SISTEM TELEMETRI MULTI TRANSMITTER UNTUK PENGUKURAN TEMPERATUR DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN GELOMBANG RADIO

(1)

ABSTRACT

MULTI TRANSMITTER TELEMETRY SYSTEM FOR TEMPERATURE AND HUMIDITY MEASURING USING RADIO WAVES

By:

Alfian B L Sinaga

Humidity and temperature are one of important physics quantities for organism. Both factors can affect how organism to adapt with their environtment. Regarding the improvement of sensor and tranducer in electrical so nowdays there are many digital tools have been invented to facilitate the temperature and humidity measuring.

Sensor SHT11 is a single chip temperature and humidity sensor with multi module sensors that the output have been calibrated digitally.Main controller for this telemetry system is microcontroller ATMega 128. The system used 5VDC volatage source. The value of the measurement results transmitted with radio waves using RF APC220 and also displayed on LCD and stored in a micro SD From system realization acquired with regression value

for comparison temperature measuring value between system and

thermohygrometer and with regression value for comparison humidity measuring value between system and thermohygrometer. For data transmission the farthest distance that can be reached by RF APC220 is 190 meters in line of sight condition and 110 meters for non line of sight condition.


(2)

ABSTRAK

SISTEM TELEMETRI MULTI TRANSMITTER UNTUK PENGUKURAN TEMPERATUR DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN

MENGGUNAKAN GELOMBANG RADIO

Oleh Alfian B L Sinaga

Kelembaban udara dan temperatur adalah salah satu factor penting bagi mahluk hidup. Kelembaban udara dantemperatur dapat mempengaruhi bagaimana mahluk hidup dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Dengan perkembangan sensor dan tranducer dalam dunia elektronika maka pada saat ini sudah banyak ditemukan alat ukur digital untuk memudahkan pengukuran temperatur dan kelembaban udara.

Sensor SHT11 merupakan sebuah single chip sensor temperatur dan kelembaban relatif dengan multi modul sensor yang outpunya telah dikalibrasikan secara digital. Pengendali utama sistem telemerti ini adalah mikrokontroller ATMega 128. Sistem pengukuran ini menggunakan tegangan 5VDC. Hasil dari pengukuran selain ditransmisikan dengan gelombang radio menggunakan RF APC220 juga ditampilkan pada LCD dan disimpan pada micro SD.

Dari realisasi alat diperoleh nilai dengan regresi

untuk perbandingan nilai temperatur pengukuran dengan sistem dan

thermohygrometer dan diperoleh nilai dengan regresi

untuk perbandingan nilai kelembaban udara pengukuran dengan

sistem dan thermohygrometer. Untuk transmisi data jarak terjauh yang dapat dicapai oleh RF APC220 adalah 190 meter pada kondisi line of sight dan 110 meter pada kondisi tidak line of sight.


(3)

SISTEM TELEMETRI MULTI TRANSMITTER UNTUK PENGUKURAN TEMPERATUR DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN

MENGGUNAKAN GELOMBANG RADIO (Tesis)

Oleh:

Alfian Bheny Lecca Sinaga

Program Studi Magister Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Lampung


(4)

ABSTRACT

MULTI TRANSMITTER TELEMETRY SYSTEM FOR TEMPERATURE AND HUMIDITY MEASURING USING RADIO WAVES

By:

Alfian B L Sinaga

Humidity and temperature are one of important physics quantities for organism. Both factors can affect how organism to adapt with their environtment. Regarding the improvement of sensor and tranducer in electrical so nowdays there are many digital tools have been invented to facilitate the temperature and humidity measuring.

Sensor SHT11 is a single chip temperature and humidity sensor with multi module sensors that the output have been calibrated digitally.Main controller for this telemetry system is microcontroller ATMega 128. The system used 5VDC volatage source. The value of the measurement results transmitted with radio waves using RF APC220 and also displayed on LCD and stored in a micro SD From system realization acquired with regression value

for comparison temperature measuring value between system and

thermohygrometer and with regression value for comparison humidity measuring value between system and thermohygrometer. For data transmission the farthest distance that can be reached by RF APC220 is 190 meters in line of sight condition and 110 meters for non line of sight condition.


(5)

ABSTRAK

SISTEM TELEMETRI MULTI TRANSMITTER UNTUK PENGUKURAN TEMPERATUR DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN

MENGGUNAKAN GELOMBANG RADIO

Oleh Alfian B L Sinaga

Kelembaban udara dan temperatur adalah salah satu factor penting bagi mahluk hidup. Kelembaban udara dantemperatur dapat mempengaruhi bagaimana mahluk hidup dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Dengan perkembangan sensor dan tranducer dalam dunia elektronika maka pada saat ini sudah banyak ditemukan alat ukur digital untuk memudahkan pengukuran temperatur dan kelembaban udara.

Sensor SHT11 merupakan sebuah single chip sensor temperatur dan kelembaban relatif dengan multi modul sensor yang outpunya telah dikalibrasikan secara digital. Pengendali utama sistem telemerti ini adalah mikrokontroller ATMega 128. Sistem pengukuran ini menggunakan tegangan 5VDC. Hasil dari pengukuran selain ditransmisikan dengan gelombang radio menggunakan RF APC220 juga ditampilkan pada LCD dan disimpan pada micro SD.

Dari realisasi alat diperoleh nilai dengan regresi

untuk perbandingan nilai temperatur pengukuran dengan sistem dan

thermohygrometer dan diperoleh nilai dengan regresi

untuk perbandingan nilai kelembaban udara pengukuran dengan

sistem dan thermohygrometer. Untuk transmisi data jarak terjauh yang dapat dicapai oleh RF APC220 adalah 190 meter pada kondisi line of sight dan 110 meter pada kondisi tidak line of sight.


(6)

SISTEM TELEMETRI MULTI TRANSMITTER UNTUK PENGUKURAN TEMPERATUR DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN

MENGGUNAKAN GELOMBANG RADIO

Oleh:

Alfian Bheny Lecca Sinaga

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER SAINS

Pada

Program Pascasarjana Magister Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2017


(7)

(8)

(9)

(10)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :

Bapak dan Mamak

Dan Adik- adikku Novita, Shilvia Vera, Lordmen

dan Ina Mery..

Sebagai ungkapan rasa terimakasih dan bakti atas

segala doa dan kasih sayang serta pengorbanan


(11)

Motto

Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya

engkau menjadi bijak di masa depan

(Amsal 19:20)

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu

kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat

(Winston Churchil)

Lebih baik bertempur dan kalah daripada tidak pernah bertempur sama

sekali


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak sulung dari 5 (lima) bersaudara pasangan M. Sinaga dan H. Panggabean yang lahir di Sidikalang pada tanggal 23 November 1987.

Pada tahun 2000, penulis menyelesaikan pendidikan di SD Swasta ST Yosef Sidikalang, tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 1 Sidikalang, dan pada tahun 2006 menyelesaikan pendidikan di SMK Telekomunikasi Shandy Putra Medan.

Sejak tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung melalui jalur SPMB. Pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Magister Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.


(13)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat, dan kasih-Nyalah, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Sistem Telemetri Multi Transmitter Untuk Pengukuran Temperatur Dan Kelembaban Udara Dengan Menggunakan Gelombang Radio”

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Pascasarjana Magister Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Dalam penyusunan tesis ini penulis telah banyak mendapat bantuan baik ilmu, petunjuk, materi, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam kepada :

1. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan sebagai Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, ilmu, gagasan, saran dan kritik sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

2. Ibu Dr. Ir. Sri Ratna Sulistiyanti, M.T. selaku Pembimbing II yang telah bersedia memberikan ide, gagasan, saran dan kritik pada penulis.

3. Ibu Dr. Yanti Yulianti, S.Si., M.Si. selaku Pembahas yang telah bersedia memberikan arahan, koreksi, saram dan kritik.


(14)

4. Bapak Prof. Posman Manurung, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Magister Fisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung

5. Bapak Arif Surtono, M.Si., M.Eng., selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan karyawan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung

7. Bapak dan Mamak, atas kasih sayang, kesabaran, do’a yang tak pernah habis sepanjang masa.

8. Adik- adikku Vita, Vera, Lordmen dan Ina Mery yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dalam pendidikan

9. Rekan-rekan penulis di Wisma Sanabil, Kornelius, Cosmas, Noven, Rio, Andri Tekel, Josua, yang sudah membantu penulis dalam pengerjaan tesis ini 10. Teman-teman seperjuangan di Program Pascasarjana Magister Fisika 2014,

Fitria Yunita, Laura Megadia, Kadek.

