EVALUASI KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR UNTUK DAERAH IRIGASI SOROPADAN DI DAS HULU SUNGAI ELO

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2016,
Bulan tahun, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

EVALUASI KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR UNTUK DAERAH
IRIGASI SOROPADAN DI DAS HULU SUNGAI ELO
Khafidz Rahmawan1 Dr.Ir.Lalu Makrup, M.T2

1

Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas
Islam Indonesia
Email: [email protected]
2
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas
Islam Indonesia
Email: [email protected]

ABSTRACT : Research of evaluation of supply and demand of water for Irrigation area
of Soropadan and at headwaters of Elo River based of the pattern of cropping systems
that have been planned, which are not going well. Irrigation area of Soropadan
irrigating an area of 508 ha which includes the District of Magelang and District of

Temanggung, with the planting pattern plan is paddy-paddy-palawija. Based on the
above, this research aims to evaluate the balance between the supply and demand of
irrigation water.

Calculation the supply of water for irrigation used F.J. Mock’s method by
evapotranspiration using the Penman method. Where in, to calculate the water
requirement of paddy planting, stipulations of types of paddy in the form of superior
varieties with FAO methods and types of palawija used corn crop. The used rainfall data
were half-monthly rainfall data with a period of 15 years. Other data that are used were
climatological data, watershed maps and map layout plan cropping patterns that have
been planned.
Results of the analysis, the water flow is available from January to December of
2.794 m3/s to 6.668 m3/s, the peak flow occurred in the first week of February 6.668
m3/s. Based on the analysis of water balance in January up to Desember water have a
surplus in (2.148 m3/ to 6.513 m3/ therefore, the final results of the evaluation of the
water supply and water demand in the watershed Elo is able to suffice with both the
needs of water for irrigation, even the availability of water could be used for specific
needs.
Keywords: water supply, water demand, water balance,cropping


1.

PENDAHULUAN

Air merupakan sumber daya alam yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
dan menjadi kebutuhan pokok manusia.
Kebutuhan akan air terus meningkat
sejalan dengan meningkatnya kebutuhan
hidup manusia baik untuk kebutuhan
irigasi, rumah tangga, maupun industri.
Kebutuhan air untuk irigasi merupakan
yang paling banyak diantara kebutuhan
air lainnya Daerah Irigasi (DI)
Soropadan melayani 508 Ha lahan

pertanian
mencakup
Kabupaten
Temangung seluas 298 Ha dan

Kabupaten Magelang 210 Ha. Sumber
air yang mengalir pada DI Soropadan
berasal dari Bendung Soropadan di Hulu
Sungai Elo.
2.

RUMUSAN MASALAH

Rencana pola tata tanam untuk Daerah
Irigasi Soropadan berdasarkan Kepala
Dinas PSDA Probolo Jawa Tengah
belum berjalan dengan baik. Hal ini

Prosiding Kolokium FTSP UII - 1

menjadi indikasi adanya permasalahan
yang akan dihadapi di masa mendatang.
Permasalahan ini akan berpengaruh
terhadap hasil produksi pertanian di
wilayah ini dan pemanfaatan sumber air

yang tersedia tidak maksimal. Sehingga
diperlukan suatu studi untuk menjawab
permasalahan yang ada. Analisis
kebutuhan dan ketersediaan air irigasi
merupakan salah satu solusi yang dapat
menjawab permasalahan tersebut.
3.

TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan dari penelitian yang dilakukan,
dengan judul Evaluasi Ketersediaan dan
Kebutuhan Air Untuk Daerah Irigasi
Soropadan Pada DAS Hulu Sungai Elo
ialah:
a. Mengetahui kebutuhan air irigasi
pada Daerah Irigasi Soropadan
berdasarkan Kepala Dinas PSDA
Probolo Jawa Tengah.
b. Mengetahui ketersediaan air di

Daerah Irigasi Soropadan yang dapat
digunakan untuk kebutuhan irigasi.
c. Mengetahui pola tata tanam yang
direncanakan telah berjalan dengan
baik.
Penelitian ketersediaan dan kebutuhan
air di Daerah Irigasi Soropadan pada
Sungai Elo memiliki 2 (dua) manfaat
secara teoritis dan praktis, yang dapat
diperoleh dari penelitian:
a. Manfaat Teoritis
1) Sebagai aplikasi penerapan disiplin
ilmu teknik sipil dengan cara
mempraktikkannya
langsung
di
lapangan.
2) Sebagai uji kemampuan penulis
dalam mengaplikasikan dispilin ilmu
teknik sipil.

b. Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi solusi untuk memenuhi
kebutuhan air di Daerah Irigasi
Soropadan.
2) Untuk mengetahui ketersediaan air
yang ada di DAS Hulu Sungai Elo.
3) Sebagai informasi aktual untuk
masyarakat di Daerah Irigasi
Soropadan.

