Prediksi Kebutuhan Air Sektor di Kawasan DAS Cidanau Hulu

PREDIKSI KEBUTUHAN AIR SEKTOR DI KAWASAN
DAS CIDANAU HULU

RINGGIT RESTU WIANTI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Prediksi Kebutuhan Air
Sektor Di Kawasan DAS Cidanau Hulu adalah benar karya saya dengan arahan
dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013
Ringgit Restu Wianti
NIM F44090040

ABSTRAK
RINGGIT RESTU WIANTI. Prediksi Kebutuhan Air Sektor di Kawasan DAS
Cidanau Hulu. Dibimbing oleh M. YANUAR JARWADI PURWANTO.
Air merupakan kebutuhan paling penting bagi kehidupan, baik kebutuhan
sektor domestik, industri, pertanian maupun peternakan. Cidanau hulu merupakan
salah satu kawasan yang memiliki jumlah penduduk sejak lama dan telah
berkembang menjadi kawasan pemukiman pedesaan yang padat. Selama ini
ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air baku berasal dari sumber air di
DAS Cidanau. Perkembangan wilayah hulu tersebut semakin pesat dengan
berkembangnya sektor ekonomi dan penduduk. Maka dari itu tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah untuk menganalisis kebutuhan air kawasan di wilayah DAS
Cidanau yaitu Kecamatan Cinangka, Padarincang dan Ciomas, serta memprediksi
kebutuhan air di wilayah tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai kebutuhan air pada setiap sektor di wilayah DAS Cidanau
hulu dan memberikan informasi tentang kebutuhan air di wilayah tersebut yang
akan datang, sehingga dapat mendorong keterpaduan antara pembangunan dan

pengelolaan air. Data yang diperlukan yaitu data Kota Cilegon dalam angka tahun
2005, 2008, dan 2011. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa
kebutuhan air di kawasan DAS Cidanau hulu pada tahun 2005 hingga tahun 2011
mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan wilayah. Pada tahun 2050
kebutuhan air agar tercapai swasembada pangan adalah sebesar 2,1 m3/detik.
Kata kunci: Cidanau, Daerah Aliran Sungai (DAS), kebutuhan air

ABSTRACT
RINGGIT RESTU WIANTI. Prediction Of Water Requirement Sector in
Upstream of Cidanau Watershed. Supervised by M. YANUAR JARWADI
PURWANTO.
Water is the most important thing for life, including domestic, industry,
agriculture, and animal husbandry . Upstream of Cidanau watershed is a region
that has a population that is growing increasingly rapidly. During this time, the
availability of water for the fulfillment of raw water needs derived from Cidanau
River. The development of the upstream region increase progressively with the
growing of economic and population sector. Therefore, the goal of this research is
to analyze the water requirement in the region of Cidanau watershed that is Subdistrict Cinangka, Padarincang and Ciomas, and also to predict the water needs in
the region. This research is expected to provide information about the water
requirement on every sector in the upstream region of Cidanau watershed and

provide information about the water requirement in the region that will come, so
that it can encourage the balance between development and water management.
The necessary data are data in Cilegon city figures in 2005, 2008, and 2011.
Based on the calculation, it can be concluded that water requirement in the
upstream region of Cidanau watershed in 2005 until 2011 has increased with the
teritory. In 2050 water requirement in order to achieve food self-sufficiency is at
2.1 m3/second.
Keywords: Cidanau, watershed, water needs

PREDIKSI KEBUTUHAN AIR SEKTOR DI KAWASAN
DAS CIDANAU HULU

RINGGIT RESTU WIANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Prediksi Kebutuhan Air Sektor di Kawasan DAS Cidanau Hulu
Nama
: Ringgit Restu Wianti
NIM
: F44090040

Bogor, September 2013
Disetujui,
Pembimbing Akademik

Dr. Ir. M. Yanuar Jarwadi Purwanto, M.S., IPM
NIP. 19590425 198303 1 002

Diketahui oleh


Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr
Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karunia
yang telah diberikan sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
dilaksanakan bulan Februari-Juni 2013 dengan judul Prediksi Kebutuhan Air
Sektor di Kawasan DAS Cidanau Hulu.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang membantu
dalam penyusunan skripsi ini, yaitu Dr.Ir. M. Yanuar J. Purwanto, M.S., IPM
selaku dosen pembimbing akademik, kedua orang tua penulis dan rekan-rekan
mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan Angkatan 2009.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat diperlukan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga ide yang disampaikan
dalam skripsi ini dapat tersampaikan dengan baik dan memberikan manfaat bagi
pihak yang membutuhkan.


Bogor, September 2013
Ringgit Restu Wianti

DAFTAR ISI
PRAKATA

i

DAFTAR ISI

ii

DAFTAR TABEL

iii

DAFTAR GAMBAR

iii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

3

METODE

5

Waktu dan Tempat

5

Alat dan Bahan

5


Prosedur Penelitian

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

DAS Cidanau

8

Kebutuhan Air Penduduk

9

Kebutuhan Air Industri

10


Kebutuhan Air Pertanian

12

Kebutuhan Air Peternakan

13

Total Kebutuhan Air dan Kebutuhan Prediksi di Masa Yang Akan Datang

15

SIMPULAN DAN SARAN

18

Simpulan

18


Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

33

DAFTAR TABEL
1

Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kota dan
Jumlah Penduduk
2 Standar Kebutuhan Air yang Digunakan dalam Penelitian
3 Koefisien dan Standar Kebutuhan Air
4 Skenario kebutuhan hidup masyarakat

4
6
7
15

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Peta DAS Cidanau
Kebutuhan air aktual penduduk
Prediksi jumlah penduduk hingga tahun 2050
Kebutuhan air aktual industri
Prediksi jumlah industri hingga tahun 2050
Kebutuhan air aktual pertanian
Prediksi luas lahan pertanian hingga tahun 2050
Kebutuhan air aktual peternakan
Prediksi jumlah hewan ternak hingga tahun 2050
Kebutuhan air swasembada daging
Kebutuhan air swasembada beras
Kebutuhan air swasembada daging dan beras

8
9
10
10
11
12
13
14
14
16
17
17

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Jumlah keluarga di Kecamatan Cinangka Padarincang, dan Ciomas
Jumlah Industri di Kecamatan Cinangka Padarincang, dan Ciomas
Jumlah lahan pertanian dan kebutuhan air di Kecamatan Cinangka
Padarincang, dan Ciomas
4 Jumlah hewan ternak dan kebutuhan air di Kecamatan Cinangka
Padarincang, dan Ciomas
5 Jumlah prediksi kebutuhan air penduduk di Kecamatan Cinangka
Padarincang, dan Ciomas
6 Jumlah prediksi kebutuhan air industri di Kecamatan Cinangka
Padarincang, dan Ciomas
7 Jumlah prediksi kebutuhan air pertanian di Kecamatan Cinangka
Padarincang, dan Ciomas
8 Jumlah prediksi hewan ternak di Kecamatan Cinangka Padarincang,
dan Ciomas
9 Jumlah prediksi kebutuhan air swasembada daging di Kecamatan
Cinangka Padarincang, dan Ciomas
10 Jumlah prediksi kebutuhan air swasembada beras di Kecamatan
Cinangka Padarincang, dan Ciomas

