Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon spp.) di PT. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Selatpanjang, Riau, dengan Studi Kasus Persemaian Menggunakan Berbagai Media dan Bobot Bibit
PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAGU (Metroxylon spp.)
DI PT. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT
HTI MURNI SAGU, SELATPANJANG, RIAU, DENGAN
STUDI KASUS PERSEMAIAN MENGGUNAKAN BERBAGAI
MEDIA DAN BOBOT BIBIT.
Oleh :
ADRINUS PINEM
A 34104017
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
ADRINUS PINEM. Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon spp.)
di PT. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Selat
Panjang, Riau, Dengan Studi Kasus Persemaian Menggunakan Berbagai
Media dan Bobot Bibit. (Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro
Djoefrie, M. Agr.)
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kemampuan teknis dan menejerial budidaya sagu. Aspek khusus
yang diamati dalam magang ini adalah sistem persemaian di PT. National Timber
and Forest Product Unit HTI Murni Sagu dan membandingkan dengan sistem
persemaian yang lain. Kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 11 Febuari dan
berakhir pada tanggal 11 Juli 2008 di Perkebunan sagu PT. National Timber and
Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Selat Panjang, Riau. Kegiatan magang
menggunakan dua metode yaitu metode langsung dengan melaksanakan kegiatan
teknis budidaya dan melakukan pengamatan terhadap teknis budidaya di kebun
tersebut serta melakukan percobaan pengaruh media tumbuh persemaian kanal,
lumpur, polibeg, dan bobot bibit 2, 3, 4 kg terhadap pertumbuhan vegetatif bibit
tersebut. Kegiatan teknis budidaya yang dilakukan adalah pemupukan, persemaian, penyulaman, penebasan lorong, penebasan piringan, pengimasan, pengendalian hama dan penyakit. Metode yang kedua adalah metode tidak langsung
dengan mempelajari dan menganalisis laporan pihak kebun dan studi pustaka.
Data primer yang diperoleh dari percobaan persemaian dianalisis dengan uji
DMRT pada taraf 5%
PT. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu menerapkan sistem persemaian bibit secara terapung pada kanal (saluran air berukuran
lebar 3 m dengan kedalaman 2 m). Bibit disemai di kanal dengan menggunakan
rakit berukuran panjang 3 m dan lebar 1 m, terbuat dari pelepah sagu yang sudah
kering. Kriteria bibit sehat dan layak untuk disemai adalah bibit masih segar dengan pelepah masih hijau, bibit sudah tua, dicirikan bonggol sudah keras, pelepah
dan pucuk masih hidup, tidak terserang hama dan penyakit, rata-rata bobot bibit 4
kg, bibit yang memenuhi kriteria tapi ukurannya kecil dihitung setengah.
Pertumbuhan bibit sagu di persemaian dipengaruhi oleh perlakuan sebelum persemaian, umur bibit, lama penyimpanan, curah hujan selama persemaian,
sistem persemaian yang digunakan dan bobot bibit. Terdapat berbagai cara persemaian yaitu persemaian kanal, lumpur dan polibeg Bobot bibit yang digunakan
umumnya berukuran 2-6 kg. Berdasarkan hasil percobaan dengan parameter pertumbuhan tunas, jumlah daun, luas daun, dan persentasi hidup, bibit dengan perlakuan persemaian kanal dengan bobot 4 kg menghasilkan pertumbuhan yang paling baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
: PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAGU (Metroxylon spp.) DI
PT. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT HTI
MURNI SAGU, SELATPANJANG, RIAU, DENGAN STUDI
KASUS PERSEMAIAN MENGGUNAKAN BERBAGAI MEDIA
DAN BOBOT BIBIT.
NAMA
: ADRINUS PINEM
NRP
: A34104017
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro Djoefrie, M. Agr.
NIP. 130 422 690
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Tebing Tinggi, Propinsi Sumatra Utara pada
tanggal 26 November 1985. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara
dari pasangan Ayah Lenna Pinem dan Ibu Riahta Br Karo.
Tahun 1998 penulis lulus dari SD F. Tandean, kemudian pada tahun 2001
penulis me-nyelesaikan studi di SLTPN 1 Tebing Tinggi. Selanjutnya penulis
melanjutkan studi di SMUN 1 Tebing Tinggi. Tahun 2004 penulis diterima di
Jurusan Budidaya Pertanian Pro-gram Studi Agronomi melalui jalur USMI IPB.
Pada tahun 2004 sampai sekarang penulis aktif di Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Tarung Derajat, tahun 2006-2008 penulis menjadi ketua
organisasi tersebut. Penulis menjadi asisten praktikum ekologi pertanian pada
tahun 2007.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat-NYA dan Bunda
Maria atas doa-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
Skripsi berjudul Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon spp.) di PT
National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu Selat Panjang Riau
dengan Studi Kasus Persemaian Menggunakan Berbagai Media dan Bobot Bibit
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Perta-nian, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih kepada:
Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro Djoefrie, M.Agr selaku dosen
pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan dan saransaran dalam pembuatan skripsi ini.
Bapak, Mamak, Ina dan Kak Leri yang telah memberi dukungan
semangat dan doa.
Dr. Ir. Ade Wachjar selaku dosen pembimbing akademik atas saran
dan du-kungannya
Debi, Mario, Landes, Bernardo, Supardi, Cornel yang telah membantu
selama penelitian.
Bang Kornelis, Bapak Nasirudin, Bang Albet dan seluruh karyawan
PT National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu.
Vitria”Kiting”, Ika dan Enung atas bantuan dan dukungannya.
Semua teman di program studi Agronomi 41.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................i
DAFTAR TABEL.............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iii
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan Magang .................................................................................... 3
METODE PELAKSANAAN..........................................................................4
Waktu dan Tempat ............................................................................... 4
Metode Magang ................................................................................... 4
KONDISI UMUM KEBUN............................................................................. 5
Sejarah Kebun ...................................................................................... 5
Latar Belakang Pengusahaan Sagu ...................................................... 6
Letak Geografis .................................................................................... 6
Keadaan tanah dan iklim ...................................................................... 7
PELAKSANAAN TEKNIS MENEJERIAL ................................................... 9
Pengorganisasian Kebun ...................................................................... 9
Deskripsi Kerja Karyawan ................................................................... 10
PELAKSANAAN TEKNIS BUDIDAYA....................................................... 13
Persiapan Bahan Tanam................................................................ ....... 13
Persemaian...................................................................................... ..... 14
Pemupukan ........................................................................................... 16
Pengendalian Gulma ............................................................................ 18
Pengendalian Hama dan Penyakit ........................................................ 21
Penyulaman ......................................................................................... 22
PEMBAHASAN ............................................................................................. 25
Teknis Budidaya Sagu (Metroxylon spp.) ............................................ 25
Pertumbuhan Vegetatif Sagu (Metroxylon spp.) .................................. 28
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 34
Kesimpulan .......................................................................................... 34
Saran..................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36
LAMPIRAN ..................................................................................................... 38
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Halaman
Teks
Rekomendasi pemupukan yang digunakan oleh PT. National Timber
and forest Product Unit HTI .................................................................... 17
Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap pertumbuhan pucuk
Bibit sagu selama masa persemaian......................................................... 28
Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap jumlah daun bibit sagu
selama masa persemaian........................................ ................................. 31
Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap lebar daun bibit sagu
selama masa persemaian.......................................................................... 31
Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap persentase hidup Bibit selama masa persemaian................................................................ .... 32
Lampiran
Plot percobaan............................................................................. ........... 38
Rata-rata curah hujan, suhu udara, dan kelembaban dara bulanan dan
Tahunan (Periode Pengamatan dari tahun 1988-1997)......................... ...39
Struktur organisasi kebun.................................................................. ..... 40
Rekapitulasi sidik ragam, pengaruh media tumbuh (MD) dan bobot bibit (BB) terhadap pertumbuhan panjang tunas bibit sagu........................41
Rekapitulasi sidik ragam, pengaruh media tumbuh (MD) dan bobot bibit (BB) terhadap pertumbuhan panjang daun bibit sagu........................42
Rekapitulasi sidik ragam, pengaruh media tumbuh (MD) dan bobot bibit (BB) terhadap % hidup bibit sagu.......................................................42
Rekapitulasi sidik ragam, pengaruh media tumbuh (MD) dan bobot bibit (BB) terhadap pertumbuhan jumlah daun bibit sagu..........................43
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Teks
1. Bibit sagu yang diseleksi...................................................................... . 13
2. Pengimasan kebun sagu........................................................................ . 20
3. Tanaman sagu yang terserang anai-anai................................................ 23
4. Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap pertumbuhan panjang tunas................................................................................................30
PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAGU (Metroxylon spp.)
DI PT. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT
HTI MURNI SAGU, SELATPANJANG, RIAU, DENGAN
STUDI KASUS PERSEMAIAN MENGGUNAKAN BERBAGAI
MEDIA DAN BOBOT BIBIT.
Oleh :
ADRINUS PINEM
A 34104017
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
ADRINUS PINEM. Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon spp.)
di PT. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Selat
Panjang, Riau, Dengan Studi Kasus Persemaian Menggunakan Berbagai
Media dan Bobot Bibit. (Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro
Djoefrie, M. Agr.)
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kemampuan teknis dan menejerial budidaya sagu. Aspek khusus
yang diamati dalam magang ini adalah sistem persemaian di PT. National Timber
and Forest Product Unit HTI Murni Sagu dan membandingkan dengan sistem
persemaian yang lain. Kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 11 Febuari dan
berakhir pada tanggal 11 Juli 2008 di Perkebunan sagu PT. National Timber and
Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Selat Panjang, Riau. Kegiatan magang
menggunakan dua metode yaitu metode langsung dengan melaksanakan kegiatan
teknis budidaya dan melakukan pengamatan terhadap teknis budidaya di kebun
tersebut serta melakukan percobaan pengaruh media tumbuh persemaian kanal,
lumpur, polibeg, dan bobot bibit 2, 3, 4 kg terhadap pertumbuhan vegetatif bibit
tersebut. Kegiatan teknis budidaya yang dilakukan adalah pemupukan, persemaian, penyulaman, penebasan lorong, penebasan piringan, pengimasan, pengendalian hama dan penyakit. Metode yang kedua adalah metode tidak langsung
dengan mempelajari dan menganalisis laporan pihak kebun dan studi pustaka.
Data primer yang diperoleh dari percobaan persemaian dianalisis dengan uji
DMRT pada taraf 5%
PT. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu menerapkan sistem persemaian bibit secara terapung pada kanal (saluran air berukuran
lebar 3 m dengan kedalaman 2 m). Bibit disemai di kanal dengan menggunakan
rakit berukuran panjang 3 m dan lebar 1 m, terbuat dari pelepah sagu yang sudah
kering. Kriteria bibit sehat dan layak untuk disemai adalah bibit masih segar dengan pelepah masih hijau, bibit sudah tua, dicirikan bonggol sudah keras, pelepah
dan pucuk masih hidup, tidak terserang hama dan penyakit, rata-rata bobot bibit 4
kg, bibit yang memenuhi kriteria tapi ukurannya kecil dihitung setengah.
Pertumbuhan bibit sagu di persemaian dipengaruhi oleh perlakuan sebelum persemaian, umur bibit, lama penyimpanan, curah hujan selama persemaian,
sistem persemaian yang digunakan dan bobot bibit. Terdapat berbagai cara persemaian yaitu persemaian kanal, lumpur dan polibeg Bobot bibit yang digunakan
umumnya berukuran 2-6 kg. Berdasarkan hasil percobaan dengan parameter pertumbuhan tunas, jumlah daun, luas daun, dan persentasi hidup, bibit dengan perlakuan persemaian kanal dengan bobot 4 kg menghasilkan pertumbuhan yang paling baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
: PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAGU (Metroxylon spp.) DI
PT. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT HTI
MURNI SAGU, SELATPANJANG, RIAU, DENGAN STUDI
KASUS PERSEMAIAN MENGGUNAKAN BERBAGAI MEDIA
DAN BOBOT BIBIT.
NAMA
: ADRINUS PINEM
NRP
: A34104017
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro Djoefrie, M. Agr.
NIP. 130 422 690
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Tebing Tinggi, Propinsi Sumatra Utara pada
tanggal 26 November 1985. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara
dari pasangan Ayah Lenna Pinem dan Ibu Riahta Br Karo.
