2. Komponen Kurikulum
Kurikulum memiliki beberapa komponen. Komponen kurikulum sering juga disebut dengan elemen, yang merupakan bagian dari kurikulum secara keseluruhan.
Kurikulum merupakan suatu sistem, maka komponen atau elemen kurikulum merupakan bagian yang fungsional dan tak terpisahkan dari sistem itu. Suatu
sistem adalah suatu kesatuan dari berbagai komponen yang saling berkaitan, saling berhubungan dan saling ketergantungan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan terlebih dahulu. Kurikulum memiliki komponen yang lengkap, fungsional, dan merupakan suatu sistem yang baik.
Untuk menjawab pertanyaan komponen apa yang diperlukan dalam pengembangan kurikulum, Ralph Tyler mencoba mengenali empat pertanyaan yang mendasar yang
harus dijawab dalam mengembangkan suatu kurikulum dan perencanaan pengajaran, yaitu:
a. Tujuan-tujuan pendidikan apakah yang harus dicapai oleh sekolah? b. Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang harus disediakan untuk
mencapai tujuan tersebut? c. Metode belajar-mengajar apa yang digunakan?
d. Evaluasi hasil belajar apa yang digunakan?
Keempat komponen tersebut saling berhubungan secara erat satu sama lainnya. Perubahan terhadap satu komponen dapat mempengaruhi komponen yang lainnya.
Hubungan yang erat itu dapat digambarkan dalam diagram berikut:
Tujuan
Konten Metode
Penilaian Komponen-komponen kurikulum
Keempat komponen kurikulum tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Tujuan
Tujuan dibagi menjadi dua, yakni tujuan umum aims dan tujuan khusus objective. Tujuan umum seringkali disebut dengan tujuan pendidikan nasional,
yang berupa pernyataan pendidikan yang bersifat filosofis yang luas. Tujuan umum juga merupakan pernyataan tentang hasil kehidupan yang diharapkan,
yang didasarkan pada ideologi dan nilai yang ingin diperjuangkannya. Sering pula tujuan umum dinyatakan secara resmi oleh negara dalam bentuk Undang-
Undang.
b. Kontenmateri
11 Model Kurikulum PLK Dikdas SMPMTs dengan Sosek Rendah , 2007
6
c. Metode
Metode merupakan strategi belajar-mengajar. Penting untuk diingat bahwa suatu metode tertentu dapat menjadi efektif untuk pengetahuanmateri tertentu, tetapi
kurang cocok untuk materi yang lain. Beberapa peserta didik dapat belajar lebih mudah dengan satu metode tertentu, sedangkan peserta didik lain dapat berhasil
dengan metode lainnya. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan sebaiknya diselenggarakan dengan metode yang interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Di bawah ini beberapa contoh dari metode yang banyak digunakan sekarang:
1 Expository Teaching
Expository Teaching merupakan suatu pendekatan di mana guru menyajikan informasi kepada peserta didik. Sumber informasi yang banyak digunakan
adalah buku teks dan bahan-bahan rujukan lain yang relevan seperti: bahan- bahan audiovisual dan pengalaman pribadi guru. Biasanya guru menyajikan
informasi, sedangkan peserta didik diharapkan memroses informasi tersebut dengan cara yang sama seperti yang disajikan guru. Metode yang digunakan
dalam pendekatan ini antara lain ceramah dan diskusi.
2 Inquiry Learning Inquiry Learning merupakan suatu pendekatan di mana guru bertindak. Guru
menciptakan dan mengatur kondisi-kondisi yang dapat memberikan rangsangan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan tentang topik
yang sedang dibahas. Metode ini dirancang untuk melatih peserta didik melakukan proses meneliti.
Menurut pendekatan ini, menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru diharapkan selalu merancang kegiatan
yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Langkah-langkah Pembelajaran Inquiry:
Melakukan Observasi Observation
Mengajukan Pertanyaan Questioning
Mengajukan dugaan Hiphotesis
Mengumpulkan data Data gathering
Menyimpulkan Conclussion 3 Problem Based Learning
Problem Based Learning adalah pembelajaran yang bersumber pada masalah- masalah yang dihadapi langsung oleh peserta didik, misalnya: masalah
kemiskinan, kebanjiran, pengangguran dan lain sebagainya. Dalam pendekatan ini masalah-masalah yang terjadi di lingkungan peserta didik
11 Model Kurikulum PLK Dikdas SMPMTs dengan Sosek Rendah , 2007
7
4 Collaborative Learning CL Banyak definisi yang diberikan para ahli terhadap colaborative learning, tetapi
pada umumnya Collaborative Learning CL ini didefinisikan oleh Roschelle Belvend 1995 sebagai ”a mutual engagement of participants in a
coordinated effort to solve a problem together” kondisi yang menguntungkan antara masing-masing peserta didik dalam
mengkoordinasikan usaha untuk memecahkan masalah secara bersama. Mereka lebih jauh mengatakan ”collaborative learning is based on the idea
that learning is a naturally social act in which the participants talk among themselves. It is through the talk that learning occurs” Collaborative
Learning adalah ide pembelajaran yang didasarkan pada interaksi sosial secara alamiah antarpeserta didik yang dapat berlangsung selama proses
pembelajaran berlangsung. Saling ketergantungan positive interdependence, akuntabilitas individu, keterampilan interpersonal, interaksi tatap muka, dan
group process merupakan lima elemen dasar yang menggerakkan Collaborative Learning CL. Diskusi merupakan salah satu contoh bentuk
Collaborative Learning CL.
5 Cooperative Learning Cooperative Learning merupakan model pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dengan cara membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok. Pembagian kelompok bisa berdasarkan masalah atau tema atau berdasarkan
keterampilan yang harus dikembangkan berkaitan dengan bakat dan minat peserta didik. Tema atau masalah yang dibahas dalam kelompok bisa
merupakan tema atau masalah yang sama atau berbeda.
d. PenilaianEvaluasi