21
22
23
24
26
27
28
29
30
31

11 Jumlah prediksi kebutuhan air swasembada daging dan beras di
Kecamatan Cinangka Padarincang, dan Ciomas

32

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air adalah salah satu kebutuhan utama bagi kehidupan, baik kebutuhan
sektor domestik, industri, pertanian maupun peternakan. Kebutuhan akan air
bersih masih menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh kebanyakan
masyarakat Indonesia. Kebutuhan manusia akan air bersih mencakup kebutuhan
domestik (memasak, mencuci, mandi, dan lainnya) dan kebutuhan non domestik
seperti pertanian, peternakan, industri, dan untuk sosial. Kebutuhan air yang
dikonsumsi oleh masing – masing pemakaipun berbeda – beda. Beberapa faktor
yang mendorong adanya perbedaan tingkat pemakaian air tersebut yaitu iklim,
jumlah penduduk, pembangunan, ekonomi, kualitas air baku, dan konservasi air.
Sumber air baku yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan domestik
dan non domestik dapat dibagi menjadi dua, yaitu air permukaan dan airtanah. Air
permukaan dapat bersumber dari sungai, danau, dan air hujan.
Air sungai dimulai dari daerah yang lebih tinggi di kawasan pegunungan
atau perbukitan dan berakhir di kawasan pesisir atau tepi pantai. Daerah tempat
aliran sungai berawal disebut sebagai daerah hulu sungai, dan daerah tempat
aliran sungai berakhir disebut sebagai daerah hilir. Pada dasarnya pembangunan
wilayah khususnya di negara berkembang seperti Indonesia merupakan suatu
proses yang meliputi perubahan struktur ekonomi, sosial, fisik wilayah,
sumberdaya alam, dan lingkungan hidup. Pembangunan wilayah di daerah hulu
akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan air di hulu sungai, untuk itu perlu
adanya prediksi kebutuhan air yang akan datang agar kebutuhan air dapat terus
terpenuhi.
Pembangunan dikatakan berhasil apabila pengelolaan sumber daya alam
dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia dengan keseimbangan dan
kelestarian alam yang dapat dijaga. Sumber daya alam mempunyai daya dukung
yang terbatas, oleh karena itu dalam pemanfaatannya untuk kepentingan manusia
harus arif dan memperhatikan prinsip pembangunan yang berkelanjutan yaitu
prinsip yanng memperhatikan konservasi sumberdaya lahan, air, dan sumber daya
genetik baik tanaman maupun hewan sehingga tidak menimbulkan kerusakan
mutu lingkungan hidup (Adhisyah 2003).
Cidanau hulu merupakan salah satu kawasan yang memiliki jumlah
penduduk sejak lama dan telah berkembang menjadi kawasan pemukiman
pedesaan yang padat. Selama ini ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air
baku berasal dari sumber air di DAS Cidanau. Perkembangan wilayah hulu
tersebut semakin pesat dengan berkembangnya sektor ekonomi dan penduduk.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan air baku di Kawasan DAS Cidanau Hulu
yang dari tahun ke tahun semakin meningkat maka diperlukan ketersediaan air
yang cukup dan mempunyai kualitas yang memadai. Salah satu sumber air yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku yaitu berasal dari sumber air
Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau.
Daerah hulu Sungai Cidanau merupakan cagar alam Rawa Danau dan
bermuara di Selat Sunda. DAS Cidanau memiliki fungsi untuk memenuhi
kebutuhan air baku di Kabupaten Serang. Kebutuhan air tesebut mencakup

2
berbagai sektor, yaitu industri, kebutuhan domestik, pertanian, peternakan, dan
perikanan. Perkembangan wilayah di hulu dan hilir DAS Cidanau mengalami
peningkatan sehingga dapat meningkatkan kebutuhan air di hulu dan hilir DAS
Cidanau. Agar pemanfaatan air pada DAS Cidanau dapat dimanfaatkan secara
efisien, maka perlu adanya pengelolaan sumberdaya air terpadu agar air di DAS
Cidanau dapat dimanfaatkan tidak hanya di hilir sungai, tapi di hulu sungai pun
dapat dimanfaatkan dengan baik. Pengelolaan sumberdaya air terpadu merupakan
suatu proses yang mendorong keterpaduan antara pembangunan dan pengelolaan
air, tanah, dan sumber daya lainnya, dengan tujuan untuk memaksimalkan
kesejahteraan sosial ekonomi dan memperhatikan keberlanjutan ekosistem.

Perumusan Masalah
Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup. Dalam melakukan
kegiatan sehari – hari setiap makhluk hidup di bumi tidak dapat terlepas dari
kebutuhannya akan air. Seiring dengan perkembangan jaman peningkatan
kebutuhan air semakin besar. Hal ini diakibatkan karena pertumbuhan penduduk
yang tinggi sehingga dapat mempengaruhi beberapa faktor yaitu pertumbuhan
industri, ternak, pertanian, dan perikanan. Sebagai dasar kehidupan, keberadaan
air sangat penting, sehingga diperlukan pengelolaan sumber daya air terpadu agar
kebutuhan air dapat dimanfaatkan secara efisien dan merata.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis kebutuhan air kawasan di wilayah DAS Cidanau yaitu
Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas.
2. Memprediksi kebutuhan air di Kecamatan Cinangka, padarincang, dan
Ciomas pada masa yang akan datang.
Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini:
1. Memberikan informasi mengenai kebutuhan air pada setiap sektor di
wilayah DAS Cidanau Hulu.
2. Memberikan informasi kebutuhan air di wilayah DAS Cidanau Hulu
pada masa yang akan datang.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini:
1. Penelitian dilakukan di DAS Cidanau hulu yaitu pada Kecamatan
Cinangka, Padarincang, dan Ciomas.
2. Penelitian ini membahas tentang kebutuhan air pada empat sektor yaitu
penduduk, pertanian, industri, dan peternakan. di DAS Cidanau hulu
secara aktual dan prediksi.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak- anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di
laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan (UU
No. 7 Tahun 2004). Suatu DAS dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian
hulu, bagian tengah, dan bagian hilir. Bagian hulu berfungsi sebagai konservasi
yang dikelola untuk memepertahankan kondisi lingkungan DAS. Bagian tengah
dan hilir berfungsi untuk pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk memberikan
manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi.
DAS sebagai suatu sistem hidrologi dalam suatu wilayah dapat dikenali
bentuk dan ukuran – ukuran luasnya secara geografis. Bentuk dan ukuran DAS
berbeda antara DAS yang satu dengan DAS yang lainnya. DAS merupakan
kumpulan dari Sub DAS yang lebih kecil, tergantung pada pola jaringan aliran
sungai yang ada (Andriyanto 2007).
Pengelolaan Sumber Daya Air
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004
Tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, setiap Wilayah Sungai
diharuskan memiliki Pola Pengelolaan Sumber Daya Air. Pola Pengelolaan
Sumber Daya Air yang merupakan kerangka dasar dalam merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air dengan prinsip
keterpaduan antara air permukaan dan air tanah dengan melibatkan peran
masyarakat dan dunia usaha. Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun
2004 Tentang Sumber Daya Air, menguraikan mengenai 5 (lima) aspek dalam
pengelolaan sumber daya air, yaitu Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan
Sumber Daya Air, Pengendalian Daya Rusak Air, Sistem Informasi Sumber Daya
Air serta Pemberdayaan Masyarakat (Stakeholders). Dalam 20 tahun ke depan,
Pengelolaan SDA diarahkan untuk menjaga keseimbangan antara pelaksanaan
konservasi SDA, pendayagunaan SDA, dan pengendalian daya rusak air.
Dengan berlakunya UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
tersebut, maka tahapan pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai adalah
sebagai berikut, sebelum dilakukannya penyusunan Rencana Induk (master plane)
Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai, terlebih dahulu perlu dilakukan
penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang berisi :
1. Tujuan umum pengelolaan sumber daya air
2. Dasar – dasar pengelolaan sumber daya air
3. Prioritas dan strategi dalam mencapai tujuan
4. Konsepsi kebijakan kebijakan dasar pengelolaan sumber daya air
5. Rencana pengelolaan strategis

