semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi tetapi kekuatan akhir akan berkurang. Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya
Bleeding. - Kepadatan
density Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3.15 Mgm
3
=3,150.00 kgm
3
. Berat jenis semen berpengaruh pada proporsi semen dalam campuran beton. Pengujian berat jenis semen dapat dilakukan dengan alat
“ Turbidimeter” dari Wagner.
- Waktu Pengikatan setting time
Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras, terhitung sejak berekasinya air dan menjadi pasta semen cukup kaku menahan
tekan. - Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan air. Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat menimbulkan-
retakan pada saat pendinginan.Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pendinginan melalui perawatan
curing pada saat pelaksanaan. 2. Sifat Kimia.
Komposisi kimia pada semen portland akan berpengruh pada sifatnya. Di Indonesia tipe semen portland dibedakan menjadi lima SK SNI T-15-
1990-03:2 sebagai berikut: -
Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan persayatan khusus seperti jenis-jenis lainnya.
- Tipe II, semen portland yang Tipe III, semen portland yang dalam
penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setalah pengikatan terjadi.
- Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setalah pengikatan terjadi.
- Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas
hidrasi rendah -
Tipe V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. Dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
BAB VII. BATU BATA
Batu bata merupakan bahan bangunan yang diolah dari tanah liat atau tanah liat yang dicampur bahan lain yang dibakar pada suhu yang tinggi hingga tidak hancur lagi jika
direndam dalam air. A. BAHAN BAKU
Batu bata tersusun dari beberapa bahan baku. Dalam pembuatan batu bata, minimal harus mengandung dua bahan baku yaitu
Bahan pengisi
Pasir silika dan bahan lain berupa kapur dan oksida besi. Kapur berupa bubuk halus berfungsi untuk membantu proses pelelehan pasir saat pembakaran dan
merekatkan tanah liat. Oksida besi berfungsi untuk memberikan warna merah setelah proses pembakaran.
Bahan perekat
Tanah liat alumina dicampur diberi sedikit air agar bersifat plastis sehingga mudah dibentuk dan tidak getas.
B. PENGENDALIAN KUALITAS BATU BATA i
Kualitas batu bata yang baik memiiki persyaratan sebagai berikut :
Bentuk Batu bata memiiki bentuk standar berupa persegi panjang, bersudut siku-siku
tajam, permukaannya rata dan tidak terdapat retakan.
Ukuran Ukuran batau bata secara umum dirumuskan sebagai
Ukuran Jenis Besar
Jenis Kecil Toleransi
Panjang 240 mm
230 mm ± 3 selisih
ukuran terbesar dan terkecil
maximum 10 mm Lebar
115 mm 110 mm
± 4. Sselisih ukuran terbesar
dan terkecil maximum 5 mm
Tebal 52 mm
50 mm ± 5 selisih
ukuran terbesar dan terkecil
maximum 4 mm
Kekuatan 1. Kelas 25
2. Kelas 50 3. Kelas 100
4. Kelas 150 5. Kelas 200
Kelas batu bata tersebut menunjukkan kuat tekan rata-rata dalam kgcm
2
dari sampel baru bata dalam satu kelompok. Uji Kekuatan :
a. Uji kenampakan b. Uji Kuat Tekan
c. Uji Kandungan garam d. Uji serapan air
e. Uji bunyi f.
Uji kekerasan
Kandungan bahan
Bata yang baik tidak boleh mengandung garam yang mengakibalkan timbulnya bercak-bercak akibat kristal garam yang menutupi setengah
permukaannya.
Daya serap air Untuk mendapatkan batu bata yang baik, perlu diadakan pengujian daya
serap air. Langkah pengujian daya serap air : 1. Batu baia dikeringkan sampai kering mulak kemudian ditimbang
2. Sampel batu bata tersbut direndam dalam air sampai semua porinya terisi kemudian ditimbang.
3. Hasl penimbangan tersebut dihitung berdasarkan rumus :
Keterangan : P
= prosentase daya serap air W
b
= berat basah gr W
k
= berat kering gr Nilai P tidak boleh melebihi 25
Bunyi
Jika dua buah contoh batu bata dibenturkan tidak tertalu keras pada batu bata yang baik akan terdengar bunyi yang nyaring.
BAB VIII. BETON RINGAN
Autoclaved Aerated Concrete AAC
Latar Belakang
Dengan semakin pesatnya pertumbuhan pengetahuan dan teknologi di bidang konstruksi yang mendorong kita lebih memperhatikan standar mutu serta
produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah pembangunan konstruksi dengan lebih berkualitas. Diperlukan suatu bahan
bangunan yang memiliki keunggulan yang lebih baik dibandingkan bahan bangunan yang sudah ada selama ini. Selain itu bahan tersebut harus memiliki
beberapa keuntungan seperti bentuk yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan, spesifikasi teknis dan daya tahan yang kuat, kecepatan pelaksanaan
konstruksi serta ramah lingkungan. Jenis bahan bangunan pada bangunan konstruksi tersebut sangat bervariasi misalnya beton, pasir, kerikil.
Dewasa ini kata “Beton” sudah tidak asing lagi di kalangan para Engineer. Karena sudah hampir sebagian besar gedung-gedung dan sarana infrastruktur di
daerah kota menggunakan beton sebagai bahan dasar dari bangunan mereka. Penggunaan beton pada gedung dilakukan dalam rangka menghemat
pengeluaran dalam suatu proses konstruksi. Selain harganya yang terjangkau beton
juga memiliki
kuat tekan
yang tinggi.