2 - Prosiding Kolokium FTSP UII

4) Sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh sajana teknik sipil di
Universitas Islam Indonesia.
4.

BATASAN MASALAH


Penulis dalam menyusun penelitian ini
menyadari keterbatasan kemampuan dan
waktu, maka dalam penelitian ini
dilakukan pembatasan masalah untuk
mencapai pokok tujuan dari penelitian
yang dilakukan. Adapun batasan
masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut:
a. Lokasi penelitian yakni pada Daerah
Irigasi (DI) Soropadan, di Sungai
Elo.
b. Perhitungan
debit
andalan
menggunkan metode F.J. Mock.
c. Perhitungan
evapotranspirasi
menggunakan metode Penman.
d. Data hujan yang digunakan terdiri
dari 3 stasiun selama 15 tahun.

e. Perhitungan
kebutuhan
dan
ketersediaan air untuk irigasi.
5.

ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN
5.1 TINJAUAN UMUM
Analisis
data
dan
pembahasan
merupakan hal pokok yang akan dibahas
dalam bab 5 (lima) ini. Data-data yang
tersedia digunakan untuk menganalisis
permasalahan dengan metode yang telah
ditentukan pada bab sebelumnya.
Penjabaran
analisis

data
dan
pembahasan pada bab ini meliputi:
1. Analisis Hidrologi
2. Analisis Ketersediaan Air Irigasi
3. Analisis Kebutuhan Air Irigasi
4. Perhitungan Neraca Air
5.2 ANALISIS HIDROLOGI
Pada penelitian ini analisis hidrologi
digunakan
untuk
menghitung
ketersediaan air dengan metode F.J
Mock dan debit yang dibutuhkan untuk
kebutuhan irigasi.Berikut ini merupakan
penjabaran dalam analisis hidrologi
untuk perhitungan ketersediaan dan
kebutuhan air irigasi di DI Soropadan

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2016,

Bulan tahun, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

5.2.1 Analisis Curah Hujan Untuk
Perhitungan Debit Andalan
Data curah hujan digunakan dalam
perhitungan ketersediaan air dengan
metode F.J. Mock. Perhitungan analisis
ketersediaan air diperlukan parameterparameter DAS seperti : Luas DAS,
Koefisien Infiltrasi, Koefisien Resensi,
Nilai SMC dan lainnya. Nilai parameter
DAS tersebut dihitung menggunakan
nilai korelasi antara debit tersedia
dengan debit terukur (AWLR) dalam satu
tahun. Untuk mendapatkan nilai
koefisien optimum digunakan alat bantu
hitung berupa program Solver dalam
Microsoft Excel. Analisis curah hujan
rata-rata
yang
digunakan

dalam
menghitung nilai korelasi menggunakan
sebaran Poligon Thiessen dengan 5
(lima) stasiun hujan, yaitu: Stasiun
Dukuh, Stasiun Ngablak, Stasiun
Pringsurat, Stasiun Sempu dan Stasiun
Tempuran. Berikut ini merupakan luas
DAS dan pengaruh masing-masing
stasiun hujan dengan metode Thiessen.
Tabel 5.1 Luas Pengaruh Berdasarkan
Poligon Thiessen
Stasiun
Luas
Bobot
pengaruh
(km2)
Dukuh
120,06
27 %
Ngablak
106,72
24 %
Pringsurat
71,15
16 %
Sempu
80,04
18 %
Tempuran
66,70
15 %
Luas Total
444,67 km2
100 %
5.2.2 Analisis Curah Hujan Untuk
Kebutuhan Air Irigasi
Perhitungan kebutuhan air irigasi
dipengaruhi oleh curah hujan efektif
(Re). Curah hujan efektif digunakan
untuk menentukan luas pengaruh masing
masing stasiun hujan dengan metode
Thiessen. Stasiun curah hujan yang
digunakan meliputi : Sta. Pringsurat,
Sta. Sempu dan Sta. Ngablak. Berikut
ini penulis sajikan Gambar Peta DAS DI
Soropadan dan luas pengaruh masingmasing Stasiun.