11. Riris Sitindaon yang sudah mengingatkan penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

12. Semua pihak yang telah membantu serta mendukung penulis dari awal kuliah hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Bandar Lampung, Januari 2017


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Masalah ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terkait ... 7

B. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya ... 19

C. Dasar Teori ... 20

1. Temperatur ... 20

2. Kelembaban Udara ... 20

3. Sensor SHT11 ... 22

4. RF APC 220 ... 25

5. Mikrokontroller ATMega 128 ... 26


(16)

ii

7. Serial Logger ... 29

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

B. Alat dan Bahan ... 31

C. Prosedur Penelitian ... 33

1. Perancangan Perangkat Keras ... 33

2. Perancangan Rangkaian Keseluruhan ... 35

3. Perancangan Perangkat Lunak (Software) ... 37

4. Perancangan Sistem Transmisi Data ... 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

B. Pembahasan ... 43

1. Analisis Perangkat Keras ... 43

a. Sistem Catu Daya ... 43

b. Sensor SHT 11 ... 44

c. Liquid Crystal Display (LCD) ... 50

d. Serial Logger ... 51

e. Sistem RF APC 220 ... 52

2. Analisis Perangkat Lunak ... 54

a. Analisis Program pengukuran Temperatur dan Kelembaban Udara ... 54

b. Program Menampilkan Data pada Liquid Crystal Display ... 58

c. Program Untuk Mengirimkan Hasil Pengukuran dengan RF APC220 ... 60

d. Program Pengaturan dengan Real Time Clock ... 60


(17)

iii

C. Pengujian Sistem Secara Keseluruhan ... 63 1. Pengujian Sistem Pengukuran Temperatur dan Kelembaban

Udara ... 63 2. Pengujian Sistem Radio Frekuensi APC 220 ... 70 3. Sistem telemetri multi transmitter untuk pengukuran temperatur dan kelembaban udara dengan gelombang radio ... 74

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Perbandingan Karakteristik Sensor denganDataheet ...8

2. Respon Sensor SHT11 Dan LM35DZ Dengan Termometer Air Raksa ... 9

3. Respon Sensor SHT11 dengan Hygrometerwet and dry ...9

4. Blog Diagram Sistem Pengukuran Temperatur dan Kelembaban Udara pada Lumbung ... 10

5. Nilai Pengukuran Temperatur dengan Sensor SHT71 ... 11

6. Nilai Pengukuran Kelembaban Udara dengan Sensor SHT71... 11

7. Pengujian TCR pada RTD (TCR = 8,2 x 10-4 0C-1) ... 12

8. Hasil Pengujian Sensitivitas Kelembaban Udara pada 50% - 90% RH... 13

9. Blog Diagram Sistem Pengendalian Parameter Temperatur dan Kelembaban Udara Sarang Lebah... 13

10. Sistem Pemancar FM ... 14

11. Sistem Penerima FM... 14

12. Blok Diagram Sistem Monitoring Area Pertanian (pada daerah Pertanian) ... 16

13. Blog Diagram Sistem Monitoring Area Pertanian (pada Penerima) ... 17

14. Tampilan Jendela Utama pada PC (pada penelitian Jingwei Dong)... 18

15. Sensor Temperatur SHT11 ... 24


(19)

v

17. Arsitektur mikrokontroler ATMega128... 28

18. Bentuk fisik dari Micro SD... 29

19. Bentuk umum dariSerial Logger ...30

20. Diagram alir langkah kerja realisasi rangkaian... 34

21. Blok Diagram Perancangan Sistem ... 35

22. Rangkaian Keseluruhan ... 36

23. Blok Diagram Sistem Transmisi Data ... 39

24. SoftwareRF-Magic... 39

25. Diagram Alir Perancangan Perangkat Lunak...40

26. Sistem Telemetri Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara ... 42

27. Grafik Hasil Pengukuran Temperatur dengan Termohygrometer dan sensor SHT 11... 48

28. Grafik Hasil Pengukuran Kelembaban Udara dengan TermohygrometerDigital dan SHT 11 ... 49

29. Tampilan Data yang Tersimpan Pada Kartu memori... 52

30. Data Hasil Pengukuran yang Dikirimkan oleh RF APC220... 53

31. Tampilan LCD setelah Diprogram... 59

32. Perbandingan Nilai Temperatur yang Ditampilkan oleh APC220, LCD, kartu memori danthermohygrometerdigital ... 65

33. Perbandingan Nilai Kelembaban Udara yang Ditampilkan oleh APC220, LCD, kartu memori danthermohygrometerdigital ... 65

34. Grafik Hubungan Waktu dan Temperatur ... 67

35. Grafik Hubungan Kelembaban Udara dengan Waktu ... 68


(20)

vi

37. Titik Uji RF APC220 KondisiLine of Sight ...71

38. Titik Uji dari Depan Gedung Rektorat mengarah Ke Gedung FEB ... 72

39. Titik Uji dari Gedung Rektorat mengarah Ke Gedung FT ... 73

40. Gambar Tampilan Pengaturan Frekuensi... 75


(21)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Pengukuran Suhu ...46

2. Pengukuran Kelembaban Udara...47

3. Nilai Koefisien dan untuk harga Vdd dan Resolusi yang digunakan ...56

4. Nilai Koefisien Kompensasi dan Nilai Koefisen Konversi Nilai Kelembaban udara...57

5. Perbandingan Nilai Hasil Pengukuran Temperatur dan Kelembaban Udara...64

6. Data Pengukuran Temperatur dan Kelembaban Udara...67

7. Data Hasil PengujianLine of Sight ...72


(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada enam faktor yang mempengaruhi kenyamanan lingkungan, keenam faktor tersebut adalah temperatur, sinar matahari, penguapan, kecepatan angin, kelembaban udara.

Kelembaban udara adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau kelembaban relatif.

Kelembaban udara merupakan salah satu faktor penting bagi makhluk hidup. Kelembaban udara juga dapat mempengaruhi bagaimana mahluk hidup dapat beradaptasi bagi lingkungannya. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia sudah ditentukan standar kelembaban dan temperatur dalam ruangan sebagai syarat kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri yaitu pada SK Menkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 yaitu temperatur dalam ruangan antara 18–28oC, dan kelembaban udara diantara 40-60%.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kelembaban udara adalah temperatur. Temperatur dan kelembaban merupakan salah satu besaran yang sangat penting dalam fisika kimia dan biologi. Maka untuk melihat kelembaban udara dan temperatur lingkungan apakah sehat untuk daerah perkantoran ataupun industri,


(23)

2

atau baik untuk daerah pertanian, perkebunan ataupun peternakan maka perlu dilakukan pengukuran nilai kelembaban dan temperatur.

Kelembaban dapat diukur dengan menggunakan alat yang dinamakanhygrometer dan pengukuran temperatur dapat dilakukan dengan menggunakan thermometer. Sedangkan alat yang dapat digunakan untuk mengukur temperatur dan kelembaban secara bersamaan dinamakan dengan thermohygrometer. Alat ukur ini masih merupakan alat ukur analog maka diperlukan sebuah alat ukur elektronika untuk memudahkan pengukuran dan memudahkan pengoperasiannya.

Dengan perkembangan sensor dan tranducer dalam dunia elektronika maka pada saat ini sudah banyak ditemukan alat ukur digital untuk memudahkan pengukuran besaran besaran fisis. Beberapa keunggulan dari alat ukur digital dibandingkan dengan alat ukur analog adalah, kemudahan pembacaan, skala terkecil pengukurannya lebih kecil dibanding alat ukur analog, kemudahan dalam pengoperasiannya, dan beberapa alat ukur dikemas menjadi satu alat ukur sesuai keperluan. Sensor yang umum digunakan untuk pengukuran temperatur dan kelembaban udara adalah sensor kapasitif, karena harga yang murah dan nilai pendeteksian pada kelembaban udara yang spesifik dan dapat digunakan pada industri dengan nilai temperatur yang sangat tinggi ataupun yang sangat rendah (Wagner.et al.2011).

Untuk pengukuran temperatur dan kelembaban secara bersamaan dengan menggunakan satu modul dapat digunakan dengan modul SHT 11 (Cretu, 2008). SHT11 adalah suatu modul chip multi sensor temperatur dan kelembaban relatif yang menghasilkan keluaran digital yang terkalibrasi. Di bagian dalamnya


(24)

3

terdapat kapasitif polimer sebagai elemen untuk sensor kelembaban relatif dan sebuah pita regangan yang digunakan sebagai sensor temperatur. Pada penelitian sebelumnya nilai temperatur terukur pada sensor SHT 11 tidak ada perbedaan yang signifikan dengan pengukuran menggunakan thermometer dan demikian juga dengan pengukuran kelembaban tidak ada perbedaan yang signifikan dengan hasil pengukuran menggunaka hygrometer dan dapat digunakan pada temperatur kamar dan kelembaban sampai pada 100% (Talapesy, 2013).

Sensor SHT 11 pada saat digunakan untuk mengukur temperatur dan kelembaban udara pada lumbung yang dilakukan di China memiliki nilai kesalahan mutlak 0.4oC dan nilai kesalahan mutlak maksimum kelembaban udara sebesar 0.03% (Dong. J et al, 2014). SHT 11 juga dapat digunakan sebagai kontrol alarm pada lumbung penyimpanan bahan makanan, nilai temperatur dan kelembaban diatur pada parameter maksimal dan bila hasil pengukuran dari sensor melewati nilai parameter maka alarm akanon(Lin dan Tong, 2013). Sensor SHT juga digunakan pada pengontrolan rumah kaca (Hanggoroet al, 2013).

Pada penerapannya akan sangat sulit memantau hasil pengukuran dari instrumentasi pengukuran yang sudah dibuat karena di lapangan pada daerah yang akan diukur dapat berupa daerah pegunungan, hutan, areal pertanian/perkebunan atau daerah sungai maka diperlukan instrumentasi tambahan untuk membantu pemantauan hasi pengukuran.