4
Pada dasarnya DAS berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan,
daerah penyimpanan air, penangkap hujan dan pengalir air. Sedangkan ditinjau
dari wilayahnya DAS dapat terdiri dari tiga bagian yaitu bagian hulu, tengah, dan
hilir. Pengelolaan DAS merupakan ilmu terapan untuk perlindungan, perbaikan,
dan pengembangan DAS. Pengembangan DAS adalah rangkaian upaya yang
dilakukan oleh manusia untuk memanfaatkan sumber daya alami DAS, guna
memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf hidup manusia (Adhisyah
2003)
Kebutuhan Air Kawasan
Air merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia. Hampir
seluruh kegiatan manusia membutuhkan air, kebutuhan air itu sendiri bervariasi
sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan. Kebutuhan air bagi masing – masing
orang tidak sama, hal ini tergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah
tingkat sosial, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, kebiasaan penduduk, dan
letak geografis. Kebutuhan dasar air pada tiap individu, digunakan untuk
memenuhi keperluan, minum, masak, mencuci, dan lain – lain (Andriyanto 2007).
Tabel 1 Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kota dan
Jumlah Penduduk
Jumlah Kebutuhan Air
(l/org/hari)
>2.000.000
Metropolitan
>210
1.000.000 – 2.000.000
Metropolitan
150 – 210
500.000 – 1.000.000
Besar
120 – 150
100.000 – 500.000
Besar
100 – 120
20.000 – 100.000
Sedang
90 – 100
3.000 – 20.000
Kecil
60 – 100
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU dalam Direktorat
Pengairan dan Irigasi Bappenas, 2006.
Jumlah Penduduk

Jenis Kota

Sedangkan kebutuhan air untuk industri merupakan kebutuhan untuk
kegiatan produksi meliputi bahan baku, pekerja, industri dan kebutuhan
pendukung industri lainnya. Menurut Erwan dkk (1996) dalam SNI 2002, untuk
memperoleh data yang akan digunakan untuk menghitung kebutuhan air industri
diperlukan kuesioner dan wawancara langsung, namun jika datanya terbatas maka
prediksi penggunaan air dapat menggunakan standar dari Direktorat Teknik
Penyehatan, Ditjen Cipta Karya Depertemen Pekerjaan Umum. Besar kebutuhan
rata-ratanya adalah 2.000 lt/unit/hari atau 500 lt/hari/karyawan (Nippon Koei,
1995 dalam SNI, 2002).
Kebutuhan air tanaman merupakan suatu gambaran besarnya kebutuhan
air untuk keperluan tumbuhnya tanaman sampai tanaman itu siap panen.
Kebutuhan air ini harus dipertimbangkan terhadap jenis tanaman, keadaan medan
tanah, sifat – sifat tanah, cara pemberian air, pengolahan tanah, iklim, waktu
tanam ( pola tanam ), kandungan air tanah, efisiensi irigasi, curah hujan efektif,
koefisien tanaman bulanan, pemakaian air konsumtif, perkolasi, kbutuhan air
untuk tanaman dan kebutuhan air di lingkungan tanaman. Untuk tanaman padi

5
kebutuhan airnya tergantung pada fase pertumbuhannya kebuthan air tanaman
berbeda untuk setiap fase, hal ini dikarenakan pada setiap fase tanam, tanaman
memiliki koefisien kebutuhan air yang berbeda. Padi pada fase awal mempunyai
koefisien kebutuhan air tanaman sebesar 1,2 sedangkan pada fase pertumbuhan
mempunyai koefisien kebutuhan air tanaman sebesar 1,1 dan pada fase
pematangan mempunyai koefisien kebutuhan air tanaman sebesar 1,05
(Andriyanto 2007).
Bidang peternakan juga membutuhkan air yaitu untuk air minum ternak,
tempat makan ternak, pengoprasian peternakan yang memproduksi susu dan
kebutuhan lainnya di lahan peternakan. Kebutuhan air perikanan merupakan
tingkat kebutuhan air yang diperlukan untuk perikanan. Penggunaan air yang
dimaksud adalah penggunaan air untuk kolam. Kolam untuk perikanan sendiri
terdiri dari berbagai tipe, misalnya kolam untuk pemijahan, kolam pembibitan,
dan kolam pembesaran. Selain jenis kolam, jenis ikan juga akan berpengaruh pada
kebutuhan air tersendiri (BPSDA 2006).

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitiaan mengenai prediksi kebutuhan air di kawasan DAS Cidanau hulu
ini dilakukan di Kabupaten Serang. Penelitiaan ini dilaksanakan selama 5 bulan
terhitung dari Februari sampai Juni 2013.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan:
1. Peta luas lahan dan penggunaannya.
2. Data Kecamatan DAS Cidanau hulu dalam angka tahun 2005, 2008,
2011 yang berupa data kependudukan, pertanian, peternakan, dan industri
yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang.
3. Seperangkat PC/laptop dengan software Microsoft Office
Prosedur Penelitian
Analisis kebutuhan air yang meliputi kebutuhan air untuk irigasi, domestik,
non domestik, industri, peternakan dan perikanan selain dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan air saat ini juga dilakukan untuk kebutuhan air di masa yang
akan datang dimana faktor-faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan air
tersebut akan mengalami perubahan. Perubahan jumlah dan pola penyebaran
penduduk akan mempengaruhi kuantitas kebutuhan air, sedangkan laju perubahan
penggunaan lahan akan menentukan kuantitas kebutuhan air untuk irigasi dan
perikanan. Laju pertumbuhan di setiap sektor dapat dihitung menggunakan rumus:
(

}

6
Keterangan :
r
= laju pertumbuhan pengguna (%)
Pt
= Jumlah pengguna pada tahun ke-t (jiwa)
P0
= Jumlah pengguna pada tahun dasar (jiwa)
t
= selisih tahun Pt dan P0
Sedangkan untuk memproyeksikan jumlah pengguna pada tahun yang akan
datang, digunakan rumus :

Keterangan :
Pt
= Jumlah pengguna pada tahun t (jiwa)
P0
= Jumlah pengguna pada tahun awal dasar (jiwa)
r
= angka pertumbuhan pengguna (%)
t
= banyaknya tahun yang diproyeksikan (tahun)
Sedangkan untuk mendapatkan besarnya kebutuhan air aktual digunakan
persamaan yang merupakan perkalian antara jumlah pengguna pada setiap sektor
dikalikan dengan standar kebutuhan air. Berikut adalah persamaan yang
digunakan
Keterangan :
Kd
= Kebutuhan Air (m3/detik)
Pt
= Jumlah Pengguna
d
= Standar kebutuhan air
Standar kebutuhan air pada setiap sektor berbeda – beda, hal ini dapat
ditinjau dari jenis kegiatan dan jumlah pengguna. Standar kebutuhan air pada
setiap sektor dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Standar Kebutuhan Air yang Digunakan dalam Penelitian
No.