Tahun 1998 penulis lulus dari SD F. Tandean, kemudian pada tahun 2001
penulis me-nyelesaikan studi di SLTPN 1 Tebing Tinggi. Selanjutnya penulis
melanjutkan studi di SMUN 1 Tebing Tinggi. Tahun 2004 penulis diterima di
Jurusan Budidaya Pertanian Pro-gram Studi Agronomi melalui jalur USMI IPB.
Pada tahun 2004 sampai sekarang penulis aktif di Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Tarung Derajat, tahun 2006-2008 penulis menjadi ketua
organisasi tersebut. Penulis menjadi asisten praktikum ekologi pertanian pada
tahun 2007.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat-NYA dan Bunda
Maria atas doa-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
Skripsi berjudul Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon spp.) di PT
National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu Selat Panjang Riau
dengan Studi Kasus Persemaian Menggunakan Berbagai Media dan Bobot Bibit
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Perta-nian, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih kepada:
Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro Djoefrie, M.Agr selaku dosen
pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan dan saransaran dalam pembuatan skripsi ini.
Bapak, Mamak, Ina dan Kak Leri yang telah memberi dukungan
semangat dan doa.
Dr. Ir. Ade Wachjar selaku dosen pembimbing akademik atas saran
dan du-kungannya
Debi, Mario, Landes, Bernardo, Supardi, Cornel yang telah membantu
selama penelitian.
Bang Kornelis, Bapak Nasirudin, Bang Albet dan seluruh karyawan
PT National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu.
Vitria”Kiting”, Ika dan Enung atas bantuan dan dukungannya.
Semua teman di program studi Agronomi 41.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................i
DAFTAR TABEL.............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iii
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan Magang .................................................................................... 3
METODE PELAKSANAAN..........................................................................4
Waktu dan Tempat ............................................................................... 4
Metode Magang ................................................................................... 4
KONDISI UMUM KEBUN............................................................................. 5
Sejarah Kebun ...................................................................................... 5
Latar Belakang Pengusahaan Sagu ...................................................... 6
Letak Geografis .................................................................................... 6
Keadaan tanah dan iklim ...................................................................... 7
PELAKSANAAN TEKNIS MENEJERIAL ................................................... 9
Pengorganisasian Kebun ...................................................................... 9
Deskripsi Kerja Karyawan ................................................................... 10
PELAKSANAAN TEKNIS BUDIDAYA....................................................... 13
Persiapan Bahan Tanam................................................................ ....... 13
Persemaian...................................................................................... ..... 14
Pemupukan ........................................................................................... 16
Pengendalian Gulma ............................................................................ 18
Pengendalian Hama dan Penyakit ........................................................ 21
Penyulaman ......................................................................................... 22
PEMBAHASAN ............................................................................................. 25
Teknis Budidaya Sagu (Metroxylon spp.) ............................................ 25
Pertumbuhan Vegetatif Sagu (Metroxylon spp.) .................................. 28
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 34
Kesimpulan .......................................................................................... 34
Saran..................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36
LAMPIRAN ..................................................................................................... 38
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Halaman
Teks
Rekomendasi pemupukan yang digunakan oleh PT. National Timber
and forest Product Unit HTI .................................................................... 17
Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap pertumbuhan pucuk
Bibit sagu selama masa persemaian......................................................... 28
Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap jumlah daun bibit sagu
selama masa persemaian........................................ ................................. 31
Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap lebar daun bibit sagu
selama masa persemaian.......................................................................... 31
Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap persentase hidup Bibit selama masa persemaian................................................................ .... 32
Lampiran
Plot percobaan............................................................................. ........... 38
Rata-rata curah hujan, suhu udara, dan kelembaban dara bulanan dan
Tahunan (Periode Pengamatan dari tahun 1988-1997)......................... ...39
Struktur organisasi kebun.................................................................. ..... 40
Rekapitulasi sidik ragam, pengaruh media tumbuh (MD) dan bobot bibit (BB) terhadap pertumbuhan panjang tunas bibit sagu........................41
Rekapitulasi sidik ragam, pengaruh media tumbuh (MD) dan bobot bibit (BB) terhadap pertumbuhan panjang daun bibit sagu........................42
Rekapitulasi sidik ragam, pengaruh media tumbuh (MD) dan bobot bibit (BB) terhadap % hidup bibit sagu.......................................................42
Rekapitulasi sidik ragam, pengaruh media tumbuh (MD) dan bobot bibit (BB) terhadap pertumbuhan jumlah daun bibit sagu..........................43
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Teks
1. Bibit sagu yang diseleksi...................................................................... . 13
2. Pengimasan kebun sagu........................................................................ . 20
3. Tanaman sagu yang terserang anai-anai................................................ 23
4. Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap pertumbuhan panjang tunas................................................................................................30
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sagu sebagai komoditas perkebunan merupakan salah satu sumber karbohidrat yang masih menjadi bahan makanan penduduk di beberapa daerah seperti
Maluku dan Irian Jaya (Lukman dan Silitonga,1991). Kandungan karbohidrat dalam pati sagu yang cukup tinggi (diatas 80%), memungkinkan komoditas tersebut
digunakan sebagai bahan pangan dan bahan baku industri non pangan (Lukman
dan Silitonga, 1991).
Tanaman sagu (Metroxylon spp.) sangat berpotensi besar untuk dikembangkan di Indonesia tetapi pada umumnya sagu belum diusahakan secara intensif
seperti penghasil karbohidrat lainnya (Junaidi, 2005). Sagu di Indonesia merupakan tumbuhan yang tumbuh dalam bentuk hamparan hutan yang kurang terpelihara. Sagu dapat tumbuh di daerah rawa atau tanah marjinal yang tanaman
penghasil karbohidrat lainnya sukar tumbuh. Potensi sagu di Indonesia diperkirakan 1.1 juta ha, setara dengan 5.18-8.51 juta ton pati sagu kering/tahun. Pemanfaatan sagu di Indonesia untuk ekspor diduga hanya 0.05% - 0.2% dan 10%
digunakan untuk bahan makanan tradisional, sedangkan sisanya sekitar 89%
belum termanfaatkan (Sitaniapessy, 1996)
Berdasarkan sifat fisik dan kimia yang dimilikinya, sagu dapat dimanfaatkan tidak terbatas pada bahan pangan saja tetapi dapat juga dimanfaatkan
untuk bahan baku berbagai industri baik pangan maupun non pangan (industri
kertas, dan industri tekstil). Sebagai bahan pangan, pati sagu dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok di beberapa daerah di Kawasan Timur Indonesia. Saat
ini, pati sagu telah dimanfaatkan lebih luas lagi, yaitu sebagai bahan pembuat roti,
biskuit, bagea, mie, sirup berkadar fruktosa tinggi dan penyedap makanan, Pati
sagu dapat juga dijadikan bahan baku untuk pembuatan plastik yang dikenal
dengan istilah biodegradable plastic (plastik yang dapat terurai). Selain itu, pati
sagu dapat diolah menjadi etanol (gasohol). Di Papua New Guinea, telah dilakukan serangkaian penelitian tentang studi kelayakan produksi etanol dari pati
sagu. Hasil studi menunjukkan bahwa produksi etanol dari pati sagu adalah layak.
Diperkirakan dari pengolahan 1 kg pati sagu menghasilkan etanol sebanyak 0.56
liter. Selain pati sagu, ampas sagu kering dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak. Ampas sagu kering yang diberikan pada ayam pedaging dan peternak
dengan takaran 12.5-25.0% dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang
buruk. Ampas sagu juga dapat menggantikan pupuk kandang khususnya kotoran
kambing untuk bibit cengkeh dan kelapa sawit. Pemanfaatan ampas sagu kering
sebagai pakan ternak dan pupuk akan mengurangi pencemaran lingkungan di
sekitar tempat pengolahan sagu (Bintoro, 1999).
Pengembangan sagu di Indonesia bertujuan untuk mengoptimalkan sumberdaya dan pengolahan secara berkelanjutan (sustainable processing) dalam
rangka membangun ketahanan pangan serta terwujudnya agribisnis sagu. Sasaran
yang ingin dicapai dalam pengembangan sagu ini adalah teridentifikasinya potensi
lahan sagu aktual, kebun koleksi plasma nutfah sagu, rehabilitasi areal sagu, peningkatan produktivitas sagu, diversifikasi produk, optimalisasi pemanfaatan limbah sagu dan peningkatan pendapatan petani sagu.
Dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya sagu untuk pengolahan berkelanjutan maka dibutuhkan teknologi sagu, antara lain mencakup
aspek-aspek rehabilitasi hamparan sagu, teknologi budidaya mulai dari pembibitan hingga penanaman di lapang, konservasi sagu secara in situ dan ex situ,
pengolahan pati sagu secara mekanik, diversifikasi produk dan pemasaran
(Puslitbangbun, 2007).
Pemanfaatan tanaman sagu terutama di hutan sagu, pola penanganannya
telah diatur dalam SK. Dirjen kehutanan No. 56/Kpts/Dj/I/1983 dan sagu dikelompokkan dalam hasil hutan ikutan (minor forest product). Pada umumnya
pemanfaatan sagu, baik diperuntukkan bagi industri sagu maupun bagi kepentingan perorangan tidak diimbangi oleh tindakan pemeliharaan, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan dalam penyediaan bahan baku. Sifat tanaman sagu
yang sulit berkembang biak dengan cepat serta daur hidupnya yang panjang, maka
untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas batang sagu yang diharapkan diperlukan tindakan pengadaan bahan tanam yang efisien (Rostiwati, 1991).
Kegiatan persiapan bahan tanam meliputi kegiatan persiapan bibit dan
persemaian. Bahan tanam dapat diperoleh secara generatif maupun vegetatif. Pada
umumnya perbanyakan tanaman sagu dilakukan secara vegetatif melalui anakan,
hal ini karena selain mudah diperbanyak, bibit yang diperoleh dari anakan lebih
cepat dalam pertumbuhan dibanding bibit dari proses generatif . Penyeleksian
bibit bertujuan untuk memperoleh bibit yang sehat dan mempunyai daya tumbuh
yang tinggi, sedangkan kegiatan persemaian bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman dan mempunyai daya tahan hidup yang baik sehingga tidak mudah mati saat dipindahkan ke lapang.
Tujuan Magang
1. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kemampuan teknis dan
menejerial di perkebunan.
2. Sebagai studi banding antara pengetahuan yang diterima di perkuliahan
dengan keadaan sebenarnya di lapang.
3. Mempelajari teknis budidaya tanaman sagu (Metroxylon spp.) dari penyiapan
lahan sampai dengan pemeliharaan tanaman.
4. Melakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh media tumbuh bibit sagu
dan berbagai bobot bibit juga interaksi keduanya terhadap pertumbuhan
vegetatif bibit sagu di persemaian.
METODE PELAKSANAAN
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun PT National Timber and Forest
Product Unit HTI Murni Sagu, Selat Panjang, Riau. Magang dilaksankan selama
empat bulan mulai tanggal 11 Febuari sampai 11 Juni 2008.
Metode Magang
Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dengan menggunakan
dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung
dilaksanakan dengan melaksanakan seluruh kegiatan teknis budidaya di kebun
sebagai karyawan harian kontrak dan pengawas. Teknis budidaya yang dilakukan
adalah pelorongan, pengimasan (penebangan kayu di dalam petak), pengendalian
hama penyakit, penyulaman, dan pemupukan. Data yang diperoleh selama
melaksanakan kegiatan tersebut berupa prestasi kerja harian kontrak, prestasi
kerja mahasiswa, hambatan dan pendukung teknis budidaya, data tersebut
kemudian dibandingkan dengan data kebun.
Pengamatan yang dilaksanakan meliput:
¾ Faktor menejerial meliputi perencanaan, pengawasan, pelaksanaan dan
pengawasan
¾ Evakuasi teknik budidaya yang dilakukan
¾ Faktor tenaga kerja
¾ Sarana dan prasarana
Wawancara dan diskusi dilaksanakan dengan staf dan karyawan kebun untuk
melengkapi data. Metode tidak langsung dilaksanakan denagan mempelajari dan
menganalisis laporan menejeman dan studi pustaka.