Untuk memudahkan pemantauan hasil pengukuran dari instrumentasi elektronika maka dapat dilakukan pemantauan jarak jauh yaitu dapat dengan menggunakan


(25)

4

teknologi wireless atau tanpa kabel yaitu dapat dengan menggunakan sinyal radio ,jaringan GSM ataupun melalui website.

Pada penelitian sebelumnya sudah berhasil diracang pemantau nilai temperatur dan kelembaban udara dengan menggunakan teknologi wireless. Jaringan yang digunakan adalah dengan menggunakan jaringan internet dan menggunakan pemrograman berbasis java, aplikasi ini dirancang untuk sebagai aplikasi pengukuran temperatur dan kelembaban secara remote dan aplikasi ini independen terhadap sistem operasi komputer dan aplikasi browser yang berbeda (Sugiarti dan Harmoko, 2011), pemantauan nilai temperatur dan kelembaban udara juga dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi android (Hanggoro et al, 2013). Pemantauan nilai temperatur dan kelembaban udara dengan menggunakan jaringan GSM juga sudah pernah dilakukan untuk memantau nilai kelembaban udara dan temperatur pada sarang lebah (Alpaslan, 2012).

Pada kondisi yang sebenarnya dilapangan tidak semua daerah itu dapat dilayani dengan menggunakan jaringan GSM dan internet seperti pada daerah hutan ataupun pegunungan. Maka perlu dilakukan penelitian untuk pemantauan dan pengukuran temperatur dan kelembaban udara dengan menggunakan jaringan radio.

Pada penelitian ini untuk pemantauan jarak jauh atau telemetri menggunakan jaringan radio sebagai media komunikasi data dari sistem instrumentasi pengukuran ke pusat pemantauana data (PC). Sebagai modul untuk transmisi data dengan sinyal radio pada penelitian ini digunakan modul antenna RF APC 220. Karakteristik dari modul ini adalah memiliki daya keluaran sekitar 20mW,


(26)

5

frekuensi kerja dari 418 sampai dengan 455 MHz, mampu melakukan transfer untuk data yang besar dan jarak komunikasi antara transmiiter dan receiver sekitar 1000 meter. Jarak ini dapat tercapai bila tidak ada penghalang antara transmiiterdanreceivernamun pada kenyataannya jarak maksimal ini tidak dapat tercapai karena dilapangan akan sangat banyak penghalang seperti pohon ataupun gedung.

Untuk menghindari kegagalan dalam pengukuran karena adanya pemadaman lisrik maka pada penelitian ini sebagai sumber tegangan pada sistem sensor digunakan sel surya dan penyimpanan daya dari sel surya menggunakan akumulator.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang ada maka dapat dirumuskan masalah pada penelitain ini adalah bagaimana merancang sistem pengukuran kelembaban udara dan temperatur dengan menggunakan sensor SHT 11 dan melakukan telemetri dengan menggunakan frekuensi radio dengan menggunakan modul RF APC220

C. Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah:

1. Merealisasikan sistem perangkat telemetri pengirim dan penerima dengan memanfaatkan gelombang radio;


(27)

6

3. Merealisasikan alat sistem monitoring dan pengukur temperatur dan kelembaban udara agar pengamatan dan akuisisi data dapat dilakukan pada sebuah daerah;

4. Analisis alat sistem pemantau dan pengukuran temperatur dan kelembaban udara;

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Memudahkan dalam memantau temperatur di suatu daerah yang memiliki tempat yang sukar dijangkau;

2. Dapat memantau informasi pengukuran secararealtimedengan jarak tertentu; 3. Menggunakan frekuensi radio sebagai media pengirim data hasil pengukuran

dan pemantauan nilai temperatur dan kelembaban udara;

E. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pengujian dilakukan di lingkungan Universitas Lampung; 2. Sensor yang digunakan adalah sensor SHT 11;

3. Pengujian untuk transmisi data menggunakan multi stasion transmitter; 4. Frekuensi yang digunakan pada range 418 Mhz–455 MHz;


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terkait

Penelitian tentang pengukuran temperatur dan kelembaban ini sebelumnya sudah pernah dilakukan. Aji Hanggoro (2013) melakukan penelitian tentang pemantauan dan kontrol rumah kaca dengan menggunakan android. Pada penelitian ini sebagai pengendali utama digunakan Arduino Uno sebagai pengendali utama dan menggunakan sensor SHT11 sebagai pengukur nilai temperatur dan kelembaban. Penelitian ini dibuat untuk merealisasikan sistem pengontrolan untuk rumah kaca. Keluaran dari sistem ini adalah pompa air yang akan aktif bila diaktifkan dari jarak jauh dengan menggunakan aplikasi android. Dari hasil pengujian alat diperoleh bahwa nilai hasil pengukuran temperatur dari sensor sesuai dengan datasheet, tetapi pada pengukuran kelembaban udara menunjukkan bahwa pada temperatur 300C - 700C menunjukkan nilai kelembaban udara masih dalam jangkauan yang normal, tetapi bila nilai temperatur lebih tinggi maka hasil pengukuran sensor akan menurun dan mendekati nilai nol. Hasil dari pengujian sensor yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.


(29)

8

Gambar 1. Perbandingan Karakteristik Sensor denganDatasheet (Sumber: Hanggoro. Aet al.2013)

Pengukuran temperatur dan kelembaban udara juga sudah pernah dilakukan oleh Ronaldo Talapessy (2013). Pada penelitian ini Talapeesy Pada penelitian yang dilakukan oleh Talapessy pengukuran dilakukan dengan menggunakan mikrokontroller ATMega16 sebagai pengendali utama dan menggunakan sensor SHT11 untuk pengukuran nilai kelembaban udara dan temperatur dan menggunakan sensor LM35 untuk pengukuran nilai temperatur. Pada penelitian ini menggunakan relay yang dihubungkan dengan kipas dan heater sebagai pengontrol kelembaban udara dan temperatur. Sebagai penampil hasil pengukuran digunakan personal computer (PC) dan liquid crystal display (LCD). Untuk menguji sensor SHT11 dan LM 35 bekerja dengan baik maka pada penelitian ini dilakukan pengujian dengan menggunakan thermometer air raksa dengan skala pengukuran dari -500C sampai dengan 500C. dan untuk menguji nilai pengukuran kelembaban udara digunakan higrometer wet and dry. Pada Gambar 2 dan Gambar 3 dapat dilihat bahwa sensor SHT11 dan LM 35 dapat merespon perubahan temperatur dan kelembapan dengan baik. Pada pengukuran juga


(30)

9

Gambar 2. Respon Sensor SHT11 Dan LM35DZ Dengan Termometer Air Raksa (Sumber : Talapessy. R. 2013)

Gambar 3. Respon Sensor SHT11 dengan Higrometerwet and dry (Sumber : Talapessy. R. 2013)

terlihat bahwa nilai pengukuran temperatur berbanding terbalik dengan kelembaban udara.

Ji Lin (2013) melakukan penelitian tentang sistem pendeteksian temperatur dan kelembapan udara pada lumbung. Pada penelitian ini digunakan mikrokontroller


(31)

10

sebagai pengendali utama sistem. Pada penelitian ini digunakan sensor SHT11 sebagai sensor temperatur dan kelembaban udara. Dari hasil pengujian sistem yang dilakukan dari penelitian ini diperoleh bahwa jarak pengukuran temperatur yaitu dari -400C - 123,80C pada ketelitian kurang dari 0,10C. Jangkauan pengukuran kelembaban udara dari 0% - 100% RH dengan ketelitian kurang dari 4,5%. Blog diagram pada penelitian yang dilakukan Ji Lin ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Shou Yang (2015) juga telah melakukan pengukuran temperature dan kelembaban udara. Pada penelitian yang dilakukan oleh Shou Yang digunakan sensor temperatur dan kelembaban udara SHT71. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sensor dapat bekerja dengan baik pada saat pengukuran temperatur dan kelembaban udara. Nilai kelembaban udara yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan sensor SHT71 berbanding terbalik dengan nilai pengukuran temperatur. Hasil penguukuran temperatur dan kelembaban udara pada pengujian sensor SHT71 dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

Gambar 4. Blog Diagram Sistem Pengukuran Temperatur dan Kelembaban Udara pada Lumbung


(32)

11

Gambar 5. Nilai Pengukuran Temperatur dengan Sensor SHT71 (Sumber : Yang. Set a.l2015)

Gambar 6. Nilai Pengukuran Kelembaban Udara dengan Sensor SHT71 (Sumber : Yang. Set al.2015)

Rong Hua Ma (2011) melakukan penelitian tentang sistem pemantauan cuaca tanpa kabel dengan menggunakan teknologi MEMS. Pada penelitian ini dirancang sensor untuk melakukan pengukuran cuaca yang disatukan dalam satu sensor.


(33)

12

Gambar 7. Pengujian TCR pada RTD (TCR = 8,2 x 10-4 0C-1) (Sumber : Ma. R. Het al.2011)

Dari hasil pengujian yang dilakukan untuk pengukuran temperatur dan kelembaban udara diperoleh bahwa nilai perubahan tegangan berubah secara linear terhadap perubahan temperatur.