Jenis Pengguna

1.

Domestik
Kebutuhan Tinggi
Kebutuhan Rendah
Industri
Besar
Kecil
Pertanian
Padi
Palawija
Peternakan
Sapi/kerbau
Kambing/domba
Babi
Unggas

2.

3.

4.

Standar
Kebutuhan
120
60

Satuan

Sumber

liter/orang/hari

11.200
2.000

liter/hari

1
0,5

liter/detik

40
5
6
0,6

liter/ekor/hari

Pedoman
Konstruksi
dan
bangunan, PU

BAPPENAS,
2006

7
Kebutuhan air pada setiap sektor memiliki besaran yang berbeda. Dalam
pemenuhan kondisi aktual belum tentu dapat memenuhi seluruh kegiatan yang
berlangsung sehingga perlu dihitung kebutuhan air prediksi yang mneggambarkan
kebutuhan air yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan air secara
menyeluruh. Metode yang digunakan untuk memprediksi jumlah kebutuhan air di
DAS Cidanau ini adalah metode fitting curve dari analisa data series pertumbuhan
wilayah. Rumus yang digunakan untuk mencocokan data adalah sebagai berikut :
KA = ∑

Keterangan :
KA
= Kebutuhan air (m3/detik)
Pij
= Jumlah sektor i
Kj
= Koefisien J
dj
= standar kebutuhan air j
Koefisien pada setiap sektor berbeda – beda besarnya, tergantung pada jenis
dan proses kegiatannya. Sedangkan j dalam hal ini merupakan tingkat
kesejahteraan atau status yang dimiliki oleh setiap pengguna pada setiap sektor.
Koefisien didapatkan dengan Besarnya koefisien dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Koefisien dan Standar Kebutuhan Air
No.
1.

2.

3.

Jenis Pengguna
Domestik
Kebutuhan Tinggi
Kebutuhan Rendah
Industri
Besar
Kecil
Peternakan
Sapi/kerbau
Kambing/domba
Babi
Unggas

Kj

dj
1,2
0,6

90 liter/orang/hari

5,6
1,0

2.000 liter/hari

3,1
0,4
0,5
0,05

12,9 liter/ekor/hari

Koefisiean pada setiap sektor didapatkan dengan membagi standar
kebutuhan pengguna (d) dengan rata – rata kebutuhan air (dj). Sedangkan untuk
kebutuhan air pertanian dilakukan perhitungan kebutuhan total beras. Kebutuhan
total beras dihitung dengan pengalian antara kebutuhan konsumsi beras penduduk
yaitu sebesar 87,825 kg/kapita/tahun dan prediksi jumlah penduduk. Setelah
mendapatkan kebutuhan total beras, maka dapat dihitung luas panen selama
setahun yaitu dengan membagi kebutuhan total beras dengan produktivitas panen
yaitu sebesar 58,74 kw/ha.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
DAS Cidanau
DAS Cidanau merupakan DAS yang berada di wilayah Kabupaten Serang
Propinsi Banten. Dengan luas wilayah 23.095 ha. Secara geografis DAS Cidanau
terletak diantara 06o07’30” - 06o18’00” LS dan 105o49’00” - 106o04’00” BT.
Sebelah utara DAS Cidanau berbatasan dengan Gunung Tukang Gede dan
Gunung Saragean, sebelah timur berbatasan dengan Gunung Pule dan Gunung
Karang, sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Sangkur, Gunung Aseupan
dan Gunung Condong sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda.
Secara administratif DAS Cidanau terletak di 5 kecamatan Kabupaten Serang
yaitu Kecamatan Mancak, Pabuaran, Padarincang, Ciomas, dan Cinangka yang
meliputi 34 desa dan 4 desa di wilayah Kabupaten pandeglang. Bagian hulu DAS
Cidanau terletak di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan
Ciomas.

Gambar 1 Peta DAS Cidanau ( Irsyad 2011 )
Luas wilayah administrasi yang berada di dalam wilayah DAS Cidanau hulu
adalah Kecamatan Cinangka dengan luas wilayah 11.147 ha dengan luas wilayah
yang masuk ke dalam das adalah sebesar 4.272,84 ha, Kecamatan Padarincang
11.090 ha yang seluruh wilayahnya masuk ke dalam DAS Cidanau, Kecamatan
Ciomas dengan luas wilayahnya sebesar 4.884 ha dengan luas wilayah yang
masuk ke dalam DAS Cidanau sebesar 3.686,51 ha. (Nugroho 2006)

9
Kebutuhan Air Penduduk
Kebutuhan air setiap penduduk berbeda – beda tergantung klas sosialnya.
Perkembangan penduduk yang semakin meningkat dapat mengakibatkan
kebutuhan air domestik meningkat.

0,132
Kebutuhan air (m3/detik)

0,13
0,128
0,126
0,124
0,122
0,12
0,118
0,116
0,114
2005

2008

2011

Tahun

Gambar 2 Kebutuhan air aktual penduduk
Gambar 2 menggambarkan kebutuhan air aktual penduduk di tiga
kecamatan di hulu DAS Cidanau, yaitu Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan
Ciomas. Kebutuhan air di ketiga kecamatan tersebut mengalami peningkatan dari
tahun 2005 hingga tahun 2011. Peningkatan ini terjadi karena pertumbuhan
jumlah penduduk yang meningkat tiap tahunnya, sehingga air yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari penduduk mengalami peningkatan.
Kebutuhan air bersih tiap individu digunakan untuk memenuhi keperluan minum,
masak, mencuci, mandi, dan lain – lain.
Pada grafik di atas, kebutuhan air aktual pada tahun 2005 yaitu sebesar
0,115 m3/detik dengan jumlah penduduk sebesar 144.900 jiwa. Pada tahun 2008
kebutuhan air mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,127 m3/detik dengan jumlah
penduduk sebesar 155.792 jiwa. Sedangkan pada tahun 2011 kebutuhan air aktual
mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yaitu
sebesar 0,131 m3/detik dengan jumlah penduduk sebesar 162.760 jiwa. Maka dari
itu untuk kebutuhan air yang akan datang akan mengalami peningkatan seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk di ketiga kecamatan tersebut.
Peningkatan jumlah penduduk hingga tahun 2050 dapat dilihat pada Gambar 3.
Pada Gambar 3 menggambarkan bahwa jumlah penduduk di DAS Cidanau
hulu mengalami peningkatan. Pada tahun 2050 kebutuhan air penduduk
diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan penduduk
yang semakin meningkat. Dengan prosentase peningkatan penduduk sebesar 2%
per tahun, jumlah penduduk di ketiga kecamatan tersebut pada tahun 2050 adalah
sebesar 352.099 jiwa sehingga kebutuhan air akan mencapai 0,44 m3/detik.