KONDISI UMUM KEBUN
Sejarah Kebun
PT. Nasional Timber and Forest Product merupakan salah satu cabang
dari P.T Siak Raya Timber yang berkantor pusat di Pekan Baru. Pada tahun 2008
perusahaan tersebut mengadakan kerjasama dengan PT. Sampoerna tbk. untuk
membantu pengadaan dana bagi perusahaaan tersebut. P.T National Timber and
Forest Product mengajukan ijin penebangan kayu (IPK) sebagai ganti ijin hak
pengusahaan hutan (HPH). Berdasarkan surat dari Menteri Kehutanan No.17/Kpts
/HUT/1996 tentang ijin penebangan kayu, maka penebangan kayu dapat dilaksanakan dengan salah satu syaratnya yaitu setelah penebangan kayu selesai maka
P.T National timber and Forest Product harus menanami kembali areal yang diambil kayunya dengan Hutan Tanaman Industri (HTI).
PT. National Timber and Forest Product didirikan pada tanggal 4 September 1970 sebagaimana dijelaskan pada akte notaris Mohehammad Ali Adjoejir
yang merupakan wakil notaris di Jakarta No. 2 tahun 1970. Selanjutnya, akte notaris diubah dengan akte notaris Singgih Susilo SH. No 59 tanggal 12 Juni 1987.
PT. National Timber and Forest Product merupakan salah satu pemegang Hak
Pengusahaan Hutan (HPH) di profinsi Riau dengan arel konsesi 100 000 hektar
yang telah beroperasi selama lebih dari 21 tahun.
Perusahaan mengajukan permohonan areal Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) sagu di daerah Bengkalis dengan surat rekomendasi dari
gubernur Riau No. 522 U/EK/571. Melalui surat Menteri Kehutanan RI No.
1083/ Menhut – IV/ 1995 tanggal 24 juli 1995 disampaikan bahwa areal yang
disetujui untuk dijadikan HTI Sagu oleh P.T. National Timber and Forest product
adalah areal dikelompok hutan Teluk Kepau seluas 19 900 hektar.
Pada tahun 1995, secara resmi PT. National Timber and Forest Product
unit HTI Murni Sagu dan merupakan HTI dengan tanaman pokok sagu pertama
di Indonesia berdasarkan peta tata guna hutan propinsi Riau, status areal P.T . National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu sebagian besar merupakan
kawasaan hutan produksi terbatas seluas 18 100 hektar dan hutan konservasi seluas 1 800 hektar. Melalui surat Menteri Kehutanan RI No 1253/Menhut – VII/97
areal tersebut seluruhnya disetujui utuh diubah fungsinya menjadi hutan produksi
tetap.
Latar Belakang Pengusahaan Sagu
Riau merupakan daerah yang kaya akan sumberdaya alam, salah satu sumberdaya alam yang besar tetapi belum diolah dengan baik adalah sagu. Sebagian
besar lahan di Riau ditutup oleh gambut yang sesuai dengan syarat tumbuh sagu
(Soerjo,1996). Tanaman sagu di propinsi Riau terdapat di daerah pantai selatan,
daerah sungai besar berawa dan beberapa pulau besar di Riau.
Tujuan penanaman hutan tanaman industri adalah untuk meningkatkan
produktivitas kawasan hutan yang kurang produktif, mendukung industri hasil hutan dalam negeri guna meningkatkan devisa, melestarikan lingkungan hidup melalui konservasi hutan serta memperluas lapangan kerja dan usaha. Hak pengusahaan hutan tanaman industri diatur dalam pasal 13 Undang – Undang No. 5 tahun
1967, kemudian lebih lanjut diatur dalam peraturan pemerintah No. 7 tahun 1990
tentang hak pengusahaan hutan industri serta diatur dalam surat keputusan
Menteri
Kehutanan
No.228/Kpts-II/1990
tentang
cara
dan
persyaratan
permohonan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI). HPHTI adalah
hak untuk mengu-sahakan hutan produksi yang kegiatannya mulai dari
penanaman, pemeliharaan, pemungutan, pengolahan dan pemasaran.
Tanaman sagu memiliki banyak kegunaan diantaranya dapat berperan
sebagai pengaman lingkungan karena dapat mengemisi gas CO2 yang di transmisikan dari rawa dan gambut ke udara, dapat mengkonversi air tanah karena
tanaman sagu menghendaki kondisi kelembaban tanah yang tinggi (Bintoro,2008).
Selain itu, PT. National Timber and Forest Product dan PT. Sampoerna tbk. ingin
membuat suatu bahan bakar yang dapat diperbaharui. Sagu merupakan tanaman
penghasil pati yang sangat besar, satu batang sagu dapat menghasilkan pati 200400 kg sehingga sangat potensial untuk dijadikan bio-etanol.
Letak Geografis
P.T. National Timber and Forest Product terletak di Kecamatan Tebing
Tinggi, Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau. Secara geografis terletak pada 00 32’
-10 08’ LU dan 1010 43’ – 1030 08’ BT dengan ketinggian 0 – 50 meter diatas
permukaan laut. Lokasi perkebunan sagu yang dikelola oleh PT. National timber
and Forest product unit HTI Murni Sagu secara administratif menempati beberapa
desa yaitu Desa Tanjung Sari, Desa Kayu Ara, Desa Sungai Pulau, Desa Kepau
Baru, Desa Teluk Buntal, Desa Sungai Tohor dan Desa Tanjung Gadai.
Areal P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu
disebelah timur berbatasan dengan Tanjung Sari dan Tanjung Gadai, sebelah barat berbatasan dengan kampung daerah Penekat, dan areal HPH PT. Uniseraya.
Sebelah Utara berbatasan dengan HPH P.T Uniseraya dan disebelah selatan
berbatasan dengan Kepau Baru dan Teluk Buntal. Lokasi Kebun Sagu PT National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu berjarak lebih kurang 150
km dari Pekan Baru yang ditempuh melalui jalan laut. PT. National Timber and
Forest Product Unit HTI Murni Sagu telah membudidayakan sagu pada 12 fasa
(satu fasa terdiri atas 20 petak, satu petak luasnya 50 hektar). Lokasi fasa tersebut
sebagai berikut: fasa 1, 2 dan 3 terletak di sekitar Kepau Baru dan Kampung Baru.
Fasa 4, 6,dan 8 terletak di DesaTeluk Kepau. Areal fasa 5 dan 7 terletak di Desa
Teluk Buntal dan Tanjung Gadai dan areal fasa 9, 10, dan 11 terletak di Desa
Sungai Pulau.
Keadaan Tanah dan Iklim
Jenis tanah yang terdapat di P.T. National Timber and Forest Product unit
HTI Murni sagu terdiri atas jenis tanah Organosol seluas 19 820 hektar (99,60 %)
dan jenis tanah alufial seluas 80 hektar ( 0,4 %) dengan topografi datar kemiringan lahan termasuk kelas lereng LI (0–8%). Reaksi tanah tergolong sangat masam dengan ph H2O antara 3.4 - 4.8.
Kedalaman lapisan gambut berkisar 3 –5 m dari permukaan tanah. Tanah
organosol atau biasa disebut tanah histosol merupakan tanah dengan kandungan
bahan organik lebih dari 20% yang dalam istilah sehari – hari disebut gambut.
Gambut dibentuk oleh timbunan bahan sisa tanaman yang berlapis-lapis hingga
mencapai ketebalan >30 cm. Proses penimbunan merupakan proses geogenik (bukan pedogenik seperti tanah mineral) yang berlangsung dalam waktu lama (Noor,
2001)
Gambut di daerah Riau seperti halnya gambut di daerah tropik Indonesia
lainnya tergolong dalam gambut kayuan yaitu gambut yang berasal dari pohon –
pohon (hutan tiang) beserta tanaman semak (paku – pakuan) di bawahnya. Berdasarkan tingkat kesuburannya, gambut di daerah Riau tergolong dalam oligotrofik
yaitu gambut yang mengandung sedikit mineral khususnya kalsium dan magnesium serta bersifat asam atau sangat asam.
Rata-rata curah hujan tahunan pada periode pengamatan Tahun 1988 1997 mencapai 2 208.9 mm (Tabel Lampiran 2). Curah hujan bulanan pada periode pengamatan tahun 1988-1997 berkisar antara 70 sampai dengan 254 mm dengan rata-rata curah hujan bulanan 174.58 mm. Jumlah hujan harian bulanan berkisar antara 7 sampai dengan 13 hari dengan rata-rata hari hujan bulanan 10.25
hari dan intensitas curah hujan 16.76 mm/hari hujan.
PELAKSANAAN TEKNIS MENEJERIAL KEBUN
Pengorganisasian Kebun
Struktur organisasi PT National Timber and Forest Product berbentuk
garis (line organization), lini satu dengan lini yang lain dalam stuktur organisasi
tersebut dihubungkan oleh garis komando. Pendelegasian wewenang dalam organisasi lini dilakukan secara vertikal melalui garis terpendek dari seorang atasan
kebawahannya (Sumarni dan Soeprihanto, 1993). Pelaporan tanggung jawab dari
bawahan ke atasan juga dilakukan melalui garis vertikal terpendek.
Ciri – ciri organisasi lini : Organisasi relatif kecil dan sederhana, hubungan
antara atasan dan bawahan relatif langsung, puncak pimpinan biasanya pemilik
perusahaan, jumlah karyawan sedikit dan saling kenal, tingkat spesialisasi kurang
begitu tinggi dan alat yang digunakan tidak beranekaragam, puncak pimpinan
merupakan satu-satunya sumber kekuasaan, keputusan dan kebijaksanaan organisasi, masing–masing kepala unit memiliki tanggung jawab penuh atas bidang pekerjaan yang ada di dalam unit kerjanya.
Kelebihan yang dimiliki organisasi lini: kesatuan komando tetap dipertahankan, garis komando dan pengendalian tugas tidak mungkin terjadi kesimpangsiuran karena pimpinan langsung berhubungan dengan karyawan, proses
pengambilan keputusan, kebijaksanaan dan instruksi berjalan cepat dan tidak bertele-tele. Pengawasan melekat secara ketat terhadap kegiatan karyawan dapat
dilaksanakan, kedisiplinan dan semangat kerja karyawan umumnya baik, koordinasi umumnya mudah dilaksanakan, rasa solidaritas karyawan umumnya tinggi
karena masih saling mengenal.
Kekurangan yang dimiliki organisasi lini: tujuan pribadi puncak pimpinan
dengan tujuan organisasi seringkali tidak dapat dibedakan, ada kemungkinan puncak pimpinan untuk bertindak secara otoriter, maju/mundur organisasi tergantung
kepada kecakapan puncak pimpinan saja, organisasi secara keseluruhan bergantung kepada satu orang saja, jika pimpinan tidak mampu, organisasi terancam
hancur, kaderisasi dan pengembangan bawahan kurang mendapat perhatian.
Pimpinan puncak di PT. National Timber and Forest Product dipegang
oleh deputi direktur. Diputi direktur memiliki wewenang tertinggi untuk memim-
pin mengelola dan melakukan pengawasan secara tidak langsung terhadap kinerja
kebun. Asisten manejer secara langsung bertanggung jawab kepada manejer lapangan atas pelaksanaan pengelolaan kebun. Kepala bagian memberikan instruksi,
bimbingan dan pengarahan kepada kepala seksi atas pengelolaan kebun.
Pengelolaan kebun di PT National Timber and Forest Product Unit HTI
Murni Sagu dilaksanakan secara sektoral, artinya wilayah perkebunan ini dibagi
menjadi beberapa bagian yang masing–masing dipimpin oleh kepala bagian.
Kepala bagian bertanggung jawab terhadap pelaksanaan teknis dan menejerial
bagian yang dipimpinnya. Terdapat lima bagian dalam stuktur organisasi PT.
National Timber and Forest Product Unit HTI murni sagu yaitu administrasi,
pengembangan infrastuktur, persiapan lahan dan penanaman, pemeliharaan serta
bagian umum. Kepala seksi berada dibawah garis komando kepala bagian. Kepala
seksi mengelola kebun seluas satu fasa (1 000 hektar) dan mengelola karyawan di
areal tersebut. Dalam mengelola fasa, kepala seksi dibantu oleh wakil kepala seksi
dan berberapa orang pengawas.
Deskripsi Kerja Karyawan
Karyawan Harian Kontrak
Karyawan harian kontrak di PT National Timber and Forest Product Unit
HTI Murni Sagu berasal dari Pacitan, Jawa Timur. Karyawan harian kontrak
bertugas melaksanakan seluruh kegiatan teknis langsung di lapang. Masa kontrak
karyawan selama lima bulan, setelah masa kontrak berakhir karyawan dapat
melanjutkan masa kontrak (sambung kontrak) apabila perusahaan menilai kerja
karyawan bagus dan karyawan yang bersangkutan bersedia.