Pada penelitian ini diperoleh bahwa nilai rata-rata TCR (temperature coefficient of resistetance) adalah 8,2 x 10-4(0C-1) pada kelembaban konstan 60% hubungan dari respon sinyal dan temperatur dapat dilihat pada Gambar 7. Untuk melihat sensitivitas sensor terhadap kelembaban dilakukan penelitian dengan pengujian kelembaban yaitu dari 50% sampai dengan 90% RH pada kenaikan 5% pada temperatur konstan 27, 30, 40, dan 500C berdasarkan referensi dari alat ukur kelembaban dan temperatur. Hasil pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 8.


(34)

13

Gambar 8. Hasil Pengujian Sensitivitas Kelembaban Udara pada 50% - 90% RH (Sumber : Ma. R. Het al.2011)

Penelitian tentang sistem telemetri data sudah pernah dilakukan sebelumnya. Adem Alpaslan (2012) melakukan penelitian tentang pengendalian jarak jauh temperatur dan kelembaban udara pada sarang lebah. Pada penelitian ini digunakan jaringan GSM untuk pengendalian jarak jauh. Blog diagram pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Blog Diagram Sistem Pengendalian Parameter Temperatur dan Kelembaban Udara Sarang Lebah


(35)

14

Warsito (2010) telah melakukan sistem telemetri analisis akuisisi data dari multisensor dengan menggunakan modulasi frekuensi 0,11 GHz. Pada penelitian ini ada dua sistem perangkat keras yang digunakan yaitu sistem pemancar dan sistem penerima, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10 dan Gambar 11.

Gambar 10. Sistem Pemancar FM (Sumber : Warsito. et al.2010)

Gambar 11. Sistem Penerima FM (Sumber : Warsito. et a.l2010)


(36)

15

Pada penelitian ini sirkuit pemancar FM terdiri dari tiga bagian yaitu gelombang sinyal pembawa 0,11 GHz, sirkuit penyangga untuk mengatur nilai frekuensi dan rangkaian amplifier 12 Watt. Tipe antena yang digunakan adalah tipe Yagi. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa dari dua jenis parameter fisis yaitu temperatur dan tinggi permukaan air telah diukur dan ditransmisikan sejauh 5 Km dengan menggunakan daya pemancar 12 Watt dan nilai parameter fisis dapat dilihat pada computer dengan menggunakan jaringan antarmuka serial ~1,2 Kb/s.

Ming Kuo (2014) juga melakukan penelitan sistem pemantauan jarak jauh temperatur tanah berlapis berbasis GPRS. Modul GPRS pada penelitian ini digunakan untuk mengirimkan data yang telah diukur server jarak jauh melalui jaringan komunikasi tanpa kabel. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sistem dapat menerima hasil pemantauan temperatur tanah secara real time dengan akurat dan transmisi data stabil dan dapat dipercaya.

Jin Gang (2013) melakukan penelitian tentang desain jaringan sensor temperatur dan kelembaban udara tanpa kabel berbasis NRF24L01. NRF24L01 adalah modul pemancar wireless keeping tunggal 2,4 GHz, yang bekerja pada pita frekuensi 2,400 GHz – 2,4835 GHz dan mendukung komunikasi wireless muti-point. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa jaringan sensor dapat bekerja dengan baik.

Sistem telemetri juga dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan radio yaitu menggunakan teknologi ZigBee. ZigBee adalah sistem transmisi tanpa kabel dengan daya rendah. Ada tiga jenis ZigBee di pasar yaitu ZigBee series 1 yang


(37)

16

dapat menjangkau sampai dengan 100 m, ZigBee series 2 yang dapat menjangkau samapi dengan 125 m, dan ZigBee Pro Series 1 yang dapat menjangkau hingga 1,5 Km. Penelitian dengan menggunakan ZigBee sudah dilakukan oleh A. Salleh (2013) yaitu penelitian sistem monitoring rumah kaca dengan menggunakan jaringan sensor tanpa kabel. Pada penelitian ini digunakan ZigBee series 1. Dari pengujian diperoleh bahwa ZigBee menerima data dengan sangat lambat pada jangkauan 60m –100m. Hemanth Kumar (2012) juga menggunakan ZigBee pada penelitiannya tentang sistem monitoring dan pengendalian lingkungan lumbung. Gopala Khrisna (2013) juga menggunakan ZigBee untuk penelitan tentang sistem monitoring area pertanian jarak jauh tanpa kabel. Pada penelitian ini ZigBee digunakan untuk mengirimkan data lingkungan daerah pertanian seperti temperatur dan kelembaban udara. Pada Gambar 12 dan Gambar 13 diperlihatkan blok diagram sistem monitoring lingkungan pertanian yang dilakukan pada penelitian ini.

Gambar 12. Blok Diagram Sistem Monitoring Area Pertanian (pada daerah pertanian)


(38)

17

Gambar 13. Blok Diagram Sistem Monitoring Area Pertanian (pada penerima)

(Sumber : Moorthy. G. Ket al.2013)

Sandeep Kaushik (2013) melakukan penelitian tentang sistem pemantauan dan pengendalian pada penyimpanan makanan dengan menggunakan jaringan sensor tanpa kabel berbasis modul ZigBee dan Bluetooth. Bluetooth adalah teknologi radio tanpa kabel yang digunakan pada komunikasi area kecil untuk menghilangkan kabel pada perangakat computer seperti keyboard, mouse printer dan perangkat lainnya seperti PDA dan handphone.kecepatan transfer Bluetooth dapat mencapai 3 Mbps. Bluetooth menggunakan lebar pita frekuensi 2,4 GHz, dengan daya transmisi sebesar 1 mW yang dapat mencapai jarak sampai 10 m. Bila daya transmisi Bluetooth ditingkatkan samapi 100 mW maka jarak transmisi akan mencapai 100 m.

Pada penelitian yang dilakukan Kaushik menggunakan sensor temperatur LM 35 dan sensor kelembaban udara HC 201. Pada penelitian ini Kaushik mencoba


(39)

18

membandingkan transmisi data tanpa kabel antara menggunakan modul ZigBee dan Bluetooth. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa jangkauan Bluetooth lebih kecil dibanding ZigBee tetapi respon waktu dan kecepatan transfer data sama dengan ZigBee. Keunggulan ZigBee dari Bluetooth adalah konsumsi daya yang kecil dan jangkauan yang lebih besar.

Jingwei Dong (2014) melakukan penelitian desain sistem pemantauan temperatur dan kelembaban udara pada lumbung dengan menggunakan jaringan tanpa kabel berbasis ZigBee dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa jaringan tanpa kabel dengan ZigBee dapat digunakan untuk mengirimkan data pada sistem pengukuran temperatur dan kelembaban udara. Data yang dikirimkan melalui jaringan wireless akan di PC sebagai pusat pemantauan data. Data yang sudah diterima akan ditampilkan pada PC dengan menggunakan program Microsoft Visual Studio 6. Tampilan utama dari hasil pengukuran data pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 14.

Gambar 14. Tampilan Jendela Utama pada PC (pada penelitian Jingwei Dong)


(40)

19

B. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

Pada penelitian yang dilakuakan oleh Lin, keluaran dari sistem adalah alarm sebagai informasi nilai temperatur dan kelembaban udara (Lin. J dan Zhao. T, 2013). Penelitian yang dilakukan Hanggoro adalah sistem pemantauan dan pengukuran nilai temperatur dan kelembaban udara dan hasil yang didapat dari pengukuran dikirimkan dengan menggunakan aplikasi android (Hanggoro, et al 2013). Pada penelitian yang dilakukan Tapalessy adalah pengukuran dan pemantauan nialai temperatur dan kelembaban udara dan menggunakan PC dan LCD sebagai penampil hasil pengukuran, PC dan sistem pengukuran temperatur dan kelembaban udara dihubungkan dengan menggunakan USB dan harddiskPC sebagai media penyimpanan data hasil pengukuran (Talapessy, R. 2013).

Pada penelitian sebelumnya juga sudah dirancang sistem telemetri data pengukuran temperatur dan kelembaban udara dengan menggunakan ZigBee.

Pada penelitian ini akan dicoba untuk merancang sebuah sistem pemanatauan temperatur dan kelembaban udara di lingkungan dengan menggunakan sensor SHT11 sebagai sensor masukan dan mikrokontroller sebgai pengendali utama. Data hasil pengukuran dari jarak jauh akan dikirimkan kepersonal computer(PC) (telemetri) dengan menggunakan gelombang radio dengan menggunakan perangkat Radio Frekuensi APC220. Pada penelitian ini akan dicoba dirancang sistem pengiriman data dengan menggunakan multi transmitter dan satu receiver dengan cara membagi frekuensi dari range frekuensi yang dimiliki oleh Radio Frekuensi APC220.