10

375000
350000
325000

Jiwa

300000
275000
250000
225000
200000
175000
150000
2014

2020

2026

2032

2038

2044

2050

Tahun

Gambar 3 Prediksi jumlah penduduk hingga tahun 2050
Kebutuhan Air Industri
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang pada tahun 2005
terdapat 1.004 industri kecil di wilayah DAS Cidanau hulu yang terdiri dari
Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas. Sedangkan hanya terdapat satu
industri besar yang terletak di Kecamatan Padarincang. Kebutuhan air industri ini
digunakan untuk proses produksi dan kebutuhan karyawan industri.

Kebutuhan Air (m3/detik)

0,024
0,022
0,02
0,018
0,016
0,014
0,012
0,01
2005

2008
Tahun

2011

Gambar 4 Kebutuhan air aktual industri
Grafik kebutuhan air industri di atas menggambarkan penurunan kebutuhan
air. Hal ini disebabkan karena jumlah industri di ketiga kecamatan tersebut
mengalami penurunan. Pada tahun 2005 kebutuhan aktual adalah sebesar 0,023
m3/detik pada tahun ini jumlah industri kecil 1004 unit dan hanya terdapat satu
industri besar. Namun pada tahun 2008 dan 2011 kebutuhan aktual mengalami

11
penurunan sehingga kebutuhan air aktual yaitu pada tahun 2008 sebesar 0,021
m3/detik dan pada tahun 2011 adalah sebesar 0,015 m3/detik. Penurunan ini
dikarenakan berkurangnya jumlah industri kecil yang berada di ketiga kecamatan
tersebut, pada tahun 2008 jumlah industri kecil adalah sebanyak 908 unit
sedangkan industri bertambah menjadi dua unit. Pada tahun 2011 jumlah industri
kecil menjadi 664 unit dan dua industri besar. Bertambahnya jumlah industri besar
ini dapat diperkirakan bahwa jumlah kebutuhan air yang akan datang akan terus
bertambah karena pada industri besar membutuhkan air yang banyak untuk proses
produksi dan jumlah karyawan yang bertambah.
900

Jumlah Industri (unit)

800
700
600
500
industri
besar
industri
kecil

400
300
200
100
0
2010

2020

2030

2040

2050

2060

Tahun

Gambar 5 Prediksi jumlah industri hingga tahun 2050
Seiring dengan pertumbuhan penduduk di ketiga kecamatan tersebut, maka
perkembangan wilayah di ketiga kecamatan tersebut juga akan mengalami
peningkatan. Perkembangan wilayah dapat dikatakan meningkat apabila
kesejahteraan penduduknya juga meningkat. Untuk meningkatkan kesejahteraan
penduduk, dibutuhkan faktor pendukung yang dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Salah satunya dapat dilihat dari perkembangan industri di wilayah
tersebut. Perkembangan industri di Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan
Ciomas diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan
penduduk dan perkembangan wilayah. Dengan meningkatnya jumlah industri di
ketiga kecamatan tersebut, maka kebutuhan air untuk industri pun akan
mengalami peningkatan. Berdasarkan perhitungan yang mengacu pada data BPS
Kabupaten Serang, laju pertumbuhan industri besar di ketiga kecamatan tersebut
adalah sebesar 0,16 % per tahun sedangkan untuk industri kecil mengalami laju
penurunan sebesar 0,06% per tahun. Sehingga pada tahun 2050 diperkirakan
jumlah industri besar mencapai 816 buah dan industri kecil berjumlah 57 buah.
Kebutuhan air industri pada tahun 2050 meningkat hingga sebesar 0,107 m3/detik.

12
Kebutuhan Air Pertanian
Bidang pertanian memiliki kebutuhan air yang paling besar dibandingkan
dengan sektor lain. Air yang dibutuhkan digunakan untuk mengairi tanaman yang
sebagian besar berupa tanaman padi. Standar kebutuhan air padi yang digunakan
adalah sebesar 1 liter/detik/ha sedangkan untuk tanaman palawija adalah sebesar
0,5 liter/detik/ha. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang
Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas pada tahun 2005 memiliki luas
lahan 6.059 ha dengan pola tanam yang berbeda – beda di setiap kecamatan.

Kebutuhan Air (m3/detik)

12
10
8
6
4
2
0
2005

2008

2011

Tahun

Gambar 6 Kebutuhan air aktual pertanian
Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia No. 41 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan maka lahan pertanian di
ketiga kecamatan tersebut diasumsikan tetap, sedangkan luas lahan panen diambil
dari data BPS Kabupaten Serang. Berdasarkan BPS pada tahun 2005 di
Kecamatan Cinangka dapat mengalami tiga kali panen padi sedangkan di
Kecamatan Padarincang dan Ciomas hanya mengalami dua kali panen padi dan
satu kali palawija, total luas panen di ketiga kecamatan tersebut adalah 9.347 ha
sehingga kebutuhan airnya mencapai 9,829 m3/detik. Namun pada tahun 2008 dan
2011 di Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas menggunakan pola tanam
padi, padi, palawija dengan total luas panen sebesar 7.578 ha dan tahun 2011
sebesar 5.244 ha sehingga kebutuhan airnya menurun yaitu sebesar 8,269 m3/detik
pada tahun 2008 dan pada tahun 2011 sebesar 5,485 m3/detik. Pada grafik prediksi
kebutuhan air pun hingga tahun 2050 mengalami penurunan dengan laju
penurunan sebesar 8% per tahun. Penurunan luas lahan pertanian dapat dilihat
pada Gambar 7. Penurunan ini diakibatkan oleh penurunan panen padi di ketiga
kecamatan tersebut. Hal ini tidak sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang
semakin bertambah dan kebutuhan pangan yang bertambah. Sehingga diperlukan
program pemerintah agar kebutuhan pangan dapat tetap terpenuhi. Untuk
memenuhi kebutuhan pangan di ketiga wilayah tersebut, harus dilakukan program
swasembada pangan. Dengan asumsi kebutuhan konsumsi beras penduduk

13

Luas Lahan (ha)

Indonesia adalah sebesar 87,825 kg/kapita/tahun (Susenas 2012), maka kebutuhan
beras akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk.