Karyawan harian kontrak bekerja 7 jam sehari, enam hari seminggu (hari
jumat libur, minggu tetap bekerja). Karyawan harian kontrak mulai bekerja pukul
06.00 WIB. Pukul 09.00 WIB karyawan beristirahat selama 15 menit untuk sarapan, pengawas memberi pengarahan sewaktu istirahat. Karyawan beristirahat
kembali pada pukul 11.30 WIB selama satu jam, kemudian bekerja lagi sampai
pukul 14.00 WIB.
Upah yang diperoleh karyawan harian kontrak sebesar Rp 26 000 pada
masa kontrak pertama dan dibayar jika kontrak berakhir, jika mereka memperpanjang kontrak akan mendapatkan tambahan gaji sebesar Rp 5 000. Untuk memenuhi kebutuhan sehari–hari, karyawan membeli dari koperasi karyawan dengan
sistem hutang (bon) yang akan dibayar diakhir kontrak dengan pemotongan upah
kontrak. Pemotongan upah tidak diberikan kepada karyawan yang sakit, tetapi jika
karyawan tersebut tidak bekerja dengan alasan yang lain, maka dikenakan pemotongan hari kerja. Setiap satu hari tidak bekerja dikenakan denda berupa pemotongan gaji dua hari kerja. Bonus sebesar Rp 87 000 diberikan kepada karyawan
yang bekerja selama sebulan penuh. Bila kontrak sudah berakhir, maka karyawan
harian kontrak akan mendapatkan Rp 500 000 sebagai uang kontrak. Setiap regu
karyawan harian kontrak terdiri atas 9-12 orang dan dipimpin oleh seorang kepala
regu. Kepala regu memperoleh tambahan upah Rp 50 000 setiap bulannya. Bonus
Rp 300 000 diberikan kepada setiap regu yang hasil kerjanya dinilai baik oleh
kepala seksi.
Karyawan Harian Lokal dan Karyawan Bulanan
Karyawan harian lokal merupakan tenaga kerja yang direkrut dari masyarakat disekitar kebun PT National Timber and Forest Product Unit HTI Murni
Sagu. Perekrutan karyawan harian lokal dan karyawan bulanan tidak melalui sistem kontrak. Karyawan harian lokal dan bulanan diperbantukan untuk mengawasi
kerja karyawan harian kontrak.
Pengawas Kebun
Pengawas merupakan orang yang bertugas mengawasi kegiatan yang
dilaksanakan oleh karyawan harian kontrak. Untuk menunjang keberhasilan kerjanya, seorang pengawas harus mampu menyampaikan informasi yang diterimanya
dari kepala seksi dan wakil kepala seksi, menegur karyawan harian kontrak bila
terjadi kesalahan dan memotivasi karyawan. Pengawas menerima pengarahan dari
kepala seksi atau wakil kepala seksi mengenai lokasi kerja dan kegiatan yang akan
dilakukan oleh karyawan harian kontrak. Pengawas bekerja 7 jam sehari. Pengawas hadir dilokasi pukul 06.00 WIB untuk melaksanakan absensi. Pada saat
istirahat pukul 09.00 WIB pengawas biasanya memberikan pengarahan singkat
kepada harian kontrak mengenai kegiatan yang akan dan sudah dilaksanakan.
Pengawas berkoordinasi kepada kepala regu bila ada karyawan harian kontrak
yang bekerja tidak sesuai anjuran dan tidak menurut saat dinasehati oleh pengawas. Selain mengawasi kegiatan teknis di kebun, pengawas juga menilai kegiatan
karyawan harian kontrak yang dilaksanakan sebagai acuan memberikan intensif
pada reguan tersebut. Kategori yang dinilai pengawas dalam pemberian intensif
regu adalah kedisipinan sewaktu bekerja, hasil kerja yang diperoleh, dan kepatuhan anggota regu kepada instruksi yang diberikan pengawas.
Wakil kepala seksi dan kepala seksi menilai hasil kerja karyawan, pengawas yang hasil kerjanya baik akan memperoleh intensif sebesar 50 000 rupiah per
bulan. Wakil kepala seksi atau kepala seksi akan menegur dan memberi peringatan kepada pengawas yang kinerjanya buruk seperti sering terlambat berangkat
ke kebun dan meninggalkan kebun sewaktu jam kerja. Pengawas menulis laporan
absensi dan hasil kerja karyawan harian kontrak setiap hari. Pengawas juga melaporkan kendala dan hambatan dalam bekerja kepada wakil kepala seksi.
PELAKSANAAN TEKNIS BUDIDAYA
Persiapan Bahan Tanam
Bahan tanam di PT. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni
Sagu diperoleh dari pengumpul bibit dari daerah disekitar Kebun Sagu PT. National Timber and Forest Product dengan harga Rp 2 000/bibit. Bibit yang akan
disemai diseleksi terlebih dahulu diseleksi oleh kepala seksi dan pengawas pembibitan. Penyeleksisn bibit berdasarkan bentuk, ukuran, bobot dan kesegaran bibit
(Gambar 1.)
Gambar 1. Bibit sagu yang diseleksi.
Kriteria bibit yang sehat adalah:
Bibit masih segar dengan pelepah masih hijau
Bibit sudah tua,dicirikan bonggol sudah keras
Pelepah dan pucuk masih hidup
Tidak terserang hama dan penyakit
Rata-rata bobot bibit 4 kg
Bibit yang memenuhi kriteria tapi ukurannya kecil dihitung setengah
Bibit yang tidak memenuhi kriteria diafkirkan. Pengangkutan bibit dari tempat
persemaian bahan tanam ketempat persemaian menggunakan kereta kecil (loko).
Persemaian
Bibit yang akan disemai terlebih dahulu dipotong dengan panjang ± 40 cm
dari banir, pemotongan untuk mempercepat tumbuhnya tunas. Bibit yang telah dipangkas kemudian direndam kedalam larutan fungisida untuk mencegah serangan
jamur.
Pada penyemaian di PT. National Timber and Forest Product Unit HTI
Murni Sagu digunakan sistem rakit di kanal. Rakit dibeli dari dari masyarakat
setempat dengan harga Rp 5 000/ rakit. Rakit berukuran panjang 3 m dengan lebar
1 m, terbuat dari pelepah sagu yang telah kering. Sebuah rakit dapat memuat 7080 bibit tergantung ukuran bibit. Bibit disusun di rakit dengan bagian banir terendam air. Persemaian dilakukan selama tiga bulan. Saat itu bibit rata-rata sudah
memiliki 2-3 daun.
Terdapat berbagai cara persemaian. Pada masyarakat Riau persemaian
yang dilakukan adalah persemaian sistem rakit di kanal, sedangkan Departemen
Pertanian Malaysia khususnya di Serawak melakukan persemaian sistem kolam
lumpur. Persemaian dengan polibeg walaupun jarang dilakukan tetapi masih
mungkin dilakukan, oleh sebab itu perlu dilakukan percobaan persemaian bibit
sagu dengan berbagai sistem persemaian untuk mengetahui sistem persemaian
terbaik.
Metode Pengambilan Data Kegiatan Persemaian
Pengambilan data persemaian sagu dilakukan secara langsung dengan
membuat rancangan percobaan pengaruh media tumbuh dan bobot bibit (abut) terhadap pertumbuhan vegetatif abut. Rancangan percobaan yang digunakan adalah
rancangan petak terpisah (split plot) dengan dua faktor. Faktor yang pertama adalah media tumbuh sebagai petak besar (petak utama) dan faktor yang kedua adalah
bobot bibit sebagai petak kecil (anak petak). Metode persemaian yang digunakan
ada tiga yaitu metode persemaian kanal dengan media tumbuh air, metode persemaian kolam dengan media tumbuh lumpur, dan metode persemaian polibeg dengan media tumbuh tanah bobot abut yang digunakan memiliki bobot memiliki
bobot 2, 3, 4 kg
Model yang digunakan yang digunakan untuk percobaan ini adalah adalah
sebagai berikut
Yijk = μ +
k+
Ai + Bj + (AB)ij +
ik +
ɛijk
Keterangan
Yijk
= nilai pengamatan dari faktor media-i, bobot ke-j,dan ulangan ke-k
μ
= nilai tengah umum
k
= pengaruh ulangan ke-k
Ai
= Pengaruh faktor media tumbuh ke-i
Bj
= pengaruh faktor bobot abut ke-j
( AB)ij = interaksi faktor A kei dan faktor B ke-j
ik
ɛijk
= pengaruh faktor A ke-i dan ulangan ke-k
= pengaruh galat percobaan perlakuan media ke-i, bobot abut ke-j, ulangan
ke-k
Pengaruh perlakuan media tanam, bobot abut dan interaksi keduanya
diketahui dengan mengunakln uji F.jika hasil sidik ragamnya menunjukkan hasil
yang nyata, maka dialnjutkan dengan uji Duncan Mltiple Range Test (DMRT)
pada taraf 5%. Percobaan diasumsikan memiliki pengaruh yang bersifat aditif,
galat percobaan saling bebas dan menyebar normal, dan ragam percobaan bersifat
homogen.
Hipotesis
Terdapat pengaruh yang berbeda dari masing-masing media tumbuh dan
bobot abut terhadap pertumbuhan vegetatif bibit sagu.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bibit sagu yang mempunyai kriteria sehat,
bebas serangan hama dan penyakit, mempunyai banir berbentuk L, mempunyai
perakaran yang cukup, merupakan sagu duri. Rakit yang digunakan untuk persemaian kanal berukuran panjang 3 meter dan lebar 1 meter, terbuat dari pelepah sagu yang kering. Polibeg yang digunakan berukuran 40cmx45cm. Kolam persemaian untuk persemaian dengan media rumput memiliki ketinggian air 5-10 cm.
Alat yang digunakan adalah kantong plastik pembungkus es lilin, spidol permanen, tali plastik, timbangan, meteran dan fungisida Cobox WP 200.
Pelaksanaan Persemaian
Abut yang digunakan dipangkas denagn ukuran 40 cm diatas banir dan
direndam dalam larutan Cobox WP 200 dengan konsentrasi 4 g/10 l air. Abut
kemudian ditimbang dan dikelompokkan menjadi abut ukuran 2, 3, 4 kg. Kolam
yang digunakan untuk persemaian dengan media lumpur dibersihkan dari gulma
dan akar pakis. Polibeg diisi dengan tanah disekitar penelitian. Kanal yang
digunakan untuk persemaian air dibersihkan dari gulma air. Bibit sagu ditata
sedemikian rupa di kolam, kanal dan polibeg sehingga menjadi rancangan petak
terpisah.
Waktu Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan interval dua minggu sekali. Pengamatan
dilakukan selama dua bulan mulai bulan April sampai Juni 2008.
Pengamatan
Peubah yang diamati dalam percobaan ini adalah:
¾ Panjang tunas. Panjang tunas diukur mulai dari pangkal pemangkasan sampai
titik teratas bibit, baik ketika masih berupa tunas maupun setelah berubah
menjadi daun
¾ Jumlah daun. Jumlah daun yang di hitung berdasarkan jumlah keseluruhan
daun yang ada di bibit
¾ Lebar daun. Lebar daun diukur ketika daun sudah mekar pada daun pertama
dan yang di ukur adalah bagian yang terlebar dari daun
¾ Jumlah bibit yang hidup. seluruh bibit yang digunakan dihitung jumlah yang
hidup
Pemupukan
PT. National Timber and Forest Product unit HTI Murni Sagu terletak di
kawasan hutan tropis. Keadaan hutan tropis berbeda dengan hutan iklim sedang
dan iklim dingin. Bila di hutan tropis, akan terlihat bahwa terdapat banyak hara,
tetapi hara tidak tersimpan dalam tanah melainkan dalam tubuh tumbuhan yang
masih hidup. Di daerah tropis yang panas dan lembab dekomposisi berjalan sangat
cepat, bila dibarengi curah hujan yang tinggi maka hasil dekomposisi akan cepat
hilang dibawa air tanah ke tempat lain, akibatnya kesuburan cepat berkurang
padahal cadangan makanan (hara) tersedia sedikit di dalam tanah (Rososoedarmo
dan Kartawinata, 1984). Pembukaan hutan dan perubahan fungsi hutan menjadi
kebun menyebabkan kehilangan hara dari tanah semakin cepat dan bahan
DI PT. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT
HTI MURNI SAGU, SELATPANJANG, RIAU, DENGAN
STUDI KASUS PERSEMAIAN MENGGUNAKAN BERBAGAI
MEDIA DAN BOBOT BIBIT.
Oleh :
ADRINUS PINEM
A 34104017
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
ADRINUS PINEM. Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon spp.)
di PT. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Selat
Panjang, Riau, Dengan Studi Kasus Persemaian Menggunakan Berbagai
Media dan Bobot Bibit. (Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro
Djoefrie, M. Agr.)
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kemampuan teknis dan menejerial budidaya sagu. Aspek khusus
yang diamati dalam magang ini adalah sistem persemaian di PT. National Timber
and Forest Product Unit HTI Murni Sagu dan membandingkan dengan sistem
persemaian yang lain. Kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 11 Febuari dan
berakhir pada tanggal 11 Juli 2008 di Perkebunan sagu PT. National Timber and
Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Selat Panjang, Riau. Kegiatan magang
menggunakan dua metode yaitu metode langsung dengan melaksanakan kegiatan
teknis budidaya dan melakukan pengamatan terhadap teknis budidaya di kebun
tersebut serta melakukan percobaan pengaruh media tumbuh persemaian kanal,
lumpur, polibeg, dan bobot bibit 2, 3, 4 kg terhadap pertumbuhan vegetatif bibit
tersebut. Kegiatan teknis budidaya yang dilakukan adalah pemupukan, persemaian, penyulaman, penebasan lorong, penebasan piringan, pengimasan, pengendalian hama dan penyakit. Metode yang kedua adalah metode tidak langsung
dengan mempelajari dan menganalisis laporan pihak kebun dan studi pustaka.
Data primer yang diperoleh dari percobaan persemaian dianalisis dengan uji
DMRT pada taraf 5%
PT. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu menerapkan sistem persemaian bibit secara terapung pada kanal (saluran air berukuran
lebar 3 m dengan kedalaman 2 m). Bibit disemai di kanal dengan menggunakan
rakit berukuran panjang 3 m dan lebar 1 m, terbuat dari pelepah sagu yang sudah
kering. Kriteria bibit sehat dan layak untuk disemai adalah bibit masih segar dengan pelepah masih hijau, bibit sudah tua, dicirikan bonggol sudah keras, pelepah
dan pucuk masih hidup, tidak terserang hama dan penyakit, rata-rata bobot bibit 4
kg, bibit yang memenuhi kriteria tapi ukurannya kecil dihitung setengah.
Pertumbuhan bibit sagu di persemaian dipengaruhi oleh perlakuan sebelum persemaian, umur bibit, lama penyimpanan, curah hujan selama persemaian,
sistem persemaian yang digunakan dan bobot bibit. Terdapat berbagai cara persemaian yaitu persemaian kanal, lumpur dan polibeg Bobot bibit yang digunakan
umumnya berukuran 2-6 kg. Berdasarkan hasil percobaan dengan parameter pertumbuhan tunas, jumlah daun, luas daun, dan persentasi hidup, bibit dengan perlakuan persemaian kanal dengan bobot 4 kg menghasilkan pertumbuhan yang paling baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
: PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAGU (Metroxylon spp.) DI
PT. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT HTI
MURNI SAGU, SELATPANJANG, RIAU, DENGAN STUDI
KASUS PERSEMAIAN MENGGUNAKAN BERBAGAI MEDIA
DAN BOBOT BIBIT.
NAMA
: ADRINUS PINEM
NRP
: A34104017
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro Djoefrie, M. Agr.
NIP. 130 422 690
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Tebing Tinggi, Propinsi Sumatra Utara pada
tanggal 26 November 1985. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara
dari pasangan Ayah Lenna Pinem dan Ibu Riahta Br Karo.
Tahun 1998 penulis lulus dari SD F. Tandean, kemudian pada tahun 2001
penulis me-nyelesaikan studi di SLTPN 1 Tebing Tinggi. Selanjutnya penulis
melanjutkan studi di SMUN 1 Tebing Tinggi. Tahun 2004 penulis diterima di
Jurusan Budidaya Pertanian Pro-gram Studi Agronomi melalui jalur USMI IPB.
Pada tahun 2004 sampai sekarang penulis aktif di Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Tarung Derajat, tahun 2006-2008 penulis menjadi ketua
organisasi tersebut. Penulis menjadi asisten praktikum ekologi pertanian pada
tahun 2007.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat-NYA dan Bunda
Maria atas doa-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
Skripsi berjudul Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon spp.) di PT
National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu Selat Panjang Riau
dengan Studi Kasus Persemaian Menggunakan Berbagai Media dan Bobot Bibit
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Perta-nian, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih kepada:
Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro Djoefrie, M.Agr selaku dosen
pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan dan saransaran dalam pembuatan skripsi ini.
Bapak, Mamak, Ina dan Kak Leri yang telah memberi dukungan
semangat dan doa.
Dr. Ir. Ade Wachjar selaku dosen pembimbing akademik atas saran
dan du-kungannya
Debi, Mario, Landes, Bernardo, Supardi, Cornel yang telah membantu
selama penelitian.
Bang Kornelis, Bapak Nasirudin, Bang Albet dan seluruh karyawan
PT National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu.
Vitria”Kiting”, Ika dan Enung atas bantuan dan dukungannya.
Semua teman di program studi Agronomi 41.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................i
DAFTAR TABEL.............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iii
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan Magang .................................................................................... 3
METODE PELAKSANAAN..........................................................................4
Waktu dan Tempat ............................................................................... 4
Metode Magang ................................................................................... 4
KONDISI UMUM KEBUN............................................................................. 5
Sejarah Kebun ...................................................................................... 5
Latar Belakang Pengusahaan Sagu ...................................................... 6
Letak Geografis .................................................................................... 6
Keadaan tanah dan iklim ...................................................................... 7
PELAKSANAAN TEKNIS MENEJERIAL ................................................... 9
Pengorganisasian Kebun ...................................................................... 9
Deskripsi Kerja Karyawan ................................................................... 10
PELAKSANAAN TEKNIS BUDIDAYA....................................................... 13
Persiapan Bahan Tanam................................................................ ....... 13
Persemaian...................................................................................... ..... 14
Pemupukan ........................................................................................... 16
Pengendalian Gulma ............................................................................ 18
Pengendalian Hama dan Penyakit ........................................................ 21
Penyulaman ......................................................................................... 22
PEMBAHASAN ............................................................................................. 25
Teknis Budidaya Sagu (Metroxylon spp.) ............................................ 25
Pertumbuhan Vegetatif Sagu (Metroxylon spp.) .................................. 28
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 34
Kesimpulan .......................................................................................... 34
Saran..................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36
LAMPIRAN ..................................................................................................... 38
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Halaman
Teks
Rekomendasi pemupukan yang digunakan oleh PT. National Timber
and forest Product Unit HTI .................................................................... 17
Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap pertumbuhan pucuk
Bibit sagu selama masa persemaian......................................................... 28
Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap jumlah daun bibit sagu
selama masa persemaian........................................ ................................. 31
Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap lebar daun bibit sagu
selama masa persemaian.......................................................................... 31
Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap persentase hidup Bibit selama masa persemaian................................................................ .... 32
Lampiran
Plot percobaan............................................................................. ........... 38
Rata-rata curah hujan, suhu udara, dan kelembaban dara bulanan dan
Tahunan (Periode Pengamatan dari tahun 1988-1997)......................... ...39
Struktur organisasi kebun.................................................................. ..... 40
Rekapitulasi sidik ragam, pengaruh media tumbuh (MD) dan bobot bibit (BB) terhadap pertumbuhan panjang tunas bibit sagu........................41
Rekapitulasi sidik ragam, pengaruh media tumbuh (MD) dan bobot bibit (BB) terhadap pertumbuhan panjang daun bibit sagu........................42
Rekapitulasi sidik ragam, pengaruh media tumbuh (MD) dan bobot bibit (BB) terhadap % hidup bibit sagu.......................................................42
Rekapitulasi sidik ragam, pengaruh media tumbuh (MD) dan bobot bibit (BB) terhadap pertumbuhan jumlah daun bibit sagu..........................43
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Teks
1. Bibit sagu yang diseleksi...................................................................... . 13
2. Pengimasan kebun sagu........................................................................ . 20
3. Tanaman sagu yang terserang anai-anai................................................ 23
4. Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap pertumbuhan panjang tunas................................................................................................30
PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAGU (Metroxylon spp.)
DI PT. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT
HTI MURNI SAGU, SELATPANJANG, RIAU, DENGAN
STUDI KASUS PERSEMAIAN MENGGUNAKAN BERBAGAI
MEDIA DAN BOBOT BIBIT.
Oleh :
ADRINUS PINEM
A 34104017
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
ADRINUS PINEM. Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon spp.)
di PT. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Selat
Panjang, Riau, Dengan Studi Kasus Persemaian Menggunakan Berbagai
Media dan Bobot Bibit. (Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro
Djoefrie, M. Agr.)
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kemampuan teknis dan menejerial budidaya sagu. Aspek khusus
yang diamati dalam magang ini adalah sistem persemaian di PT. National Timber
and Forest Product Unit HTI Murni Sagu dan membandingkan dengan sistem
persemaian yang lain. Kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 11 Febuari dan
berakhir pada tanggal 11 Juli 2008 di Perkebunan sagu PT. National Timber and
Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Selat Panjang, Riau. Kegiatan magang
menggunakan dua metode yaitu metode langsung dengan melaksanakan kegiatan
teknis budidaya dan melakukan pengamatan terhadap teknis budidaya di kebun
tersebut serta melakukan percobaan pengaruh media tumbuh persemaian kanal,
lumpur, polibeg, dan bobot bibit 2, 3, 4 kg terhadap pertumbuhan vegetatif bibit
tersebut. Kegiatan teknis budidaya yang dilakukan adalah pemupukan, persemaian, penyulaman, penebasan lorong, penebasan piringan, pengimasan, pengendalian hama dan penyakit. Metode yang kedua adalah metode tidak langsung
dengan mempelajari dan menganalisis laporan pihak kebun dan studi pustaka.
Data primer yang diperoleh dari percobaan persemaian dianalisis dengan uji
DMRT pada taraf 5%
PT. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu menerapkan sistem persemaian bibit secara terapung pada kanal (saluran air berukuran
lebar 3 m dengan kedalaman 2 m). Bibit disemai di kanal dengan menggunakan
rakit berukuran panjang 3 m dan lebar 1 m, terbuat dari pelepah sagu yang sudah
kering. Kriteria bibit sehat dan layak untuk disemai adalah bibit masih segar dengan pelepah masih hijau, bibit sudah tua, dicirikan bonggol sudah keras, pelepah
dan pucuk masih hidup, tidak terserang hama dan penyakit, rata-rata bobot bibit 4
kg, bibit yang memenuhi kriteria tapi ukurannya kecil dihitung setengah.
Pertumbuhan bibit sagu di persemaian dipengaruhi oleh perlakuan sebelum persemaian, umur bibit, lama penyimpanan, curah hujan selama persemaian,
sistem persemaian yang digunakan dan bobot bibit. Terdapat berbagai cara persemaian yaitu persemaian kanal, lumpur dan polibeg Bobot bibit yang digunakan
umumnya berukuran 2-6 kg. Berdasarkan hasil percobaan dengan parameter pertumbuhan tunas, jumlah daun, luas daun, dan persentasi hidup, bibit dengan perlakuan persemaian kanal dengan bobot 4 kg menghasilkan pertumbuhan yang paling baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
: PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAGU (Metroxylon spp.) DI
PT. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT HTI
MURNI SAGU, SELATPANJANG, RIAU, DENGAN STUDI
KASUS PERSEMAIAN MENGGUNAKAN BERBAGAI MEDIA
DAN BOBOT BIBIT.
NAMA
: ADRINUS PINEM
NRP
: A34104017
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro Djoefrie, M. Agr.
NIP. 130 422 690
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Tebing Tinggi, Propinsi Sumatra Utara pada
tanggal 26 November 1985. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara
dari pasangan Ayah Lenna Pinem dan Ibu Riahta Br Karo.