(41)

20

C. Dasar Teori

1. Temperatur

Temperatur merupakan karakteristik inherent, yang dimiliki oleh suatu benda yang berhubungan dengan panas dan energi. Jika panas dialirkan pada suatu benda, maka temperatur benda tersebut akan meningkat dan akan menurun jika benda tersebut kehilangan panas. Serapan energi radiasi matahari akan menyebabkan temperatur udara meningkat. Temperatur udara harian maksimum tercapai beberapa saat setelah intensitas cahaya maksimum tercapai. Intensitas cahaya maksimum tercapai pada saat berkas cahaya jatuh tegak lurus yakni pada waktu tengah hari. Secara mikroskopis temperatur menunjukan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik dalam perpindahan maupun gerakan ditempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi temperatur benda tersebut. Temperatur disebut juga sebagai temperatur yang diukur dengan thermometer. Satuan temperatur yang umum dikenal ada empat macam yakni Celcius, Fahrenheit, Reamur dan Kelvin.

2. Kelembaban Udara

Kelembaban udara ditentukan dari kandungan uap air di udara. Definisi tersebut dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif), kelembaban absolut maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban absolut (absolute humidity) adalah total massa uap air per satuan volume udara. Massa udara lembab adalah total massa dari seluruh gas-gas atmosfer yang terkandung


(42)

21

termasuk uap air, jika massa uap air tidak diikutkan, maka disebut massa udara kering (dry air).

Tekanan uap air adalah tekanan parsial uap air dalam udara dengan satuan Pascal (Pa). Tekanan uap air jenuh adalah tekanan uap air maksimum yang dapat dicapai pada suhu tertentu. Jika tekanan uap parsial sama dengan tekanan uap air yang jenuh maka akan terjadi pemadatan. Relative humidity secara umum mampu mewakili pengertian kelembaban. Untuk mengerti relative humidity maka harus diketahui absolut humidity. Absolut humidity merupakan jumlah uap air pada volume udara tertentu yang dipengaruhi oleh suhu dan tekanan.

= 217 (2.1)

dengan :

=absolute humidity(g/m3); = tekanan oleh uap air (mb );

= temperatur saat pengukuran (K).

Data klimatologi untuk kelembaban udara yang umum digunakan adalah kelembaban relatif (relative humidity, RH). Kelembaban relatif adalah persentase rasio dari tekanan uap air saat dilakukan pengukuran dan tekanan uap air saat mengalami saturasi atau perbandingan antara tekanan uap air aktual (yang terukur) dengan tekanan uap air pada kondisi jenuh. Persamaan umumnya dinyatakan dalam


(43)

22

dengan :

= kelembaban relatif

=absolute humidity saat pengukuran (g/m3); =absolute humiditysaat saturasi (g/m3); = tekanan uap air saat pengukuran (mb); = tekanan uap air saat saturasi (mb).

Untuk mengukur kelembaban udara maka digunakan pendekatan yang masing-masing memiliki keuntungan dan kelemahan yaitu pengukuran dengan pendekatan gravimetri, termometer bola basah dan bola kering, dan higrometer titik embun. Fluktuasi kandungan uap air di udara lebih besar pada lapisan udara dekat permukaan dan semakin kecil dengan bertambahnya ketinggian. Hal tersebut terjadi karena uap air bersumber dari permukaan dan proses kondensasi juga berlangsung pada permukaan. Sehingga pada siang hari kelembaban lebih tinggi pada udara dekat permukaan sedangkan pada malam hari kelembaban lebih rendah pada udara dekat permukaan.

3. Sensor SHT11

SHT-11 Module merupakan modul sensor temperatur dan kelembaban relatif yang berbasis sensor SHT-11 dari Sensirion. Modul ini dapat digunakan sebagai alat pengindra temperatur dan kelembaban dalam aplikasi pengendali temperatur dan kelembaban ruangan maupun lingkungan.

Sensor SHT11 merupakan sebuah single chip sensor temperatur dan kelembaban relatif dengan multi modul sensor yang outpunya telah dikalibrasikan secara


(44)

23

digital. Pada sensor SHT11 terdapat elemen kapasitif polimer sebagai sensor kelembaban realtive dan sebuah pita regangan yang digunakan sebagai sensor temperatur. Kedua output yang dihasilkan oleh SHT11 digabungkan dan dihubungkan pada ADC 14 bit dan sebuah interface serial pada satu chip yang sama. SHT11 menghasilkan sinyal keluaran yang baik dan waktu respon yang cepat. Pengkalibrasian SHT11 dapat dilakukan pada ruangan dengan kelembaban yang teliti menggunakan higrometer sebagai referensinya, sedangkan koefisien kalibrasinya telah diprogramkan kedalam OTP memory. Koefisien tersebut digunakan untuk mengkalibrasi keluaran dari sensor selama proses pengukuran. Sensor SHT11 memiliki ukuran yang kecil dan konsumsi daya yang rendah. Selain itu, SHT11 memiliki surface-mountable LLC (Leadless Chip Carrier) yang berfungsi sebagai suatupluggable4-pinsingle-in-lineuntuk jalur data danclock.

SHT11 membutuhkansupplytegangan 2,4 dan 5,5 volt. SCK (Serial Clock Input) berfungsi untuk mensinkronkan komunikasi antara mikrokontroler dengan SHT11. Beberapa spesifikasi SHT11 :

1. berbasis sensor temperatur dan kelembaban relatif;

2. mengukur temperatur dari -40ºC hingga +123,8ºC, atau dari -40ºF hingga +254,9ºF dan kelembaban relatif dari 0%RH hingga 100%RH;

3. memiliki ketetapan (akurasi) pengukuran temperatur hingga 0,5ºC pada temperatur 25ºC dan ketepatan (akurasi) pengukuran kelembaban relatif hingga 3,5%RH;

4. memiliki antarmuka serial sinkron 2-wire, bukan 12C;

5. jalur antarmuka telah dilengkapi dengan rangkaian pencegah kondisi sensor lock-up;


(45)

24

6. membutuhkan catu daya +5 V DC dengan konsumsi daya rendah 30μ W; 7. modul ini memiliki faktor bentuk 8 pin DIP 0,6 sehingga memudahkan

pemasangannya.

Sistem sensor yang digunakan untuk mengukur temperatur dan kelembaban adalah SHT11 dengan sumber tegangan 5 Volt dan komunikasi bidirectonal 2-wire. Sistem sensor ini memiliki1 jalur data yang berfungsi untuk perintah pengalamatan dan pembacaan data.

Pengambilan data untuk masing-masing pengukuran dilakukan dengan memberikan perintah pengalamatan oleh mikrokontroler. Kaki serial data yang terhubung dengan mikrokontroler memberikan perintah pengalamatan pada pin data SHT11 “00000101” untuk mengukur kelembaban relatif dan “00000011” untuk pengukuran temperatur. lalu controller harus menunggu agar proses pengukuran selesai. Waktu yang dibutuhkan sekitar 11/55/210 ms untuk resolusi 8/12/14 bit.Sensor SHT11 memiliki ADC (Analog to Digital Converter) didalamnya sehingga keluaran data SHT11 sudah terkonversi dalam bentuk data digital dan tidak memerlukan ADC eksternal dalam pengolahan data pada mikrokontroler.


(46)

25

4. RF APC 220

Radio Frekuensi (RF) khususnya RF tipe APC220 dapat terintegrasi dengan kecepatan tinggi MCU.

Pada penelitian ini menggunakan Radio Frekuensi bertipe APC220 karena memiliki 100 saluran sehingga memudahkan dalam melakukan perubahan parameter. APC220 merupakan modul radio komunikasi dengan komunikasi semi duplek yang dapat dikomunikasikan dari satu titik ke multi point. Dengan banyaknya saluran dan banyaknya frekuensi yang dimiliki, APC220 dapat digunakan pada banyak jaringan yang bekerja ditempat dan waktu yang sama. RF APC 220 pada penggunaannya dapat digunakan pada sesnsor nirkabel, deteksi minyak dan gas, otomasi industri, kontrol dan monitoring jarak jauh.

Berikut beberapa spesifikasi yang dimiliki oleh APC220 : 1) Membutuhkan daya DC 3,3-5 V;

2) Temperatur operasi sebesar 30-85ºC; 3) Memiliki jarak pengiriman±1000 ; 4) Memilikibufferdata sebesar256 byte;

5) Komunikasi data asynchronous serial 1200-57600 bps. 6) Dapat digunakan untuk transfer data yang besar. 7) Daya keluaran 20 mW.


(47)

26

5. Mikrokontroler ATMega128

Mikrokontroler dapat dianalogikan sebagai sistem komputer yang dikemas dalam sebuah chip. Pada IC mikrokontroler sudah terdapat kebutuhan minimal agar mikroposesor dapat bekerja yaitu meliputi mikroprosesor, ROM, RAM, I/O dan clock. Ada beberapa jenis mikrokontroler yang masing-masing memiliki keluarga atau series. Pengelompokan keluarga mikrokontroler ditentukan oleh perusahaan tertentu sesuai dengan spesifikasi khusus yang dimilikinya yang membedakan dengan mikrokontroler keluarga yang lain, terutama kompatibilitas dalam hal pemrogramannya. Sehingga mikrokontorler dalam keluarga yang sama akan memiliki kesamaan dalam hal arsitektur dan kompatibilitas pemrogramannya. Yang menjadi pembeda hanya dalam hal kesamaan fisik misal jumlah pin dan fitur-fiturnya seperti ukuran kapasitas memori program dan memori data, jumlah timer, jumlah interupsi dan lain-lain.