6000
5500
5000
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
2014

Luas lahan
padi aktual
Luas lahan
swasembada

2020

2026

2032

2038

2044

2050

Tahun

Gambar 7 Prediksi luas lahan pertanian hingga tahun 2050
Pada tahun 2050 diperkirakan total konsumsi beras adalah sebesar 309.231
kw dengan produktivitas sebesar 58,74 kw/ha maka luas panen selama setahun
adalah sebesar 5.264 ha sedangkan luas lahan pertaniannya adalah 6.059 ha.
Dengan ini kebutuhan beras 352.099 jiwa penduduk di ketiga kecamatan tersebut
dapat terpenuhi. Untuk mencapai swasembada beras kebutuhan air pada musim
kemarau yang diperlukan adalah sebesar 1,6 m3/detik.
Kebutuhan Air Peternakan
Kebutuhan air peternakan diperlukan untuk air minum ternak, tempat makan
ternak, pengoprasian peternakan yang memproduksi susu dan kebutuhan lainnya
di lahan peternakan. Jenis ternak yang terdapat di Kecamatan Cinangka,
Padarincang, dan Ciomas adalah sapi, kerbau, kambing, domba, ayam dan itik.
Grafik kebutuhan air peternakan di ketiga kecamatan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 8. Kebutuhan air peternakan dari tahun 2005 hingga 2011 mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan peternakan di ketiga
kecamatan mengalami pertumbuhan yang besar, data ternak dapat dilihat pada
lampiran 4. Pada tahun 2005 kebutuhan air aktual mencapai 0,0039 m3/detik,
tahun 2008 sebesar 0,004 m3/detik dan pada tahun 2011 kebuthan aktualnya
sebesar 0,0065 m3/detik.
Perkembangan penduduk yang diprediksikan akan terus bertambah, dapat
meningkatkan kebutuhan pangan di ketiga kecamatan tersebut. Kebutuhan nutrisi
hewani dapat dipenuhi dari bidang peternakan. Sehingga seiring dengan
pertumbuhan penduduk, maka perkembangan dalam bidang peternakan pun ikut
bertambah. Dengan bertambahnya jumlah hewan ternak, maka air yang
dibutuhkan untuk beternak pun akan terus bertambah. Pada gambar 9
menunjukkan perkembangan jumlah hewan ternak hingga tahun 2050.

14
0,007

Kebutuhan Air (m3/detik)

0,006
0,005
0,004
0,003
0,002
0,001
0
2005

2008

2011

Tahun

Gambar 8 Kebutuhan air aktual peternakan

3,5E+11
3E+11

Jumlah (ekor)

2,5E+11

sapi
kerbau

2E+11

kambing
1,5E+11

domba
ayam

1E+11

itik

5E+10
0
2014

2020

2026

2032
Tahun

2038

2044

2050

Gambar 9 Prediksi jumlah hewan ternak hingga tahun 2050
Pada gambar 9 diatas merupakan grafik pertumbuhan hewan ternak di
Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas. Laju pertumbuhan hewan ternak
yaitu sebesar 40% untuk sapi, 30% untuk kerbau, 4% untuk kambing, 12% untuk
domba, 3% untuk ayam, dan 46% untuk itik. Laju pertumbuhan yang sangat besar
ini dikarenakan pertumbuhan ternak pada tahun 2005 hingga tahun 2011 sangat
besar. Hewan ternak yang mengalami peningkatan yang sangat tinggi adalah itik,
jumlahnya mencapai lebih dari 100 juta ekor. Pada tahun 2050 kebutuhan air
peternakan mencapai 2.403 m3/detik. Konsumsi daging di Indonesia saat ini masih
sangat rendah dibandingkan dengan negara – negara lain. Rata – rata konsumsi

15
daging di Indonesia hanya mencapai 1,59 kg/kapita/tahun (Harmini, dkk 2011).
Angka ini masih jauh jika dibandingkan dengan negara – negara berkembang
lainnya seperti Malaysia yang mencapai 15 kg/kapita/tahun dan Filipina mencapai
7 kg/kapita/tahun. Maka dari itu diperlukan program swasembada daging agar
kebutuhan daging penduduk di ketiga kecamatan tersebut dapat terpenuhi.
Diprediksikan pada tahun 2050 kebutuhan air peternakan mencapai 0,03 m3/detik
dengan jumlah ternak ayam/itik sebesar 567.620 ekor, sapi/kerbau 3.040 ekor,
kambing/domba 60.816 ekor. Dengan jumlah ternak ini maka kebutuhan daging
289.603 jiwa penduduk di ketiga kecamatan tersebut dapat terpenuhi.
Total Kebutuhan Air dan Kebutuhan Prediksi di Masa Yang Akan Datang
Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan wilayah di Kecamatan
Cinangka, Padarincang, dan Ciomas taraf hidup masyarakat di ketiga kecamatan
tersebut juga akan meningkat. Air sebagai kebutuhan dasar kehidupan manusia,
dengan bertambahnya penduduk dan taraf hidup masyarakat, maka kebutuhan air
juga akan bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat di masa yang
akan datang dapat dibuat dalam tiga skenario.
Tabel 4 Skenario kebutuhan hidup masyarakat (berdasarkan swasembada daging
dan beras)
Skenario 1 (Swasembada
daging) dengan kebutuhan air
sektor lainnya sesuai
perhitungan eksisting

Uraian

Kebutuhan daging

Jumlah
(kg/kapita/
tahun)*
7

Skenario 2
(Swasembada beras)
dengan kebutuhan
air sektor lainnya
sesuai perhitungan
eksisting
Uraian
Jumlah

Skenario 3
(Swasembada daging
dan beras) dengan
kebutuhan air sektor
lainnya sesuai
perhitungan eksisting
Uraian

Kebutuhan daging
2,1
87,825
Gabungan antara
sapi/kerbau
Kebutuh
kg/kapita
swasembada
daging
Kebutuhan daging
1,47
an beras
/tahun
dan beras
kambing/domba
Kebutuhan daging
3,43
ayam/itik
Sumber : *Alimuddin, 2012
Skenario 1 merupakan swasembada daging yaitu kebutuhan air pada sektor
peternakan telah mencapai swasembada daging sedangkan sektor lainnya tetap
menggunakan kebutuhan air prediksi. Kebutuhan daging tersebut berasal dari sapi,
kerbau, kambing, domba, ayam, dan itik. Dengan mengalikan kebutuhan daging
dengan prediksi jumlah penduduk maka didapatkan total kebutuhan daging.
Sehingga didapatkan grafik kebutuhan air seperti pada Gambar 10.