Gambar 5.2 Peta DAS dan Poligon
Thiessen
Tabel 5.2 Luas Pengaruh Berdasarkan
Poligon Thiessen
Stasiun
Luas
Bobot
pengaruh
(km2)
Ngablak
21,67
28%
Pringsurat
55,73
72%
Sempu
0
0%
Luas Total
77,40
100%
Berdasarkan hasil analisis dengan
metode thiessen didapatkan luas
pengaruh
terbesar
pada
Stasiun
Pringsurat yaitu sebesar 72%.
5.2.3 Analisis Curah Hujan Efektif
Curah hujan efektif digunakan untuk
menghitung
kebutuhan
irigasi.
Perhitungan curah hujan efektif dengan
menetapkan curah hujan 15 harian
selama 15 tahun.
Data curah hujan setengah bulanan
kemudian dihitung nilai peluang dengan
kemungkinan terpenuhi sebesar 80 %.
Nilai
probabilitas
(p)
dihitung
menggunakan metode dari Weibull.
Berikut
cara
perhitungan
nilai
probabilitas.
P=
×100
Perhitungan Curah hujan berdasarkan
kemungkinan 80% terpenuhi didapatkan
dari rumus diatas. Setelah itu dilanjutkan
perhitungan curah hujan efektif (Re).
Perhitungan curah hujan efektif untuk
tanaman padi dan palawija berbeda.
Berikut ini cara perhitungan Re untuk
padi dan palawija.
1. Untuk Padi
Re =
2. Untuk Palawija
Re =

Prosiding Kolokium FTSP UII - 3

5.3

ANALISIS KETERSEDIAAN
AIR IRIGASI
Analisis perhitungan debit tersedia
menggunakan cara water balance dari
F.J. Mock. Metode ini memberikan cara
penghitungan yang relatif sederhana
berdasarkan hasil riset daerah aliran
sungai di seluruh Indonesia Proses
perhitungan yang dilakukan dengan
metode F.J Mock adalah sebagai berikut.
5.3.1 Perhitungan Nilai Kalibrasi
Parameter DAS
Langkah awal dalam menentukan debit
tersedia metode F.J. Mock ialah dengan
menentukan nilai kalibrasi parameter
DAS, nilai ini digunakan sebagai
pendekatan dalam simulasi F.J Mock.
Pada perhitungan ini didapatkan nilai
parameter DAS dari hasil running
program Solver pada Microsoft Excel
(Perhitungan
dapat
dilihat
pada
Lampiran Tabel 4). Berikut ini
merupakan Tabel 5.9 hasil dari simulasi
perhitungan nilai kalibrasi parameter
DAS.
Tabel 5.9 Nilai Kalibrasi Parameter
DAS
Parameter Satuan Opt.Value
Luas DAS
Infiltrasi
basah
Infiltrasi
Kering
ISM
SMC
IGS
Recession
Constant

km2

444,67

-

0,638

-

0,891

(mm)
(mm)
(mm)

47,848
335,48
2490,59

-

0,955

Evaluasi kemiripan nilai debit terhitung
(Qcal.) dengan debit terukur (Qobs.)
didapatkan :
1. Koefisien korelasi ( R )
= 0,882
2. Selisih volume aliran tahunan (%)
= 0,000
3. Mean relative error (%)
= 17,343
5.3.2 Perhitungan Debit Andalan
Debit andalan dapat dihitung dengan
nilai parameter DAS berdasarkan hasil

4 - Prosiding Kolokium FTSP UII

perhitungan pada Tabel 5.9. Analisis
ketersediaan air sesuai dengan konsep
dari F.J Mock tahun 1973 dibagi
menjadi 3 bagian yaitu evapotranspirasi
dan hujan, keseimbangan air di
permukaan dan tampungan air. Berikut
ini perhitungan debit andalan.
1. Data Curah Hujan
Data curah hujan yang digunakan
merupakan curah hujan setengah
bulanan dengan periode 15 tahun
(Tahun 2000–2014) pada Stasiun
Pringsurat. (Data Curah Hujan dapat
dilihat pada Lampiran Tabel 2)
2. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi potensial dihitung
dengan
metode
Penman
dan
evapotranspirasi
aktual.
Hasil
perhitungan evapotranspirasi dengan
metode penman dapat dilihat pada
Tabel 5.10 dan evapotraspirasi aktual
pada Tabel 5.11
3. Aliran Permukaan
a. Excess Rainfall
Kelebihan air hujan (excess rainfall)
dapat dihitung dengan Persamaan
(3.7). Berikut ini merupakan contoh
perhitungan nilai excess rainfall.
ER = P - AET
b. Water Surplus
Kelebihan air (water surplus) dapat
dihitung dengan Persamaan (3.8).
Nilai water surplus dipengaruhi oleh
ER - SM, apabila hasil perhitungan
ER - SM < 0 maka nilai WS = 0.
Berikut ini merupakan contoh
perhitungan nilai water balance pada
bulan Januari dan Februari Tahun
2000.
WS =
ER - SM
dengan :
ER = Excess Rainfall (mm/bln),
SM = Tabel 5.
WS (Jan-1) = 48,45 - 96,30
= 0,00
WS (Jan-2) =119,35 – 215,65
= 0,00
WS (Feb-1) =74,66 - 290,31
= 0,00
WS (Feb -2) =-14,36
- 275,95
= 0,00
c. Aliran langsung (Run Off)