Ada beberapa vendor yang membuat mikrokontroler diantaranyaIntel Microchip, Winbond, Atmel, Philips, Xemics dan lain-lain. Dari beberapa vendor tersebut yang paling populer digunakan adalah mikrokontroler buatan Atmel. Mikrokontroler AVR (Alf and Vegard’s Risc Processor) memiliki arsitektur RISC 8 bit, dimana semua intruksi dikemas dalam kode 16 bit (16–bits word) dan sebagian besar intruksi dieksekusi dalam 1 (satu) siklus clock, sangat berbeda dengan instruksi MCS51 yang membutuhkan 12 siklus clock. AVR dapat dikelompokan menjadi 4 kelas yaitu keluarga Attiny, AT90Sxx, keluarga ATMega dan AT86RFxx.


(48)

27

Perbedaan dari masing-masing kelas adalah berdasarkan memori, peripheral, dan fungsinya. Sedangkan dari segi arsitektur dan instruksinya dapat dikatakan hamper, oleh karena itu, dipergunakan salah satu AVR produk Atmel yaitu ATMega128.

Mikrokontroler ATMega128 merupakan memiliki kemampuan dan konektor untukIn System Programming(ISP). berikut ini karakteristik dari mikrokontroller atmega128 :

1. menggunakan arsitektur AVR RISC

1. berbasis Atmega64L (64KB Flash memory dan 2 KB EEPROM) atau Atmega128L (128 KB flash memory dan 4 KB EEPROM)

2. memiliki jalur input/output hingga 56 pin yaitu Port A, Port B, Port C, Port D, Port E, Port F dan Port G termasuk 2 timer/counter 8 bit, 2 timer/counter 16 bit, 2 PWM 16 bit, 8 kanal ADC 10 bit, 2 serial UASRT, 1 watchdog timer dan 1 analog komparator

3. tersedia kristal osilator berfrekuensi 8 MHz 4. sebuah port untuk pemrograman secara ISP 5. LED indikator pemrograman

6. Catudaya (VCC) 2,7–5,5 Volt DC

7. Kompatibel dengan DT-COMBO BASE BOARD Series (Atmel, 2011).


(49)

28

Gambar 17. Arsitektur mikrokontroler ATMega128

Sistem minimum merupakan suatu rangkaian minimalis yang dirancang agar suatu mikrokontroler dapat berfungsi dan bekerja dengaan semestinya. Namun sistem minimum atmega128 memiliki beberapa perbedaaan dibandingkan dengan sistem minimum mikrokontroler keluarga AVR yang lain. Perbedaannya terletak pada pin ISP yakni mosi–RX0, miso–TX0, SCK–SCK danpower supply. Arsitektur mikrokontroler128 ditunjukkan pada Gambar 17.

6. Penyimpan Data (Micro SD)

Dalam sistem telemetri terdapat fitur data logger yaitu fitur yang berfungsi sebagai penyimpanan semua data-data kondisi dari temperatur dan kelembaban yang diukur. Selanjutnya data tersebut nantinya akan tersimpan di dalam media penyimpanan yaitumemory card.


(50)

29

Gambar 18. Bentuk fisik dari Micro SD

Pada perencanaan ini jenis memory card yang akan digunakan adalah micro SD (secure Digital) dengan kapasitas 1 GB.

Ada tiga macam cara berkomunikasi dengan SD card yaitu one-bit SD mode, Four-bit SD mode, SPI (Serial Peripheral Interface) mode.

Cara komunikasi dengan SPI merupakan cara yang paling mudah karena protokolnya mudah dipelajari.

7.Serial Logger

Serial logger merupakan sebuah modul yang berfungsi sebagai perekam data dalam aplikasidata logger.Serial loggeryang digunakan memiliki koneksi (port) dan spesifikasi sebagai berikut :

a) RS-232 port : 1 main, 3server; b) 8chanel analog port;

c) 8bit optocouplerTTL input, dapat diextend menjadi 40 bit; d) 4 bit transistor output dapat diperluas menjadi 20 bit; e) 256kbyte flashmemori;

f) real time clock;


(51)

30

Gambar 19. Bentuk umum dariSerial Logger

Untuk membangun data logger dengan mikrokontroler dibutuhkan protokol SPI (Serial Peripheral Interface) untuk komunikasi dengan kartu memori. Serial logger mudah diterapkan karena efektif dan dapat menulis serta membaca dari kartu memori. Dengan menggunakan kode sederhana untuk menulis dan membaca data sehingga dapat lebih cepat untuk membangun aplikasinya.

Pada modul serial logger terdapat 5 V DC power supply dan dapat dipasang sebuah micro SD dengan maksimum ukuran memori 8 GB. Ukuran modul serial logger sebesar 50mm x 50mm, standard baudrate 9600 dan memiliki tiga pin sebagai pengontrol model Tx, Rx dan Rst.


(52)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dari bulan Desember 2015 sampai dengan November 2016 bertempat di Laboratorium Elektronika Dasar dan Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

B. Alat Dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Personal Computer (PC) untuk membuat dan mendownload program ke mikrokontroller;

2. AVR USBASP untuk menghubungkan PC dengan mikrokontroller untuk mendownload program;

3. Solder listrik sebagai pemanas untuk melelehkan timah sebagai perekat komponen dengan PCB;

4. Multimeter untuk mengukur nilai tegangan dan arus dari komponen dan rangkaian;

5. Bor listrik untuk melubangi PCB untuk tempat memasang komponen elektronika;


(53)

32

Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. SHT11 sebagai komponen utama untuk pengukuran temperatur dan kelembaban udara;

2. Mikrokontroller ATMega 128 sebagai pengendali utama sistem pengukuran temperatur dan kelembaban udara;

3. Radio frekuensi APC220 sebagai media untuk pengiriman dan penerimaan data melalui jaringan radio;

4. Kartu memori sebagai media penyimpanan data hasil pengukuran temperatur dan kelembaban udara;

5. Sel Surya sebagai sumber tegangan untuk rangkaian sistem pengukuran temperatur dan kelelembaban udara;

6. Modul serial data logger sebagai modul perekaman data sistem pengukuran temperatur dan kelembaban udara;

7. LCD 2 x 16 sebagai penampil data hasil pengukuran temperatur dan kelembaban udara;

8. XTAL 16.000 MHz sebagai sumber detak; 9. RTC DS1307 sebagai komponen pewaktuan;

10. Akumulator sebagai sumber tegangan dan penyimpanan daya dari sel surya; 11. Kabel Penghubung sebagai penghubung antar rangkaian;

12. PCB sebagai tempat penghubung antar komponen dalam rangkaian; 13. Timah sebagai perekat komponen dengan PCB;

14.Fericlorida (FeCl) sebagai pelerut PCB untuk memperloleh jalur di PCB sesuai denganlayout;


(54)

33

C. Prosedur Penelitian

Pada penelitian ini secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu perancangan perangkat keras (hardware), perancangan perangakt lunak (software) dan analisis.

Pada penelitian ini ditentukan beberapa tahap dalam perancangan sistem telemetri pengukuran temperatur dan kelembaban udara dengan tujuan untuk mengetahui tahapan-tahapan yang harus dikerjakan untuk membuat alat sampai selesai. Yaitu dimulai dengan perancangan perangkat keras, apabila perangkat keras sudah selesai dilanjutkan dengan pembuatan perangkat lunak, apabila sudah berhasil maka menghubungkan antara perangkat keras dan perangkat lunak apabila sudah berhasil maka dilakukan analisis terhadap setuap sub bagian dari rangkaian dan kemudian menyusun dalam bentuk laporan. Langkah kerja dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 20.

1. Perancangan Perangkat Keras

Perncangan perangkat keras adalah penyatuan komponen-komponen elektronika agar menjadi satu kesatuan rangkaian yang dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Pada penelitian ini pernagkat keras yang digunakan adalah sensor SHT11, mikrokontroller, LCD, APC 220, modul serial data logger. Blok diagram dari perancangan perangkat keras ini ditunjukkan pada Gambar 21.


(55)

34

Tidak

Tidak

Gambar 20. Diagram alir langkah kerja realisasi rangkaian Mulai

Mempelajari Konsep Sistem dan Alat

Perancangan Sistem dan Perakitan Komponen

Pengujian Perangkat Keras

Berhasil?

Perancangan Perangkat Lunak

Pengujian Perangkat Lunak

Berhasil?

Pengujian Sistem Keseluruhan

Analisis Sistem Keseluruhan

Penyusunan Laporan Penelitian


(56)

35

Gambar 21. Blok Diagram Perancangan Sistem

Dari Gambar 21 dapat dilihat bahwa masukan nilai temperatur dan kelembaban udara didapat dari keluaran sensor SHT 11 sebagai masukan mikrokontoller keluaran dari sensor ini berupa data digital yang akan dihubungkan dengan ADC pada mikrokontroller.

Pada penelitian ini mikrokontroller adalah sebagai pengendali utama dari sistem. Hasil data yang diukur oleh sensor akan diolah di mikrokontroller dan datanya akan ditampilkan pada LCD. Modul serial data logger ini digunakan sebagai perekam data hasil pengukuran kedalam kartu memori. Selanjutnya data diteruskan ke modul radio frekuensi APC220 untuk dikirimkan dalam bentuk digital dan diterima oleh antena penerima radio frekuensi APC220 dan data ini dapat ditampilkan padapersonal computer.