Tahun 1998 penulis lulus dari SD F. Tandean, kemudian pada tahun 2001
penulis me-nyelesaikan studi di SLTPN 1 Tebing Tinggi. Selanjutnya penulis
melanjutkan studi di SMUN 1 Tebing Tinggi. Tahun 2004 penulis diterima di
Jurusan Budidaya Pertanian Pro-gram Studi Agronomi melalui jalur USMI IPB.
Pada tahun 2004 sampai sekarang penulis aktif di Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Tarung Derajat, tahun 2006-2008 penulis menjadi ketua
organisasi tersebut. Penulis menjadi asisten praktikum ekologi pertanian pada
tahun 2007.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat-NYA dan Bunda
Maria atas doa-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
Skripsi berjudul Pengelolaan Perkebunan Sagu (Metroxylon spp.) di PT
National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu Selat Panjang Riau
dengan Studi Kasus Persemaian Menggunakan Berbagai Media dan Bobot Bibit
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Perta-nian, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih kepada:
Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro Djoefrie, M.Agr selaku dosen
pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan dan saransaran dalam pembuatan skripsi ini.
Bapak, Mamak, Ina dan Kak Leri yang telah memberi dukungan
semangat dan doa.
Dr. Ir. Ade Wachjar selaku dosen pembimbing akademik atas saran
dan du-kungannya
Debi, Mario, Landes, Bernardo, Supardi, Cornel yang telah membantu
selama penelitian.
Bang Kornelis, Bapak Nasirudin, Bang Albet dan seluruh karyawan
PT National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu.
Vitria”Kiting”, Ika dan Enung atas bantuan dan dukungannya.
Semua teman di program studi Agronomi 41.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................i
DAFTAR TABEL.............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iii
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan Magang .................................................................................... 3
METODE PELAKSANAAN..........................................................................4
Waktu dan Tempat ............................................................................... 4
Metode Magang ................................................................................... 4
KONDISI UMUM KEBUN............................................................................. 5
Sejarah Kebun ...................................................................................... 5
Latar Belakang Pengusahaan Sagu ...................................................... 6
Letak Geografis .................................................................................... 6
Keadaan tanah dan iklim ...................................................................... 7
PELAKSANAAN TEKNIS MENEJERIAL ................................................... 9
Pengorganisasian Kebun ...................................................................... 9
Deskripsi Kerja Karyawan ................................................................... 10
PELAKSANAAN TEKNIS BUDIDAYA....................................................... 13
Persiapan Bahan Tanam................................................................ ....... 13
Persemaian...................................................................................... ..... 14
Pemupukan ........................................................................................... 16
Pengendalian Gulma ............................................................................ 18
Pengendalian Hama dan Penyakit ........................................................ 21
Penyulaman ......................................................................................... 22
PEMBAHASAN ............................................................................................. 25
Teknis Budidaya Sagu (Metroxylon spp.) ............................................ 25
Pertumbuhan Vegetatif Sagu (Metroxylon spp.) .................................. 28
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 34
Kesimpulan .......................................................................................... 34
Saran..................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36
LAMPIRAN ..................................................................................................... 38
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Halaman
Teks
Rekomendasi pemupukan yang digunakan oleh PT. National Timber
and forest Product Unit HTI .................................................................... 17
Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap pertumbuhan pucuk
Bibit sagu selama masa persemaian......................................................... 28
Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap jumlah daun bibit sagu
selama masa persemaian........................................ ................................. 31
Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap lebar daun bibit sagu
selama masa persemaian.......................................................................... 31
Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap persentase hidup Bibit selama masa persemaian................................................................ .... 32
Lampiran
Plot percobaan............................................................................. ........... 38
Rata-rata curah hujan, suhu udara, dan kelembaban dara bulanan dan
Tahunan (Periode Pengamatan dari tahun 1988-1997)......................... ...39
Struktur organisasi kebun.................................................................. ..... 40
Rekapitulasi sidik ragam, pengaruh media tumbuh (MD) dan bobot bibit (BB) terhadap pertumbuhan panjang tunas bibit sagu........................41
Rekapitulasi sidik ragam, pengaruh media tumbuh (MD) dan bobot bibit (BB) terhadap pertumbuhan panjang daun bibit sagu........................42
Rekapitulasi sidik ragam, pengaruh media tumbuh (MD) dan bobot bibit (BB) terhadap % hidup bibit sagu.......................................................42
Rekapitulasi sidik ragam, pengaruh media tumbuh (MD) dan bobot bibit (BB) terhadap pertumbuhan jumlah daun bibit sagu..........................43
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Teks
1. Bibit sagu yang diseleksi...................................................................... . 13
2. Pengimasan kebun sagu........................................................................ . 20
3. Tanaman sagu yang terserang anai-anai................................................ 23
4. Pengaruh media tumbuh dan bobot bibit terhadap pertumbuhan panjang tunas................................................................................................30
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sagu sebagai komoditas perkebunan merupakan salah satu sumber karbohidrat yang masih menjadi bahan makanan penduduk di beberapa daerah seperti
Maluku dan Irian Jaya (Lukman dan Silitonga,1991). Kandungan karbohidrat dalam pati sagu yang cukup tinggi (diatas 80%), memungkinkan komoditas tersebut
digunakan sebagai bahan pangan dan bahan baku industri non pangan (Lukman
dan Silitonga, 1991).
Tanaman sagu (Metroxylon spp.) sangat berpotensi besar untuk dikembangkan di Indonesia tetapi pada umumnya sagu belum diusahakan secara intensif
seperti penghasil karbohidrat lainnya (Junaidi, 2005). Sagu di Indonesia merupakan tumbuhan yang tumbuh dalam bentuk hamparan hutan yang kurang terpelihara. Sagu dapat tumbuh di daerah rawa atau tanah marjinal yang tanaman
penghasil karbohidrat lainnya sukar tumbuh. Potensi sagu di Indonesia diperkirakan 1.1 juta ha, setara dengan 5.18-8.51 juta ton pati sagu kering/tahun. Pemanfaatan sagu di Indonesia untuk ekspor diduga hanya 0.05% - 0.2% dan 10%
digunakan untuk bahan makanan tradisional, sedangkan sisanya sekitar 89%
belum termanfaatkan (Sitaniapessy, 1996)
Berdasarkan sifat fisik dan kimia yang dimilikinya, sagu dapat dimanfaatkan tidak terbatas pada bahan pangan saja tetapi dapat juga dimanfaatkan
untuk bahan baku berbagai industri baik pangan maupun non pangan (industri
kertas, dan industri tekstil). Sebagai bahan pangan, pati sagu dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok di beberapa daerah di Kawasan Timur Indonesia. Saat
ini, pati sagu telah dimanfaatkan lebih luas lagi, yaitu sebagai bahan pembuat roti,
biskuit, bagea, mie, sirup berkadar fruktosa tinggi dan penyedap makanan, Pati
sagu dapat juga dijadikan bahan baku untuk pembuatan plastik yang dikenal
dengan istilah biodegradable plastic (plastik yang dapat terurai). Selain itu, pati
sagu dapat diolah menjadi etanol (gasohol). Di Papua New Guinea, telah dilakukan serangkaian penelitian tentang studi kelayakan produksi etanol dari pati
sagu. Hasil studi menunjukkan bahwa produksi etanol dari pati sagu adalah layak.
Diperkirakan dari pengolahan 1 kg pati sagu menghasilkan etanol sebanyak 0.56
liter. Selain pati sagu, ampas sagu kering dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak. Ampas sagu kering yang diberikan pada ayam pedaging dan peternak
dengan takaran 12.5-25.0% dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang
buruk. Ampas sagu juga dapat menggantikan pupuk kandang khususnya kotoran
kambing untuk bibit cengkeh dan kelapa sawit. Pemanfaatan ampas sagu kering
sebagai pakan ternak dan pupuk akan mengurangi pencemaran lingkungan di
sekitar tempat pengolahan sagu (Bintoro, 1999).
Pengembangan sagu di Indonesia bertujuan untuk mengoptimalkan sumberdaya dan pengolahan secara berkelanjutan (sustainable processing) dalam
rangka membangun ketahanan pangan serta terwujudnya agribisnis sagu. Sasaran
yang ingin dicapai dalam pengembangan sagu ini adalah teridentifikasinya potensi
lahan sagu aktual, kebun koleksi plasma nutfah sagu, rehabilitasi areal sagu, peningkatan produktivitas sagu, diversifikasi produk, optimalisasi pemanfaatan limbah sagu dan peningkatan pendapatan petani sagu.
Dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya sagu untuk pengolahan berkelanjutan maka dibutuhkan teknologi sagu, antara lain mencakup
aspek-aspek rehabilitasi hamparan sagu, teknologi budidaya mulai dari pembibitan hingga penanaman di lapang, konservasi sagu secara in situ dan ex situ,
pengolahan pati sagu secara mekanik, diversifikasi produk dan pemasaran
(Puslitbangbun, 2007).
Pemanfaatan tanaman sagu terutama di hutan sagu, pola penanganannya
telah diatur dalam SK. Dirjen kehutanan No. 56/Kpts/Dj/I/1983 dan sagu dikelompokkan dalam hasil hutan ikutan (minor forest product). Pada umumnya
pemanfaatan sagu, baik diperuntukkan bagi industri sagu maupun bagi kepentingan perorangan tidak diimbangi oleh tindakan pemeliharaan, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan dalam penyediaan bahan baku. Sifat tanaman sagu
yang sulit berkembang biak dengan cepat serta daur hidupnya yang panjang, maka
untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas batang sagu yang diharapkan diperlukan tindakan pengadaan bahan tanam yang efisien (Rostiwati, 1991).
Kegiatan persiapan bahan tanam meliputi kegiatan persiapan bibit dan
persemaian. Bahan tanam dapat diperoleh secara generatif maupun vegetatif. Pada
umumnya perbanyakan tanaman sagu dilakukan secara vegetatif melalui anakan,
hal ini karena selain mudah diperbanyak, bibit yang diperoleh dari anakan lebih
cepat dalam pertumbuhan dibanding bibit dari proses generatif . Penyeleksian
bibit bertujuan untuk memperoleh bibit yang sehat dan mempunyai daya tumbuh
yang tinggi, sedangkan kegiatan persemaian bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman dan mempunyai daya tahan hidup yang baik sehingga tidak mudah mati saat dipindahkan ke lapang.
Tujuan Magang
1. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kemampuan teknis dan
menejerial di perkebunan.
2. Sebagai studi banding antara pengetahuan yang diterima di perkuliahan
dengan keadaan sebenarnya di lapang.
3. Mempelajari teknis budidaya tanaman sagu (Metroxylon spp.) dari penyiapan
lahan sampai dengan pemeliharaan tanaman.
4. Melakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh media tumbuh bibit sagu
dan berbagai bobot bibit juga interaksi keduanya terhadap pertumbuhan
vegetatif bibit sagu di persemaian.
METODE PELAKSANAAN
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun PT National Timber and Forest
Product Unit HTI Murni Sagu, Selat Panjang, Riau. Magang dilaksankan selama
empat bulan mulai tanggal 11 Febuari sampai 11 Juni 2008.
Metode Magang
Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dengan menggunakan
dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung
dilaksanakan dengan melaksanakan seluruh kegiatan teknis budidaya di kebun
sebagai karyawan harian kontrak dan pengawas. Teknis budidaya yang dilakukan
adalah pelorongan, pengimasan (penebangan kayu di dalam petak), pengendalian
hama penyakit, penyulaman, dan pemupukan. Data yang diperoleh selama
melaksanakan kegiatan tersebut berupa prestasi kerja harian kontrak, prestasi
kerja mahasiswa, hambatan dan pendukung teknis budidaya, data tersebut
kemudian dibandingkan dengan data kebun.
Pengamatan yang dilaksanakan meliput:
¾ Faktor menejerial meliputi perencanaan, pengawasan, pelaksanaan dan
pengawasan
¾ Evakuasi teknik budidaya yang dilakukan
¾ Faktor tenaga kerja
¾ Sarana dan prasarana
Wawancara dan diskusi dilaksanakan dengan staf dan karyawan kebun untuk
melengkapi data. Metode tidak langsung dilaksanakan denagan mempelajari dan
menganalisis laporan menejeman dan studi pustaka.
KONDISI UMUM KEBUN
Sejarah Kebun
PT. Nasional Timber and Forest Product merupakan salah satu cabang
dari P.T Siak Raya Timber yang berkantor pusat di Pekan Baru. Pada tahun 2008
perusahaan tersebut mengadakan kerjasama dengan PT. Sampoerna tbk. untuk
membantu pengadaan dana bagi perusahaaan tersebut. P.T National Timber and
Forest Product mengajukan ijin penebangan kayu (IPK) sebagai ganti ijin hak
pengusahaan hutan (HPH). Berdasarkan surat dari Menteri Kehutanan No.17/Kpts
/HUT/1996 tentang ijin penebangan kayu, maka penebangan kayu dapat dilaksanakan dengan salah satu syaratnya yaitu setelah penebangan kayu selesai maka
P.T National timber and Forest Product harus menanami kembali areal yang diambil kayunya dengan Hutan Tanaman Industri (HTI).
PT. National Timber and Forest Product didirikan pada tanggal 4 September 1970 sebagaimana dijelaskan pada akte notaris Mohehammad Ali Adjoejir
yang merupakan wakil notaris di Jakarta No. 2 tahun 1970. Selanjutnya, akte notaris diubah dengan akte notaris Singgih Susilo SH. No 59 tanggal 12 Juni 1987.
PT. National Timber and Forest Product merupakan salah satu pemegang Hak
Pengusahaan Hutan (HPH) di profinsi Riau dengan arel konsesi 100 000 hektar
yang telah beroperasi selama lebih dari 21 tahun.
Perusahaan mengajukan permohonan areal Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) sagu di daerah Bengkalis dengan surat rekomendasi dari
gubernur Riau No. 522 U/EK/571. Melalui surat Menteri Kehutanan RI No.
1083/ Menhut – IV/ 1995 tanggal 24 juli 1995 disampaikan bahwa areal yang
disetujui untuk dijadikan HTI Sagu oleh P.T. National Timber and Forest product
adalah areal dikelompok hutan Teluk Kepau seluas 19 900 hektar.
Pada tahun 1995, secara resmi PT. National Timber and Forest Product
unit HTI Murni Sagu dan merupakan HTI dengan tanaman pokok sagu pertama
di Indonesia berdasarkan peta tata guna hutan propinsi Riau, status areal P.T . National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu sebagian besar merupakan
kawasaan hutan produksi terbatas seluas 18 100 hektar dan hutan konservasi seluas 1 800 hektar. Melalui surat Menteri Kehutanan RI No 1253/Menhut – VII/97
areal tersebut seluruhnya disetujui utuh diubah fungsinya menjadi hutan produksi
tetap.
Latar Belakang Pengusahaan Sagu
Riau merupakan daerah yang kaya akan sumberdaya alam, salah satu sumberdaya alam yang besar tetapi belum diolah dengan baik adalah sagu. Sebagian
besar lahan di Riau ditutup oleh gambut yang sesuai dengan syarat tumbuh sagu
(Soerjo,1996). Tanaman sagu di propinsi Riau terdapat di daerah pantai selatan,
daerah sungai besar berawa dan beberapa pulau besar di Riau.
Tujuan penanaman hutan tanaman industri adalah untuk meningkatkan
produktivitas kawasan hutan yang kurang produktif, mendukung industri hasil hutan dalam negeri guna meningkatkan devisa, melestarikan lingkungan hidup melalui konservasi hutan serta memperluas lapangan kerja dan usaha. Hak pengusahaan hutan tanaman industri diatur dalam pasal 13 Undang – Undang No. 5 tahun
1967, kemudian lebih lanjut diatur dalam peraturan pemerintah No. 7 tahun 1990
tentang hak pengusahaan hutan industri serta diatur dalam surat keputusan
Menteri
Kehutanan
No.228/Kpts-II/1990
tentang
cara
dan
persyaratan
permohonan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI). HPHTI adalah
hak untuk mengu-sahakan hutan produksi yang kegiatannya mulai dari
penanaman, pemeliharaan, pemungutan, pengolahan dan pemasaran.
Tanaman sagu memiliki banyak kegunaan diantaranya dapat berperan
sebagai pengaman lingkungan karena dapat mengemisi gas CO2 yang di transmisikan dari rawa dan gambut ke udara, dapat mengkonversi air tanah karena
tanaman sagu menghendaki kondisi kelembaban tanah yang tinggi (Bintoro,2008).
Selain itu, PT. National Timber and Forest Product dan PT. Sampoerna tbk. ingin
membuat suatu bahan bakar yang dapat diperbaharui. Sagu merupakan tanaman
penghasil pati yang sangat besar, satu batang sagu dapat menghasilkan pati 200400 kg sehingga sangat potensial untuk dijadikan bio-etanol.
Letak Geografis
P.T. National Timber and Forest Product terletak di Kecamatan Tebing
Tinggi, Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau. Secara geografis terletak pada 00 32’
-10 08’ LU dan 1010 43’ – 1030 08’ BT dengan ketinggian 0 – 50 meter diatas
permukaan laut. Lokasi perkebunan sagu yang dikelola oleh PT. National timber
and Forest product unit HTI Murni Sagu secara administratif menempati beberapa
desa yaitu Desa Tanjung Sari, Desa Kayu Ara, Desa Sungai Pulau, Desa Kepau
Baru, Desa Teluk Buntal, Desa Sungai Tohor dan Desa Tanjung Gadai.
Areal P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu
disebelah timur berbatasan dengan Tanjung Sari dan Tanjung Gadai, sebelah barat berbatasan dengan kampung daerah Penekat, dan areal HPH PT. Uniseraya.
Sebelah Utara berbatasan dengan HPH P.T Uniseraya dan disebelah selatan
berbatasan dengan Kepau Baru dan Teluk Buntal. Lokasi Kebun Sagu PT National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu berjarak lebih kurang 150
km dari Pekan Baru yang ditempuh melalui jalan laut. PT. National Timber and
Forest Product Unit HTI Murni Sagu telah membudidayakan sagu pada 12 fasa
(satu fasa terdiri atas 20 petak, satu petak luasnya 50 hektar). Lokasi fasa tersebut
sebagai berikut: fasa 1, 2 dan 3 terletak di sekitar Kepau Baru dan Kampung Baru.
Fasa 4, 6,dan 8 terletak di DesaTeluk Kepau. Areal fasa 5 dan 7 terletak di Desa
Teluk Buntal dan Tanjung Gadai dan areal fasa 9, 10, dan 11 terletak di Desa
Sungai Pulau.
Keadaan Tanah dan Iklim
Jenis tanah yang terdapat di P.T. National Timber and Forest Product unit
HTI Murni sagu terdiri atas jenis tanah Organosol seluas 19 820 hektar (99,60 %)
dan jenis tanah alufial seluas 80 hektar ( 0,4 %) dengan topografi datar kemiringan lahan termasuk kelas lereng LI (0–8%). Reaksi tanah tergolong sangat masam dengan ph H2O antara 3.4 - 4.8.
Kedalaman lapisan gambut berkisar 3 –5 m dari permukaan tanah. Tanah
organosol atau biasa disebut tanah histosol merupakan tanah dengan kandungan
bahan organik lebih dari 20% yang dalam istilah sehari – hari disebut gambut.
Gambut dibentuk oleh timbunan bahan sisa tanaman yang berlapis-lapis hingga
mencapai ketebalan >30 cm. Proses penimbunan merupakan proses geogenik (bukan pedogenik seperti tanah mineral) yang berlangsung dalam waktu lama (Noor,
2001)
Gambut di daerah Riau seperti halnya gambut di daerah tropik Indonesia
lainnya tergolong dalam gambut kayuan yaitu gambut yang berasal dari pohon –
pohon (hutan tiang) beserta tanaman semak (paku – pakuan) di bawahnya. Berdasarkan tingkat kesuburannya, gambut di daerah Riau tergolong dalam oligotrofik
yaitu gambut yang mengandung sedikit mineral khususnya kalsium dan magnesium serta bersifat asam atau sangat asam.
Rata-rata curah hujan tahunan pada periode pengamatan Tahun 1988 1997 mencapai 2 208.9 mm (Tabel Lampiran 2). Curah hujan bulanan pada periode pengamatan tahun 1988-1997 berkisar antara 70 sampai dengan 254 mm dengan rata-rata curah hujan bulanan 174.58 mm. Jumlah hujan harian bulanan berkisar antara 7 sampai dengan 13 hari dengan rata-rata hari hujan bulanan 10.25
hari dan intensitas curah hujan 16.76 mm/hari hujan.
PELAKSANAAN TEKNIS MENEJERIAL KEBUN
Pengorganisasian Kebun
Struktur organisasi PT National Timber and Forest Product berbentuk
garis (line organization), lini satu dengan lini yang lain dalam stuktur organisasi
tersebut dihubungkan oleh garis komando. Pendelegasian wewenang dalam organisasi lini dilakukan secara vertikal melalui garis terpendek dari seorang atasan
kebawahannya (Sumarni dan Soeprihanto, 1993). Pelaporan tanggung jawab dari
bawahan ke atasan juga dilakukan melalui garis vertikal terpendek.
Ciri – ciri organisasi lini : Organisasi relatif kecil dan sederhana, hubungan
antara atasan dan bawahan relatif langsung, puncak pimpinan biasanya pemilik
perusahaan, jumlah karyawan sedikit dan saling kenal, tingkat spesialisasi kurang
begitu tinggi dan alat yang digunakan tidak beranekaragam, puncak pimpinan
merupakan satu-satunya sumber kekuasaan, keputusan dan kebijaksanaan organisasi, masing–masing kepala unit memiliki tanggung jawab penuh atas bidang pekerjaan yang ada di dalam unit kerjanya.
Kelebihan yang dimiliki organisasi lini: kesatuan komando tetap dipertahankan, garis komando dan pengendalian tugas tidak mungkin terjadi kesimpangsiuran karena pimpinan langsung berhubungan dengan karyawan, proses
pengambilan keputusan, kebijaksanaan dan instruksi berjalan cepat dan tidak bertele-tele. Pengawasan melekat secara ketat terhadap kegiatan karyawan dapat
dilaksanakan, kedisiplinan dan semangat kerja karyawan umumnya baik, koordinasi umumnya mudah dilaksanakan, rasa solidaritas karyawan umumnya tinggi
karena masih saling mengenal.
Kekurangan yang dimiliki organisasi lini: tujuan pribadi puncak pimpinan
dengan tujuan organisasi seringkali tidak dapat dibedakan, ada kemungkinan puncak pimpinan untuk bertindak secara otoriter, maju/mundur organisasi tergantung
kepada kecakapan puncak pimpinan saja, organisasi secara keseluruhan bergantung kepada satu orang saja, jika pimpinan tidak mampu, organisasi terancam
hancur, kaderisasi dan pengembangan bawahan kurang mendapat perhatian.
Pimpinan puncak di PT. National Timber and Forest Product dipegang
oleh deputi direktur. Diputi direktur memiliki wewenang tertinggi untuk memim-
pin mengelola dan melakukan pengawasan secara tidak langsung terhadap kinerja
kebun. Asisten manejer secara langsung bertanggung jawab kepada manejer lapangan atas pelaksanaan pengelolaan kebun. Kepala bagian memberikan instruksi,
bimbingan dan pengarahan kepada kepala seksi atas pengelolaan kebun.
Pengelolaan kebun di PT National Timber and Forest Product Unit HTI
Murni Sagu dilaksanakan secara sektoral, artinya wilayah perkebunan ini dibagi
menjadi beberapa bagian yang masing–masing dipimpin oleh kepala bagian.
Kepala bagian bertanggung jawab terhadap pelaksanaan teknis dan menejerial
bagian yang dipimpinnya. Terdapat lima bagian dalam stuktur organisasi PT.
National Timber and Forest Product Unit HTI murni sagu yaitu administrasi,
pengembangan infrastuktur, persiapan lahan dan penanaman, pemeliharaan serta
bagian umum. Kepala seksi berada dibawah garis komando kepala bagian. Kepala
seksi mengelola kebun seluas satu fasa (1 000 hektar) dan mengelola karyawan di
areal tersebut. Dalam mengelola fasa, kepala seksi dibantu oleh wakil kepala seksi
dan berberapa orang pengawas.
Deskripsi Kerja Karyawan
Karyawan Harian Kontrak
Karyawan harian kontrak di PT National Timber and Forest Product Unit
HTI Murni Sagu berasal dari Pacitan, Jawa Timur. Karyawan harian kontrak
bertugas melaksanakan seluruh kegiatan teknis langsung di lapang. Masa kontrak
karyawan selama lima bulan, setelah masa kontrak berakhir karyawan dapat
melanjutkan masa kontrak (sambung kontrak) apabila perusahaan menilai kerja
karyawan bagus dan karyawan yang bersangkutan bersedia.
Karyawan harian kontrak bekerja 7 jam sehari, enam hari seminggu (hari
jumat libur, minggu tetap bekerja). Karyawan harian kontrak mulai bekerja pukul
06.00 WIB. Pukul 09.00 WIB karyawan beristirahat selama 15 menit untuk sarapan, pengawas memberi pengarahan sewaktu istirahat. Karyawan beristirahat
kembali pada pukul 11.30 WIB selama satu jam, kemudian bekerja lagi sampai
pukul 14.00 WIB.
Upah yang diperoleh karyawan harian kontrak sebesar Rp 26 000 pada
masa kontrak pertama dan dibayar jika kontrak berakhir, jika mereka memperpanjang kontrak akan mendapatkan tambahan gaji sebesar Rp 5 000. Untuk memenuhi kebutuhan sehari–hari, karyawan membeli dari koperasi karyawan dengan
sistem hutang (bon) yang akan dibayar diakhir kontrak dengan pemotongan upah
kontrak. Pemotongan upah tidak diberikan kepada karyawan yang sakit, tetapi jika
karyawan tersebut tidak bekerja dengan alasan yang lain, maka dikenakan pemotongan hari kerja. Setiap satu hari tidak bekerja dikenakan denda berupa pemotongan gaji dua hari kerja. Bonus sebesar Rp 87 000 diberikan kepada karyawan
yang bekerja selama sebulan penuh. Bila kontrak sudah berakhir, maka karyawan
harian kontrak akan mendapatkan Rp 500 000 sebagai uang kontrak. Setiap regu
karyawan harian kontrak terdiri atas 9-12 orang dan dipimpin oleh seorang kepala
regu. Kepala regu memperoleh tambahan upah Rp 50 000 setiap bulannya. Bonus
Rp 300 000 diberikan kepada setiap regu yang hasil kerjanya dinilai baik oleh
kepala seksi.
Karyawan Harian Lokal dan Karyawan Bulanan
Karyawan harian lokal merupakan tenaga kerja yang direkrut dari masyarakat disekitar kebun PT National Timber and Forest Product Unit HTI Murni
Sagu. Perekrutan karyawan harian lokal dan karyawan bulanan tidak melalui sistem kontrak. Karyawan harian lokal dan bulanan diperbantukan untuk mengawasi
kerja karyawan harian kontrak.
Pengawas Kebun
Pengawas merupakan orang yang bertugas mengawasi kegiatan yang
dilaksanakan oleh karyawan harian kontrak. Untuk menunjang keberhasilan kerjanya, seorang pengawas harus mampu menyampaikan informasi yang diterimanya
dari kepala seksi dan wakil kepala seksi, menegur karyawan harian kontrak bila
terjadi kesalahan dan memotivasi karyawan. Pengawas menerima pengarahan dari
kepala seksi atau wakil kepala seksi mengenai lokasi kerja dan kegiatan yang akan
dilakukan oleh karyawan harian kontrak. Pengawas bekerja 7 jam sehari. Pengawas hadir dilokasi pukul 06.00 WIB untuk melaksanakan absensi. Pada saat
istirahat pukul 09.00 WIB pengawas biasanya memberikan pengarahan singkat
kepada harian kontrak mengenai kegiatan yang akan dan sudah dilaksanakan.
Pengawas berkoordinasi kepada kepala regu bila ada karyawan harian kontrak
yang bekerja tidak sesuai anjuran dan tidak menurut saat dinasehati oleh pengawas. Selain mengawasi kegiatan teknis di kebun, pengawas juga menilai kegiatan
karyawan harian kontrak yang dilaksanakan sebagai acuan memberikan intensif
pada reguan tersebut. Kategori yang dinilai pengawas dalam pemberian intensif
regu adalah kedisipinan sewaktu bekerja, hasil kerja yang diperoleh, dan kepatuhan anggota regu kepada instruksi yang diberikan pengawas.
Wakil kepala seksi dan kepala seksi menilai hasil kerja karyawan, pengawas yang hasil kerjanya baik akan memperoleh intensif sebesar 50 000 rupiah per
bulan. Wakil kepala seksi atau kepala seksi akan menegur dan memberi peringatan kepada pengawas yang kinerjanya buruk seperti sering terlambat berangkat
ke kebun dan meninggalkan kebun sewaktu jam kerja. Pengawas menulis laporan
absensi dan hasil kerja karyawan harian kontrak setiap hari. Pengawas juga melaporkan kendala dan hambatan dalam bekerja kepada wakil kepala seksi.
PELAKSANAAN TEKNIS BUDIDAYA
Persiapan Bahan Tanam
Bahan tanam di PT. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni
Sagu diperoleh dari pengumpul bibit dari daerah disekitar Kebun Sagu PT. National Timber and Forest Product dengan harga Rp 2 000/bibit. Bibit yang akan
disemai diseleksi terlebih dahulu diseleksi oleh kepala seksi dan pengawas pembibitan. Penyeleksisn bibit berdasarkan bentuk, ukuran, bobot dan kesegaran bibit
(Gambar 1.)
Gambar 1. Bibit sagu yang diseleksi.
Kriteria bibit yang sehat adalah:
Bibit masih segar dengan pelepah masih hijau
Bibit sudah tua,dicirikan bonggol sudah keras
Pelepah dan pucuk masih hidup
Tidak terserang hama dan penyakit
Rata-rata bobot bibit 4 kg
Bibit yang memenuhi kriteria tapi ukurannya kecil dihitung setengah
Bibit yang tidak memenuhi kriteria diafkirkan. Pengangkutan bibit dari tempat
persemaian bahan tanam ketempat persemaian menggunakan kereta kecil (loko).
Persemaian
Bibit yang akan disemai terlebih dahulu dipotong dengan panjang ± 40 cm
dari banir, pemotongan untuk mempercepat tumbuhnya tunas. Bibit yang telah dipangkas kemudian direndam kedalam larutan fungisida untuk mencegah serangan
jamur.
Pada penyemaian di PT. National Timber and Forest Product Unit HTI
Murni Sagu digunakan sistem rakit di kanal. Rakit dibeli dari dari masyarakat
setempat dengan harga Rp 5 000/ rakit. Rakit berukuran panjang 3 m dengan lebar
1 m, terbuat dari pelepah sagu yang telah kering. Sebuah rakit dapat memuat 7080 bibit tergantung ukuran bibit. Bibit disusun di rakit dengan bagian banir terendam air. Persemaian dilakukan selama tiga bulan. Saat itu bibit rata-rata sudah
memiliki 2-3 daun.
Terdapat berbagai cara persemaian. Pada masyarakat Riau persemaian
yang dilakukan adalah persemaian sistem rakit di kanal, sedangkan Departemen
Pertanian Malaysia khususnya di Serawak melakukan persemaian sistem kolam
lumpur. Persemaian dengan polibeg walaupun jarang dilakukan tetapi masih
mungkin dilakukan, oleh sebab itu perlu dilakukan percobaan persemaian bibit
sagu dengan berbagai sistem persemaian untuk mengetahui sistem persemaian
terbaik.
Metode Pengambilan Data Kegiatan Persemaian
Pengambilan data persemaian sagu dilakukan secara langsung dengan
membuat rancangan percobaan pengaruh media tumbuh dan bobot bibit (abut) terhadap pertumbuhan vegetatif abut. Rancangan percobaan yang digunakan adalah
rancangan petak terpisah (split plot) dengan dua faktor. Faktor yang pertama adalah media tumbuh sebagai petak besar (petak utama) dan faktor yang kedua adalah
bobot bibit sebagai petak kecil (anak petak). Metode persemaian yang digunakan
ada tiga yaitu metode persemaian kanal dengan media tumbuh air, metode persemaian kolam dengan media tumbuh lumpur, dan metode persemaian polibeg dengan media tumbuh tanah bobot abut yang digunakan memiliki bobot memiliki
bobot 2, 3, 4 kg
Model yang digunakan yang digunakan untuk percobaan ini adalah adalah
sebagai berikut
Yijk = μ +
k+
Ai + Bj + (AB)ij +
ik +
ɛijk
Keterangan
Yijk
= nilai pengamatan dari faktor media-i, bobot ke-j,dan ulangan ke-k
μ
= nilai tengah umum
k
= pengaruh ulangan ke-k
Ai
= Pengaruh faktor media tumbuh ke-i
Bj
= pengaruh faktor bobot abut ke-j
( AB)ij = interaksi faktor A kei dan faktor B ke-j
ik
ɛijk
= pengaruh faktor A ke-i dan ulangan ke-k
= pengaruh galat percobaan perlakuan media ke-i, bobot abut ke-j, ulangan
ke-k
Pengaruh perlakuan media tanam, bobot abut dan interaksi keduanya
diketahui dengan mengunakln uji F.jika hasil sidik ragamnya menunjukkan hasil
yang nyata, maka dialnjutkan dengan uji Duncan Mltiple Range Test (DMRT)
pada taraf 5%. Percobaan diasumsikan memiliki pengaruh yang bersifat aditif,
galat percobaan saling bebas dan menyebar normal, dan ragam percobaan bersifat
homogen.
Hipotesis
Terdapat pengaruh yang berbeda dari masing-masing media tumbuh dan
bobot abut terhadap pertumbuhan vegetatif bibit sagu.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bibit sagu yang mempunyai kriteria sehat,
bebas serangan hama dan penyakit, mempunyai banir berbentuk L, mempunyai
perakaran yang cukup, merupakan sagu duri. Rakit yang digunakan untuk persemaian kanal berukuran panjang 3 meter dan lebar 1 meter, terbuat dari pelepah sagu yang kering. Polibeg yang digunakan berukuran 40cmx45cm. Kolam persemaian untuk persemaian dengan media rumput memiliki ketinggian air 5-10 cm.
Alat yang digunakan adalah kantong plastik pembungkus es lilin, spidol permanen, tali plastik, timbangan, meteran dan fungisida Cobox WP 200.
Pelaksanaan Persemaian
Abut yang digunakan dipangkas denagn ukuran 40 cm diatas banir dan
direndam dalam larutan Cobox WP 200 dengan konsentrasi 4 g/10 l air. Abut
kemudian ditimbang dan dikelompokkan menjadi abut ukuran 2, 3, 4 kg. Kolam
yang digunakan untuk persemaian dengan media lumpur dibersihkan dari gulma
dan akar pakis. Polibeg diisi dengan tanah disekitar penelitian. Kanal yang
digunakan untuk persemaian air dibersihkan dari gulma air. Bibit sagu ditata
sedemikian rupa di kolam, kanal dan polibeg sehingga menjadi rancangan petak
terpisah.
Waktu Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan interval dua minggu sekali. Pengamatan
dilakukan selama dua bulan mulai bulan April sampai Juni 2008.
Pengamatan
Peubah yang diamati dalam percobaan ini adalah:
¾ Panjang tunas. Panjang tunas diukur mulai dari pangkal pemangkasan sampai
titik teratas bibit, baik ketika masih berupa tunas maupun setelah berubah
menjadi daun
¾ Jumlah daun. Jumlah daun yang di hitung berdasarkan jumlah keseluruhan
daun yang ada di bibit
¾ Lebar daun. Lebar daun diukur ketika daun sudah mekar pada daun pertama
dan yang di ukur adalah bagian yang terlebar dari daun
¾ Jumlah bibit yang hidup. seluruh bibit yang digunakan dihitung jumlah yang
hidup
Pemupukan
PT. National Timber and Forest Product unit HTI Murni Sagu terletak di
kawasan hutan tropis. Keadaan hutan tropis berbeda dengan hutan iklim sedang
dan iklim dingin. Bila di hutan tropis, akan terlihat bahwa terdapat banyak hara,
tetapi hara tidak tersimpan dalam tanah melainkan dalam tubuh tumbuhan yang
masih hidup. Di daerah tropis yang panas dan lembab dekomposisi berjalan sangat
cepat, bila dibarengi curah hujan yang tinggi maka hasil dekomposisi akan cepat
hilang dibawa air tanah ke tempat lain, akibatnya kesuburan cepat berkurang
padahal cadangan makanan (hara) tersedia sedikit di dalam tanah (Rososoedarmo
dan Kartawinata, 1984). Pembukaan hutan dan perubahan fungsi hutan menjadi
kebun menyebabkan kehilangan hara dari tanah semakin cepat dan bahan