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2016,
Bulan tahun, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

Aliran langsung dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
RDRO
= WS - I
dengan :
RDRO
= direct runoff / aliran
langsung (mm/bln)
Infiltrasi (I) dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
1). Infiltrasi pada musim kemarau:
I = DIC x WS
dengan :
DIC
= 0,89 (Tabel 5.9)
Contoh perhitungan infiltrasi pada
musim kemarau pada bulan
Januari dan Februari Tahun 2000 :
I (Apr-1)
= 0,89 x 60,34
= 58,47 mm
I (Apr-2)
= 0,89 x 92,34
= 89,48 mm
I (Mei-1)
= 0,89 x 0,00
= 0,00 mm
I (Mei-2)
= 0,89 x 84,41
= 81,80 mm
2). Infiltrasi pada musim hujan :
I
= WIC x WS
dengan :
WIC = 0,637 (Tabel 5.9)
Contoh perhitungan infiltrasi pada
musim hujan bulan Januari dan
Februari Tahun 2000:
I (Jan-1) = 0,637 x 0 = 0,00 mm
I (Jan-2) = 0,637 x 0 = 0,00 mm
I (Feb-1) = 0,637 x 0 = 0,00 mm
I (Feb-2) = 0,637 x 0 = 0,00 mm
4. Aliran Dasar
a. Tampungan air tanah
Tampungan air tanah dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
GWS = 0,5 x (1+k) x I + k x IGWS
dengan :
IGWS = 2490,597 (mm/bln)
K
= 0,955 (Tabel 5.9).
Contoh perhitungan tampungan air
tanah pada bulan Januari dan
Februari Tahun 2000:
GWS (Jan-1)
= 0,5 x (1+0,955) x 0,0 + 0,955 x
2490,59
= 2379,76 mm
GWS (Jan-2)
= 0,5 x (1+0,955) x 0,0 + 0,955 x
2379,76
= 2273,85 mm

GWS (Feb-1)
= 0,5 x (1+0,955) x 0,0 + 0,955 x
2273,85
= 2173,65 mm
GWS (Feb-2)
= 0,5 x (1+0,955) x 0,0 + 0,955 x
2173,65
= 2075,96 mm
b. Aliran dasar (BSF)
Aliran dasar dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
RBSF
= I – (GWS – IGWS)
Contoh perhitungan aliran dasar
pada bulan Januari dan Februari
Tahun 2000.
RBSF (Jan-1)
= 0,00 – (2379,76 – 2490,59)
= 110,84 mm
RBSF (Jan-2)
= 0,00 – (2273,85 – 2379,76)
= 105,91 mm
RBSF (Feb-1)
= 0,00 – ( 2172,65 - 2273,85)
= 101,20 mm
RBSF (Feb-2)
= 0,00 – (2075,96 – 2172,65)
= 96,69 mm
c. Aliran total (DRO)
Aliran total dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
RTRO
= DRO + BSF
dengan :
RTRO (Jan-1)
= 0,00 + 110,84 = 110,84 mm
RTRO (Jan-2)
= 0,00 + 105,91 = 105,91 mm
RTRO (Feb-1)
= 0,00 + 101,20 = 101,20 mm
RTRO (Feb-2)
= 0,00 + 96,69 = 96,69 mm
5.
Debit Limpasan Terhitung
Debit limpasan langsung dapat
dihitung dengan Persamaan (3.15)
QCAL

=

A.RTRO .1000
H .24.3600

dengan :
A = 77,64 (km2)
H = jumlah hari dalam satu
bulan perhitungan
Contoh
perhitungan
debit
limpasan langsung pada bulan

Prosiding Kolokium FTSP UII - 5

Januari dan bulan Februari Tahun
2000.
Januari ke-1

Gambar 5.5 Rekapitulasi Perhitungan
Debit Dengan Tingkat keandalan 80%

5.1

Januari ke-2

Februari ke-1

Februari ke-2

Grafik Debit Terhitung Th 2000

ANALISIS KEBUTUHAN AIR
TANAMAN
Kebutuhan air irigasi adalah sejumlah
air yang umumnya diambil dari sungai
atau waduk dan dialirkan melalui sistem
jaringan
irigasi,
guna
menjaga
keseimbangan jumlah air di lahan
pertanian
(suharjono,1994).
Pada
analisis kebutuhan air irigasi ini
dibedakan menjadi 2 (dua), yakni:
1. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman
padi
2. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman
palawija
Ketentuan dalam perhitungan kebutuhan
air irigasi pada DI Soropadan,
didasarkan peta pola tata tanam dari
dinas PSDA Jawa Tengah. Tabel peta
pola tata tanam untuk DI Soropadan
dapat dilihat pada Lampiran Tabel 5.
Pola tata tanam rencana dari dinas
PSDA Jawa Tengah.