2. Perancangan Rangkaian Keseluruhan

Rangkaian keseluruhan dari rangkaian pengukuran dan perekaman data sistem pengukuran suhu dan kelembaban udara ini terdiri dari sistem minimum ATMega 128, rangkaian sensor suhu SHT11, rangkaian Serial Logger, rangkaian RTC, LCD dan modul RF APC220. Skema perancangan perangkat keras ditampilkan


(57)

36 PE0/RXD0/PDI 2 PE1/TXD0/PDO 3 PE2/XCK0/AIN0 4 PE3/OC3A/AIN1 5 PE4/OC3B/INT4 6 PE5/OC3C/INT5 7 PE6/T3/INT6 8 PE7/ICP3/INT7 9 PB0/SS 10 PB1/SCK 11 PB2/MOSI 12 PB3/MISO 13 PB4/OC0 14 PB5/OC1A 15 PB6/OC1B 16 PB7/OC2/OC1C 17 PG3/TOSC2 18 PG4/TOSC1 19 RESET 20 XTAL2 23 XTAL1 24 PD0/SCL/INT0 25 PD1/SDA/INT1 26 PD2/RXD1/INT2 27 PD3/TXD1/INT3 28 PD4/ICP1 29 PD5/XCK1 30 PD6/T1 31 PD7/T2 32 PG0/WR 33 PG1/RD 34 PC0/A8 35 PC1/A9 36 PC2/A10 37 PC3/A11 38 PC4/A12 39 PC5/A13 40 PC6/A14 41 PC7/A15 42 PG2/ALE 43 PA7/AD7 44 PA6/AD6 45 PA5/AD5 46 PA4/AD4 47 PA3/AD3 48 PA2/AD2 49 PA1/AD1 50 PA0/AD0 51 PF7/ADC7/TDI 54 PF6/ADC6/TDO 55 PF5/ADC5/TMS 56 PF4/ADC4/TCK 57 PF3/ADC3 58 PF2/ADC2 59 PF1/ADC1 60 PF0/ADC0 61 AREF 62 AVCC

64 PEN 1

PENGENDALI UTAMA ATMEGA128 15.0 95.0 %RH > °C DATA 2 SCK 3 SENSOR 1 SHT11 D 7 1 4 D 6 1 3 D 5 1 2 D 4 1 1 D 3 1 0 D 2 9 D 1 8 D 0 7 E 6 R W 5 R S 4 V S S 1 V D D 2 V E E 3 LCD1 LM016L VBAT 3 X1 1 X2 2 SCL 6 SDA 5 SOUT 7 RTC DS1307 RXD RTS TXD CTS

RF APC 220

RXD

RTS TXD

CTS

SERIAL DATA LOGGER R1 10k CRYSTAL 1 CRYSTAL R2 47k R3 47k R S R4 10k

E D4

D 5 D 6 D 7 RS E D4 D5 D6 D7 C1 22p C2 22p C3 22p CRYSTAL 2 CRYSTAL TOMBOL RESET R5 47k

pada Gambar 22. Rangkaian sensor terdiri dari sensor SHT11 yang sudah memiliki komunikasi 2 wire yang juga didukung mikrokontroller ATMega128. Sensor ini memiliki dua masukan yaitu temperatur dan kelembaban. Dengan tingkat sensitifitas yang cukup tinggi, sehingga sensor ini cocok dalam pengukuran suhu dan kelembaban udara.

Sensor SHT11 memiliki 4 buah pin yaitu VCC, GND, DATA, SCK. Sensor SHT11 dihubungkan ke PORT B mikrokontroller untuk dibaca, yaitu pin SCK sensor dihubungkan ke PORTB.0 dan pin DATA dihubungkan dengan PORTB.1. RTC DS1307 digunakan untuk pewaktuan dan komunikasinya menggunakan 2 buah jalur yang tersedia dalam chip mikrokontroler yakni jalur SDA dan SCL.


(58)

37

Dimana SDA RTC dihubungkan dengan PORTD.1 mikrokontroller sedangkan SCL dihubungkan ke PORTD.0 mikrokontroller.

LCD digunakan untuk menampilkan informasi suhu dan kelembaban yang telah diolah oleh mikrokontroler dan juga menampilkan tanggal dan waktu. Pada penelitian ini digunakan LCD 2x16. LCD ini dapat menampilkan karakter berupa angka dan huruf.

Penelitian ini menggunakan mikrokontroler Atmega128 yang memiliki 2 pin Tx dan Rx yang masing - masing berada pada PORTD.2 sebagai pin Rx , PORTD.3 sebagai pin Tx serta PORTE.0 sebagai pin Rx dan PORTE1 sebagai pin Tx.

Sehingga untuk mengatur perekaman data di kartu memori dengan menggunakan serlog dihubungkan dengan menyilangkan pin Tx serlogpada Rx mikrokontroler dan Rx serlog ke pin Tx mikrokotroler yang berada di PORTD.2 dan PORTD.3. Untuk pengirim RF APC 220 yakni pin Rx dan Tx dihubungkan secara silang ke pin Tx dan Rx mikrokontroler yang berada pada PORTE.0 dan PORTE.1 Dengan menggunakan Radio Frekuensi APC220 modul ini telah terintegrasi dengan baik dan dapat digunakan secara langsung ke mikrokontroler sehingga data dapat dikirim melalui jarak jauh.

3. Perancangan Perangkat Lunak (Software)

Pada penelitian ini bahasa pemrograman yang digunakan untuk pemrograman mikrokontroler ATMega128 adalah Bahasa Basic karena memiliki struktur yang


(59)

38

baik sehingga mudah dipahami dan mudah dalam pembuatan program. Diagram alir perangkat lunak dapat dilihat pada Gambar 25.

4. Perancangan Sistem Transmisi Data

Pada penelitian ini sistem transmisi data menggunakan gelombang radio yaitu dengan menggunakan modul RF APC220. Blok diagram sistem transmisi data sistem telemetri pengukuran temperatur dan kelembaban udara ini ditunjukkan pada Gambar 23.

Penelitian ini menggunakan 5 transmitter dan 1 receiver. Setiap transmitter memiliki nilai frekuensi yang berbeda yang dibagi dari range frekuensi kerja RF APC220 yaitu antara 433 MHz – 455 MHz. Data yang sudah diperoleh pada sistem pengukuran temperatur dan kelelembaban udara akan dikirimkan melalui gelombang radio.

Kemudian pada sisi penerima modul RF APC 220 akan dihubungkan dengan personal computer(PC) dan dengan menggunakansoftwareRF-Magic yang telah disesuaikan dengan modul RF APC220 sebagai pengatur frekuensi yang digunakan. pengaturan tersebut berfungsi untuk menyamakan frekuensi pengirim dengan frekuensi penerima dan mengatur kecepatan pengiriman sehingga data yang dikirim dapat terbaca di PC. Tampilan RF-Magicdapat dilihat pada Gambar 24.


(60)

39

Sensor 1

Sensor 2

Sensor 3

Sensor 4

Sensor 5

f1

f2

f3

f4

f5

Gambar 23. Blok Diagram Sistem Transmisi Data


(61)

40


(62)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Telah berhasil dirancang sebuah sistem telemetri multi transmitter untuk pengukuran temperatur dan kelembaban udara dengan menggunakan gelombang radio dengan :

1. Arus total sebesar 0,125A pada tegangan masukan sebesar 5V.

2. Nilai regresi linear R2 sebesar 0.897 untuk pengukuran temperatur dan regresi linear R2sebesar 0,954 untuk pengukuran kelembaban udara. 3. Tingkat kesalahan pengukuran alat untuk temperatur sebesar 5,26% dan

pengukuran kelembaban sebesar 5,21% .

4. Besar data yang diperoleh dari pengukuran yang tersimpan padamicro SD adalah sebesar 20 kB setiap satu jam merekam data.

5. Jarak jangkauan maksimal dengan menggunakan APC220 adalah 190 meter pada kondisi line of sight dan 110 meter untuk kondisi tidakline of sight.


(63)

78

B. Saran

1. Dengan jumlah port ATmega 128 yang banyak maka dapat ditambah sensor yang digunakan agar fungsi alat lebih baik.

2. Menggunakan transfer rate APC220 9600 bps atau lebih untuk transfer data yang lebih cepat.

3. Menggunakan modul Transmitter dan Receiver yang lebih besar nilai daya dan frekuensinya untuk memperoleh jangkauan transmisi yang lebih luas.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Alpaslan, A. (2012). Remote Control of the Temperature-Humidity and Climate in the Beehives with Solar-Powered Thermoelectric System. CEAI, Vol.14, No.1, pp. 93-99, 2012

Chen, M, K., Wen, B, L., Jiang, M.K. (2014). Remote Multi-layer Soil Temperature Monitoring System Based on GPRS. Sensors & Transducers,Vol. 164, Issue 2, February 2014, pp. 107-113 Cretu, G. (2008). Using of Humidity Sensors in MeasuringSystem. Actual

Tendencies and Problems. 9th International Conference On Development And Application Systems, Suceava, Romania, May 22-24 pp 5-8.