16
5
Kebutuhan Air (m3/detik)

4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
2014

2020

2026

2032

2038

2044

2050

Tahun

Gambar 10 Kebutuhan air swasembada daging dengan kebutuhan air sektor
lainnya sesuai perhitungan eksisting
Grafik di atas merupakan prediksi kebutuhan air total yang ada di ketiga
kecamatan tersebut dengan program swasembada daging. Pada grafik tersebut
mengalami penurunan, hal ini dikarenakan pada kebutuhan prediksi pertanian
mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa produksi padi akan
berkurang. Total kebutuhan airnya adalah sebesar 0,8 m3/detik.
Skenario 2 merupakan program swasembada beras yaitu kebutuhan air pada
sektor pertanian telah mencapai swasembada beras sedangkan sektor lainnya tetap
menggunakan kebutuhan air prediksi. Konsumsi beras masyarakat Indonesia
sangat tinggi, namun lahan yang tersedia untuk bercocok tanam semakin
berkurang. Konsumsi beras Indonesia saat ini adalah 87,825 kg/kapita/tahun
(Susenas 2012). Sehingga jika ingin mencapai swasembada beras hingga tahun
2050 dengan jumlah penduduk sebesar 352.099 jiwa maka produksi padi harus
mencapai 309.231 kwintal per tahun. Dengan produktivitas mencapai angka 58,74
kw/ha maka luas lahan panen yang dibutuhkan adalah 5.264 ha. Total kebutuhan
air agar dapat mencapai swasembada beras dapat dilihat pada Gambar 11. Untuk
mencapai swasembada beras hingga tahun 2050, air yang dibutuhkan mencapai
2405,66 m3/detik. Pada grafik tersebut terjadi peningkatan jumlah kebutuhan air
yang sangat besar, hal ini dikarenakan kebutuhan air peternakan yang meningkat
tajam.
Pada kondisi skenario 2 ini jumlah ternak pada tahun 2050 mencapai
78.148.148 ekor sapi, 91.824.470 ekor kerbau, 134.106 ekor kambing, 1.956.239
ekor domba, 900.776 ekor ayam, 311.405.587.227 ekor itik dan jumlah kebutuhan
air yang mencapai 2405,66 m3/detik adalah tidak realistis, sehingga perlu
dipertimbangkan keadaaan debit air yang wajar yaitu sesuai dengan potensi aliran
permukaan yang ada sebesar 3,50 m3/detik ( Septiani 2013). Dengan demikian
skenario ini tidak layak dilaksanakan.

17

Kebutuhan Air (m3/detik)

3000
2500
2000
1500
1000
500
0
2014

2020

2026

2032

2038

2044

2050

Tahun

Gambar 11 Kebutuhan air swasembada beras dengan kebutuhan air sektor lainnya
sesuai perhitungan eksisting
Skenario 3 merupakan pemenuhan kebutuhan daging dan kebutuhan beras.
Gambar 12 di bawah ini menggambarkan total kebutuhan air agar mencapai
swasembada daging dan beras hingga tahun 2050. Air yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan wilayah di ketiga kecamatan tersebut terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2050 dengan jumlah penduduk mencapai 352.099 jiwa
air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Cinangka,
Padarincang, dan Ciomas adalah sebesar 2,16 m3/detik.

Kebutuhan Air (m3/detik)

2,5
2
1,5
1
0,5
0
2014

2020

2026

2032

2038

2044

2050

Tahun

Gambar 12 Kebutuhan air swasembada daging dan beras dengan kebutuhan air
sektor lainnya sesuai perhitungan eksisting

18

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Kebutuhan air kawasan Cidanau hulu yang meliputi Kecamatan
Cinangka, Padarincang, dan Ciomas mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Pada tahun 2011 kebutuhan air domestik adalah sebesar 0,13
m3/detik, kebutuhan industri 0,015 m3/detik, kebutuhan pertanian 5,48
m3/detik, kebutuhan peternakan 0,0065 m3/detik. Sehingga kebutuhan
air di setiap sektor memilki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
besarnya kebutuhan air. Pada kebutuhan penduduk tingkat klas ekonomi
penduduk sangat mempengaruhi kebutuhan airnya. Pada industri,
kebutuhan air sangat dipengaruhi oleh besarnya kapasitas produksi dan
jumlah karyawan yang bekerja. Pada sektor pertanian kebutuhan air ini
sangat mempengaruhi produksi padi, sehingga untuk menghasilkan padi
yang optimal, maka dibutuhkan air yang besar. Untuk kebutuhan air
peternakan, faktor yang sangat berpengaruh adalah besar kecilnya
hewan.
2. Jumlah penduduk pada tahun 2050 adalah sebesar 352.099 jiwa. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup seluruh penduduk di ketiga kecamatan
tersebut, dapat dilakukan beberapa skenario. Skenario yang digunakan
adalah skenario 3, yaitu tercapai swasembada pangan dengan
terpenuhinya kebutuhan daging dan beras dan kebutuhan air sektor
lainnya sesuai perhitungan eksisting, kebutuhan airnya adalah sebesar
2,1 m3/detik.
Saran
Agar kebutuhan air di kawasan DAS Cidanau hulu dapat terpenuhi dengan
adanya swasembada pangan yaitu sebesar 2,1 m3/detik, maka perlu adanya
pemeliharaan Daerah Aliran Sungai Cidanau dan kebijakan – kebijakan
pemerintah agar ketersediaan air dapat terjaga serta alokasi penggunaan air di hilir
yang memperhatikan hulu sungai.

DAFTAR PUSTAKA
Adhisyah, Siti V. D. M. 2003. Studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Cidanau
dengan pengelolaan Secara Terpadu [skripsi]. Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor
Alimuddin. 2012. Sistem Supervisori Kendali Lingkungan Pada Model Broiler
Closed House [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Andriyanto, Erfan. 2007. Prediksi Kebutuhan Air di Sub DAS Ciomas, DAS
Cidanau, Bnaten [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2005. Kabupaten Serang dalam Angka 2005 – 2006.

19
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2008. Kabupaten Serang dalam Angka 2007 – 2008.
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2011. Kabupaten Serang dalam Angka 2011.
Harmini, Asmarantaka RW, Atmakusuma J. 2011. Model dinamis sistem
ketersediaan daging sapi nasional. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
12(1):128-146.
Harto, S. 1993. Analisis Hidrologi. PT. Gramedia Pustaka Tama. Jakarta.
Irsyad, Fadli. 2011. Analisis Debit Air Sungai Cidanau dengan Aplikasi SWAT
[tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Linsey, R. K. dan J. B. Franzini. 1991. Teknik Sumberdaya Air, Jilid I
(Terjemahan). Erlangga. Jakarta.
Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. 2004. PP No. 7 Tahun 2004
tentang Sumberdaya Air. Jakarta.
Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. 2004. Undang Undang Republik
Indonesia No. 41 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan. Jakarta.
Nugroho, Ignatius Adi. 2006. Analisis Perubahab Nilai Ekonomi Air Akibat
Perbahab Penutupan Lahan Studi Kasus di DAS Cidanau Propinsi Banten
[tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Septiani, Renny. 2013. Desain Kapasitas Produksi Listrik Berdasarkan Debit
Andalan Berkelanjutan di Daerah Aliran Sumgai Cidanau [skripsi]. Bogor
(ID) : Institut Pertanian Bogor
Technical Report National Water Resources Policy tahun 1992 dalam SNI, 2002.