Debit Terhitung

9,0

5.4.1Analisis Kebutuhan Air Irigasi
Untuk Tanaman Padi

6,0
3,0
0,0

Waktu

Gambar 5.4 Grafik Contoh Hasil
Perhitungan Debit Thn 2000
Debit andalan didapatkan dengan
mengambil nilai probabilitas 80% dari
data perhitungan debit tahun 2000-2014.
Berikut
hasil
dari
perhitungan
ketersediaan air.
Debit 80%

Debit

10
7
4
1
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Minggu keDebit Tersedia

6 - Prosiding Kolokium FTSP UII

Perhitungan kebutuhan air irigasi untuk
tanaman padi pada Daerah Irigasi
Soropadan didasarkan pada peraturan
dari Bupati Kabupaten Temanggung dan
Kabupaten Magelang. Pola tata tanam
yang direncanakan adalah padi-padipalawija. Berikut ini merupakan tahapan
dalam perhitungan kebutuhan air irigasi
untuk tanaman padi.
1.
Analisis Kebutuhan Air untuk
Penyiapan Lahan Masa Tanam (MT)
1 Pada Golongan A
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kebutuhan air irigasi.
Analisis kebutuhan air selama penyiapan
lahan menggunakan metode Van de
Goor dan Ziljstra (1968), dengan
Persamaan (3.18), Persamaan (3.19) dan
Persamaan (3.20) sebagai berikut:
a.
Penyiapan Lahan (LP) MT I
dimulai pada bulan Oktober
minggu ke-1, dengan nilai ETo
sebesar 4,410 mm/hari, Tebal
Penjenuhan (S) 300 mm, Nilai

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2016,
Bulan tahun, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

b.

c.

d.

Perkolasi sebesar 2 mm/hari, dan
Lama Penyiapan Lahan (T) 30
hari.
Perhitungan
kebutuhan
air
pengganti evaporasi dan perkolasi
(M), menggunakan Persamaan
(3.19)
M = (1,1 × ETo) + P
= (1,1 × 4,410)+ 2
= 6,851 mm/hari
Perhitungan nilai k menggunakan
Persamaan (3.2)
k = (M × T)/S
= (6,851 × 30)/300
= 0,685
Perhitungan kebutuhan air di
sawah
(IR)
menggunakan
Persamaan (3.18)
IR

=
=

e.

2.

(

)

= 13,814 mm/hari
Perhitungan NFR pada saat
penyiapan lahan bulan Oktober
ke-1 dan Oktober ke-2
1). NFR
= IR – Re
= 13,814 – 0,821
= 12,993 mm/hari
2). NFR
= IR – Re
= 13,814 – 1,185
= 12,629 mm/hari

menggunakan
FAO dengan
varietas unggul.
b.
Kebutuhan konsumtif tanaman
padi (ETc) dihitung menggunakan
Persamaan (3.21) dan koefisien
rerata tanaman dari Tabel 3.5
ETc
= C rerata × ETo
= 1,10 × 4,198
= 4,618 mm/hari
c.
Perhitungan NFR untuk masa
tanam menggunakan Persamaan
(3.17)
NFR November ke-1
= ETc + P – Re + WLR
= 4,618 + 2 – 2,520 + 1,7
= 5,798 mm/hari
Perhitungan kebutuhan air pada
Masa Tanam 1 pada bulan
November ke-2 hingga Januari
ke-1 dan MT II dihitung
menggunakan cara yang sama
dengan perhitungan pada bulan
November ke-1.
Perhitungan kebutuhan air untuk
golongan A di hitung dengan cara yang
sama dengan perhitungan sebelumnya.
Berikut rekapitulasi tabel kebutuhan air
untuk padi Golongan A.

Analisis Kebutuhan Air untuk
Masa Tanam (MT) 1 Pada
Golongan A

Kebutuhan air untuk masa tanam
(MT) 1 menggunakan Persamaan (3.18)
hingga Persamaan (3.20). Berikut ini
adalah cara perhitungan kebutuhan air
pada Masa Tanam 1 Golongan A:
a.
Masa Tanam 1 dilakukan setelah
Persiapan Lahan selesai selama 1
bulan, Masa Tanam 1 dimulai
pada November ke-1, dengan nilai
ETo bulan November
adalah
4,198 mm/hari, Hujan efektif (Re)
2,520 mm/hari, Perkolasi 2
mm/hari, WLR dipakai 1,7
mm/hari
(berdasarkan
buku
Kriteria Perencanaan Irigasi (KP)01), dan koefisien tanaman

Berdasarkan
hasil
perhitungan
kebutuhan air bersih untuk tanaman padi
didapatkan nilai NFR maksimal sebesar
12,993 mm/hari. Kebutuhan air di pintu
pengambilan (DR) dihitung dengan
Persamaan sebagai berikut:
DR
=
dengan :
A
= Luas Lahan (216 ha)

Prosiding Kolokium FTSP UII - 7

EI
= Efisiensi Irigasi (0,65)
Contoh perhitungan kebutuhan air di
pintu pengambilan.
DR (Okt-1) =

b.

= 499,713 l/dt.ha
DR (Okt-1) =
= 485,713 l/dt.ha
DR (Okt-1) =
= 222,982 l/dt.ha
DR (Okt-1) =
= 119,150 l/dt.ha
Rekapitulasi perhitungan kebutuhan air
pada pintu pengambilan dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Bulan
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul

3.

Minggu
Ke1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2

NFR
mm/hari
12,993
12,629
5,798
3,098
2,099
2,450
0,000
0,000
10,474
10,203
3,245
3,610
2,779
4,707
0,000
0,000
12,993
12,629

DR
l/dt/ha
499,713
485,713
222,982
119,150
80,728
94,224
0,000
0,000
402,849
392,439
124,818
138,857
106,881
181,047
0,000
0,000
499,713
485,713

Analisis Kebutuhan Air untuk
Penyiapan Lahan Masa Tanam
(MT) 1 Pada Golongan B

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kebutuhan air irigasi.
Analisis kebutuhan air selama penyiapan
lahan menggunakan metode Van de
Goor dan Ziljstra (1968), dengan
Persamaan (3.18), Persamaan (3.19) dan
Persamaan (3.20) sebagai berikut:
a. Penyiapan Lahan (LP) MT I
dimulai pada bulan Oktober ke-2,
dengan nilai ETo sebesar 4,410
mm/hari , Tebal Penjenuhan (S)

8 - Prosiding Kolokium FTSP UII

c.

d.

300 mm, Nilai Perkolasi sebesar 2
mm/hari, dan Lama Penyiapan
Lahan (T) 30 hari.
Perhitungan
kebutuhan
air
pengganti evaporasi dan perkolasi
(M), menggunakan Persamaan
(3.19)
M = (1,1 × ETo) + P
= (1,1 × 4,410) + 2
= 6,851 mm/hari
Perhitungan nilai k menggunakan
Persamaan (3.2)
k = (M × T)/S
= (6,851 × 30)/300
= 0,685
Perhitungan kebutuhan air di
sawah
(IR)
menggunakan
Persamaan (3.18)
IR

=
=

e.

4.

(

)

= 13,814 mm/hari
Perhitungan NFR pada saat
penyiapan lahan bulan Oktober
ke-1 dan Oktober ke-2
1). NFR
= IR – Re
= 13,814 – 1,185
= 12,629 mm/hari
2). NFR
= IR – Re
= 13,671 – 2,520
= 11,151 mm/hari
Analisis Kebutuhan Air untuk
Masa Tanam (MT) 1 Pada
Golongan B

Kebutuhan air untuk masa tanam (MT) 1
menggunakan Persamaan (3.18) hingga
Persamaan (3.30). Berikut ini adalah
cara perhitungan kebutuhan air pada
Masa Tanam 1 Golongan B:
a.
Masa Tanam 1 dilakukan setelah
Persiapan Lahan selesai selama 1
bulan, Masa Tanam 1 dimulai
pada November ke-2, dengan nilai
ETo bulan November 4,198
mm/hari, Hujan efektif (Re) 5,115
mm/hari, Perkolasi 2 mm/hari,
WLR dipakai 1,7 mm/hari
(berdasarkan
buku
Kriteria
Perencanaan Irigasi (KP)-01), dan
koefisien tanaman menggunakan
FAO dengan varietas unggul.

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2016,
Bulan tahun, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

b.

Kebutuhan konsumtif tanaman
padi (ETc) dihitung menggunakan
Persamaan (3.21) dan koefisien
rerata tanaman dari Tabel 3.5
ETc
= C rerata × ETo
= 1,10 × 4,198
= 4,618 mm/hari
c.
Perhitungan NFR untuk masa
tanam menggunakan Persamaan
(3.17)
NFR November ke-2
= ETc + P – Re + WLR
= 4,618 + 2 – 5,115 + 1,7
= 3,203 mm/hari
Perhitungan kebutuhan air pada Masa
Tanam 1 pada bulan Desember ke-1
hingga
Januari
ke-2
dihitung
menggunakan cara yang sama dengan
perhitungan pada bulan November ke-2..
Perhitungan kebutuhan air untuk
golongan B di hitung dengan cara yang
sama dengan perhitungan sebelumnya.
Berikut rekapitulasi Tabel kebutuhan air
untuk padi Golongan B.