Dong, J., Huile, L., Yuan, L., Yanwen, G., Guanhua, T. (2014). Design of a Wireless Monitoring Network for Granary Temperature and Humidity Based on Zigbee. International Journal of u- and e-Service, Science and TechnologyVol.7, No.2 (2014), pp.77-82 Gang, J., Fan, W., He, P., Liu, Y., (2013). Design of Multi-point Wireless

Temperature and Humidity Sensor Network Based NRF24L01. Information Technology Journal 12 (20): 5812-5817 ISSN 1812-5638

Hanggoro, A., Mahesa, A., Rizki, R., Riri, F. (2013). Green House Monitoring and Controlling Using Android Mobile Application.IEEE Quality in Research 2013pp 79-85.

Kaushik, S., Singh, C. (2013). Monitoring and Controlling in Food Storage System using Wireless Sensor Networks Based on Zigbee & Bluetooth Modules. International Journal of Multidisciplinary in Cryptology and Information SecurityVolume 2, No.3, May - June 2013 ISSN 2320 2610

Kumar, H., Manjunath, I. (2012). The Design of Granary Environmental Monitoring and Control System Based On ARM9 and ZIGBEE. International Journal of Innovative Technology and Exploring


(65)

80

Engineering (IJITEE) ISSN: 2278-3075, Volume-1, Issue-3, August 2012

Lin, J., Zhao T. (2013). Granary Temperature And Humidity Detection System Based On MCU. Advanced Materials Research Vols 605-607 (2013) pp 941-944.Trans Tech Publications, Switzerland.

Ma, R.H., Yu, H, W., Chia, Y, L. (2011). Wireless Remote Weather Monitoring System Based on MEMS Technologies. Sensors 2011, 11, 2715-2727

Moorthy, G K., Yaashuwanth, C., Venkatesh, K. (2013). A Wireless Remote Monitoring Of Agriculture Using Zigbee. International Journal of Engineering and Innovative Technology (IJEIT) Volume 2, Issue 8, February 2013

Salleh, A., M. K. Ismail, N.R Mohamad, M.Z.A.Abd.Aziz, M.A.Othman, M.H. Misran. (2013). Development of Greenhouse Monitoring using Wireless Sensor Network through ZigBee Technology. International Journal of Engineering Science Invention ISSN (Online): 2319 – 6734, ISSN (Print): 2319 – 6726 Volume 2, Issue 7 July. 2013 pp. 06-12

Sugiarti, E., Adhi, H. (2011). Monitoring Kelembaban dan Temperatur Melalui Sistem Java Remote Laboratory Berbasis Internet. TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Volume 29 (2) 2011: 47-54 ISSN : 0125-91

Talapessy, R. (2013). Purwarupa Alat Kontrol Suhu Dan Kelembaban.Prosiding FMIPA Universitas Pattimura 2013 pp 48-53 ISBN: 978-602-97522-0-5

Wagner, T., Soren, K., Alexander, W., Tilman, S. Claus, D., Jan, R., Michael, T. (2011). A High Temperature Capacitive Humidity Sensor Based on Mesoporous Silica. Sensors 2011, 11 :3135-3144 ISSN 1424-8220

Warsito. Sri, W. S., Jhonizar. (2010). Analysis of Data Acquisition from Multisensors Using A 0.11 GHz Frequency Modulation Telemetry.EJSRVolume 41

Yang, S., Keyan, S., Halil, C. (2015). Integration of A Prototype wireless Communication System With Micro-Electromechanical Temperature and Humidity Sensor for Concrete Pavement Health


(66)

81

Monitoring. Civil, Construction and Environmental Engineering Publications and Papers Iowa State University.

Surat Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri


(1)

40


(2)

A. Kesimpulan

Telah berhasil dirancang sebuah sistem telemetri multi transmitter untuk pengukuran temperatur dan kelembaban udara dengan menggunakan gelombang radio dengan :

1. Arus total sebesar 0,125A pada tegangan masukan sebesar 5V.

2. Nilai regresi linear R2 sebesar 0.897 untuk pengukuran temperatur dan regresi linear R2sebesar 0,954 untuk pengukuran kelembaban udara. 3. Tingkat kesalahan pengukuran alat untuk temperatur sebesar 5,26% dan

pengukuran kelembaban sebesar 5,21% .

4. Besar data yang diperoleh dari pengukuran yang tersimpan padamicro SD

adalah sebesar 20 kB setiap satu jam merekam data.

5. Jarak jangkauan maksimal dengan menggunakan APC220 adalah 190 meter pada kondisi line of sight dan 110 meter untuk kondisi tidakline of sight.


(3)

78

B. Saran

1. Dengan jumlah port ATmega 128 yang banyak maka dapat ditambah sensor yang digunakan agar fungsi alat lebih baik.

2. Menggunakan transfer rate APC220 9600 bps atau lebih untuk transfer data yang lebih cepat.

3. Menggunakan modul Transmitter dan Receiver yang lebih besar nilai daya dan frekuensinya untuk memperoleh jangkauan transmisi yang lebih luas.


(4)

Alpaslan, A. (2012). Remote Control of the Temperature-Humidity and Climate in the Beehives with Solar-Powered Thermoelectric System.

CEAI, Vol.14, No.1, pp. 93-99, 2012

Chen, M, K., Wen, B, L., Jiang, M.K. (2014). Remote Multi-layer Soil Temperature Monitoring System Based on GPRS. Sensors & Transducers,Vol. 164, Issue 2, February 2014, pp. 107-113 Cretu, G. (2008). Using of Humidity Sensors in MeasuringSystem. Actual

Tendencies and Problems. 9th International Conference On Development And Application Systems, Suceava, Romania, May 22-24 pp 5-8.

Dong, J., Huile, L., Yuan, L., Yanwen, G., Guanhua, T. (2014). Design of a Wireless Monitoring Network for Granary Temperature and Humidity Based on Zigbee. International Journal of u- and e-Service, Science and TechnologyVol.7, No.2 (2014), pp.77-82 Gang, J., Fan, W., He, P., Liu, Y., (2013). Design of Multi-point Wireless

Temperature and Humidity Sensor Network Based NRF24L01.

Information Technology Journal 12 (20): 5812-5817 ISSN 1812-5638

Hanggoro, A., Mahesa, A., Rizki, R., Riri, F. (2013). Green House Monitoring and Controlling Using Android Mobile Application.IEEE Quality in Research 2013pp 79-85.

Kaushik, S., Singh, C. (2013). Monitoring and Controlling in Food Storage System using Wireless Sensor Networks Based on Zigbee & Bluetooth Modules. International Journal of Multidisciplinary in Cryptology and Information SecurityVolume 2, No.3, May - June 2013 ISSN 2320 2610

Kumar, H., Manjunath, I. (2012). The Design of Granary Environmental Monitoring and Control System Based On ARM9 and ZIGBEE.


(5)

80

Engineering (IJITEE) ISSN: 2278-3075, Volume-1, Issue-3, August 2012

Lin, J., Zhao T. (2013). Granary Temperature And Humidity Detection System Based On MCU. Advanced Materials Research Vols 605-607 (2013) pp 941-944.Trans Tech Publications, Switzerland.

Ma, R.H., Yu, H, W., Chia, Y, L. (2011). Wireless Remote Weather Monitoring System Based on MEMS Technologies. Sensors 2011, 11, 2715-2727

Moorthy, G K., Yaashuwanth, C., Venkatesh, K. (2013). A Wireless Remote Monitoring Of Agriculture Using Zigbee. International Journal of Engineering and Innovative Technology (IJEIT) Volume 2, Issue 8, February 2013

Salleh, A., M. K. Ismail, N.R Mohamad, M.Z.A.Abd.Aziz, M.A.Othman, M.H. Misran. (2013). Development of Greenhouse Monitoring using Wireless Sensor Network through ZigBee Technology.

International Journal of Engineering Science Invention ISSN (Online): 2319 – 6734, ISSN (Print): 2319 – 6726 Volume 2, Issue 7 July. 2013 pp. 06-12

Sugiarti, E., Adhi, H. (2011). Monitoring Kelembaban dan Temperatur Melalui Sistem Java Remote Laboratory Berbasis Internet. TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Volume 29 (2) 2011: 47-54 ISSN : 0125-91

Talapessy, R. (2013). Purwarupa Alat Kontrol Suhu Dan Kelembaban.Prosiding FMIPA Universitas Pattimura 2013 pp 48-53 ISBN: 978-602-97522-0-5

Wagner, T., Soren, K., Alexander, W., Tilman, S. Claus, D., Jan, R., Michael, T. (2011). A High Temperature Capacitive Humidity Sensor Based on Mesoporous Silica. Sensors 2011, 11 :3135-3144 ISSN 1424-8220

Warsito. Sri, W. S., Jhonizar. (2010). Analysis of Data Acquisition from Multisensors Using A 0.11 GHz Frequency Modulation Telemetry.EJSRVolume 41

Yang, S., Keyan, S., Halil, C. (2015). Integration of A Prototype wireless Communication System With Micro-Electromechanical Temperature and Humidity Sensor for Concrete Pavement Health


(6)

Monitoring. Civil, Construction and Environmental Engineering Publications and Papers Iowa State University.

Surat Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri