasarkan jumlah anak ..............................................

64

10 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan suami,istri, anak dan lainnya.

65

11 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga per bulan .................

65

12 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan per kapita per bulan...............

66

13 Sebaran keluarga berdasarkan pengeluaran pangan dan non pangan per
bulan ..........................................................................................................

67

14 Sebaran keluarga berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan ...............

68

15 Sebaran keluarga berdasarkan pengeluaran per kapita per bulan ............

69

16 Sebaran keluarga berdasarkan perbandingan antara pendapatan dan
pengeluaran per kapita per bulan ..............................................................

69

17 Sebaran keluarga berdasarkan persentase status kepemilikan aset ...........

71

18 Sebaran keluarga berdasarkan tujuan menjalankan usaha ........................

72

19 Sebaran keluarga berdasarkan lama menjalankan usaha ..........................

74

20 Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan usaha ....................................

74

21 Sebaran keluarga berdasarkan alokasi waktu istri untuk usaha ................

75

22 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan usaha .....................................

77

23 Sebaran keluarga berdasarkan pengetahuan sistem matrilineal ................

79

24 Sebaran keluarga berdasarkan kategori pengetahuan sistem matrilineal ..

81

25 Sebaran keluarga berdasarkan penerapan sistem matrilineal dalam
keluarga .....................................................................................................

84

26 Sebaran keluarga berdasarkan kategori penerapan sistem matrilineal......

85

27 Sebaran keluarga berdasarkan persentase pengambilan keputusan
dalam aktivitas domestik...........................................................................

87

28 Sebaran keluarga berdasarkan kategori pengambilan keputusan dalam
aktivitas domestik ......................................................................................

89

29 Sebaran keluarga berdasarkan persentase pengambilan keputusan dalam
aktivitas publik/ekonomi ...........................................................................

90

30 Sebaran keluarga berdasarkan kategori pengambilan keputusan dalam
aktivitas publik/ekonomi ...........................................................................

91

31 Sebaran keluarga berdasarkan persentase pengambilan keputusan dalam
aktivitas sosial ...........................................................................................

92

32 Sebaran keluarga berdasarkan kategori pengambilan keputusan dalam
aktivitas sosial ...........................................................................................

93

33 Sebaran keluarga berdasarkan kategori pengambilan keputusan ..............

93

34 Sebaran keluarga berdasarkan persentase pembagian kerja dalam
aktivitas domestik ......................................................................................

96

35 Sebaran keluarga berdasarkan kategori pembagian kerja dalam aktivitas
domestik ....................................................................................................

96

36 Sebaran keluarga berdasarkan persentase pembagian kerja dalam
aktivitas publik/ekonomi ...........................................................................

98

37 Sebaran keluarga berdasarkan kategori pembagian kerja dalam aktivitas
publik/ekonomi ..........................................................................................

98

38 Sebaran keluarga berdasarkan persentase pembagian kerja dalam
aktivitas sosial ...........................................................................................

99

39 Sebaran keluarga berdasarkan kategori pembagian tugas dalam aktivitas
sosial .......................................................................................................... 100
40 Sebaran keluarga berdasarkan kategori pembagian kerja ......................... 100
41 Sebaran keluarga berdasarkan persentase perencanaan manajemen
keuangan keluarga ..................................................................................... 102
42 Sebaran keluarga berdasarkan kategori perencanaan manajemen
keuangan keluarga ..................................................................................... 103
43 Sebaran keluarga berdasarkan persentase pelaksanaan/implementasi
manajemen keuangan keluarga.................................................................. 104
44 Sebaran keluarga berdasarkan kategori pelaksanaan manajemen
keuangan keluarga ..................................................................................... 105
45 Sebaran keluarga berdasarkan persentase monitoring dan evaluasi
manajemen keuangan keluarga.................................................................. 106
46 Sebaran keluarga berdasarkan kategori monitoring dan evaluasi
manajemen keuangan keluarga.................................................................. 106
47 Sebaran keluarga berdasarkan kategori penerapan manajemen keuangan
keluarga ..................................................................................................... 107

48 Sebaran keluarga berdasarkan persentase peran gender dalam
manajemen keuangan keluarga .................................................................

109

49 Sebaran keluarga berdasarkan kategori peran gender dalam manajemen
keuangan keluarga.....................................................................................

110

50 Sebaran keluarga berdasarkan kesejahteraan keluarga objektif ...............

113

51 Sebaran keluarga berdasarkan kesejahteraan keluarga subjektif ..............

114

52 Sebaran keluarga berdasarkan kategori kesejahteraan keluarga subjektif

116

53 Hasil analisis regresi linier berganda faktor-faktor yangmempengaruhi
kesejahteraan keluarga subjektif ...............................................................

118

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Struktur keluarga Minangkabau ................................................................

12

2

Kerangka pemikiran konseptual................................................................

37

3

Skema penarikan contoh ...........................................................................

41

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Peta lokasi penelitian ................................................................................

145

2

Pengukuran variabel penelitian .................................................................

146

3

Aliran pendapatan/cashflow dalam keluarga budaya matrilineal
(Kasus Indepth Interview) .........................................................................

148

4

Keadaan usaha kerajinan bordir dan sulaman ...........................................

155

5

Hasil uji korelasi pearson antar variabel...................................................

159

6

Aktivitas pengrajin bordir dan sulaman ....................................................

160

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Provinsi Sumatera Barat yang identik dengan Minangkabau merupakan
satu-satunya daerah di Indonesia yang menganut sistem matrilineal. Masyarakat
Minangkabau ini pun merupakan masyarakat matrilineal terbesar di dunia dengan
sistemnya yang langka dan unik. Sistem matrilineal adalah suatu sistem yang
mengatur kehidupan dan ketertiban suatu masyarakat yang terikat dalam suatu
jalinan kekerabatan dalam garis ibu (Thaib 2008). Seorang anak laki-laki atau
perempuan merupakan anggota kaum/suku dari perkauman ibunya. Ayah tidak
dapat memasukkan anaknya ke dalam kaumnya sebagaimana yang berlaku dalam
sistem patrilineal. Oleh karena itu, waris dan pusaka diturunkan menurut garis ibu
pula.
Kaum perempuan di Minangkabau memiliki kedudukan yang istimewa
sehingga dijuluki dengan Bundo Kandung. Kedudukan dan peranan perempuan
Minangkabau di Sumatera Barat salah satunya sebagai pemegang amanah dalam
melindungi dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat (Hermayulis 2008). Bila
ajaran

budaya tersebut

dapat

diterapkan

sebagaimana mestinya,

maka

kesejahteraan dalam keluarga yang merupakan bagian masyarakat akan terwujud.
Namun ironisnya, persentase jumlah penduduk miskin Sumatera Barat pada tahun
2011 masih cukup tinggi yaitu 8,99% (BPS 2012). Banyaknya penduduk miskin
yang ada di Sumatera Barat merupakan gambaran masih belum berhasilnya
pembangunan. Belum berhasilnya pembangunan juga ditandai dengan masih
rendahnya Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang dikeluarkan oleh United Nations Development Program
(UNDP). Menurut laporan UNDP, bahwa pada Tahun 2010 Sumatera Barat
memiliki nilai HDI sebesar 73,78 dan berada pada posisi 9 dari 33 provinsi yang
ada di Indonesia (BPS 2011).
Berbagai kebijakan pembangunan untuk pengentasan kemiskinan telah
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat,
salah satunya adalah mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs). Dalam hal ini

2

perempuan diberi kesempatan dan dibina untuk menjalankan peran di segala
bidang termasuk di sektor publik atau ekonomi. Peran perempuan di sektor publik
diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ekonomi keluarga. Kerjasama
yang baik antara suami dan istri dalam menjalankan peran dan fungsi masingmasing juga sangat diperlukan untuk tercapainya tujuan keluarga yaitu
terwujudnya kesejahteraan keluarga (Puspitawati 2012). Hasil penelitian terdahulu
juga menyatakan bahwa relasi gender atau kerja sama yang baik antara suami istri
dalam keluarga memiliki peranan yang penting dalam mewujudkan kesejahteraan
keluarga (Muflikhati et al. 2010b; Simajuntak et al. 2008).
Sejalan dengan peran perempuan dalam peningkatan perekonomian
keluarga, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) khususnya kerajinan
bordir dan sulaman merupakan salah satu sektor yang cukup potensial untuk
dikembangkan di Sumatera Barat. Menurut Hubeis (2010) bahwa peran
perempuan dalam UMKM sangat potensial dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan keluarga. Capaian dalam aspek ini akan mengurangi kemiskinan
dan kelaparan yang juga merupakan tujuan pertama yang ingin dicapai dalam
MDGs.
Tingkat produktivitas perekonomian sektor kerajinan bordir dan sulaman
yang ada di Sumatera Barat pada umumnya masih rendah, hal ini disebabkan
terbatasnya golongan ini terhadap berbagai faktor produksi serta rendahnya
keterampilan dan keahlian (skill). Rendahnya produktivitas mempunyai implikasi
terhadap rendahnya pendapatan. Agar mampu memenuhi seluruh kebutuhan
keluarga dengan pendapatan yang terbatas, maka perlu adanya manajemen
keuangan keluarga yang merupakan salah satu bentuk manajemen sumberdaya
keluarga. Sumberdaya yang dimiliki keluarga mencakup sumberdaya manusia,
materi, dan finansial (Bryant & Zick 2006). Ketiga sumberdaya keluarga tersebut
memiliki sifat terbatas sehingga perlu dikelola dengan baik untuk mencapai tujuan
keluarga yaitu kesejahteraan, dan pada akhirnya keberhasilan pembangunan dapat
tercapai.
Menurut Gross et al. (1980) bahwa sumberdaya keluarga tidak hanya
berasal dari faktor internal (manusia, materi, finansial), tetapi juga berasal dari
faktor eksternal atau lingkungan sekitar (kondisi sosial ekonomi dan budaya

3

masyarakat). Budaya sistem matrilineal yang dianut oleh masyarakat Sumatera
Barat diduga juga akan mempengaruhi pembagian peran dalam keluarga,
manajemen keuangan keluarga serta akan berdampak terhadap kesejahteraan
keluarga.

Perumusan Masalah
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Sumatera Barat pada umumnya
masih belum tercapai. Hal ini terlihat dari belum berhasilnya pembangunan yang
dicerminkan oleh masih banyaknya jumlah penduduk miskin di setiap daerah.
Tingkat kemiskinan di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Bukuttinggi juga
masih relatif tinggi. Persentase jumlah penduduk miskin Kabupaten Lima Puluh
Kota pada Tahun 2011 sebesar 36,50 persen, sementara itu persentase penduduk
miskin di Bukittinggi sebesar 7,60 persen (BPS 2011).
Bila dilihat dari Human Development Index (HDI), HDI Kabupaten
Lima Puluh Kota sebesar 71,22 yang berada pada posisi 12 dari 19
Kabupaten/Kota di Sumatera Barat, dan peringkat 244 dari 497 Kabupaten/
Kota di Indonesia. Sementara HDI Kota Bukittinggi sebesar 78,26 yang
berada pada peringkat 12 dari 497 Kabupaten/Kota di Indonesia (BPS 2011).
Selanjutnya jika dilihat menurut gender, partisipasi kaum perempuan
Sumatera Barat di bidang ketenagakerjaan menunjukkan adanya kesenjangan
gender yang cukup besar dalam hal tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK),
dimana TPAK perempuan jauh lebih rendah dibandingkan TPAK laki-laki.
Keadaan angkatan kerja laki-laki di Sumatera Barat meningkat dari 1,34 juta pada
Tahun 2010 menjadi 1,35 juta orang pada Tahun 2011, dan angkatan kerja
perempuan justru turun dari 928,9 ribu orang menjadi 925,4 ribu orang pada
periode yang sama (BPS 2011).
Berbagai kebijakan pembangunan daerah dalam rangka pengentasan
kemiskinan telah dilakukan pemerintah. Indikator pencapaian kebijakan
pembangunan pada umumnya diarahkan pada pertumbuhan ekonomi (economic
growth). Dalam rangka pencapaian pertumbuhan ekonomi tersebut, indikator
makro ekonomi yaitu Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik
Bruto (PDB) lebih sering dijadikan sebagai indikator yang menggambarkan

4

keberhasilan pembangunan. Menurut data BPS, kontribusi Sumatera Barat
terhadap GDP Indonesia hanya sebesar 1,6 persen dari 33 Provinsi yang ada di
Indonesia (BPS 2011).
Sejalan dengan peran perempuan dalam peningkatan perekonomian
keluarga, sektor UMKM merupakan salah satu sektor yang cukup potensial untuk
dikembangkan di Sumatera Barat dalam rangka meningkatkan GDP Indonesia.
UMKM yang terdapat di wilayah ini salah satunya industri yang dikerjakan
dengan skala rumah tangga seperti kerajinan bordir dan sulaman. Menurut Hubeis
(2010) bahwa sebagian besar perempuan pengusaha di Indonesia menjalankan
kegiatan usaha di sektor UMKM, dan perempuan tersebut sangat potensial dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan keluaga. Selanjutnya Tanziha et al. (2009)
menyatakan

bahwa

pemberdayaan

perempuan

dapat

dilakukan

dengan

meningkatkan kewirausahaan wanita dalam bisnis pertanian serta meningkatkan
keterampilan dan industri rumah tangga.
Peran perempuan yang semakin meluas di bidang publik sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarga, diharapkan dapat membantu mengatasi masalah
ekonomi keluarga. Kerjasama yang baik antara suami dan istri juga sangat
diperlukan untuk tercapainya tujuan keluarga dengan baik sehingga terwujudnyaa
kesejahteraan dalam keluarga.
Agar tujuan keluarga dapat tercapai, maka dibutuhkan suatu pengelolaan
keuangan keluarga yang baik. Guhardja et al. (1992) menjelaskan bahwa konsep
manajemen tidak dapat membuat sumberdaya yang tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan menjadi cukup, akan tetapi manajemen dapat membantu
menetapkan penggunaan sumberdaya yang terbatas menjadi optimal dalam
pemanfaatannya. Manajemen keuangan merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya sehingga seluruh kebutuhan keluarga
dapat terpenuhi yang berpengaruh pada kesejahteraan keluarga.
Seiring perkembangan zaman, ajaran adat yang terdapat dalam sistem
matrilineal banyak mengami pergeseran nilai-nilai. Pelaksanaan atau penerapan
ajaran adat sistem matrilineal telah banyak ditinggalkan oleh generasi sekarang
dengan berbagai alasan. Bahkan pengetahuan/pemahaman tentang adat budaya
matrilineal sudah mulai berkurang bagi kalangan muda. Sedikitnya pengetahuan

5

tentang budaya matrilineal tentunya akan mempengaruhi pelaksanaan budaya
matrilineal tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan menjawab permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengetahuan dan penerapan budaya matrilineal pada keluarga
pengrajin bordir/sulaman di perdesaan dan perkotaan?
2. Bagaimana pembagian peran gender pada keluarga (pengambilan keputusan
dan pembagian kerja dalam aktivitas domestik, publik/ekonomi dan sosial)
perdesaan dan perkotaan?
3. Bagaimana aktivitas manajemen keuangan keluarga pengrajin bordir/sulaman
di perdesaan dan perkotaan?
4. Bagaimana tingkat kesejahteraan keluarga objektif dan subjektif pengrajin
bordir/sulaman di perdesaan dan perkotaan?
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga objektif dan
subjektif pengrajin bordir/sulaman di perdesaan dan perkotaan?

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis peran gender
dalam budaya matrilineal, aktivitas manajemen keuangan dan kesejahteraan
keluarga pengrajin bordir dan sulaman di Provinsi Sumatera Barat.
Tujuan Khusus
1. Menganalisis pengetahuan dan penerapan budaya matrilineal pada keluarga
pengrajin bordir/sulaman di perdesaan dan perkotaan.
2. Menganalisis pembagian peran gender pada keluarga (pengambilan keputusan
dan pembagian kerja dalam aktivitas domestik, publik/ekonomi dan sosial) di
perdesaan dan perkotaan.
3. Menganalisis

aktivitas

manajemen

keuangan

keluarga

pengrajin

bordir/sulaman di perdesaan dan perkotaan.
4. Menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga objektif dan subjektif pengrajin
bordir/sulaman di perdesaan dan perkotaan.

6

5. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga objektif
dan subjektif pengrajin bordir/sulaman di perdesaan dan perkotaan.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai aktivitas
manajemen keuangan dan peran gender dalam keluarga budaya matrilineal serta
tingkat kesejahteraan keluarga pengrajin bordir dan sulaman di Provinsi Sumatera
Barat. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain :
1.

Menambah pengetahuan/referensi khususnya tentang peran gender dalam
keluarga budaya matrilineal dan manajemen keuangan serta dapat menjadi
masukan dan inspirasi untuk penelitian-penelitian yang relevan bagi
penelitian selanjutnya.

2.

Memberikan gambaran mengenai kondisi keluarga pengrajin bordir dan
sulaman di Sumatera Barat, khususnya terkait dengan tingkat kesejahteraan
keluarga.

3.

Sebagai sumbangan pemikiran bagi para pengambil kebijakan atau pimpinan
dalam merumuskan berbagai langkah kerja yang tepat berkaitan dengan
program-program peningkatan kesejahteraan keluarga khususnya bagi
keluarga pengrajin bordir dan sulaman di Sumatera Barat.

7

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga
Pengertian Keluarga
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kula dan warga "kulawarga"
yang berarti "anggota" atau "kelompok kerabat". Keluarga menurut Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan
Keluarga Sejahtera merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami isteri atau suami isteri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan
anaknya (BKKBN 1996). Bentuk keluarga dalam PP tersebut mengacu pada
bentuk keluarga inti, dimana keluarga inti (nuclear family) terdiri dari ayah, ibu,
dan anak-anak mereka. Sedangkan menurut U.S. Bureau of the Census (2000)
yang diacu dalam Newman dan Grauherholz (2002) bahwa keluarga adalah dua
orang atau lebih yang memiliki ikatan darah, perkawinan atau adopsi dan tinggal
bersama dalam satu rumah tangga. Di sini tidaklah perlu membeda-bedakan antara
keluarga inti dan yang telah diperbesar, keluarga yang terdiri atas satu atau dua
orang tua. Pendapat tersebut menyatakan bahwa keluarga bersifat kerabat
hubungan sedarah (consanguine) dan ikatan persaudaraan.
Menurut Newman dan Grauerholz (2002), keluarga dapat dibedakan atas
keluarga batih atau keluarga inti (nuclear family), keluarga luas (extended family),
dan keluarga pokok (stem family). Keluarga batih atau keluarga inti terdiri dari
suami, istri, dan anak-anak yang belum kawin. Sedangkan keluarga luas atau
keluarga gabung (extended atau composite family) biasanya terdiri dari dua
generasi yang berasal dari suatu keluarga biologis dan terdapat di negara-negara
yang anak-anak tidak lazim meningggalkan rumah orang tua segera setelah
menikah. Keluarga gabung terjadi jika ada dua anak atau lebih yang sudah
menikah masih tinggal bersama orang tua mereka. Keluarga pokok adalah
keluarga luas dengan hanya satu anak yang sudah menikah tetap tinggal di rumah
orang tuanya.
Fungsi Keluarga
Menurut Berns (1997), untuk memahami pentingnya keluarga kita harus
kembali kepada fungsi dasarnya. Secara umum, keluarga melakukan berbagai

8

fungsi yang memungkinkan masyarakat bertahan walaupun fungsi-fungsi tersebut
sangat beragam. Kesuksesan keluarga dapat dipandang sangat berfungsi dan tidak
sukses atau disfungsi. Fungsi keluarga ada lima yakni : 1) Fungsi reproduksi.
Keluarga menjamin bahwa populasi masyarakat akan stabil, sehingga sejumlah
anak akan terlahir dan dirawat untuk menggantikan mereka yang telah meninggal;
2) Fungsi sosialisasi atau pendidikan. Keluarga menjamin bahwa nilai-nilai
masyarakat, kepercayaan, sikap, pengetahuan, keahlian dan teknologi akan
ditransfer kepada yang lebih muda; 3) Peran sosial. Keluarga memberikan
identitas bagi keturunannya (ras, etnis, agama, sosial ekonomi dan peran gender).
Sebuah identitas mencakup perilaku dan dan kewajiban; 4) Dukungan ekonomi.
Keluarga memberikan tempat berlindung, memelihara dan melindungi. Pada
beberapa keluarga, semua anggota keluarga kecuali anak yang masih kecil
memberikan kontribusi terhadap fungsi ekonomi melalui produksi barang. Pada
keluarga lainnya, salah satu atau kedua orang tua membayar barang yang dibeli
oleh semua anggota keluarga sebagai konsumen; 5) Dukungan emosional.
Keluarga memberikan pengalaman pertama pada anak dalam melakukan interaksi
sosial. Interaksi ini dapat mengakrabkan, mengasuh dan sekaligus memberikan
jaminan emosional bagi anak, dan perawatan keluarga bagi anggoanya ketika
mereka sakit, luka dan tua.
Bannet dalam Megawangi (2005) mengatakan bahwa : “the biological,
psychological and educational well being of our children depend on the well
being of the family is the original and most effctive department of health,
education and wellfare. And if it fails to teach honesty, couragr, desire for
excellence, and a host of basic skills, it is exceedingly difficult for any other
agency to make up its failures”. Dari kutipan diatas, terlihat bahwa William
Bannet mengungkapkan keluargalah tempat paling efektif dimana seorang anak
menerima kebutuhan kesehatan, pendidikan dan dan kesejahteraan bagi hidupnya,
dan bahwa kondisi biologis, psikologis, pendidikan dan kesejahteraan seorang
anak amat tergantung pada keluarganya.
Teori Struktural Fungsional
Teori Struktural Fungsional adalah

sesuatu yang urgen dan sangat

bermanfaat dalam suatu kajian tentang analisa masalah sosial masyarakat.

9

Keluarga sebagai sebuah institusi dalam masyarakat juga mempunyai prinsipprinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendekatan
teori struktural fungsional dapat digunakan untuk menganalisis peran anggota
keluarga agar keluarga dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga keutuhan
keluarga dan masyarakat (Newman dan Grauherholz 2002).
Menurut teori struktural fungsional, keluarga juga dapat dilihat sebagai
salah satu dari berbagai subsistem dalam masyarakat (Megawangi 2005).
Keluarga dalam subsistem masyarakat tidak terlepas dari interaksi dengan
subsistem masyarakat lainnya seperti sistem ekonomi, politik, pendidikan dan
agama. Dalam interaksi tersebut keluarga berfungsi untuk memelihara
keseimbangan sosial dalam masyarakat (equilibrium state). Selanjutnya
Megawangi (2005) mengatakan keseimbangan akan menciptakan sebuah sistem
sosial yang tertib (social order).
Keluarga juga bersifat adaptif yang selalu menyesuaikan dirinya dalam
menghadapi perubahan lingkungan. Sesuai dengan Parson yang menyatakan
bahwa keluarga selalu beradaptasi secara mulus menghadapi perubahan
lingkungan. Kondisi tersebut dikatakan keseimbangan dinamis atau dynamic
equilibrium (Megawangi 2005).
Teori struktural fungsional juga memandang keluarga sebagai sebuah
sistem terkait anggota dalam keluarga. Dalam hal ini, keluarga memiliki peran dan
tugas yang harus dijalankan oleh anggota keluarga (Megawangi 2005). Dalam
pandangan teori struktural fungsional, dapat dilihat dua aspek yang saling
berkaitan yaitu aspek struktural dan aspek fungsional. Megawangi (2005)
menjelaskan bahwa aspek struktural melihat suatu keseimbangan dalam
masyarakat yang diciptakan oleh sistem sosial yang tertib. Ketertiban sosial
tercipta jika keluarga memiliki struktur atau strata sehingga anggota keluarga
mengetahui posisi dan patuh pada sistem yang berlaku dalam keluarga. Struktur
dalam keluarga dapat menjadikan institusi dalam keluarga sebagai sistem
kesatuan. Ada tiga elemen utama dalam struktur internal keluarga yang saling
terkait yaitu status sosial, fungsi sosial, dan norma sosial yang ketiganya saling
kait mengait.