Rasa tertarik pada penggunaan beton ini, akhirnya menimbulkan banyaknya jenis dari beton itu sendiri. Salah satu yang kita kenal adalah Beton Ringan lightweight
concrete atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hebel. Dalam paper ini penulis akan menjelaskan mengenai “Beton Ringan”.
Definisi Beton Ringan
Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis density lebih ringan daripada beton pada umumnya. Beton ringan bisa disebut sebagai beton ringan
aerasi Aerated Lightweight ConcreteALC atau sering disebut juga Autoclaved Aerated Concrete AAC yang mempunyai bahan baku utama terdiri dari pasir
silika, kapur, semen, air, ditambah dengan suatu bahan pengembang yang kemudian dirawat dengan tekanan uap air. Tidak seperti beton biasa, berat beton
ringan dapat diatur sesuai kebutuhan. Pada umumnya berat beton ringan berkisar antara 600 – 1600 kgm3. Karena itu keunggulan beton ringan utamanya ada
pada berat, sehingga apabila digunakan pada proyek bangunan tinggi high rise building akan dapat secara signifikan mengurangi berat sendiri bangunan, yang
selanjutnya berdampak kepada perhitungan pondasi.
Sejarah Beton Ringan
Teknologi material bahan bangunan berkembang terus, salah satunya beton ringan aerasi Aerated Lightweight ConcreteALC atau sering disebut juga
Autoclaved Aerated Concrete AAC. Sebutan lainnya Autoclaved Concrete, Cellular Concrete semen dengan cairan kimia penghasil gelembung udara ,
Porous Concrete, dan di Inggris disebut Aircrete and Thermalite. Beton ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun
1923 sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Beton ringan AAC ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di
Jerman Barat di tahun 1943. Dia memutuskan untuk mengembangkan sistem bangunan yang lebih baik
dengan biaya yang lebih ekonomis. Inovasi-inovasi brilian yang dilakukannya, seperti proses pemotongan dengan menggunakan kawat, membuka
kemungkinan-kemungkinan baru bagi perkembangan produk ini. Hasilnya, beton ringan aerasi ini dianggap sempurna, termasuk material
bangunan yang ramah lingkungan, karena dibuat dari sumber daya alam yang berlimpah. Sifatnya kuat, tahan lama, mudah dibentuk, efisien, dan berdaya guna
tinggi.
Kesuksesan Hebel di Jerman segera dilihat negara-negara lain. Pada tahun 1967 bekerja sama dengan Asahi Chemicals dibangun pabrik Hebel pertama di Jepang.
Sampai saat ini Hebel telah berada di 29 negara dan merupakan produsen beton aerasi terbesar di dunia. Di Indonesia sendiri beton ringan mulai dikenal sejak
tahun 1995, saat didirikannya PT Hebel Indonesia di Karawang Timur, Jawa Barat.
Kelebihan dan Kekurangan Beton Ringan
Ada beberapa Kelebihan dari Beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete AAC, yaitu :
Balok AAC mudah dibentuk. Sehingga dapat dengan cepat dan
akurat dipotong atau dibentuk untuk memenuhi tuntutan dekorasi gedung. Alat yang digunakan pun sederhana, cukup menggunakan alat
pertukangan kayu.
Karena ukurannya yang akurat tetapi mudah dibentuk, sehingga
dapat meminimalkan sisa-sisa bahan bangunan yang tak terpakai.
AAC dapat mempermudah proses konstruksi. Untuk membangun
sebuah gedung dapat diminimalisir produk yang akan digunakan. Misalnya tidak perlu batu atau kerikil untuk mengisi lantai beton.
Bobotnya yang ringan mengurangi biaya transportasi. Apalagi pabrik
AAC dibangun sedekat mungkin dengan konsumennya.
Karena ringan, tukang bangunan t idak cepat lelah. Sehingga cepat
dalam pengerjaannya.
Semennya khusus cukup 3 mm saja.
Mengurangi biaya struktur besi sloff atau penguat.
Mengurangi biaya penguat atau pondasi
Waktu pembangunan lebih pendek.
Tukang yang mengerjakan lebih sedikit. Sehingga secara keseluruhan bisa lebih murah dan efisien
Tahan panas dan api, karena berat jenisnya rendah.
Kedap suara
Tahan lama, kurang lebih sama tahan lamanya dengan beton
konvensional
Kuat tetapi ringan, karena tidak sekuat beton. Perlu perlakuan khusus.
dibebani AC menggunakan fisher FTP, Wastafel fisher plug FX68, panel dinding fisher sistem injeksi.
Anti jamur
Tahan gempa
Anti serangga
Biaya perawatan yang sedikit, bangunan tak terlalu banyak
mengalami perubahan atau renovasi hingga 20 tahun.
Nyaman
Aman, karena tidak mengalami rapuh, bengkok, berkarat, korosi.
Selain kelebihan, Beton AAC juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu :
Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran yang tanggung, akan
memakan waste yang cukup besar. Diperlukan keahlian tambahan untuk tukang yang akan memasangnya, karena dampaknya berakibat
pada waste dan mutu pemasangan.
Perekat yang digunakan harus disesuaikan dengan ketentuan
produsennya, umumnya adalah semen instan.
nilai kuat tekannya compressive strength terbatas, sehingga sangat
tidak dianjurkan penggunaan untuk perkuatan struktural.
Harganya cenderung lebih mahal dari bata konvesional. Di pasaran,
beton ringan dalam bentuk bata dijual dalam volume m3, sehingga dengan ukuran 60cmx20cmx10cm m3 bata ringan terdiri dari 83
buah. Jika dikonversikan dalam m
2
maka 1 m
2
terdiri dari 8.5 buah.