20

LAMPIRAN

21
Lampiran 1. Jumlah keluarga di Kecamatan Cinangka Padarincang, dan Ciomas
Keluarga
Keluarga Keluarga
Pra
Sejahtera Sejahtera
Sejahtera
I
II
Cinangka
5.605
3.179
3.818
2005
Padarincang
3.218
294
7.483
Ciomas
2.774
1.257
3.395
Cinangka
5.910
2.379
3.887
2008
Padarincang
3.627
1.180
7.050
Ciomas
3.074
3.048
1.952
Cinangka
5.669
2.571
4.906
2011
Padarincang
3.639
1.388
6.774
Ciomas
3.056
4.432
1.757
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang

Tahun

Kecamatan

Keluarga Keluarga
Sejahtera Sejahtera Jumlah
III
III Plus
863
6 13.471
2.765
908 14.668
417
243
8.086
1.806
150 14.132
2.423
1.039 15.319
959
464
9.497
1.594
158 14.898
3.028
1.154 15.983
429
135
9.809

22

Lampiran 2. Jumlah Industri di Kecamatan Cinangka Padarincang, dan Ciomas
Tahun

Kecamatan
Besar
Cinangka
0
2005
Padarincang
1
Ciomas
0
Cinangka
0
2008
Padarincang
2
Ciomas
0
Cinangka
0
2011
Padarincang
2
Ciomas
0
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang

Kecil
160
476
368
576
230
102
438
163
63

23

Lampiran 3. Jumlah lahan pertanian dan kebutuhan air di Kecamatan Cinangka
Padarincang, dan Ciomas

Tahun

Kecamatan

Luas sawah

Luas panen
padi (ha)

cinangka
1412
2999
padarincang
3830
4917
ciomas
817
1431
cinangka
1412
1736
2008
padarincang
3830
4543
ciomas
817
1299
cinangka
1412
347
2011
padarincang
3830
3358
ciomas
817
1539
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang
2005

Luas panen
palawija
(ha)
390
574
686
290
406
81
82
319

Kebutuhan
air aktual
(m3/detik)
9,8

8,27

5,48

24
Lampiran 4. Jumlah hewan ternak dan kebutuhan air di Kecamatan Cinangka
Padarincang, dan Ciomas

Kecamatan

Jenis Ternak

Tahun

Cinangka

2005

Padarincang

Ciomas

Cinangka

2008

Padarincang

Ciomas

2011

Cinangka

Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
Ayam
itik
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
Ayam
itik
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
Ayam
itik
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
Ayam
itik
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
Ayam
itik
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
Ayam
itik
Sapi
Kerbau

Jumlah
(ekor)
14
416
4594
3382
88227
6342
0
335
3740
3913
113412
5471
0
341
7971
3502
49263
6762
39
401
5486
4456
79676
10616
8
323
4218
5148
102060
12313
0
329
6530
4682
53375
11319
59
626

Kebutuhan Air
Aktual
(m3/detik)

0,001317377

0,001423551

0,00121088

0,001406079

0,001489512

0,001250421

0,002076773

25

Padarincang

Ciomas

Kambing
Domba
Ayam
itik
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
Ayam
itik
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
Ayam
itik

7612
10216
69610
35212
0
1937
5299
6076
115339
33929
0
443
8131
4027
106385
32121

0,002591618

0,001870528

26
Lampiran 5. Jumlah prediksi kebutuhan air penduduk di Kecamatan Cinangka
Padarincang, dan Ciomas

Tahun
2014
2017
2020
2023
2026
2029
2032
2035
2038
2041
2044
2047
2050

Jumlah
penduduk
(jiwa)
172.713
183.275
194.483
206.377
218.997
232.390
246.601
261.682
277.685
294.666
312.686
331.808
352.099

kebutuhan air
(liter/hari)

Kebutuhan
Air (m3/hari)

18.653.043
19.793.743
21.004.201
22.288.683
23.651.716
25.098.103
26.632.942
28.261.642
29.989.942
31.823.934
33.770.082
35.835.243
38.026.697

18.653
19.794
21.004
22.289
23.652
25.098
26.633
28.262
29.990
31.824
33.770
35.835
38.027

m3/detik
0,22
0,23
0,24
0,26
0,27
0,29
0,31
0,33
0,35
0,37
0,39
0,41
0,44

27
Lampiran 6. Jumlah prediksi kebutuhan air industri di Kecamatan Cinangka
Padarincang, dan Ciomas

n
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
33
36
39

Tahun
2014
2017
2020
2023
2026
2029
2032
2035
2038
2041
2044
2047
2050

Jumlah
industri
besar
3,17
5,04
8,00
12,71
20,19
32,06
50,92
80,86
128,40
203,90
323,79
514,17
816,49

Jumlah
Kebutuhan air Kebutuhan air
industri
industri
industri
kecil
besar(m3/hari) kecil(m3/hari)
550,23
35,57
1100,5
455,96
56,484
911,93
377,84
89,695
755,68
313,1
142,43
626,21
259,46
226,18
518,92
215,00
359,16
430,01
178,17
570,34
356,34
147,64
905,67
295,29
122,35
1438,2
244,69
101,38
2283,8
202,77
84,01
3626,5
168,03
69,62
5758,8
139,24
57,69
9144,8
115,38

Total
(m3/detik)
0,0127
0,010
0,008
0,007
0,006
0,005
0,004
0,003
0,0028
0,002
0,0019
0,0016
0,0013

28
Lampiran 7. Jumlah prediksi kebutuhan air pertanian di Kecamatan Cinangka
Padarincang, dan Ciomas

Tahun
2014
2017
2020
2023
2026
2029
2032
2035
2038
2041
2044
2047
2050

Luas panen
padi (ha)
4.045,27
3.120,55
2.407,22
1.856,95
1.432,47
1.105,02
852,42
657,56
507,25
391,30
301,85
232,85
179,62

Luas
panen
palawija
(ha)
431,43
386,17
345,66
309,39
276,93
247,88
221,88
198,60
177,76
159,11
142,42
127,48
114,11

Kebutuhan
Air padi
(m3/detik)
4,05
3,12
2,41
1,86
1,43
1,11
0,85
0,66
0,51
0,39
0,30
0,23
0,18

Kebutuhan Air
Total
palawija
(m3/detik)
(m3/detik)
0,0040
0,0031
0,0024
0,0019
0,0014
0,0011
0,0009
0,0007
0,0005
0,0004
0,0003
0,0002
0,0002

4,26
3,31
2,58
2,01
1,57
1,23
0,96
0,76
0,60
0,47
0,37
0,30
0,24

29
Lampiran 8. Jumlah prediksi hewan ternak di Kecamatan Cinangka Padarincang,
dan Ciomas
Kerbau
Kambing Domba
Ayam
Tahun Sapi (ekor) (ekor)
(ekor)
(ekor)
(ekor)
Itik (ekor)
2014
174
6.653
24.264
28.872 317.761
319.532
2017
516
14.723
27.979
41.026 346.586
1.008.282
2020
1.526
32.582
32.263
58.296 378.025
3.181.629
2023
4.514
72.107
37.203
82.835 412.316
10.039.619
2026
13.350
159.580
42.900
117.705 449.717
31.679.982
2029
39.484
353.163
49.469
167.253 490.511
99.966.068
2032
116.775
781.578
57.043
237.657 535.006
315.442.563
2035
345.364 1.729.698
65.778
337.699 583.537
995.377.862
2038 1.021.424 3.827.964
75.849
479.853 636.470
3.140.911.228
2041 3.020.884 8.471.601
87.463
681.846 694.205
9.911.133.972
2044 8.934.336 18.748.353 100.856
968.869 757.177
31.274.547.249
2047 26.423.509 41.491.657 116