5.4.2 Analisis Kebutuhan Air Irigasi
Untuk Tanaman Palawija
Metode
yang
digunakan
dalam
perhitungan kebutuhan air untuk
palawija sama dengan perhitungan padi.
Perhitungan tanaman palawija tidak
memperhitungkan kebutuhan pada saat
penyiapan lahan dan pergantian air
(WLR).
Evapotranspirasi, koefisien
tanaman, perkolasi dan curah hujan
efektif
menjadi
faktor
yang
diperhitungkan dalam analisis kebutuhan
air palawija. Musim Tanam I dimulai
pada bulan November, Musim Tanam II
pada bulan Maret dan Musim Tanam III
pada bulan Juni. Analisi data kebutuhan
air palawija sebagai berikut.
1.

a.

b.

700
600
500
400
300
200
100
0

Kebutuhan Air Untuk Tanaman Padi

Gol A
Gol B

Okt-01
Okt-02
Nov-1
Nov-02
Des-01
Des-02
Jan-01
Jan-02
Feb-01
Feb-02
Mar-01
Mar-02
Apr-01
Apr-02
Mei-01
Mei-02
Jun-01

Debit

Berdasarkan
hasil
perhitungan
kebutuhan air bersih untuk tanaman padi
didapatkan nilai NFR maksimal sebesar
12,629 mm/hari. Kebutuhan air di pintu
pengambilan (DR) dihitung dengan cara
yang sama pada perhitungan Gol A.

Gambar 5.6 Kebutuhan Air Irigasi
Untuk Tanaman Padi Gol A dan B

c.

Analisis
Kebutuhan
Air
Palawija Masa Tanam 1 Pada
Golongan A
Masa Tanam I dimulai pada bulan
November, dengan nilai ETo
berturut
turut
dari
bulan
November adalah 4,198 mm/hari,
4,368 mm/hari
dan 3,730
mm/hari. Hujan efektif (Re)
berturut turut adalah 1,800, 3,653,
4,420, 4,013, 3,720 dan 4,027 dan
koefisien tanaman dari Tabel 3.6
dengan
jenis
palawija
diasumsikan
semua
berupa
jagung.
Kebutuhan konsumtif tanaman
palawija
(ETc)
dihitung
menggunakan Persamaan (3.21)
dan koefisien rerata tanaman dari
Tabel 3.5
ETc Minggu ke-1
= C × ETo
= 0,250 × 4,198
= 1,049 mm/hari
Perhitungan NFR untuk masa
tanam I menggunakan Persamaan
(3.17)
NFR Minggu ke-1
= ETc– Re + P
= 1,049 – 1,800 + 2
= 1,249 mm/hari

Perhitungan NFR diatas merupakan
kebutuhan air tanam untuk MT I, Untuk
menghitung kebutuhan air palawija pada

Prosiding Kolokium FTSP UII - 9

Perhitungan kebutuhan air untuk
palawija pada golongan B dihitung
dengan cara yang sama pada
perhitungan golongan A.
Berikut ini merupakan grafik hasil
perhitungan kebutuhan air untuk
tanaman palawija.
Kebutuhan Air Untuk Tanaman Palawija
500
Gol A
Gol B

400

Debit

Masa Tanam II dan Masa Tanam III
dihitung menggunakan cara yang sama
dengan perhitungan pada Masa Tanam I.
Pada Masa Tanam III, luas lahan yang
direncanakan lebih besar dari pada MT
I dan MT II. Musim Tanam III seluruh
lahan irigasi direncanakan untuk
tanaman
palawija.
Berikut
ini
merupakan hasil perhitungan kebutuhan
air bersih (NFR) untuk Musim Tanam I,
Musim Tanam II dan Musim Tanam III

300
200
100
0

Grafik 5.7 Kebutuhan Air Untuk
Tanaman Palawija
Kebutuhan Air Untuk Tanaman Total
700
600
500
400

= 16,908 l/dt.ha
DR (Nov-2) =
= 8,586 l/dt.ha
DR (Des-1) =
= 13,067 l/dt.ha
DR (Des-2) =
= 32,167 l/dt.ha

10 - Prosiding Kolokium FTSP UII

Palawija B
Padi B
Padi A

300
200
100

Debit

Berdasarkan
hasil
perhitungan
kebutuhan air bersih untuk tanaman
palawija pada Gol A didapatkan nilai
NFR maksimal sebesar 5,770 mm/hari.
Kebutuhan air di pintu pengambilan
(DR) dihitung dengan Persamaan
sebagai berikut:
DR
=
dengan :
A
= Luas Lahan Gol A (MT 1 dan
MT II : 76 ha, MT III : 292 ha)
EI
= Efisiensi Irigasi (0,65)
Contoh perhitungan kebutuhan air di
pintu pengambilan.
DR (Nov-1) =