10

Struktur pada keluarga nuklir berdasarkan status sosial terdiri dari tiga
struktur utama yaitu bapak/suami, ibu/istri, dan anak-anak. Struktur dapat juga
berupa figur-figur seperti pencari nafkah, ibu rumah tangga, anak balita, remaja,
dan sebagainya. Sedangkan peran sosial merupakan gambaran peran dari status
sosial yang dimiliki. Misalnya, orangtua memiliki peran instrumental yang
dipegang oleh bapak/suami sebagai pencari nafkah dan peran ekspresif yang
melekat pada ibu/istri dengan memberikan cinta dan kelembutan terhadap
keluarga. Norma sosial merupakan peraturan yang menggambarkan bagaimana
sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam kehidupan sosialnya, misalnya dalam
hal pembagian tugas dalam keluarga (Megawangi 2005) .
Keseimbangan sistem sosial dapat tercipta jika struktur keluarga sebagai
sisitem dapat berfungsi. Adapaun fungsi sebuah sistem mengacu pada sebuah
sistem untuk memelihara dirinya sendiri dan memberikan kontribusi pada
berfungsinya subsistem dari sistem tersebut (Megawangi 2005). Seseorang dalam
sistem keluarga yang memiliki status sosial tertentu memiliki peran yang harus
dijalankan dari status sosial tersebut. Levy dalam Megawangi (2005)
mengungkapkan bahwa tanpa pembagian tugas yang jelas dari status sosial, maka
fungsi keluarga akan terganggu dan akan mempengatuhi sistem yang lebih besar.

Karakteristik Budaya Matrilineal
Struktur Keluarga Matrilineal
Matrilinel adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan
berasal dari pihak ibu. Kata ini seringkali disamakan dengan matriarkhat atau
matriarkhi, meskipun pada dasarnya artinya berbeda. Matrilineal berasal dari dua
kata, yaitu mater (bahasa Latin) yang berarti "ibu", dan linea (bahasa Latin) yang
berarti "garis". Jadi, "matrilineal" berarti mengikuti "garis keturunan yang ditarik
dari pihak ibu". Sementara itu matriarkhat berasal dari dua kata yang lain, yaitu
mater yang berarti "ibu" dan archein (bahasa Yunani) yang berarti "memerintah".
Jadi, "matriarkhi" berarti "kekuasaan berada di tangan ibu atau pihak perempuan".
Menurut Thaib (2006) bahwa sistem matrilineal adalah suatu sistem yang
mengatur kehidupan dan ketertiban suatu masyarakat yang terikat dalam suatu
jalinan kekerabatan dalam garis ibu. Garis keturunan yang diperhitungkan

11

menurut garis ibu merupakan ciri-ciri dari sistem matrilineal yang menjadi adat
bagi orang Minangkabau, sehingga seorang anak adalah anggota/sasuku dengan
ibu dan semua kerabat ibunya yang membentuk kelompok-kelompok keturunan
yang disebut badunsanak (berfamili).
Menurut Thaib (2006) berdasarkan tradisi dan sistem kekerabatan
matrilineal, masyarakat Minangkabau mengenal dua bentuk keluarga yaitu:
1. Keluarga kaum (extended family), keluarga besar yang terdiri dari sejumlah
anggota yang terikat dalam suatu sistem keibuan. Setiap anggota kaum, baik
laki-laki maupun perempu