Palawija A

0

Gambar 5.8 Grafik Kebutuhan Air
Untuk Tanaman Padi dan Palawija
5.4.3 Perhitungan Neraca Air
Analisis
keseimbangan
antara
ketersediaan air irigasi yang ada dan
kebutuhan air yang diperlukan untuk
kegiatan irigasi menjadi faktor yang
sangat penting untuk dapat tercapainya
keseimbangan
yang
optimum.
Perhitungan neraca air dilakukan untuk
menyelaraskan apakah air yang tersedia
cukup memadai untuk kebutuhan air
irigasi di DI Soropadan. Bila debit
sungai tidak melimpah maka ada 3
pilihan yang bisa dipertimbangkan :
1.
Luas daerah irigasi dikurangi.
2.
Melakukan modifikasi dalam pola
tanam.

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2016,
Bulan tahun, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

Modifikasi
dapat
dilakukan
dengan
perubahan
dalam
pemilihan tanaman dan tanggal
tanam,
untuk
mengurangi
kebutuhan air irigasi di sawah
dengan adanya kemungkinan
untuk dapat mengairi areal yang
lebih luas dengan debit yang
tersedia.
Rotasi teknis golongan
Rotasi teknis mengakibatkan
eksploitasi yang lebih kompleks,
selain itu rotasi teknis digunakan
untuk mengurangi kebutuhan
puncak air irigasi

3.

Beikut ini merupakan
perhitungan neraca air.

hasil

dari

Ketersediaan

Neraca Air
8,00

Surplus
Kebutuhan

6,00
4,00
2,00

Okt--1
Nov-1
Des-01
Jan-01
Feb-01
Mrt-1
Apr-01
Mei-01
Jun-01
Jul-01
Ags-1
Sep-01

0,00

Gambar 5.9 Grafik Neraca Air
5.5 KESIMPULAN
Hasil akhir dari evaluasi ketersediaan
dan kebutuhan air pada Daerah Irigasi
Soropadan pada Sunga Elo, berupa :
1. Sungai elo selalu mengalirkan air
sepanjang tahun dengan debit yang
berfluktuasi.
2. Berdasarkan analisis keseimbangan
(water balance) antara ketersediaan dan
kebutuhan air irigasi. Kebutuhan air
irigasi dapat dipenuhi dengan baik.
3. Ketersediaan air pada DAS Hulu
Sunga Elo sangat melimpah.

Mawardi, Eman. (2010). Desain
Hidraulik
Bangunan
Irigasi.
Alfabeta. Bandung
Soemarto. (1993). Hidrologi Teknik.
Penerbit Usaha Nasional. Surabaya
Subarkah, Imam. (1980). Hidrologi
Untuk Perencanaan Bangunan Air.
Penerbit Idea Darma. Bandung
Sudirman. (2012). Modul Perhitungan
Debit Andalan Sungai. ITB Press.
Bandung
Suroso, Agus. (2014). Irigasi dan
Bangunan Air. Penerbit PPBA Mercu
Buana. Jakarta.
Sulistiono, Bambang. (2013). Rekayasa
Irigasi.
(Tidak
diterbitkan).
Yogyakarta
Sriharto. (1993). Analisis Hidrologi.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Tim Dosen Teknik Sipil Perguruan
Tinggi Swasta se-Indonesia. (1997).
Irigasi dan Bangunan Air . Jakarta:
Gunadarma
Triatmojo, Bambang. (2014). Hidrologi
Terapan. Beta Offset. Yogyakarta
Ananta, Dwi Afri. (2012). Analisis
Perhitungan Kebutuhan Air Daerah
Irigasi Pakisan Bondowoso. Jurnal
Tugas Akhir. (Tidak Diterbitkan).
Universitas Jember.
Sujendro. (2013). Ketersediaan dan
Kebutuhan Air Irigasi Pada Rencana
Embung Jetis Suruh. Jurnal. STTNAS
Yogyakarta.
Sari, Indra Kusuma. (2012). Analisis
Ketersediaan dan Kebutuhan Air
Pada DAS Sampean. Tugas Akhir.
(Tidak Diterbitkan). Universitas
Brawijaya.

6.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat
Jendral
Departemen
Pekerjaan Umum. (1986). Standar
Perencanaan
Irigasi
Kriteria
Perencanaan 01. Badan Penerbit
Departemen
Pekerjaan
Umum.
Jakarta.

Prosiding Kolokium FTSP UII - 11